11.07.2015 Views

Perkembangan Triwulan Perekonomian Indonesia ... - psflibrary.org

Perkembangan Triwulan Perekonomian Indonesia ... - psflibrary.org

Perkembangan Triwulan Perekonomian Indonesia ... - psflibrary.org

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

<strong>Perkembangan</strong> <strong>Triwulan</strong>an <strong>Perekonomian</strong> <strong>Indonesia</strong>Meningkatkan kesiagaan,memastikan ketahananNamun demikian,temuan-temuan itumenegaskan bahwa“risiko usaha” tampaknyamemang mempengaruhikegiatan manufaktur di<strong>Indonesia</strong>Korupsi, pemadaman listrik, ketidakpastian dari peraturan tenaga kerja, danketidakpastian dari hambatan transportasi dipandang sebagai faktor penghambat utamabagi para perusahaan manufaktur di <strong>Indonesia</strong>. Sebagian besar dari contoh-contoh diatas sejalan dengan laporan Bank Dunia yang lalu yang menyoroti bahwa “unsur-unsur”risiko seperti gangguan pasar tenaga kerja dan ketidakpastian peraturan memiliki dampaknegatif yang paling besar terhadap produktivitas perusahaan-perusahaan manufaktur. 8Karena ketidakpastian menyulitkan penilaian hasil-hasil dari suatu keputusan usaha,skenario dengan risiko yang lebih besar dapat berdampak negatif kepada doronganmanufaktur dan menyebabkan penundaan investasi atau investasi proyek yang lebihsingkat dan lebih kecil.Gambar 26: Rintangan utama usaha bervariasi antar jenis perusahaan dalam sektor manufaktur <strong>Indonesia</strong>(persentase perusahaan dalam tiap kelompok memandang hal-hal berikut sebagai hambatan atau hambatan utama usaha )Percent4030Large firms Small firms Exporting firmsPercent4030202010100ElectricityCorruptionLabor regulationsPolitical instabilityCustomsCrime, theft anddisorderCourtsPractices ofcompetitors ininformal sectorTax rateTransportAccess to financeBusinesslicensing andpermitsInadequatelyeducatedworkforceAccess to landTaxadministration0Sumber: Enterprise Survey Bank Dunia (2009) dan perhitungan staf Bank DuniaKotak 4: Bagaimana insentif ekonomi makro mempengaruhi ekspor produk manufaktur?Baru-baru ini Bank Dunia meneliti dampak dari insentif ekonomi makro terhadap ekspor produk manufaktur berdasarkan dataperdagangan dan output dari 16 sub-sektor pada periode tahun 1990-2008. Hasilnya menunjukkan bahwa eksportir membutuhkanwaktu untuk menanggapi insentif harga, dan telah dipengaruhi oleh peningkatan biaya tenaga kerja yang melampaui tingkatproduktivitas, peningkatan harga non-tradable dan oleh ketidakpastian kurs tukar valuta.Penelitian itu menemukan bahwa eksportir menanggapi insentif harga, tetapi mereka membutuhkan waktu. Suatu peningkatan hargaekspor sebesar satu persen memiliki dampak positif jangka pendek terhadap jumlah yang diekspor sebesar kira-kira 0,6-0,7 persen,secara rata-rata, yang kemudian akan meningkat menjadi satu persen pada jangka panjang. Hal ini disebabkan karena peningkatanumumnya akan menyebabkan pencarian pasar-pasar yang baru – yang membutuhkan waktu, tetapi juga karena rintangan terhadappasokan di <strong>Indonesia</strong> juga dapat memperlambat proses penyesuaian output. Sebagai contoh seperti ditunjukkan pada Gambar 26, 35persen perusahaan-perusahaan eksportir menyatakan bahwa tenaga listrik adalah penghambat yang besar terhadap usaha merekasementara 22 persen mengatakan bahwa penghambatnya adalah faktor transportasi.Peningkatan biaya buruh satuan sebesar 8 persen per tahun selama periode itu menyebabkan penurunan rata-rata dalam tingkatpertumbuhan ekspor sebesar 1,6 poin persentase per tahun. Peningkatan upah di atas pertumbuhan produktivitas tenaga kerja sebesarsatu persen menyebabkan penurunan ekspor, secara rata-rata, sebesar 0,2 persen. Hasil yang serupa didapatkan denganmenggunakan perhitungan upah dolar per buruh dibanding biaya buruh satuan. Sensitivitas ekspor terhadap biaya buruh masih relatifrendah. Namun peningkatan biaya buruh yang tajam dan heterogen lintas sektor tampaknya telah mempengaruhi pertumbuhan eksporsektoral secara berbeda-beda. Yang menarik, ekspor pada sektor-sektor yang menggunakan tenaga buruh secara intensif tidak pekaterhadap biaya buruh satuan. Penyebabnya mungkin karena pada sektor-sektor di mana tenaga buruh merupakan faktor input utama,para perusahaan memiliki pengaturan kelembagaan – seperti kontrak tenaga buruh – yang membantu melindungi perusahaan darivariasi biaya tersebut.Seperti disinggung di atas, peningkatan dalam harga non-tradable telah membatasi cakupan pertumbuhan ekspor. Harga-harga nontradablemenangkap perubahan biaya non-buruh yang dihadapi oleh perusahaan-perusahaan. Selain itu, peningkatan harga-harga nontradablemenimbulkan alokasi ulang sumber daya yang berada di luar perusahaan, yang mempengaruhi kapasitas ekspor. Hasilpenelitian menunjukkan bahwa setiap peningkatan harga non-tradable sebesar satu persen akan menurunkan jumlah ekspor secararata-rata sebesar 0,55 hingga 0,75 persen.Pada akhirnya, penelitian itu, seperti telah diperkirakan, juga menunjukkan hubungan yang positif antara kurs tukar valuta yang stabildan mudah diperkirakan dengan pertumbuhan ekspor. Gejolak kurs tukar valuta meningkatkan kadar ketidakpastian yang dihadapi oleheksportir, sehingga mereka menunda rencana-rencana investasi, dan melepaskan kegiatan-kegiatan yang mengandung risiko. Analisismenunjukkan bahwa peningkatan gejolak kurs tukar valuta sebesar satu persen akan menyebabkan penurunan ekspor sebesar 0,04persen secara rata-rata, dengan asumsi semua hal lain tetap sama.8Bank Dunia, 2005 “Raising Investment in <strong>Indonesia</strong>: A Second Generation of Reforms”.THE WORLD BANK | BANK DUNIA Desember 201135

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!