28.09.2016 Views

HALAMAN UTAMA

Majalah%20TABEA%20Edisi%20September%202016

Majalah%20TABEA%20Edisi%20September%202016

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

22<br />

A R T I K E L<br />

―didaerahkan‖ diikuti dengan mekarnya<br />

birokrasi. Akibatnya, usulan daerah<br />

DOB terkesan terburu-buru dan kurang<br />

persiapan. Implikasi dari buruknya persiapan<br />

mengakibatkan masalah baru<br />

seperti terbentuknya kelembagaan yang<br />

berlebihan/kurang memadai dengan kebutuhan<br />

daerah, struktur organisasi pemerintah<br />

yang gemuk karena kurang<br />

memperhitungkan efektifitas dan<br />

efisiensi anggaran. Selain itu, hasil dari<br />

pembentukan DOB masih kurang pengawasan sehingga pelayanan<br />

publik masih belum banyak perubahan yang berarti<br />

dan cenderung tidak efektif apalagi jika dilihat dari aspek<br />

perkembangan kemampuan daerah, kemampuan keuangan<br />

daerah, dan kemampuan aparatur daerah hasil pemekaran.<br />

Tim kajian BPK (2013) juga mengungkapkan bahwa pemerintah<br />

belum mempunyai grand design mengenai pemekaran<br />

daerah, pelaksanaan observasi untuk menilai kelayakan usulan<br />

pemekaran daerah tidak dilakukan oleh pihak yang kompeten<br />

dan independen, proses pembentukan DOB atas inisiatif<br />

DPR-RI tidak melalui prosedur pengujian kelayakan yang<br />

memadai, penilaian kelayakan usulan pemekaran daerah tidak<br />

didukung petunjuk teknis yang jelas, tidak dihadiri pejabat,<br />

dan sebagainya.<br />

Menurut United Nation Development Programme (UNDP),<br />

penting untuk mempersiapkan suatu daerah yang<br />

menginginkan pemekaran. Dalam periode masa persiapan<br />

pemerintah pusat dan daerah induk dapat melakukan fasilitasi<br />

dan persiapan seperti pengangkatan dan pengalihan<br />

aparatur pemerintahan sesuai fungsi dan kapasitasnya, penyiapan<br />

infrastruktur perekonomian dan fasilitas pemerintahan,<br />

serta infrastruktur penunjang bagi aparatur pemerintah.<br />

Setelah seluruh persiapan dan fasilitasi tersebut diberikan<br />

dalam waktu yang memadai, maka evaluasi selanjutnya akan<br />

menentukan apakah daerah tersebut memang akhirnya layak<br />

untuk dimekarkan atau tidak. Selain persiapan dan pemberian<br />

fasilitasi, sumber daya yang adapun perlu diatur pembagiannya<br />

dengan seksama. Sumber daya tersebut meliputi<br />

sumber daya alam, sumber daya manusia dan infrastruktur<br />

penunjang lainnya.<br />

Bambang Brodjonegoro, Guru Besar Universitas Indonesia,<br />

berpendapat bahwa rencana kebijakan pemekaran wilayah<br />

seharusnya didahului proses pengkajian dan penyusunan<br />

naskah akademik yang serius. Selama ini, kedua proses tersebut<br />

dilakukan secara longgar dan sekadar didasari pertimbangan<br />

proforma atau dari tuntutan masyarakat di lapangan.<br />

Sebuah daerah yang ingin dimekarkan terlebih dahulu harus<br />

mengajukan bukan sekadar naskah akademis melainkan juga<br />

studi kelayakan ekonomi dan finansial, yang dibuat oleh lembaga<br />

pengkajian yang punya kredibilitas dan telah distandarisasi<br />

sesuai ketetapan pemerintah pusat.<br />

Pada aspek perekonomian daerah DOB, program-program<br />

pemerintah sebaiknya diarahkan pada upaya mendukung sektor<br />

utama yakni pertanian dalam arti luas, baik ketersediaan<br />

infrastuktur penunjang maupun tenaga-tenaga penyuluh di<br />

TABEA BPKP Sulut News<br />

lapangan, dan lain sebagainya. Pengembangan<br />

sektor-sektor lainnya diarahkan<br />

pada upaya mendukung sektor utama<br />

sehingga percepatan di daerah pemekaran<br />

dapat terwujud. Secara nyata<br />

diperlukan adanya perubahan pola<br />

belanja aparatur dan pembangunan di<br />

daerah sehingga dalam jangka pendek<br />

akan tercipta permintaan barang dan<br />

jasa yang dapat mendukung terciptanya<br />

dok. Internet<br />

pusat-pusat pertumbuhan ekonomi baru.<br />

Pola belanja aparatur juga diarahkan secara langsung pada<br />

peningkatan pelayanan publik, baik secara fisik maupun non<br />

fisik sehingga dalam jangka panjang keuangan pemerintah<br />

sendiri akan meningkat diikuti dengan meningkatnya kemandirian<br />

fiskal.<br />

Akar kegagalan pemekaran wilayah didominasi oleh kurang<br />

matangnya grand design mengenai pemekaran daerah, pelaksanaan<br />

observasi untuk menilai kelayakan usulan pemekaran<br />

daerah tidak dilakukan oleh pihak yang kompeten dan independen,<br />

proses pembentukan DOB atas inisiatif DPR-RI tidak<br />

melalui prosedur pengujian kelayakan yang memadai,<br />

penilaian kelayakan usulan pemekaran daerah tidak didukung<br />

petunjuk teknis yang jelas, tidak dihadiri pejabat, masih<br />

kuatnya pengaruh politik daripada kesiapan daerah daerah<br />

dari berbagai aspek maupun masyarakat itu sendiri.<br />

Oleh karena itu, perlu adanya rencana kebijakan pemekaran<br />

wilayah yang didahului proses pengkajian dan penyusunan<br />

naskah akademik dan juga studi kelayakan ekonomi dan finansial<br />

yang dibuat oleh lembaga pengkajian yang punya<br />

kredibilitas dan telah distandardisasi sesuai ketetapan pemerintah<br />

pusat. Pemerintah juga perlu untuk mempersiapkan<br />

suatu daerah yang menginginkan pemekaran baik fasilitas<br />

maupun sumber daya manusia dan infrastruktur penunjang<br />

lainnya. Tidak hanya itu, secara nasional perlu dibuat semacam<br />

grand design tata kelola pemekaran wilayah. Dengan<br />

kata lain, diperlukan regulasi ketat dan kajian ulang secara<br />

komprehensif dalam hal pemekaran suatu wilayah. Regulasi<br />

juga diperlukan dalam hal evaluasi terhadap wilayah yang<br />

saat ini sudah memiliki status otonom demi tercapainya tujuan<br />

awal pemekaran.<br />

Daftar Bacaan:<br />

*) Penulis adalah PFA pada Bidang Akuntan Negara<br />

Perwakilan BPKP Provinsi Sulawesi Utara<br />

Tenrini Rita Helbra (2013), “Pemekaran Daerah: Kebutuhan Atau Euforia<br />

Demokrasi?, Mengapa Harus Mekar. Kemenkeu RI<br />

Tenrini Rita Helbra (2013), “Pemekaran Daerah: Kebutuhan Atau Euforia<br />

Demokrasi?, Menyibak Kegagalan Pemekaran. Kemenkeu RI<br />

Tim Analisa BPK (2013),” Analisa Proses Administrasi Pemekaran Daerah<br />

Pada Departemen Dalam Negeri dan Dewan Pertimbangan Otonomi<br />

Daerah (DPOD). BPK.<br />

Rahayu Sri Lestari (2012), “Pemekaran Daerah: Kebutuhan Atau Euforia<br />

Demokrasi?,Potret Pemekaran Daerah. Kemenkeu RI<br />

Ratnawati Tri (2012), Satu Dasa Warsa Pemekaran Daerah Era Reformasi:<br />

Kegagalan Otonomi Daerah?. Kemenkeu RI<br />

Bappenas (2008), Studi Evaluasi Dampak Pemekaran Daerah 2001-2007.<br />

BRIDGE

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!