19.09.2017 Views

TravelXpose.com - Edisi Maret 2017

TravelXpose.com - Edisi Maret 2017

TravelXpose.com - Edisi Maret 2017

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

sepasang suami istri. Yang timur adalah<br />

Lewotobi pria, yang barat Lewotobi<br />

Perempuan. Meski yang pria lebih<br />

pendek (1584 meter dpl), namun<br />

nyatanya jalur pendakian lebih aman<br />

dan mudah menujuh puncak Lewotobi<br />

perempuan. Letusannya senantiasa<br />

berbarengan. Mula-mula tahun 1675<br />

dan terakhir tahun 2003.<br />

Pelan-pelan rute menyisir tepi laut<br />

selatan. Ada sebuah pulau imut, Pulau<br />

Konga, tampak indah bagai batok<br />

kelapa. Dari dua pemuda yang saya<br />

temui, mereka mengatakan bahwa<br />

pulau itu telah disewakan kepada<br />

pengusaha Jepang untuk dijadikan<br />

sentra pengembangbiakan mutiara.<br />

Pulau itu pun tidak bisa diakses oleh<br />

umum sesuka hati.<br />

Panorama ke arah Pulau Konga<br />

akan lebih sempurna jika ditilik<br />

dari ketinggian. Ternyata rute jalan<br />

menempuh titik yang pas. Jadilah<br />

saya dapat menangkap sebuah<br />

pemandangan khas postcard picture.<br />

Manalagi, dua gunung kembar<br />

Lewotobi pun ikut menjadi latar<br />

belakangnya. Indah nian.<br />

1 - Pendaki gunung sedang<br />

menyusuri padang rumput.<br />

2 - Tuan Ma Confraria Chapel.<br />

2<br />

Lorong-Lorong Vatikan<br />

Kecil<br />

Larantuka adalah ibukota Kabupaten<br />

Flores Timur, namun acapkali orang<br />

menyebut seluruh wilayah kabupaten<br />

ini dengan Larantuka saja. Penduduk<br />

asli punya sebutan lain, yakni ‘Nagi.’<br />

Dalam bahasa-bahasa kesusastraan<br />

maupun seni (lagu atau puisi) daerah,<br />

cenderung memakai nama Nagi ini.<br />

Contoh paling nyata adalah lagu<br />

‘Bale Nage’ yang termasuk pop klasik<br />

namun tetap popular hingga sekarang,<br />

sempat dicover oleh Benny Panjaitan<br />

(Panbers) dan Ivan Nestorman.<br />

Larantuka dulunya berbentuk kerajaan.<br />

Jauh sebelum kedatangan bangsa<br />

Portugis, kerajaan ini telah dipimpin<br />

oleh suku lokal dari pegunungan Ile<br />

Mandiri dan mengadakan perdagangan<br />

dengan kerajaan Nusantara lainnya.<br />

Dalam lafal Portugis, Larantuka<br />

disebut Larantuque dan penduduknya<br />

dinamakan Larantuqueros.<br />

Masuknya Portugis juga mengubah<br />

iman orang-orang setempat, dari<br />

semula animis menjadi Katolik. Raja<br />

Larantuka dibaptis menggunakan gelar<br />

Diaz Vieira de Godinho yang disingkat<br />

DVG. DVG ini dalam istilah Portugis<br />

bermakna “Pelayan Allah”. Dalam<br />

menjalanakan pemerintahannya, raja<br />

dituntut untuk membawa rakyat untuk<br />

hidup seturut kehendak Tuhan.<br />

Larantuka punya beberapa julukan.<br />

Dua yang popular yakni “Vatikan<br />

Kecil” dan “Kota Rainha.” Dikatakan<br />

sebagai Vatikan Kecil lantaran ia<br />

punya sejumlah gereja, baik besar dan<br />

kecil yang letaknya saling berdekatan.<br />

Bahkan suku-suku dalam kota ini pun<br />

memiliki mini chapel atau kapela kecil<br />

pribadi. Mereka menamakannya Tori.<br />

Jumlahnya banyak. Jika kita masuk<br />

ke lorong-lorong pemukiman, dengan<br />

mudah menemukannya karena<br />

dibangun di halaman depan rumah.<br />

Tori-tori ini amat dijaga oleh para suku<br />

sebab di dalamnya tersimpan bendabenda<br />

suci warisan Portugis.<br />

Jangan heran kenapa mereka<br />

memilikinya, sebab orang-orang<br />

<strong>Maret</strong> <strong>2017</strong> |<br />

71

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!