Download - Modus Aceh
Download - Modus Aceh
Download - Modus Aceh
- TAGS
- download
- modus
- aceh
- modusaceh.com
You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
Politik<br />
■ FOTO-FOTO MODUS ACEH /Hamdani<br />
Yusnaidi alias Mirik<br />
Mantan Panglima Sagoe GAM Tgk. Chik Muda<br />
Wilayah Batee Iliek<br />
Kacang Lupa Kulit<br />
Kepada Hamdani dari MODUS ACEH, Kamis pekan<br />
lalu yang menghubunginya untuk meminta komentar<br />
terkait dengan Pergantian Antar Waktu (PAW) yang<br />
dilakukan PA terhadap Darmuda, Muhammad Wali<br />
Alkhlalidi, Yahya Abdullah dan Samsul Bahri. Tiga orang<br />
di antara mereka merupakan wakil dari Daerah<br />
Pemilihan II (Dapil II) yang meliputi Bireuen, Bener<br />
Meriah dan <strong>Aceh</strong> Tengah.<br />
Yusnaidi mengaku kecewa terhadap apa yang dilakukan<br />
PA pada kadernya. Mantan Panglima Sagoe<br />
Tgk. Chik Muda Wilayah Batee Iliek ini mengecam sikap<br />
pimpinan PA yang dianggap sewenang-wenang. “Seperti<br />
kacang lupa kulit,” kritik Mirik. Berikut penuturannya.<br />
Terkait Pergantian Antar Waktu (PAW) terhadap<br />
Waled (Muhammad Wali Alkhlalidi –red), Tgk. Yahya<br />
Keurumbok (Yahya Abdullah-red) dan Tiong (Samsul<br />
Bahri ben Amiren-red), saya benar-benar kecewa dengan<br />
para petinggi Partai <strong>Aceh</strong> (PA). Mereka telah menistakan<br />
orang-orang yang kami tuakan dan ini benarbenar<br />
tidak bisa kami terima.<br />
Para petinggi PA sekarang seperti kacang lupa kulit.<br />
Satu persatu orang-orang yang berjasa pada PA,<br />
mereka singkirkan. Saya tidak habis pikir dengan sikap<br />
petinggi PA hari ini. Kalau begini caranya, tidak hanya<br />
kader partai yang kecewa. Tapi, seluruh masyarakat<br />
<strong>Aceh</strong> juga akan kecewa dan bisa dipastikan pelan-pelan<br />
tapi pasti akan meninggalkan PA dan PA hanya akan<br />
tinggal nama.<br />
Sikap pimpinan PA, menurut saya, sangat aneh.<br />
Seharusnya pada saat-saat menjelang Pemilukada ini,<br />
mereka mencari teman. Tapi, sikap mereka malah<br />
sebaliknya, yakni mencari musuh. Ada apa ini?<br />
Menurut saya, saat ini ini di PA sudah dipenuhi orang-orang<br />
“lhap darah” (mereka yang bermuka dua-—<br />
red). Musuh malah dijadikan teman, sementara teman<br />
malah disingkirkan. Jadi, wajar jika makin banyak<br />
rakyat <strong>Aceh</strong> yang lebih bersimpati ke lawan politik<br />
PA.<br />
Yang sangat saya sesali, kenapa dalam setiap keputusan<br />
PAW yang dilakukan PA tidak pernah disebutkan<br />
apa kesalahannya. Sehingga mengundang tanda tanya<br />
pada masyarakat. Kemudian setiap PAW juga terkesan<br />
dilakukan semena-mena, tanpa terlebih dahulu bermusyawarah.<br />
Kesannya seakan-akan PA itu hanya milik<br />
segelintir orang. Saya tidak habis pikir dengan para<br />
petinggi PA.***<br />
A. Rizal alias Abu Leupi<br />
Mantan TNA<br />
Saya Kecewa dengan<br />
Putusan PA<br />
Tanggapan juga disuarakan A. Rizal (35), salah seorang<br />
mantan TNA di Wilayah Bireuen kepada Hamdani<br />
dari MODUS ACEH. Ini terkait kebijakan PAW terhadap<br />
Waled Cs yang dilakukan Partai <strong>Aceh</strong>. Berikut<br />
kutipannya.<br />
Mendengar kabar PAW terhadap Waled Cs saya sangat<br />
terkejut, awalnya saya tidak yakin kalau petinggi<br />
PA akan nekat melakukannya. Tapi ternyata setelah<br />
diberitakan beberapa media saya menjadi percaya dan<br />
yakin.<br />
Jujur, saya sangat kesal dan kecewa dengan sikap<br />
arogansi yang ditunjukkan petinggi PA. Mereka<br />
sekarang makin menjadi-jadi, dan sewenang-wenang.<br />
Padahal Waled Cs merupakan panutan, jasa mereka<br />
cukup banyak dalam perjuangan, mereka telah melalui<br />
masa-masa sulit, dan mereka selama ini selalu<br />
menjadi penasehat kami di Komite Peralihan <strong>Aceh</strong><br />
(KPA). Mereka yang di-PAW itu juga merupakan orang-orang<br />
yang membidani lahirnya PA.<br />
Seharusnya para petinggi PA jangan arogan mem<br />
PAW kadernya. Kalau ada kesalahan beri kesempatan<br />
dahulu untuk dimusyawarahkan. Jangan mentang-mentang<br />
berkuasa lantas bisa bersikap otoriter. Sekarang<br />
ini keputusan selalu dari atas, sementara suara dari<br />
kader diabaikan. Yang lebih menyakitkan buat kader,<br />
setiap dilakukan PAW atau dipecat dari partai tidak<br />
pernah diberitahukan apa kesalahan mereka, sehingga<br />
ini bisa menimbulkan dugaan macam-macam dan<br />
juga fitnah.<br />
Kami para mantan TNA tidak bisa terima panutan<br />
kami dihina seperti ini, karena mereka dulu adalah<br />
orang-orang yang pernah membaiat kami, tapi kenapa<br />
hari ini organisasi sendiri telah menghina mereka?<br />
Ini yang membuat saya tidak habis pikir. Ada apa dengan<br />
petinggi PA?<br />
Hari ini bukan saya saja, mungkin seluruh <strong>Aceh</strong><br />
merasa kecewa dengan sikap petinggi PA tersebut.<br />
Kalau dulu semasa <strong>Aceh</strong> masih darurat setiap keputusan<br />
bisa dimusyawarahkan, walau hanya di bahan pohon<br />
coklat. Tapi kenapa sekarang hal itu tidak bisa<br />
dilakukan lagi? Padahal dengan fasilitas yang dimiliki<br />
sekarang tentu lebih mudah lagi untuk melakukan rapat<br />
atau musyawarah dengan kepala dingin karena<br />
sudah tidak terburu-buru lagi takut diserang lawan tibatiba.***<br />
Tgk. Zulkifli<br />
Ulama Muda di Kabupaten Bireuen<br />
Khawatir Masyarakat<br />
Tinggalkan PA<br />
Selain mantan kombatan, Hamdani dari MODUS<br />
ACEH juga meminta tanggapan dari Tgk Zulkifli, ter-<br />
EDISI 5-11 MARET 2012<br />
17<br />
kait dengan PAW empat kader PA di DPRA. Terutama<br />
Muhammad Wali Alkhlalidi dan Tgk. Yahya Abdullah yang<br />
juga ulama di Kabupaten Bireuen. Berikut tanggapan<br />
lengkap tokoh agama tersebut.<br />
Sebelum mengambil keputusan, seharusnya para<br />
petinggi PA bermusyawarah terlebih dahulu. Terutama<br />
dengan para kader di daerah-daerah. Untuk menjelaskan<br />
alasan kenapa mereka dipecat, sehingga tidak<br />
menimbulkan keresahan dan penafsiran yang macammacam<br />
di masyarakat. Apalagi ini menyangkut marwah<br />
para ulama.<br />
Kalau cara-cara seperti ini yang selalu dipraktekkan<br />
para petinggi PA, saya khawatir masyarakat akan<br />
meninggalkan PA. Saya masih ingat, dulu PA mencopot<br />
Husaini alias Prengko sebagai Wakil Ketua DPRK Bireuen.<br />
Waktu itu, mereka tidak memberikan alasan<br />
yang jelas terhadap penyebab pencopotan tersebut.<br />
Makanya kemudian Prengko memutuskan mengundurkan<br />
diri dari anggota dewan. Beberapa pemecatan lainnya,<br />
juga tanpa ada penjelasan kepada masyarakat.<br />
Kalau ingin tetap dicintai dan dihormati<br />
masyarakat, para petinggi PA harus mengubah gaya<br />
dan cara dalam mengelola partai. Kalau tidak, maka<br />
kehormatan itu akan hilang. Kemudian, setiap keputusan<br />
seharusnya merupakan keputusan bersama. Jangan<br />
hanya keputusan petinggi partai semata. ***<br />
Eddie Saifuddyn<br />
Mantan Aktivis Mahasiswa<br />
Allah Masih Sayang<br />
Mereka<br />
Sebagai orang yang pernah merasakan goncangan<br />
politik di <strong>Aceh</strong> semasa konflik masih berkecamuk. Eddie<br />
Saifuddyn, mantan aktivis mahasiswa di Kabupaten<br />
Bireuen, ikut berkomentar terkait PAW yang dilakukan<br />
PA terhadap empat kadernya di DPRA. Nah,<br />
apa pendapat anak muda ini terkait hal tersebut?<br />
Berikut penuturannya kepada Hamdani dari MODUS<br />
ACEH, Kamis pekan lalu.<br />
Saya rasa, pemecatan terhadap Waled Cs memang<br />
sudah kehendak Allah SWT. Sebab, Allah masih sayang<br />
pada mereka, makanya Allah tidak ingin marwah ulama<br />
tercoreng dengan kondisi PA seperti sekarang ini.<br />
Keberadaan mereka semakin tidak jelas dan banyak<br />
dipenuhi orang-orang yang tidak jelas alias petualang<br />
politik dan hanya mencari keuntungan dari PA. Ini yang<br />
sangat kita sayangkan.<br />
Mereka sekarang yang berkecimpung di PA, bukanlah<br />
orang-orang yang murni perjuangan, tapi punya<br />
tujuan lain.<br />
Saya pastikan, kalau hal ini tidak cepat dibenahi<br />
dan diantisipasi oleh para petinggi PA, maka PA hanya<br />
akan tinggal sejarah. Para petinggi PA sekarang ini<br />
sangat sombong dan angkuh, tanpa pernah mendengarkan<br />
lagi arus bawah. Saya pribadi tidak menaruh<br />
respek terhadap PA, apalagi dengan kondisi yang kita<br />
lihat sekarang ini. ***