"Nurani" The Light of Heart 心靈之光 (45th)
You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
Segelintir fihak (orang Minangkabau) yang berideologikan SEPILIS
mempertanyakan kemarahan tersebut. Sebab menurut mereka belum
ada hitam di atas putih, atau suatu produk hukum yang jelas-jelas
menyatakan bahwa seluruh simbol-simbol Adat Minangkabau tidak
boleh dipakai oleh penganut agama lain, atau dipakai dalam ritual
ibadah agama lain.
Kami kembali terkenang akan beberapa kabar yang serupa tapi
tak sama juga terjadi di daerah lain. Seperti yang terjadi pada salah satu
kawasan di Jabodetabek pada tahun 1999. Dimana pada perayaan natal
di Kampung Sawah, Pondok Gede, Kota Bekasi para jemaat dari gereja
tersebut menggunakan pakaian Adat Betawi dalam melaksanakan ritual
agama mereka. Walaupun jumlah orang betawi hanya 800 orang dari
4.000 orang jemaat gereja. Masyarakat banyak yang protes namun
kalangan Liberal mulai mencemooh dengan mengatakan orang Islam tak
memiliki “toleransi”. Mereka beranggapan simbol-simbol Budaya Betawi
bukan hanya milik umat Islam.
Begitu pulalah agaknya yang berlaku di Minangkabau ini. Sudah
menjadi muslihat bagi orang-orang kafir ini dalam menyebarkan
agamanya, mereka akan menggunakan segala tipu-daya. Dan sudah
menjadi kebijakan mereka pula untuk mengadopsi seluruh elemen
budaya lokal ke dalam ritual agama mereka. Tujuannya ialah untuk lebih
memudahkan jalan bagi mereka untuk mengabarkan “Kabar Gembira
dari Tuhan Yesus” kepada penduduk setempat.
Yang mereka lakukan sekarang ialah mendobrak, awalnya
memang susah, orang akan banyak yang marah dan mencaci. Namun
25