Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
3<br />
• Sahachat Saneha<br />
Shwedagon Pagoda, Myanmar<br />
Berdiri setinggi 99 meter di Bukit<br />
Singuttara pada ketinggian 58 meter<br />
di atas permukaan laut, Shewdagon<br />
Pagoda merupakan atraksi utama<br />
Yangon, Ibukota Myanmar. Puncaknya<br />
yang berbalut emas dan bertabur batu<br />
permata tampak jelas dari berbagai<br />
sudut kota. Meski sejumlah arkeolog<br />
berargumen bahwa pagoda tersebut<br />
dibangun antara abad keenam dan<br />
kesepuluh, masyarakat setempat<br />
percaya bahwa Shwedagon sudah<br />
berdiri sejak 2.600 tahun yang lalu.<br />
Kisah spektakuler pun menghiasi<br />
sejarahnya.<br />
Dua pedagang bersaudara bertemu<br />
dengan Gautama Buddha, yang<br />
kemudian menyerahkan delapan helai<br />
rambutnya untuk diabadikan di Burma.<br />
Dengan bantuan beberapa roh dan<br />
penguasa setempat, Raja Okkalapa,<br />
kedua bersaudara itu menemukan<br />
Bukit Singuttara, tempat sejumlah<br />
peninggalan para Buddha sebelum<br />
Gautama diabadikan. Sebuah kuil<br />
pun dibangun untuk menyimpan<br />
peninggalan-peninggalan Buddha<br />
tersebut.<br />
Saat delapan helai rambut Gautama<br />
Buddha dikeluarkan dari peti<br />
emas, tempat penyimpanannya,<br />
berbagai keajaiban terjadi. Menurut<br />
legenda, helai rambut sang Buddha<br />
memancarkan cahaya yang<br />
menembus ke surga dan neraka,<br />
kemudian orang buta bisa melihat,<br />
orang tuli bisa mendengar, orang<br />
bodoh berbicara dengan bijak, bumi<br />
berguncang, angin bertiup kencang,<br />
batu-batu permata jatuh dari langit,<br />
dan setiap pohon di Himalaya<br />
bermekaran bunga. Setelah itu, stupa<br />
dari berbagai macam bahan—emas,<br />
perak, perunggu, timah, besi, dan<br />
marmer—dibangun di permukaan<br />
kuil tempat barang peninggalan<br />
sang Buddha disimpan. Legenda ini<br />
membuat Shwedagon Pagoda tempat<br />
paling suci bagi para pengikut Buddha<br />
di Myanmar.<br />
Seiring berjalannya waktu, para<br />
penguasa setempat melakukan<br />
perbaikan dan sedikit demi sedikit<br />
menambah ketinggiannya. Raja Binnya<br />
U merenovasi pagoda tersebut hingga<br />
ketinggian 18 meter setelah gempa<br />
merusak stupa di puncaknya pada<br />
abad ke-14. Seabad kemudian, Ratu<br />
Binnya Thau menambah ketinggian<br />
pagoda tersebut menjadi 40 meter.<br />
Hingga akhirnya, pada abad ke-18,<br />
Raja Hsinbyushin membangunnya<br />
sampai ketinggian 99 meter, seperti<br />
yang bisa kita lihat sekarang.<br />
Bangunan seluas 5 ha ini menaungi<br />
satu stupa utama berukuran besar dan<br />
berlapis emas murni dengan taburan<br />
batu permata di bagian atasnya. Di<br />
sekelilingnya terdapat stupa-stupa<br />
kecil penuh warna, teras-teras dengan<br />
penggambaran reinkarnasi Buddha,<br />
dan pintu masuk utama yang dijaga<br />
oleh sepasang patung chinthe (hewan<br />
mitos perpaduan antara naga dan<br />
singa). Saksikan kemegahan pagoda<br />
ini pada Februari, saat Shwedagon<br />
Pagoda Festival dihelat.<br />
28 | <strong>Maret</strong> <strong>2017</strong>