Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
18<br />
A R T I K E L<br />
Implementasi Aplikasi SISKEUDES menuju<br />
Desa Digital<br />
oleh:<br />
Freddy Aktif Era Sianturi, SE. & Riky Setiawan, SE. *)<br />
“Desa digital bukan hanya sebatas angan-angan lagi. Melalui kerjasama Bank Indonesia (BI) dengan pemerintah pusat,<br />
pemerintah daerah dan desa telah menginisiasi pilot project desa digital di 5 (lima) Kabupaten, yaitu Cirebon, Gunung<br />
Kidul, Raja Ampat, Lombok Timur serta Kepulauan Mentawai. Dalam perspektif keuangan, desa digital dapat diartikan<br />
sebagai suatu wilayah yang dalam pelaksanaan transaksi pembayaran, baik dalam proses penyaluran maupun<br />
pemanfaatanan desa dilakukan melalui elektronikfikasi”<br />
H<br />
al tersebut selaras dengan upaya dan program perencanaan seperti Renstra, RPJMDes maupun RKPDes<br />
pemerintah dalam rangka mempercepat proses masih paper based. Sehingga ketika dilanjutkan ke proses<br />
pembangunan pedesaan. Pemerintahan saat ini penganggaran yakni penyusunan APBDes sering terjadi<br />
telah menggagas peningkatan peran pedesaan ketidaksinkronan antara perencanaan dan penganggaran.<br />
dalam menunjang prioritas jalan perubahan menuju Indonesia Belum lagi jika dilanjutkan ke proses pelaksanaan dan<br />
yang berdaulat secara politik, serta<br />
pertanggungjawaban, dimana<br />
mandiri dalam bidang ekonomi dan<br />
pencatatan adminstrasinya juga<br />
berkepribadian dalam kebudayaan,<br />
masih dilakukan manual,<br />
melalui program Nawa Cita poin<br />
dipastikan banyak kepala desa yang<br />
ketiga, yaitu ―Membangun<br />
bingung dengan dokumen-dokumen<br />
Indonesia dari pinggiran dengan<br />
yang harus dibuat. Sistem<br />
memperkuat daerah-daerah dan<br />
pembayaran yang berlaku juga<br />
desa dalam kerangka negara<br />
masih menggunakan transaksi<br />
kesatuan‖.<br />
tunai (cash based transaction) atau<br />
belum transfer antar rekening bank.<br />
Kehadiran desa digital selayaknya<br />
Sehingga pada suatu proyek<br />
mendukung pemanfaatan dana<br />
pembangunan desa, umumnya<br />
desa secara optimal agar dapat<br />
Inzet: Bimtek Implementasi Aplikasi SISKEUDES bagi para perangkat desa pembayaran dari desa kepada<br />
mendukung pembangunan desa se-Kecamatan Lolayan, Kabupaten Bolaang Mongondow<br />
pelaksana/pekerja proyek masih<br />
dan daerah tertinggal, melalui<br />
dilakukan dengan menarik uang cash dari rekening desa<br />
proses penyaluran dan fasilitas akses desa dan daerah<br />
terlebih dahulu untuk kemudian dibayarkan kepada<br />
tertinggal kepada layanan keuangan. Model desa digital tentu pelaksana/pekerja. Disamping inefesiensi waktu juga<br />
akan memberikan kemudahan dan kenyamanan dari sisi mengakibatkan timbulnya risiko baru. Hal ini juga menjadi<br />
waktu dan biaya, serta meningkatkan keamanan dan kendala bagi kegiatan pengawasan saat melakukan reviu,<br />
transparansi dalam pemanfaatan keuangan desa. Sehingga evaluasi atau audit. Tidak jarang saat dilakukan reviu,<br />
pengelolaan dana desa yang besar tetap dilakukan secara evaluasi atau audit hanya disuguhkan buku catatan yang<br />
efektif untuk kemajuan desa dan diselenggarakan secara berisi coretan yang membingungkan. Jauh dari tata kelola<br />
profesional, terbuka dan bertanggung jawab.<br />
pembangunan dan keuangan pedesaan yang baik (good village<br />
Desa digital tentu akan menjadi tantangan baru bukan<br />
hanya bagi pedesaan, pemerintah daerah atau instansi<br />
teknis terkait, namun juga bagi institusi pengawasannya.<br />
Dalam hal ini, BPKP dituntut mampu memanfaatkan era<br />
digital untuk mendukung peran pengawasan pengelolaan<br />
keuangan desa sebagai rangkaian upaya pencapaian<br />
keberhasilan tata kelola pembangunan pedesaan (good<br />
village governance) sehingga mewujudkan kehidupan<br />
masyarakat yang adil dan makmur.<br />
Kondisi Desa Saat Ini<br />
Hampir semua desa saat ini melaksanakan pengelolaan<br />
keuangan desa belum menggunakan komputer. Dokumentasi<br />
governance). Ironisnya, kondisi<br />
74.093 desa di Indonesia saat ini.<br />
tersebut terjadi hampir di<br />
Bisa dibayangkan betapa besarnya risiko yang ada, jika<br />
dikaitkan dengan nilai program dana desa yang tengah<br />
berjalan. Alokasi Rp20,76 triliun tahun 2015 menjadi Rp47<br />
triliun di tahun 2016. Dengan asumsi setiap desa<br />
diperkirakan akan mendapatkan jatah anggaran sebesar<br />
Rp628,5 juta, jika ditambahkan dengan sumber keuangan<br />
desa yang lain seperti alokasi dana desa (ADD), dana bagi<br />
hasil pajak dan retribusi, bantuan keuangan provinsi,<br />
bantuan keuangan kabupaten, hasil usaha desa (BUMDes),<br />
hasil aset desa dan swadaya/partisipasi (PAD), serta hibah<br />
TABEA BPKP Sulut News