12.07.2015 Views

naskah akademik dan draf rancangan undang undang kesehatan jiwa

naskah akademik dan draf rancangan undang undang kesehatan jiwa

naskah akademik dan draf rancangan undang undang kesehatan jiwa

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

DAFTAR ISIBAB I : PENDAHULUANA. Latar Belakang 1B. Tujuan 4BAB II : GAMBARAN UMUM KESEHATAN JIWAA. Definisi 5B. Penyebab Umum Gangguan Jiwa 7C. Proses Perjalanan Penyakit 7D. Dampak Gangguan Jiwa 8E. Gangguan Jiwa, Stigma <strong>dan</strong> Hak Azasi Manusia1. Stigma 92. Hak Azasi Manusia 10F. Kemiskinan <strong>dan</strong> gangguan Jiwa 11G. Masalah Masalah Terkait Gangguan Jiwa1. Sosial 142. Hukum 143. Kriminalisasi Gangguan Jiwa 17H. Advokasi Kesehatan Jiwa 17I. Anak Anak dengan Gangguan Jiwa 18J. Pelayanan Kesehatan Jiwa1. Pelayanan Terpadu 192. Kesehatan Jiwa Komunitas 213. Medical examination <strong>dan</strong> Etika Pelayanan 224. Terapi Psikiatrik 22K. Preventif, Promotif <strong>dan</strong> Rehabilitatif1. Preventif 232. Promotif <strong>dan</strong> perlindungan 243. Rehabilitatif 24BAB III : METODE PEMBUATAN KEBIJAKAN KESEHATANA. Proses Pembuatan Kebijakan Kesehatan 28B. Metode Pembuatan Naskah Akademik 28BAB IV: LANDASAN HUKUMA. Landasan Konstitusional 29B. Peraturan Perun<strong>dan</strong>g-un<strong>dan</strong>gan Terkait 29BAB V MATERI MUATANA. Ketentuan Umum 31B. Pengertian 32C. Hak <strong>dan</strong> Kewajiban 32D. Lingkup Kegiatan 34E. Wewenang <strong>dan</strong> tanggungjawab 36F. Perizinan 37G. Larangan 38H. Peran serta Masyarakat 38Naskah Akademik <strong>dan</strong> Draf RUU Kesehatan Jiwa Khaerudin NPM 1006799092 3


I. Pembiayaan <strong>dan</strong> Kompensasi 39J. Penyelesaian Sengketa 40K. Pengawasan 40L. Sanksi Administrasi 41M. Ketentuan Pi<strong>dan</strong>a 43N. Ketentuan Peralihan 44O. Ketentuan penutup 45BAB VII: PENUTUPA. Kesimpulan 47B. Saran 47Daftar PustakaLampiran : Draff Rancangan Un<strong>dan</strong>g Un<strong>dan</strong>g Kesehatan JiwaNaskah Akademik <strong>dan</strong> Draf RUU Kesehatan Jiwa Khaerudin NPM 1006799092 4


teknologi serta kemudahan informasi tidak selalu membawa dampak positif bagisetiap orang. Belum lagi kondisi di beberapa Negara termasuk Indonesia yangmengalami krisis multideimensi yang sampai saat ini belum sepenuhnya lepasdiperberat dengan munculnya bencana alam, <strong>dan</strong> bencana social membuat setiaporang menjadi rentan untuk mengalami gangguan mental emosional bahkangangguan <strong>jiwa</strong>. Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) yang dilakukan Ba<strong>dan</strong>Litbang Departemen Kesehatan pada tahun 1995, yang antara lain menunjukkanbahwa gangguan mental Remaja <strong>dan</strong> Dewasa terdapat 140 per 1000 anggota rumahtangga, gangguan mental Anak Usia Sekolah terdapat 104 per 1000 anggota rumahtangga (1). Dalam kurun waktu beberapa tahun terakhir ini, data tersebut dapatdipastikan. Laporan Riset Kesehatan Dasar menunjukkan bahwa Prevalensi nasionalGangguan Mental Emosional Pada Penduduk Umur > 15 Tahun adalah 11,6%(berdasarkan Self Reported Questionnarie). Sebanyak 14 provinsi mempunyaiprevalensi Gangguan Mental Emosional Pada Penduduk Umur > 15 Tahun diatasprevalensi nasional(3). Dengan prevalensi 11,6 % itu mengandung arti dari 100penduduk Indonesia, 12 sampai 13 diantaranya mengalami gangguan <strong>jiwa</strong> ringansampai berat.Kesehatan <strong>jiwa</strong> penting dilihat dari dampak yang ditimbulkannya, antara lainterdapatnya angka yang besar dari penderita gangguan ke<strong>jiwa</strong>an yang diikuti puladengan beban sosial ekonomi yang luas. Studi Bank Dunia (World Bank) pada tahun1995 di beberapa negara, menunjukkan bahwa hari-hari produktif yang hilang atauDissability Adjusted Life Years ( DALYs) sebesar 8,1% dari “Global Burden ofDisease” disebabkan oleh masalah <strong>kesehatan</strong> <strong>jiwa</strong>, angka ini lebih tinggi dari padadampak yang disebabkan oleh penyakit Tuberculosis (7,2%), Kanker (5,8%),Penyakit Jantung (4,4%) maupun Malaria (2,6%). Tingginya masalah tersebutmenunjukkan bahwa masalah <strong>kesehatan</strong> <strong>jiwa</strong> merupakan salah satu masalah<strong>kesehatan</strong> masyarakat yang besar dibandingkan dengan masalah <strong>kesehatan</strong> lainnyayang ada di masyarakat.(1)Upaya <strong>kesehatan</strong> <strong>jiwa</strong> ditujukan untuk menjamin setiap orang dapat menikmatikehidupan ke<strong>jiwa</strong>an yang sehat, bebas dari ketakutan, tekanan, <strong>dan</strong> gangguan lainyang dapat tengganggu <strong>kesehatan</strong> <strong>jiwa</strong>. Pemerintah, pemerintah daerah, <strong>dan</strong>Naskah Akademik <strong>dan</strong> Draf RUU Kesehatan Jiwa Khaerudin NPM 1006799092 6


masyarakat bertanggung jawab menciptakan kondisi <strong>kesehatan</strong> <strong>jiwa</strong> yang setinggitingginya<strong>dan</strong> menjamin ketersediaan, aksesibilitas, mutu <strong>dan</strong> pemerataan upaya<strong>kesehatan</strong> <strong>jiwa</strong>.Banyak peraturan perun<strong>dan</strong>gan di bi<strong>dan</strong>g <strong>kesehatan</strong> yang telah disusun olehpemerintah mulai dari UU No 3 Tahun 1966 tentang <strong>kesehatan</strong> Jiwa, UU No. 36tahun 2009, hingga peraturan <strong>dan</strong> keputusan menteri dengan tujuan untuk mengaturupaya-upaya <strong>kesehatan</strong> <strong>jiwa</strong>. Namun dalam pelaksanaannya, sistem perun<strong>dan</strong>gun<strong>dan</strong>ganyang berlaku hingga saat ini belum cukup banyak membantu dalam halpeningkatan upaya layanan <strong>kesehatan</strong> <strong>jiwa</strong> <strong>dan</strong> dirasakan kurang dapat melindungipenderita gangguan <strong>jiwa</strong>. Oleh karenanya perbaikan aspek legal diharapkan akanmembawa perbaikan pada masalah klinis <strong>dan</strong> persepsi tentang <strong>kesehatan</strong> <strong>jiwa</strong> dalamkomunitas. Penderita gangguan <strong>jiwa</strong> di Indonesia seringkali menjadi korbanketidakadilan <strong>dan</strong> perlakuan yang semena-mena oleh masyarakat.Kondisi ini, jika dibiarkan berlanjut, akan semakin memarginalisasi layanan<strong>kesehatan</strong> mental <strong>dan</strong> akhirnya akan membawa banyak masalah psikososial dikomunitas seperti yang ditunjukkan dengan meningkatnya insidens bunuh diri, adiksizat psikoaktif, kekerasan, <strong>dan</strong> banyaknya penderita psikotik kronik yangmenggelan<strong>dan</strong>g. Diperlukan suatu usaha untuk mengadvokasi pentingnya layanan<strong>kesehatan</strong> sebagaimana pentingnya layanan <strong>kesehatan</strong> fisik, sementara hak-hak bagipara penderita tidak seluruhnya diakomodasi oleh hukum.Fakta menunjukkan bahwa perlakuan salah, khususnya tindak kekerasan <strong>dan</strong>penelantaran, terhadap penderita gangguan <strong>jiwa</strong> masih sering ditemukan dimasyarakat. Selain itu, penganiayaan terhadap penderita gangguan <strong>jiwa</strong> (yangtersering pada penderita psikosis) dengan dalih upaya mengamankan atau merupakanbagian dari ritual penyembuhan gangguan <strong>jiwa</strong> (pemasungan, rendam dalam air, <strong>dan</strong>lain-lain) masih banyak terjadi. Stigma <strong>dan</strong> diskriminasi terhadap penderitagangguan <strong>jiwa</strong> juga terjadi secara luas di masyarakat umum, yang mengakibatkanpenderita gangguan <strong>jiwa</strong> kehilangan kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan,pendidikan, maupun peran sosial yang layak di masyarakat.Naskah Akademik <strong>dan</strong> Draf RUU Kesehatan Jiwa Khaerudin NPM 1006799092 7


Berbagai kebijakan publik juga terlihat masih memberi perlakuan diskriminatif <strong>dan</strong>tidak adil terhadap penderita gangguan <strong>jiwa</strong>, antara lain perusahaan asuransi yangtidak menanggung penderita gangguan <strong>jiwa</strong>. Terdapat juga keterbatasan aksesterhadap fasilitas publik serta rumah sakit umum seringkali menolak merawatpenderita gangguan <strong>jiwa</strong>. Pemberitaan/pemaparan oleh media massa tentangpenderita gangguan <strong>jiwa</strong> lebih banyak bersifat eksploitatif tanpa mempertimbangkandampak negatifnya terhadap pembentukan opini publik yang salah tentang penderitagangguan <strong>jiwa</strong>.Kedudukan dalam hukum yang lemah <strong>dan</strong> penyalahgunaan peraturan perun<strong>dan</strong>ganyang diberlakukan terhadap penderita gangguan <strong>jiwa</strong> menyebabkan mereka sangatrentan kehilangan hak hukum, misalnya: pengampuan, hak pengasuhan anak, hakwaris, <strong>dan</strong> sebagainya. Juga pengabaian masalah ke<strong>jiwa</strong>an pada berbagai kasuskorban kekerasan (perkosaan, penganiayaan, <strong>dan</strong> sebagainya).Oleh karena itu sangat dibutuhkan upaya upaya penyempurnaan dari produk produklegislasi yang sudah ada agar apa yang menjadi hak hak <strong>kesehatan</strong> bagi orangdengan gangguann <strong>jiwa</strong> dapat dipenuhi <strong>dan</strong> mereka terhindar dari perlakukanmasyarakat yang bertentangan dengan dengan harkat <strong>dan</strong> martabatnya sebagaimanusia sebagaimana diamanatkan konstitusi Negara.D. TujuanMaksud kegiatan ini adalah dalam rangka penyusunan <strong>naskah</strong> akademis sebagaibahan masukan untuk substansi materi muatan Rancangan Un<strong>dan</strong>g-un<strong>dan</strong>gKesehatan <strong>jiwa</strong>. Penyusunan Naskah Akademik ini bertujuan untuk memberikangambaran tentang Kesehatan <strong>jiwa</strong>, berbagai masalah <strong>dan</strong> dampak dari gangguan<strong>jiwa</strong>, upaya upaya pelayanan <strong>kesehatan</strong> terhadap gangguan <strong>kesehatan</strong> <strong>jiwa</strong> <strong>dan</strong>pokok-pokok materi muatan dalam pengaturan <strong>kesehatan</strong> <strong>jiwa</strong> dalam melandasanpenyusunan Un<strong>dan</strong>g Un<strong>dan</strong>g Kesehatan Jiwa. Naskah <strong>akademik</strong> ini memberikanpenekanan kepada upaya upaya perlindungan akan hak hak penderita gangguan <strong>jiwa</strong>secara legal formal. Diharapkan, Naskah Akademik ini dapat memberikan penjelasanterutama tentang apa <strong>dan</strong> mengapa Un<strong>dan</strong>g Un<strong>dan</strong>g Kesehatan Jiwa perluditerbitkan.Naskah Akademik <strong>dan</strong> Draf RUU Kesehatan Jiwa Khaerudin NPM 1006799092 8


Se<strong>dan</strong>gkan Gangguan Jiwa digambarkan sebagai “Suatu keadaan dengan a<strong>dan</strong>yagejala klinis yang bermakna, berupa sindrom pola perilaku <strong>dan</strong> pola psikologik,yang berkaitan dengan a<strong>dan</strong>ya distress (tidak nyaman, tidak tentram, rasa nyeri),disabilitas (tidak mampu mengerjakan pekerjaan sehari-hari), atau meningkatnyaresiko kematian, kesakitan, <strong>dan</strong> disabilitas. Gangguan jiawa dapa dibedakanmenjadi ;1. Gangguan Jiwa Psikotik : Semua kondisi yang memberi indikasi terdapatnyahendaya berat dalam kemampuan daya nilai realitas, sehingga terjadi salahmenilai persepsi <strong>dan</strong> pikirannya, <strong>dan</strong> salah dalam menyimpulkan dunia luar,kemudian diikuti dengan a<strong>dan</strong>ya waham, halusinasi, atau perilaku yang kacau.2. Gangguan Jiwa Neurotik : Gangguan <strong>jiwa</strong> non psikotik yang kronis <strong>dan</strong>rekuren, yang ditandai terutama oleh kecemasan, yang dialami ataudipersepsikan secara langsung, atau diubah melalui mekanismepertahanan/pembelaan menjadi sebuah gejala, seperti : obsesi, kompulsi, fobia,disfungsi seksual, dll.Sampai saat ini banyak pihak yang memiliki pemahaman yang kurang tepatmengenai <strong>kesehatan</strong> mental. Kesehatan mental dipahami untuk menangani isu-isuke<strong>jiwa</strong>an yang bersifat individual, padahal <strong>kesehatan</strong> mental lebih menekankanpada konteks masyarakat (walau tidak menafikan <strong>kesehatan</strong> mental secaraindividual). Kesehatan mental juga hendaknya dipahami sebagai isu yang bersifatmultidisipliner. Dalam memahami <strong>kesehatan</strong> <strong>jiwa</strong> perlu diperhatikan beberapaprinsip:(5)1. Kesehatan <strong>jiwa</strong> tidak sebatas ada atau tidaknya perilaku abnormal. Prinsip iniberarti bahwa bahwa orang yang sehat mental tidak cukup dimaknai ketikatidak mengalami abnormalitas saja.2. Kesehatan <strong>jiwa</strong> adalah konsep ideal. Artinya <strong>kesehatan</strong> <strong>jiwa</strong> adalah tujuan yangsangat tinggi bagi seseorang/komunitas, apalagi jika <strong>kesehatan</strong> <strong>jiwa</strong> dipan<strong>dan</strong>gmemiliki sifat kontinum. Dengan demikian, setiap orang/komunitas berhakmemperjuangkan suatu kondisi sehat sebagai salah satu tujuan hidupnya.Naskah Akademik <strong>dan</strong> Draf RUU Kesehatan Jiwa Khaerudin NPM 1006799092 10


B. Penyebab Umum Gangguan JiwaAda dua faktor utama yang merupakan penyebab terjadinya gangguan psikologis,yaitu: Faktor-faktor pendukung (predisposing factors): merupakan keberadaanindividu sebelum mengalami situasi yang penuh dengan tekanan (stress). Faktor initelah ada dalam diri seseorang, <strong>dan</strong> faktor-faktor penyebab (precipitating factors).Kemiskinan merupakan salah satu precipitating factor terjadinya gangguan <strong>jiwa</strong>.Manusia bereaksi secara keseluruhan, secara holistik, atau dapat dikatakan juga,secara somato-psiko-sosial. Dalam mencari penyebab gangguan <strong>jiwa</strong>, maka ketigaunsur ini harus diperhatikan. Gangguan <strong>jiwa</strong> artinya bahwa yang menonjol ialahgejala-gejala yang patologik dari unsur psike. Hal ini tidak berarti bahwa unsuryang lain tidak terganggu. Sekali lagi, yang sakit <strong>dan</strong> menderita ialah manusiaseutuhnya <strong>dan</strong> bukan hanya ba<strong>dan</strong>nya, <strong>jiwa</strong>nya atau lingkungannya.Hal-hal yang dapat mempengaruhi perilaku manusia ialah keturunan <strong>dan</strong>konstitusi, umur <strong>dan</strong> sex, keadaan ba<strong>dan</strong>iah, keadaan psikologik, keluarga, adatistiadat,kebudayaan <strong>dan</strong> kepercayaan, pekerjaan, pernikahan <strong>dan</strong> kehamilan,kehilangan <strong>dan</strong> kematian orang yang dicintai, agresi, rasa permusuhan, hubunganantar amanusia, <strong>dan</strong> sebagainya. Sumber penyebab gangguan <strong>jiwa</strong> dipengaruhioleh faktor-faktor pada ketiga unsur itu yang terus menerus salingmempengaruhi,(6) yaitu :1. Faktor-faktor somatik (somatogenik)2. Faktor-faktor psikologik ( psikogenik) :3. Faktor-faktor sosio-budaya (sosiogenik)C. Proses perjalanan penyakitGejala mulai timbul biasanya pada masa remaja atau dewasa awal sampai denganumur pertengahan dengan melalui beberapa fase antara lain :1. Fase Prodomal (Berlangsung antara 6 bula sampai 1 tahun, Gangguan dapatberupa Self care, gangguan dalam <strong>akademik</strong>, gangguan dalam pekerjaan,gangguan fungsi sosial, gangguan pikiran <strong>dan</strong> persepsi).Naskah Akademik <strong>dan</strong> Draf RUU Kesehatan Jiwa Khaerudin NPM 1006799092 11


2. Fase Aktif (Berlangsung kurang lebih 1 bulan, Gangguan dapat berupa gejalapsikotik; Halusinasi, delusi, disorganisasi proses berfikir, gangguan bicara,gangguan perilaku, disertai kelainan neurokimiawi).3. Fase Residual (Kien mengalami minimal 2 gejala; gangguan afek <strong>dan</strong> gangguanperan, serangan biasanya,berulang)D. Dampak Gangguan JiwaDerajat <strong>kesehatan</strong> <strong>jiwa</strong> masyarakat dapat dilihat dari angka kejadian gangguan <strong>jiwa</strong><strong>dan</strong> disabilitas. Gangguan <strong>dan</strong> penyakit <strong>jiwa</strong> termasuk burden disease. WHO(2001), menyatakan bahwa 12 % dari global burden disease disebabkan olehmasalah <strong>kesehatan</strong> <strong>jiwa</strong>. Angka ini lebih besar dari penyakit dengan penyebablainnya (fisik). Meskipun tidak tercatat sebagai penyebab kematian maupunkesakitan utama di Indonesia,bukan berarti <strong>kesehatan</strong> <strong>jiwa</strong> tidak ada atau kecilmasalahnya. Kurang terdatanya masalah <strong>kesehatan</strong> <strong>jiwa</strong> disebabkan <strong>kesehatan</strong> <strong>jiwa</strong>belum mendapat perhatian. Prevalensi gangguan <strong>jiwa</strong> di Indonesia saat inidiperkirakan sudah mencapai 11.6%. Kesakitan <strong>dan</strong> kematian karena masalahgangguan <strong>jiwa</strong> diketahui semakin meningkat di negara maju. Berbagai masalah<strong>kesehatan</strong> <strong>jiwa</strong> di masyarakat dapat menyebabkan gangguan <strong>jiwa</strong> yang berdampakmenurunkan produktifitas atau kualitas hidup manusia <strong>dan</strong> masyarakat.(3)Masalah <strong>kesehatan</strong> <strong>jiwa</strong> di masyarakat adalah sangat luas <strong>dan</strong> kompleks, bukanhanya meliputi yang jelas sudah terganggu <strong>jiwa</strong>nya, tetapi juga berbagai problempsikososial, bahkan berkaitan dengan kualitas hidup <strong>dan</strong> keharmonisan hidup.Masalah ini tidak dapat <strong>dan</strong> tidak mungkin diatasi oleh pihak <strong>kesehatan</strong> <strong>jiwa</strong> saja,tetapi membutuhkan suatu kerjasama yang luas secara lintas sektor, yangmelibatkan berbagai departemen, termasuk peran serta masyarakat <strong>dan</strong> kemitraanswasta, terlebih lagi dengan kondisi masyarakat kita yang saat ini se<strong>dan</strong>g dilandaberbagai macam krisis, maka tindakan pencegahan secara lintas sektor perludilakukan secara terpadu <strong>dan</strong> berkesinambungan, agar masalah tersebut tidakmemberikan dampak yang mendalam terhadap taraf <strong>kesehatan</strong> <strong>jiwa</strong> masyarakat.Naskah Akademik <strong>dan</strong> Draf RUU Kesehatan Jiwa Khaerudin NPM 1006799092 12


E. Gangguan <strong>jiwa</strong>, Stigma <strong>dan</strong> Hak Azasi Manusiaa. StigmaBanyak studi menemukan bahwa “pan<strong>dan</strong>gan masyarakat terhadap orangdengan gangguan <strong>jiwa</strong>” bertanggung jawab atas gangguan <strong>jiwa</strong> mereka,karena karakter yang buruk atau kurangnya moral, orang dengan gangguanseperti skizofrenia <strong>dan</strong> depresi berat disalahkan karena kondisinya (Weiner etal. 1988; Corrigan et al. 1999, 2003;. Watson et al, disampaikan). Dalam teoriatribusi manusia, Weiner (1995) berpendapat bahwa menyalahkan seseoranguntuk kondisi kehidupan negatif seperti ganggua <strong>jiwa</strong> mengarah ke kemarahan<strong>dan</strong> penghindaran sosial. Oleh karena itu, mendidik masyarakat tentang akarbiologis penyakit <strong>jiwa</strong> misalnya, membandingkan orang dengan penyakit <strong>jiwa</strong>bagi mereka dengan gangguan kronis lainnya seperti diabetes dapatmengurangi penyebab penyakit <strong>jiwa</strong>.Ada beberapa penelitian terbatas yang mendukung hipotesis ini; yaitu, orangcenderung tidak menyalahkan, marah, <strong>dan</strong> menghindari orang dengangangguan <strong>jiwa</strong> setelah mereka mendapatkan paparan tentang bagaimanapenyakit <strong>jiwa</strong> merupakan gangguan biologis yang orang tidak menghendaki(Corrigan et al. 2002). Mendidik masyarakat bahwa penyakit <strong>jiwa</strong> merupakanpenyakit saraf adalah strategi populer untuk memerangi stigma gangguan <strong>jiwa</strong>.Fakta menunjukkan bahwa sikap menyalahkan orang dengan gangguan <strong>jiwa</strong>hanya akan memburuk stigma. Sebaliknya, penjelasan psikososial telahterbukti menjanjikan, namun perlunya pendekatan yang seimbang untukmemerangi berbagai mitos tentang gangguan <strong>jiwa</strong> dengan informasi faktual.(7)Penelitian lain yang ditujukan untuk menggali persepsi tentang gangguan <strong>jiwa</strong><strong>dan</strong> pelayanan rehabilitasi antara Amerika Cina <strong>dan</strong> Vietnam. menunjukkanbahwa pan<strong>dan</strong>gan peserta tentang gangguan <strong>jiwa</strong> beragam : (a) gangguan <strong>jiwa</strong>adalah penyakit dapat diobati yang terdiri dari berbagai jenis <strong>dan</strong> bervariasidari ringan sampai parah, (b) penyebab utama gangguan <strong>jiwa</strong> adalah keadaanstress seperti Perang Vietnam <strong>dan</strong> imigrasi; (c) gangguan <strong>jiwa</strong> tidak dirasakanpositif dalam komunitas peserta <strong>dan</strong> (d) pelayanan konseling rehabilitasiNaskah Akademik <strong>dan</strong> Draf RUU Kesehatan Jiwa Khaerudin NPM 1006799092 13


hampir tidak diketahui oleh peserta meskipun beberapa dari mereka menyadaripelayanan <strong>kesehatan</strong> <strong>jiwa</strong>. (8)b. Hak Azasi ManusiaPiagam hak untuk esehatan mental adalah pernyataan hak yang dimaksudkanuntuk meningkatkan kualitas layanan <strong>dan</strong> mempromosikan pendekatanpelayanan <strong>kesehatan</strong> <strong>jiwa</strong> berbasis hak. Merupakan panduan bagi penderitagangguan <strong>jiwa</strong>, keluarga, pengasuh <strong>dan</strong> penyedia layanan. Hal Ini menyorotihak-hak penderita gangguan <strong>jiwa</strong> untuk menjalani hidup bebas mereka daridiskriminasi <strong>dan</strong> untuk mengakses pelayanan <strong>kesehatan</strong> yang menghormatiberbagai kebutuhan <strong>dan</strong> latar belakang penderita gangguann<strong>jiwa</strong> Ini adalahkomitmen dari pemerintah. Ini adalah pernyataan nilai. Hal ini tunduk padabatas yang wajar <strong>dan</strong> hukum-hukum..Piagam ini bukan hukum, <strong>dan</strong> sementara itu tetap menjadi komitmen <strong>dan</strong>pernyataan nilai-nilai. Hak-hak yang keluar tidak dapat langsung diberlakukandalam pengadilan. Namun, di bawah Hak Asasi Manusia Act 2004 (ACT),otoritas publik menyediakan pelayanan <strong>kesehatan</strong> <strong>dan</strong> memiliki kewajibanuntuk bertindak dengan cara yang konsisten dengan hak asasi manusia <strong>dan</strong>dilindungi oleh Un<strong>dan</strong>g-Un<strong>dan</strong>g serta mempertimbangkan hak-hak manusiadalam pengambilan keputusan.Seseorang dengan ketidakmampuan psikososial menghadapi stigma <strong>dan</strong>diskriminasi. Pelanggaran hak asasi manusia <strong>dan</strong> kebebasan <strong>dan</strong> penyangkalanhak sipil, politik, ekonomi, social <strong>dan</strong> budaya atas seseorang denganketidakmampuan psikososial merupakan hal yang sering terjadi di seluruhbagian dunia, baik dalam institusi ataupun masyarakat. Tindakan penyiksaansecara fisik, seksual <strong>dan</strong> psikologis merupakan pengalaman sehari hari bagibanyak orang. Selain itu mereka juga menghadapi ketidakadilan kesempatanuntuk bekerja <strong>dan</strong> diskriminasi untuk mengakses pendidikan, layanan<strong>kesehatan</strong> <strong>dan</strong> perumahan. Beberapa orang dimasukkan ke fasilitas perawatanJiwa di mana mereka kerap mengalami pertentangan <strong>jiwa</strong> atau perawatan yangmerendahkan martabat mereka. Di lain pihak, saat jumlah tempat tidur untukNaskah Akademik <strong>dan</strong> Draf RUU Kesehatan Jiwa Khaerudin NPM 1006799092 14


perawatan tidaklah cukup, kegagalan untuk melaksanakan rawat inap, ataupembebasan dini pasien, juga merupakan pelanggaran hak mereka untukmendapatkan perawatan. Bahkan dalam komunitasnya <strong>dan</strong> keluarganya sendiri,dijumpai kasus di mana seseorang dikurung dalam ruangan sempit, dipasungatau diikat ke pohon <strong>dan</strong> mengalami siksaan seksual. Pasal 1 DeklarasiUniversal Hak Asasi Manusia, yang di gunakan oleh PBB di tahun 1948,menyatakan bahwa semua orang bebas <strong>dan</strong> setara dalam hak <strong>dan</strong> martabatnya,<strong>dan</strong> ini termasuk orang dengan ketidakmampuan psikososial.Di bulan Mei 2008, Konvensi PBB atas Hak Orang dengan Kecacatan berlaku.Instrumen legal international ini melindungi semua hak fundamental seseorangdengan kecacatan seperti menunjukkan kapasitas diri, memilih pilihan merekasendiri, hidup dalam komunitas, menikmati privasi, dilindungi akan tindakdiskriminasi, bebas dari penyiksaan, perawatan yang kejam, tidak manusiawi<strong>dan</strong> merendahkan, termasuk eksperimen ilmiah <strong>dan</strong> medis tanpa ijin.“Konvensi PBB atas Hak Orang dengan Kecacatan mewajibkan kita untukberalih dari pendekatan beorientasi dari berbasis medis ke pendekatan berbasishak asasi manusia bagi para penyan<strong>dan</strong>g cacat/diabilitas. Pendekatan <strong>dan</strong>tindakan tradisional ini, terlepas dari nilai kebajikannya, menganggap orangdengan ketidakmampuan/kecacatan sebagai penerima pasif atas niat baik atausebagai masalah yang harus diperbaiki ataupun keduanya,” kata LouiseHarbour, Komisioner PBB untuk Hak Asasi(9)F. Kemiskinan <strong>dan</strong> Gangguan JiwaTerkait dengan isu kemiskinan ditemuka bahwa : Gangguan <strong>jiwa</strong> (neurosis) yangdialami masyarakat miskin 2 kali lebih tinggi jika dibandingkan denganmasyarakat yang tidak miskin. Masyarakat yang mempunyai persoalan dengankelaparan <strong>dan</strong> berhutang, memiliki potensi yang besar untuk mengalami gangguan<strong>jiwa</strong> neurosis. Gangguan mental (neurosis) pada umumnya dialami olehmasyarakat yang tinggal di daerah pemukiman yang miskin <strong>dan</strong> padat (10). WHOmelaporkan bahwa Gangguan <strong>jiwa</strong> (neurosis) juga pada umumnya dijumpai padamasyarakat yang tingkat penganggurannya tinggi <strong>dan</strong> berpenghasilan rendah(11).Khusus gangguan <strong>jiwa</strong> psikosis masyarakat yang memiliki status social ekonomiNaskah Akademik <strong>dan</strong> Draf RUU Kesehatan Jiwa Khaerudin NPM 1006799092 15


terendah mempunyai kecenderungan resiko schizophrenia 8 kali lebih tinggiketimbang masyrakat yang memiliki status sosial tertinggi (12).Gangguan Jiwa yang serius mengganggu kemampuan orang untuk melaksanakanaspek-aspek penting dari kehidupan sehari-hari, seperti perawatan diri <strong>dan</strong>manajemen rumah tangga. Gangguan <strong>jiwa</strong> juga dapat mencegah orang darimembentuk <strong>dan</strong> memelihara hubungan stabil atau menyebabkan orang salahmenafsirkan bimbingan orang lain <strong>dan</strong> bereaksi rasional. Ini sering mengakibatkanmendorong jauh pengasuh, keluarga, <strong>dan</strong> teman-teman yang mungkin menjagaorang dari menjadi tunawisma. Sebagai hasil dari faktor-faktor <strong>dan</strong> tekanan hidupdengan gangguan <strong>jiwa</strong> , orang dengan gangguan <strong>jiwa</strong> jauh lebih mungkin menjaditunawisma daripada populasi umum.(13) “Terdapat hubungan yang kuat antaratunawisma <strong>dan</strong> gangguan <strong>jiwa</strong>, dimana ditemukan bahwa orang dengan gangguan<strong>jiwa</strong> kronis atau alkoholisme parah, lebih rentan terhadap homelessness…”(14).Kalau kita lihat, hampir di setiap sudut sudut kota dimana kita tinggal, kitamendapat orang orang dengan gangguan <strong>jiwa</strong> hidup menggelan<strong>dan</strong>g. Baik di kotabesar ataupun di kota kecil tidak terkecuali di negara seperti Amerika. Sebuahpenelitian terhadap orang dengan penyakit mental serius dilihat oleh sistem<strong>kesehatan</strong> mental masyarakat California menemukan bahwa 15% adalahtunawisma setidaknya sekali dalam periode satu tahun (Folsom et al, 2005.)(13)Bahkan dikatakan sekitar 22% pendududk amerika yang mengalami gangguan <strong>jiwa</strong>hidup sebagai tunawisma. (15).A<strong>dan</strong>ya perubahan kebijakan dalam pelayanan <strong>kesehatan</strong> <strong>jiwa</strong> memberikankontribusi terhadap kondisi ini. Penderita gangguan <strong>jiwa</strong> yang menjadi tunwismaakan memiliki kontak yang kurang baik dengan keluarga maupun dengan temantemannya. Mereka juga akan mengalami hambatan dalam pekerjaan, gangguan<strong>kesehatan</strong> fisik, hidup dalam kemiskinan, bahkan banyak terkait dengan masalahhukum (kriminal).Setiap orang dengan gangguan <strong>jiwa</strong>, termasuk mereka yang tunawisma,memerlukan terus menerus akses ke berbagai layanan pengobatan <strong>dan</strong> rehabilitasiNaskah Akademik <strong>dan</strong> Draf RUU Kesehatan Jiwa Khaerudin NPM 1006799092 16


untuk mengurangi penurunan <strong>dan</strong> gangguan yang diakibatkan kondisi mereka.Orang dengan gangguan mental tidak perlu rawat inap, <strong>dan</strong> bahkan hanya sedikitmemerlukan perawatan di rumah sakit. Mereka dapat hidup dalam masyarakatSayangnya, tidak ada kecukupan layanan pengobatan berbasis komunitas, tidakada tempat tinggal atau perumahan yang terjangkau, untuk mengakomodasijumlah mereka.Banyak orang gangguan <strong>jiwa</strong> berhasil dikembalikan kepada masyarakat, tetapiresiduum besar yang pada dasarnya tidak dapat diobati <strong>dan</strong> sangat rentan hanyadibuang di sebuah komunitas tidak ramah. Dan di sana mereka menetap, kecualiketika mereka dimasukan ke dalam penjara karena dianggap sebagai alternatifyang lebih baik. Situasi ini menuntut tindakan, perlu kembali ke konsep asli dari"suaka" (yaitu, perlindungan) bagi orang-orang yang memiliki sedikit harapanyang berhasil dimasukkan ke dalam masyarakat. Bisa mengembangkan teknikyang memungkinkan seseorang setelah mendapatkan perawatan yang sesuai dirumah sakit <strong>dan</strong> kembali ke masyarakat.(16)Hasil Studi menekankan pentingnya layanan integrasi, keterjangkauan <strong>dan</strong>keterlibatan, penggunaan manajemen kasus dalam sistem perawatan, perumahanyang mendukung <strong>dan</strong> pilihan pengobatan yang responsif , <strong>dan</strong> pentingnya kegiatansehari-hari bermakna bagi mereka(15).Berbagai pendekatan harus digunakan untuk membantu mereka mendapatkanperumahan, selain itu, program yang menjamin akses layanan berbasis masyarakat,serta komitmen untuk membuat pekerjaan sehingga mereka mampu hidup mandiri.Berdasarkan studi yang dilakukan di UK dalam kaitan dengan penanganan masalahtunawisma ini ada beberapa hal yang rekomendasikan diantaranya : mengurangistigma social melalui pendekatan berbasiskan masyarakat, memberdayakangenerasi muda untuk mengembangkan layanan yang mendukung akses <strong>dan</strong> pekabudaya, mengupayakan a<strong>dan</strong>ya perumahan bagi tuna wisma, mediasi dengankeluarga <strong>dan</strong> pelayanan <strong>kesehatan</strong> baik yang bersifat promotif maupunpreventif(17)Naskah Akademik <strong>dan</strong> Draf RUU Kesehatan Jiwa Khaerudin NPM 1006799092 17


G. Masalah Masalah Terkait dengan Gangguan Jiwaa. Masalah sosialBerdasarkan temuan terakhir oleh Dr Paul Mullen (2006), sebagian besarorang dengan gangguan <strong>jiwa</strong> mengalami tindak kekerasan. Sebagai contoh, dari1 dari 100 orang yang memiliki skizofrenia, hanya 0,1% yang ka<strong>dan</strong>g-ka<strong>dan</strong>gmengalami kekerasan. Ada bukti yang menunjukkan bahwa orang dengangangguan <strong>jiwa</strong> yang menerima pengobatan tidak lebih mungkin untukmelakukan kekerasan daripada orang pada umumnya. Risiko seseorang yangse<strong>dan</strong>g dirawat untuk skizofrenia, misalnya, merugikan atau membunuh oranglain hampir sama dengan populasi umum. Satu dalam sepuluh orang denganskizofrenia, bagaimanapun, akan bunuh diri. Ini adalah sepuluh kali risikodibandingkan dengan populasi umum. Bahkan, orang dengan gangguan <strong>jiwa</strong>mental, menurut penelitian, dua kali lebih mungkin menjadi korban kekerasandari populasi umum. Stigma <strong>dan</strong> diskriminasi, banyak orang yang terkenaskizofrenia merasa begitu sulit untuk mengatasi bahwa mereka tidak perlumengakhiri hidup mereka sendiri ". Hon Walker Hakim Frank - PresidenPersekutuan Skizofrenia NSW, 2003. Orang-orang umumnya mungkinmenjadi kekerasan ketika mereka se<strong>dan</strong>g stres, ketika mereka kekuranganketerampilan untuk mengatasi situasi yang dihadapi. Kekerasan dapatdigunakan sebagai sarana untuk mempertahankan kontrol <strong>dan</strong> dominasi, ataudapat digunakan sebagai alat penanggulangan (Buruk) sebuah situasi yangtidak menyenangkan. Banyak Penelitian telah dilakukan untuk mengeksplorasimengapa orang menggunakan kekerasan terhadap orang lain. Menonjol dalamdata penelitian adalah pengertian tentang perilaku yang dipelajari (sejarahkekerasan keluarga merupakan prediktor kuat) <strong>dan</strong> peran sosial (laki-lakimelakukan kekerasan pada mengkhawatirkan tingkat lebih tinggi daripadawanita <strong>dan</strong> (18).b. Masalah hukumPersepsi masyarakat mengatakan bahwa kebanyakan orang dengan gangguan<strong>jiwa</strong> cenderung identik dengan kekerasan. Penelitian menunjukkan bahwa, bilaNaskah Akademik <strong>dan</strong> Draf RUU Kesehatan Jiwa Khaerudin NPM 1006799092 18


diobati, individu dengan penyakit mental tidak lebih mungkin untuk melakukantindak kekerasan dari orang rata rata. Ketika tidak dalam pengobatan <strong>dan</strong>ketika menyalahgunakan zat, individu dengan gangguan <strong>jiwa</strong> tidak melakukantindakan kekerasan. Sebaliknya, individu dengan mental sakit akanmeningkatkan risiko korban kejahatan. Proyek Konsensus Nasional (DewanPemerintahan Negara) melaporan, "Di kantor polisi dari US dengan populasilebih dari 100.000, sekitar 7 persen dari semua kontak polisi, baik penyelidikan<strong>dan</strong> keluhan, melibatkan seseorang yang diyakini memiliki ganguan <strong>jiwa</strong>”.Orang dengan gangguan <strong>jiwa</strong> sering ditangkap <strong>dan</strong> dipenjara ketika perawatan<strong>kesehatan</strong> <strong>jiwa</strong> mungkin pilihan yang layak baginya.(19)Orang dengan gangguan <strong>jiwa</strong> juga dapat terlibat dengan peradilan pi<strong>dan</strong>akarena perilaku agresif. Hingga saat ini, penelitian menyimpulkan bahwa adahubungan antara penyakit mental <strong>dan</strong> kekerasan di masyarakat (PenelitianJaringan MacArthur tentang Kesehatan Mental <strong>dan</strong> Hukum, 2004). Namun,dalam keadaan tertentu, orang dengan gangguan <strong>jiwa</strong> mungkin berisiko lebihbesar untuk menunjukkan perilaku agresif atau kekerasan yang harus diberikansanksi. Gejala penyakit tidak selalu meningkatkan risiko, namun risikomeningkat dengan a<strong>dan</strong>ya faktor lain tertentu, yang paling signifikan yangpenggunaan alkohol atau obat lain. Faktor lain yang meningkatkan risikomencakup riwayat kekerasan, kemarahan, kekerasan yang dipersepsikan, <strong>dan</strong>psikopati, yang merupakan gangguan ditandai dengan kurangnya kepedulianterhadap orang lain <strong>dan</strong> perilaku impulsif (Monahan et al, 2001.).(19) Banyakfaktor yang menyebabkan kekerasan di antara orang dengan gangguan <strong>jiwa</strong>sama seperti orang-orang dengan mental atai <strong>jiwa</strong> yang normal atau baik(Howells, Hari, & Thomas-Peter, 2004, lihat juga, Bonta et al, 1998.)(20).Kondisi <strong>kesehatan</strong> <strong>jiwa</strong> adalah sebuah tantangan khusus dalam kesetaraanhukum karena sering menimbulkan perdebatan terkait dengan pihak yangberperkara mengalami masalah <strong>jiwa</strong>, un<strong>dan</strong>g un<strong>dan</strong>g tentang disabilityterkan<strong>dan</strong>g tidak selalu dapat melindungi orang yang mengalami masalah <strong>jiwa</strong>di dalam pengadilan, menentukan ada tidaknya masalah ke<strong>jiwa</strong>an saja seringmenimbulkan permasalahan dalam perkara hukum. Sangat penting bahwaNaskah Akademik <strong>dan</strong> Draf RUU Kesehatan Jiwa Khaerudin NPM 1006799092 19


a<strong>dan</strong>ya memperoleh kepastian hukum, terutama ketika kondisi <strong>kesehatan</strong> <strong>jiwa</strong>mempengaruhi (21) sebagai ilustrasi adalah contoh kasus di bawah ini :“……Retorika politik terus di belakang serangan 8 Januaripenembakan yang menewaskan enam orang di Tucson, Arizona Kitamungkin tidak tahu apa yang mendorong terdakwa penembak JaredLoughner. Sementara Amerika terus memperdebatkan alasan di baliktindakan tak masuk akal, mungkin kita bisa sepakat pada satu hal:Loughner adalah individu bermasalah yang berjuang dengan penyakitmental. Loughner jelas tidak mendapatkan bantuan yang ia butuhkan,tetapi tindakannya menyakitkan, mengilustrasikan kebutuhan orangorangdengan krisis <strong>kesehatan</strong> mental untuk memiliki akses terhadapbantuan”.(22)Berikut adalah Representasi dari Orang dengan gangguan <strong>jiwa</strong> dalam SistemPeradilan Pi<strong>dan</strong>a :(23)a. Saat ini, ada sekitar 2 juta orang dipenjara di ASb. sekitar 10 juta orang yang dibukukan ke dalam penjara AS dalam setahunini.c. Sekitar lima persen dari penduduk AS memiliki masalah menatl yangserius.d. laporan AS Departemen Kehakiman, bagaimanapun, sekitar 16 persen daripenduduk di penjara atau kurungan memiliki gangguan <strong>jiwa</strong>e. Sebuah studi di New York State menemukan bahwa laki-laki terlibat dalammasalah mental selama lima tahun empat kali mungkin dipenjaraf. Los Angeles County Jail, Cook County Jail (Chicago) <strong>dan</strong> Riker's Island(New York City) masing-masing memegang penderita gangguan <strong>jiwa</strong> padasetiap hari dari setiap fasilitas ke<strong>jiwa</strong>ang. Hampir tiga perempat dari narapi<strong>dan</strong>a dengan gangguan <strong>jiwa</strong> memilikikejadian penyalahgunaan zat.h. Narapi<strong>dan</strong>a dengan penyakit mental di penjara negara adalah 2,5 kali lebihmungkin untuk memiliki menjadi tunawisma di tahun sebelumnyadibanding mereka tanpa gangguan <strong>jiwa</strong>.i. Hampir separuh narapi<strong>dan</strong>a di penjara dengan gangguan <strong>jiwa</strong>.Naskah Akademik <strong>dan</strong> Draf RUU Kesehatan Jiwa Khaerudin NPM 1006799092 20


c. Kriminalisasi Gangguan JiwaAda empat kali lebih banyak orang dengan penyakit mental di Tennesseecounty penjara (19,1%), seperti pada populasi umum (5%) (Kessler et al, 1999)Pada hari tertentu di Tennessee ada rata-rata 3.339 narapi<strong>dan</strong>a penjara dengandiagnosis ganguan <strong>jiwa</strong> yang serius. Secara nasional, hampir seperempat(23,2%) dari tahanan penjara dengan penyakit mental ditangkap <strong>dan</strong> dipenjarauntuk pelanggaran ketertiban umum yang dapat dihubungkan kegejalagangguan <strong>jiwa</strong> yang tidak diobati.(19)Persepsi publik adalah bahwa kebanyakan orang dengan penyakit mental yangcenderung kekerasan. Penelitian telah berulang kali menunjukkan bahwa, biladiobati, individu dengan penyakit mental tidak lebih mungkin untuk melakukantindak kekerasan dari orang rata-rata. Ketika tidak dalam pengobatan <strong>dan</strong>ketika menyalahgunakan zat, individu dengan penyakit mental tidak melakukantindakan kekerasan. Sebaliknya, individu dengan mental sakit akanmeningkatkan risiko korban kejahatan. Proyek Konsensus Nasional (DewanPemerintahan Negara) laporan, "Di kantor polisi dari US dengan populasi lebihdari 100.000, sekitar 7 persen dari semua kontak polisi, baik penyelidikan <strong>dan</strong>keluhan, melibatkan seseorang yang diyakini memiliki penyakit mental”.Orang dengan penyakit mental sering ditangkap <strong>dan</strong> dipenjara ketika pengalihperhatian untuk perawatan <strong>kesehatan</strong> mental mungkin opsi yang layak(19)H. Advokasi dalam Kesehatan JiwaKonsep advokasi <strong>kesehatan</strong> <strong>jiwa</strong> telah dikembangkan untuk mempromosikan hakorang-orang dengan gangguan <strong>jiwa</strong> <strong>dan</strong> untuk mengurangi stigma <strong>dan</strong>diskriminasi. Ini terdiri dari berbagai tindakan yang bertujuan mengubah sikaputama struktural <strong>dan</strong> hambatan untuk mencapai hasil positif <strong>kesehatan</strong> <strong>jiwa</strong> padapopulasi. Advokasi dalam bi<strong>dan</strong>g ini dimulai ketika keluarga orang dengangangguan <strong>jiwa</strong> membuat suara mereka didengar. Orang dengan gagguan <strong>jiwa</strong> lalumenambahkan kontribusi mereka sendiri. Secara bertahap, orang-orang ini <strong>dan</strong>keluarga mereka bergabung <strong>dan</strong> didukung oleh berbagai organisasi, banyakpetugas <strong>kesehatan</strong> <strong>jiwa</strong> <strong>dan</strong> asosiasi mereka, <strong>dan</strong> beberapa pemerintah. Baru-baruini, konsep advokasi telah diperluas untuk mencakup kebutuhan <strong>dan</strong> hak-hak orangNaskah Akademik <strong>dan</strong> Draf RUU Kesehatan Jiwa Khaerudin NPM 1006799092 21


dengan gangguan <strong>jiwa</strong> ringan <strong>dan</strong> kebutuhan <strong>kesehatan</strong> <strong>jiwa</strong> <strong>dan</strong> hak-hak populasiumum. Advokasi dianggap sebagai salah satu dari sebelas tindakan dalamkebijakan <strong>kesehatan</strong> mental karena manfaat yang menghasilkan bagi orang-orangdengan gangguan <strong>jiwa</strong> <strong>dan</strong> keluarga mereka. Gerakan advokasi telah secarasubstansial mempengaruhi kebijakan <strong>kesehatan</strong> <strong>jiwa</strong> <strong>dan</strong> un<strong>dan</strong>g-un<strong>dan</strong>g dibeberapa negara <strong>dan</strong> diyakini menjadi kekuatan utama di balik peningkatanpelayanan pada orang lain . Di beberapa tempat juga bertanggung jawab untukpeningkatan kesadaran peran <strong>kesehatan</strong> <strong>jiwa</strong> dalam kualitas hidup pendudukMunculnya gerakan advokasi <strong>kesehatan</strong> mental di beberapa negara telah membantuuntuk mengubah persepsi masyarakat tentang orang-orang dengan gangguan <strong>jiwa</strong>.mengartikulasikan visi mereka sendiri layanan yang dibutuhkan. Mereka semakinmampu membuat keputusan tentang pengobatan <strong>dan</strong> hal-hal lain dalam kehidupansehari-hari. Partisipasi keluarga dalam organisasi-organisasi advokasi jugamemiliki beberapa hasil positif.(24)I. Anak-anak dengan Gangguan MentalUntuk sejumlah alasan, gangguan mental <strong>dan</strong> perilaku yang dikatakan paling sulitdari semua kondisi anak-anak adalah mendiagnosa. Meskipun alat-alatpenyaringan/skreening yang semakin handal, ketepatan diagnosis tidak terletakpada laboratorium uji namun atas laporan perasaan <strong>dan</strong> perilaku yang sampaikanoleh anak-anak, orangtua, dokter, <strong>dan</strong> guru. Hal yang mempersulit masalah,sejumlah gangguan berbagi gejala umum. Takut stigma juga berperan; dewasacenderung untuk menolak pelabelan anak-anak karena takut merusak merekasendiri atau anak-anak mereka citra diri <strong>dan</strong> pengobatan oleh masyarakat. (Adapersepsi masyarakat bahwa anak-anak dengan gangguan mental yang buruk, bukansakit, <strong>dan</strong> mereka atau orang tua mereka disalahkan atas perilakunya.) Samamenantang adalah ketidakjelasan antara gejala gangguan mental <strong>dan</strong> perilakuremaja normal. Remaja sering mengalami kemurungan <strong>dan</strong> ledakan kemarahanserta percobaan dengan alkohol <strong>dan</strong> obat-obatan.Sekitar 20 persen dari semua anak memiliki gangguan mental emosi, , atau tingkahlaku; sekitar setengah dari mereka secara signifikan terganggu pada kemampuanmereka untuk fungsi di sekolah, di rumah, <strong>dan</strong> dalam masyarakat. Namun antara70 <strong>dan</strong> 80 persen dari anak-anak tidak mendapat bantuan. Sistem pelayanan iniNaskah Akademik <strong>dan</strong> Draf RUU Kesehatan Jiwa Khaerudin NPM 1006799092 22


dirancang untuk membantu anak-anak yang penuh dengan kesenjangan. Anak-anakini tidak teridentifikasi <strong>dan</strong> terlayani oleh sistem pendidikan, salah satu daribeberapa sistem publik diamanatkan untuk melayani mereka. Pertanggunganasuransi swasta sering pendek <strong>dan</strong> Medicaid, menjadi pembayar utama perawatanuntuk layanan <strong>kesehatan</strong> mental anak-anak, sering kurang dimanfaatkan.Kebutuhan konseling, dukungan keluarga, <strong>dan</strong> layanan intervensi intensif untukringan sampai serius anak-anak terganggu jauh melebihi pasokan yang ditawarkanoleh sistem <strong>kesehatan</strong> mental. Keluarga terlalu sering dipaksa untuk melepaskanhak asuh anak-anak mereka untuk kesejahteraan anak <strong>dan</strong> remaja. Sistem-sistemperadilan semata-mata mengakses layanan <strong>kesehatan</strong> mental yang merekadinyatakan tidak dapat atau mampu menemukan.(25)J. Pelayanan Kesehatan JiwaDalam dua dekade terakhir, telah terjadi perdebatan antara mereka yangmendukung memberikan perawatan <strong>kesehatan</strong> mental di rumah sakit, <strong>dan</strong> merekayang lebih memilih memberikan pelayanan di masyarakat, terutama atau bahkansecara eksklusif. Alternatif yang ketiga adalah dengan memanfaatkan layananmasyarakat <strong>dan</strong> perawatan rumah sakit. Dalam model perawatan seimbang,fokusnya adalah pada penyediaan jasa dalam masyarakat dekat dengan populasiyang dilayani, sementara tetap rumah sakit adalah sebagai tempat perawatan yangsesingkat mungkin, hanya digunakan bila diperlukan. Interpretasi layananseimbang berbasis masyarakat melampaui retorika tentang apakah perawatanrumah sakit atau pelayanan masyarakat yang lebih baik, <strong>dan</strong> bukannya mendorongpertimbangan gabungan dari pendekatan yang paling cocok untuk daerah tertentupada waktu tertentu.(26)a. Pelayanan TerpaduLayanan Kesehatan terpadu, berbagai elemen pelayanan terintegrasi,pendekatan segmental, di mana program-program seperti pusat penitipan atauklinik rawat jalan beroperasi secara independen dari unsur-unsur lain, di luarsistem yang terorganisir, harus dihindari. Jauh lebih efektif adalah pendekatanterintegrasi untuk pelayanan, di mana komponen pelayanan bagian yang salingberhubungan dari seluruh sistem perawatan. Keseimbangan layanan berbasisNaskah Akademik <strong>dan</strong> Draf RUU Kesehatan Jiwa Khaerudin NPM 1006799092 23


<strong>kesehatan</strong> mental masyarakat yang mencerminkan beberapa prinsip utama:otonomi, kontinuitas, efektivitas, aksesibilitas, kelengkapan, keadilan,akuntabilitas, koordinasi <strong>dan</strong> efisiensi. (26)Tim Perawatan Kesehatan Mental Komunitas (CMHTs). CMHTs adalahpelayanan <strong>kesehatan</strong> mental dasar pada masyarakat. Model paling sederhanauntuk menyediakan layanan masyarakat. CMHTs menyediakan berbagaiintervensi, dimana orang dewasa dengan penyakit mental berat. Buktimenunjukkan bahwa ada manfaat yang jelas untuk ini, tim nonspecializedmultidisiplin berbasis masyarakat. CMHTs dapat mempromosikan keterlibatanlayanan <strong>kesehatan</strong> mental, menciptakan kepuasan pengguna yang lebih besar<strong>dan</strong> meningkatkan kebutuhan, meskipun mereka tidak menghasilkan perbaikangejala atau sosial yang signifikan. Keuntungan utama mereka adalahmeningkatkan kesinambungan perawatan <strong>dan</strong> fleksibilitas. Pasien bisamendapatkan keuntungan dari melihat anggota staf yang sama selama jangkapanjang, <strong>dan</strong> dalam situasi krisis, hubungan tersebut dapat terbukti sangatberharga. Kemampuan CMHTs mobile untuk menghubungi pasien di rumah, ditempat kerja <strong>dan</strong> di lokasi netral seperti kafe lokal sehingga kekambuhan lebihawal diidentifikasi <strong>dan</strong> diobati lebih, <strong>dan</strong> pengobatan yang mungkin lebih baik(26)lanjut dikatakan bahwa tidak ada argumen yang meyakinkan atau bukti ilmiahyang mendukung model perawatan <strong>kesehatan</strong> mental yang didasarkan padaperawatan di rumah sakit saja. Di sisi lain, juga tidak ada bukti ilmiah bahwalayanan berbasis masyarakat dapat memberikan perawatan yang komprehensif<strong>dan</strong> memuaskan. Terdapat fakta <strong>dan</strong> pengalaman klinis, bahwa di banyaknegara mendukung model perawatan seimbang yang mencakup pelayanan dirumah sakit <strong>dan</strong> kepedulian masyarakat. Namun demikian kualitas hidup bagipenderita masalah <strong>kesehatan</strong> <strong>jiwa</strong> dapat dipengaruh oleh sikap diskriminatif<strong>dan</strong> stigma masyarakat dimana mereka tinggal, termasuk tenaga <strong>kesehatan</strong>yang masih tertinggal dalam memberikan intervensi berdasarkan fakta(evidence based). Dari aspek biaya pelayanan <strong>kesehatan</strong> di masyarakat terbuktilebih efektif . model pelayanan berbasis masyarakat telah terbukti dapatNaskah Akademik <strong>dan</strong> Draf RUU Kesehatan Jiwa Khaerudin NPM 1006799092 24


menghemat pengeluaran biaya. Namun demikian, ketersediaan sumber dayadapat menghambat pelaksanaan pelayanan.(26)Kebijakan Nasional Inggris yang ditujukan untuk memastikan bahwamasyarakat dengan gangguan <strong>jiwa</strong> /sakit mental mendapatkan kepastian. Salahsatu inisiatif nya adalah Program Care Approach (BPA) yang mengembangkanpendekatan kebutuhan <strong>kesehatan</strong> <strong>dan</strong> layanan social. rencana perawatan untukpasien setelah pengobatan selesai, paket koordinasi <strong>kesehatan</strong> <strong>dan</strong> kepeduliansosial, <strong>dan</strong> sistem informasi. Sebuah survei yang dilakukan menegaskan banyaktemuan terbaru <strong>dan</strong> menimbulkan isu-isu lainnya untuk pimpinan <strong>kesehatan</strong> <strong>dan</strong>pelayanan sosial. Termasuk di dalamnya adalah kebutuhan untuk mengenali<strong>dan</strong> mengubah praktek-praktek buruk lembaga pelayanan, mengembangkansistem <strong>dan</strong> membuat prioritas yang menggabungkan variabel <strong>kesehatan</strong> <strong>dan</strong>kepedulian sosial, melaksanakan sistem informasi yang relevan <strong>dan</strong> mudahdiakses, <strong>dan</strong> mengembangkan standar layanan <strong>kesehatan</strong> mental.(27)b. Kesehatan Jiwa KomunitasPenelitian Ba<strong>dan</strong> Kesehatan Dunia di beberapa negara berkembangmenunjukkan bahwa 30-50% pasien yang berobat ke sarana pelayanan<strong>kesehatan</strong> umum ternyata menderita gangguan atau masalah <strong>kesehatan</strong> yangberlatar belakang mental emosional. Oleh karenanya,diperlukan suatu intervensiprogram untuk menangani masalah <strong>kesehatan</strong> secara dini. Program seperti inidapat menyelesaikan masalah <strong>kesehatan</strong> mental berbasis masyarakat karenaindividu yang bermental sehat pada akhirnya akan mewujudkan masyarakatyang sehat <strong>jiwa</strong>.Pendekatan Community Mental Health Nurse (CMHN) yaitu suatu pendekatanasuhan keperawatan <strong>jiwa</strong> masyarakat yang dapat dilakukan oleh perawat denganpengawasan dokter, yang dilakukan untuk mengantisipasi kurangnya tenaga<strong>kesehatan</strong> <strong>jiwa</strong> (perawat <strong>jiwa</strong> <strong>dan</strong> psikiater).Pelatihan CMHN ini difokuskanpada tenaga perawat, sementara untuk konseling <strong>dan</strong> juga terapi medis denganpsikotropika dilakukan oleh dokter melalui pelatihan GP (General Practitioner)Plus. Pengembangan program <strong>kesehatan</strong> mental berbasis masyarakat bertujuanNaskah Akademik <strong>dan</strong> Draf RUU Kesehatan Jiwa Khaerudin NPM 1006799092 25


untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan <strong>dan</strong> kesadaran masyarakatdalam menemukan kasus gangguan mental.Tujuan lain untuk mengikutsertakanpenderita <strong>dan</strong> keluarga gangguan mental untuk mengikuti terapi <strong>kesehatan</strong> <strong>jiwa</strong>yang dilaksanakan oleh tenaga <strong>kesehatan</strong>, mendeteksi <strong>dan</strong> meningkatkanmotivasi penderita gangguan mental yang telah mandiri untuk datang ke fasilitaspelayanan <strong>kesehatan</strong>. Konsep ini sesuai dengan pendekatan pelayanan <strong>kesehatan</strong>berbasis masyarakat yang di adopsi dari model level intervensi pelayanan<strong>kesehatan</strong> <strong>jiwa</strong> secara komprehensif .(9)c. Medical examination <strong>dan</strong> Etika PelayananPenilaian penyakit fisik relatif umum di antara dokter <strong>kesehatan</strong> mental namunkurang dalam sepertiga dari kasus-kasus dalam penelitian ini. oleh Karenapemeriksaan berbeda dengan disiplin dokter <strong>dan</strong> etnis pasien, inovasi dalampenilaian pasien <strong>dan</strong> pendidikan dokter diperlukan untuk mengatasi kesenjangandalam pengelolaan penyakit fisik diantara individu dengan penyakit mental.(Services, Psikiatri 61:32-37 2010)(28). Dari perspektif etika, psikiater tidakdapat menerima hadiah dengan nilai uang yang signifikan dari pasien mereka.Pedoman ini menimbulkan pertanyaan penting mengenai praktek-praktekkelembagaan yang berkaitan dengan pemberian hadiah dalam psikiatri. Setiapsituasi harus dievaluasi untuk "risiko etis," sebuah etika yang konstruktif akantercapai jika pemimpin <strong>dan</strong> stakeholders yang beragam mengkomunikasikannilai pendekatan baru melalui kata-kata mereka, harapan, <strong>dan</strong> tindakan. Melaluiupaya ini, perhatian yang lebih besar akan diberikan kepada keprihatinan orangdengan penyakit mental(29).d. Terapi PsikiatrikPaparan dibawah ini menjelaskan pentingnya kegiatan atau aktifitas fisik bagiorang dengan gangguan <strong>jiwa</strong>. Sebuah Artikel menunjukkan bukti yangmendukung kebutuhan aktivitas fisik orang dengan gangguan <strong>jiwa</strong> yang serius.Individu dengan ganguan <strong>jiwa</strong> yang serius beresiko tinggi mengalami penyakitkronis, termasuk diabetes <strong>dan</strong> penyakit jantung. Olahraga dapat mengurangigejala sekunder seperti harga diri rendah <strong>dan</strong> penarikan sosial. Meskipunprogram kelompok terstruktur bisa efektif untuk orang-orang dengan gangguanNaskah Akademik <strong>dan</strong> Draf RUU Kesehatan Jiwa Khaerudin NPM 1006799092 26


<strong>jiwa</strong> serius, khususnya program berjalan, perubahan gaya hidup yang berfokuspada kegiatan sepanjang hari mungkin paling sesuai. Penelitian menunjukkanbahwa latihan bagi orang-orang dengan penyakit mental sering dianggapsebagai pengobatan yang paling terhormat. Kepatuhan terhadap intervensiaktivitas fisik tampaknya sebanding dengan populasi umum. penyedia layanan<strong>kesehatan</strong> mental dapat menyediakan kegiatan fisik untuk individu dengangangguan <strong>jiwa</strong> yang serius. (Layanan Psikiatri 56: 324-331, 2005)(30)K. Preventif, Promotif <strong>dan</strong> rehabilitatif Kesehatan Jiwaa. PreventifMasalah <strong>kesehatan</strong> <strong>jiwa</strong> dapat terjadi pada semua usia <strong>dan</strong> setiap kelompoksosial. Di antara orang yang paling rentan adalah mereka terkait dengan genetikseseorang didiagnosis memiliki gangguan mental, <strong>dan</strong> anak-anak pada tahapperkembangan tertentu. Ada juga kecenderungan untuk masalah <strong>kesehatan</strong> <strong>jiwa</strong>Dan gangguan <strong>jiwa</strong> di antara remaja, orang tua, pengangguran, secara sosialterisolasi, mereka melewati krisis kehidupan utama seperti berkabung atauhubungan rusak, orang mengalami atau pemulihan dari kecelakaan ataupenyakit mengancam kehidupan, pribumi <strong>dan</strong> imigran populasi <strong>dan</strong> keluargadengan minimal keterampilan coping. Hal ini diakui bahwa kita sekarangmemahami beberapa kondisi, langkah-langkah pencegahan yang dapatdilakukan(31) :1. Mengharapkan bahwa faktor-faktor yang kontribusi terhadappengembangan atau eksaserbasi masalah <strong>kesehatan</strong> <strong>jiwa</strong> <strong>dan</strong> gangguan<strong>jiwa</strong> akan diidentifikasi <strong>dan</strong> itu bila memungkinkan akan diterapkanstrategi untuk meminimalkan dampak dari faktor tersebut.2. Mengharapkan bahwa program pencegahan primer, sekunder <strong>dan</strong>tersier dikembangkan3. Program pencegahan akan dikembangkan, diimplementasikan <strong>dan</strong>dievaluasi sebagai bagian penting dari perawatan yang disediakan untukorang yang berisiko atau menderita masalah <strong>kesehatan</strong> mental ataugangguan mental.Naskah Akademik <strong>dan</strong> Draf RUU Kesehatan Jiwa Khaerudin NPM 1006799092 27


. Promosi <strong>dan</strong> PerlindunganOrang dengan gangguan <strong>jiwa</strong> di seluruh dunia mengalami pelanggaran hakasasi manusia, stigma <strong>dan</strong> diskriminasi. Untuk mengatasi masalah ini,WHO (24) mendesak pemerintah untuk:1. Mengembangkan <strong>dan</strong> melaksanakan kebijakan, rencana, hukum <strong>dan</strong>pelayanan mempromosikan hak asasi manusia2. Meningkatkan akses terhadap kualitas <strong>kesehatan</strong> mental <strong>dan</strong> perawatanyang baik3. Melindungi terhadap pengobatan tidak manusiawi <strong>dan</strong> merendahkan4. Libatkan pengguna layanan <strong>kesehatan</strong> mental <strong>dan</strong> keluarga5. Perubahan sikap <strong>dan</strong> tumbuhkan kesadaranc. RehabilitasiVictoria memiliki tradisi yang kuat dalam penyediaan rehabilitasipsikososial <strong>dan</strong> cacat, mendukung program-program di sektor masyarakat<strong>dan</strong> telah membentuk peran utama di antara Negara bagian Australia <strong>dan</strong>Territories. Layanan sekarang dikenal sebagai Psikiatri RehabilitasiLayanan Dukungan <strong>dan</strong> Cacat (PDRSS). Layanan ini menyediakan layananspesialis <strong>dan</strong> program untuk orang orang dengan gangguan <strong>jiwa</strong>, bertujuanuntuk menciptakan peluang bagi pemulihan <strong>dan</strong> pemberdayaan. Merekamemiliki komitmen terhadap prinsip-prinsip berikut: (32)1. Penyediaan individual, program-program rehabilitasi psikososialberkualitas tinggi <strong>dan</strong> dukungan untuk orang dengan gangguan <strong>jiwa</strong>.2. Aksesibilitas kepada peserta <strong>dan</strong> peserta potensial.3. Responsif terhadap kebutuhan peserta.4. Responsif terhadap kebutuhan wilayah layanan lokal mereka.5. Dorongan <strong>dan</strong> dukungan untuk keterlibatan peserta <strong>dan</strong> penjaga manatepat, dalam pelayanan, evaluasi pelaksanaan perencanaan, <strong>dan</strong>manajemen.6. Promosi dari penerimaan masyarakat <strong>dan</strong> pengurangan stigma bagiorang yang terkena gangguan mental.Naskah Akademik <strong>dan</strong> Draf RUU Kesehatan Jiwa Khaerudin NPM 1006799092 28


Pemulihan Gangguan Jiwa(33), Studi-studi secara konsisten menemukanbahwa setengah sampai dua pertiga dari pasien secara signifikan membaikatau pulih, termasuk beberapa kohort kasus yang sangat kronis. KriteriaUniversal untuk pemulihan telah didefinisikan sebagai : tidak ada obatobatansaat ini, bekerja, berhubungan baik untuk keluarga <strong>dan</strong> temanteman,terintegrasi ke dalam masyarakat, <strong>dan</strong> tidak berperilaku sedemikianrupa saat di bawa ke rumah sakit. Harapan yang lebih tinggi membuat hasilyang lebih tinggi sementara harapan yang rendah mengurangi potensipemulihan <strong>dan</strong> ketergantungan seumur hidup mendorong pada sistemperawatan <strong>kesehatan</strong> mental. Sementara kita tidak akan selalu mencapaihasil tertinggi, keyakinan bahwa orang tersebut dapat pulih dari traumapenyakit mental mereka <strong>dan</strong> hidup <strong>dan</strong> dukungan mereka dalam masyarakatmembuat harapan. Hal ini menyebabkan rasa self-efficacy <strong>dan</strong> harga diriyang merupakan landasan pemulihan <strong>dan</strong> untuk hasil yang lebih baik.Pemulihan sebagai suatu kemungkinan mengarah ke pengembanganspesifik intervensi <strong>dan</strong> praktek untuk mempromosikannya. Jadi,kemungkinan pemulihan menjadi harapan. Stigma <strong>dan</strong> diskriminasiterhadap sakit mental biasa <strong>dan</strong> bahkan lazim di sistem perawatan kami.Diskriminasi tidak harus didukung. Di bawah arahan Otto Wahl, Ph.D.,profesor psikologi di George Mason University di Fairfax, VA, sebuah timpeneliti melakukan survei lebih dari 1.400 konsumen dari setiap negara diseluruh negeri menanyakan mereka tentang pengalaman pribadi denganstigma <strong>dan</strong> diskriminasi. ... Konsumen dilaporkan frustrasi <strong>dan</strong> putus asaoleh perkataan berulang-ulang tidak mampu <strong>dan</strong> tidak ada harapan,seringkali dikomunikasikan oleh pemberi perawatan <strong>kesehatan</strong> mental,bahwa penyakit mental akan menghalangi kehidupan yang lengkap <strong>dan</strong>memuaskan. Pemulihan tidak didasarkan pada model medis. Sementaraobat yang diperlukan, mereka dilihat sebagai salah satu alat, bukan alatutama. Menurut penelitian terbaru yang dilakukan di Boston Universitas,konsumen <strong>kesehatan</strong> mental yang telah sembuh obat tempat sebagai ketigabelas pada daftar hal-hal yang membantu mereka pulih (LeRoy Spaniol,Boston University).Naskah Akademik <strong>dan</strong> Draf RUU Kesehatan Jiwa Khaerudin NPM 1006799092 29


1. Tugas profesional dalam Model Recovery adalah pendidikan <strong>dan</strong>pembinaan / pendukung. Sistem <strong>kesehatan</strong> harus dirancang padaperilaku yang mengajarkan keterampilan, menciptakan harapan, <strong>dan</strong>mendukung integritas perjalanan setiap orang.2. Layanan yang diberikan harus yang disukai oleh konsumen <strong>dan</strong>disampaikan dengan cara <strong>dan</strong> lokasi yang dipilih oleh konsumen.pengobatan Paksa tidak menghasilkan pemulihan. Contoh utama,penggunaan komitmen rawat jalan paksa (di Arizona keempat standarkomitmen, "terus-menerus <strong>dan</strong> akut cacat") harus dikurangi <strong>dan</strong>dieliminasi bila memungkinkan. Penelitian oleh Jean Campbell dariProyek Kesejahteraan memiliki menunjukkan bahwa 47% konsumenmengalami rawat inap paksa mengatakan mereka tidak akan pernahkembali ke clinic.3. Pemulihan lebih hemat biaya. Layanan sistem yang membantu orangsembuh akhirnya biaya akan lebih sedikit karena sebagai orangsembuh mereka akan menjadi lebih mandiri <strong>dan</strong> memerlukan layananlebih sedikit.d. Asumsi dasar dari Pemulihan (focus Sistem Kesehatan Mental)(34)1. Pemulihan dapat terjadi tanpa intervensi profesional. Profesional tidakmemegang kunci untuk pemulihan. Tugas profesional adalah untukmemfasilitasi pemulihan; tugas konsumen adalah untuk memulihkan.Pemulihan dapat difasilitasi oleh sistem pendukung alami konsumen.Self-help kelompok, keluarga, <strong>dan</strong> teman-teman adalah contoh terbaikdari fenomena ini.2. Sebutan yang umum pemulihan adalah kehadiran orang yang percaya.Tampaknya universal, konsep pemulihan adalah gagasan yang pentinguntuk pemulihan seseorang adalah orang dapat percaya untuk "ada"pada saat butuhkan. Pemulihan adalah pengalaman mendalam manusia,difasilitasi oleh respon sangat manusia orang lain. Pemulihan dapatdifasilitasi oleh satu orang. Pemulihan bisa menjadi urusan semuaorang.Naskah Akademik <strong>dan</strong> Draf RUU Kesehatan Jiwa Khaerudin NPM 1006799092 30


3. Pemulihan, apakah satu pan<strong>dan</strong>gan penyakit secara biologis atau tidak.Orang dengan kelainan fisik yang merugikan (misalnya, kebutaan,quadriplegia) dapat memulihkan meskipun sifat fisik dari penyakitadalah tidak berubah atau bahkan memburuk.4. Pemulihan dapat terjadi meskipun gejala terulang kembali. Sifatepisodik penyakit mental yang berat tidak mencegah pemulihan. Orangdengan penyakit lain yang mungkin episodic (misalnya, rheumatoidarthritis, multiple sclerosis) masih bisa sembuh. Individu yangmengalami gejala ke<strong>jiwa</strong>an intens episodik juga bisa sembuh.5. Pemulihan merubah frekuensi <strong>dan</strong> durasi gejala. Orang yangmemulihkan <strong>dan</strong> pengalaman eksaserbasi gejala mungkin memilikitingkat intensitas gejala buruk atau bahkan lebih buruk daripadasebelumnya berpengalaman. Sebagai salah satu pemulihan, frekuensi<strong>dan</strong> durasi gejala tampaknya telah berubah menjadi lebih baik.6. Pemulihan bukan sebuah proses linear. Pemulihan melibatkanpertumbuhan <strong>dan</strong> kemunduran, periode perubahan yang cepat <strong>dan</strong>sedikit berubah.7. Pemulihan dari konsekuensi penyakit a<strong>dan</strong>g-ka<strong>dan</strong>g lebih sulit daripadasembuh dari penyakit sendiri. Masalah disfungsi, kecacatan, <strong>dan</strong>kerugian seringkali lebih sulit daripada isu-isu penurunan nilai. Sebuahketidakmampuan untuk melakukan tugas dihargai <strong>dan</strong> peran, <strong>dan</strong>hilangnya resultan harga diri, merupakan hambatan yang signifikanuntuk pemulihan. Hak <strong>dan</strong> kesempatan yang sama, <strong>dan</strong> diskriminasidalam pekerjaan <strong>dan</strong> perumahan, serta hambatan yang diciptakan olehsistem membantu upaya misalnya, kurangnya kesempatan untukpenentuan nasib sendiri, melemahkan praktik pengobatan.Naskah Akademik <strong>dan</strong> Draf RUU Kesehatan Jiwa Khaerudin NPM 1006799092 31


BAB IIIMETODE PEMBUATAN KEBIJAKAN KESEHATANA. Proses Pembuatan Kebijakan KesehatanPerencanaan penyusunan Un<strong>dan</strong>g-Un<strong>dan</strong>g dilakukan dalam Program LegislasiNasional. Rancangan un<strong>dan</strong>g-un<strong>dan</strong>g disiapkan oleh menteri <strong>kesehatan</strong>.Penyebarluasan <strong>rancangan</strong> un<strong>dan</strong>g-un<strong>dan</strong>g cleh kementrian <strong>kesehatan</strong>. Sesuaidengan pasal 32 sampai dengan pasal 36 Un<strong>dan</strong>g Un<strong>dan</strong>g Nomor 10 Tahun 2004tentang pembentukan Peraturan perun<strong>dan</strong>g-un<strong>dan</strong>gan, pembahasan RancanganUn<strong>dan</strong>g-un<strong>dan</strong>g dilakukan oleh Dewan perwakilan Rakyat bersama Presiden atauMenteri Kesehatan. Penetapan Un<strong>dan</strong>g Un<strong>dan</strong>g dilaksanakan oleh Pemerintahbersama dengan DPR <strong>dan</strong> dimasukan kedalam lembaran Negara.B. Metode Pembuatan Naskah AkademikMetode pendekatan yang diterapkan dalam penyusunan <strong>naskah</strong> akademis inimelalui Metode systematic review, terdiri dari tahapan sistematis pengumpulankepustakaan, penapisan <strong>dan</strong> analisis. Pengumpulan kepustakaan dilakukan denganmenetapkan kata kunci melalui proses diskusi dengan sesama mahasiswa, <strong>dan</strong>kesesuaiannya dengan kata kunci yang ada pada artikel-artikel terkait. Kata kuncitersebut digunakan untuk mengumpulkan kepustakaan berupa artikel jurnal ilmiahnasional <strong>dan</strong> internasional melalui database Proquest. Kepustakaan yang bukan berupajurnal ilmiah dikumpulkan melalui Google Search, Yahoo Search <strong>dan</strong> website WHO.Kepustakaan yang terkumpul dalam bentuk abstrak <strong>dan</strong> artikel lengkap ditapis secarasistematis berdasarkan kemungkinan duplikasi <strong>dan</strong> relevansinya. Artikel-artikel yangrelevan tersebut kemudian dibaca secara menyeluruh untuk mendapatkan substansiyang terkait dengan penulisan. Dari hasil tersebut dibuat deskripsi yang disesuaikandengan tujuan penulisan. Semua artikel dianalisis isi (content analysis) <strong>dan</strong>selanjutnya, dinilai kesesuaian, urgensi, <strong>dan</strong> relevansinya dengan <strong>rancangan</strong> un<strong>dan</strong>gun<strong>dan</strong>g yang akan dibuat.Naskah Akademik <strong>dan</strong> Draf RUU Kesehatan Jiwa Khaerudin NPM 1006799092 32


BAB IVLANDASAN HUKUMA. Landasan KonstitusionalSebagaimana diamanatkan UUD 1945, Negara Republik Indonesia menjaminkesejahteraan tiap-tiap warga negaranya, termasuk di sini jaminan untukmendapatkan layanan <strong>kesehatan</strong>. Kesehatan meliputi <strong>kesehatan</strong> fisik <strong>dan</strong> <strong>kesehatan</strong>psikis (ke<strong>jiwa</strong>an). Kesehatan <strong>jiwa</strong> merupakan karunia yang harus dijaga <strong>dan</strong>dipelihara, sehingga upaya layanan <strong>kesehatan</strong> <strong>jiwa</strong> harus sebaik mungkin gunamewujudkan kehidupan terbaik bagi setiap warga Negara Indonesia.B. Peraturan Perun<strong>dan</strong>g-un<strong>dan</strong>gan Terkait1. Pasal 28H (1) UUD 1945 mengatakan bahwa : Setiap orang berhak hidupsejahtera lahir <strong>dan</strong> batin, bertempat tinggal, <strong>dan</strong> mendapatkan lingkungan hidupyang baik <strong>dan</strong> sehat serta berhak memperoleh pelayanan <strong>kesehatan</strong>.”. Pasal 34ayat (3) berbunyi : Negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitaspelayanan <strong>kesehatan</strong> <strong>dan</strong> fasilitas pelayanan umum yang layak dalam hal inijelas bahwa Konstitusi Republik Indonesia mewajibkan Negara untukmemberikan perlindungan bagi setiap warganya, perintah konstitusi ini jugamemberikan tugas bagi Negara untuk memberikan perlindungan terhadapgangguan <strong>jiwa</strong>.2. TAP MPR No 18 Tahun 1998 tentang Hak Asasi Manusia pasal 33, 42, <strong>dan</strong> 44a. Pasal 33 : “Setiap orang berhak atas pekerjaan <strong>dan</strong> penghidupan yang layakbagi kemanusiaan”.b. Pasal 42 :“Hak warga negara untuk berkomunikasi <strong>dan</strong> memperoleh informasidijamin <strong>dan</strong> dilindungi”.c. Pasal 44 :“Untuk menegakkan <strong>dan</strong> melindungi hak asasi manusia sesuai denganprinsip negara hukum yang demokratis, maka pelaksanaan hak asasimanusia dijamin, diatur, <strong>dan</strong> dituangkan dalam peraturan perun<strong>dan</strong>gun<strong>dan</strong>gan”Naskah Akademik <strong>dan</strong> Draf RUU Kesehatan Jiwa Khaerudin NPM 1006799092 33


3. UU No 26 tahun 2000 tentang Pengadilan HAM“Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat <strong>dan</strong>keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa <strong>dan</strong> merupakananugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi <strong>dan</strong> dilindungi olehnegara, hukum, pemerintah, <strong>dan</strong> setiap orang demi kehormatan sertaperlindungan harkat <strong>dan</strong> martabat manusia”.4. Kepres No 50 tahun 1993 tentang Komisi Nasional Hak Asasi Manusia“bahwa sesungguhnya manusia sebagai ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yanghidup bermasyarakat, berbangsa, <strong>dan</strong> bernegara, dianugerahi hak-hak asasiuntuk dapat mengembangkan diri pribadi, peranan, maupun sumbangannyakepada masyarakat; “ bahwa bangsa Indonesia sebagai bagian dari masyarakatantar-bangsa, menghormati Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa <strong>dan</strong> DeklarasiUniversal Hak Asasi Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa”5. UU No 36 tahun 2009 tentang Kesehatan Pasal 2,3,4,5,6,7,8,145,146,147,148,149, 150,151.6. UU No 29 Tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran pasal 3 : Pengaturanpraktik kedokteran bertujuan untuk : “ memberikan perlindungan kepadapasien”.7. KMK No 406 tahun 2009 tentang Kesehatan Jiwa komunitas8. KMK Nomor : 220 / Menkes / SK / III / 2002t e n t a n g Pedoman umum timpembina, tim pengarah, tim pelaksana Kesehatan <strong>jiwa</strong> masyarakat (TP -KJM ).Naskah Akademik <strong>dan</strong> Draf RUU Kesehatan Jiwa Khaerudin NPM 1006799092 34


BAB VMATERI MUATANA. Ketentuan Umum1. Perspektif Ketentuan Umum dalam kebijakan publik <strong>dan</strong> kebijakan <strong>kesehatan</strong>Menurut UU No 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perun<strong>dan</strong>gun<strong>dan</strong>ganyang dimaksud Ketentuan Umum adalah ketentuan ketentuan yangsifatnya umum <strong>dan</strong> tidak lebih tepat untuk dimasukan di dalam bab, bagian atauparagrap lainnya yang lebih khusus. Ketentuan umum memuat/berisi Batasanpengertian atau definisi, singkatan atau akronim vang digunakan dalam peraturan<strong>dan</strong> hal-hal lain yang bersifat umum yang berlaku bagi pasal pasal berikutnyaantara lain ketentuan yang mencerminkan asas, maksud, <strong>dan</strong> tujuan.Ketentuan umum diletakkan dalam bab kesatu. Jika tidak dilakukanpengelompokan bab, ketentuan umum diletakkan dalam pasal pasal awal. Kataatau istilah yang dimuat dalam ketentuan umum hanyalah kata atau istilah yangdigunakan berulang-ulang di dalam pasal pasal selanjutnya. Jika suatu kata atauistilah hanya digunakan satu kali, namun kata atau istilah itu diperlukanpengertiannya untuk suatu bab, bagian atau paragraf tertentu, dianjurkan agarkata atau istilah itu diberi definisi. Urutan penempatan kata atau istilah dalamketentuan umum mengikuti ketentuan pengertian yang mengatur tentang lingkupumum ditempatkan lebih dahulu dari yang berlingkup khusus. Adapun Frasepembuka dalam ketentuan umum un<strong>dan</strong>g-un<strong>dan</strong>g berbunyi : “ Dalam Un<strong>dan</strong>g-Un<strong>dan</strong>g ini yang dimaksudkan dengan……”2. Deskripsi & analisis substansi yang memerlukan pengaturanKetentuan Umum Rancangan Un<strong>dan</strong>g-un<strong>dan</strong>g Kesehatan Jiwa akan dibuat dalamsatu Pasal. Pasal tersebut berisi mengenai pengertian terhadap istilah yang digunakandalam <strong>rancangan</strong> un<strong>dan</strong>g-un<strong>dan</strong>g <strong>kesehatan</strong> <strong>jiwa</strong>.Naskah Akademik <strong>dan</strong> Draf RUU Kesehatan Jiwa Khaerudin NPM 1006799092 35


B. Pengertian1. Perspektif Rumusan Pengertian dalam kebijakan publik <strong>dan</strong> kebijakan<strong>kesehatan</strong>Definisi adalah suatu uraian atau perumusan untuk menjelaskan arti atau maksudsuatu istilah atau untuk meletakkan suatu pilihan di antara beberapa arti dariistilah yang tidak menyimpang dari arti yang biasa dari istilah itu(35) Se<strong>dan</strong>gmenurut Un<strong>dan</strong>g Un<strong>dan</strong>g No 10 taun 2004 dijelaskan bahwa pengertian yangmengatur tentang lingkup umum ditempatkan lebih dahulu dari yang berlingkupkhusus, pengertian yang terdapat lebih dahulu di dalam materi pokok yang diaturditempatkan dalam urutan yang lebih dahulu; <strong>dan</strong> pengertian yang mempunyaikaitan dengan pengertian di atasnya diletakkan berdekatan secara berurutan.2. Deskripsi <strong>dan</strong> analisis pengertian yang memerlukan pengaturanTerkait dengan Rancangan Un<strong>dan</strong>g-un<strong>dan</strong>g <strong>kesehatan</strong> <strong>jiwa</strong>, pegertian yangdimaksud dalam Rancangan un<strong>dan</strong>g-un<strong>dan</strong>g ini meliputi pengertian tentang :Kesehatan, kesehatn <strong>jiwa</strong>, , gangguan <strong>kesehatan</strong> <strong>jiwa</strong>, stigma, pemeriksan fisik,penentuan diagnosa gangguan <strong>jiwa</strong>, Sumber daya di bi<strong>dan</strong>g <strong>kesehatan</strong> <strong>jiwa</strong>,Tenaga <strong>kesehatan</strong> <strong>jiwa</strong>, Perkara hukum, perawatan paksa, diskriminasi, Upaya<strong>kesehatan</strong> <strong>jiwa</strong>, Pelayanan <strong>kesehatan</strong> promotif, Pelayanan <strong>kesehatan</strong> preventif,pasen, pelayanan <strong>kesehatan</strong> kuratif, Pelayanan <strong>kesehatan</strong> rehabilitative,Pemerintah Pusat, Menteri.C. Hak <strong>dan</strong> Kewajiban1. Perspektif Hak & Kewajiban dalam kebijakan publik <strong>dan</strong> kebijakan<strong>kesehatan</strong>Di Indonesia, hubungan antara warga negara dengan negara (hak <strong>dan</strong> kewajiban)digambarkan dalam UUD 1945. Hubungan antara warga negara dengan negaraIndonesia tersebut digambarkan dalam pengaturan mengenai hak <strong>dan</strong> kewajibanyang mencakup berbagai bi<strong>dan</strong>g Hak <strong>dan</strong> kewajiban warga negara tercantumdalam pasal 27 sampai dengan pasal 34 UUD 1945. Se<strong>dan</strong>gkan menurut UU No10 Tahun 2004 dikatakan bahwa materi muatan yang harus diatur denganUn<strong>dan</strong>g-Un<strong>dan</strong>g berisi hal-hal yang mengantar lebih lanjut ketentuan Un<strong>dan</strong>g-Naskah Akademik <strong>dan</strong> Draf RUU Kesehatan Jiwa Khaerudin NPM 1006799092 36


Un<strong>dan</strong>g Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 termasuk diantaranyaadalah hak-hak asasi manusia <strong>dan</strong> hak <strong>dan</strong> kewajiban warga Negara.Secara Hukum, hak dapat didefinisikan sebagai kewenangan yang diberikan olehhukum objektif kepada subjek hukum. Kewenangan yang diberikan kepadaseseorang tersebut berati bahwa orang tersebut dapat berbuat apa saja asalkantidak bertentangan dengan peraturan perun<strong>dan</strong>g-un<strong>dan</strong>gan yang berlaku <strong>dan</strong>ketertiban umum. Se<strong>dan</strong>gkan kewajiban adalah beban yang diberikan olehhukum kepada orang ataupun ba<strong>dan</strong> hukum (36)Materi muatan tentang hak <strong>dan</strong> kewajiban pada dasarnya terkait erat dengankonsepsi asas asas dalam pembuatan peru<strong>dan</strong>g un<strong>dan</strong>gan. Pasal 6 ayat (1) <strong>dan</strong>ayat (2) Un<strong>dan</strong>g-un<strong>dan</strong>g Nomor 10 Tahun 2004. Ayat (1) menjelaskan bahwa “Materi muatan peraturan perun<strong>dan</strong>g-un<strong>dan</strong>gan mengandung asas pengayoman,kemanusiaan, …, bhinneka tunggal ika, keadilan, kesamaan kedudukan dalamhukum <strong>dan</strong> pemerintahan, ketertiban <strong>dan</strong> kepastian hukum <strong>dan</strong>/ataukeseimbangan, keserasian, <strong>dan</strong> keselarasan”.2. Deskripsi <strong>dan</strong> subtansi hak <strong>dan</strong> kewajiban yang memerlukan pengaturanHak <strong>dan</strong> kewajiban yang perlu diatur dalam <strong>rancangan</strong> un<strong>dan</strong>g un<strong>dan</strong>g <strong>kesehatan</strong><strong>jiwa</strong> adalah yang terkait dengan pemikiran bahwa orang dengan gangguan <strong>jiwa</strong>harus menikmati hak asasi sebagai manusia, termasuk hak untuk perawatan<strong>kesehatan</strong> yang tepat, tempat tinggal <strong>dan</strong> pekerjaan, <strong>dan</strong> kebebasan daridiskriminasi, eksploitasi, bahaya, pelecehan <strong>dan</strong> melanggar hukum. UpayaPengobatan <strong>dan</strong> perawatan <strong>kesehatan</strong> <strong>jiwa</strong> akan mempromosikan <strong>dan</strong> melindungiotonomi <strong>dan</strong> kebebasan orang dengan gangguan <strong>jiwa</strong>. Orang dengan gangguan<strong>jiwa</strong> memiliki hak untuk diperlakukan dengan cara yang paling efektif, tidakmembatasi <strong>dan</strong> tidak mengganggu. Orang dengan kelainan <strong>jiwa</strong>, karenakerentanan khusus mereka untuk pelanggaran hak asasi manusia, mungkinmemerlukan kerangka hukum khusus <strong>dan</strong> perlindungan untuk menjamin bahwahak-hak asasi manusia mereka dilindungi.Naskah Akademik <strong>dan</strong> Draf RUU Kesehatan Jiwa Khaerudin NPM 1006799092 37


Disamping hal tersebut juga terkait dengan hak atas layanan yang terjangkau<strong>dan</strong> diakses semua orang, terlepas dari lokasi geografis mereka, status ekonomi,jenis kelamin, ras, kondisi sosial, agama, HIV/AIDS <strong>dan</strong> status <strong>kesehatan</strong>.Pelayanan <strong>kesehatan</strong> <strong>jiwa</strong>l harus memiliki paritas dengan pelayanan <strong>kesehatan</strong>umum. Tepat waktu <strong>dan</strong> tepat layanan <strong>kesehatan</strong> <strong>jiwa</strong> harus tersedia di seluruhrentang kehidupan <strong>dan</strong> di semua tingkat perawatan. (Primer, Sekunder, Tersier)Orang dengan ganguan <strong>jiwa</strong> tidak akan dikenakan terhadap diskriminasi atasdasar kondisi mereka. Orang dengan kelainan <strong>jiwa</strong> mungkin memerlukanintervensi karena stigma lama <strong>dan</strong> meluas yang dimiliki masyarakat, profesional<strong>dan</strong> pembuat kebijakan terhadap gangguan <strong>jiwa</strong>.D. Lingkup Kegiatan1. Perspektif Lingkup Kegiatan dalam kebijakan publik <strong>dan</strong> kebijakan<strong>kesehatan</strong>Dalam pemahaman mengenai ruang lingkup kebijakan publik ini, maka kitaberangkat dari pemahaman kebijakan publik sebagai rangkaian tindakanpemerintah, yang terjadi dalam suatu proses dalam beberapa tahapan, untukmenentukan suatu langkah pemecahan masalah melalui berbagai kebijakan yangditeapkan. Sehingga ruang lingkup kebijakan publik berhubungan denganbeberapa tindakan yang tersirat dalam kebijakan publik, proses kebijakan <strong>dan</strong>tipologi /kategori kebijakan yang dihasilkan.Menurut Anderson (1979:126-132) dalam (37), empat kategori/tipologi darikebijakan publik, yakni: kebijakan substantif <strong>dan</strong> prosedural; kebijakandistributif, pengaturan, pengaturan sendiri, <strong>dan</strong> redistribusi; kebijakan material<strong>dan</strong> simbolik; serta kebijakan yang melibatkan barang kolektif atau barangprivat.Pada penjelasan lebih lanjut dapat dilihat bahwa lingkup kebijakan tersebutdapat terkait dengan apa yang ingin dilakukan oleh pemerintah, bagaimanasesuatu itu akan dilakukan atau siapa yang akan diberi kewenangan untukmengambil tindakan, apa yang menjadi dasar pembuatannya, apakah didasarkanatas dampak dari kebijakan terhadap masyarakat serta hubungan diantaraNaskah Akademik <strong>dan</strong> Draf RUU Kesehatan Jiwa Khaerudin NPM 1006799092 38


mereka yang terlibat dalam pembentukan kebijakan. Lingkup kebijakan bisajuga terkait dengan pengalokasikan pelayanan atau manfaat terhadap segmentertentu dari masyarakat, individu, kelompok, perusahaan <strong>dan</strong> masyarakat,pemberlakukan larangan terhadap perilaku individu atau kelompok. Pembatasanatau pengawasan terhadap suatu kelompok yang dilakukan dengan memberikankewenangan kepada kelompok tersebut untuk mengatur dirinya sendiri dalamrangka melindungi atau mempromosikan kepentingan dari anggotakelompoknya.Lingkup kegiatan kebijakan ini tentunya akan berbeda, tergantung kepada jenis<strong>dan</strong> kategori kebijakan sebagaimana telah dijelaskan di atas. Akan tetapiUn<strong>dan</strong>g-un<strong>dan</strong>g dalam arti yang luas meliputi semua hukum, mengatur sesuatumateri atau masalah tertentu. Yang harus diatur di dalam Un<strong>dan</strong>g-un<strong>dan</strong>g adalahapa yang diperlukan di dalam praktek <strong>dan</strong> tidak lebih dari itu <strong>dan</strong> untuk itu suatuUn<strong>dan</strong>g-un<strong>dan</strong>g harus lengkap isinya, tetapi tidak memuat ketentuan-ketentuanyang tidak perlu.2. Deskripsi <strong>dan</strong> analisis ruang lingkup yang memerlukan pengaturanTerkait dengan <strong>rancangan</strong> un<strong>dan</strong>g-un<strong>dan</strong>g yang akan dibuat yaitu mengenaiKesehatan Jiwa, lingkup kegiatan akan diarahkan pada penyelenggaraan layanan<strong>kesehatan</strong>, Keterlibatan <strong>dan</strong> Partisipasi Masyarakat pelayanan <strong>kesehatan</strong> <strong>jiwa</strong>harus tersedia di masyarakat di mana orang tinggal, bekerja <strong>dan</strong> menerima jasalainnya. Orang-orang harus didorong untuk berpartisipasi dalam pengembangan<strong>dan</strong> evaluasi pelayanan <strong>kesehatan</strong> <strong>jiwa</strong> keluarga <strong>dan</strong> masyarakat menjadi pesertadalam program pendidikan <strong>kesehatan</strong> <strong>jiwa</strong>. Kerjasama Inter-sektoral, Pelayanan<strong>kesehatan</strong> <strong>jiwa</strong> harus tepat dikaitkan dengan sektor lain (seperti pelayanansosial, sistem peradilan pi<strong>dan</strong>a, perumahan, pendidikan, pekerjaan, agama dll)Layanan harus dirancang untuk terhubung dengan <strong>dan</strong> memanfaatkan penyediaperawatan <strong>dan</strong> untuk mengintegrasikan semua kemampuan yang tersedia,didukung aspek pelayanan <strong>kesehatan</strong> <strong>dan</strong> pencegahan. Hubungan kolaboratifdengan lokal, nasional, regional <strong>dan</strong> internasional, organisasi <strong>dan</strong> lembagalembaga harus dipromosikan.Naskah Akademik <strong>dan</strong> Draf RUU Kesehatan Jiwa Khaerudin NPM 1006799092 39


Beberapa masalah <strong>kesehatan</strong> <strong>jiwa</strong> <strong>dan</strong> penyakit dapat dicegah melaluiidentifikasi awa/deteksi dinil <strong>dan</strong> pengobatan. Oleh karena itu harus disediakanuntuk orang di seluruh rentang kehidupannya. Pendidikan <strong>dan</strong> program harusdidesain untuk membantu orang dalam membuat pilihan pribadi yang lebihbaik. Pemberian perawatan <strong>kesehatan</strong> <strong>jiwa</strong> akan bergerak jauh dari institusirumah sakit <strong>jiwa</strong>, terutama melalui layanan berbasis masyarakat. Layanan baruini akan merupakan sebuah kelanjutan dari perawatan primer ke layanan yangsangat khusus. Pendekatan ini akan memerlukan hubungan baru antara layanan<strong>kesehatan</strong> <strong>jiwa</strong> <strong>dan</strong> sektor <strong>kesehatan</strong> yang lebih luas. Primary Care, dalamupaya untuk memenuhi kebutuhan spesifik individu, sistem perawatan<strong>kesehatan</strong> <strong>jiwa</strong> akan memberikan kesempatan bagi masyarakat untuk menangani<strong>kesehatan</strong> <strong>jiwa</strong> mereka dalam spektrum perawatan mulai dari pencegahan,pemulihan <strong>dan</strong> pencegahan kekambuhan. Untuk memberikan akses yang adilberdasarkan bukti kualitas perawatan <strong>kesehatan</strong> mental untuk semua orang.Untuk menyediakan layanan <strong>kesehatan</strong> <strong>jiwa</strong> yang banyak diakses masyarakat,terintegrasi ke dalam sistem pelayanan <strong>kesehatan</strong> secara keseluruhan, lintassektoral, <strong>dan</strong> yang memenuhi kebutuhan <strong>kesehatan</strong> <strong>jiwa</strong> penduduk. Untukmemastikan bahwa orang memiliki akses ke layanan di mana <strong>dan</strong> kapan merekadibutuhkan. kombinasi pelayanan untuk populasi tertentu atau wilayah geografisharus didasarkan pada kebutuhan. Berbagai model pelayanan terpadu perludieksplorasi. Ini akan terus dipantau <strong>dan</strong> dievaluasi untuk bahan pengambilankeputusan di masa yang akan datang.E. Wewenang <strong>dan</strong> tanggungjawab1. Perspektif Wewenang & Tanggung Jawab dalam kebijakan publik <strong>dan</strong>kebijakan <strong>kesehatan</strong>Menurut Edward <strong>dan</strong> Sharkansky dalam Kusumaegara (2010;4) Kebijakanpublik adalah “apa yang dikatakan <strong>dan</strong> dilakukan pemerintah, mencakup :tujuan tujuan, maksud program pemerintah, pelaaksanaan niat, <strong>dan</strong> peraturan”pada intinya merupakan keputusan-keputusan atau pilihan-pilihan tindakan atauketetapan pemerintah untuk melakukan suatu tindakan yang dianggap akanmembawa dampak baik bagi kehidupan warganya.Naskah Akademik <strong>dan</strong> Draf RUU Kesehatan Jiwa Khaerudin NPM 1006799092 40


Terkait dengan kewenangan dalam hukum publik penyerahan sesuatuwewenang oleh organ pemerintah kepada organ lain yang lebih rendah. Organyang dilengkapi dengan kekuasaan yang demikian itu tidak hanya berwewenang, akan tetapi juga berkewajiban menjalankan kekuasaan itu. Dengan demikianwewenang <strong>dan</strong> tanggungjawab dalam kebijakan public pada dasarnya ada padapemerintah. Baik secara langsung oleh pemerintah ataupun lembaga yangditunjuk oleh pemerintah.2. Deskripsi <strong>dan</strong> analisis wewenang <strong>dan</strong> tanggungjawab yang memerlukanPengaturanMengingat upaya penyelenggraan <strong>kesehatan</strong> <strong>jiwa</strong> akan melibatkan berbagaipihak sesuai dengan karakteristik program yang di rancang mulai dari tingkatpusat maupun daerah, maka diperlukan a<strong>dan</strong>ya batasan kejelasan mengenaiwewenang <strong>dan</strong> tanggungjawab masing masing pihak. Dalam <strong>rancangan</strong> un<strong>dan</strong>gun<strong>dan</strong>g <strong>kesehatan</strong> <strong>jiwa</strong> akan dirancang mengenai wewenang <strong>dan</strong> tanggungjawabdimana pusat akan lebih menitikberatkan pada aspek regulasi se<strong>dan</strong>gkan didaerah lebih kepada aspek implementasi dengan tetap mengedepankan kearifanlocal masing masing. Terkait dengan hal inipun perlu dipertegas lagi wewenang<strong>dan</strong> tanggungjawab <strong>dan</strong> peran masyarakat sebagai pihak sentral dalam mencapaitujuan penyelenggraaan <strong>kesehatan</strong> <strong>jiwa</strong>.F. Perizinan1. Perspektif Perizinan dalam kebijakan publik <strong>dan</strong> kebijakan <strong>kesehatan</strong>Protective regulatory merupakan salah satu bentuk atau tipologi kebijakanpublik dimana kebijakan ini di desain untuk melindungi sector public denganmerancang kondisi dalam mana ditetapkan boleh tidaknya berbagai aktifitasswasta ( Ripley (1985), lebih lanjut dijelaskan bahwa jika kondisi yang terciptaakibat dari kegiatan sektor swasta tersebut menimbulkan kerusakan ataukekacauan sector public, maka aktifitas swasta itu dilarang(38).Pada kebijakan public tipe ini dalam muatan materinya seyogyanya memasukanaspek perizinan di dalamnya. Dengan demikian kerjasama <strong>dan</strong> kemitraanNaskah Akademik <strong>dan</strong> Draf RUU Kesehatan Jiwa Khaerudin NPM 1006799092 41


pemerintah dengan sector swasta atau masyarakat dapat tetap dilaksanakantanpa kemudian akan mengorbankan kepentingan public.2. Deskripsi <strong>dan</strong> analisis perizinan yang memerlukan pengaturanDalam rangka menjaga kualitas <strong>dan</strong> keberlansungan pelayanan <strong>kesehatan</strong> <strong>jiwa</strong>,maka perlu diatur mengenai perizinan terutama terkait dengan pemberi layanan<strong>kesehatan</strong> <strong>jiwa</strong>. Dengan harapan bahwa pelayanan yang diberikan semata matadilakukan dalam kerangka perlindungan akan hak hak penderita gangguan<strong>jiwa</strong>.G. Larangan1. Perspektif Larangan dalam kebijakan publik <strong>dan</strong> kebijakan <strong>kesehatan</strong>Larangan dalam konteks kebijakan publik merupakan materi muatan yangsifatnya protective regulatory (pengaturan perlindungan). Muatan materilarangan dalam kebijakan public mempertegas <strong>dan</strong> memperjelas apa yangboleh dilakukan <strong>dan</strong> apa yang tidak boleh.2. Deskripsi <strong>dan</strong> analisis subtansi yang memerlukan pengaturanLarangan dalam konteks un<strong>dan</strong>g un<strong>dan</strong>g kesehatn <strong>jiwa</strong> sifatnya dalam rangkamemberikan perlindungan. Muatan materi larangan dalam kebijakan<strong>kesehatan</strong> <strong>jiwa</strong> mempertegas <strong>dan</strong> memperjelas apa yang boleh dilakukan <strong>dan</strong>apa yang tidak boleh terkait dengan masalah <strong>kesehatan</strong> <strong>jiwa</strong>.H. Peran serta Masyarakat1. Perspektif Peran Serta Masyarakat dalam kebijakan publik <strong>dan</strong>kebijakan KesehatanPartisipasi masyarakat menurut (Adi, 2007) adalah keikutsertaan masyarakatdalam proses pengidentifikasian masalah <strong>dan</strong> potensi yang ada di masyarakat,pemilihan <strong>dan</strong> pengambilan keputusan tentang alternatif solusi untuk menanganimasalah, pelaksanaan upaya mengatasi masalah, <strong>dan</strong> keterlibatan masyarakatdalam proses mengevaluasi perubahan yang terjadi. Ada dua hal yang terkaitdengan partisipasi masyarakat, yakni partisipasi dalam menyusun PeraturanNaskah Akademik <strong>dan</strong> Draf RUU Kesehatan Jiwa Khaerudin NPM 1006799092 42


Perun<strong>dan</strong>g-un<strong>dan</strong>gan <strong>dan</strong> partisipasi dalam proses implementasi PeraturanPerun<strong>dan</strong>g-u<strong>dan</strong>gan.2. Deskripsi <strong>dan</strong> analisis peranserta masyarakat yang memerlukanpengaturan.Keterlibatan <strong>dan</strong> Partisipasi Masyarakat dalam pelayanan <strong>kesehatan</strong> <strong>jiwa</strong>harus ada di mana orang dengan gangguan <strong>jiwa</strong> tinggal, bekerja <strong>dan</strong> menerimajasa lainnya. Orang-orang harus didorong untuk berpartisipasi dalampengembangan <strong>dan</strong> evaluasi pelayanan <strong>kesehatan</strong> <strong>jiwa</strong>l. Keluarga <strong>dan</strong>masyarakat menjadi peserta dalam program pendidikan <strong>kesehatan</strong> <strong>jiwa</strong>l.Pelayanan <strong>kesehatan</strong> <strong>jiwa</strong> harus dikaitkan dengan sektor lain (sepertipelayanan sosial, sistem peradilan pi<strong>dan</strong>a, perumahan, pendidikan, pekerjaan,agama dll) Layanan harus dirancang untuk terhubung dengan <strong>dan</strong>memanfaatkan penyedia perawatan <strong>dan</strong> untuk mengintegrasikan semua buktiyang tersedia, didukung aspek pelayanan <strong>kesehatan</strong> <strong>dan</strong> pencegahan.Hubungan kolaboratif dengan lokal, nasional, regional <strong>dan</strong> internasional,organisasi <strong>dan</strong> lembaga lembaga harus ditingkatkan.I. Pembiayaan <strong>dan</strong> Kompensasi1. Perspektif Pembiayaan & Kompensasi dalam kebijakan publik <strong>dan</strong>kebijakan <strong>kesehatan</strong>Dalam beberapa Peraturan Perun<strong>dan</strong>g-un<strong>dan</strong>gan ada yang mencantumkanmengenai pembiayaan. Dari segi hukum, ada yang dikenal dengan Hukumpembiayaan yaitu hukum yang mengatur suatu kegiatan yang dilakukan dalambentuk penyediaan <strong>dan</strong>a bagi konsumen. Dana tersebut dapat digunakan untukpembelian barang yang pembayarannya dilakukan secara angsuran ataupunberkala oleh konsumen. sementara konpensasi dalam suatu organisasi/perusahaan merupakan balas jasa yang diberikan oleh organisasi/perusahaankepada karyawan, yang dapat bersifat finansial maupun non finansial, padaperiode yang tetap. Sistem kompensasi yang baik akan mampu memberikankepuasan bagi karyawan <strong>dan</strong> memungkinkan perusahaan memperoleh,mempekerjakan, <strong>dan</strong> mempertahankan karyawan.Naskah Akademik <strong>dan</strong> Draf RUU Kesehatan Jiwa Khaerudin NPM 1006799092 43


Bagi organisasi/perusahaan, kompensasi memiliki arti penting karena kompensasimencerminkan upaya organisasi dalam mempertahankan <strong>dan</strong> meningkatkankesejahteraan karyawannya. Pengalaman menunjukkan bahwa kompensasi yangtidak memadai dapat menurunkan prestasi kerja, motivasi kerja, <strong>dan</strong> kepuasankerja karyawan, bahkan dapat menyebabkan karyawan yang potensial keluar dariperusahaan.Dari pengertian diatas terlihat bahwa kompensasi merupakan alat pengikatperusahaan terhadap karyawannya, faktor penarik bagi calon karyawan <strong>dan</strong> faktorpendorong seseorang menjadi karyawan. Dengan demikian kompensasimempunyai fungsi yang cukup penting di dalam memperlancar jalannya rodaorganisasi/ perusahaan2. Deskripsi <strong>dan</strong> analsisi pembiayaan <strong>dan</strong> kompensasi yang memerlukanpengaturanGangguan <strong>kesehatan</strong> <strong>jiwa</strong> erat kaitannya dengan masalah kemiskinan <strong>dan</strong>beban ekonomi yang ditimbulkannya. Rancangan Un<strong>dan</strong>g un<strong>dan</strong>g yang dibuatharus dapat meningkatkan pembiayaan untuk pelayanan <strong>kesehatan</strong> melaluipeningkatan anggaran bagi <strong>kesehatan</strong> <strong>jiwa</strong>, meningkatkan cakupan <strong>dan</strong> aksespenderita gangguan <strong>jiwa</strong> dalam pembiayaan <strong>kesehatan</strong>.J. Penyelesaian SengketaPerspektif Penyelesaian Sengketa dalam kebijakan publik <strong>dan</strong> kebijakan<strong>kesehatan</strong>. Sengketa dapat diartikan pertentangan atau konflik. Penyelesaiansengketa merupakan alternatif untuk menyelesaikan sengketa atau pertentangan ataukonflik yang timbul.K. PengawasanMateri muatan pengawasan dalam kebijakan public atau <strong>kesehatan</strong> memuattentang siapa yang berwenang melakukan pengawasan, tujuan dilakukanpengawasan serta bagaimana pengawasan tersebut dijalankan. Materi muatanpengawasan digabungkan dalam satu bab dengan muatan materi tentangpembinaan.Naskah Akademik <strong>dan</strong> Draf RUU Kesehatan Jiwa Khaerudin NPM 1006799092 44


L. Sanksi AdministrasiSubstansi yang berupa sanksi administratif atau sanksi keperdataan ataspelanggaran norma dirumuskan menjadi satu bagian (pasal) dengan normayang memberikan sanksi administratif atau sanksi keperdataan. Jika normayang memberikan sanksi administratif atau keperdataan terdapat lebih darisatu pasal, sanksi administratif atau sanksi keperdataan dirumuskan dalampasal terakhir dari bagian (pasal) tersebut. Dengan demikian hindari rumusanketentuan sanksi yang sekaligus memuat sanksi pi<strong>dan</strong>a, sanksi perdata, <strong>dan</strong>sanksi administratif dalam satu bab. Sanksi administratif dapat berupa, antaralain, pencabutan izin, pembubaran, pengawasan, pemberhentian sementara,denda administratif, atau daya paksa polisional. Saksi keperdataan dapatberupa, antara lain, ganti kerugian (UU No 10 Tahun 2004).M. Ketentuan Pi<strong>dan</strong>a1. Perspektif Ketentuan Pi<strong>dan</strong>a dalam kebijakan publik <strong>dan</strong> kebijakan<strong>kesehatan</strong>Ketentuan Pi<strong>dan</strong>a memuat rumusan yang menyatakan penjatuhan pi<strong>dan</strong>a ataspelanggaran terhadap ketentuan yang berisi norma larangan atau perintah.Dalam merumuskan ketentuan pi<strong>dan</strong>a perlu diperhatikan asas-asas umumketentuan pi<strong>dan</strong>a yang terdapat dalam Buku Kesatu Kitab Un<strong>dan</strong>g-Un<strong>dan</strong>gHukum Pi<strong>dan</strong>a, karena ketentuan dalam Buku Kesatu berlaku juga bagiperbuatan yang dapat dipi<strong>dan</strong>a menurut Peraturan Perun<strong>dan</strong>gu-n<strong>dan</strong>gan lain,kecuali jika oleh Un<strong>dan</strong>g-Un<strong>dan</strong>g ditentukan lain (Pasal 103 Kitab Un<strong>dan</strong>g-Un<strong>dan</strong>gHukum Pi<strong>dan</strong>a).Menurut UU No 10 Tahun 2004, dalam menentukan lamanya pi<strong>dan</strong>a ataubanyaknya denda perlu dipertimbangkan mengenai dampak yangditimbulkan oleh tindak pi<strong>dan</strong>a dalam masyarakat serta unsur kesalahanpelaku. Ketentuan pi<strong>dan</strong>a ditempatkan dalam bab tersendiri, yaitu babketentuan pi<strong>dan</strong>a yang letaknya sesudah materi pokok yang diatur atausebelum bab ketentuan peralihan. Jika bab ketentuan peralihan tidak ada,Naskah Akademik <strong>dan</strong> Draf RUU Kesehatan Jiwa Khaerudin NPM 1006799092 45


letaknya adalah sebelum bab ketentuan penutup. Lebih lanjut dikatakan jikadi dalam Peraturan Peran<strong>dan</strong>g-un<strong>dan</strong>gan tidak diadakan pengelompokan babper bab, ketentuan pi<strong>dan</strong>a ditempatkan dalam pasal yang terletak langsungsebelum pasal-pasal yang berisi ketentuan peralihan. Jika tiidak ada pasalyang berisi ketentuan peralihan, ketentuan pi<strong>dan</strong>a diletakkan sebelum pasalpenutup. Ketentuan pi<strong>dan</strong>a hanya dimuat dalam Un<strong>dan</strong>g-Un<strong>dan</strong>g <strong>dan</strong>Peraturan Daerah.Rumusan ketentuan pi<strong>dan</strong>a harus menyebutkan secara tegas norma laranganatau perintah yang dilanggar <strong>dan</strong> menyebutkan pasal-pasal yang memuatnorma tersebut. Dengan demikian, perlu dihindari Pengacuan kepadaketentuan pi<strong>dan</strong>a Peraturan Perun<strong>dan</strong>g-un<strong>dan</strong>gan lain, Pengacuan kepadaKitab Un<strong>dan</strong>g-Un<strong>dan</strong>g Hukum Pi<strong>dan</strong>a, jika elemen atau unsur-unsur darinorma yang diacu tidak sama; atau penyusunan rumusan sendiri yangberbeda atau tidak terdapat di norma-norma yang diatur dalam pasal-pasalsebelumnya, kecuali untuk Un<strong>dan</strong>g-Un<strong>dan</strong>g tindak pi<strong>dan</strong>a khusus. Jikaketentuan pi<strong>dan</strong>a berlaku bagi siapapun, subyek dari ketentuan pi<strong>dan</strong>adirumuskan dengan frase setiap orang.Jika ketentuan pi<strong>dan</strong>a hanya berlaku bagi subyek tertentu, subyek itudirumuskan secara tegas, misalnya, orang asing, pegawai negeri, saksi.Sehubungan a<strong>dan</strong>ya pembedaan antara tindak pi<strong>dan</strong>a kejahatan <strong>dan</strong> tindakpi<strong>dan</strong>a pelanggaran di dalam Kitab Un<strong>dan</strong>g-Un<strong>dan</strong>g Hukum Pi<strong>dan</strong>a,rumusan ketentuan pi<strong>dan</strong>a harus menyatakan secara tegas apakah perbuatanyang diancam dengan pi<strong>dan</strong>a itu dikualifikasikan sebagai pelanggaran ataukejahatan. Hindari rumusan dalam ketentuan pi<strong>dan</strong>a yang tidakmenunjukkan dengan jelas apakah unsurunsur perbuatan pi<strong>dan</strong>a bersifatkumulatif atau alternatif.Jika suatu Peraturan Perun<strong>dan</strong>g-un<strong>dan</strong>gan yang memuat ketentaan pi<strong>dan</strong>aakan diberlakusurutkan, ketentuan pi<strong>dan</strong>anya harus dikecualikan, mengingata<strong>dan</strong>ya asas umum dalam Pasal 1 ayat (1) Kitab Un<strong>dan</strong>g-Un<strong>dan</strong>g HukumPi<strong>dan</strong>a yang menyatakan bahwa ketentuan pi<strong>dan</strong>a tidak boleh berlaku surut.Naskah Akademik <strong>dan</strong> Draf RUU Kesehatan Jiwa Khaerudin NPM 1006799092 46


Ketentuan pi<strong>dan</strong>a bagi tindak pi<strong>dan</strong>a yang merupakan pelanggaran terhadapkegiatan bi<strong>dan</strong>g ekonomi dapat tidak diatur tersendiri di dalam un<strong>dan</strong>gun<strong>dan</strong>gyang bersangkutan, tetapi cukup. Rumusan ketentuan pi<strong>dan</strong>a harusmenyatakan secara tegas apakah pi<strong>dan</strong>a yang dijatuhkan bersifat kumulatif,alternatif, atau kumulatif alternatif. Tindak pi<strong>dan</strong>a dapat dilakukan olehorang-perorangan atau oleh korporasi. Pi<strong>dan</strong>a terhadap tindak pi<strong>dan</strong>a yangdilakukan oleh korporasi dijatuhkan kepada: Ba<strong>dan</strong> hukum, perseroan,perkumpulan, atau yayasan; mereka yang memberi perintah melakukantindak pi<strong>dan</strong>a atau yang bertindak sebagai pimpinan dalam melakukantindak pi<strong>dan</strong>a; atau kedua-duanya.2. Deskripsi <strong>dan</strong> analisis tindak pi<strong>dan</strong>a yang memerlukan pengaturanPelayanan <strong>kesehatan</strong> <strong>jiwa</strong> akan meningkatkan akses terhadap layanan yangsesuai untuk dengan masalah <strong>kesehatan</strong> <strong>dan</strong> gangguan <strong>jiwa</strong> yang beradadalam kontak dengan atau berisiko keterlibatan peradilan pi<strong>dan</strong>a, <strong>dan</strong> untukmengidentifikasi kebutuhan spesifik individu dengan masalah <strong>kesehatan</strong><strong>jiwa</strong> yang beresiko keterlibatan peradilan pi<strong>dan</strong>a atau yang memiliki sejarahketerlibatan peradilan pi<strong>dan</strong>a.N. Ketentuan Peralihan1. Perspektif Ketentuan Peralihan dalam kebijakan publik <strong>dan</strong>kebijakan <strong>kesehatan</strong>Menurut UU No 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan PeraturanPerun<strong>dan</strong>g-un<strong>dan</strong>gan, ketentuan peralihan memuat penyesuaian terhadapPeraturan Perun<strong>dan</strong>g-un<strong>dan</strong>gan yang sudah ada pada saat PeraturanPerun<strong>dan</strong>g-un<strong>dan</strong>gan baru mulai berlaku, agar Peraturan Perun<strong>dan</strong>gun<strong>dan</strong>gantersebut dapat berjalan lancar <strong>dan</strong> tidak menimbulkanpermasalahan hukum. Ditempatkan di antara bab ketentuan pi<strong>dan</strong>a <strong>dan</strong> babKetentuan Penutup. Jika dalam Peraturan Perun<strong>dan</strong>g-un<strong>dan</strong>gan tidakdiadakan pengelompokan bab, pasal yang memuat ketentuan peralihanditempatkan sebelum pasal yang memuat ketentuan penutup. Pada saatsuatu Peraturan Perun<strong>dan</strong>g-un<strong>dan</strong>gan dinyatakan mulai berlaku, segalaNaskah Akademik <strong>dan</strong> Draf RUU Kesehatan Jiwa Khaerudin NPM 1006799092 47


hubungan hukum yang ada atau tindakan hukum yang terjadi baik sebelum,pada saat maupun sesudah Peraturan Perun<strong>dan</strong>g-un<strong>dan</strong>gan yang baru itudinyatakan mulai berlaku, tunduk pada ketentuan Peraturan Perun<strong>dan</strong>gun<strong>dan</strong>ganbaru.Mengingat berlakunya asas-asas umum hukum pi<strong>dan</strong>a, penentuan daya lakusurut hendaknya tidak diberlakusurutkan bagi ketentuan yang menyangkutpi<strong>dan</strong>a atau pemi<strong>dan</strong>aan. Penentuan daya laku surut sebaiknya tidakdiadakan bagi Peraturan Perun<strong>dan</strong>g-un<strong>dan</strong>gan yang memuat ketentuan yangmemberi beban konkret kepada masyarakat. Jika penerapan suatu ketentuanPeraturan Perun<strong>dan</strong>g-un<strong>dan</strong>gan dinyatakan ditunda sementara, bagitindakan hukum atau hubungan hukum tertentu, ketentuan PeraturanPeran<strong>dan</strong>gun<strong>dan</strong>gan tersebut harus memuat secara tegas <strong>dan</strong> rinci tindakanhukum <strong>dan</strong> hubungan hukum mana yang dimaksud, serta jangka waktu atausyarat-syarat berakhirnya penundaan sementara tersebut. Hindari rumusandalam ketentuan peralihan yang isinya memuat perubahan terselubung atasketentuan Peraturan Peran<strong>dan</strong>g-un<strong>dan</strong>gan lain. Perubahan ini hendaknyadilakukan dengan membuat batasan pengertian baru di dalam ketentuanumum Peraturan Perun<strong>dan</strong>g-un<strong>dan</strong>gan atau dilakukan dengan membuatPeraturan Perun<strong>dan</strong>g-un<strong>dan</strong>gan perubahan.2. Deskripsi <strong>dan</strong> analisis peralihan yang memerlukan pengaturanDi dalam <strong>rancangan</strong> Un<strong>dan</strong>g un<strong>dan</strong>g Keshatan Jiwa ini mutan materitentang peralihan akn menegaskan mengenai pemberlakukan Un<strong>dan</strong>gUn<strong>dan</strong>g Kesehatan Jiwa dengan keterkaitannya dengan Un<strong>dan</strong>g Un<strong>dan</strong>gSebelumnya yang juga memuat tentang <strong>kesehatan</strong> <strong>jiwa</strong>.O. Ketentuan penutupSesuai dengan UU Nomor 10 tahun 2004, Ketentuan Penutup ditempatkandalam bab terakhir. Ketentuan penutup memuat ketentuan mengenai :Penunjukan organ atau alat perlengkapan yang melaksanakan PeraturanPerun<strong>dan</strong>gan<strong>dan</strong>gan, Nama singkat; Status Peraturan Perun<strong>dan</strong>g-un<strong>dan</strong>ganyang sudah ada; <strong>dan</strong> Saat mulai berlaku Peraturan Perun<strong>dan</strong>g-un<strong>dan</strong>gan.Naskah Akademik <strong>dan</strong> Draf RUU Kesehatan Jiwa Khaerudin NPM 1006799092 48


Jika materi dalam Peraturan Perun<strong>dan</strong>g-un<strong>dan</strong>gan baru menyebabkan perlunyapenggantian seluruh atau sebagian materi dalam Peraturan Perun<strong>dan</strong>gun<strong>dan</strong>ganlama, di dalam Peraturan Perun<strong>dan</strong>g-un<strong>dan</strong>gan baru harus secarategas diatur mengenai pencabutan seluruh atau sebagian Peraturan Perun<strong>dan</strong>gun<strong>dan</strong>ganlama.Rumusan pencabutan diawali dengan frase Pada saat Un<strong>dan</strong>g-Un<strong>dan</strong>g ini mulaiberlaku, kecuali untuk pencabutan yang dilakukan dengan Peraturan Perun<strong>dan</strong>gun<strong>dan</strong>gan pencabutan tersendiri. Demi kepastian hukum, pencabutan PeraturanPerun<strong>dan</strong>g-un<strong>dan</strong>gan hendaknya tidak dirumuskan secara umum tetapimenyebutkan dengan tegas Peraturan Perun<strong>dan</strong>g- un<strong>dan</strong>gan mana yangdicabut. Untuk mencabut Peraturan Perun<strong>dan</strong>g-un<strong>dan</strong>gan yang telahdiun<strong>dan</strong>gkan <strong>dan</strong> telah mulai berlaku, gunakan frase dicabut <strong>dan</strong> dinyatakantidak berlaku. Jika jumlah Peraturan Perun<strong>dan</strong>g-un<strong>dan</strong>gan yang dicabut lebihdari 1 (satu), dapat dipertimbangkan cara penulisan dengan rincian dalambentuk tabulasi. Pencabutan Peraturan Perun<strong>dan</strong>g-un<strong>dan</strong>gan harus disertaidengan keterangan mengenai, status hukum dari peraturan pelaksanaan,peraturan lebih rendah, atau keputusan yang telah dikeluarkan berdasarkanPeraturan Peran<strong>dan</strong>g-un<strong>dan</strong>gan yang dicabut.Saat mulai berlaku Peraturan Perun<strong>dan</strong>g-un<strong>dan</strong>gan, pelaksanaannya tidak bolehditetapkan lebih awal daripada saat mulai berlaku Peraturan Perun<strong>dan</strong>gun<strong>dan</strong>ganyang mendasarinya. Penutup merupakan bagian akhir PeraturanPerun<strong>dan</strong>g-un<strong>dan</strong>gan <strong>dan</strong> memuat : Rumusan perintah pengun<strong>dan</strong>gan <strong>dan</strong>penempatan Peraturan Perun<strong>dan</strong>g-un<strong>dan</strong>gan dalam Lembaran Negara RepublikIndonesia, Berita Negara Republik Indonesia, Lembaran Daerah, atau BeritaDaerah; Penandatanganan pengesahan atau penetapan Peraturan Perun<strong>dan</strong>gun<strong>dan</strong>gan;Pengun<strong>dan</strong>gan Peraturan Perun<strong>dan</strong>g-un<strong>dan</strong>gan; <strong>dan</strong> akhir bagianpenutup.Naskah Akademik <strong>dan</strong> Draf RUU Kesehatan Jiwa Khaerudin NPM 1006799092 49


BAB VIIPenutupB. KesimpulanUn<strong>dan</strong>g-Un<strong>dan</strong>g Kesehatan Jiwa perlu menjadi prioritas untuk meningkatkan<strong>kesehatan</strong> <strong>jiwa</strong> <strong>dan</strong> kesejahteraan rakyat di Indoesia. Kebijakan ini juga akanmemandu perbaikan dalam pengobatan, perawatan <strong>dan</strong> kualitas hidup orangdengan masalah <strong>kesehatan</strong> <strong>jiwa</strong>.C. SaranPenyelenggaraan Kesehatan Jiwa sebaiknya segera dituangkan kedalam peraturanperun<strong>dan</strong>g-un<strong>dan</strong>gan Nasional dalam bentu Un<strong>dan</strong>g-un<strong>dan</strong>g, karena hal ini tidaksaja terkait dengan issue Indeks Pembangunan Manusia (IPM) akan tetapi lebihmenyangkut pada penegakkan hak azasi manusia <strong>dan</strong> keajiban konstitusi daripemerintah. Un<strong>dan</strong>g-un<strong>dan</strong>g tersebut dibuat dengan penekanan pada aaspekperlindungan terhadap penderita gangguan <strong>jiwa</strong> <strong>dan</strong> pelayanan <strong>kesehatan</strong> yanglebih terintegrasi antara pelayanan berbasiskan rumahsakit dengan pelayananberbasiskan masyarakat.Naskah Akademik <strong>dan</strong> Draf RUU Kesehatan Jiwa Khaerudin NPM 1006799092 50


Daftar pustaka1. Departemen K. KMK no 406 Tentang Kesehatan Jiwa Komunitas. 2009.2. Republik I. UU No.36 Tentang Kesehatan. 2009.3. Departemen K. Laporan Nasional Riskesdas 2007.4. Organization WH. mental Helath Policy, Plans And Programmes. Genewa 2004.5. Yulius Yusak R SP, M.Si., editor. Kemiskinan <strong>dan</strong> Kesehatan Mental di NTT (SuatuHampiran Teoritis) 2009: Center of Eastern Indonesia Studies <strong>dan</strong> Program ProfesionalUniversitas Kristen Satya Wacana.6. Coleman JC. Abnormal Psychology and Modern Life. Bombay: Taraporevala Sons &Co; 1970.7. Watson PWCaAC. At Issue : Stop the Stigma: Call Mental Illness a Brain Disease.[Buletin]. 2004 May 2003;308. Nan Zhang H, Yeung T, Nguyen C. Perceptions of Mental Illness and RehabilitationServices in Chinese and Vietnamese Americans. Journal of Applied RehabilitationCounseling. 2007;38(2):14-23,47-8.9. Messenger TH. Protecting The rights Of Person With Psychosocial Disabilities. TheHealth Magazine For Indoensia Health Worker. 2008.10. Patel V, et al. Women, Poverty, and common mental disorder in four restructuringsocieties. Journal Social Sciense and Medicine. 1999.11. WHO. International Consortium of Psychiatric Epidemiology. Cross-nationalcomparison of Mental Disorders. Bulletin of the WHO. 2000.12. Saraceno BaBC. Poverty and mental illness. Canadian Journal of Psychiatry. 1997.13. NCH. Mental Illness and Homelessness2009.14. Burt MRP. The Face of Homelessness: No Longer a Poor Apart.15. NCH. Mental Illness and Homelessness. Juni [serial on the Internet]. 2006.16. Munro A. The crime of mental illness: CMAJ. Canadian Medical Association Journal.2010;182(18):2007-.17. Jo Stephens B. The Mental Health Needs of Homeless Young PeopleBright Futures:Working with Vulnerable Young People. 2002.18. Anonymous. Understanding mental illness and violence2008.19. Department MH. Mental Health in Tennessee’s Courts A Procedural Manual forJudges, Defense Attorneys and District Attorneys2006.20. Silver E. Understanding the Relationship Between Mental Disorder and Violence: TheNeed for a criminological Perspective. Law and Human Behavior. 2006;30 No 6.21. Morris J. OPINION: Mental health sufferers need improved legal protection. TheLawyer. 2010:6-.22. Anonymous. EDITORIAL: Tucson shootings show we can't ignore mental health.McClatchy - Tribune Information Services; 2011. p. n/a.23. Governments CoS. People with Mental Illness in the CriminalJustice System: About the Problem.24. Organization WH. Advocacy For Mental Health (Mental health policy and service gui<strong>dan</strong>ce package).Genewa 27 Switzerland: Mental Health Policy and Service Development Team Department of Mental Health andSubstance Dependence Noncommunicable Diseases and Mental Health Cluster; 2003.25. Koppelman J. Children with Mental Disorders: Making Sense of Their Needs and theSystems That Help Them2004; 799(Brief).26. HEN. What are the arguments for community-based mental health care?2003.Naskah Akademik <strong>dan</strong> Draf RUU Kesehatan Jiwa Khaerudin NPM 1006799092 51


27. Huxley P. Improving health and social care in mental illness services: A survey ofhealth service managers in one region of the UK. Journal of Health Organization andManagement. 1993;7(1):5-.28. Carson N, Katz AM, Gao S, Alegría M. Assessment of Physical Illness by MentalHealth Clinicians During Intake Visits. Psychiatric Services. 2010;61(1):32-7.29. Laura Weiss R. Ethical Philanthropy in Academic Psychiatry. The American Journalof Psychiatry. 2006;163(5):772-8.30. Richardson C, Faulkner G, McDevitt J, Skrinar G, Hutchinson D, Piette J. IntegratingPhysical Activity Into Mental Health Services for Persons With Serious Mental Illness.Psychiatric Services. 2005;56(3):324-31.31. Raphael PB. Mental Health statement of rights and responsibilities Report of theMental Health Consumer Outcomes Task Force Canberra Australian GovernmentPublishing Service 200032. Mental Health Branch MHaACD. Psychiatric Disability Rehabilitation and SupportServices Guidelines for Service Delivery Melbourne, Victoria: Metropolitan Health andAged Care Division; 2003. Available from: http:/www.dhs.vic.gov.au.33. Eugene Johnson C. Recovery Principles: An Alternative in Maricopa Countyfor Individuals Who Experience Psychiatric Symptoms July 17, 2000.34. William A. Anthony PD. Recovery from Mental Illness: The Guiding Vision of theMental Health Service System in the 1990s. Rehabilitation Journal. 1993;16.35. Soejito. Teknik Membuat Un<strong>dan</strong>g Un<strong>dan</strong>g. Jakarta: Pradnya Paramita; 1993.36. Daliyo. Pengantar Ilmu Hukum. Jakarta: Prenhallindo; 2001.37. Subarsono. Analisis Kebijakan Publik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar; 2010.38. Kusumanegara S. Model <strong>dan</strong> Aktor dalam Proses Kebijakan publik. Yogyakarta: GavaMedia; 2010.Naskah Akademik <strong>dan</strong> Draf RUU Kesehatan Jiwa Khaerudin NPM 1006799092 52


DRAFFRANCANGAN UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIANOMOR ……... TAHUN ........TENTANGKESEHATAN JIWADENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESAPRESIDEN REPUBLIK INDONESIAMenimbang:a. bahwa <strong>kesehatan</strong> <strong>jiwa</strong> merupakan hak asasi manusia <strong>dan</strong> salahsatu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengancita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalamPancasila <strong>dan</strong> Un<strong>dan</strong>g-Un<strong>dan</strong>g Dasar Negara RepublikIndonesia Tahun 1945;b. bahwa setiap kegiatan dalam upaya untuk memelihara <strong>dan</strong>meningkatkan derajat <strong>kesehatan</strong> <strong>jiwa</strong> masyarakat yangsetinggi-tingginya dilaksanakan berdasarkan prinsipnondiskriminatif, partisipatif, <strong>dan</strong> berkelanjutan dalam rangkapembentukan sumber daya manusia Indonesia, sertapeningkatan ketahanan <strong>dan</strong> daya saing bangsa bagipembangunan nasional;c. bahwa setiap hal yang menyebabkan terjadinya gangguan<strong>kesehatan</strong> <strong>jiwa</strong> pada masyarakat Indonesia akan menimbulkankerugian ekonomi yang besar bagi negara, <strong>dan</strong> setiap upayapeningkatan derajat <strong>kesehatan</strong> masyarakat juga berarti investasibagi pembangunan negara;d. bahwa setiap upaya pembangunan harus dilandasi denganwawasan <strong>kesehatan</strong> <strong>jiwa</strong> dalam arti pembangunan nasionalharus memperhatikan <strong>kesehatan</strong> <strong>jiwa</strong> masyarakat <strong>dan</strong>merupakan tanggung jawab semua pihak baik Pemerintahmaupun masyarakat;Naskah Akademik <strong>dan</strong> Draf RUU Kesehatan Jiwa Khaerudin NPM 1006799092 53


e. bahwa peraturan yang terkait dengan <strong>kesehatan</strong> <strong>jiwa</strong> sudahtidak sesuai lagi dengan perkembangan, tuntutan, <strong>dan</strong>kebutuhan hukum dalam masyarakat sehingga perlu dibuatUn<strong>dan</strong>g-Un<strong>dan</strong>g tentang Kesehatan <strong>jiwa</strong>;f. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksuddalam huruf a, huruf b, huruf c, huruf d, <strong>dan</strong> huruf e perlumembentuk Un<strong>dan</strong>g-Un<strong>dan</strong>g tentang Kesehatan;Mengingat : Pasal 28H ayat (1) Un<strong>dan</strong>g-Un<strong>dan</strong>g Dasar Negara RepublikIndonesia Tahun 1945Dengan Persetujuan BersamaDEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIADanPRESIDEN REPUBLIK INDONESIAMEMUTUSKAN:Menetapkan : UNDANG UNDANG TENTANG KESEHATAN JIWABAB IKETENTUAN UMUMPasal 1Dalam Un<strong>dan</strong>g-Un<strong>dan</strong>g ini yang dimaksud dengan:1. Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosialyang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial <strong>dan</strong> ekonomis.2. Kesehatan <strong>jiwa</strong> adalah suatu kondisi mental sejahtera yang memungkinkan hidupharmonis <strong>dan</strong> produktif sebagai bagian yang utuh dari kualitas hidup seseorang,dengan memperhatikan semua segi kehidupan manusia dengan ciri menyadarisepenuhnya kemampuan dirinya, mampu menghadapi tekanan hidup yang wajar,mampu bekerja produktif <strong>dan</strong> memenuhi kebutuhan hidupnya, dapat berperan sertaNaskah Akademik <strong>dan</strong> Draf RUU Kesehatan Jiwa Khaerudin NPM 1006799092 54


dalam lingkungan hidup, menerima dengan baik apa yang ada pada dirinya, merasanyaman bersama dengan orang lain.3. Gangguan <strong>jiwa</strong> adalah suatu keadaan dengan a<strong>dan</strong>ya gejala klinis yang bermakna,berupa sindrom pola perilaku <strong>dan</strong> pola psikologik, yang berkaitan dengan a<strong>dan</strong>yadistress (tidak nyaman, tidak tentram, rasa nyeri), disabilitas (tidak mampumengerjakan pekerjaan sehari-hari), atau meningkatnya resiko kematian, kesakitan,<strong>dan</strong> disabilitas.4. Diskriminasi adalah setiap pembedaan, penyingkiran atau preferensi yang memilikiefek meniadakan atau mengganggu hak yang sama5. Tenaga <strong>kesehatan</strong> <strong>jiwa</strong> adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bi<strong>dan</strong>g<strong>kesehatan</strong> <strong>jiwa</strong> serta memiliki pengetahuan <strong>dan</strong>/atau keterampilan melaluipendidikan di bi<strong>dan</strong>g <strong>kesehatan</strong> <strong>jiwa</strong> yang untuk jenis tertentu memerlukankewenangan untuk melakukan upaya <strong>kesehatan</strong>.6. Upaya <strong>kesehatan</strong> <strong>jiwa</strong> adalah setiap kegiatan <strong>dan</strong>/atau serangkaian kegiatan yangdilakukan secara terpadu, terintregasi <strong>dan</strong> berkesinambungan untuk memelihara <strong>dan</strong>meningkatkan derajat <strong>kesehatan</strong> <strong>jiwa</strong> masyarakat dalam bentuk pencegahanpenyakit, peningkatan <strong>kesehatan</strong>, pengobatan penyakit, <strong>dan</strong> pemulihan <strong>kesehatan</strong>oleh pemerintah <strong>dan</strong>/atau masyarakat7. Informed consent adalah persetujuan yang diperoleh dengan bebas, tanpa ancamanatau bujukan yang tidak benar, setelah pengungkapan informasi yang memadai <strong>dan</strong>dipahami dalam bentuk <strong>dan</strong> bahasa yang dimengerti oleh pasien.8. Pelayanan <strong>kesehatan</strong> promotif adalah suatu kegiatan <strong>dan</strong>/atau serangkaian kegiatanpelayanan <strong>kesehatan</strong> <strong>jiwa</strong> yang lebih mengutamakan kegiatan yang bersifat promosi..9. Pelayanan <strong>kesehatan</strong> preventif adalah suatu kegiatan pencegahan terhadap suatumasalah <strong>kesehatan</strong>/<strong>jiwa</strong>.10. Pelayanan <strong>kesehatan</strong> kuratif adalah suatu kegiatan <strong>dan</strong>/atau serangkaian kegiatanpengobatan yang ditujukan untuk penyembuhan gangguan <strong>jiwa</strong>, penguranganpenderitaan akibat gangguan <strong>jiwa</strong>, pengendalian gangguan <strong>jiwa</strong>, atau pengendaliankecacatan agar kualitas penderita gangguan <strong>jiwa</strong> dapat terjaga seoptimal mungkin.11. Pelayanan <strong>kesehatan</strong> rehabilitatif adalah kegiatan <strong>dan</strong>/atau serangkaian kegiatanuntuk mengembalikan bekas penderita gangguan <strong>jiwa</strong> ke dalam masyarakat sehinggadapat berfungsi lagi sebagai anggota masyarakat yang berguna untuk dirinya <strong>dan</strong>masyarakat semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuannya.Naskah Akademik <strong>dan</strong> Draf RUU Kesehatan Jiwa Khaerudin NPM 1006799092 55


12. Sumber daya di bi<strong>dan</strong>g <strong>kesehatan</strong> <strong>jiwa</strong> adalah segala bentuk <strong>dan</strong>a, tenaga, perbekalan<strong>kesehatan</strong>, sediaan farmasi <strong>dan</strong> alat <strong>kesehatan</strong> serta fasilitas pelayanan <strong>kesehatan</strong> <strong>dan</strong>teknologi yang dimanfaatkan untuk menyelenggarakan upaya <strong>kesehatan</strong> <strong>jiwa</strong> yangdilakukan oleh Pemerintah, pemerintah daerah, <strong>dan</strong>/atau masyarakat13. Fasilitas pelayanan <strong>kesehatan</strong> <strong>jiwa</strong> adalah suatu alat <strong>dan</strong>/atau tempat yang digunakanuntuk menyelenggarakan upaya pelayanan <strong>kesehatan</strong> <strong>jiwa</strong>, baik promotif, preventif,kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh Pemerintah, pemerintah daerah,<strong>dan</strong>/atau masyarakat.14. Obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang digunakanuntuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalamrangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan<strong>kesehatan</strong> <strong>dan</strong> kontrasepsi, untuk manusia.15. Pihak berwenang adalah pihak yang kompeten yang ditentukan oleh hukum yangberlaku16. perawatan <strong>kesehatan</strong> mental meliputi analisis <strong>dan</strong> diagnosis kondisi mentalseseorang, <strong>dan</strong> pengobatan, perawatan <strong>dan</strong> rehabilitasi penyakit mental atau penyakitmental yang dicurigai.17. Pemerintah Pusat, selanjutnya disebut Pemerintah adalah Presiden RepublikIndonesia yang memegang kekuasaan Pemerintah Negara Republik Indonesiasebagaimana dimaksud dalam Un<strong>dan</strong>g-Un<strong>dan</strong>g Dasar Negara Republik IndonesiaTahun 1945.18. Pemerintah daerah adalah gubernur, bupati, atau walikota <strong>dan</strong> perangkat daerahsebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.19. Menteri adalah menteri yang lingkup tugas <strong>dan</strong> tanggung jawabnya di bi<strong>dan</strong>g<strong>kesehatan</strong>.20. Pasien <strong>jiwa</strong> adalah orang yang datang ke fasilitas <strong>kesehatan</strong> <strong>jiwa</strong> <strong>dan</strong> menerimaperawatan <strong>kesehatan</strong> <strong>jiwa</strong>.Naskah Akademik <strong>dan</strong> Draf RUU Kesehatan Jiwa Khaerudin NPM 1006799092 56


BAB IIASAS DAN TUJUANPasal 2Upaya <strong>kesehatan</strong> <strong>jiwa</strong> diselenggarakan dengan berasaskan perikemanusiaan,keseimbangan, manfaat, pelindungan, penghormatan terhadap hak <strong>dan</strong> kewajiban,keadilan, gender <strong>dan</strong> nondiskriminatif <strong>dan</strong> norma-norma agama.Pasal 3Upaya <strong>kesehatan</strong> <strong>jiwa</strong> bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, pemahaman <strong>dan</strong>kesadaran bangsa tentang <strong>kesehatan</strong> <strong>jiwa</strong> agar dapat mengurangi beban akibatgangguan <strong>jiwa</strong>, melindungi hak asasi manusia penderita gangguan <strong>jiwa</strong>, memberikanakses yang adil bagi perawatan <strong>kesehatan</strong> <strong>jiwa</strong> untuk seluruh masyarakat, pelayananyang terintegrasi ke dalam sistem pelayanan <strong>kesehatan</strong> secara keseluruhan; lintassektoral, <strong>dan</strong> yang memenuhi kebutuhan <strong>kesehatan</strong> <strong>jiwa</strong>, menyediakan program,<strong>kesehatan</strong> <strong>jiwa</strong> komprehensif melalui pemberdayaan masyarakat,.BAB IIIHAK PENDERITA GANGGUAN JIWAPasal 4Setiap penderita gangguan <strong>jiwa</strong> berhak atas <strong>kesehatan</strong>Pasal 5(1) Setiap penderita gangguan <strong>jiwa</strong> berhak mendapatkan pelayanan <strong>kesehatan</strong> <strong>jiwa</strong>yang aman, bermutu, <strong>dan</strong> terjangkau..(2) Setiap penderita gangguan <strong>jiwa</strong>, harus diperlakukan secara manusiawi <strong>dan</strong> sesuaiharkat <strong>dan</strong> martabat sebagai manusia.(3) Setiap penderita gangguan <strong>jiwa</strong>, memiliki hak atas perlindungan dari bentukbentukeksploitasi baik secara fisik, seksual, ekonomi, social, <strong>dan</strong> lainnya yangbersifat merendahkan harkat <strong>dan</strong> martabat manusia.(4) Setiap penderita gangguan <strong>jiwa</strong> berhak mendapatkan perlakukan yang tidakdiskriminatif berupa pembedaan, pengasingan yang memiliki efek menghilangkanatau mengganggu hak.Naskah Akademik <strong>dan</strong> Draf RUU Kesehatan Jiwa Khaerudin NPM 1006799092 57


(5) Setiap penderita gangguan <strong>jiwa</strong> berhak untuk melaksanakan semua, hak politik,hak sipil, hak ekonomi, sosial <strong>dan</strong> budaya sebagaimana diakui dalam DeklarasiUniversal Hak Asasi Manusia.BAB IVPERLINDUNGAN ANAK DI BAWAH UMURPasal 6Perhatian khusus harus diberikan dalam rangka perlindungan anak di bawah umuryang mengalami gangguan <strong>jiwa</strong>.BAB VTANGGUNG JAWAB PEMERINTAHPasal 7(1) Pemerintah bertanggung jawab merencanakan, mengatur, menyelenggarakan,membina, <strong>dan</strong> mengawasi penyelenggaraan upaya <strong>kesehatan</strong> <strong>jiwa</strong> yang merata <strong>dan</strong>terjangkau oleh masyarakat.(2) Tanggung jawab Pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikhususkanpada pelayanan publik.(3) Pemerintah bertanggung jawab atas ketersediaan lingkungan, tatanan, fasilitas<strong>kesehatan</strong> baik fisik maupun sosial bagi penderita gangguan <strong>jiwa</strong> untuk mencapaiderajat <strong>kesehatan</strong> yang setinggitingginya.Pasal 8Pemerintah bertanggung jawab atas ketersediaan sumber daya di bi<strong>dan</strong>g <strong>kesehatan</strong> <strong>jiwa</strong>yang adil <strong>dan</strong> merata bagi seluruh masyarakat untuk memperoleh derajat <strong>kesehatan</strong> <strong>jiwa</strong>yang setinggi-tingginya.Pasal 9Pemerintah bertanggung jawab atas ketersediaan akses terhadap informasi, edukasi, <strong>dan</strong>fasilitas pelayanan <strong>kesehatan</strong> <strong>jiwa</strong> untuk meningkatkan <strong>dan</strong> memelihara derajat<strong>kesehatan</strong> <strong>jiwa</strong> yang setinggi-tingginya.Naskah Akademik <strong>dan</strong> Draf RUU Kesehatan Jiwa Khaerudin NPM 1006799092 58


Pasal 10Pemerintah bertanggung jawab memberdayakan <strong>dan</strong> mendorong peran aktif masyarakatdalam segala bentuk upaya <strong>kesehatan</strong>.<strong>jiwa</strong>Pasal 11Pemerintah bertanggung jawab atas ketersediaan segala bentuk upaya <strong>kesehatan</strong> yangbermutu, aman, efisien, <strong>dan</strong> terjangkau.Pasal 12Pemerintah, pemerintah daerah, <strong>dan</strong> masyarakat bertanggung jawab menciptakan kondisi<strong>kesehatan</strong> <strong>jiwa</strong> yang setinggi-tingginya <strong>dan</strong> menjamin ketersediaan, aksesibilitas, mutu<strong>dan</strong> pemerataan upaya <strong>kesehatan</strong> <strong>jiwa</strong>.Pasal 13Pemerintah <strong>dan</strong> pemerintah daerah berkewajiban untuk mengembangkan upaya<strong>kesehatan</strong> <strong>jiwa</strong> berbasis masyarakat sebagai bagian dari upaya <strong>kesehatan</strong> <strong>jiwa</strong>keseluruhan, termasuk mempermudah akses masyarakat terhadap pelayanan <strong>kesehatan</strong><strong>jiwa</strong>.Pasal 14Penderita gangguan <strong>jiwa</strong> yang terlantar, menggelan<strong>dan</strong>g, mengancam keselamatandirinya <strong>dan</strong>/atau orang lain, <strong>dan</strong>/atau mengganggu ketertiban <strong>dan</strong>/atau keamanan umumwajib mendapatkan pengobatan <strong>dan</strong> perawatan di fasilitas pelayanan <strong>kesehatan</strong>.Passal 15Pemerintah, pemerintah daerah, <strong>dan</strong> masyarakat wajib melakukan pengobatan <strong>dan</strong>perawatan di fasilitas pelayanan <strong>kesehatan</strong> bagi penderita gangguan <strong>jiwa</strong> yang terlantar,menggelan<strong>dan</strong>g, mengancam keselamatan dirinya <strong>dan</strong>/atau orang lain, <strong>dan</strong>/ataumengganggu ketertiban <strong>dan</strong>/atau keamanan umum.Pasal 16Pemerintah <strong>dan</strong> pemerintah daerah bertanggung jawab atas pemerataan penyediaanfasilitas pelayanan <strong>kesehatan</strong> <strong>jiwa</strong> dengan melibatkan peran serta aktif masyarakat.Naskah Akademik <strong>dan</strong> Draf RUU Kesehatan Jiwa Khaerudin NPM 1006799092 59


Pasal 17Tanggung jawab Pemerintah <strong>dan</strong> pemerintah daerah sebagaimana dimaksud pada ayatpasal 16 termasuk pembiayaan pengobatan <strong>dan</strong> perawatan penderita gangguan <strong>jiwa</strong>untuk masyarakat miskin.BAB VIPENENTUAN GANGGUAN JIWAPasal 18(1) Penentuan bahwa seseorang memiliki gangguan <strong>jiwa</strong> harus dibuat sesuai denganstandar medis yang diterima secara internasional.(2) Penentuan gangguan <strong>jiwa</strong> tidak boleh dilakukan atas dasar kepentingan politik,ekonomi atau status sosial, atau keanggotaan dari kelompok budaya, ras atauagama, atau tidak secara langsung relevan dengan alasan status <strong>kesehatan</strong> <strong>jiwa</strong>.(3) Konflik keluarga, atau perilaku tidak sesuai dengan moral, sosial, budaya ataupolitik, nilai atau keyakinan agama yang berlaku dalam masyarakat seseorang,tidak akan pernah menjadi faktor penentu dalam mendiagnosis gangguan <strong>jiwa</strong>.(4) Latar belakang pengobatan masa lalu atau pengalaman sebagai pasien rumah sakitiiwa tidak dengan sendirinya membenarkan setiap penentuan gangguan <strong>jiwa</strong> ataumasa depan gangguan <strong>jiwa</strong>.(5) Tidak ada orang atau atau pihak tertentu yang boleh mengklasifikasikan seseorangsebagai orang yang memiliki, atau menunjukkan bahwa dia memiliki gangguan<strong>jiwa</strong> kecuali untuk tujuan yang lan(6) gsung berhubungan dengan gangguan <strong>jiwa</strong> atau konsekuensi dari gangguan <strong>jiwa</strong>.BAB VIIUPAYA KESEHATANUmumPasal 19Untuk mewujudkan derajat <strong>kesehatan</strong> Jiwa yang setinggi-tingginya bagi masyarakat,diselenggarakan upaya <strong>kesehatan</strong> yang terpadu <strong>dan</strong> menyeluruh dalam bentuk upaya<strong>kesehatan</strong> <strong>jiwa</strong> perseorangan <strong>dan</strong> upaya <strong>kesehatan</strong> <strong>jiwa</strong> masyarakat.Naskah Akademik <strong>dan</strong> Draf RUU Kesehatan Jiwa Khaerudin NPM 1006799092 60


Pasal 20Upaya <strong>kesehatan</strong> <strong>jiwa</strong> diselenggarakan dalam bentuk kegiatan dengan pendekatanpromotif, preventif, kuratif, <strong>dan</strong> rehabilitatif yang dilaksanakan secara terpadu,menyeluruh, <strong>dan</strong> berkesinambungan.Pasal 21(1) Upaya penyembuhan penderita gangguan <strong>kesehatan</strong> <strong>jiwa</strong> merupakan tanggungjawab Pemerintah, pemerintah daerah <strong>dan</strong> masyarakat.(2) Upaya penyembuhan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh tenaga<strong>kesehatan</strong> yang berwenang <strong>dan</strong> di tempat yang tepat dengan tetap menghormati hakasasi penderita.(3) Untuk merawat penderita gangguan <strong>kesehatan</strong> <strong>jiwa</strong>, digunakan fasilitas pelayanan<strong>kesehatan</strong> khusus yang memenuhi syarat <strong>dan</strong> yang sesuai dengan ketentuan peraturanperun<strong>dan</strong>g-un<strong>dan</strong>gan.Pasal 22Standar pelayanan(1) Setiap pasien berhak untuk menerima pelayanan <strong>kesehatan</strong> <strong>jiwa</strong> <strong>dan</strong> kepeduliansosial sesuai kebutuhannya, <strong>dan</strong> berhak untuk perawatan <strong>dan</strong> pengobatan sesuaidengan standar yang sama bagi orang lain dengan sakit yang berbeda.(2) Setiap pasien harus dilindungi dari bahaya, termasuk penyalahgunaan obat olehpasien lain, staf atau orang lain atau tindakan lain yang menyebabkan tekanan mentalatau ketidaknyamanan fisik.Pasal 23Pengobatan(1) Setiap pasien berhak untuk diperlakukan dalam lingkungan terbatas sedikit <strong>dan</strong>dengan perlakuan yang tidak membatasi atau mengganggu <strong>kesehatan</strong> sesuaidengan kebutuhan pasien <strong>dan</strong> kebutuhan untuk melindungi keselamatan fisik oranglain.(2) Perlakuan <strong>dan</strong> perawatan setiap pasien harus didasarkan pada rencana yang bersifatindividual yang ditentukan dari pasen, didiskusikan dengan pasien, ditinjau secaraberkala, direvisi bilamana perlu <strong>dan</strong> diberikan oleh staf profesional yangberkualifikasi.Naskah Akademik <strong>dan</strong> Draf RUU Kesehatan Jiwa Khaerudin NPM 1006799092 61


(3) Perawatan <strong>kesehatan</strong> <strong>jiwa</strong> harus selalu disediakan sesuai dengan standar yangberlaku, etika bagi para praktisi <strong>kesehatan</strong> <strong>jiwa</strong>, termasuk standar yang ditetapkan(4) Perlakuan setiap pasien harus diarahkan untuk meningkatkan kemandirian pasen.Pasal 24Obat(1) Obat harus memenuhi kebutuhan <strong>kesehatan</strong> terbaik pasien, harus diberikan kepadapasien hanya untuk keperluan terapeutik atau diagnostik <strong>dan</strong> tidak akan pernahdiberikan sebagai hukuman atau untuk kenyamanan orang lain.(2) Praktisi <strong>kesehatan</strong> <strong>jiwa</strong> hanya akan mengelola pengobatan yang diketahui ataumenunjukkan keberhasilan.(3) Semua obat harus diresepkan oleh praktisi <strong>kesehatan</strong> <strong>jiwa</strong> yang diizinkan olehhukum <strong>dan</strong> harus dicatat dalam catatan pasien.Pasal 25Pemeriksaan MedisSeseorang tidak akan dipaksa untuk menjalani pemeriksaan medis dengan maksud untukmenentukan apakah dia memiliki gangguan <strong>jiwa</strong> kecuali sesuai dengan prosedur <strong>dan</strong>aturan hukum yang berlaku.Pasal 26KerahasiaanHak kerahasiaan informasi tentang orang dengan gangguan <strong>jiwa</strong> harus dihormati.Pasal 27Persetujuan terhadap pengobatan(1) Tidak ada pengobatan diberikan kepada pasien tanpa persetujuan nya, kecuali diaturdalam ayat 6, 7, 8, 12 <strong>dan</strong> 13 di bawah.(2) Informed consent adalah persetujuan yang diperoleh dengan bebas, tanpa ancamanatau bujukan yang tidak benar, setelah pengungkapan informasi yang memadai <strong>dan</strong>dipahami dalam bentuk <strong>dan</strong> bahasa yang dimengerti oleh pasien pada:(a) penilaian diagnostik;(b) tujuan, metode, lama, <strong>dan</strong> manfaat yang diharapkan dari pengobatan yangdiusulkan;Naskah Akademik <strong>dan</strong> Draf RUU Kesehatan Jiwa Khaerudin NPM 1006799092 62


(c) model Alternatif pengobatan <strong>dan</strong>(d) kemungkinan rasa sakit atau ketidaknyamanan, risiko <strong>dan</strong> efek samping dariperawatan yang diusulkan.(3) Seorang pasien dapat meminta kehadiran seseorang atau beberapa orang dari pihakkeluarga pasien selama prosedur untuk pemberian persetujuan(4) Seorang pasien memiliki hak untuk menolak atau menghentikan pengobatan, kecualisebagaimana ditentukan dalam ayat 6, 7, 8, 12 <strong>dan</strong> 13 di bawah. Konsekuensi darimenolak atau menghentikan pengobatan harus dijelaskan kepada pasien.(5) Seorang pasien tidak akan pernah diminta atau terpaksa untuk melepaskan hakinformed consent. Jika pasien harus berikan tindakan, harus dijelaskan kepada pasienbahwa tindakan tidak dapat diberikan tanpa persetujuan.(6) Kecuali sebagaimana diatur dalam ayat 7, 8, 12, <strong>dan</strong> 13 di bawah ini, suatu rencanapengobatan yang diusulkan dapat diberikan kepada pasien tanpa persetujuan pasienjika berikut kondisi berikut dipenuhi:a) rumah sakit <strong>dan</strong> atau pihak berwenang tertentu memiliki semua informasi yangsesuai, termasuk informasi yang meyakinkan bahwa, pada saat tersebut, pasientidak memiliki kapasitas untuk memberi atau tidak memberi informed consentdengan rencana pengobatan yang diusulkan atau, jika un<strong>dan</strong>g-un<strong>dan</strong>g yangmengatur bahwa dengan memperhatikan keamanan pasien sendiri ataukeselamatan orang lain, pasien tidak beralasan menolak persetujuan tersebut, <strong>dan</strong>b) pihak berwenang yakin bahwa rencana pengobatan yang diusulkan dalamkepentingan terbaik kebutuhan <strong>kesehatan</strong> pasien.(7) Ayat 6 di atas tidak berlaku untuk pasien yang berada di bawah tanggungjawabkeluarga atau pihak lain yang secara hukum diperbolehkan untuk menyetujuiperawatan pasien.(8) Kecuali sebagaimana diatur dalam pasal 12 <strong>dan</strong> 13 di bawah ini, pengobatanmungkin juga diberikan kepada pasien tanpa persetujuan pasien jika memenuhisyarat <strong>kesehatan</strong> <strong>jiwa</strong> yang sah secara hukum, tenaga <strong>kesehatan</strong> menentukan bahwasangat diperlukan untuk mencegah langsung kerugian pada pasien atau orang lain.perlakuan tersebut tidak diperpanjang setelah jangka waktu yang sangat diperlukanuntuk tujuan ini.Naskah Akademik <strong>dan</strong> Draf RUU Kesehatan Jiwa Khaerudin NPM 1006799092 63


(9) Pengobatan apa pun yang dilakukan tanpa persetujuan pasien, setiap upaya tetapharus dinformasikan kepada pasien tentang sifat pengobatan <strong>dan</strong> setiap kemungkinanserta melibatkan pasien dalam pengembangan rencana perawatan.(10) Semua perlakuan harus segera dicatat dalam catatan medis pasien, dengan indikasiapakah paksa atau sukarela.(11) Pengekangan fisik atau pengisolasian pasien tidak akan dilakukan kecuali sesuaidengan standar operasional prosedur (SOP) fasilitas <strong>kesehatan</strong> <strong>jiwa</strong> <strong>dan</strong> hanya jikaadalah satu-satunya cara yang ada untuk mencegah kerugian langsung terhadappasien atau orang lain. Ini tidak akan berlangsung lama di luar periode yang sangatdiperlukan untuk tujuan ini. Semua kasus pengekangan fisik atau isolasi, harusdicatat dalam rekam medis pasien. Pasien yang terkendali atau terisolasi harusditempatkan dalam kondisi yang manusiawi <strong>dan</strong> di bawah pengawasan perawatan<strong>dan</strong> dekat dengan pemberi pelayanan. Keluarga atau perwakilan keluarga, jika ada<strong>dan</strong> jika memungkin, akan diberikan pemberitahuan segera dari setiap pengekanganfisik atau isolasi.(12) Sebuah prosedur medis atau bedah utama dapat dilakukan pada seseorang dengangangguan <strong>jiwa</strong> hanya bila diperbolehkan oleh aturan, di mana dianggap bahwa haltersebut adalah cara terbaik melayani kebutuhan <strong>kesehatan</strong> pasien <strong>dan</strong> di manapasien memberi informed consent, kecuali pasien tidak mampu memberikaninformed consent, prosedur dilakukan setelah evaluasi.(13) Uji klinis <strong>dan</strong> pengobatan eksperimental tidak harus dilakukan pada setiap pasientanpa persetujuan, kecuali bahwa seorang pasien yang tidak mampu memberikaninformed consent dapat diterima untuk suatu uji klinis atau diberi perlakuaneksperimental.Pasal 28Pemberitahuan hak-hak(1) Seorang pasien di fasilitas <strong>kesehatan</strong> <strong>jiwa</strong> harus diinformasikan sesegera mungkinsetelah masuk, dalam bentuk <strong>dan</strong> bahasa yang dapat dipahami pasien.(2) Jika seorang pasien tidak dapat memahami informasi tersebut, hak-hak pasien harusdikomunikasikan kepada keluarga atau kepada orang yang paling mampu mewakilikepentingan pasien <strong>dan</strong> bersedia untuk melakukannya.Naskah Akademik <strong>dan</strong> Draf RUU Kesehatan Jiwa Khaerudin NPM 1006799092 64


Pasal 29Hak <strong>dan</strong> kondisi di fasilitas <strong>kesehatan</strong> <strong>jiwa</strong>(1) Setiap pasien di fasilitas <strong>kesehatan</strong> memiliki hak penuh untuk :(a) Pengakuan sebagai pribadi di hadapan hukum(b) Privasi(c) Kebebasan komunikasi, yang mencakup kebebasan untuk berkomunikasi denganorang lain di fasilitas <strong>kesehatan</strong>; kebebasan untuk mengirim <strong>dan</strong> menerimakomunikasi; kebebasan untuk menerima secara pribadi kunjungan dari seorangpengacara atau perwakilan pribadi <strong>dan</strong>, dari pengunjung yang lain, <strong>dan</strong>kebebasan akses ke telepon, pos <strong>dan</strong> layanan surat kabar, radio <strong>dan</strong> televisi.(d) Kebebasan agama atau kepercayaan.(2) Lingkungan <strong>dan</strong> kondisi kehidupan di fasilitas <strong>kesehatan</strong> mental harus sedekatmungkin dengan mereka yang hidup normal, pasen usia yang sama <strong>dan</strong> khususnyaakan meliputi:(a). Fasilitas untuk kegiatan rekreasi <strong>dan</strong> bersantai(b) Fasilitas untuk pendidikan(c) Fasilitas untuk membeli atau menerima keperluan sehari hari, rekreasi ,<strong>dan</strong>Komunikasi(d) Fasilitas, yang mendukung keterlibatan pasien dalam pekerjaan sesuai denganlatar belakang sosial <strong>dan</strong> budaya, <strong>dan</strong> sesuai program rehabilitasi <strong>dan</strong>terintegrasi dalam masyarakat. mencakup bimbingan pekerjaaan, pelatihan <strong>dan</strong>penempatan pekerjaaan yang memungkinkan pasien untuk mempertahankanpekerjaan di masyarakat.(3) Pasen dipekerjakan dalam batas-batas kemampuan <strong>dan</strong> kebutuhan pasien <strong>dan</strong> denganpersyaratan pasien dapat memilih jenis pekerjaan ia ingikan.(4) Pasien di fasilitas <strong>kesehatan</strong> <strong>jiwa</strong> tidak boleh dieksploitasi. Pasien berhak untukmenerima upah yang sama untuk pekerjaan apapun sesuai aturan yang berlakuPasal 30Akses Terhadap InformasiSeorang pasien (terrmasuk mantan pasien) berhak memiliki akses ke informasi mengenai<strong>kesehatan</strong>nya <strong>dan</strong> catatan pribadi yang dibuat oleh fasilitas <strong>kesehatan</strong> <strong>jiwa</strong>.Naskah Akademik <strong>dan</strong> Draf RUU Kesehatan Jiwa Khaerudin NPM 1006799092 65


BAB VIIISUMBER DAYA FASILITAS KESEHATAN JIWAPasal 31(1) Fasilitas <strong>kesehatan</strong> mental harus memiliki :(a) Tenaga profesional sesuai dengan kebutuhan akan pelayanan(b) Diagnostik <strong>dan</strong> peralatan terapi bagi pasien;(c) perawatan profesional yang tepat; <strong>dan</strong>(d) cukup pasokan obat-obatan(2) Setiap fasilitas <strong>kesehatan</strong> <strong>jiwa</strong> harus diperiksa oleh pihak yang berwenang untukmemastikan bahwa kondisi, pengobatan <strong>dan</strong> perawatan pasien sesuai ketentuanyang berlaku.(3) Akses ke fasilitas <strong>kesehatan</strong> <strong>jiwa</strong> harus diberikan dalam cara yang sama sepertiakses kesetiap fasilitas lain untuk penyakit lainnya.BAB IXPERAWATAN PAKSAPasal 32(1) Seseorang dapat dibawa ke fasilitas <strong>kesehatan</strong> <strong>jiwa</strong> sebagai pasien, atau yangsudah dirawat sebagai pasien, tetap dipertahankan di fasilitas <strong>kesehatan</strong> <strong>jiwa</strong> jika,<strong>dan</strong> hanya jika, seorang tenaga <strong>kesehatan</strong> <strong>jiwa</strong> yang diberikan wewenang olehhukum untuk mempertimbangkan bahwa, oleh karena gangguan <strong>jiwa</strong> tersebut adakemungkinan membahayakan pasen sendiri atau orang lain(2) Penerimaan Paksa perawatan harus untuk waktu yang singkat sebagaimanaditentukan oleh hukum atura yang berlaku.(3) Pengaturan waktu perawatan ditetapkan dengan keputusan menteri.(4) Fasilitas <strong>kesehatan</strong> hanya menerima pasien jika fasilitas <strong>kesehatan</strong> telah ditunjukuntuk melakukannya sesuai dengan peaturan yang berlaku.BAB XHIDUP DI MASYARAKATPasal 33(1) Setiap orang dengan gangguan <strong>jiwa</strong> berhak untuk hidup <strong>dan</strong> bekerja di lingkunganmasyarakat sejauh dimungkinkan.Naskah Akademik <strong>dan</strong> Draf RUU Kesehatan Jiwa Khaerudin NPM 1006799092 66


(2) Setiap pasen dengan gangguan <strong>jiwa</strong> berhak untuk diperlakukan <strong>dan</strong> diperhatikan,sejauh mungkin, dalam masyarakat di mana dia tinggal.(3) Setiap pasien dengan gangguan <strong>jiwa</strong> berhak bila memungkinkan dilakukanpengobatan di fasilitas <strong>kesehatan</strong> yang dekat rumahnya atau rumah kerabatnyaatau teman-temannya <strong>dan</strong> harus memiliki hak untuk kembali ke masyarakat sesegeramungkin.BAB XIMASALAH HUKUMPasal 34(1) Semua orang yang menjalani hukuman penjara untuk pelanggaran kriminal, atauyang ditahan dalam proses proses pi<strong>dan</strong>a atau investigasi terhadap mereka, <strong>dan</strong>memiliki penyakit <strong>jiwa</strong> atau yang diindikasikan mempunya penyakit <strong>jiwa</strong> harusmendapatkan pelayanan <strong>kesehatan</strong> <strong>jiwa</strong>.(2) Pengadilan atau pejabat berwenang lainnya, atas dasar nasihat medis yangkompeten <strong>dan</strong> independen, dapat memerintahkan agar orang tersebut dimasukkanke fasilitas <strong>kesehatan</strong> <strong>jiwa</strong>.(3) Pemeriksaan <strong>kesehatan</strong> <strong>jiwa</strong> untuk kepentingan penegakan hukum (visum etrepertum psikiatricum) hanya dapat dilakukan oleh dokter spesialis kedokteran <strong>jiwa</strong>pada fasilitas pelayanan <strong>kesehatan</strong>.(4) Penetapan status kecakapan hukum seseorang yang diduga mengalami gangguan<strong>kesehatan</strong> <strong>jiwa</strong> dilakukan oleh tim dokter yang mempunyai keahlian <strong>dan</strong>kompetensi sesuai dengan standar profesi.Pasal 35PengaduanSetiap pasien <strong>dan</strong> mantan pasien berhak untuk mengajukan keluhan melalui prosedursebagaimana ditentukan oleh hukum yang berlaku.Naskah Akademik <strong>dan</strong> Draf RUU Kesehatan Jiwa Khaerudin NPM 1006799092 67


BAB XIIPERAN SERTA MASYARAKATPasal 36(1) Masyarakat berperan serta, baik secara perseorangan maupun terorganisasi dalamsegala bentuk <strong>dan</strong> tahapan upaya <strong>kesehatan</strong> <strong>jiwa</strong> dalam rangka membantumempercepat pencapaian derajat <strong>kesehatan</strong> <strong>jiwa</strong> masyarakat yang setinggi-tingginya(2) Peran serta sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mencakup keikutsertaan secaraaktif <strong>dan</strong> kreatif.BAB XIIIPEMBINAAN DAN PENGAWASANBagian KesatuPembinaanPasal 37Pemerintah <strong>dan</strong> pemerintah daerah melakukan pembinaan terhadap masyarakat <strong>dan</strong>terhadap setiap penyelenggara kegiatan yang berhubungan dengan sumber daya<strong>kesehatan</strong> di bi<strong>dan</strong>g <strong>kesehatan</strong> <strong>jiwa</strong> <strong>dan</strong> upaya <strong>kesehatan</strong> <strong>jiwa</strong>.Pasal 38(1) Pembinaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 diarahkan untuk:a. memenuhi kebutuhan setiap orang dalam memperoleh akses atas sumber daya dibi<strong>dan</strong>g <strong>kesehatan</strong> <strong>jiwa</strong>b. menggerakkan <strong>dan</strong> melaksanakan penyelenggaraan upaya <strong>kesehatan</strong> <strong>jiwa</strong>c. memfasilitasi <strong>dan</strong> menyelenggarakan <strong>kesehatan</strong> <strong>jiwa</strong>(2) Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan melalui:a. komunikasi, informasi, edukasi <strong>dan</strong> pemberdayaan masyarakat;b. pendayagunaan tenaga <strong>kesehatan</strong> <strong>jiwa</strong>c. pembiayaan.Naskah Akademik <strong>dan</strong> Draf RUU Kesehatan Jiwa Khaerudin NPM 1006799092 68


Bagian keduaPengawasanPasal 39(1) Menteri melakukan pengawasan terhadap masyarakat <strong>dan</strong> setiap penyelenggarakegiatan yang berhubungan dengan sumber daya di bi<strong>dan</strong>g <strong>kesehatan</strong> <strong>jiwa</strong> <strong>dan</strong>upaya <strong>kesehatan</strong> <strong>jiwa</strong>.(2) Menteri dalam melakukan pengawasan dapat memberikan izin terhadap setiappenyelengaraan upaya <strong>kesehatan</strong> <strong>jiwa</strong>.(3) Menteri dalam melaksanakan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) <strong>dan</strong>ayat (2) dapat mendelegasikan kepada lembaga pemerintah non kementerian, kepaladinas di provinsi, <strong>dan</strong> kabupaten/kota yang tugas pokok <strong>dan</strong> fungsinya di bi<strong>dan</strong>g<strong>kesehatan</strong> <strong>jiwa</strong>.(3) Menteri dalam melaksanakan pengawasan mengikutsertakan masyarakat.Pasal 40Menteri atau kepala dinas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39 dalam melaksanakantugasnya dapat mengangkat tenaga pengawas dengan tugas pokok untuk melakukanpengawasan terhadap segala sesuatu yang berhubungan dengan sumber daya di bi<strong>dan</strong>g<strong>kesehatan</strong> <strong>jiwa</strong> <strong>dan</strong> upaya <strong>kesehatan</strong> <strong>jiwa</strong>.Pasal 41Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40, tenaga pengawasmempunyai fungsi:a. memasuki setiap tempat yang diduga digunakan dalam kegiatan yang berhubungandengan penyelenggaraan upaya <strong>kesehatan</strong> <strong>jiwa</strong>b. memeriksa perizinan yang dimiliki oleh tenaga <strong>kesehatan</strong> <strong>dan</strong> fasilitas <strong>kesehatan</strong> <strong>jiwa</strong>.Pasal 42Setiap orang yang bertanggung jawab atas tempat dilakukannya pemeriksaan oleh tenagapengawas mempunyai hak untuk menolak pemeriksaan apabila tenaga pengawas yangbersangkutan tidak dilengkapi dengan tanda pengenal <strong>dan</strong> surat perintah pemeriksaan.Naskah Akademik <strong>dan</strong> Draf RUU Kesehatan Jiwa Khaerudin NPM 1006799092 69


Pasal 43Apabila hasil pemeriksaan menunjukkan a<strong>dan</strong>ya dugaan atau patut diduga a<strong>dan</strong>yapelanggaran hukum di bi<strong>dan</strong>g <strong>kesehatan</strong> <strong>jiwa</strong>, tenaga pengawas wajib melaporkankepada penyidik sesuai dengan ketentuan peraturan perun<strong>dan</strong>g-un<strong>dan</strong>gan.Pasal 44Ketentuan lebih lanjut tentang pengawasan diatur dengan Peraturan Menteri.Pasal 45(1) Menteri dapat mengambil tindakan administratif terhadap tenaga <strong>kesehatan</strong> <strong>jiwa</strong> <strong>dan</strong>fasilitas pelayanan <strong>kesehatan</strong> <strong>jiwa</strong> yang melanggar ketentuan sebagaimana diaturdalam Un<strong>dan</strong>g-Un<strong>dan</strong>g ini.(2) Menteri dapat mendelegasikan kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)kepada lembaga pemerintah nonkementerian, kepala dinas provinsi, ataukabupaten/kota yang tugas pokok <strong>dan</strong> fungsinya di bi<strong>dan</strong>g <strong>kesehatan</strong> <strong>jiwa</strong>.(3) Tindakan administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa:a. peringatan secara tertulis;b. pencabutan izin sementara atau izin tetap.(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengambilan tindakan administratifsebagaimana dimaksud pasal ini diatur oleh Menteri.BAB XIVPENYIDIKANPasal 46(1) Selain penyidik polisi negara Republik Indonesia, kepada pejabat pegawai negerisipil tertentu di lingkungan pemerintahan yang menyelenggarakan urusan di bi<strong>dan</strong>g<strong>kesehatan</strong> juga diberi wewenang khusus sebagai penyidik sebagaimana dimaksuddalam Un<strong>dan</strong>g-Un<strong>dan</strong>g Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pi<strong>dan</strong>a untukmelakukan penyidikan tindak pi<strong>dan</strong>a di bi<strong>dan</strong>g <strong>kesehatan</strong>.(2) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berwenang:a. melakukan pemeriksaan atas kebenaran laporan serta keterangan tentang tindakpi<strong>dan</strong>a di bi<strong>dan</strong>g <strong>kesehatan</strong> <strong>jiwa</strong>Naskah Akademik <strong>dan</strong> Draf RUU Kesehatan Jiwa Khaerudin NPM 1006799092 70


. melakukan pemeriksaan terhadap orang yang diduga melakukan tindak pi<strong>dan</strong>adi bi<strong>dan</strong>g <strong>kesehatan</strong> <strong>jiwa</strong>c. meminta keterangan <strong>dan</strong> bahan bukti dari orang atau ba<strong>dan</strong> hukum sehubungandengan tindak pi<strong>dan</strong>a di bi<strong>dan</strong>g <strong>kesehatan</strong> <strong>jiwa</strong>d. melakukan pemeriksaan atas surat <strong>dan</strong>/atau dokumen lain tentang tindak pi<strong>dan</strong>adi bi<strong>dan</strong>g <strong>kesehatan</strong> <strong>jiwa</strong>e. melakukan pemeriksaan atau penyitaan bahan atau barang bukti dalam perkaratindak pi<strong>dan</strong>a di bi<strong>dan</strong>g <strong>kesehatan</strong> <strong>jiwa</strong>f. meminta bantuan ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindakpi<strong>dan</strong>a di bi<strong>dan</strong>g <strong>kesehatan</strong> <strong>jiwa</strong>g. menghentikan penyidikan apabila tidak terdapat cukup bukti yangmembuktikan a<strong>dan</strong>ya tindak pi<strong>dan</strong>a di bi<strong>dan</strong>g <strong>kesehatan</strong> <strong>jiwa</strong>.(3) Kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan oleh penyidiksesuai dengan ketentuan Un<strong>dan</strong>g-Un<strong>dan</strong>g Hukum Acara Pi<strong>dan</strong>a.BAB XVKETENTUAN PIDANAPasal 47(1) Pimpinan fasilitas pelayanan <strong>kesehatan</strong> <strong>dan</strong>/atau tenaga <strong>kesehatan</strong> yang melakukanpraktik atau pekerjaan pada fasilitas pelayanan <strong>kesehatan</strong> <strong>jiwa</strong> yang dengan sengajatidak memberikan pelayanan terhadap penderita gangguan <strong>jiwa</strong> dipi<strong>dan</strong>a denganpi<strong>dan</strong>a penjara paling lama 2 (dua) tahun <strong>dan</strong> denda paling banyak Rp200.000.000,00(dua ratus juta rupiah).(2) Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengakibatkan terjadinyakecacatan atau kematian, pimpinan fasilitas pelayanan <strong>kesehatan</strong> <strong>dan</strong>/atau tenaga<strong>kesehatan</strong> tersebut dipi<strong>dan</strong>a dengan pi<strong>dan</strong>a penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun<strong>dan</strong> denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).BAB XVIKETENTUAN PERALIHANPasal 48Peraturan Perun<strong>dan</strong>g-un<strong>dan</strong>gan sebagai pelaksanaan Un<strong>dan</strong>g-Un<strong>dan</strong>g ini ditetapkan palinglambat 1 (satu) tahun sejak tanggal pengun<strong>dan</strong>gan Un<strong>dan</strong>g-Un<strong>dan</strong>g ini.Naskah Akademik <strong>dan</strong> Draf RUU Kesehatan Jiwa Khaerudin NPM 1006799092 71


Pasal 49Pada saat Un<strong>dan</strong>g-Un<strong>dan</strong>g ini berlaku, semua peraturan pelaksanaan Un<strong>dan</strong>g-Un<strong>dan</strong>gNomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan yang terkait dengan <strong>kesehatan</strong> <strong>jiwa</strong> dinyatakanmasih tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan dalam Un<strong>dan</strong>g-Un<strong>dan</strong>g ini.BAB XVIIKETENTUAN PENUTUPPasal 50Un<strong>dan</strong>g-Un<strong>dan</strong>g ini mulai berlaku pada tanggal diun<strong>dan</strong>gkan. Agar setiap orangmengetahuinya, memerintahkan pengun<strong>dan</strong>gan Un<strong>dan</strong>g-Un<strong>dan</strong>g ini denganmenempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.Disahkan di Jakartapada tanggal ....................................................PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,ttd.DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONODiun<strong>dan</strong>gkan di Jakartapada tanggal ................................MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIAREPUBLIK INDONESIA,ttd.PATRIALIS AKBARLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN .... NOMOR ......Salinan sesuai dengan aslinyaSEKRETARIAT NEGARA RIKepala Biro Peraturan Perun<strong>dan</strong>g-un<strong>dan</strong>ganBi<strong>dan</strong>g Politik <strong>dan</strong> Kesejahteraan Rakyat,ttd. <strong>dan</strong> capNaskah Akademik <strong>dan</strong> Draf RUU Kesehatan Jiwa Khaerudin NPM 1006799092 72

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!