You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
EDISI <strong>282</strong>/TAHUN 06, 17 - 23 OKTOBER 2016<br />
Suwardi :<br />
Herbalis Solusi Kesehatan<br />
<strong>Bisnis</strong> herbal kini diminati konsumen. Sebab,<br />
herbalis selain tanpa efek samping juga tak menggunakan<br />
bahan kimia. Suwardi, pebisnis herbalis mengatakan<br />
perbedaan obat herbal dan obat kimia tidak<br />
hanya berdasarkan reaksi cepat atau lambat dalam<br />
proses kerjanya. Namun,<br />
herbal memiliki banyak<br />
keunggulan yang tidak dimiliki<br />
obat kimia. Sehingga<br />
kurangnya pengetahuan<br />
masyarakat tentang perbedaan<br />
obat herbal dan obat<br />
kimia membuat posisi obat<br />
kimia lebih diprioritaskan.<br />
Kenyataannya, kurang<br />
pengetahuan tentang<br />
perbedaan yang masih dialami<br />
oleh beberapa dokter<br />
yang notabene sebagai<br />
ahli dibidang obat kimia.<br />
Akibatnya, sampai sekarang<br />
orang masih tersugesti untuk segera minum obat<br />
kimia ketika gejala sakit mulai menyerang.<br />
Diakui Suwardi yang bergelut selama 5 tahun<br />
berbisnis obat herbalis ini, obat herbal dianggap lebih<br />
aman dibandingkan obat kimia. Semua bahan-bahan<br />
alami yang dibuat, tidak memiliki efek samping.<br />
Dengan demikian, konsumsi jangka panjang<br />
obat-obatan herbalis, sebenarnya sehat dan dapat<br />
meningkatkan organ-organ tubuh berfungsi dengan<br />
semestinya. Proses kerjanya jauh berbeda dengan<br />
penggunaan bahan sintetis dalam jangka panjang.<br />
Dan tidak akan menyebabkan<br />
ketergantungan,”<br />
katanya Suwardi.<br />
Ditambah lagi, katanya,<br />
produk yang ia jual sebelum<br />
dipasarkan kekonsumen<br />
dirinya mencobanya terlebih<br />
dulu.” Seperti produk Shake<br />
herbalis misalnya saya telah<br />
mengkonsumsinya dan<br />
hasil nyatanya kami rasakan<br />
sendiri dari berat badan 89<br />
kg menjadi 70 kg” ujarnya<br />
meyakinkan<br />
Kini, Suwardi telah<br />
memiliki ratusan konsumen<br />
yang memakai produknya dengan beberapa tahun<br />
terakhir, kesadaran tentang manfaat herbal sudah<br />
lebih terbuka. Bahkan, penggunaan bahan herbal<br />
digunakan sebagai gaya hidup kontemporer. back to<br />
nature. Menjadi slogan yang sering ucapkan Masyarakat<br />
pengguna herbal. (ton)<br />
Sby & Sda<br />
Ditengarai Banyak Wanita Asing<br />
Dipekerjakan di Tempat Hiburan Malam<br />
13<br />
Hampir semua tempat hiburan malam<br />
yang ada di <strong>Surabaya</strong> diduga mempekerjakan<br />
wanita asing. Seperti tempat hiburan<br />
malam di kawasan <strong>Surabaya</strong> Selatan. Tempat<br />
hiburan kelas wahid ini tak menampik<br />
ketika ditanya soal wanita asing untuk<br />
mencari duit di Indonesia.<br />
Malah dia (sebut saja inisial Tn) yang<br />
dipercaya mengkoordinir wanita asing asal<br />
Beijing/Cina. Cuma dia enggan menyebut<br />
angka bokingannya. Intinya, memang ada<br />
cuma takut kalau ditulis di media. Pasalnya,<br />
pihak Imigrasi sudah mengendus dan akan melakukan operasi di tempat tersebut.<br />
Lokasinya di atas swalayan dan tempat itu dipergunakan untuk karaoke. Mungkin<br />
juga triping alias narkoba dan Miras. Yang jelas tarifnya di atas wanita lokal.<br />
Kayaknya pihak pengelola enggan menyebut secara rinci. “Yang jelas jangan<br />
dibesar-besarkan pak tempat kami dioperasi mungkin akan ditutup,” kata lelaki<br />
berkulit kuning. Bagaimana di tempat hiburan malam lainnya. Tepatnya di tengah<br />
kota juga tak menutup kemungkinan melakukan hal serupa. Sayangnya, belum ada<br />
tanda-tanda tempat maksiat ini digerebek dan diberi sanksi yang berat.<br />
Baik pihak Imigrasi, Pemkot <strong>Surabaya</strong> maupun polisi tetap tenang saja. Belum<br />
lagi di tempat hiburan wilayah <strong>Surabaya</strong> Utara. Beberapa waktu lalu menyiapkan<br />
wanita asing dan secara terang-terangan mengumbar auratnya di depan umum.<br />
‘’Sekarang sudah tidak menyediakan wanita asing,” kata salah satu stafnya saat<br />
dikonfirmasi <strong>Bisnis</strong> <strong>Surabaya</strong>/BS. Sementara Dirjen Imigrasi, Ronny F Somphi,<br />
saat dikonfirmasi terkait banyaknya wanita asing yang dipekerjakan di tempat<br />
hiburan tidak dapat dihubungi. (mt)<br />
DPRD PROVINSI JAWA TIMUR<br />
Jl. Indrapura No. 1 <strong>Surabaya</strong><br />
Menyikapi Fenomena Kaya Instan ala Dimas Kanjeng<br />
HIDUPKAN AKAL SEHAT DAN DAYA KRITIS<br />
Kasus mencuatnya penipuan<br />
berkedok penggandaan<br />
uang Yayasan<br />
Padepokan Dimas Kanjeng di Gading,<br />
Probolingga mengindikasikan<br />
betapa mental masyarakat kita masih<br />
sangat irasional dan berpikir<br />
secara instan. Budaya<br />
ingin cepat kaya dengan<br />
cara instan masih mendominasi<br />
pola pikir masyarakat<br />
Jatim. Ini bisa dilihat<br />
dari banyaknya pengikut<br />
Padepokan tersebut yang<br />
berasal dari berbagai latar<br />
belakang sosial. Mulai akademisi,<br />
pengusaha, TNI,<br />
PNS, tokoh agama sampai<br />
politiuus sekelas Marwah Daud<br />
Ibrahim.<br />
Kontradiktif sekali ketika di era<br />
globalisasi yang ditandai dengan<br />
kecanggihan tehnologi yang memungkinkan<br />
manusia bisa melakukan<br />
aktifitas dengan cepat, mudah<br />
dan melakukan beberapa hal secara<br />
sekaligus , justru masih terjebak<br />
pada pola pikir dan perilaku tidak<br />
realistis, seperti fenomena kaya<br />
dengan instan. Seyogjaya, globalisasi<br />
tidak hanya memudahkan manusia<br />
untuk mengakses berbagai<br />
sarana/aktifitas untuk memenuhi<br />
kebutuhan hidupnya. Tetapi juga<br />
terbukanya peluang dan jaringan<br />
yang luas, komunikasi lebih mudah,<br />
intensif dan cepat, sehinga kesempatan<br />
untuk bisa berkembang<br />
dan bergerak secara luas, terbuka<br />
lebar. Apalagi, pergerakan kemajuan<br />
tehnologi tidak lagi hanya bisa<br />
diakses masyarakat perkotaan, tapi<br />
juga mereka yang tinggal di pedesaan<br />
dan pegunungan. Globalisasi<br />
dan kecanggihan tehnologi terutama<br />
media online, memungkinkan<br />
tiap individu memiliki kesempatan<br />
sama untuk maju dan berkembang.<br />
Konsekwensi logis globalisasi yakni,<br />
tingginya persaingan dalam segala<br />
bidang, menyisakan berbagai<br />
persoalan di masyarakat kita. Yang<br />
memiliki keunggulan akan semakin<br />
berjaya, sementara yang kalah akan<br />
tergerus persaingan pasar.<br />
“Sejalan dengan kemajuan<br />
tehnologi di era globalisasi, penguatan<br />
pemahaman dan pendidikan<br />
masyarakat Jatim harus terus<br />
ditingkatkan. Pendidikan kan tidak<br />
harus ditempuh secara formal di<br />
sekolah atau bangku kuliah. Pola<br />
pendidikan agama dan dakwah<br />
harus menekankan akidah terlebih<br />
dahulu. Pemberian sosialisasi atas<br />
pemahaman yang benar menjadi<br />
tugas bagi elemen bangsa. Kalau<br />
budaya instan masih menjadi pilihan<br />
masyarakat kita, kondisi dan<br />
situasi sama akan terus terjadi dan<br />
berulang ulang. Kadang nafsu dan<br />
keinginan cepat kaya membuat<br />
orang tidak bisa berfikir rasional sehingga<br />
mudah terpedaya orang lain<br />
yang dianggap mampu mewujutkan<br />
apa yang diinginkan secara instan.<br />
Apalagi sosok yang dianut selama<br />
ini mampu mengesankan prilaku<br />
dan figur popuper , mumpuni dan<br />
berwibawa , sehingga memiliki<br />
pengaruh kuat untuk mempengaruhi<br />
dan mengendalikan<br />
orang lain. Kita tidak<br />
bisa menuding dan menyalahkan<br />
pihak manapun.<br />
Ini harus dikembalikan<br />
ke diri sendiri, instropeksi<br />
diri, berpikir secara wajar,<br />
sewajarnya. Berpikir logis,<br />
bagaimana menguatkan<br />
mental itu yang terpenting.<br />
Sayangnya, saat ini masyarakat<br />
cenderung menguatkan dan menyempurnakan<br />
sisi fisik/ permukaan<br />
saja, tetapi kosong secara batiniahnya.<br />
Yang terjadi kemudian adalah<br />
degradasi moral dalam tatanan kehidupan<br />
masyarakat “ tutur Achmad<br />
Heri, Sekretaris Fraksi Nasdem Hanura<br />
DPRD Provinsi Jatim<br />
Achmad Heri juga menghimbau<br />
pentingnya kita semua harus<br />
memiliki kemampuan untuk mengendalikan<br />
diri, menahan hawa<br />
nafsu, meningkatkan kesadaran<br />
dan kesabaran diri dengan bertindak<br />
secara sadar dan terukur. Hal<br />
hal ini yang akan menguatkan diri<br />
agar tidak mudah terjebak prilaku<br />
konsumtif. Instropeksi diri dan<br />
terus terusan menciptakan budaya<br />
produktif, mengoptimalisasi<br />
kemampuan agar bisa terus meningkatkan<br />
pendapatan dengan<br />
cara-cara kreatif, tingkatkan selalu<br />
keimanan serta menjaga moral. Masyarakat<br />
harus benar benar berhatihati,<br />
jangan mudah percaya, apalagi<br />
dengan membawa nama agama. Hal<br />
ini sudah jelas menyangkut persoalan<br />
akidah yang salah..<br />
“Yang perlu difahami adalah,<br />
tidak semua orang Islam mampu<br />
mempraktikkan bentuk pengajaran<br />
Aqidah Islam secara benar.. Begitu<br />
juga pesantren, tidak semua ajarannya<br />
benar. Ini yang memicu tumbuh<br />
suburnya gerakan Islam liberal<br />
semacam gerakan spiritual yang tak<br />
memiliki identitas yang jelas. Mereka<br />
mereka ini menggunakan label<br />
agama Islam sebagai kedok untuk<br />
mempraktikkan kegiatan kegiatan<br />
yang tidak sejalan dengan Islam.<br />
Di saat yang sama arus padatnya<br />
kompetisi di era globalisasi melahirkan<br />
kondisi kondisi krisis moral,<br />
sehingga mudah dipengaruhi. Untuk,<br />
masyarakat hendaknya jangan<br />
gampang percaya, harus waspada<br />
atas gejala kehadiran padepokan<br />
seperti Dimas Kanjeng, yang hadir<br />
di tengah kondisi masyarakat yang<br />
sedang mengalami krisis moral dan<br />
spiritual.” Kata Achmad Iskandar,<br />
Wakil Ketua DPRD Jatim dari fraksi<br />
Demokrat<br />
Achmad Iskandar juga menambahkan,<br />
faktor faktor obsesi<br />
berlebihan terhadap jabatan politik<br />
yang membutuhkan modal besar<br />
untuk mencapainya, , kerakusan<br />
harta benda, dan kesulitan keuangan<br />
adalah beberapa faktor yang mendasari<br />
keputusan seseorang untuk<br />
mencari jalan pintas, cara tak lazim<br />
dan menghalalakan segala cara.<br />
Daya kritis atau rasionalitas masyarakat<br />
dikalahkan oleh ekspektasi<br />
berlebihan. ’Keyakinan berlebihan<br />
terhdap figur yang dianggap mampu<br />
menyelesaian masalah, membuat<br />
rasionalitas mereka luntur. Apalagi<br />
sosok yang dipercaya itu mampu<br />
mendesaian dirinya dengan berbagai<br />
atribut sedemikian rupa supaya terlihat<br />
meyakinkan dan berwibawa..<br />
“fenomena Dimas Kanjeng harusnya<br />
membuat pemerintah kita<br />
menyadari betul bahwa kondisi<br />
kemiskinan berpotensi menggiring<br />
mereka ke hal-hal yang instan dan<br />
mistik. Dalam kondisi miskin, masyarakat<br />
mudah terpengaruh dengan<br />
segala hal. Pengaruh globalisasi dan<br />
pemikiran kapitalis, membuat banyak<br />
orang berpikir instan. Hidupkan<br />
akal sehat dan daya kritis, agar tidak<br />
mudah tergiur dan terprovokasi janji-janji<br />
semu. Faktanya berbagai jenis<br />
penggandaan uang, tidak pernah<br />
sukses. Kita harapkan pemerintah<br />
memberikan perhatian dan pengawasan<br />
yang lebih tegas dan serius”,<br />
tutup Achmad Iskandar.<br />
A.958