Download - Modus Aceh
Download - Modus Aceh
Download - Modus Aceh
- TAGS
- download
- modus
- aceh
- modusaceh.com
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
8<br />
EDISI 5-11 MARET 2012<br />
nesia yang paling potensial untuk<br />
menang dalam Pilkada untuk<br />
kami biayai. Jika bapak berkenan,<br />
tolong siapkan proposal pengajuan<br />
dana Pilkada. Kami punya format<br />
standarnya, bahkan kami bisa<br />
bantu bapak untuk menyusun proposal<br />
itu,” seperti inilah introduksi<br />
yang kerap mereka lakukan<br />
dalam operasi mereka.<br />
Nah, bila hari yang ditentukan<br />
tiba. Si kandidat kemudian berjanji<br />
untuk berjumpa mereka di lobi<br />
sebuah hotel bintang di Jakarta.<br />
Mereka yang menentukan hotelnya.<br />
“Besok jam 19.00 kita meeting<br />
sambil makan malam di sana<br />
ya pak. Tolong dibawa proposalnya<br />
kalau memang sudah ada<br />
yang bapak siapkan. Tapi nanti<br />
kita lihat lagi, karena anggaran<br />
yang bapak ajukan terlalu kecil.<br />
Kami bisa siapkan dua kali lipatnya,<br />
ya Rp 60 miliar itu angka<br />
standar yang biasanya disetujui<br />
jadi nanti kita naikan ke Rp 75<br />
miliar ya. Ok pak, sampai bertemu<br />
besok,” kata sang donatur<br />
seperti yang diungkap sumber<br />
MODUS ACEH, Rabu pekan<br />
lalu.<br />
Bayangkan saja, jika sang calon<br />
sedang pusing tujuh keliling,<br />
memikirkan sumber uang untuk<br />
karir politiknya, tawaran tadi tentu<br />
seperti mendapatkan durian<br />
runtuh. Bahkan, dia tidak sempat<br />
bertanya lagi, kepentingan apa<br />
yang membuat mereka sampai<br />
rela mengeluarkan puluhan miliar<br />
untuk dirinya. Akal sehatnya pun<br />
sudah tidak dapat berfungsi secara<br />
normal. Yang ada di dalam<br />
benaknya, esok segera tiba agar<br />
dia bisa berjumpa para juru selamat<br />
yang baik hati itu.<br />
Ketika bertemu keesokan<br />
harinya, proposal bawaannya<br />
dikoreksi habis. Kata mereka,<br />
bapak tidak perlu khawatir karena<br />
lembaga kita ini diback up oleh<br />
orang terkaya di Indonesia atau<br />
pimpinan partai politik nasional<br />
yang sedang naik daun serta berambisi<br />
di kursi kekuasaan.<br />
Ada juga support dari luar.<br />
“Kalau sampai bapak kalah<br />
nantinya, bapak tidak harus<br />
mengembalikan dananya dan perjanjian<br />
itu akan kita lakukan di<br />
depan notaris,” janji mereka berapi-api.<br />
Setelah lama ngalor-ngidul,<br />
mereka akan keluarkan amplop<br />
berisi sejumlah proposal dari kandidat<br />
di wilayah lain sebagai bukti<br />
bahwa jasa mereka benar-benar<br />
valid dan sudah berpengalaman<br />
mengurusi hal-hal seperti ini. Tak<br />
jarang, ada juga yang menunjukkan<br />
berita acara atau MoU aspal<br />
antara lembaga donor dengan<br />
kandidat tertentu yang dikreasikan<br />
sedemikian rupa sehingga<br />
tampak seperti sungguhan dan<br />
mampu menyilaukan mata calon<br />
korbannya. “Fee untuk tim konsultan,<br />
hanya 20% saja dari nilai<br />
yang dicairkan dan itu bisa dipotong<br />
dari sini. Selebihnya bapak<br />
cukup menyiapkan sedikit dana,<br />
ya paling-paling sekitar 2-5% dari<br />
nilai yang diajukan ini untuk operasional<br />
dan biaya notaris-nya.”<br />
Si kandidat pun demi mendapatkan<br />
dana sebegitu besar, tak berfikir<br />
panjang langsung mengiyakan.<br />
“Iya dong, bapak mau dapat<br />
Rp 50 miliar, masa untuk siapkan<br />
2% nya saja bapak keberatan.<br />
Semua hasil yang besar, harus ada<br />
dong pengorbanan di awal, sekecil<br />
apapun itu,” tambah mereka semakin<br />
meyakinkan si kandidat.<br />
Billing makan malam pun<br />
sudah pasti jadi tugas sang kandidat<br />
untuk ‘mengamankannya.’<br />
Tak lupa, mereka meminta sedikit<br />
dana untuk pembuatan dan<br />
perbanyakan proposal. “Ini nomor<br />
rekeningnya, bapak transfer saja<br />
sekitar Rp 10 juta saja untuk tim<br />
konsultan pembuatan proposal.<br />
Tim ini kalau dipakai jasanya,<br />
maka proposal bapak 90% akan<br />
lolos karena mereka adalah mitra<br />
lama lembaga donatur ini.”<br />
Keesokan harinya, Rp 10 juta pun<br />
berpindah rekening. Babak pertama<br />
dimulai dengan dana makan<br />
malam dan dana pembuatan proposal.<br />
Selanjutnya, berbagai macam<br />
pola mereka hadirkan dalam setiap<br />
pertemuan yang tentunya<br />
harus dibarengi dengan berpindah<br />
tangannya jutaan rupiah sebagai<br />
syarat tak tertulis demi kelancaran<br />
operasional gerombolan yang<br />
menamakan dirinya sebagai tim<br />
konsultan itu. Semakin tergerus,<br />
semakin sengasara pula si kandidat<br />
dikerjai mereka.<br />
Maraknya perantara atau calo<br />
pemberian bantuan hibah atau<br />
bantuan sosial sudah mulai meresahkan<br />
sejumlah calon Gubernur,<br />
Bupati dan Walikota di <strong>Aceh</strong>.<br />
Hanya saja, mereka tak mau terbuka<br />
dan berterus terang karena<br />
alasan malu. Begitupun, saat bertemu,<br />
mereka tak segan-segan<br />
berbicara dari hati ke hati dan<br />
saling bertukar pengalaman.<br />
Untuk menjaring mangsanya,<br />
para sindikat calo bantuan dana<br />
hibah Pilkada bagi calon Gubernur,<br />
Bupati dan Walikota di <strong>Aceh</strong>,<br />
Inilah Kabupaten-Kota yang akan menyusul<br />
setelah Pilkada 9 April 2012<br />
No Nama Kabupaten-Kota Tahun<br />
01 Kabupaten Bireuen 25 Juni 2012<br />
02 <strong>Aceh</strong> Tamiang 9 Juni 2012<br />
03 <strong>Aceh</strong> Tenggara 2 Juli 2012<br />
04 Kota Subulussalam 2013<br />
05 <strong>Aceh</strong> Selatan 2013<br />
06 Pidie Jaya 2013<br />
tak segan-segan menjual nama<br />
Ketua Dewan Penasihat Partai<br />
Gerindra Prabowo. Ketua DPP<br />
Partai Golkar Abu Rizal Bakrie<br />
serta Ketua Umum DPP PAN,<br />
Hatta Rajasa.<br />
Agar strategi, langkah dan<br />
aksi penipuannya berhasil alias<br />
memakan korban. Para sindikat<br />
di Jakarta, juga memakai jasa calo<br />
atau jaringan warga <strong>Aceh</strong> sendiri.<br />
Baik yang ada di Jakarta maupun<br />
Banda <strong>Aceh</strong>. “Jadi, memang<br />
lihai sekali. Jika di Papua, mereka<br />
menggunakan jasa warga setempat.<br />
Begitu juga di <strong>Aceh</strong>,” ungkap<br />
Irmawan, salah seorang<br />
calon Bupati Gayo Lues periode<br />
2012-2017 kepada media ini, Sabtu<br />
petang lalu.<br />
Tak hanya itu, ada pula sejum-<br />
■ MODUS ACEH/Dok<br />
lah nama yayasan dan pengusaha<br />
besar di Jakarta. Termasuk,<br />
ada yang mengaku memiliki<br />
hubungan dekat dengan kerabat<br />
atau keluarga Sultan Brunei<br />
Darussalam serta keluarga Kerajaan<br />
Kuwait, Yordania serta Yaman.<br />
Termasuk memiliki hubungan<br />
khusus dengan keluarga<br />
Presiden RI, Susilo Bambang<br />
Yudhoyono (SBY).<br />
Namun hingga saat ini, para<br />
calon Gubernur, Bupati serta<br />
Walikota di <strong>Aceh</strong> dan sudah masuk<br />
perangkap sindikat tadi, belum<br />
mendapatkan hasil apa pun.<br />
Padahal oknum tersebut telah<br />
mengiming-iming janji bahwa proposal<br />
mereka pasti disetujui dan<br />
bantuan hibah miliaran rupiah pasti<br />
didapatkan. “Banyak yang mengeluh.<br />
Keluhannya mereka telah<br />
mengajukan permohonan bantuan<br />
hibah melalui oknum tertentu,<br />
tapi hasilnya nol besar,” ungkap<br />
Irmawan, salah seorang calon<br />
Bupati Gayo Lues kepada media<br />
ini, Sabtu petang lalu. Nyatanya,<br />
mereka tidak kunjung mendapat<br />
bantuan,” kata sumber tadi.<br />
Karena itulah, anggota DPR<br />
<strong>Aceh</strong> dari Partai Kebangkitan<br />
Bangsa (PKB) <strong>Aceh</strong> ini menghimbau<br />
kepada calon atau kandidat<br />
Bupati dan Walikota di <strong>Aceh</strong>,<br />
agar tidak mudah terkecoh dengan<br />
bujuk rayu dan jasa perantara<br />
yang mengaku bisa mengurus<br />
serta menyalurkan bantuan<br />
dana hibah untuk Pilkada.<br />
Salah seorang calon Bupati dari<br />
Kabupaten Bener Meriah mengungkapkan.<br />
Sejak awal saat dirinya<br />
ingin mencalonkan diri sebagai<br />
Bupati. Dia mencoba membangun<br />
kembali jaringan-jaringan<br />
yang pernah ada, khususnya saat<br />
menjadi aktivis kampus, LSM dan<br />
jaringan –jaringan politik (partai).<br />
Hasilnya, dia menerima banyak<br />
masukan. Ada beberapa masukan<br />
yang coba dia lakukan. Salah satunya<br />
dengan mencari funding<br />
(penyandang dana bantuan—red).<br />
Awalnya, dia berat hati untuk<br />
menerima usulan teman-teman-<br />
Utama<br />
nya itu untuk mencari donatur.<br />
Alasannya, dia ingin pertarungan<br />
pada Pilkada mendatang bisa berlangsung<br />
secara fair. Namun,<br />
karena kawan-kawannya<br />
mendesak, dia pun memberanikan<br />
diri untuk mencobanya. “Dan<br />
saat itu saya mulai menulusuri dan<br />
mencari informasi baik melalui<br />
teman-teman yang ikut dalam<br />
Pilkada kali ini maupun temanteman<br />
di Jakarta dan juga dari internet,”<br />
ungkap dia.<br />
Hasilnya? Setelah dia mendapatkannya,<br />
dia kembali menelusuri<br />
dan membuat program (sebagai<br />
syarat yang mereka minta—red)<br />
dan saat bertemu dengan<br />
pemilik modal tersebut untuk<br />
memaparkan program, ada konsekwensi<br />
dan kesepakatan yang<br />
harus dia sepakati. “Ternyata<br />
saya tidak bisa memenuhinya,<br />
karena mereka meminta bisnis di<br />
bagian tambang dan itu tidak mungkin<br />
kita lakukan karena daerah<br />
atau tempat saya maju lebih ke<br />
sektor pertanian dan perkebunan,<br />
sehingga kesempatan itu tidak<br />
saya ambil,” ujarnya.<br />
Kemudian, dia kembali mencoba<br />
cara kedua yaitu melalui<br />
penghubung (calo—red). “Saya<br />
datang ke Jakarta dan ketemu<br />
dengan (katanya) pemilik modal<br />
yang siap menjadi funding untuk<br />
pencalonan saya. Syaratnya<br />
harus menyerahkan uang muka<br />
terlebih dahulu. Dan saat itu saya<br />
langsung berfikir. Ini aneh, ada<br />
yang tidak beres,” sebut sumber<br />
tadi.<br />
Masih kata sumber itu. “Pengalaman<br />
saya selama ini dalam<br />
menghadapi funding tidak pernah<br />
mengisi form dan ada uang mukanya.<br />
Paling hanya berkas-berkas<br />
kerjasama. Karena syaratnya<br />
harus ada uang muka, dan saya<br />
katakan kita tidak punya uang.<br />
Kalau saya punya uang buat apa<br />
funding. Jadi, simpelkan?” kata<br />
sumber tersebut.<br />
Namun, dia mengaku banyak<br />
teman-teman calon Gubernur,<br />
Bupati dan Walikota dari <strong>Aceh</strong><br />
yang terjebak. “Tidak etis kalau<br />
saya sebut siapa dan apa nama<br />
perusahaannya. Dan yang saya<br />
tahu dan alami calo-calo tersebut<br />
mengatasnamakan para kandidat<br />
calon Presiden yang maju 2014”.<br />
Menurutnya, bila membuka internet,<br />
banyak perusahaan yang<br />
yang menawarkan jasa tersebut,<br />
dengan konsekwensi timbal balik.<br />
Toh, mereka juga tidak mau rugi<br />
untuk mengucurkan uangnya.<br />
“Dan tidak perlu munafik, para calon<br />
gubernur dan bupati sebelumnya<br />
juga menggunakan hal itu. Kalau<br />
tidak darimana duit mereka maju<br />
dan ndak ada yang mau buang duit<br />
sendiri, apalagi kalau peluang<br />
menangnya tipis,” kata dia.<br />
Karena itulah, ketika dirinya<br />
dikenalkan dan diberitahu teman,<br />
dia coba temui calon funding tadi.<br />
“Sejujurnya, saya curiga dan tidak<br />
yakin hingga akhirnya mundur,”<br />
ujarnya. Alamak!***