08.08.2013 Views

Majalah Santunan edisi Juli 2010 - Kementerian Agama Prov Aceh

Majalah Santunan edisi Juli 2010 - Kementerian Agama Prov Aceh

Majalah Santunan edisi Juli 2010 - Kementerian Agama Prov Aceh

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

I.<br />

II.<br />

PEDOMAN BIMBINGAN MANASIK HAJI BAGI KAN KEMENAG KAB/KOTA DAN KUA<br />

Bimbingan Massal pada Kantor <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> Kab/Kota (4 kali pertemuan)<br />

No. Pertemuan Materi Jam/Pel Waktu<br />

1.<br />

2.<br />

3.<br />

4.<br />

Bimbingan Massal I<br />

Bimbingan Massal II<br />

Bimbingan Massal<br />

Bimbingan Massal IV<br />

•<br />

•<br />

•<br />

•<br />

•<br />

•<br />

•<br />

Kebijakan Pemerintah tentang :<br />

1. Penyelenggaraan Haji<br />

2. Kesehatan Haji<br />

3. Paspor Haji (imigrasi)<br />

4. Bea cukai<br />

Pembentukan kelompok Bimbingan (kloter bayangan)<br />

ketua Regu dan Rombongan<br />

Bimbingan proses perjalanan Haji<br />

Keselamatan Penerbangan<br />

Bimbingan Peragaan Manasik Haji (latihan operasional<br />

Konsolidasi Pemantapan Kloter<br />

Penjelasan perlengkapan Barang bawaan<br />

Bimbingan Kelompok pada KUA Kecamatan (11 Kali Pertemuan)<br />

4 Jam = 180<br />

Menit<br />

Setiap mata<br />

pelajaran<br />

berdurasi 45<br />

Menit<br />

09.00 s/d 13.00<br />

Belum termasuk<br />

waktu istirahat, shalat<br />

dan makan (Ishoma)<br />

No. Pertemuan Materi Jam/Pel Waktu<br />

1. Pertemuan I<br />

Pertemuan II<br />

Pertemuan III<br />

Pertemuan IV<br />

Pertemuan V<br />

Pertemuan VI<br />

Pertemuan VII<br />

Pertemuan VIII<br />

Pertemuan IX<br />

Pertemuan X<br />

Pertemuan XI<br />

• Penduan perjalanan haji<br />

1. Kegiatan di tanah air<br />

2. Kegiatan di Arab Saudi<br />

• Bimbingan kesehatan dan kebugaran jasmani jamah<br />

haji (koordinasi puskesmas setempat)<br />

• Bimbingan manasik haji<br />

1. Akhlaqul karimah<br />

2. Adat istiadat bangsa Arab<br />

• Bimbingan dan praktek bersuci, wudhuk, tayamum<br />

dan shalat jamak/qashar<br />

• Bimbingan manasik haji<br />

1. Niat haji dan umrah<br />

2. Thawaf<br />

3. Praktek<br />

• Bimbingan manasik haji<br />

1. Sa’i dan tahalul<br />

2. Wukuf di Arafah<br />

3. Praktek<br />

• Bimbingan manasik haji<br />

1. Mabit di Mina dan lontar jumrah<br />

2. Thawaf ifadah dan wada’<br />

3. Praktek<br />

• Pemantapan peragaan manasik haji<br />

1. Thawaf<br />

2. Sa’i<br />

• Pemantapan peragaan manasik haji<br />

1. Wukuf di Arafaf<br />

2. Lontar jumrah<br />

• Pemantapan peragaan manasik haji dan travelling<br />

• Hikmah dan pelestarian haji mabrur<br />

• Pemantapan peragaan manasik haji lanjutan dan<br />

travelling<br />

4 Jam = 180<br />

Menit<br />

Setiap mata<br />

pelajaran<br />

berdurasi 45<br />

Menit<br />

09.00 s/d 13.00<br />

Belum termasuk<br />

waktu istirahat, shalat<br />

dan makan (Ishoma)


Penyuluh Bukan Pegawai KUA Hal.19<br />

Sudah Halalkah Konsumsi Kita?<br />

Hal. 16<br />

Ada Barongsai di Peunayong<br />

Hal.22<br />

Life Style: Bagaimana<br />

Merawat Kuku Bayi Hal. 51<br />

Tokoh: Tgk. H. Hasanoel Bashry HG<br />

Berharap lahirnya<br />

Intelektual Dayah<br />

Hal. 49<br />

DAFTAR ISI<br />

Abu Panton:<br />

Tidak Boleh Berhenti<br />

Mengajar Ilmu <strong>Agama</strong><br />

Hal. 9<br />

Mustafa Abubakar: Menuju Kemandirian<br />

Ekonomi Dayah Hal.10<br />

Tafsir:<br />

Satanic Verse,<br />

Fenomena Penafsiran Ayat 52 Surat al-Hajj<br />

Hal. 34<br />

Opini:<br />

Dayah <strong>Aceh</strong> di Kancah Nasional<br />

Sampul depan: Abuya Muhibbuddin Waly, sedang menyampaikan pengajian di Dayah MUDI Mesjid Raya Samalanga.<br />

Sampul belakang: Para penyuluh yang terpilih mewakili kabupaten/kota untuk mengikuti Seleksi Penyuluh Teladan Tingkat <strong>Prov</strong>insi <strong>Aceh</strong> <strong>2010</strong><br />

Hal. 39<br />

<strong>Majalah</strong> <strong>Santunan</strong> Kantor <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> <strong>Prov</strong>insi <strong>Aceh</strong> Pembina: Kepala Kantor Wilayah <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> <strong>Prov</strong>insi <strong>Aceh</strong> Penanggungjawab: Kepala Bagian Tata Usaha<br />

Kanwil <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> <strong>Prov</strong>insi <strong>Aceh</strong> Dewan Pengarah: Drs. H. Taufiq Abdullah; Drs. H. Ibnu Sa’dan, M.Pd; H. Abrar Zym, S.Ag; Drs. H. Asy’ari Basyah; Drs. Saifuddin AR;<br />

H. Aska Yunan, S.Ag. Pemimpin Umum: Drs. H. Zuardi Zain Pemimpin Redaksi: Juniazi Wakil Pemimpin Redaksi: Muzakkir Sekretaris Redaksi : Khairuddin Aba Wakil Sekretaris<br />

Redaksi: Jabbar Sabil Redaktur: Mulyadi Nurdin; Ridwan Qari; Juhaimi; Taharuddin, Wiswadas; Azhar; Khairul Saleh; Abdullah AR; Muhammad Yacob Yahya; Suri Arniansyah;<br />

Alfirdaus Putra. Pemimpin Usaha: Imran Wakil Pemimpin Usaha: Zulfahmi Keuangan: Munawar; Elia Fajri Sirkulasi: Darwin; Jatu Rahmi Rahayu Iklan: Hartati; Yenni Yusnita<br />

Layout: Tim <strong>Santunan</strong> Alamat Redaksi: Jl. Tgk. Abu Lam U No. 9 Banda <strong>Aceh</strong> E-mail : redaksisantunan@yahoo.co.id / redaksisantunan@gmail.com Hotline-SMS: 0852-7775-9339


Tetaplah Menjadi Pelita<br />

Ungkapan dayah telah menjadi bagian dari<br />

bahasa <strong>Aceh</strong>, sehingga sulit melacak kembali<br />

asal-usulnya, apakah murni kreasi orang <strong>Aceh</strong>,<br />

atau merupakan serapan dari bahasa lain, seperti bahasa<br />

Arab. Dua teori yang lazim dikemukakan menyatakan<br />

bahwa istilah dayah diserap dari bahasa Arab.<br />

Teori pertama menganggap istilah dayah adalah<br />

turunan dari kata zawiyyah, yang dalam bahasa Arab<br />

berarti sudut, atau tempat pengajian di sudut-sudut<br />

masjid. Dalam perkembangan sejarah, kelompokkelompok<br />

tarekat (turunan dari aliran tasawuf) menyebut<br />

tempat mereka berkumpul<br />

dan belajar sebagai<br />

zawiyyah. Teori ini cocok<br />

dengan dinamika dayah<br />

yang menjadi tempat<br />

belajar ilmu agama Islam<br />

dan pusat pendidikan<br />

kader-kader tarekat.<br />

Teori kedua menyatakan<br />

asal kata dayah dari<br />

ungkapan hidayah, yang<br />

dalam bahasa arab berarti<br />

petunjuk. Teori ini juga<br />

cocok dengan sejarah<br />

keberadaan dayah yang<br />

menjadi pusat pengajaran<br />

dan penyebaran agama<br />

Islam dari awal-awal<br />

kedatangannya di Bumi Nanggroe <strong>Aceh</strong> Darussalam, dan<br />

daerah-daerah lain di nusantara.<br />

Terlepas dari penamaannya, anatomi dayah, yang<br />

secara nasional dikenal dengan istilah pondok pesantren,<br />

haruslah terdiri dari seorang tokoh sentral yang menjadi<br />

panutan dan rujukan dari seluruh penghuni lembaga<br />

pendidikan tersebut, baik besar maupun kecil. Selain itu,<br />

sebuah dayah juga harus memiliki santri yang menetap,<br />

dan proses belajar mengajarnya berlangsung siangmalam.<br />

Di luar syarat-syarat ini, secara anatomis tidak<br />

bisa disebut sebagai dayah.<br />

Hal lazim lainnya yang menjadi ciri dayah adalah<br />

pengajian tingkat tinggi, tinggi meskipun relatif, tinggi<br />

dapat berarti bahwa materi yang diajarkan di dayah<br />

bukan lagi pelajaran dasar yang biasa diterima oleh<br />

orang awam di meunasah-meunasah (mungkin sekali<br />

4 <strong>Santunan</strong> JULI <strong>2010</strong><br />

merupakan turunan dari kata madrasah), balee beut<br />

(balai pengajian) dan pengajian rumahan lainnya.<br />

Alumni-alumni yang pulang dari dayah selalu disapa<br />

Teungku, dan mendapatkan penghormatan yang pantas<br />

dari masyarakat tempat tinggalnya, baik diangkat menjadi<br />

Teungku Imuem maupun tidak, mereka selalu dipercaya<br />

untuk memimpin kegiatan keagamaan dan mengajar<br />

anak-anak serta masyarakat sekitar tentang ilmu-ilmu<br />

agama.<br />

Dayah-dayah di <strong>Aceh</strong> juga identik dengan tasawuf yang<br />

melembaga dalam tarekat-tarekat. Bahkan hubungan<br />

yang dibentuk oleh<br />

tarekat ini bisa menjadi<br />

justifikasi bagi suksesi<br />

seorang Abu (Guru Besar<br />

yang dihormati) oleh<br />

muridnya di dayah, atau<br />

membuka cabang dayah<br />

baru di tempat lain.<br />

Seunik apapun dayah<br />

kita di <strong>Aceh</strong> ini, tetaplah<br />

merupakan suatu produk<br />

budaya yang harus<br />

berhadapan dengan<br />

budaya-budaya lain di<br />

luar dayah, khususnya<br />

di era perdagangan,<br />

telekomonukasi dan<br />

transportasi yang sangat<br />

canggih ini. Dayah wajib melakukan penyesuaianpenyesuaian<br />

sehingga tidak tergerus oleh zaman, tanpa<br />

harus kehilangan substansinya sebagai sinar Penerangan<br />

<strong>Agama</strong> di dalam masyarakat.<br />

Merebaknya dayah-dayah dalam bentuk modern<br />

dan terpadu merupakan salah satu bentuk kesadaran<br />

baru masyarakat akan kebutuhan keilmuan agama dan<br />

kemampuan berkompetisi di dalam kehidupan nyata,<br />

yang tidak selamanya dikendalikan secara sadar oleh<br />

penduduk lokal, tapi juga sangat dipengaruhi oleh<br />

faktor-faktor luar yang mungkin sangat jauh dari tempat<br />

kita berada. Itulah yang sering disebut sebagai dampak<br />

globalisasi.<br />

Dayah! tetaplah menjadi pelita di tengah masyarakat,<br />

tanpa lupa berkaca diri, sehingga tidak tertupi cahayanya<br />

oleh ‘beulaga-beulaga’. nKhairuddin


Suscatin, bukan KCP<br />

Assalamualaikum Wr. Wb.<br />

Terima kasih kepada redaksi<br />

yang telah memuat surat saya<br />

ini. Saya salah seorang Kepala<br />

Seksi di Bidang Urusan <strong>Agama</strong><br />

Islam (Urais) Kanwil <strong>Kementerian</strong><br />

<strong>Agama</strong> Propinsi mengoreksi istilah<br />

yang digunakan oleh <strong>Majalah</strong><br />

<strong>Santunan</strong> pada <strong>edisi</strong> Juni <strong>2010</strong><br />

yang lalu untuk Kursus Calon<br />

Pengantin. Singkatan yang lazim<br />

digunakan adalah ‘suscatin’<br />

sesuai hasil Rakernas BP4 pada<br />

tanggal 17 Agustus 2007, bukan<br />

KCP sebagaimana digunakan oleh<br />

redaksi. Demikian dan semoga<br />

bermanfaat bagi kita semua.<br />

Wassalam<br />

Zuryani, Banda <strong>Aceh</strong><br />

Jawaban :<br />

Terimakasih atas perhatiannya<br />

kepada majalah santunan yang<br />

kita cintai ini, untuk seterusnya<br />

redaksi akan menggunakan istilah<br />

‘suscatin’ sebagai singkatan dari<br />

kursus calon pengantin.<br />

Konsultasi Hukum<br />

& Kepegawaian<br />

Assalamualaikum Wr.Wb.<br />

Redaksi <strong>Majalah</strong> <strong>Santunan</strong><br />

yang terhormat, saya ingin<br />

mengusulkan supaya majalah juga<br />

membuka ruang bagi pertanyaanpertanyaan<br />

dari para pembaca<br />

tentang berbagai hal yang jarang<br />

diketahui, padahal penting untuk<br />

diketahui oleh khalayak ramai,<br />

misalnya masalah hukum-hukum<br />

agama atau masalah-masalah<br />

kepegawaian di lingkungan<br />

kementerian agama. Terima kasih.<br />

Wassalam<br />

Mursal, Sigli<br />

<strong>Santunan</strong> JULI <strong>2010</strong><br />

Jawaban:<br />

Terimakasih atas perhatiannya<br />

kepada <strong>Majalah</strong> <strong>Santunan</strong>,<br />

insya Allah, mulai <strong>edisi</strong> ini dan<br />

seterusnya, redaksi membuka<br />

kesempatan kepada para<br />

pembaca untuk mengajukan<br />

berbagai pertanyaan tentang<br />

hukum islam dan perkawinan<br />

melalui Rubrik Konsultasi Hukum<br />

Islam dan BP4. Sedangkan<br />

pertanyaan-pertanyaan lainya<br />

akan dijawab sesuai ketersediaan<br />

halaman pada majalah ini.<br />

TTS berapa lama<br />

berlaku?<br />

Assalamualaikum Wr. Wb.<br />

Yang terhormat pengelola TTS<br />

<strong>Majalah</strong> <strong>Santunan</strong>, saya ingin<br />

bertanya, berapa lama TTS<br />

<strong>Santunan</strong> berlaku, mengingat<br />

<strong>Majalah</strong> <strong>Santunan</strong> kadang kami<br />

terima sudah pertengahan bulan<br />

di tempat kami. Terima kasih.<br />

Wassalam<br />

Ani, Simeulue<br />

Jawaban :<br />

TTS <strong>Majalah</strong> <strong>Santunan</strong> berlaku<br />

untuk dua bulan, mislanya, TTS<br />

Edisi <strong>Juli</strong> <strong>2010</strong> akan diumumkan<br />

pemenangnya pada <strong>Majalah</strong><br />

<strong>Santunan</strong> Edisi September <strong>2010</strong>,<br />

setiap jawaban yang benar<br />

yang masuk sebelum sebelum<br />

deadline <strong>edisi</strong> September (tanggal<br />

17 agustus) akan diumumkan<br />

oleh redaksi. Demikian untuk<br />

dimaklumi.<br />

BIRO DAERAH MAJALAH SANTUNAN: Kota Banda <strong>Aceh</strong> Yusri, Said Mahfud, <strong>Aceh</strong> Barat Narjun Ikhsan, Merahwan, Simeulu Drs. H. Yusman, Iskandar,<br />

<strong>Aceh</strong> Barat Daya Zubaili, Fajrina, Nagan Raya Muhammad Juned, Taufiq, <strong>Aceh</strong> Tengah M. Ramli, SH, Hasanah, Gayo Lues Radiah, S.Sos, Munirullah,<br />

S.Sos.I, Pidie Drs. Ilyas Muhammad, Syuib, S.Ag, Kota Lhokseumawe T. Helmi, S.Sos, Umar Dani, <strong>Aceh</strong> Besar Nasrullah, Amirullah, Kota Sabang H.<br />

Khairuddin, S.Ag, Eriadi, ST, <strong>Aceh</strong> Jaya Taisir, S.TH, Rahmat, <strong>Aceh</strong> Selatan Drs. Bukhari Harun, Zulhelmi, S.Pd.I, <strong>Aceh</strong> Tenggara Syaiful, S.HI, Razali,<br />

<strong>Aceh</strong> Timur Jakfar, S.Sos.I, Hermansyah, <strong>Aceh</strong> Tamiang Muhammad Sofyan, Jumini, Kota Langsa M. Dahlan Ary, Apmilina Sari, <strong>Aceh</strong> Utara Drs. Kasmidi,<br />

A. Hadi, <strong>Aceh</strong> Singkil Ghazali, S.Ag, Widiastuti, Bener Meriah Azhari Ramadhan, M.Ag, Irmayati, SE, Bireuen Ismuar, S.Ag, Mursyidah.<br />

5


Pesantren merupakan lembaga<br />

pendidikan tertua di Indonesia,<br />

orang <strong>Aceh</strong> menyebutnya dayah,<br />

jauh sebelum Indonesia merdeka<br />

lembaga pendidikan ini telah eksis di<br />

tengah masyarakat, bahkan menjadi<br />

satu-satunya lembaga pendidikan<br />

yang ada saat itu.<br />

Seiring perjalanan waktu posisi<br />

dayah semakin hari semakin<br />

terpinggirkan, sehingga menimbulkan<br />

kekhawatiran tersendiri di tengah<br />

masyarakat. Maklum saja anak<br />

bangsa yang menuntut ilmu di dayah<br />

jumlahnya sangat banyak, sehingga<br />

persoalan mereka secara langsung<br />

menjadi persoalan bangsa juga.<br />

Di tengah keinginan berbagai pihak<br />

untuk melakukan legalisasi pendidikan<br />

dayah agar setara dengan pendidikan<br />

lainnya, gayung bersambut, pemerintah<br />

akhirnya mengeluarkan aturan<br />

yang menghapus diskriminasi dayah<br />

dalam sistem pendidikan nasional,<br />

adalah UU nomor 20 tahun 2003<br />

sebagai cikal bakal payung hukum<br />

yang mengakui dayah sebagai<br />

salah satu lembaga pendidikan,<br />

ditambah lagi dengan Peraturan<br />

Pemerintah (PP) Nomor 55 Tahun<br />

2007 tentang Pendidikan <strong>Agama</strong> dan<br />

Pendidikan Keagamaan yang semakin<br />

memperkuat posisi dayah.<br />

Di <strong>Aceh</strong> juga tak kalah kencang,<br />

tahun 2008 qanun nomor 5 lahir<br />

sebagai payung hukum pelaksanaan<br />

pendidikan dayah, walau diakui qanun<br />

tersebut belum sempurna, minimal<br />

lompatan bersejarah telah dicetuskan<br />

dalam rangka pengembangan dayah<br />

ke depan.<br />

Kepala Bidang Pekapontren<br />

Kanwil. <strong>Kementerian</strong> agama <strong>Aceh</strong>,<br />

Drs. Saifuddin AR mengakui bahwa<br />

qanun tersebut masih bersifat umum<br />

sehingga perlu penjabaran lebih detil<br />

melalui Peraturan Gubernur.<br />

“Qanun nomor 5 tahun 2008 masih<br />

bersifat umum, oleh karenanya kita<br />

sedang menggarap, berupaya adanya<br />

tindak lanjut melalui Peraturan<br />

Gubernur guna penertiban tata kelola<br />

di dayah”. Ujar Saifuddin AR kepada<br />

<strong>Santunan</strong> Jumat (18/6).<br />

Pembenahan dayah tidaklah sederhana<br />

karena berbagai aspek perlu<br />

disempurnakan, karena sekian lama<br />

sistem pendidikan dayah berjalan apa<br />

adanya tanpa ada evaluasi apalagi<br />

pengembangan sebagaimana layaknya<br />

sebuah lembaga pendidikan.<br />

Kurikulum merupakan salah satu-<br />

6 <strong>Santunan</strong> JULI <strong>2010</strong><br />

LAPORAN UTAMA<br />

Sejarah Baru Dayah<br />

Laporan Mulyadi Nurdin<br />

Dayah memasuki era baru,<br />

keberadaannya telah diakui pemerintah,<br />

pendidikan tinggi model dayah sudah terwujud,<br />

malah ada santri yang melanjutkan kuliah<br />

hingga jenjang S-2.<br />

“<br />

nya, di mana mata pelajaran yang<br />

diajarkan di dayah tidak berubah<br />

dari masa ke masa, umumnya<br />

materi pelajaran lebih dominan di<br />

bidang fikih, sementara jurusan lain,<br />

walaupun ada masih tergolong minim,<br />

di samping itu ilmu pendukung seperti<br />

sejarah dan sains tidak tersentuh<br />

hingga kini, sehingga tak jarang<br />

banyak orang menyepelekan alumni<br />

dayah karena wawasan yang sempit<br />

dan tidak mengikuti perkembangan<br />

zaman.<br />

Menurut wakil Gubernur <strong>Aceh</strong>,<br />

Muhammad Nazar, kemunduran<br />

pendidikan dayah terjadi sejak<br />

perang dengan Belanda, pada saat<br />

itu banyak ulama yang maju ke garis<br />

depan melawan penjajah sehingga<br />

tidak fokus lagi dalam menjalankan<br />

roda pendidikan di dayah, padahal<br />

sebelumnya dayah <strong>Aceh</strong> sangatlah<br />

maju, yang mengajarkan berbagai<br />

bidang ilmu pengetahuan hingga ilmu<br />

militer.<br />

“Sejak perang Belanda terjadi<br />

pendestruksian terhadap sistem<br />

pendidikan dayah, ketika itu ulama<br />

terpaksa ikut berperang dan tidak lagi<br />

sempat mengurus pendidikan secara<br />

kental, maka pada saat itu kurikulum<br />

dihentikan sementara dan tinggal<br />

kurikulum agama murni” Ujar Wagub<br />

pada acara wisuda lulusan STAI Al-


LAPORAN UTAMA<br />

Aziziyah Samalanga (15/6).<br />

Manajemen merupakan faktor<br />

lain yang harus dibenahi, berbagai<br />

upaya perlu terus dilakukan termasuk<br />

melatih tenaga administrasi yang<br />

profesional supaya standarisasi dapat<br />

diwujudkan, di samping melengkapi<br />

fasilitas, sarana dan pra sarana,<br />

berbagai penyempurnaan menjadi<br />

tekad bulat pemerintah terutama<br />

kementerian agama sebagaimana<br />

diungkapkan Kabid. Pekapontren<br />

Kanwil Kemenag <strong>Aceh</strong>, Saifuddin AR.<br />

“Kita akan melakukan perubahanperubahan<br />

terhadap pondok pesantren<br />

salafiah, di mana kita melihat<br />

kondisi program pembelajaran, ketenagaan,<br />

sarana dan prasarana masih<br />

memprihatinkan”. Ujarnya.<br />

Selama ini manajemen dayah<br />

berjalan apa adanya, hal itu terjadi<br />

karena memang belajar di sana tidak<br />

dipungut biaya apapun alias gratis,<br />

jangankan membiayai manajemen<br />

yang membutuhkan biaya tinggi,<br />

gaji guru saja tidak diberikan, semua<br />

bekerja dengan ikhlas, itu pula yang<br />

menyebabkan dayah dapat bertahan<br />

di tengah berbagai tantangan yang<br />

dihadapinya, semangat juang murid,<br />

guru, dan alumni telah membuat<br />

dayah tegar di tingkat akar rumput<br />

walau berbagai krisis silih berganti<br />

mewarnai negeri ini.<br />

Semangat itu jelas terlihat dari<br />

pernyataan ketua Himpunan Ulama<br />

Dayah <strong>Aceh</strong> (HUDA) Tgk. Ibrahim<br />

Bardan yang sering disapa dengan<br />

Abu Panton yang mengingatkan santri<br />

dayah untuk terus mengembangkan<br />

pendidikan agama dalam kondisi<br />

apapun walau yang tersisa hanya satu<br />

orang murid sekalipun.<br />

“Beliau mendoktrin kami yang<br />

belajar kepada beliau, untuk tidak<br />

meninggalkan mengajar, walaupun<br />

hanya mempunyai satu murid saja,<br />

sekurang-kurangnya mengajarkan<br />

anggota keluarga sendiri”. Ajak<br />

Abu Panton mengutip pesan Abon<br />

Samalanga (15/6).<br />

Akreditasi Ijazah<br />

Namun semangat juang yang luar<br />

biasa dari para santri dayah masih<br />

direspon dingin oleh dunia kerja,<br />

ribuan lembar ijazah yang dikeluarkan<br />

dayah di <strong>Aceh</strong> belum diterima oleh<br />

lapangan kerja, sangat disayangkan<br />

setelah bertahun-tahun menuntut<br />

ilmu tidak mendapat pengakuan<br />

berarti dari pihak terkait, sehingga<br />

menjadi dilema baru bagi intelektual<br />

dayah tersebut, malah untuk melanjutkan<br />

kuliah saja belum semua<br />

perguruan tinggi menerimanya, ini<br />

memang kontra produktif sehingga<br />

berbagai pihak harus mencari<br />

solusinya.<br />

Akreditasi merupakan salah satu<br />

penyebabnya, sehingga upaya untuk<br />

mengakreditasi dayah hendaklah<br />

dilakukan secara cepat dan serius<br />

dengan melibatkan berbagai pihak<br />

supaya tidak menjadi masalah di<br />

kemudian hari.<br />

Proses akreditasi tersebut akan<br />

menjadikan dayah setara dengan<br />

pendidikan umum lainnya, sehingga<br />

persoalan diskriminasi ijazah tidak<br />

lagi terjadi.<br />

Pihak dayah sendiri pada prinsipnya<br />

siap menyahuti proses tersebut<br />

selama tidak menghilangkan ciri khas<br />

mereka sendiri, hal itu sebagaimana<br />

diungkapkan Waled Hasanoel Bashry<br />

HG, Pimpinan Dayah MUDI Mesra<br />

kepada santunan (15/6).<br />

<strong>Santunan</strong> JULI <strong>2010</strong><br />

“Kalau konsep yang telah kami<br />

buat ini disetujui oleh pemerintah,<br />

hal tersebut mungkin bisa-bisa<br />

saja. Ini harus terlebih dahulu kita<br />

sepakati bersama. Tapi kalau hanya<br />

sepihak saja dari pemerintah yang<br />

menyebabkan hilangnya kekhasan<br />

dayah itu tersendiri, ini tidak dapat<br />

kita penuhi, ini tidak dapat kita<br />

pertanggungjawabkan kepada masyarakat<br />

nantinya”, tegasnya.<br />

Akreditasi itu sendiri akan mengarah<br />

kepada standarisasi mutu dan<br />

kurikulum dayah itu sendiri supaya<br />

ada keseragaman, tidak berjalan<br />

sendiri-sendiri, adanya kejelasan<br />

antara dayah, diniyah, TPA dan lainlain,<br />

kalau perlu adanya SK tersendiri<br />

dari lembaga pemerintah supaya<br />

tidak membingungkan masyarakat.<br />

“Dayah kita sekarang tata kelolanya<br />

masih kurang tertib, salah satu contoh<br />

dalam tata kelola lembaga yang belum<br />

rapi, di mana pemisahan antara dayah<br />

salafiah, pendidikan diniyah, TPA-TPQ<br />

belum begitu jelas dalam angka-angka<br />

pendataan, termasuk legalitasnya yang<br />

belum begitu sempurna di mana belum<br />

ada SK dari lembaga pemerintah, SK<br />

ketenagaan, tata usaha maupun tenaga<br />

kepustakaannya belum teratur”. Harap<br />

Kabid Pekapontren Drs. Saifuddin AR.<br />

Secara tegas ulama kharismatik<br />

7


<strong>Aceh</strong>, Abu Panton berpesan agar<br />

ijazah dayah dapat diterima semua<br />

kalangan, hal itu seperti dikutip Kabid<br />

Pekapontren Saifuddin AR kepada<br />

santunan.<br />

“Peulagot dayah (usahakan dayah<br />

bisa laku)”. Ujar kabid mengutip Abu<br />

Panton.<br />

Keuangan<br />

Sementara itu persoalan keuangan<br />

masih menjadi tantangan berat bagi<br />

dayah, ketika perubahan mendasar di<br />

bidang akademik dilakukan, tentu pula<br />

membutuhkan perubahan signifikan<br />

dalam sektor keuangan, sehingga<br />

pemerintah tidak<br />

boleh tinggal<br />

diam, ketika pengakuan<br />

terhadap<br />

pendidikan dayah<br />

telah diberikan,<br />

maka alokasi dana<br />

yang sesuai juga<br />

harus diperhatikan<br />

sebagaimana<br />

yang diberikan<br />

kepada pendidikan<br />

lainnya.<br />

P e m e r i n t a h<br />

<strong>Aceh</strong> melalui<br />

Badan Pendidikan<br />

dan Pembinaan<br />

Dayah telah men<br />

g a n g g a r k a n<br />

dana yang sangat<br />

besar dalam dua<br />

tahun terakhir.<br />

Tahun 2009 saja<br />

lebih 200 Milyar Rupiah dikucurkan<br />

untuk pengembangan dayah.<br />

Dibandingkan dana untuk sekolah dan<br />

madrasah yang mencapai Triliunan,<br />

angka tersebut memang masih kecil<br />

dan jauh dari cukup, tetapi sudah<br />

cukup lumayan sebagai langkah awal<br />

pemerintah dalam membangun<br />

dayah.<br />

Selebihnya dayah bisa melakukan<br />

usaha sendiri melalui berbagai usaha<br />

termasuk pengembangan pertanian<br />

dan usaha berkelanjutan lainnya.<br />

Menanggapi masalah tersebut<br />

Abu Panton mengingatkan dayah<br />

supaya mandiri dan jangan hanya<br />

bisa meminta, tetapi harus mencari<br />

sumber ekonomi lain termasuk membuka<br />

perkebunan jika perlu.<br />

“Jangan hanya bisa menjilat,<br />

jangan hanya bisa meminta, jangan<br />

pernah berpikir bahwa membuka<br />

kebun merupakan pekerjaan dunia,<br />

ini semua guna kehidupan akhirat<br />

kita juga” tegas Abu Panton.<br />

Menteri BUMN Mustafa Abu Bakar<br />

menyambut gembira ide tersebut,<br />

seraya berjanji akan membantu<br />

merealisasikan keinginan tersebut<br />

melalui program revitalisasi pertanian<br />

yang tentu saja dengan dukungan<br />

Bupati/Walikota, ulama dan tokoh<br />

masyarakat.<br />

“Dalam hal ini kami mohon bantuan<br />

Bupati/ Walikota, tokoh masyarakat,<br />

para ulama, mendukung program<br />

ini, di mana <strong>2010</strong> ini juga akan kita<br />

laksanakan, dengan menggunakan<br />

fasilitas kredit Bank Mandiri dan<br />

Bank BRI dengan namanya kredit<br />

revitalisasi pertanian, Insya Allah<br />

ini akan dapat kita wujudkan”. Jelas<br />

Mustafa Abu Bakar.<br />

Pendidikan tinggi<br />

Pentingnya pendidikan tinggi<br />

sebagai lanjutan dari meudagang di<br />

8 <strong>Santunan</strong> JULI <strong>2010</strong><br />

LAPORAN UTAMA<br />

dayah sudah dirasakan oleh pimpinan<br />

dayah <strong>Aceh</strong>, langkah maju tersebut<br />

perlu dilakukan dalam rangka meningkatkan<br />

daya saing alumni dan<br />

upaya untuk membuat mereka<br />

diakui sebagaimana layaknya seorang<br />

sarjana.<br />

Adalah STAI Al-Aziziyah Samalanga<br />

sebagai contohnya. Berbekal tekad<br />

dari sang pendiri, Waled Hasanoel<br />

Bashry HG, untuk mencetak kader<br />

dayah yang intelek dan agamis,<br />

perguruan tinggi tingkat S1 tersebut<br />

berdiri megah bersebelahan dengan<br />

dayah MUDI Mesra Samalanga.<br />

Sistem yang dianut<br />

dalam STAI<br />

yang mayoritas<br />

mahasiswa dan<br />

dosennya berasal<br />

dari dayah tersebut<br />

m e n g a d o p s i<br />

k u r i k u l u m<br />

perguruan tinggi<br />

secara nasional,<br />

ditambah dengan<br />

muatan lokal yang<br />

mencerminkan ciri<br />

khas dayah.<br />

“Kita mengikuti<br />

k u r i k u l u m<br />

nasional, pada awal<br />

pendirian malah<br />

kita ada opsi 100%<br />

kurikulum IAIN”<br />

ujar ketua STAI<br />

Al-Aziziyah, Tgk.<br />

Muntasir, S.Ag, MA<br />

kepada santunan (15/6).<br />

Pendidikan tinggi ala dayah ini<br />

bukanlah yang pertama di <strong>Aceh</strong>,<br />

sebelumnya Abu Panton sebagai<br />

Ulama kharismatik <strong>Aceh</strong> telah lebih<br />

dulu membuka STAI kelas jauh di<br />

dayah yang dipimpinnya di Panton<br />

Labu, sementara di Baktiya juga telah<br />

berdiri Ma’had Ali di bawah asuhan<br />

Tgk. Ajidar.<br />

Ini pertanda bahwa semangat<br />

untuk bangkit telah tumbuh di<br />

kalangan dayah <strong>Aceh</strong>, kekahawatiran<br />

berlebihan yang pernah menyelimuti<br />

sebelumnya sudah mulai pudar<br />

seiring banyaknya alumni yang kuliah


LAPORAN UTAMA<br />

dan kembali ke dayah untuk mengajar<br />

junior mereka.<br />

Upaya untuk melengkapi guru dan<br />

dosen dayah agar memenuhi standar<br />

akademis juga gencar dilakukan.<br />

Tahun lalu sebanyak 14 orang<br />

utusan STAI Al-Aziziyah Samalanga<br />

mengambil program S-2 di IAIN Ar-<br />

Raniry.<br />

“Dari kita pun sudah ada yang<br />

mendapatkan beasiswa Pemerintah<br />

<strong>Aceh</strong> untuk kuliah di Banda <strong>Aceh</strong><br />

sebanyak 14 orang, sekarang sudah<br />

Mesjid raya samalanga, mesjid<br />

yang dibangun oleh Iskandar Muda<br />

pada waktu dahulu. Tahun 1964<br />

bangunannya masih terbuat dari<br />

ada yang diminta ke Medan” Ujar<br />

Waled Hasanoel Bashry kepada<br />

santunan.<br />

Target yang dipasang untuk lulusan<br />

STAI versi dayah ini tidak tanggungtanggung,<br />

mereka ingin melahirkan<br />

generasi baru bahkan calon pejabat<br />

dan elit <strong>Aceh</strong> yang jujur di kemudian<br />

hari.<br />

“Kita ingin mencetak generasi<br />

baru, generasi pesantren yang identik<br />

dengan kejujuran, jadi generasi jujur<br />

ini menjadi generasi intelektual. Elit-<br />

Abu Panton<br />

(Tgk. H. Ibrahim Bardan; Pimpinan Dayah Malikussaleh, Panton Labu, <strong>Aceh</strong> Utara)<br />

Tidak Boleh Berhenti Mengajar Ilmu <strong>Agama</strong><br />

kayu yang dibangun oleh Alm.<br />

Iskandar Muda, MUDI dulu muridnya<br />

hanya sekedar 60 atau seratusan<br />

orang, Alhamdulillah sekarang<br />

muridnya telah<br />

ribuan, ilmu<br />

pengetahuannya<br />

sudah serba tinggi.<br />

Dulu jangankan<br />

bahasa Arab,<br />

bahasa <strong>Aceh</strong> pun<br />

belum jelas, karena<br />

dulu bahasa <strong>Aceh</strong><br />

pun beragam<br />

yang digunakan<br />

santri. Sekarang<br />

bahasa Arab dan<br />

bahasa Inggris<br />

telah dikuasai para<br />

santri. Tetapi kami<br />

Mohon kepada<br />

adik-adik kami<br />

jangan terlena<br />

dengan bahasa<br />

Arab dan bahasa<br />

Inggris, dalamilah<br />

ilmu pengetahuan<br />

agama sebagaimana<br />

telah<br />

diamanatkan oleh<br />

<strong>Santunan</strong> JULI <strong>2010</strong><br />

elit atau pejabat yang akan lahir di<br />

<strong>Aceh</strong> kelak bisa diwarnai oleh alumni<br />

STAI ini”’ ujar Tgk. Muntasir.<br />

Gayung telah bersambut, kebijakan<br />

pemerintah yang menghapus<br />

diskriminasi dayah sudah diterbitkan,<br />

sementara dayah sendiri sudah siap<br />

untuk mengembangkan diri, tinggal<br />

bagaimana mengisi peluang itu<br />

dengan kerja nyata demi kemajuan<br />

pendidikan <strong>Aceh</strong> di masa yang akan<br />

datang.n<br />

guru kita alm. Abon H. Abdul ‘Aziz<br />

Samalanga.<br />

Maka kami mohon di samping<br />

anak-anak kami belajar bermacam<br />

ilmu, jangan lupa ilmu pengetahuan<br />

agama, jangan sampai dayah Mudi<br />

tinggal namanya saja, seperti<br />

tinggalnya Syiah Kuala. Saya rasa<br />

di Syiah Kuala, tidak ada yang bisa<br />

menggantikan Syiah Kuala. Demikian<br />

pula dayah Mudi ini, tidak ada yang<br />

bisa menggantikan Alm. Abon Abdul<br />

‘Aziz Samalanga.<br />

Beliau mendoktrin kami yang<br />

belajar kepada beliau untuk tidak<br />

meninggalkan mengajar, walaupun<br />

hanya mempunyai satu murid saja,<br />

sekurang-kurangnya mengajarkan<br />

anggota keluarga sendiri.<br />

Saya sarankan kepada seluruh<br />

pesantren yang ada di <strong>Aceh</strong> untuk<br />

punya format yang jelas, jangan<br />

hanya bisa menjilat, jangan hanya<br />

bisa meminta, jangan pernah<br />

berpikir bahwa membuka kebun<br />

merupakan pekerjaan dunia, ini<br />

semua guna kehidupan akhirat kita<br />

juga. n(jabbar sabil, mulyadi nurdin,<br />

darwin)<br />

9


Mustafa Abu Bakar, Menteri BUMN RI<br />

Pemerintah melalui kabinetnya<br />

ada tiga visi misi yang selalu<br />

presiden tegaskan yaitu<br />

Indonesia yang lebih sejahtera,<br />

Indonesia yang lebih demokratis,<br />

Indonesia yang lebih berkeadilan.<br />

Dalam kesejahteraan ini berbagai<br />

fasilitas terus diberikan, salah satu di<br />

antaranya adalah bantuan asuransi<br />

kesehatan yang seluruh masyarakat<br />

<strong>Aceh</strong> gratis berobat.<br />

Yang kedua pendidikan, baik<br />

pendidikan umum maupun pendidikan<br />

agama diberikan secara khusus,<br />

seperti Dana Abadi Pendidikan supaya<br />

dapat digunakan secara berimbang<br />

baik untuk pendidikan umum maupun<br />

untuk pendidikan agama dan<br />

pendidikan dayah. Dana ini bisa<br />

menjadi pelengkap dana APBD yang<br />

ada.<br />

Ketiga di bidang spiritual, saya<br />

berharap faktor kesehatan ini penting,<br />

dengan kesehatan sehat kita dapat<br />

mencetak SDM yang handal, jadi<br />

dalam hal ini spiritual di <strong>Aceh</strong> harus<br />

mendapatkan perhatian khusus. Roh<br />

kekuatan Abu-abu kita terdahulu<br />

semakin menipis sekarang ini.<br />

Ulama dulu tidak hanya mengasuh<br />

dayah, tapi juga ikut berperang. Nek<br />

tu saya, Tgk. Chik di Pante Geulima<br />

juga ikut berperang dan syahid<br />

di Batee Iliek. Jadi semangat<br />

perjuangan, kekuatan iman,<br />

karakter yang bersumber<br />

dari nilai-nilai agama Islam<br />

harus kembali ditempa kuat<br />

dengan baik, seperti roh <strong>Aceh</strong> dahulu<br />

kala, <strong>Aceh</strong> yang kuat dengan iman<br />

dan ketaqwaan kepada Allah Swt.<br />

Pendidikan kuat, kesehatan<br />

kuat, imtaq yang kuat, ini yang<br />

sangat penting kita jaga. Di mana<br />

imtaq sumbernya ada pada dayahdayah<br />

yang ada di <strong>Aceh</strong>. Intinya<br />

untuk memajukan <strong>Aceh</strong> kita harus<br />

mengutamakan mental spiritual<br />

untuk menghasilkan kader-kader<br />

<strong>Aceh</strong> ke depan yang siap mengejar<br />

ketinggalan <strong>Aceh</strong>.<br />

Saya memang menjadi BUMN<br />

adalah lanjutan dari saya menjadi<br />

Gubernur di <strong>Aceh</strong> yang sangat singkat,<br />

yaitu 1 tahun 1 bulan 1 minggu dan<br />

1 hari menjadi gubernur. Tepatnya 1<br />

Januari 2006, selesai 8 Februari 2008.<br />

Kemudian saya bertugas di Bulog dan<br />

seterusnya menjadi menteri BUMN<br />

yang mengurus 141 perusahaan,<br />

dengan aset 2.150 ribu Triliun Rupiah.<br />

Banyak resiko yang saya<br />

h a d a p i , banyak<br />

fi t n a h<br />

y a n g<br />

s aya<br />

10 <strong>Santunan</strong> JULI <strong>2010</strong><br />

hadapi,<br />

d a l a m<br />

hal ini<br />

mohon<br />

d o ’ a<br />

LAPORAN UTAMA<br />

Menuju Kemandirian Ekonomi Dayah<br />

kepada para guru, para santri semoga<br />

saya bisa menjalankan amanah ini<br />

dengan baik.<br />

Menyinggung kontribusi BUMN<br />

terhadap dayah di <strong>Aceh</strong> sesuai<br />

harapan Abu Panton kepada saya,<br />

dalam hal ini wagub membisik kepada<br />

saya agar memperhatikan dayah<br />

agar dapat mandiri, dayah bukan<br />

hanya belajar semata-mata, tapi<br />

juga ada mata pencaharian apakah<br />

langsung maupun tidak langsung.<br />

Pak Farhan Hamid tadi mengatakan<br />

dayah harus menjadi tempat mengaji<br />

dan mengajar tanpa harus tergoda<br />

dengan mencari nafkah sebagaimana<br />

kepala keluarga.<br />

Oleh karenanya Abu Panton,<br />

barangkali cara yang paling tepat<br />

adalah, sekarang PTPN 1 bergabung<br />

dengan PTPN 3 bergabung dengan<br />

PTPN 4 ketiga-tiganya sedang kami<br />

himpun untuk menjadi inti, untuk<br />

mengembangkan plasma yang ada<br />

di seluruh <strong>Aceh</strong>, menanam sawit<br />

dan karet. Kalau Abu panton tadi<br />

mengatakan ada 200 hektar tanah<br />

yang ingin digabung menjadi plasma,<br />

Alhamdulillah, kita akan himpun untuk<br />

menjadi plasma, mudah-mudahan<br />

dapat menjamin hidup masa depan<br />

para santri.<br />

Dalam hal ini kami mohon bantuan<br />

Bupati/Walikota, tokoh masyarakat,<br />

para ulama, mendukung program<br />

ini, di mana <strong>2010</strong> ini juga akan kita<br />

laksanakan, dengan menggunakan


LAPORAN UTAMA<br />

fasilitas kredit Bank Mandiri dan<br />

Bank BRI dengan namanya kredit<br />

revitalisasi pertanian, Insyaallah ini<br />

akan dapat kita wujudkan.<br />

Yang kedua pelindo-1 kita telah<br />

menghibahkan aset kita di sabang<br />

untuk pemerintah <strong>Aceh</strong>, kedua<br />

pelindo-2 yang ada di Krueng geukueh<br />

yang akan kita maksimalkan untuk<br />

keluar masuk barang di pelabuhan di<br />

Lhokseumawe.<br />

Yang ketiga dalam hal pabrik kertas<br />

KKA untuk dapat dihidupkan kembali,<br />

dan lain sebagainya.<br />

Sebagai pesan penutup, mari<br />

kita saling mengingatkan kembali,<br />

bahwa Allah tidak akan mengubah<br />

nasib suatu kaum, kalau masyarakat<br />

itu tidak berupaya untuk mengubah<br />

nasibnya sendiri. n<br />

(jabbar sabil, mulyadi nurdin, darwin)<br />

Muhammad Nazar, S.Ag., Wakil Gubernur <strong>Aceh</strong><br />

Dayah Harus Terlibat Dalam Pembangunan <strong>Aceh</strong><br />

Dahulu sebelum ada sisitem sekolah<br />

di <strong>Aceh</strong> dayah merupakan pendidikan<br />

resmi dalam kerajaan <strong>Aceh</strong> maupun<br />

dalam masyarakat <strong>Aceh</strong>.<br />

Dayah berasal dari bahasa Arab<br />

yaitu Zawiyah, dayah pada dasarnya<br />

dari dari masa dulu tidak melakukan<br />

dikotomi dan diskriminasi terhadap<br />

ilmu pengetahuan, di dayah tersebut<br />

mengajarkan baik ilmu umum maupun<br />

ilmu agama termasuk ilmu militer yang<br />

dimulai secara diam-diam sejak Islam<br />

masuk ke <strong>Aceh</strong> melalui Peureulak, dan<br />

mulai terbuka ketika sistem Islam masuk<br />

ke dalam pemerintahan, kekuatan terakhir<br />

pada dasar kerajaan <strong>Aceh</strong>, pada<br />

masa itulah dimasukkan dayah secara<br />

resmi dan melembaga ke dalam UUD<br />

kerajaan. Sebagiannya<br />

dibiayai oleh<br />

kerajaan dan<br />

sebagian dibiayai<br />

dari dana hasil<br />

swadaya masyarakat.<br />

Maka dari<br />

dayah tersebut<br />

m e n g h a s i l k a n<br />

berbagai ahli ilmu<br />

sehingga dari<br />

alumninya diang-kat<br />

menjadi hulu balang<br />

dan raja-raja.<br />

Sejak perang<br />

Belanda, terjadi<br />

p endest ruksian<br />

terhadap sistem<br />

p e n d i d i k a n<br />

dayah, ketika itu<br />

ulama terpaksa<br />

ikut berperang<br />

dan tidak lagi<br />

sempat mengurus<br />

pendidikan secara<br />

kental, maka pada<br />

saat itu kurikulum<br />

d i h e n ti k a n<br />

sementara, dan<br />

tinggal kurikulum<br />

agama murni.<br />

Namun pada<br />

<strong>Santunan</strong> JULI <strong>2010</strong><br />

saat ini dayah-dayah di <strong>Aceh</strong> telah<br />

aktif kembali, dan diharapkan akan<br />

menjadi perintis dan mandiri serta<br />

dapat berperan lebih kental seperti<br />

di masa dulu, alumni-alumni Dayah<br />

dapat ikut serta dalam pembangunan<br />

<strong>Aceh</strong> terutama dalam pembangunan<br />

sumber dayah manusia (SDM), dalam<br />

membangun akhlak sosial serta menjawab<br />

tantangan global.<br />

Pemerintah aceh sejak tahun 2007<br />

telah memperjuangkan berdirinya<br />

Badan Pendidikan dan Pembinaan<br />

Dayah yang didukung semua Ulama.<br />

Pada 2008 Badan tersebut berdiri dan<br />

sejak itu mulai menempatkan anggaran<br />

secara resmi dan permanen walaupun<br />

belum maksimal, tujuan Badan tersebut<br />

pertama menertibkan dayah<br />

termasuk menentukan definisi, kriteria<br />

dayah sesuai kehendak ulama, untuk<br />

menguatkan kurikulum, membuat<br />

pengelolaan dan manajemen dayah<br />

serta memfasilitasi sektor usaha<br />

seperti perkebunan, perternakan,<br />

koperasi dan lainnya dengan catatan<br />

tidak menyita waktu santri atau ulama<br />

untuk mengurus bisnis.<br />

Seperti yang kita ketahui setelah<br />

terbentuknya badan dayah dana<br />

yang mengalir teratur dan sesuai<br />

dengan kapasitas sebuah dayah serta<br />

pemerataan dalam pembagian dana.<br />

Saat ini pemerintah telah membangun<br />

4 dayah perbatasan dengan<br />

dana APBN, yaitu di <strong>Aceh</strong> Tamiang,<br />

<strong>Aceh</strong> Tenggara, <strong>Aceh</strong> Singkil, dan<br />

Sabulussalam yang akan dioperasikan<br />

tahun ini.<br />

Tahun 2008 dana untuk dayah<br />

sudah ditempatkan sebesar 150 Millyar<br />

Rupiah dan 95% dihibahkan, hanya 5%<br />

untuk operasional. Pada tahun 2009<br />

dana melebihi 200 Millyar Rupiah<br />

dari APBA <strong>Prov</strong>insi dan sekarang <strong>2010</strong><br />

dana tersebut menurun akibat banyak<br />

hal. Namun di sisi lain beberapa dayah<br />

akan mendapatkan perhatian khusus<br />

dari pusat. n (jabbar sabil, mulyadi<br />

nurdin, darwin)<br />

11


Apa latar belakang dibentuknya Bidang Pekapontren,<br />

yang merupakan bidang terbaru di <strong>Kementerian</strong> agama?<br />

Yang pertama dasar perkembangan struktur organisasi,<br />

dilandasi tupoksi kementerian agama yang mencakup<br />

kepada bidang pendidikan, sesuai Undang-Undang nomor<br />

20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional yang<br />

di dalamnya termasuk Pesantren (di <strong>Aceh</strong> dikenal dengan<br />

nama Dayah), balai pengajian, TPA-TPQ yang kesemuanya<br />

merupakan salah satu subsistem pendidikan di Indonesia<br />

yang saling mendukung dan saling melengkapi dalam satu<br />

sistem pendidikan di Indonesia. Dengan kata lain Pondok<br />

Pesantren/Dayah di <strong>Aceh</strong> merupakan kewajiban binaan<br />

daripada <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong>, yang sebelumnya include<br />

dalam bidang Perguruan <strong>Agama</strong> Islam yang di<br />

dalamnya mempunyai seksi yang membawahi<br />

masalah dayah, dengan bertambah beban<br />

pemerintah yang menyangkut keagamaan,<br />

maka berkembanglah struktur bidang<br />

tersendiri untuk mengelola dan mengurus<br />

pendidikan keagamaan secara khusus<br />

yang dibawahi dalam satu bidang.<br />

Hal ini bisa dikatakan suatu bentuk<br />

pengembangan sistem pendidikan yang<br />

telah ada di Indonesia?<br />

Penyempurnaan dan sekaligus<br />

salah satu bukti<br />

perhatian pemerintah<br />

12 <strong>Santunan</strong> JULI <strong>2010</strong><br />

terhadap pendidikan keagamaan, termasuk penjabaran<br />

dari Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 2007 yang salah<br />

satu pasalnya menyebutkan penyelenggaraan pendidikan<br />

agama dan pendidikan keagamaan dikelola oleh Menteri<br />

<strong>Agama</strong>.<br />

Program strategis bidang Pekapontren untuk pengembangan<br />

pondok pesantren/dayah di <strong>Aceh</strong>?<br />

Sejak saya menjadi kabid. Pekapontren tanggal 5 Agustus<br />

2008, saya melihat sangat besar beban dan tanggung jawab<br />

yang harus kita pikul dalam bidang pendidikan agama dan<br />

keagamaan di <strong>Aceh</strong>. Kita akan melakukan perubahanperubahan<br />

terhadap pondok pesantren salafiah, di mana<br />

kita melihat kondisi program pembelajaran, ketenagaan,<br />

sarana dan prasarana masih mem-prihatinkan.<br />

Program kita yang sangat strategis salah<br />

satunya adalah tata kelola. Dayah kita sekarang<br />

tata kelolanya masih kurang tertib, salah satu<br />

contoh dalam tata kelola lembaga yang belum<br />

rapi, di mana pemisahan antara dayah salafiah,<br />

pendidikan diniyah, TPA-TPQ belum begitu<br />

jelas dalam angka-angka pendataan, termasuk<br />

legalitasnya yang belum begitu sempurna di<br />

mana belum ada SK dari lembaga<br />

pemerintah, SK ketenagaan,<br />

tata usaha maupun tenaga kepustakaannya<br />

belum teratur.<br />

Drs. Saifuddin AR, Kabid Pekapontren Kanwil Kemenag <strong>Aceh</strong><br />

Perlunya Legalitas Dayah


LAPORAN UTAMA<br />

Apa saja kontribusi Bidang<br />

Pekapontren yang dapat dirasakan<br />

oleh Dayah?<br />

Menurut evaluasi sepintas dari<br />

beberapa pihak, melalui para Kepala<br />

seksi di Kabupaten/Kota, termasuk<br />

Kakankemenag Kabupaten/Kota, merasakan<br />

adanya perubahan-perubahan.<br />

Yang sebelumnya programprogram<br />

mungkin sangat sedikit<br />

kita coba kembangkan, termasuk<br />

pembinaan tata kelola dengan baik<br />

dengan membangun koordinasi<br />

dengan stakeholder terkait. Kalau<br />

di pemerintah <strong>Aceh</strong> ada Badan<br />

Pembinaan Pendi-dikan Dayah.<br />

Program yang sangat dirasakan<br />

salah satunya Legalitas<br />

Ijazah Dayah<br />

yang sebelumnya<br />

masih membingungkan<br />

di tengah<br />

masyarakat.<br />

A p a k a h<br />

Pesantren/Dayah<br />

yang ada di <strong>Aceh</strong><br />

sudah memenuhi<br />

standar kebijakan<br />

pemerintah?<br />

Sampai saat ini<br />

belum terwujud<br />

ketetapan dan<br />

kejelasan yang<br />

kongkrit, karena<br />

kita juga sedang<br />

m e m b a n g u n<br />

k o o r d i n a s i<br />

m e m b e n t u k<br />

lahirnya regulasi,<br />

yang selama ini<br />

masih sangat terbatas, yang hanya<br />

memiliki dua perundang-undangan<br />

dan qanun nomor 5 tahun 2008<br />

yang masih bersifat umum. Oleh<br />

karenanya kita sedang menggarap,<br />

berupaya adanya tindak lanjut<br />

melalui Peraturan Gubernur guna<br />

penertiban tata kelola di dayah. Yang<br />

semuanya telah kita kampanyekan<br />

dan sosialisasikan kepada pihak<br />

pimpinan dayah, para Abu, Teungku,<br />

di mana mereka dapat menerima dan<br />

mengharapkan sesegera mungkin<br />

dapat terwujud.<br />

Bagaimana prestasi para santri<br />

yang dihasilkan oleh Dayah di <strong>Aceh</strong><br />

Kenyataannya santri-santri dayah<br />

terpadu lebih unggul daripada siswa/<br />

siswi dari sekolah. Seperti beasiswa<br />

S1 dan S2 di berbagai perguruan<br />

Tinggi favorit di dalam negeri, para<br />

santri dayah lebih unggul dari murid<br />

sekolah umum lainnya. Santri dayah<br />

mempunyai ilmu pengetahuan yang<br />

lengkap, baik keagamaan maupun<br />

ilmu umum, juga tingkat k<strong>edisi</strong>plinan,<br />

moral dan adab yang sangat mendalam<br />

yang ditempa selama 24 jam<br />

dalam sehari.<br />

Adakah tokoh nasional yang<br />

berasal dari dayah?<br />

Ya, termasuk menteri kabinet,<br />

anggota dewan, terutama di <strong>Aceh</strong><br />

terutama dari partai lokal banyak<br />

sekali berasal dari dayah. Tetapi yang<br />

sangat disayangkan titel mereka<br />

bukan Teungku tapi tetap juga sama<br />

seperti pendidikan umum lainnya. Ini<br />

yang harus segera kita tertibkan agar<br />

legalitas ijazah dayah diakui dalam<br />

pemerintahan kita.<br />

Sekarang kita sedang menyusun<br />

draf Pergub tentang tata kelola<br />

yang telah mengalami perubahanperubahan.<br />

Yang menyusun draf<br />

<strong>Santunan</strong> JULI <strong>2010</strong><br />

pergub tersebut bukan kita, kita<br />

hanya memfasilitasi dan mengajak<br />

para pimpinan dayah, termasuk yang<br />

terkemuka seperti Waled Tanoh<br />

Mirah, Waled Hasanoel Bashry di<br />

Samalanga, Abu Panton dan Abu-<br />

Abu lainnya bersama dengan unsur<br />

pemerintah, untuk duduk bersama<br />

dalam menyusun draf pergub.<br />

Terakhir Abu Panton dalam<br />

pertemuan HAUL MUDI Mesjid Raya<br />

Salamalanga, beliau berprinsip juga<br />

harus ada perubahan. Beliau berkata:<br />

tangan di atas lebih baik daripada tangan<br />

di bawah, tapi dalam kenyataannya<br />

dayah kita sekarang masih sering<br />

tangan di bawah, kata beliau.<br />

Jadi dengan<br />

kata lain Dayah kita<br />

belum mandiri?<br />

B e l u m<br />

mandiri, Inilah<br />

seperti harapan<br />

Abu panton yang<br />

m e n y a t a k a n<br />

pondok pesantren<br />

harus melakukan<br />

perubahan baik<br />

dalam hal tata<br />

kelola maupun<br />

dalam hal perekonomian<br />

dayah.<br />

Apa harapan Anda<br />

terhadap dayah di<br />

<strong>Aceh</strong> ke depan?<br />

Saya mengharapkan<br />

lembaga<br />

p e n d i d i k a n<br />

k e a g a m a a n<br />

Islam khususnya dayah harus bisa<br />

mewujudkan kembali ruh sebelumnya<br />

saat kerajaan Islam. Sebelum adanya<br />

NKRI, tidak ada lembaga pendidikan<br />

lain, yang ada hanya dayah, di sana<br />

semua ilmu dipelajari, baik ilmu<br />

peperangan, ilmu ekonomi sehingga<br />

yang duduk dalam pemerintahan<br />

kerajaan juga orang-orang dayah.<br />

Sehingga antara umara dan ulama<br />

sejalan dalam kehidupannya. Inilah<br />

yang harus kita kembalikan. Intinya<br />

ilmu pendidikan agama yang kuat dan<br />

unggul harus dibarengi dengan ilmu<br />

lainnya. n (muzakkir, darwin)<br />

13


Tgk. Muntasir, S.Ag,MA, Ketua STAI Al-Aziziyah Samalanga<br />

Tahun berapa berdiri Al Aziziyah?<br />

9 november 2003.<br />

Apa yang membedakan STAI Al-<br />

Aziziyah dengan STAI yang lainnya?<br />

Yang pertama dapat dilihat dari sisi<br />

Mahasiswa yang belajar di Al-Aziziyah,<br />

kalau STAI lain biasanya yang kuliah di<br />

situ adalah tamatan SMU atau MAN,<br />

sementara STAI Al-Aziziyah 90%<br />

yang kuliah di sini adalah Santri yang<br />

belajar di Dayah, bahkan ada yang<br />

sudah menjadi guru di sini. Jadi dari<br />

segi kapasitas keilmuan, pemahaman<br />

materi-materi substansi pelajaran<br />

agama sudah sangat dikuasai.<br />

Apakah di sini juga menerima<br />

mahasiswa dari sekolah umum?<br />

Ya, kita juga menerima, itu<br />

tidak dapat kita hindari, karena itu<br />

merupakan aturan nasional yang<br />

harus kita ikuti, bahwa tidak ada<br />

pembatasan-pembatasan, selagi<br />

mereka punya ijazah tingkat SLTA,<br />

kemudian menginap di sini untuk<br />

mengikuti seleksi dan ternyata<br />

nilai ujian mereka<br />

mencukupi untuk lulus,<br />

ya akan kita terima.<br />

Sejauh ini jumlah dari<br />

mahasiswa yang masuk<br />

dengan ijazah SLTA/MA<br />

itu tidak lebih 10%.<br />

Kurikulum STAI Al-<br />

Aziziyah sama dengan<br />

kurikulum nasional?<br />

Kita mengikuti<br />

kurikulum nasional,<br />

pada awal pendirian<br />

malah kita ada opsi<br />

100% kurikulum IAIN,<br />

kemudian selama<br />

4 tahun berjalan<br />

kita sudah lakukan<br />

penyesuaian sedikit<br />

dengan muatan lokal<br />

yang kita anggap selaras<br />

dengan pendidikan di<br />

dayah ini.<br />

Apakah STAI sama<br />

dengan Ma’had ‘Aly?<br />

Beda, dari sisi<br />

konsepnya di <strong>Kementerian</strong><br />

<strong>Agama</strong> juga<br />

beda. STAI adalah jalur<br />

pendidikan formal<br />

yang sudah lama sekali<br />

14 <strong>Santunan</strong> JULI <strong>2010</strong><br />

LAPORAN UTAMA<br />

Menciptakan Mahasiswa Ala Santri<br />

sementara Ma’had ‘Aly itu wacana<br />

baru, malah sampai sekarang wujud<br />

dari Ma’had ‘Aly itu sendiri belum ada<br />

yang pasti.<br />

Dosen yang mengajar di STAI Al-<br />

Aziziyah berasal dari mana saja?<br />

Dosen yang mengajar pada awal<br />

pendirian STAI Al Aziziyah 50%<br />

dibantu dari STAIN Malikussaleh, dan<br />

Universitas Malikussaleh. Setelah<br />

beberapa tahun berjalan sudah<br />

melibatkan alumni yang mempunyai<br />

kapasitas untuk mengajar.<br />

Setiap tahunnya berapa mahasiswa<br />

yang diterima?<br />

Bervariasi, tahun lalu kita terima<br />

280, Insya Allah tahun ini kita akan<br />

terima 320 Mahasiswa.<br />

Apa tidak khawatir dengan adanya<br />

STAI ini akan meninggalkan nilainilai<br />

dayah?<br />

STAI Al-Aziziyah berpisah dengan<br />

Dayah, yang pertama dari sisi lokasi,<br />

bahwa lokasi STAI ada di luar Dayah.<br />

Kemudian dari sisi manajemen juga<br />

berpisah. Cuma yang ada ikatan<br />

emosional, karena yang menjadi<br />

mahasiswa STAI 90% adalah santri<br />

yang mondok di dayah, juga keduanya<br />

di bawah Yayasan yang sama.<br />

Kalau mengadopsi kurikulum<br />

IAIN, apa nanti tidak dikhawatirkan<br />

pemikiran dayah akan mengikuti<br />

alumni IAIN?<br />

Disini kita mengikuti gaya substansi<br />

ilmu yang ada di dayah.<br />

Adakah ulama kita yang tidak<br />

mendukung program ini?<br />

Pada awal pendirian STAI ada keraguan<br />

pada sebahagian ulama, hilangnya<br />

atau terganggunya sistim salafiyah<br />

yang ada di dayah, tetapi setelah<br />

mereka melihat, ternyata dengan


LAPORAN UTAMA<br />

kehadiran STAI, manajemen, proses<br />

yang ada di sana tidak terganggu,<br />

secara perlahan keraguan itu semakin<br />

hilang.<br />

Target yang paling besar dari<br />

STAI?<br />

Kembali kepada obsesi Abu Mudi<br />

(Waled Hasanoel Bashry HG) selaku<br />

pendiri STAI dan juga pendiri yayasan<br />

ini, beliau mempunyai obsesi bahwa<br />

kalau sekarang susah mencari pejabat<br />

yang jujur, kemudian menjujurkan<br />

orang yang sudah menjadi pejabat itu<br />

sesuatu yang tidak mungkin dilakukan,<br />

kita ingin mencetak generasi baru,<br />

generasi pesantren yang agak identik<br />

dengan kejujuran, jadi generasi jujur<br />

ini menjadi generasi intelektual. Elitelit<br />

atau pejabat yang akan lahir di<br />

<strong>Aceh</strong> kelak bisa diwarnai oleh alumni<br />

STAI ini.<br />

Bagaimana dengan biaya<br />

operasionalnya?<br />

Biaya operasional dari SPP. Di sini<br />

kita terapkan SPP yang sangat murah.<br />

Dari awal pendirian kita kutip sebesar<br />

Rp 275.000, tiga tahun selanjutnya<br />

dinaikkan menjadi Rp 300.000.<br />

Mulai penerimaan tahun ini akan<br />

diberlakukan Rp 350.000.<br />

Kalau hanya bersumber dari situ<br />

tentu tidak cukup, untuk menambah<br />

kekurangan itu biasanya dibantu oleh<br />

alumni dayah yang sudah sukses,<br />

kemudian dibantu oleh yayasan juga<br />

pemerintah daerah.<br />

Apa ijazah sudah terakreditasi?<br />

<strong>Santunan</strong> JULI <strong>2010</strong><br />

Alhamdulillah sudah dua jurusan<br />

yang sudah mendapatkan akreditasi B<br />

yaitu Prodi Komunikasi dan Penyiaran<br />

Islam dan Prodi Ahwal Syakhshiyah<br />

atau syariah. Sementara jurusan<br />

tarbiyah sudah dikirimkan dokumen<br />

dan sudah dinyatakan lengkap, hanya<br />

menunggu proses akreditasi.<br />

Sejauh ini apa kendala yang ada?<br />

Kendala finansial dan Dosen, disini<br />

masih banyak juga dosen yang S1,<br />

akan tetapi sudah kita atasi dengan<br />

mengirim 14 dosen yang sedang<br />

mengambil S2 di IAIN Ar-Raniry.<br />

Kemudian akan ada 14 orang lagi<br />

bantuan <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> Pusat<br />

yang akan berangkat pada bulan ini<br />

ke IAIN Sumatera Utara. n (mulyadi<br />

nurdin, jabbar sabil, darwin)<br />

PENGUMUMAN REDAKSI<br />

Redaksi menerima sumbangan berita, foto atau tulisan yang sesuai dengan rubrik/ruang yang tersedia<br />

pada <strong>Majalah</strong> <strong>Santunan</strong> dengan kriteria sebagai berikut:<br />

1. Foto/berita seputar aktifitas dan kegiatan di lingkungan <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> di Daerah masingmasing.<br />

2. Khusus untuk berita, tulisan maksimal 5 paragraf, ditulis menggunakan kaidah 5W 1H (apa, di mana,<br />

kapan, siapa, kenapa, dan bagaimana), sebaiknya melampirkan foto.<br />

3. Untuk tulisan selain berita, supaya diberi keterangan sesuai dengan rubrik dimana tulisan hendak di<br />

muat seperti opini, sains, lifestyle, sastra, dan lain-lain.<br />

4. Panjang tulisan maksimum 3 halaman A4, font 12 point time new roman.<br />

5. Karena banyaknya tulisan yang masuk ke meja redaksi, redaksi akan menyeleksi/mengedit tulisan<br />

yang akan dimuat di dalam majalah <strong>Santunan</strong>.<br />

6. Tulisan dan foto yang dimuat di dalam <strong>Majalah</strong> <strong>Santunan</strong> berhak mendapatkan honor sesuai ketentuan<br />

pengelola majalah, dan dapat diambil melalui biro/perwakilan di masing-masing Kantor <strong>Kementerian</strong><br />

<strong>Agama</strong> Kabupaten/Kota.<br />

7. Redaksi juga menerima tulisan dalam bentuk surat pembaca (kritik/saran), jawaban TTS, dan<br />

pertanyaan untuk Ruang Konsultasi Hukum Islam & BP4 dan Ruang Komputer.<br />

8. Alamat Redaksi <strong>Majalah</strong> <strong>Santunan</strong>: Kanwil <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> <strong>Prov</strong>insi <strong>Aceh</strong>, Jl. Tgk. Abu Lam U<br />

No. 9 Banda <strong>Aceh</strong>. Email : redaksisantunan@gmail.com Hotline SMS: 085277759339.<br />

Demikian kami sampaikan, terima kasih yang tidak terhingga kami tujukan kepada semua pihak yang<br />

selama ini tetap setia mendukung keberadaan dan perbaikan <strong>Majalah</strong> <strong>Santunan</strong>.<br />

Salam<br />

Pemimpin Redaksi<br />

15


Laporan Alfirdaus Putra<br />

SUDAH HALALKAH KONSUMSI KITA?<br />

Indonesia dengan jumlah penduduk<br />

sekitar 240 jutaan dan kurang lebih<br />

87 % memeluk agama Islam yang<br />

terus berkembang, dengan tingkat<br />

pendapatan yang relative meningkat<br />

setiap tahunnya. Hal ini merupakan<br />

pangsa pasar yang menggiurkan bagi<br />

para produsen produk kebutuhan dasar<br />

masyarakat, dari mulai kebutuhan:<br />

sandang, papan sampai dengan<br />

pangan. Produsen mendesain produk<br />

dengan teknologi yang dimilikinya<br />

mengolah makanan, minuman, obat,<br />

kosmetik dan produk lainya baik<br />

sebagai bahan pangan, maupun<br />

bahan pangan setangah jadi<br />

sampai kepada produk makanan<br />

siap saji, sehingga meningkatkan<br />

daya tarik bagi pembeli.<br />

Dalam era global sekarang<br />

ini penetapan kehalalan suatu<br />

produk tidaklah mudah. Produsen<br />

merekayasa produk dengan<br />

teknologi yang dimilikinya<br />

untuk mengolah rasa, memberi<br />

warna, mempercantik bentuk<br />

sampai melengkapi kandungan<br />

gizinya. Demikian juga kemasannya,<br />

penyimpanannya, pendistribusian<br />

sampai kepada bagaimana<br />

agar produk makanan tersebut disajikan<br />

kepada konsumen di restoranrestoran<br />

yang menyediakan makanan<br />

siap saji dan siap santap. Produk<br />

tersebut ditawarkan dengan cita<br />

rasa yang exlusive dan disukai oleh<br />

golongan masyarakat tertentu.<br />

Lalu kita sebagai bagian dari<br />

masyarakat konsumen bertanya tentang<br />

kehalalan suatu produk makanan?<br />

Aspek kehalalan dalam bisnis suatu<br />

produk bukan saja hanya dinilai dari sisi<br />

bahannya saja, tetapi juga menyangkut<br />

proses produksi, penyimpanan dan<br />

peredarannya, juga yang tidak kalah<br />

pentingnya adalah penerapan sanksi<br />

kepada pelanggarnya sesuai dengan<br />

peraturan yang berlaku.<br />

Bagi kita para konsumen tentunya<br />

pemilihan kehalalan produk yang<br />

akan dikonsumsi sebahagian besar<br />

hanya dilihat dari lebel yang terdapat<br />

di luar kemasan produk. Makanya<br />

sebagai konsumen harus jeli dan<br />

jangan asal beli. Sebagai jendela awal,<br />

cermati dulu label yang tercantum<br />

dalam kemasannya. Siapa tahu ada<br />

kandungan bahan-bahan yang musti<br />

Anda hindari. Lebih penting lagi, status<br />

kehalalannya. Penjelasan singkat yang<br />

diberikan produsen bisa membantu<br />

Anda mengenali produk yang akan<br />

dibeli. Apa maksud pengistilahan<br />

dalam label? Berikut ini petunjuk<br />

singkatnya:<br />

Ingredient List. Kalimat ini menandakan<br />

daftar bahan-bahan yang ada<br />

pada makanan. Urutan penyebutan zat<br />

kandungan makanan itu dimulai dari<br />

zat yang jumlahnya terbanyak. Namun<br />

jika Anda melihat lemak, gula, atau<br />

garam diawal daftar kandungan, itu<br />

menandakan tak banyak kandungan<br />

nutrisi pada makanan tersebut.<br />

Cholesterol-free. Kalimat ini adalah<br />

penanda makanan yang berbahan<br />

dasar sayuran, bukan hewan. Namun,<br />

itu tidak berarti makanan ini bebas<br />

lemak atau rendah lemak. Minyak<br />

sayur, misalnya. Yang satu ini memang<br />

16 <strong>Santunan</strong> JULI <strong>2010</strong><br />

baik bagi kesehatan jantung tapi tetap<br />

mengandung 100 persen kalori lemak.<br />

Low in Fat. Artinya makanan<br />

mengandung kurang dari tiga gram<br />

lemak per sajian. Jadi, banyak sedikitnya<br />

lemak yang bakal masuk ke tubuh<br />

sangat tergantung dengan banyak<br />

tidaknya jumlah konsumsi Anda.<br />

Calorie Reduced. Produk ini hanya<br />

mengandung setengah jumlah kalori<br />

produk reguler.<br />

No Sugar Added/Unsweetened.<br />

Tidak ada gula pasir yang ditambahkan<br />

pada makanan. Kemungkinan,<br />

produk ini menggunakan gula<br />

alami seperti jam yang merupakan<br />

konsentrat buah manis atau sari<br />

buah segar yang dicampur air.<br />

Diabetesi tetap harus menjaga<br />

porsi santapan makanan yang<br />

berlabel ini.<br />

Light. Artinya, produk ini jauh<br />

lebih ringan dalam hal warna, rasa,<br />

maupun tekstur. Meski begitu,<br />

belum tentu kalori atau lemaknya<br />

rendah.<br />

Source of Diatery Fibre. Tidak<br />

berarti penuh dengan serat alami.<br />

Hanya setidaknya mengandung<br />

dua gram serat per sajian. Tulisan ini<br />

biasa ditemui pada roti tawar. Tapi<br />

jika Anda menemukan kata enriched,<br />

unbleached dan wheat flour itu<br />

menandakan roti tersebut terbuat dari<br />

tepung tidak berserat.<br />

Low Sodium. Kadar garamnya hanya<br />

setengah dari versi regularnya. Tak ada<br />

tambahan garam pada makanan ini.<br />

Untuk mengurangi kadar garam pada<br />

sayuran atau ikan kalengan, guyur<br />

terlebih dulu dengan air sebelum<br />

dimasak.<br />

Nah, berikut ini terdapat tips cara<br />

memilih produk pangan dalam kemasan<br />

yang telah dijamin kehalalannya:<br />

1. Jika produk pangan olahan<br />

tersebut dalam kemasannya telah<br />

mencantumkan nomor MD (nomor


pendaftaran pada Badan POM yang<br />

menunjukkan produk diproduksi di<br />

dalam negeri) maka lihat apakah<br />

ada label halalnya, jika ada maka<br />

kehalalannya sudah terjamin karena<br />

untuk dapat diizinkan mencantumkan<br />

label halal dalam kemasannya maka<br />

harus mendapatkan sertifikat halal<br />

dari MUI. Jika tidak ada label halalnya<br />

maka berarti kehalalannya belum ada<br />

yang menjamin.<br />

2. Untuk produk impor, lihat apakah<br />

sudah memiliki nomor ML pada kemasannya,<br />

jika sudah perhatikan bahasa<br />

yang digunakan dalam kemasan, jika<br />

berbahasa Indonesia maka perhatikan<br />

label halalnya, jika ada maka<br />

kehalalannya sudah terjamin seperti<br />

nomor 1 di atas. Untuk produk impor<br />

dari negara mayoritas muslim seperti<br />

Malaysia, perhatikan label halalnya,<br />

jika ada berarti kehalalannya sudah ada<br />

yang menjamin. Untuk produk impor<br />

lainnya, jika tidak ada label halalnya<br />

harus dihindari dan kita pun harus<br />

berhati-hati apabila produk tersebut<br />

berlabel halal tetapi diproduksi oleh<br />

negara mayoritas non muslim, untuk<br />

kasus ini perlu menanyakan keabsahan<br />

label halalnya ke LPPOM MUI.<br />

3. Untuk produk pangan hasil<br />

industri kecil, biasanya bernomor<br />

pendaftaran SP, masih bermasalah<br />

karena masih cukup banyak yang<br />

mencantumkan label halal walaupun<br />

sebetulnya belum mendapatkan<br />

sertifikat halal dari MUI, sebagian lagi<br />

sudah didasarkan atas sertifikat halal<br />

yang diperoleh dari MUI. Hal ini terjadi<br />

karena ketidakfahaman industri kecil<br />

dalam masalah sertifikasi halal. Oleh<br />

karena dibutuhkan pengetahuan kita<br />

dalam menilai apakah produk pangan<br />

industri kecil ini diragukan kehalalannya<br />

atau tidak.<br />

4. Bagi penggiat dunia maya<br />

dapat mengakses daftar produk<br />

halal di Jurnal Halal terbitan LPPOM<br />

MUI atau di http://www.halalguide.<br />

info atau http://www.indohalal.com<br />

daftar ini memuat produk yang telah<br />

mendapatkan sertifikat halal dari MUI.<br />

n (sumber: Jurnal Halal LP POM MUI<br />

dan halalguide.info )<br />

Laporan : Abdullah AR<br />

BIMBINGAN MANASIK, PERLUKAH?<br />

Melaksanakan ibadah haji bukanlah<br />

masalah yang terlalu sulit “mudah<br />

tapi tidak dimudah-mudahkan”<br />

karena walaupun mudah ibadah<br />

haji yang merupakan kewajibannya<br />

sekali seumur hidup bagi yang sudah<br />

istita’ah ( mempunyai kemampuan<br />

minimal yang harus dimiliki seperti<br />

cukupnya financial/ uang, sehat<br />

jasmani dan rohani serta mempunyai<br />

pengetahuan tentang manasik haji)<br />

dan merupakan napak tilas Nabi<br />

Ibrahim As dalam mencari Tuhan, Haji<br />

juga merupakan suatu<br />

ibadah sebagaimana<br />

ibadah-ibadah yang lain<br />

dengan segala aturan,<br />

persyaratan, rukun, wajib<br />

dan sunnah serta berbeda<br />

dalam hal-hal tertentu.<br />

Pengetahuan tentang<br />

kewajiban-nya bagi umat<br />

Islam hingga akhir zaman<br />

untuk mengulang apa<br />

yang dilakukan oleh Nabi<br />

yang mulia Ibrahim As itu<br />

sendiri didapat di dalam<br />

Al-Quran melalui lisan<br />

Rasul terakhir Muhammad SAW,<br />

ada banyak petunjuk dan pelajaran<br />

yang termaktub di dalam kitabkitab<br />

hadits tersebut bagaimana<br />

ibadah haji dilaksanakan seperti<br />

sabdanya: “Laksanakan manasik haji<br />

sebagaimana aku laksanakan”.<br />

Mendapatkan berbagai informasi<br />

berkaitan dengan ketentuan, hikmah,<br />

tatacara bagaimana ibadah<br />

haji itu dilaksanakan adalah suatu<br />

keniscayaan dan menjadi wajib<br />

karena sesuai kaidah usul fiqh. “<br />

Bila suatu kewajiban tidak dapat<br />

dilaksanakan tanpa “sesuatu”, maka<br />

upaya mengetahui tentang “sesuatu”<br />

tersebut hukumnya menjadi wajib<br />

pula”. Dalam kontek pelaksanaan<br />

ibadah haji “sesuatu” itu adalah<br />

pengetahuan tentang manasik haji,<br />

<strong>Santunan</strong> JULI <strong>2010</strong><br />

Sehingga dengan demikian mempelajari<br />

atau mendatangi majelis yang<br />

mengajarkan tentang manasik haji<br />

bagi yang belum memahami tentang<br />

mekanisme pelaksanaan ibadah haji<br />

menjadi wajib dilaksanakan.<br />

<strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> selaku<br />

pemerintah yang menjadi penanggung<br />

jawab Penyelenggara Haji di Negeri<br />

tercinta ini sesuai amanat Undang-<br />

Undang nomor 13 tahun 2008<br />

tentang penyelenggaran ibadah haji<br />

berkewajiban memberikan pem-<br />

binaan, meningkatkan pelayanan<br />

serta memberikan perlindungan bagi<br />

jamaah haji.<br />

Salah satu aspek pembinaan yang<br />

dilakukan adalah pembinaan manasik<br />

haji yang dilaksanakan oleh Kantor<br />

<strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> Kabupaten/<br />

Kota sebanyak 4 kali pertemuan dan<br />

dilaksanakan oleh KUA Kecamatan<br />

sebanyak 11 kali pertemuan dengan<br />

materi yang di desain sedemikian<br />

rupa untuk membekali pengetahuan<br />

manasik haji bagi Calon Jamaah Haji<br />

tahun keberangkatan dengan harapan<br />

upaya menciptakan jamaah mandiri<br />

menuju percapaian haji mabrur akan<br />

menjadi kenyataan. Amin ya rabbal<br />

’alamin. n<br />

17


Laporan Taharuddin<br />

John Brock, umur tampak mendekati<br />

60 tahun. Seorang guru dengan<br />

lincah dan setengah berlari-lari dalam<br />

Ballroom, Hotel Arya Duta, Medan,<br />

memperkenalkan bagaimana membuat<br />

sebuah tutup kotak melalui secarik kertas<br />

yang telah dirambui dengan garis-garis<br />

jaring berkotak empat. Perintahnya<br />

kepada peserta workshop agar<br />

membuatnya tanpa ada bantuan apaapa,<br />

tanpa gunting, tanpa boleh duduk<br />

dan tanpa boleh menggunakan meja.<br />

Hasilnya tidak ada satupun tutup kotak<br />

yang terselesaikan<br />

Kali kedua, sambil bermain dipersilahkan<br />

kembali kepada peserta membuat<br />

tutup kotak. Kali ini diperkenankan menggunkan<br />

tuntunan bacaan atau ramburambu<br />

bagaimana membuat tutup kotak,<br />

tetapi masih tidak boleh duduk dan tidak<br />

boleh mengginakan meja, juga tanpa<br />

gunting. Hasilnya hanya 3 tutup kotak<br />

terselasaikan dari 40 peserta.<br />

Kami sebagai pengunjung, dengan istilah<br />

observer, dipersilahkan juga membuat<br />

tutup kotak. Saya melihat kawan-kawan<br />

(para observer) dari <strong>Aceh</strong>, Sumatera Utara<br />

dan Riau, baik yang mewakili maupun<br />

menghadiri langsung, terdiri dari para<br />

Dekan FKIP, Dekan Fakultas Syariah, Dekan<br />

Fakultas Ekonomi, Perwakilan Bank,<br />

Perusahaan, Dinas Pendidikan dan LPMP<br />

tak pernah terselesaikan membuat tutup<br />

kotak yang dimaksud dengan kualitas yang<br />

bagus, seperti yang ditunjukkan tutor.<br />

Tak terasa dengan kegiatan pembelajaran<br />

seperti itu, dimana kami terlibat di<br />

dalamnya, kami telah merasa gembira<br />

dan sangat berkesan. Dan terus berupaya<br />

untuk mencari tahu apa sesungguhnya<br />

yang hendak dipelajari.<br />

Kali yang ketiga, sebagai kegiatan<br />

terakhir dari simulasi topik pembelajaran,<br />

Economic Education<br />

kembali diperintahkan membuat<br />

kotak. Kali ini diperbolehkan<br />

menggunakan gunting, meja dan<br />

dibolehkan duduk. Tetapi kami<br />

pada kegiatan ketiga ini, tidak<br />

mendapat kertas latihannya.<br />

Hanya untuk peserta workshop<br />

saja. Hasilnya 27 tutup kotak<br />

terselesaikan dari 40 peserta<br />

pelatihan yang berasal dari 15<br />

provinsi. Kelanjutan dari simulasi<br />

ini, tutor hendak menjelaskan<br />

dengan topik “Faktor-faktor yang<br />

mempengaruhi produktifitas<br />

sebuah negara dan pertumbuhan<br />

ekonomi”.<br />

Itulah sekelumit kegiatan, yang saya<br />

pantau dalam rangka mewakili Kepala<br />

Kantor Kanwil <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong><br />

<strong>Prov</strong>insi <strong>Aceh</strong>, untuk mengikuti program<br />

observasi kegiatan Dewan Pendidikan<br />

Ekonomi (Council For Economic Education,<br />

CEE) tanggal 9 Juni <strong>2010</strong> di Medan..<br />

Kegiatan ini sesungguhnya sebagai<br />

sebuah sosialisasi bagi memberikan<br />

pengajaran Pendidikan Ekonomi yang<br />

lebih menyenangkan. Target pertama<br />

ini adalah para dosen dari Fakultas<br />

Ekonomi dan Fakultas Keguruan dan Imu<br />

Pendidikan. Dalam list peserta pelatihan<br />

dari <strong>Aceh</strong> tersebut Ruaida, Sakdiyah,<br />

Ihsan dan Israk Ahmadsyah. Mereka<br />

merupakan para dosen di Unsyiah dan<br />

IAIN Ar-Raniry Banda <strong>Aceh</strong>.<br />

Patricia Elder sebagai Vice Precident<br />

dari CEE, mengungkapkan bahwa kegiatan<br />

menyenangkan dalam pembelajaran<br />

Ekonomi diberikan beberapa konsep.<br />

Di Amerika sendiri hanya 20 konsep<br />

ekonomi yang dikembangkan. Konsepkonsep<br />

itu diberikan kepada peserta TOT,<br />

memungkinkan dilaksanakan jika sesuai<br />

dengan kurikulum yang diterapkan di<br />

sebuah negara.<br />

Sebelum kami dipersilahkan untuk<br />

memantau bagaimana para dosen<br />

diberikan pembelajaran ekonomi yang<br />

menyenangkan, sebagai demonstrasi<br />

awal kami juga diperkenalkan bagaimana<br />

guru mengajar dengan topik “Kenapa<br />

Manusia Berdagang”. Kagiatannya menarik,<br />

peserta diberikan oleh-oleh yang<br />

siap untuk saling bertukar antar kawan<br />

di samping dan kawan sekelas. Hasilnya<br />

bagaimana menilai kepuasan terhadap<br />

barang. Dengan saling bertukar maka<br />

terjadi kepuasan terhadap barang<br />

18 <strong>Santunan</strong> JULI <strong>2010</strong><br />

semakin tinggi. Dan itu motif kenapa<br />

manusia berdagang.<br />

Lingkup materi pada acara observasi<br />

ini berkisar pada 1) Mengapa manusia<br />

berdagang. 2) Apakah Indonesia memerlukan<br />

Pendidikan Ekonomi dan 3)<br />

Pengalaman Indonesia tentang pendidikan<br />

ekonomi, keuangan dan wiraswasta.<br />

Presentasi mengenai CEE diakhiri<br />

dengan penutup dan tanya jawab.<br />

Kesan dari para observer pada akhir<br />

akhir sesi bahwa model pembelajaran<br />

yang dikembangkan untuk Pendidikan<br />

Ekonomi dapat menyenangkan peserta<br />

didik. Dan karena program ini hanya<br />

sesaat pihak CEE terutama alumni dari<br />

CEE ini, menginginkan masukan apa<br />

yang harus dilakukan kemudian, setelah<br />

pelatihan TOT bagi pengembangan guru/<br />

dosen Pendidikan Ekonomi di Indonesia,<br />

khususnya untuk wilayah yang diundang<br />

untuk berobservasi. Masing-masing<br />

observer memberikan pandangannya,<br />

dengan berbagai kemungkinan<br />

dukungan.<br />

Council for Economic Education<br />

adalah sebuah organisasi pendidikan<br />

nirlaba yang berkedudukan di AS. CEE<br />

memiliki kerjasama dengan berbagai<br />

pusat pendidikan ekonomi berbasis<br />

universitas baik di AS maupun di berbagai<br />

negara mitra yang jumlahnya<br />

terus bertambah. Sejak tahun CEE telah<br />

menerima pendanaan dari Departemen<br />

Pendidikan AS untuk mendukung serta<br />

memperkuat Pendidikan Ekonomi di<br />

negara-negara mitra.<br />

Salah satu kegiatan utama dari program<br />

internasional ini adalah training of trainers.<br />

Melalui program ini para pendidik menerima<br />

pelatihan mengenai ilmu dan pedagogi<br />

di bidang ekonomi. Peserta mendapat kesempatan<br />

menerima berbagai materi pengajaran<br />

yang dapat dipergunakan untuk<br />

kegiatan pelatihan guru setelah mereka<br />

mengikuti pelatihan ini.<br />

Indonesia telah berpartisipasi dalam<br />

program-program CEE sejak tahun 2003.<br />

Sebagai komitmen CEE untuk mempererat<br />

kerjasama di Indonesia, maka pada tahun<br />

2009/<strong>2010</strong> untuk pertama kalinya CEE<br />

mengadakan training of trainers di mana<br />

seluruh peserta berasal dari Indonesia.<br />

Para peserta mendapat panduan serta<br />

materi pengajaran yang seluruhnya<br />

telah diterjemahkan ke dalam Bahasa<br />

Indonesia. n


Laporan Azhar<br />

Langsa Juara Penyuluh Teladan<br />

Tingkat <strong>Prov</strong>insi <strong>Aceh</strong><br />

Penyuluh agama Islam<br />

Fungsional asal Kota Langsa,<br />

Rahmawati, S.Ag terpilih<br />

sebagai penyuluh teladan terbaik<br />

pertama tingkat <strong>Prov</strong>insi <strong>Aceh</strong><br />

dalam Seleksi Penyuluh <strong>Agama</strong><br />

Islam teladan tahun <strong>2010</strong>.<br />

Seleksi Penyuluh Teladan<br />

merupakan agenda tahunan<br />

yang dilaksanakan oleh Bidang<br />

Penamas Kanwil <strong>Kementerian</strong><br />

<strong>Agama</strong> <strong>Prov</strong>insi <strong>Aceh</strong> pada tanggal<br />

25 sampai 27 Mei <strong>2010</strong> di Hotel<br />

Diana Kuta Alam Banda <strong>Aceh</strong>.<br />

Dalam seleksi itu Rahmawati<br />

berhasil unggul atas 23 peserta<br />

lainnya dari berbagai Kabupaten/<br />

Kota.<br />

Peringkat kedua dalam seleksi<br />

tersebut diraih oleh Zulfikar, S.Ag<br />

dari Kota Banda <strong>Aceh</strong>, sementara<br />

posisi ketiga digapai oleh Tarmizi<br />

M. Daud S.Ag utusan <strong>Aceh</strong> Besar.<br />

Selanjutnya berturut-turut sebagai<br />

juara harapan adalah Rudianto,<br />

Hajuwi dan Farhadi.<br />

Ketua panitia pelaksana seleksi,<br />

H. Azhar S.Ag yang juga Kasi<br />

penyuluhan Kanwil Kemenag <strong>Aceh</strong><br />

menjelaskan, bahwa penyuluh<br />

yang tepilih dalam Seleksi Penyuluh<br />

Teladan tingkat <strong>Prov</strong>insi ini akan<br />

dikirim ke Jakarta untuk mengikuti<br />

Seleksi Penyuluh Teladan Nasional<br />

yang akan dilaksanakan bulan<br />

Agustus mendatang.<br />

Kepala bidang Penamas Kanwil<br />

Kemenag <strong>Aceh</strong>, H. Abrar Zym,<br />

S.Ag., dalam kesempatan itu<br />

mengingatkan bahwa seleksi ini<br />

bukan untuk mencari pemenang,<br />

tapi memilih wakil ke jenjang<br />

nasional. Mengingat Pemilihan<br />

penyuluh agama Islam Fungsional<br />

teladan adalah kegiatan rutin<br />

<strong>Santunan</strong> JULI <strong>2010</strong><br />

Bidang Penamas setiap tahun,<br />

maka hendaknya pemilihan ini<br />

menjadi salah satu poin yang<br />

memotivasi para penyuluh untuk<br />

meningkatkan kapasitas diri.<br />

Seleksi penyuluh teladan tahun<br />

ini diikuti oleh 23 peserta dari<br />

berbagai kabupaten/kota dalam<br />

provinsi <strong>Aceh</strong>. Kiranya even ini<br />

juga menjadi media evaluasi bagi<br />

diri penyuluh, sekaligus berbagi<br />

informasi tentang idealitaskapabilitas<br />

seorang penyuluh,<br />

Insya Allah... n<br />

19


Laporan Zarkasyi Yusuf dan Faridah Andriani<br />

Memajukan Pendidikan Diniyah<br />

Lahirnya Peraturan Pemerintah<br />

Republik Indonesia nomor 55<br />

Tahun 2007 yang mengatur tentang<br />

pendidikan agama dan pendidikan<br />

keagamaan membawa angin segar bagi<br />

perkembangan lembaga Pendidikan<br />

Keagamaan, termasuk pendidikan<br />

diniyah di dalamnya.<br />

Dalam PP Nomor 55 Tahun 2007,<br />

tepatnya mulai pasal 15 sampai dengan<br />

pasal 25 menjelaskan secara rinci<br />

tentang Pendidikan diniyah, diniyah<br />

dalam pasal-pasal ini dibagi dalam<br />

dua katagori, yaitu diniyah formal dan<br />

diniyah non formal.<br />

Pendidikan diniyah formal menyelenggarakan<br />

pendidikan ilmu-ilmu<br />

yang bersumber dari ajaran agama<br />

Islam pada jenjang pendidikan anak<br />

usia dini, pendidikan dasar, pendidikan<br />

menengah, dan pendidikan tinggi,<br />

sedangkan Pendidikan diniyah nonformal<br />

diselenggarakan dalam bentuk<br />

pengajian kitab, Majelis Taklim, Pendidikan<br />

Alquran, Diniyah Taklimiyah,<br />

atau bentuk lain yang sejenis.<br />

Di Indonesia, Madrasah diniyah<br />

berkiprah memenuhi kebutuhan<br />

pendidikan keagamaan sebagian<br />

masyarakat Muslim.<br />

Sebagai lembaga pendidikan yang<br />

sepenuhnya lahir dari masyarakat,<br />

Madrasah diniyah memiliki potensi<br />

dan kelenturan untuk melayani realitas<br />

kebutuhan masyarakat yang majemuk.<br />

Bahkan tempo dulu Madrasah diniyah<br />

telah mampu menyediakan pendidikan<br />

bagi masyarakat kelas bawah.<br />

Berbagai kebijakan dilahirka untuk<br />

melakukan refungsi pendidikan diniyah<br />

dalam upaya meningkatkan kualitas<br />

lembaga pendidikan keagamaan. Kebijakan<br />

pemerintah (<strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong>)<br />

terhadap madrasah diniyah seyogyanya<br />

memfasililitasi secara baik semua tipe<br />

madrasah diniyah yang ada.<br />

Kebijakan itu dapat terdiri atas<br />

kebijakan yang berlaku umum untuk<br />

semua madrasah diniyah dan kebijakan<br />

khusus sesuai dengan tipe madrasah<br />

diniyah yang bersangkutan, diantara<br />

kebijakan tersebut yang perlu intens<br />

dilaksanakan ialah pemberian bantuan<br />

tetap untuk menambah penghasilan<br />

guru madrasah diniyah yang rata-rata<br />

rendah. Sementara kebijakan khusus<br />

harus dibuat berdasarkan pencermatan<br />

atas karakteristik kurikulum dan tipe<br />

layanan pendidikan masing-masing<br />

madrasah diniyah yang ada.<br />

Berdasarkan pada kurikulum yang<br />

diajarkan, pendidikan diniyah dibagi<br />

berdasarkan kurikulum Departemen<br />

<strong>Agama</strong> dan Kurikulum Pesantren,<br />

pendidikan diniyah dengan kurikulum<br />

Departemen <strong>Agama</strong> dirancang untuk<br />

menambah perolehan pendidikan<br />

<strong>Agama</strong> Islam untuk murid sekolah<br />

umum. Pendidikan diniyah dengan<br />

kurikulum ini dibagi dalam tiga jenjang<br />

awwaliyah, wustha, dan ‘ulya.<br />

Pembinaan kurikulum oleh Departemen<br />

<strong>Agama</strong> untuk madrasah diniyah<br />

tipe ini merupakan kebutuhan<br />

penting yang perlu dilanjutkan. Pendidikan<br />

diniyah kurikulum Pesantren<br />

mengalami berbagai multiinterpretasi<br />

dalam penerapannya, bahkan banyak<br />

Pesantren di <strong>Aceh</strong> mengabai-kannya.<br />

Namun, jika ditilik berdasarkan<br />

penerapannya, justru Pesantren telah<br />

menerapkan pendidikan diniyah.<br />

Selama ini Madrasah diniyah kurikulum<br />

pesantren tampaknya hanya tersentuh<br />

“secara kebetulan” melalui program<br />

umum pembinaan pesantren.<br />

Kebijakan seperti itu bila direkonstruksi<br />

dari bawah mengandung dua<br />

kelemahan: pertama, madrasah diniyah<br />

kurikulum pesantren tidak selalu berada<br />

di lingkungan pesantren dan dikelola<br />

langsung oleh manajemen pesantren;<br />

kedua, terlihat kecenderungan bahwa<br />

pembinaan pesantren telah terfokus<br />

pada sisi madrasah formalnya dan<br />

tidak menjangkau madrasah diniyah.<br />

Madrasah diniyah di dalam pesantren<br />

yang diarahkan untuk menjadi<br />

pendidikan utama murid memerlukan<br />

kebijakan yang berbeda dari yang<br />

lain. Madrasah itu tumbuh dan terus<br />

berkembang sebagai pilihan pendidikan<br />

yang utama karena diterima oleh<br />

dan mendapat pengakuan masyarakat.<br />

Madrasah tersebut juga dapat<br />

berkembang karena penyelenggaraannya<br />

dilakukan dengan standard<br />

pendidikan formal.<br />

20 <strong>Santunan</strong> JUNI <strong>2010</strong><br />

Karena itu, madrasah diniyah dengan<br />

tipe layanan seperti tersebut seharusnya<br />

diberikan kesempatan untuk mendapat<br />

pengakuan setara dengan pendidikan<br />

keagamaan formal.<br />

Buku Pola Penyelenggaraan Madrasah<br />

Diniyah di Pondok Pesantren<br />

mengidentifikasi madrasah diniyah ke<br />

dalam lima pola:<br />

1. Pola suplemen, yaitu madrasah<br />

diniyah regular yang berfungsi<br />

membantu dan menyempurnakan<br />

pencapaian tema sentral pendidikan<br />

agama pada sekolah-sekolah umum,<br />

terutama dalam hal praktik dan latihan<br />

ibadah serta membaca Alquran;<br />

2. Pola independen, yaitu yang<br />

berdiri sendiri di luar struktur<br />

sebagai upaya untuk menambah dan<br />

meningkatkan pengetahuan mengenai<br />

pokok-pokok ajaran agama Islam ;<br />

3. Pola komplemen, yaitu yang<br />

menyatu dengan sekolah regular, yang<br />

berfungsi untuk mendalami materimateri<br />

agama yang dirasakan kurang<br />

di sekolah-sekolah tersebut;<br />

4. Pola madrasah diniyah paket,<br />

yaitu yang tidak terikat jadwal atau<br />

tempat tertentu, biasanya untuk<br />

menghabiskan paket materi keagamaan<br />

tertentu, tanpa mengenal tingkatan;<br />

5. Pola madrasah diniyah di pondok<br />

pesantren, yaitu yang terpadu dan terletak<br />

di lingkungan pondok pesantren.<br />

Untuk lebih meningkatkan perkembangan<br />

dan kualitas pendidikan<br />

diniyah, perlu pemahaman yang<br />

sama tentang pendidikan diniyah,<br />

terutama pendidikan diniyah yang<br />

diselenggarakan di Pondok Pesantren.<br />

Di <strong>Aceh</strong>, selama ini dipahami bahwa<br />

penyelenggaraan pendidikan diniyah di<br />

Pesantren akan mengurangi eksistensi<br />

Pesantren, serta penyelenggaraannya<br />

akan berbenturan dengan Pesantren.<br />

Sebagai perbandingan, pendidikan<br />

diniyah di luar <strong>Aceh</strong> lebih maju dan<br />

berkembang, terutama pendidikan<br />

diniyah yang diselenggarakan di<br />

Pondok Pesantren.<br />

Untuk itu, bagaimana memajukan<br />

pendidikan diniyah di <strong>Aceh</strong> menjadi<br />

tanggung jawab seluruh masyarkat<br />

<strong>Aceh</strong>. n


Laporan Zarkasyi Yusuf<br />

Pelatihan Tutor Paket C<br />

Peningkatan kualitas lembaga pendidikan<br />

keagamaan dan Pondok Pesantren<br />

merupakan salah satu pro-<br />

gram prioritas Bidang Pekapontren<br />

Kanwil <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> <strong>Prov</strong>insi<br />

<strong>Aceh</strong>.<br />

JUMLAH PENDIDIKAN DINIYAH DALAM PROVINSI ACEH<br />

No. Kabupaten/Kota<br />

Jumlah Penddikan Diniyah<br />

Jenjang Lokasi<br />

Ula Wustha Ulya<br />

Dalam<br />

Pontren<br />

<strong>Santunan</strong> JULI <strong>2010</strong><br />

Luar<br />

Pontren<br />

1. <strong>Aceh</strong> Selatan 10 13 0 4 19<br />

2. <strong>Aceh</strong> Tenggara 25 9 0 32 2<br />

3. <strong>Aceh</strong> Timur 24 11 0 3 31<br />

4. <strong>Aceh</strong> Tengah 31 0 0 1 30<br />

5. <strong>Aceh</strong> Barat 27 18 5 3 24<br />

6. <strong>Aceh</strong> Besar 6 1 0 0 6<br />

7. Pidie 20 0 0 7 13<br />

8. <strong>Aceh</strong> Utara 25 0 0 10 15<br />

9. Simeuleu 5 2 0 0 7<br />

10. <strong>Aceh</strong> Singkil 48 2 0 4 44<br />

11. Bireuen 35 0 0 2 33<br />

12. <strong>Aceh</strong> Barat Daya 9 1 0 0 10<br />

13. Gayo Lues 22 0 0 0 22<br />

14. <strong>Aceh</strong> Jaya 2 21 0 0 23<br />

15. Nagan Raya 3 2 0 0 2<br />

16. <strong>Aceh</strong> Tamiang 63 0 0 1 62<br />

17. Bener Meriah 24 0 0 2 22<br />

18. Pidie Jaya 0 0 0 0 0<br />

19. Kota Banda <strong>Aceh</strong> 5 0 0 0 5<br />

20. Kota Sabang 3 0 0 0 3<br />

21. Kota Lhokseumawe 20 0 0 0 20<br />

22. Kota Langsa 9 0 0 0 9<br />

23. Kota Subulussalam 17 0 0 0 17<br />

Jumlah 402 80 5 68 389<br />

(sumber : Data EMIS tahun 2009)<br />

Tabel Mata Pelajaran yang Harus Dipenuhi Pesantren untuk Legalisasi Ijazah<br />

Tingkat Ibtidaiyah Tingkat Tsanawiyah Tingkat Aliyah<br />

Al-Qur’an Al-Qur’an Tafsir<br />

Tauhid Tauhid Ilmu Tafsir<br />

Fiqih Fiqih Hadist<br />

Akhlak Akhlak Ilmu Hadist<br />

Nahwu Nahwu Fiqih<br />

Sharaf, serta Sharaf Ushul Fiqih<br />

Pelajaran pendukung lain Tarikh Tauhid<br />

Tajwid, serta Nahwu<br />

Pelajaran pendukung lain Sharaf<br />

Tarikh<br />

Balaghah, serta<br />

Pelajaran pendukung lain.<br />

(sumber : Direktorat Jenderal Kelembagaan Islam)<br />

Dalam rangka tersebut pada tanggal<br />

16 sampai dengan 18 Juni <strong>2010</strong><br />

Bidang Pekapontren melaksanakan<br />

pembinaan bagi Tutor Kegiatan belajar<br />

Paket C Pada Pondok Pesantren.<br />

Kegiatan pembinaan ini dilaksanakan<br />

di Wisma Kuta Alam Banda<br />

<strong>Aceh</strong>. Kegiatan ini diikuti oleh 30<br />

orang Peserta dari Kabupaten/Kota<br />

yang menyelenggarakan program<br />

Paket C dalam wilayah <strong>Prov</strong>insi <strong>Aceh</strong>.<br />

Pelatihan Tutor paket C bertujuan<br />

untuk meningkatkan kualitas penyelenggaraan<br />

program paket C, serta<br />

peningkatan kelulusan paket C.<br />

Di samping itu, penyelenggaraan<br />

program Paket C pada Pondok Pesantren<br />

merupakan upaya untuk<br />

meningkatkan kualitas Pondok Pesantren<br />

sebagai lembaga pencerdas<br />

masyarakat.<br />

Dalam Sambutannya yang disampaikan<br />

pada acara pembukaan,<br />

Kakanwil <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> <strong>Prov</strong>insi<br />

<strong>Aceh</strong> mengharapkan hendaknya<br />

penyelenggaraan Kejar Paket<br />

C pada Pondok Pesantren tidak<br />

hanya bertujuan untuk memperoleh<br />

sertifikat atau Ijazah semata, tetapi<br />

program Paket C hendaknya dimanfaatkan<br />

sebagai media menimba ilmu<br />

pengetahuan, terutama ilmu pengetahuan<br />

umum.<br />

Kakanwil juga mengharapkan hendaknya<br />

Pondok Pesantren memberikan<br />

life skill kepada para santrinya.<br />

Dalam akhir sambutannya, Kakanwil<br />

mengharapkan kemajuan Pesantren<br />

di masa mendatang sehingga dapat<br />

bersanding dengan kemajuan sekolah.<br />

Di samping itu, Kakanwil juga<br />

mengingatkan ‘PR’ besar untuk masa<br />

depan, yaitu tentang bagaimana memajukan<br />

generasi muda <strong>Aceh</strong> di masa<br />

yang akan datang, serta bagaimana<br />

mengembalikan kejayaan Pondok Pesantren<br />

yang pernah tercatat dalam<br />

sejarah. n<br />

21


Laporan Wiswadas<br />

Ada Barongsai di Peunayong<br />

Barongsai adalah tarian tradisional<br />

Cina dengan menggunakan<br />

sarung yang menyerupai singa.<br />

Barongsai memiliki sejarah ribuan<br />

tahun. Catatan pertama tentang tarian<br />

ini bisa ditelusuri pada masa Dinasti<br />

Chin sekitar abad ke tiga sebelum<br />

masehi.<br />

Kesenian Barongsai mulai populer<br />

di zaman dinasti Selatan-Utara (Nan<br />

Bei) antara tahun 420-589 Masehi.<br />

Kala itu pasukan dari raja Song Wen<br />

Di, kewalahan menghadapi serangan<br />

pasukan gajah raja Fan Yang dari<br />

negeri Lin Yi. Seorang panglima<br />

perang bernama Zhong Que membuat<br />

tiruan boneka singa untuk mengusir<br />

pasukan Raja Fan itu. Ternyata upaya<br />

itu sukses, hingga akhirnya tarian<br />

barongsai melegenda.<br />

Tarian Singa terdiri dari dua<br />

jenis utama yakni Singa Utara yang<br />

memiliki surai ikal dan berkaki<br />

empat. Penampilan Singa Utara<br />

kelihatan lebih natural dan mirip<br />

singa ketimbang Singa Selatan yang<br />

memiliki sisik serta jumlah kaki yang<br />

bervariasi antara dua atau empat.<br />

Kepala Singa Selatan dilengkapi<br />

dengan tanduk sehingga kadangkala<br />

mirip dengan binatang ‘Kilin’.<br />

Gerakan antara Singa Utara dan<br />

Singa Selatan juga berbeda. Bila Singa<br />

Selatan terkenal dengan gerakan<br />

kepalanya yang keras dan melonjaklonjak<br />

seiring dengan tabuhan gong<br />

dan tambur, gerakan Singa Utara<br />

cenderung lebih lincah dan penuh<br />

dinamika karena memiliki empat kaki.<br />

Satu gerakan utama dari tarian<br />

Barongsai adalah gerakan singa<br />

memakan amplop berisi uang yang<br />

disebut dengan istilah ‘Lay See’.<br />

Di atas amplop tersebut biasanya<br />

ditempeli dengan sayuran selada air<br />

yang melambangkan hadiah bagi sang<br />

Singa. Proses memakan ‘Lay See’ ini<br />

berlangsung sekitar separuh bagian<br />

dari seluruh tarian Singa.<br />

Kesenian barongsai diperkirakan<br />

masuk di Indonesia pada abad-17,<br />

ketika terjadi migrasi besar dari<br />

Cina Selatan. Barongsai di Indonesia<br />

mengalami masa maraknya ketika<br />

zaman masih adanya perkumpulan<br />

Tiong Hoa Hwe Koan. Setiap<br />

perkumpulan Tiong Hoa Hwe Koan<br />

di berbagai daerah di Indonesia<br />

hampir dipastikan memiliki sebuah<br />

perkumpulan barongsai.<br />

Perkembangan barongsai kemudian<br />

berhenti pada tahun 1965 setelah<br />

meletusnya Gerakan 30 S/PKI. Karena<br />

situasi politik pada waktu itu, segala<br />

macam bentuk kebudayaan Tionghoa<br />

di Indonesia dibungkam. Barongsai<br />

dimusnahkan dan tidak boleh<br />

dimainkan lagi. Perubahan situasi<br />

politik yang terjadi di Indonesia setelah<br />

tahun 1998 membangkitkan kembali<br />

kesenian barongsai dan kebudayaan<br />

Tionghoa lainnya. Banyak perkumpulan<br />

barongsai kembali bermunculan. Berbeda<br />

dengan zaman dahulu, sekarang tak hanya<br />

kaum muda Tionghoa yang memainkan<br />

barongsai, tetapi banyak pula kaum muda<br />

pribumi Indonesia yang ikut serta<br />

22 <strong>Santunan</strong> JULI <strong>2010</strong><br />

Barongsai di <strong>Aceh</strong><br />

Pada 27 Mei <strong>2010</strong> yang lalu dalam<br />

rangka ikut memeriahkan ulang tahun<br />

Kota Banda <strong>Aceh</strong>, Masyarakat Tionghoa<br />

ikut berpartisipasi dengan menggelarkan<br />

Barongsai di wilayah Penayong dan di<br />

Sungai Krueng <strong>Aceh</strong>. Barongsai yang di<br />

datangkan dari Medan ini di sambut hangat<br />

oleh masyarakat Tionghoa khususnya dan<br />

juga masyarakat <strong>Aceh</strong> pada umumnya<br />

sebagai suatu seni budaya yang energik,<br />

identik dengan seudati <strong>Aceh</strong> yang<br />

juga energik.<br />

Pagelaran Barongsai yang memberikan<br />

pesan kesejahteraan dan<br />

kedamaian ini memberikan warna<br />

tersendiri bagi masyarakat Tionghoa<br />

yang berdomisili di Banda <strong>Aceh</strong>.<br />

Kanwil <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> <strong>Aceh</strong>,<br />

Drs. H. A. Rahman TB, Lt, disela-sela<br />

pertemuan kami dengan beliau,<br />

menyambut baik kegiatan Barongsai<br />

tersebut, dan menharapkan kerjasama<br />

budaya ini pada akhirnya menjadi<br />

cerminan kehidupan yang nyaman,<br />

rukun dan aman di Nanggroe <strong>Aceh</strong><br />

Darussalam. n


Serah Terima Jabatan di Abdya<br />

<strong>Santunan</strong>-Blangpidie. Kepala Kantor<br />

<strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> Kabupaten <strong>Aceh</strong><br />

Barat Daya, H. Syarbaini, SH melaksanakan<br />

serah terima Jabatan Kepala Sub Bagian<br />

Tata Usaha Kantor <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong><br />

Kabupaten <strong>Aceh</strong> Barat Daya, dari Pejabat<br />

Lama Drs. H. Ibrahim Alimy kepada<br />

Pejabat Baru Drs. Muslim Husin pada hari<br />

Selasa tanggal 15 Juni <strong>2010</strong>, bertempat<br />

di Oproom Kantor <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong><br />

setempat.<br />

Dalam kesempatan yang sama juga<br />

dilakukan Pelantikan Pejabat lainnya,<br />

yaitu Kasi Mapenda, Kasi Penamas &<br />

<strong>Santunan</strong>-Langsa. Pelaksanaan Sosialisasi<br />

Bimbingan Calon Pengantin<br />

(catin) Langsa Kota bersama pengurus<br />

BP4, Rabu 02/06/10 yang berlangsung<br />

sesuai harapan selama satu hari penuh,<br />

dengan melibatkan 16 orang peserta<br />

yang mana peserta tersebut terdiri dari<br />

laki-laki dan perempuan pra nikah, dan<br />

pemateri direkrut dari KUA Kec. Langsa<br />

Kota, Pengurus BP4, Penyuluh <strong>Agama</strong><br />

Islam, dan Dinas Kesehatan Kota Langsa.<br />

Kegiatan ini merupakan program kerja<br />

di Kalangan Kantor <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong><br />

Kota Langsa.<br />

Kegiatan ini juga termotivasi atas<br />

pertemuan para geuchik dan imam<br />

gampong dalam wilayah kecamatan<br />

langsa kota dengan pengurus BP4 dan<br />

KUA Kec. Langsa Kota yang tertuang dalam<br />

suatu rapat musyawarah hasilkan sebuah<br />

kesimpulan bahwa kepada Pengurus<br />

BP4 dan KUA Kecamatan Langsa Kota<br />

agar melaksanakan kursus bagi calon<br />

pengantin yang akan melaksanakan<br />

pernikahan, kegiatan ini sangat diharapkan<br />

mengingat meningkatnya angka<br />

perceraian dan kekerasan dalam<br />

Pekapontren serta Penyelenggara Zakat<br />

dan Wakaf. Pejabat yang dilantik antara<br />

lain:<br />

1. Drs. Muslim Husin, menjadi<br />

Kasubbag TU Kandepag <strong>Aceh</strong> Barat Daya<br />

sebelumnya Kepala Seksi Penamas &<br />

Pekapontren, menggantian Drs. H. Ibrahim<br />

Alimy yang mendapat tugas baru sebagai<br />

Guru pada MAS Darusyari’ah Kota Banda<br />

<strong>Aceh</strong>.<br />

2. Jakfaruddin Ali Akbar, S.Ag, menjadi<br />

Kepala Seksi Mapenda, sebelumnya Guru<br />

pada MTsN Unggul Susoh, menggantikan<br />

Abdullah Sani S. Ag. Yang ditempatkan<br />

pada Guru MTsN Unggul Susoh.<br />

3. Drs. Abu Hasan K, yang sebelumnya<br />

Penyelenggara Zakat dan Wakaf,<br />

dipromosikan menjadi Kepala Seksi<br />

Penamas & Pekapontren, menggantikan<br />

Drs, Muslim Husin yang telah menjabat<br />

Kasubbag TU.<br />

4. M. Yatim MA, Staf Seksi Mapenda<br />

diberikan kepercayaan menduduki<br />

jabatan eselon menjadi Penyelenggara<br />

Zakat dan Wakaf menggantikan Drs. Abu<br />

Hasan K. n<br />

Kursus Calon Pengantin<br />

Disosialisasikan<br />

rumah tangga, hal ini disebabkan karena<br />

rendahnya pengetahuan dan<br />

pemahaman calon pengantin tentang<br />

kehidupan rumah tangga/keluarga.<br />

Dalam Pertemuan Kepala Kantor<br />

Urusan <strong>Agama</strong> Kecamatan Langsa Kota<br />

Drs. Ismail A. Janan mengatakan “kegiatan<br />

ini merupakan kegiatan perdana yang<br />

dilaksanakan pertama sekali oleh<br />

Kantor Urusan <strong>Agama</strong> di Kota Langsa,<br />

dan kegiatan ini juga sudah beberapa<br />

kali dilaksanakan, bukan hanya itu saja<br />

kepada peserta juga diberikan sertifikat”.<br />

Kegiatan Bimbingan calon Pengatin<br />

(catin) ini dilaksanakan berdasarkan Peraturan<br />

Dirjen. Bimbingan Masyarakat<br />

Islam Departemen <strong>Agama</strong> Nomor Dj.II/<br />

491 Tahun 2009 tanggal 10 Desember<br />

2009, dengan tujuan untuk meningkat-kan<br />

pemahaman dan pengetahuan tentang<br />

kehidupan rumah tangga/keluarga<br />

dalam mewujudkan keluarga sakinah,<br />

mawaddah warrahmah serta mengurangi<br />

angka perselisihan, perceraian, dan kekerasan<br />

dalam rumah tangga.n (Hendra<br />

Setiawan)<br />

<strong>Santunan</strong> JULI <strong>2010</strong><br />

MTsS Harapan<br />

Bangsa Meulaboh<br />

Adakan Wisuda<br />

<strong>Santunan</strong>-Meulaboh. Madrasah Tsanawiyah<br />

Swasta (MTsS) Harapan Bangsa<br />

Meulaboh, Kabupaten <strong>Aceh</strong> Barat (Sabtu,<br />

1/5/<strong>2010</strong>) mengadakan Ulang tahun ke 5<br />

berdirinya madrasah tersebut. Ketua panitia<br />

pelaksana kegiatan Syamsuddin, SPdI<br />

mengatakan, ada 2 acara inti yaitu Wisuda<br />

Perdana sekaligus penyerahan siswa kls IX<br />

tahun pelajaran 2009/<strong>2010</strong> kepada orang<br />

tua dan paparan ilmiah yaga disampaikan<br />

oleh Dr. Muhammad Abdurrahman, M Ed<br />

(Dosen Pasca Sarjana IAIN Ar-Raniry Banda<br />

<strong>Aceh</strong>).<br />

Kepala MTsS Harapan Bangsa, Drs.<br />

Mufrodin, menyampaikan momentum 5<br />

tahun berdirinya MTsS Harapan Bangsa<br />

sebagai tongggak kita bangkit, mengejar<br />

ketertinggalan, meningkatkan mutu<br />

dengan meningkatkan k<strong>edisi</strong>plinan dan<br />

keikhlasan dalam bekerja, insya Allah<br />

MADRASAH SWASTA HARAPAN BANGSA,<br />

lima tahun ke depan bisa bersaing dan<br />

bersanding sejajar dengan sekolah negeri<br />

baik MTSN/SMPN.<br />

Pada paparan ilmiah yang berjudul<br />

“MEMBANGUN MADRASAH MENJADI<br />

UNGGUL” ((Konsep, Strategi dan Pendekatan)<br />

Dr. Muhammad Abdurrahman, M<br />

Ed, memberikan tantangan, mampukah<br />

kita melahirkan alumni madrasah ini<br />

manusia-manusia yang berakhak mulia,<br />

orang-orang cerdas dan berbudi dan<br />

bisa masuk perguruan tinggi, dan juga<br />

orang-orang yang mampu menciptakan<br />

lapangan pekerjaan di masa depan? Hal<br />

ini penting karena sekolah bukan sematamata<br />

melahirkan orang-orang pandai,<br />

tetapi bagaimana sekolah bisa melahirkan<br />

orang-orang yang berani untuk hidup.<br />

Adapun konsep menjadikan madrasah<br />

unggul ini adalah nawaitu untuk<br />

menjadikan lembaga ini. Dalam tataran<br />

masyarakat <strong>Aceh</strong>, model inilah yang<br />

didamba-dambakan. Masyarakat hanya<br />

melihat bagaimana ketika anak-anak mereka<br />

tamat dari sebuah lembaga pendidikan,<br />

seberapa jauh keikhlasan kita dalam<br />

mengajar, membimbing anak-anak, bertanggung<br />

jawab terhadap lingkungan dan<br />

sebagainya agar mendukung lembaga ini<br />

menjadi madrasah terunggul. Kemudian<br />

sejauh mana komitmen kita dalam melahirkan<br />

anak-anak yang berakhlak mulia<br />

di masa depan sehingga meraka menjadi<br />

harapan masyarakat Meulaboh. n<br />

23


Sosialisasi KDRT di Kota Langsa<br />

<strong>Santunan</strong>-Langsa. Dharma Wanita<br />

Kantor <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> Kota<br />

Langsa, Rabu 02/06/10 melaksanakan<br />

Sosialisasi Kekerasan Dalam Rumah<br />

Tangga (KDRT), kegiatan yang<br />

berlangsung dalam beberapa jam<br />

tersebut terlaksana dengan sukses<br />

dengan pemateri Ny. Navri, MH (Ketua<br />

Umum Dharma Wanita Persatuan Kota<br />

Langsa), kegiatan yang berlangsung<br />

di aula MIN Paya Bujok Langsa ini<br />

melibatkan semua karyawan/i keluarga<br />

besar Kantor <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong><br />

Kota Langsa baik Kantor <strong>Kementerian</strong><br />

<strong>Santunan</strong>-Lhoksukon. Kepala Kantor<br />

<strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> <strong>Aceh</strong> Utara yang<br />

kini telah berpindah tugas ke kota Lhokseumawe,<br />

Rabu 27/01/10 meresmikan<br />

media Buletin Dakwah yang menjadi<br />

sarana informasi dan komunikasi bagi<br />

Penyuluh <strong>Agama</strong> Islam Fungsional dengan<br />

para tokoh masyarakat di wilayah<br />

Kecamatan.<br />

Acara tersebut berlangsung khidmat<br />

di auditorium kantor camat Langkahan.<br />

Turut hadir dan menyukseskan acara<br />

tersebut para unsur pimpinan beserta<br />

para staf dari kantor camat Langkahan,<br />

Kasubbag TU bersama beberapa orang<br />

staf kementerian agama <strong>Aceh</strong> Utara,<br />

seluruh Penyuluh <strong>Agama</strong> Islam Fungsional<br />

<strong>Aceh</strong> Utara, MPU kecamatan<br />

Langkahan, KUA kecamatan Langkahan,<br />

UPTD, para Geuchik dan Imeum Gampong,<br />

Penyuluh <strong>Agama</strong> Non-PNS serta<br />

jama’ah pengajian kantor kecamatan<br />

Langkahan.<br />

Dalam tausiyahnya, Drs. H.M. Daud<br />

Hasbi, M.Ag, mantan Kakankemag Kab.<br />

<strong>Agama</strong> Kota Langsa Maupun Madrasahmadrasah<br />

dijajaran Kantor <strong>Kementerian</strong><br />

<strong>Agama</strong> Kota Langsa, kegiatan ini<br />

merupakan salah satu program kerja<br />

Dharma Wanita Persatuan Kantor<br />

<strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> Kota Langsa Tahun<br />

<strong>2010</strong>.<br />

Kegiatan Sosialisasi KDRT ini<br />

terlaksana karena maraknya perceraian<br />

dan kekerasan dalam rumah tangga<br />

akibat kurangnya pemahaman dalam<br />

kehidupan berkeluarga sehingga<br />

tingkat keharmonisan berkurang,<br />

dalam kesempatan ini Ketua DW<br />

Persatuan Kantor <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong><br />

Kota Langsa Ibu Hj. Cut Nurlisma, S.Pd<br />

dalam laporannya mengatakan bahwa<br />

“ Kegiatan ini terlaksana agar kaum<br />

perempuan khususnya jangan selalu<br />

tertindas akibat tidak mengetahui hak<br />

dan kewajiban sebagai seorang istri<br />

dan begitu juga bagi kaum laki-laki<br />

agar mengetahui hak dan kebajibannya<br />

sebagai seorang suami, intinya seorang<br />

24 <strong>Santunan</strong> JULI <strong>2010</strong><br />

suami dan istri yang mengetahui hak<br />

dan kewajibannya dalam kehidupan<br />

berkeluarga maka akan tercipta<br />

kehidupan yang lebih harmonis”.<br />

Dalam Kesempatan Yang sama<br />

Bapak Drs. H. M. Yunus Ibrahim, M.Pd<br />

(Kepala Kantor <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong><br />

Kota Langsa) dalam sambutannya juga<br />

menyampaikan bahwa “Kekerasan<br />

Dalam Rumah Tangga bisa terjadi akibat<br />

faktor <strong>Agama</strong>, ilmu pengetahuan,<br />

komunikasi yang tidak lancar,<br />

ekonomi, penataan rumah tangga<br />

yang tidak sesuai, jika hal ini tidak bisa<br />

diseimbangkan maka kekerasan dalam<br />

rumah tangga akan dengan mudah<br />

tercipta” sebelum beliau menutup<br />

sambutannya beliau berharap setelah<br />

selesai mengikuti kegiatan ini, agar<br />

kedepannya nanti tidak akan lagi tercipta<br />

Kekerasan Dalam Rumah Tangga yang<br />

dampaknya dapat merugikan kedua<br />

belah pihak baik bagi suami maupun<br />

istri. n (Hendra Setiawan)<br />

Media Penyuluhan Diresmikan<br />

<strong>Aceh</strong> Utara ini menyatakan, di era globalisasi<br />

ini jarang sekali ditemukan format<br />

penyuluhan agama (dakwah) yang<br />

lebih berorientasi menyadarkan umat<br />

dari ketertinggalan. Pasalnya, umat<br />

Islam pada umumnya masih rendah<br />

akan minat baca dan kurang subur akan<br />

budaya menulis. Padahal, kata beliau,<br />

bila kita bercermin pada negara seperti<br />

Singapura dan Jepang, ketika berada di<br />

angkutan umum, maka kita akan dapati<br />

hampir seluruh penumpang tengah<br />

asyik membaca.<br />

Kini buletin Dakwah <strong>edisi</strong> perdana<br />

yang sedang diresmikan tersebut, mengangkat<br />

tema “Makna Hijrah Dalam<br />

Dakwah: Meninggalkan Kejumudan Paradigma<br />

Berfikir ke Arah Renaissance”.<br />

Substansinya, bahwa kejayaan Madinah<br />

Al-Munawwarah yang dibentuk<br />

oleh Rasulullah berawal dari sebuah<br />

Gampong bernama Yatsrib yang dihuni<br />

oleh bermacam-macam suku dan<br />

penganut agama sebagaimana halnya<br />

di kecamatan Langkahan. Nah, jika<br />

masyarakat Langkahan mampu meninggalkan<br />

pola fikir jumud ke arah renaissance,<br />

maka tidak mustahil Langkahan<br />

akan berjaya dan menjadi Langkahan<br />

yang Al-Munawwarah, kata Abi.<br />

Pada akhirnya Abi merasa bahagia,<br />

di mana Penyuluh <strong>Agama</strong> Fungsional kecamatan<br />

Langkahan yang belum genap<br />

seumur jagung telah berinovasi untuk<br />

membidani lahirnya media penyuluhan<br />

yang belum pernah dilakukan oleh penyuluh<br />

di kecamatan lain, dan diharapkan<br />

bagi mereka untuk bisa lebih banyak<br />

berbuat dalam mencerdaskan umat.<br />

Acara peresmian media penyuluhan<br />

ini ditutup dengan launching Buletin<br />

Dakwah secara simbolis dan penandatanganan<br />

secara resmi oleh camat<br />

Langkahan Bapak Drs. Amir Hamzah<br />

dan Kepala Kantor <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong><br />

Kabupaten <strong>Aceh</strong> Utara Bapak Drs. Daud<br />

Hasbi, M.Ag serta dilanjutkan do’a oleh<br />

ketua MPU kecamatan Langkahan Tgk.<br />

H. Abdullah Yusuf.n(M. Romli, S.HI)


Pembinaan Lembaga Pendidikan<br />

Islam di Bener Meriah<br />

<strong>Santunan</strong>-Redelong. <strong>Kementerian</strong><br />

<strong>Agama</strong> Kabupaten Bener Meriah c/q<br />

Seksi Pekapontren dan Penamas, selasa<br />

11/05/10 mengadakan pembinaan<br />

Lembaga Pendidikan Keagamaan Islam<br />

se-Kabupaten Bener Meriah.<br />

Acara yang berlangsung sehari<br />

terlaksana di Aula Kantor <strong>Kementerian</strong><br />

<strong>Agama</strong> Kabupaten Bener Meriah.<br />

Kegiatan ini diikuti oleh 90 peserta<br />

yang berasal dari Pondok Pesantren,<br />

Madrasah Diniyah, Ketua Badan Kontak<br />

Majlis Ta’lim (BKMT) Kecamatan,<br />

Supervisor LPPTKA Kecamatan, dan<br />

Penyuluh <strong>Agama</strong> Islam Fungsional.<br />

Ketua Panitia, Azhari Ramadhan,<br />

M.Ag, menyatakan kegiatan tersebut<br />

bertujuan untuk memberikan pelayanan<br />

dan bimbingan teknis terhadap<br />

Lembaga Pendidikan Keagamaan<br />

Islam, meningkatkan Administrasi dan<br />

Tata Kelola Pendidikan Keagamaan,<br />

mengembangkan potensi ekonomi<br />

dan agrobisnis pada Pondok Pesantren.<br />

Dengan pembinaan diharapkan<br />

Lembaga Pendidikan Keagamaan Islam<br />

khususnya Pesantren dapat lebih<br />

meningkatkan kualitas administrasi<br />

dan tata kelola Pondok Pesantren. Di<br />

sisi lain sesuai dengan kondisi daerah<br />

Bener Meriah yang sangat potensial<br />

dibidang pertanian maka pengembangan<br />

potensi ekonomi Pondok Pesantren<br />

diarahkan pada sektor pertanian<br />

dan agrobisnis. Pada saatnya nanti diharapakan<br />

pesantren dapat mengembangkan<br />

kemandiriannya.<br />

Kepala Kantor <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong><br />

Kabupaten Bener Meriah, Drs. Amrun<br />

Saleh, dalam sambutannya menyatakan<br />

<strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> bertugas<br />

memberikan Regulasi, Motivasi dan<br />

fasilitas kepada Lembaga Pendidikan<br />

Keagamaan Islam. Berdasarkan<br />

peraturan Pemerintah nomor 9 Tahun<br />

2005 tentang Kedudukan, Tugas,<br />

Fungsi, Susunan Organisasi, dan Tata<br />

Kerja <strong>Kementerian</strong> Negara Republik<br />

Indonesia yang telah disempurnakan<br />

dengan Peraturan Pemerintah nomor<br />

62 Tahun 2005 Pasal 63, Departemen<br />

<strong>Agama</strong> mempunyai tugas membantu<br />

Presiden dalam menyeleggarakan<br />

sebagian Urusan Pemerintahan di bidang<br />

Keagamaan. Dengan kata lain,<br />

Departemen <strong>Agama</strong> memjadi Lead<br />

agency dalam perumusan dan pelaksanaan<br />

Program Pembangunan bidang<br />

<strong>Agama</strong>. Kesempatan itu juga beliau<br />

gunakan untuk berta’aruf, karena<br />

beliau baru saja menjabat sebagai<br />

Kepala Kantor <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong><br />

Kabupaten Bener Meriah menggantikan<br />

pejabat lama H. Ilyas AR, S.Ag<br />

yang memasuki masa pensiun.<br />

Acara ini dibuka oleh Bupati Bener<br />

Meriah yang diwakili oleh Asisten III,<br />

Tasnim SH, M.Hum. Dalam sambutannya,<br />

Bupati, menyatakan akan terus<br />

eksis dalam membina kegiatan-kegiatan<br />

keagamaan di Kabupaten Bener<br />

Meriah. Pada dasarnya, Syari’at Islam<br />

yang sudah berlaku secara formal<br />

di <strong>Aceh</strong> sejak 2003 harus didukung<br />

dan di implementasikan oleh seluruh<br />

jajaran Pemerintahan dan seluruh<br />

lapisan masyarakat . Pemerintah Kabupaten<br />

Bener Meriah, kata Bupati,<br />

tetap komitmen dalam melaksanakan<br />

Syari’at Islam secara kaffah. n<br />

<strong>Santunan</strong> JULI <strong>2010</strong><br />

Murid TPQ Plus<br />

Baiturrahman<br />

Diwisuda<br />

<strong>Santunan</strong>-Banda <strong>Aceh</strong>. Taman Pengajian<br />

Al-Qur`an (TPQ) Plus Baiturrahman<br />

kembali menggelar wisuda<br />

bagi 242 murid, Ahad 20 Juni <strong>2010</strong>.<br />

Tasyakkur ke 14, Wisuda ke 11 dan<br />

Munaqasyah ke 7 itu kembali digelar<br />

di AAC Dayan Dawood, Darussalam.<br />

Tema tasyakkur (kenaikan tingkat dari<br />

TKQ dan TPQ ke TQA), wisuda (kenaikan<br />

jenjang dari TQA ke TQS), dan<br />

munaqasyah (lulus dari TQS) tahun ini,<br />

“Menyatukan Persepsi Demi Pendidikan<br />

Islam nan Qur`ani.” Dalam usianya<br />

yang sudah lebih 14 tahun, alumni TPQ<br />

Plus (lewat wisuda dan munaqasyah)<br />

sudah lebih 600 murid. “Dukungan<br />

pemerintah selalu kuat untuk pendidikan<br />

agama,” ujar Drs H Syaiba Ibrahim,<br />

Karo Keistimewaan <strong>Aceh</strong>, dalam<br />

sambutannya.<br />

Seiring dengan agenda tahunan ini,<br />

juga diadakan pembagian rapor dan<br />

pengumuman para juara untuk semua<br />

jenjang (kelas). “Dua pekan sebelum<br />

wisuda, atau usai ujian, TPQ Plus juga<br />

menggelar aneka musabaqah dan<br />

lomba kreatif family day,” jelas Ketua<br />

Panitia, Nadiatul Hikmah SAg. “Acara<br />

ini sebagai gantian HB3 (Hari Belajar,<br />

Bermain, dan Beramal ke luar masjid),<br />

tujuannya, di samping jadi ajang pencarian<br />

bakat murid, silaturrahmi, dan<br />

juga refresing para murid, ustadz, dan<br />

wali setelah ujian,” tambah Sekretaris<br />

Panitia, Ridhwan SPdI.<br />

Direktur TPQ Plus Muhammad<br />

Yakub Yahya MAg menambahkan,<br />

“Karena tahun lalu tidak menerima<br />

murid, TPQ Plus pada sore 24-25 Juni,<br />

menerima kembali murid baru untuk<br />

jenjang TKQ (5-7 tahun), TPQ (8-12<br />

tahun), TQA (13-15 tahun), dan TQS<br />

(16-18), walaupun sangat terbatas.<br />

Pengembalian formulir murid baru<br />

28-29 Juni. Daftar ulang murid lama<br />

(murid tasyakkur dan wisuda 30 Juni<br />

sampai 3 <strong>Juli</strong>). Pengajian kembali aktif<br />

12 <strong>Juli</strong> mendatang. Jadi libur sejak 21<br />

Juni hingga 11 <strong>Juli</strong>.n (yakub)<br />

25


<strong>Santunan</strong> - Banda <strong>Aceh</strong>. Dalam<br />

rangka peningkatan prestasi pada<br />

ajang Pekan Olah Raga dan Seni Pondok<br />

Pesantren Nasional V yang akan<br />

diselenggarakan pada tanggal 5 sampai<br />

dengan 11 <strong>Juli</strong> <strong>2010</strong> di Surabaya,<br />

dilakukan Seleksi Tingkat <strong>Prov</strong>insi pada<br />

tanggal 4 sampai dengan 7 Juni <strong>2010</strong>.<br />

Seleksi ini dimaksudkan untuk menjaring<br />

peserta terbaik untuk diikutsertakan<br />

pada POSPENAS V nantinya.<br />

Seleksi ini diikuti oleh 14 Kabupaten/Kota<br />

dengan jumlah peserta<br />

279 orang dengan didampingi oleh 71<br />

orang official kontingen. Kakanwil <strong>Kementerian</strong><br />

<strong>Agama</strong> yang diwakili Kepala<br />

bidang URAIS mengharapkan bahwa<br />

POSPENAS V hendaknya prestasi <strong>Aceh</strong><br />

dapat lebih meningkat dibandingkan<br />

dengan POSPENAS sebelumnya, untuk<br />

itu Kakanwil mengharapkan kerja keras<br />

1.100 Siswa Madrasah <strong>Aceh</strong> Utara<br />

<strong>Santunan</strong>-Lhoksukon. Kepala Kantor<br />

Kementrian <strong>Agama</strong> <strong>Aceh</strong> Utara Drs. H.<br />

Zulkifli Idris mengharapkan pembukaan<br />

kegiatan Porseni untuk kalangan sekolah<br />

Madrasah agar terus ditingkatkan<br />

supaya dapat menumbuhkan minat<br />

siswa menggalang pretasi dalam<br />

berolah raga dan seni.<br />

“Porseni merupakan kegiatan yang<br />

selalu berlangsung dan diperlombakan<br />

setiap dua tahun sekali, oleh karena<br />

itu Kantor Kementrian <strong>Agama</strong> <strong>Aceh</strong><br />

Utara optimistis mendukung acara<br />

bergengsi tersebut guna mencari<br />

bibit dan bakat seni di kalangan siswa<br />

Seleksi POSPENAS V<br />

Tingkat <strong>Prov</strong>insi <strong>Aceh</strong><br />

panitia dalam menjaring dan membina<br />

para peserta, ini diungkapkan Kakanwil<br />

pada acara pembukaan Seleksi POSPE-<br />

NAS V yang dipusatkan di Asrama Haji<br />

Embarkasi Banda <strong>Aceh</strong>. Selain itu, Kakanwil<br />

juga mengharapkan hendaknya<br />

ajang seleksi POSPENAS dimamfaatkan<br />

sebagai ajang silaturrahmi antar santri<br />

dalam wilayah <strong>Prov</strong>insi <strong>Aceh</strong>.<br />

Seleksi ini mengambil beberapa<br />

lokasi, diantaranya Stadiun Harapan<br />

Bangsa Lhong Raya, MAN 2 Banda<br />

<strong>Aceh</strong>, aula Kanwil <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong><br />

<strong>Prov</strong>insi <strong>Aceh</strong> dan Asrama Haji Embarkasi<br />

Banda <strong>Aceh</strong>. Olahraga yang<br />

diseleksi dalam kegiatan ini adalah<br />

bulu tangkis, tenis meja, dan atletik. Sementara<br />

di bidang seni diperlombakan<br />

puitisasi Al-Qur’an, kaligrafi, pidato bahasa<br />

Indonesia, Arab dan Inggris. Dalam<br />

seleksi ini panitia memberlakukan<br />

Ikut Lomba Porseni<br />

Madrasah” ungkapnya pada acara<br />

pembukaan Porseni tingkat Madrasah<br />

Ibtidayah, di MIN Geudong, belum<br />

lama ini.<br />

26 <strong>Santunan</strong> JULI <strong>2010</strong><br />

sistem standarisasi nilai dalam menjaring<br />

peserta yang akan diberangkatkan<br />

diajang POSPENAS V nantinya. Kendati<br />

cuaca hujan, seleksi POSPENAS V<br />

Tingkat <strong>Prov</strong>insi <strong>Aceh</strong> tetap berjalan<br />

sesuai dengan rencana dan ditutup<br />

pada hari minggu, 7 Juni <strong>2010</strong>. Dalam<br />

penutupan Seleksi tidak diumumkan<br />

secara resmi para peserta yang akan<br />

diberangkatkan ke POSPENAS V di<br />

Surabaya, pengumuman peserta akan<br />

diumumkan melalui surat keputusan<br />

Kepala Kantor Wilayah <strong>Kementerian</strong><br />

<strong>Agama</strong> <strong>Prov</strong>insi <strong>Aceh</strong> dengan memperhatikan<br />

hasil penilaian dewan juri<br />

pada masing-masing cabang Olahraga<br />

dan seni. Berikut adalah para pemenang<br />

bidang Olahraga dan Seni pada<br />

Seleksi POSPENAS V Tingkat <strong>Prov</strong>insi<br />

<strong>Aceh</strong> Tahun <strong>2010</strong>. n (Zarkasyi)<br />

Menurutnya, melalui kegiatan<br />

Porseni bisa memicu minat siswa<br />

dalam mengukir pretasi apa lagi<br />

tidak hanya kegiatan olah raga yang<br />

diperlombakan, tetapi hal yang<br />

lebih penting terdorong minat seni<br />

membaca Al-Quran dikalangan remaja.<br />

salah satu manfaat dari Porseni adalah<br />

giatnya para siswa Madrasah untuk<br />

terus belajar khususnya mereka yang<br />

ada bakat dalam bidang olah raga dan<br />

seni. Kegiatan ini didukung penuh oleh<br />

mayoritas kalangan guru seperti siap<br />

membantu dana pada setiap adanya<br />

pertandingan dan perlombaan.


Sementara itu, Drs. Hamdani<br />

A Jalil, Ketua Pelaksana Porseni<br />

tingkat MI se-kabupaten <strong>Aceh</strong> Utara<br />

mengatakan sebanyak 1.100 siswa<br />

MI tahun ini diperlombakan mereka<br />

yang unggul akan mewakili <strong>Aceh</strong><br />

Utara mengikuti lomba berikutnya.<br />

Mengacu pada Porseni tingkat Propinsi<br />

se-Nanggroe <strong>Aceh</strong> Darussalam yang<br />

akan berlangsung di Meulaboh<br />

<strong>Aceh</strong> Barat pada pertengahan juli<br />

<strong>2010</strong> mendatang. Acara tersebut<br />

di laksanakan oleh Kantor Wilayah<br />

Kementrian <strong>Agama</strong> NAD dengan<br />

peserta dari seluruh daerah TK II<br />

dalam wilayah ini.<br />

Hamdani menyebutkan, acara<br />

yang diperlombakan untuk siswa<br />

MI itu, antara lain seni membaca Al-<br />

Quran, cerdas cermat, dan aneka<br />

Tim Drum Band Perguruan Muhammadiyah pada perayaan HUT Kabupaten <strong>Aceh</strong> Singkil, 27 April <strong>2010</strong><br />

<strong>Santunan</strong> JULI <strong>2010</strong><br />

ragam kegiatan olah raga. Acara di<br />

mulai sejak 8 -12 Mei mendatang.<br />

Secara terpisah, Baharuddin, S.Pd<br />

pengurus Forum Komunikasi Guru<br />

Madrasah (FK-GuM) <strong>Aceh</strong> Utara<br />

mengatakan pihaknya menyambut<br />

baik kegiatan Porseni yang digelar<br />

tingkat MI, bahkan dengan adaya<br />

kegiatan Porseni bisa menyambung<br />

persaudaraan antar sekolah.<br />

FK-GuM <strong>Aceh</strong> Utara juga ikut<br />

menyarankan Kementrian <strong>Agama</strong><br />

dapat menganggarkan dana dalam<br />

DIPA untuk mendukung kegiatan<br />

seperti Porseni menyusul selama<br />

ini pekan olah raga tersebut semua<br />

dana melalui bantuan guru. Pada hal<br />

acara itu jauh lebih bermanfaat untuk<br />

menunjang kegiatan belajar siswa.<br />

Disisi lain tambah Baharuddin,<br />

pengurus FK-GuM ikut bangga<br />

dengan terlaksana acara Porseni<br />

yang dilaksanakan jauh lebih meriah<br />

kendatipun sumber pendanaan dari<br />

semua guru yang ada di daerah ini,<br />

mestinya Kementrian <strong>Agama</strong> <strong>Aceh</strong><br />

Utara dapat mengusulkan ke pusat<br />

anggaran Porseni setiap tahunnya.<br />

(Sulaiman)<br />

Umat Buddha se-<strong>Aceh</strong><br />

Rayakan Hari Tri Suci Waisak<br />

<strong>Santunan</strong>-Banda <strong>Aceh</strong>. 500-an Umat Budha se-<strong>Prov</strong>insi<br />

<strong>Aceh</strong> berkumpul di Taman Budaya, Banda <strong>Aceh</strong>, 6 Juni <strong>2010</strong>,<br />

dalam rangka Peringata Hari Tri Suci Waisak ke 2554 Tahun<br />

<strong>2010</strong>. Hadir mewakili Kepala Kantor Wilayah <strong>Kementerian</strong><br />

<strong>Agama</strong> <strong>Prov</strong>insi <strong>Aceh</strong>, Pymt. Pembimas Budha, Wiswadas,<br />

M.Si. Acara ini digagas dan dilaksanakan oleh Sekretariat<br />

Bersama Persaudaraan Muda II Vihara Budayana lndonesia<br />

<strong>Prov</strong>insi <strong>Aceh</strong>.<br />

Dalam sambutan tertulis yang dibacakan oleh Wiswadas,<br />

M.Si, Kakawil <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> <strong>Aceh</strong>, Drs.H. Arahman<br />

TB, Lt megharapkan peran aktif para pemuda dalam<br />

membina kerukunan kehidupan umat beragama, sekaligus<br />

menjadi motor penggerak bagi kemajuan bangsa.<br />

Dalam kesempatan itu juga diinformasikan bahwa pemuda<br />

Budhis <strong>Aceh</strong> pada tahun ini juga akan mengikuti dua<br />

event Nasional, yaitu : Swayamvara Tri Pitaka Gatha Tingkat<br />

Nasional VII di TMI Jakarata dan Sippa Dhamma Samajja<br />

Tingkat Nasional II di Bogor.<br />

Untuk mengambil hikmah dari Dharmashanti Waisak<br />

2554 / <strong>2010</strong>, Rohaniwan Buddha Suhu Nyanapada menyampaikan<br />

doa kesehatan, selamatan, kebahagian bagi<br />

Bapak Alm. Tengku Hasan Muhammad di Tiro, para korban<br />

Tsunami, Umat Buddha Se- <strong>Aceh</strong>, Masyarakat <strong>Aceh</strong> dan<br />

Negara Republik Indonesia.<br />

Acara Dharmashanti Waisak 2554 / <strong>2010</strong> di selengi dengan<br />

hiburan dan ditutup dengan Foto bersama Pembimas<br />

Buddha Kanwil <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> <strong>Prov</strong>insi <strong>Aceh</strong>, Pengurus<br />

Majelis Buddhayana Pusat, Rohaniwan Buddha, Panitia<br />

Dharmashanti Waisak 2554/ <strong>2010</strong> dan pengurus Sekber<br />

PMVMBI <strong>Prov</strong>. <strong>Aceh</strong>. (Wiswadas)<br />

27


Da’i dan Juga Kristolog Zakir Naik<br />

Dilarang Masuk ke Inggris<br />

<strong>Santunan</strong>-London. Menteri Dalam Negeri Inggris melarang<br />

seorang da’i terkemuka asal India masuk ke negara<br />

Inggris dengan alasan pernyataan dan perilakunya dapat<br />

memprovokasi orang.<br />

Surat kabar Inggris Daily Telegraph melaporkan bahwa<br />

da’i kondang asal India, Zakir Naik (44 tahun) dilarang masuk<br />

ke Inggris karena dianggap pernyataan dan isi ceramahnya<br />

dapat menghasut umat Islam untuk menjadi teroris.<br />

Zakir Naik sendiri dijadwalkan akan memberikan<br />

serangkaian ceramah di London dan kota Sheffield, menurut<br />

informasi yang beredar.<br />

Surat kabar itu menambahkan: “Sekretaris menteri dalam<br />

negeri memutuskan untuk mencegah Naik masuk ke Inggris<br />

karena pernyataan-pernyataan yang dibuat olehnya tidak<br />

bisa diterima, hal ini berlaku baik dalam tulisan maupun<br />

ucapan serta buku-buku yang diterbitkan, yang kesemuanya<br />

itu dapat memicu kekerasan, memuliakan terorisme atau<br />

Aktivis Freedom Flotilla: Israel Telah<br />

Merampok Kami<br />

<strong>Santunan</strong>-London. Aktivis armada kebebasan mengatakan<br />

bahwa pasukan Israel yang menangkap mereka telah<br />

mencuri beberapa barang pribadi milik mereka dan sampai<br />

saat ini masih belum dikembalikan.<br />

Para aktivis itu mengatakan setelah mereka diculik dan<br />

dipenjarakan, banyak di antara mereka dipukuli dan terluka<br />

dan hampir semua harta benda mereka disita oleh pasukan<br />

Israel,” AFP mengutip pernyataan dari lembaga dana dan<br />

bantuan hukum untuk Palestina yang berbasis di Inggris<br />

yang mengatakan awal pekan ini.<br />

Harian Inggris The Guardian mengatakan Jumat lalu<br />

bahwa Israel tidak hanya merampas uang dan barang yang<br />

diperuntukkan bagi rakyat miskin di Gaza, tetapi juga menyita<br />

sebagian besar milik pribadi para aktivis armada Kebebasan.<br />

Bahkan tentara Israel telah menggunakan kartu debit<br />

aktivis armada kebebasan yang merek sita untuk membeli<br />

barang seperti aksesoris iPod, sementara itu ponsel para<br />

aktivis juga disita dan mereka juga dilarang menerima panggilan<br />

telepon, kata laporan tersebut.<br />

Aktivis kemanusiaan asal California Kathy Sheetz menyatakan<br />

bahwa dia telah dikenakan biaya lebih dari $ 1.000 dalam<br />

transaksi dari mesin ATM di Israel sejak tanggal 6 Juni.<br />

“Mereka jelas-jelas mengambil kartu saya dan menggu-<br />

28 <strong>Santunan</strong> JULI <strong>2010</strong><br />

berusaha memprovokasi orang lain untuk melakukan tindakan<br />

terorisme.”<br />

Zakir Naik adalah da’i paling populer ketiga di India, dan<br />

pada tahun 2009 menduduki peringkat 82 pada daftar tokoh<br />

yang berpengaruh paling kuat di India, telah mengunjungi<br />

Inggris pada tahun 2006 untuk memberikan ceramah dan<br />

khotbah.<br />

Sekretaris kementerian dalam negeri Inggris seperti<br />

dilaporkan oleh surat kabar, menyatakan bahwa mereka telah<br />

memutuskan untuk mencegah Naik memasuki Inggris dengan<br />

alasan adanya laporan yang dibuat dan merupakan bukti atas<br />

sikap dan perilaku Naik yang tidak dapat diterima.<br />

Zakir Naik sendiri dianggap sebagai da’i yang mumpuni<br />

dalam urusan berdebat soal kristologi, dia dianggap sebagai<br />

pengganti dari almarhum Syaikh Ahmad Deedat yang<br />

merupakan da’i kondang dalam urusan berdebat dengan<br />

agama kristen.n (eramuslim)<br />

nakannya,” kata aktivis Inggris Musaji Ebrahim mengatakan<br />

kepada surat kabar.<br />

“Ketika mereka mengambil barang-barang kami seperti<br />

video dan kartu debit dan menggunakannya, serta ponsel<br />

kami, itu menjadi sedikit lelucon,” katanya.<br />

“Kami disandera, kami diserang, dan sekarang mereka<br />

pasukan Israel juga mencuri barang kami. Jika polisi menyita<br />

barang Anda di Inggris, mereka tidak akan menggunakan<br />

barang-barang Anda.”<br />

Israel masih menahan setidaknya 1 juta poundsterling<br />

(lebih dari $ 1,4 juta) dari nilai barang dan uang tunai dari<br />

pasokan bantuan yang disita dan milik pribadi, kutip The<br />

Guardian dari perkataan aktivis kebebasan.<br />

Surat kabar itu mengatakan beberapa paspor, tiga di<br />

antaranya milik warga negara Inggris, masih belum dikembalikan.<br />

Mata-mata badan intelijen Israel Mossad telah dikenal<br />

luas karena menggunakan paspor palsu untuk menutup<br />

identitas asli mereka.<br />

Masalah ini menjadi skandal serius bagi Israel ketika<br />

ditemukan bahwa agen Mossad yang membunuh komandan<br />

Hamas Mahmud al-Mabhuh di Dubai pada tanggal 19<br />

Januari telah menggunakan paspor asing untuk memasuki<br />

dan meninggalkan Uni Emirat Arab. n (eramuslim)


<strong>Aceh</strong>, 10 Besar Juara MTQN<br />

<strong>Santunan</strong>-Bengkulu. Pada pelaksanaan<br />

MTQN ke 23 yang lalu di Bengkulu,<br />

Kafilah <strong>Aceh</strong> berada pada posisi<br />

ke-9.<br />

Posisi pertama ditempati Jawa<br />

Barat dengan sembilan emas, enam<br />

perak dan dua perunggu dari sejumlah<br />

cabang dan golongan.<br />

Sementara posisi kedua ditempati<br />

Kafilah <strong>Prov</strong>insi DKI Jakarta dengan<br />

perolehan delapan emas, enam perak<br />

dan lima perunggu.<br />

Tempat ketiga ditempati Kafilah<br />

<strong>Prov</strong>insi Banten dengan dua emas,<br />

enam perak dan tiga perunggu diserahkan.<br />

<strong>Santunan</strong>-Solo. Dalam urusan<br />

Zakat, Singapura ternyata lebih maju.<br />

Setidaknya dalam konsep zakat pengurang<br />

pajak yang saat ini sedang<br />

diperjuangkan lembaga amil zakat di<br />

Indonesia, rupanya telah diterapkan<br />

cukup lama di negara tersebut. Bahkan<br />

sistem pembayaran pajak dan<br />

zakat sudah terhubung secara terpadu<br />

sehingga memudahkan bagi warga<br />

muslim disana untuk melakukan transaksi<br />

di satu tempat saja.<br />

``Indonesia belum sampai ke sana<br />

tapi akan menerapkan pola itu apabila<br />

amandemen undang-undang No<br />

38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan<br />

Zakat dapat terwujud tahun ini,`` kata<br />

KH Diddin Hafiduddin, ketua umum<br />

Badan Amil Zakat Nasional (Baznas)<br />

di sela-sela pertemuan dewan zakat<br />

Mabims ke II di Solo, Kamis (10/6).<br />

Acara yang dihadiri para delegasi dari<br />

empat negara muslim di Asia Tenggara<br />

itu dibuka oleh Dirjen Bimas Islam<br />

Kemenag, Prof Nazaruddin Umar.<br />

Direktur Dompet Dhuafa, Mohammad<br />

Arifin Purwakananta juga<br />

menambahkan, di Singapura seorang<br />

wajib pajak yang kelebihan membayar<br />

pajaknya langsung mendapat restitusi<br />

apabila ternyata pembayaran<br />

zakatnya belum dihitung. ``Kalau di<br />

kita kan tidak. Restitusi harus diurus<br />

sendiri. Kalau kita lihat, kantor Pajak<br />

Sementara kafilah yang masuk dalam<br />

10 besar MTQN <strong>2010</strong> di posisi keempat<br />

yaitu <strong>Prov</strong>insi Kepulauan Riau,<br />

kelima Sumatera Barat, dan keenam<br />

Riau.<br />

Posisi ketujuh ditempati tiga<br />

provinsi dengan nilai yang sama yaitu<br />

Kafilah <strong>Prov</strong>insi Bengkulu, Sulawesi Selatan,<br />

Papua Barat, kedelapan ditempati<br />

Kalimantan Timur, kesembilan<br />

ditempati dua provinsi yakni <strong>Prov</strong>insi<br />

Jawa Timur dan <strong>Prov</strong>insi <strong>Aceh</strong>.<br />

Sementara di urutan kesepuluh<br />

juga ditempati dua provinsi yaitu<br />

<strong>Prov</strong>insi Sumatera Utara dan <strong>Prov</strong>insi<br />

Maluku.n(ant/ts)<br />

Zakat Pengurang Pajak Mendesak<br />

Diberlakukan<br />

mengeluarkan nomor pokok wajib pajak<br />

(NPWP) dan lembaga zakat mengeluarkan<br />

nomor pokok wajib zakat<br />

(NPWZ). Mestinya cukup satu saja,``<br />

jelas Arifin yang dihubungi terpisah.<br />

Keduanya berpendapat sudah<br />

saatnya antara pajak dan zakat bisa<br />

disinergikan. Namun untuk menuju ke<br />

sana, kendalanya pada regulasi tentang<br />

pengelolaan zakat yang belum<br />

mengatur zakat sebagai pengurang<br />

pajak (zakat kredit pajak). Mabims<br />

merupakan organisasi lembaga zakat<br />

di negara-negara muslim di Asia<br />

Tenggara yakni Malaysia, Brunei Darusssalam,<br />

Indonesia dan Singapura.<br />

Mabims menjadi wadah untuk berbagi<br />

pengalaman tentang pengelolaan<br />

zakat di negara-negara muslim.<br />

Berkaca dari permasalahan tersebut<br />

diatas, Didin mengaku lembaga<br />

amil zakat sedang memperjuangkan<br />

amademen UU No 38 Tahun 1999.<br />

Komisi VIII sebagai mitra kerja lembaga<br />

zakat sudah menjanjikan penyelesaian<br />

amandemen pada tahun <strong>2010</strong>.<br />

Dalam kerangka itu, ada tiga hal yang<br />

akan diusulkan agar masuk dalam perubahan<br />

undang-undang tersebut.<br />

Pertama menyangkut pembenahan<br />

kelembagaan zakat agar lebih terkoordinasi<br />

dengan baik.<br />

Masalah berikutnya, menyangkut<br />

zakat sebagai pengurang pajak. Hal ini<br />

<strong>Santunan</strong> JULI <strong>2010</strong><br />

sangat penting sekali karena berkaitan<br />

dengan percepatan penggalian zakat.<br />

Karena jika ini terwujud maka potensi<br />

zakat dapat bertambah. Ia mengatakan,<br />

saat ini potensi zakat tiap tahun<br />

Rp 20 triliun. Bila zakat pengurang pajak<br />

diterapkan maka potensi ini akan<br />

bertambah sekitar 50 persennya atau<br />

menjadi Rp 30 triliun.<br />

Keuntungan lainnya dari zakat<br />

kredit pajak adalah memudahkan<br />

dalam penghitungan kekayaan seseorang.<br />

``Nilai zakat 2,5 persen dari kekayaan<br />

yang dimiliki. Jadi kalau zakatnya<br />

terus meningkat berarti kekayaan<br />

juga naik,`` tegasnya.(Pinmas)<br />

Saudi Batasi<br />

Jumlah Pemakaman<br />

di Tanah Suci<br />

<strong>Santunan</strong>-Makkah. Warga Arab<br />

Saudi tak bakal gampang lagi minta<br />

dimakamkan di Tanah Suci. Pasalnya,<br />

<strong>Kementerian</strong> Dalam Negeri Arab Saudi<br />

berencana untuk menghentikan praktek<br />

semakin populer Muslim setempat<br />

yang mencari pemakaman di Kota Suci<br />

Mekah dan Madinah.<br />

Siaran resmi lembaga ini mengatakan<br />

semua Muslim, apakah Saudi atau<br />

asing, harus dikubur di tempat di mana<br />

mereka meninggal. Dalam sebuah artikel<br />

yang dipublikasi Arabnews, Dewan<br />

Tinggi Ulama telah sepakat bahwa<br />

keluarga tidak harus membawa mayat<br />

orang yang dicintai ke kota-kota suci<br />

untuk penguburan.<br />

“Berdasarkan syariah (hukum Islam)<br />

, mayat harus dikubur tanpa penundaan<br />

sebelum mayat itu mulai<br />

membusuk,” kata <strong>Kementerian</strong> itu.<br />

Surat kabar itu mengutip Grand<br />

Mufti Sheikh Abdul Aziz al-Sheikh<br />

mengatakan tidak ada dasar dalam<br />

teks-teks Islam seperti Alquran maupun<br />

hadis untuk orang yang mencari<br />

pemakaman di Mekkah dan Madinah.<br />

“Ini tidak akan mengurangi dosa<br />

orang yang meninggal dengan dikubur<br />

di Makkah atau Madinah. Hanya perbuatan<br />

baik mereka yang akan menemani<br />

mereka ke alam kubur,” kata<br />

Sheikh Abdul Aziz al-Sheikh, mufti<br />

pada otoritas keagamaan tertinggi di<br />

negara itu.n(Republika)<br />

29


Ensiklopedi Bahasa di <strong>Aceh</strong><br />

Bahasa di <strong>Aceh</strong> <strong>Juli</strong> <strong>2010</strong> “PASAR”<br />

NO.<br />

1 Pasar<br />

BAHASA<br />

INDONESIA<br />

BAHASA ACEH<br />

Keude /<br />

Peukan/Pasai<br />

BAHASA<br />

GAYO<br />

BAHASA<br />

ANEUK<br />

JAMEE<br />

BAHASA ALAS<br />

BAHASA<br />

SIGULAI/<br />

LAMAMEK<br />

30 <strong>Santunan</strong> JULI <strong>2010</strong><br />

BAHASA<br />

DEVAYAN<br />

BAHASA<br />

SINGKIL<br />

Kede Pasa Pekan Gedai Pasar Pe’kan<br />

BAHASA<br />

PAK-PAK<br />

BOANG<br />

Onan /<br />

Pekan<br />

BAHASA<br />

TAMIANG<br />

HULU<br />

Pekan Pekan<br />

2 Siang Uroe Poraklo Siang Sakhi Laluo Balal Mahakh Mahakh Siang Lawori<br />

3 Malam Malam Klam Malom Bongi Akhemi Bengi Werngin Bekhngin Malam Berngi<br />

4 Jauh Jioh Geb Jauah Dauh Adeu Arao Ndaoh Ndaoh Jaoh Nauh<br />

5 Dekat Toe Dekat Dakek Dohokh Atek-atek Aken Ndesing<br />

Ndesing /<br />

Ndenoh<br />

BAHASA<br />

KLUAT<br />

Dekek Nenuh<br />

6 Desa Gampong Kampong Kampuang Kute Gampung Kampung Kampong Kampong Kampong Kampung<br />

7 Kota Kota / Banda Kute Kota Kota Kota Kota Kota Kota Kota Kota<br />

8 Kios Beng Kios Bopet Kios Kios Kedai Leppo Kios Kios Kedei<br />

9 Toko Toko Toko Kadei Toko Toko Toko Toko Toko Toko Toko<br />

10 Lama Treb Makot Lamo Dekah Ilen Daneng Ndekah Ndekah Lamo Nekkah<br />

11 Baru Baro Ayu Baghu Mbaru Afainae Afalluhae Bakhu Lembakhu Baghu Maru<br />

12 Tua Tuha Tue Tuo Metue Atua-atua Matu’a Ntua Ntua Tuho Entuo<br />

13 Muda Muda Mude Mudo Mude Afuyu Mangura Muda Muda Mudo Ngengudo<br />

14 Laki Agam Rawan Laki Anak Laki Simatua Sillai D’holi Dehuli Laki Anak Laki<br />

15 Perempuan Inong Banan Padusi Anak Bekhu Yalafe Sillafai D’beru Debekhu Puan Anak Beru<br />

16 Anak-anak Aneuk Mit Kekanak Paja-paja Cekhek Beucet Dodona Anak-anak Anag-anag anaq-anaq Anak-anak Anak-anak<br />

17 Remaja Putra Aneuk <strong>Agama</strong> Beberu Anak Mudo Belagakh Pemuda Pemuda<br />

18 Remaja Putri Aneuk Dara Bebujang Gadih Bujang Pemudi Gadi<br />

Anag<br />

Prana<br />

Ang<br />

Menguda<br />

Anak<br />

Pekhana<br />

Agal-agal<br />

Semenguda<br />

Alak-alak<br />

Lajang Ngengudo<br />

Daghro Kak Bujang<br />

19 Ramai Rame Rami Ghami Khami Uguyanata Rami Khami khami Ghame Rami<br />

20 Sepi Seungu Sepi Langang<br />

Lungun /<br />

Leugang<br />

Leungang Langang Lungun Lungun Sepi Lengang<br />

Terima kasih atas partisipasi para pembaca sekalian, mohon maaf apabila namanya tidak dapat ditampilkan karena<br />

keterbatasan tempat, demikian juga bila masih ada kekurangan di sana-sini. Ditunggu kontribusinya untuk <strong>edisi</strong><br />

mendatang, dan dengan bahasa-bahasa asli lainnya yang terdapat di <strong>Prov</strong>insi <strong>Aceh</strong> yang kita cintai ini dengan<br />

menghubungi redaksi di 085277759339.<br />

Tema untuk <strong>edisi</strong> Agustus <strong>2010</strong> “Perkawinan” dengan kata-kata: Undangan, Pinangan, Suami, Istri, Ayah Mertua,<br />

Ibu Mertua, Abang Ipar, Kakak Ipar, Adik Ipar, (laki-laki), Adik Ipar (Perempuan), Kakek, Nenek, Anak Kandung,<br />

Anak Tiri, Anak Angkat, Sepupu Laki-laki, Sepupu Perempuan, Paman, Bibi, Kepala Desa


SAINS<br />

Israk Mikraj:<br />

Mukjizat, Salah Tafsir, dan Makna Pentingnya<br />

Oleh DR. Thomas Djamaluddin<br />

Dalam memperingati<br />

isra’ dan mi’raj sering<br />

kita diajak oleh<br />

pembicara pengajian akbar<br />

melanglang buana sampai ke<br />

langit, dan kadang-kadang<br />

dibumbui dengan analisis<br />

yang nampaknya berdasar<br />

sains. Bagi saya, aspek astronomis sama sekali tidak ada<br />

dalam kajian isra’ mi’raj. Tulisan ini saya maksudkan untuk<br />

mendudukkan masalah isra’ mi’raj sebagai mana adanya<br />

yang diceritakan di dalam Al-Qur’an dan hadits-hadits<br />

sahih. Untuk itu pula akan saya ulas kesalahpahaman yang<br />

sering terjadi dalam mengaitkan isra’ mi’raj dengan kajian<br />

astronomi. Makna penting isra’ mi’raj yang mestinya kita<br />

tekankan.<br />

Di dalam QS. Al-Isra’:1 Allah menjelaskan tentang isra’:<br />

“Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-<br />

Nya (Nabi Muhammad SAW) pada suatu malam dari<br />

Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi<br />

sekelilingnya, agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian<br />

dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia<br />

Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”.<br />

Dan tentang mi’raj Allah menjelaskan dalam QS. An-<br />

Najm:13-18: “Dan sesungguhnya dia (Nabi Muhammad<br />

SAW) telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada<br />

waktu yang lain, di Sidratul Muntaha. Di dekat (Sidratul<br />

Muntaha) ada syurga tempat tinggal. (Dia melihat Jibril)<br />

ketika Sidratul Muntaha diliputi oleh suatu selubung.<br />

Penglihatannya tidak berpaling dari yang dilihatnya itu<br />

dan tidak (pula) melampauinya. Sesungguhnya dia telah<br />

melihat sebahagian tanda-tanda (kekuasaan) Tuhannya<br />

yang paling besar”.<br />

Sidratul muntaha secara harfiah berarti ‘tumbuhan<br />

sidrah yang tak terlampaui’, suatu perlambang batas<br />

yang tak seorang manusia atau makhluk lainnya bisa<br />

mengetahui lebih jauh lagi. Hanya Allah yang tahu hal-hal<br />

yang lebih jauh dari batas itu. Sedikit sekali penjelasan<br />

dalam Al-Qur’an dan hadits yang menerangkan apa, di<br />

mana, dan bagaimana sidratul muntaha itu.<br />

Kejadian-kejadian sekitar isra’ dan mi’raj dijelaskan<br />

di dalam hadits-hadits nabi. Dari hadits-hadits yang<br />

sahih, didapati rangkaian kisah-kisah berikut: Suatu hari<br />

<strong>Santunan</strong> JULI <strong>2010</strong><br />

malaikat Jibril datang<br />

dan membawa Nabi,<br />

lalu dibedahnya dada<br />

Nabi dan dibersihkannya<br />

hatinya, diisinya dengan<br />

iman dan hikmah.<br />

Kemudian didatangkan<br />

buraq, ‘binatang’<br />

berwarna putih yang langkahnya sejauh pandangan<br />

mata. Dengan buraq itu Nabi melakukan isra’ dari Masjidil<br />

Haram di Mekkah ke Masjidil Aqsha (Baitul Maqdis) di<br />

Palestina. Nabi SAW salat dua rakaat di Baitul Maqdis,<br />

lalu dibawakan oleh Jibril segelas khamr (minuman keras)<br />

dan segelas susu; Nabi SAW memilih susu. Kata malaikat<br />

Jibril, “Engkau dalam kesucian, sekiranya kau pilih khamr,<br />

sesatlah ummat engkau”.<br />

Dengan buraq pula Nabi SAW melanjutkan perjalanan<br />

memasuki langit dunia.Di sana dijumpainya Nabi Adam<br />

yang dikanannya berjejer para ruh ahli surga dan di kirinya<br />

para ruh ahli neraka. Perjalanan diteruskan ke langit ke<br />

dua sampai ke tujuh. Di langit ke dua dijumpainya Nabi<br />

Isa dan Nabi Yahya. Di langit ke tiga ada Nabi Yusuf. Nabi<br />

Idris dijumpai di langit ke empat. Lalu Nabi SAW bertemu<br />

dengan Nabi Harun di langit ke lima, Nabi Musa di langit ke<br />

enam, dan Nabi Ibrahim di langit ke tujuh. Di langit ke tujuh<br />

dilihatnya baitul Ma’mur, tempat 70.000 malaikat salat<br />

tiap harinya, setiap malaikat hanya sekali memasukinya<br />

dan tak akan pernah masuk lagi.<br />

Perjalanan dilanjutkan ke Sidratul Muntaha. Dari<br />

Sidratul Muntaha didengarnya kalam-kalam (‘pena’). Dari<br />

sidratul muntaha dilihatnya pula empat sungai, dua sungai<br />

non-fisik (bathin) di surga, dua sungai fisik (dhahir) di<br />

dunia: sungai Efrat dan sungai Nil. Lalu Jibril membawa tiga<br />

gelas berisi khamr, susu, dan madu, dipilihnya susu. Jibril<br />

pun berkomentar, “Itulah (perlambang) fitrah (kesucian)<br />

engkau dan ummat engkau.” Jibril mengajak Nabi melihat<br />

surga yang indah. Inilah yang dijelaskan pula dalam Al-<br />

Qur’an surat An-Najm. Di Sidratul Muntaha itu pula Nabi<br />

melihat wujud Jibril yang sebenarnya.<br />

Puncak dari perjalanan itu adalah diterimanya<br />

perintah salat wajib. Mulanya diwajibkan salat lima puluh<br />

kali sehari-semalam. Atas saran Nabi Musa, Nabi SAW<br />

meminta keringan dan diberinya pengurangan sepuluh-<br />

Dari sidratul muntaha dilihatnya pula<br />

empat sungai, dua sungai non-fisik (bathin)<br />

di surga, dua sungai fisik (dhahir) di dunia:<br />

sungai Efrat dan sungai Nil.<br />

31


sepuluh setiap meminta. Akhirnya diwajibkan lima kali<br />

sehari semalam. Nabi enggan meminta keringanan lagi,<br />

“Saya telah meminta keringan kepada Tuhanku, kini saya<br />

rela dan menyerah.” Maka Allah berfirman, “Itulah fardlu-<br />

Ku dan Aku telah meringankannya atas hamba-Ku”.<br />

Urutan kejadian sejak melihat Baitul Ma’mur sampai<br />

menerima perintah salat tidak sama dalam beberapa<br />

hadits, mungkin menunjukkan kejadian-kejadian itu<br />

serempak dialami Nabi. Dalam kisah itu, hal yang fisik<br />

(dzhahir) dan non-fisik (bathin) bersatu dan perlambang<br />

pun terdapat di dalamnya. Nabi SAW yang pergi dengan<br />

badan fisik hingga bisa salat di Masjidil Aqsha dan memilih<br />

susu yang ditawarkan Jibril, tetapi mengalami hal-hal<br />

non-fisik, seperti pertemuan dengan ruh para Nabi yang<br />

telah wafat jauh sebelum<br />

kelahiran Nabi SAW dan<br />

pergi sampai ke surga.<br />

Juga ditunjukkan dua<br />

sungai non-fisik di surga<br />

dan dua sungai fisik di<br />

dunia. Dijelaskannya<br />

makna perlambang<br />

pemilihan susu oleh<br />

Nabi Muhammad SAW,<br />

dan menolak khamr atau madu. Ini benar-benar ujian<br />

keimanan, bagi orang mu’min semua kejadian itu benar<br />

diyakini terjadinya. Allah Maha Kuasa atas segalanya”.<br />

Dan (ingatlah), ketika Kami wahyukan kepadamu:<br />

“Sesungguhnya (ilmu) Tuhanmu meliputi segala manusia”.<br />

Dan Kami tidak menjadikan pemandangan yang telah<br />

Kami perlihatkan kepadamu, melainkan sebagai ujian bagi<br />

manusia....” (QS. 17:60).<br />

“Ketika orang-orang Quraisy tak mempercayai saya<br />

(kata Nabi SAW), saya berdiri di Hijr (menjawab berbagai<br />

pertanyaan mereka). Lalu Allah menampakkan kepada<br />

saya Baitul Maqdis, saya dapatkan apa yang saya inginkan<br />

dan saya jelaskan kepada mereka tanda-tandanya,<br />

saya memperhatikannya....” (HR. Bukhari, Muslim, dan<br />

lainnya).<br />

Hakikat Tujuh Langit<br />

Peristiwa isra’ mi’raj yang menyebut-nyebut tujuh<br />

langit mau tak mau mengusik keingintahuan kita akan<br />

hakikat langit, khususnya berkaitan dengan tujuh langit<br />

yang juga sering disebut-sebut dalam Al-Qur’an. Bila kita<br />

dengar kata langit, yang terbayang adalah kubah biru yang<br />

melingkupi bumi kita. Benarkah yang dimaksud langit itu<br />

lapisan biru di atas sana dan berlapis-lapis sebanyak tujuh<br />

lapisan? Warna biru hanyalah semu, yang dihasilkan dari<br />

hamburan cahaya biru dari matahari oleh partikel-partikel<br />

atmosfer. Langit (samaa’ atau samawat) berarti segala<br />

yang ada di atas kita, yang berarti pula angkasa luar, yang<br />

berisi galaksi, bintang, planet, batuan, debu dan gas yang<br />

bertebaran. Dan lapisan-lapisan yang melukiskan tempat<br />

kedudukan benda-benda langit sama sekali tidak ada.<br />

Bilangan ‘tujuh’ sendiri dalam beberapa hal di Al-<br />

SAINS<br />

Langit (samaa’ atau samawat) berarti<br />

segala yang ada di atas kita, yang berarti<br />

pula angkasa luar, yang berisi galaksi,<br />

bintang, planet, batuan, debu dan gas yang<br />

bertebaran.<br />

32 <strong>Santunan</strong> JULI <strong>2010</strong><br />

Qur’an tidak selalu menyatakan hitungan eksak dalam<br />

sistem desimal. Di dalam Al-Qur’an ungkapan ‘tujuh’<br />

atau ‘tujuh puluh’ sering mengacu pada jumlah yang tak<br />

terhitung. Misalnya, di dalam Q.S. Al-Baqarah:261) Allah<br />

menjanjikan: “Siapa yang menafkahkan hartanya di jalan<br />

Allah ibarat menanam sebiji benih yang menumbuhkan<br />

TUJUH tangkai yang masing-masingnya berbuah seratur<br />

butir. Allah MELIPATGANDAKAN pahala orang-orang<br />

yang dikehendakinya....” Juga di dalam Q.S. Luqman:27:<br />

“Jika seandainya semua pohon di bumi dijadikan sebagai<br />

pena dan lautan menjadi tintanya dan ditambahkan<br />

TUJUH lautan lagi, maka tak akan habis Kalimat Allah....”<br />

Jadi ‘tujuh langit’ lebih mengena bila difahamkan sebagai<br />

tatanan benda-benda langit yang tak terhitung banyaknya,<br />

bukan sebagai lapisanlapisan<br />

langit.<br />

Lalu, apa hakikatnya<br />

langit dunia, langit ke dua,<br />

langit ke tiga, ... sampai<br />

langit ke tujuh dalam kisah<br />

isra’ mi’raj? Mungkin<br />

ada orang mengada-ada<br />

penafsiran, mengaitkan<br />

dengan astronomi. Para<br />

penafsir dulu ada yang berpendapat bulan di langit<br />

pertama, matahari di langit ke empat, dan planet-planet<br />

lain di lapisan lainnya.Kini ada sembilan planet (catatan:<br />

Pluto telah dikeluarkan sebagai planet, dimasukkan<br />

sebagai planet kerdil) yang sudah diketahui, lebih dari<br />

tujuh. Tetapi, mungkin masih ada orang yang ingin merekareka.<br />

Kebetulan, dari jumlah planet yang sampai saat ini<br />

kita ketahui, dua planet dekat matahari (Merkurius dan<br />

Venus), tujuh lainnya --termasuk bumi-- mengorbit jauh<br />

dari matahari. Nah, orang mungkin akan berfikir langit<br />

dunia itulah orbit bumi, langit ke dua orbit Mars, ke tiga<br />

orbit Jupiter, ke empat orbit Saturnus, ke lima Uranus, ke<br />

enam Neptunus, dan ke tujuh Pluto. Kok, klop ya. Kalau<br />

begitu, Masjidil Aqsha yang berarti masjid terjauh dalam<br />

QS. 17:1, ada di planet Pluto. Dan Sidratul Muntaha adalah<br />

planet ke sepuluh yang tak mungkin terlampaui. Jadilah,<br />

isra’ mi’raj dibayangkan seperti kisah Science Fiction,<br />

perjalanan antar planet dalam satu malam. Na’udzu billah<br />

mindzalik.<br />

Saya berpendapat, pengertian langit dalam kisah isra’<br />

mi’raj bukanlah pengertian langit secara fisik. Karena,<br />

fenomena yang diceritakan Nabi pun bukan fenomena<br />

fisik, seperti perjumpaan dengan ruh para Nabi. Langit dan<br />

Sidratul Muntaha dalam kisah isra’ mi’raj adalah alam ghaib<br />

yang tak bisa kita ketahui hakikatnya dengan keterbatasan<br />

ilmu manusia. Hanya Rasulullah SAW yang berkesempatan<br />

mengetahuinya. Isra’ mi’raj adalah mu’jizat yang hanya<br />

diberikan Allah kepada Nabi Muhammad SAW.<br />

Makna pentingnya<br />

Bagaimanapun ilmu manusia tak mungkin bisa<br />

menjabarkan hakikat perjalanan isra’ mi’raj. Allah hanya


memberikan ilmu kepada manusia sedikit sekali<br />

(QS. Al-Isra: 85). Hanya dengan iman kita mempercayai<br />

bahwa isra’ mi’raj benar-benar terjadi dan dilakukan<br />

oleh Rasulullah SAW. Rupanya, begitulah rencana Allah<br />

menguji keimanan hamba-hamba-Nya (QS. Al-Isra:60)<br />

dan menyampaikan perintah salat wajib secara langsung<br />

kepada Rasulullah SAW.<br />

Makna penting isra’ mi’raj bagi ummat Islam ada pada<br />

keistimewaan penyampaian perintah salat wajib lima<br />

waktu. Ini menunjukkan<br />

kekhususan salat<br />

sebagai ibadah utama<br />

dalam Islam. Salat mesti<br />

dilakukan oleh setiap<br />

Muslim, baik dia kaya<br />

maupun miskin, dia sehat<br />

maupun sakit. Ini berbeda<br />

dari ibadah zakat yang<br />

hanya dilakukan oleh<br />

orang-orang yang mampu secara ekonomi, atau puasa<br />

bagi yang kuat fisiknya, atau haji bagi yang sehat badannya<br />

dan mampu keuangannya.<br />

Salat lima kali sehari semalam yang didistribusikan<br />

di sela-sela kesibukan aktivitas kehidupan, mestinya<br />

mampu membersihkan diri dan jiwa setiap Muslim.<br />

Allah mengingatkan:”Bacalah apa yang telah diwahyukan<br />

kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Qur’an) dan dirikanlah shalat.<br />

Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatanperbuatan)<br />

keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat<br />

Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari<br />

ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang<br />

kamu kerjakan. (QS. Al-Ankabut:45)<br />

SAINS<br />

Dalam kisah Isra’ mi’raj, Rasulullah bersama<br />

Jibril dengan wahana “buraq” keluar dari<br />

dimensi ruang, sehingga dengan sekejap<br />

sudah berada di Masjidil Aqsha<br />

Isra’ Mi’raj Perjalanan Keluar Dimensi Ruang Waktu<br />

Isra’ mi’raj jelas bukan perjalanan seperti dengan<br />

pesawat terbang antarnegara dari Mekkah ke Palestina<br />

dan penerbangan antariksa dari Masjidil Aqsha ke langit<br />

ke tujuh lalu ke Sudratul Muntaha. Isra’ Mi’raj adalah<br />

perjalanan keluar dari dimensi ruang waktu. Tentang<br />

caranya, iptek tidak dapat menjelaskan. Tetapi bahwa<br />

Rasulullah SAW melakukan perjalanan keluar ruang waktu,<br />

dan bukan dalam keadaan mimpi, adalah logika yang bisa<br />

menjelaskan beberapa kejadian yang diceritakan dalam<br />

hadits shahih. Penjelasan perjalanan keluar dimensi ruang<br />

waktu setidaknya untuk memperkuat keimanan bahwa<br />

itu sesuatu yang lazim ditinjau dari segi sains, tanpa harus<br />

mempertentangkannya dan menganggapnya sebagai suatu<br />

kisah yang hanya dapat dipercaya saja dengan iman.<br />

Kita hidup di alam yang dibatas oleh dimensi ruangwaktu<br />

(x,y,z,t). Sehingga kita selalu memikirkan soal jarak<br />

dan waktu. Dalam kisah Isra’ mi’raj, Rasulullah bersama<br />

Jibril dengan wahana “buraq” keluar dari dimensi ruang,<br />

sehingga dengan sekejap sudah berada di Masjidil Aqsha.<br />

Rasul bukan bermimpi karena dapat menjelaskan secara<br />

detil tentang masjid Aqsha dan tentang kafilah yang masih<br />

dalam perjalanan. Rasul juga keluar dari dimensi waktu<br />

<strong>Santunan</strong> JULI <strong>2010</strong><br />

sehingga dapat menmbus masa lalu dengan menemui<br />

beberapa Nabi. Di langit pertama (langit dunia) - tujuh<br />

berturut-turut bertemu (1) Nabi Adam, (2) Nabi Isa dan<br />

Nabi Yahya, (3) Nabi Yusuf, (4) Nabi Idris, (5) Nabi Harun,<br />

(6) Nabi Musa, dan (7) Nabi Ibrahim. Rasulullah SAW juga<br />

ditunjukkan surga dan neraka, suatu alam yang mungkin<br />

berada di masa depan, mungkin juga sudah ada masa<br />

sekarang sampai setelah kiamat nanti.<br />

Sekadar analogi sederhana perjalanan keluar dimensi<br />

ruang waktu adalah seperti<br />

kita pergi ke alam lain<br />

yang dimensinya lebih<br />

besar. Sekadar ilustrasi,<br />

dimensi 1 adalah garis,<br />

dimensi 2 adalah bidang,<br />

dimensi 3 adalah ruang.<br />

Bidang dengan mudah<br />

menggambarkan garis.<br />

Demikian juga ruang dengan<br />

mudah menggambarkan bidang. Tetapi dimensi rendah<br />

tidak akan sempurna menggambarkan dimensi yang lebih<br />

tinggi. Kotak berdimensi 3 tidak tampak sempurna bila<br />

digambarkan di bidang yang berdimensi 2.<br />

Sekarang bayangkan ada alam berdimensi 2 (bidang)<br />

berbentuk U. Makhluk di alam “U” itu bila akan berjalan<br />

dari ujung satu ke ujung lainnya perlu menempuh jarak<br />

jauh. Kita yang berada di alam yang berdimensi lebih<br />

tinggi dengan mudah memindahkannya dari satu ujung ke<br />

ujung lainnya dengan mengangkat makhluk itu keluar dari<br />

dimensi 2, tanpa perlu berkeliling menyusuri lengkungan<br />

“U”.<br />

Alam malaikat (juga jin) bisa jadi berdimensi lebih<br />

tinggi dari dimensi ruang waktu, sehingga bagi mereka<br />

tidak ada lagi masalah jarak dan waktu. Karena itu mereka<br />

bisa melihat kita, tetapi kita tidak bisa melihat mereka.<br />

Ibaratnya dimensi dua tidak dapat menggambarkan<br />

dimensi tiga, tetapi sebaliknya dimensi 3 mudah saja<br />

menggambarkan dimensi 2. Bukankah isyarat di dalam<br />

Al-Quran dan Hadits juga menunjukkan hal itu. Malaikat<br />

dan jin tidak diberikan batas waktu umur, sehingga seolah<br />

tidak ada kemarian bagi mereka. Mereka pun bisa berada<br />

di berbagai tempat karena tak dibatas oleh ruang.<br />

Rasulullah bersama jibril diajak ke dimensi malaikat,<br />

sehingga Rasulullah dapat melihat bentuk Jibril dan<br />

malaikat lainnya dalam bentuk aslinya (baca QS 53:13-<br />

18). Rasul pun dengan mudah pindah dari suatu tempat<br />

ke tempat lainnya, tanpa terikat ruang dan waktu. Langit<br />

dalam konteks istra’ mi’raj pun bukanlah langit fisik berupa<br />

planet atau bintang, tetapi suatu dimensi tinggi. Langit<br />

memang bermakna sesuatu di atas kita, dalam arti fisik<br />

maupun non-fisik. n<br />

(Penulis adalah Kepala Pusat Sains Atmosfer Lapan dan<br />

aktif di Badan Hisab Rukyat Jabar dan Departemen<br />

<strong>Agama</strong> untuk mengupayakan penyatuan kriteria hisabrukyat)<br />

33


Umat Islam sempat tersentak<br />

dan murka saat Salman Rushdie<br />

memojokkan umat Islam lewat<br />

novelnya The Satanic Verses pada<br />

tahun 1988. Salah satu materi yang<br />

diangkatnya adalah keberadaan ayat<br />

setan dalam bacaan Nabi Muhammad<br />

saw. Namun tak dapat dipungkiri<br />

bahwa materi tentang ayat-ayat setan<br />

memang terdapat dalam khazanah<br />

Islam sendiri.<br />

Kaum muslimin meragukan<br />

kebenaran cerita ini karena tidak ada<br />

referensi dari Alquran. Juga tidak<br />

disebutkan oleh Ibn Ishaq dalam<br />

catatan yang paling awal dan paling<br />

terpercaya mengenai kehidupan<br />

Nabi Muhammad saw. Bahkan tidak<br />

tercantum dalam kumpulan hadits<br />

Bukhārī dan Muslim, (al-Qurtubi, t.th.:<br />

XII, 70).<br />

Meskipun diragukan namun<br />

riwayat tentang ayat setan -antara lain-<br />

telah termuat dalam Tafsīr al-Thabari,<br />

Tafsīr al-Kasyaf, dan Tafsīr Jalalayn.<br />

Mereka mengangkat tentang adanya<br />

ayat bisikan setan itu (gharānīq) saat<br />

menafsirkan ayat 52 surat al-Hajj.<br />

Dan Kami tidak mengutus sebelum<br />

kamu seorang rasul pun dan tidak<br />

(pula) seorang nabi, melainkan apabila<br />

ia mempunyai sesuatu keinginan,<br />

syaitan pun memasukkan godaangodaan<br />

terhadap keinginan itu, Allah<br />

menghilangkan apa yang dimasukkan<br />

oleh syaitan itu, dan Allah menguatkan<br />

ayat-ayat-Nya. Dan Allah Maha<br />

Mengetahui lagi Maha Bijaksana.<br />

(Q.S. al-Hajj: [22] 52).<br />

Secara semantik, pada ayat ini<br />

memang memungkinkan dipahami<br />

adanya potensi masuknya setan<br />

untuk menyisipkan bisikannya dalam<br />

Satanic Verses<br />

(Fenomena Penafsiran Ayat 52 Surat al-Hajj)<br />

Oleh Jabbar Sabil, MA<br />

wahyu Allah. Namun secara sintaksis<br />

dan munāsabah (kesesuaian ayat<br />

sebelum dan sesudahnya), ayat ini<br />

justru menjelaskan keterpeliharaan<br />

nabi dan rasul. Allah menghilangkan<br />

bisikan setan yang dilancarkan untuk<br />

menghalangi dakwah para nabi dan<br />

rasul. Namun saat menjelaskan asbāb<br />

al-nuzūl ayat, cerita tentang ayat setan<br />

pun muncul.<br />

Menurut al-Thabarī (juga Ibn Sa‘ad<br />

dan Zamakhsyarī), akibat membawa<br />

risalah Islam, Nabi Muhammad saw.<br />

dihindari oleh kaum dan kerabatnya<br />

sendiri, sehingga dalam perenungannya<br />

beliau berpikir; “Seandainya Allah<br />

menurunkan sesuatu yang membuat<br />

mereka tidak lari dariku...”. Pemikiran<br />

itu terus membayang sampai suatu<br />

hari beliau sedang berada di sekitar<br />

Ka‘bah dan membacakan surat al-<br />

Najm. Ketika sampai pada ayat 19<br />

dan 20, di sinilah setan menyelipkan<br />

bisikannya.<br />

Maka apakah patut kamu (hai orangorang<br />

musyrik) menganggap Al-Lata<br />

dan al-Uzza, dan Manah yang ketiga,<br />

34 <strong>Santunan</strong> JULI <strong>2010</strong><br />

yang paling terkemudian (sebagai<br />

anak perempuan Allah). (Q.S. al-Najm:<br />

[53] 19-20).<br />

Setan menyelipkan dua kalimat<br />

berikut: (Lihat Ibn Sa‘ad, Thabaqāt<br />

al-Kubrā, Beirut: Dār Sadr, 1985, hal.<br />

205).<br />

Demikianlah gharānīq yang tinggi, dan<br />

sungguh perantaraannya diharapkan.<br />

Kemudian Nabi Muhammad saw.<br />

melanjutkan bacaan keseluruhan<br />

surat, lalu melakukan sujud tilawah,<br />

maka bersujudlah seluruh kaumnya<br />

yang hadir di situ. Bahkan Wālid<br />

ibn Mughīrah mengangkat tanah ke<br />

dahinya sebagai ganti sujud, karena<br />

ia sudah tua renta dan tak sanggup<br />

bersujud. Ada yang mengatakan<br />

yang mengangkat tanah adalah Abū<br />

Uhayhah (Sa‘īd ibn al-‘Ash). Sebagian<br />

mengatakan keduanya melakukan hal<br />

yang sama karena sudah renta.<br />

Orang Quraysy sangat setuju dengan<br />

apa yang di bacakan Muhammad<br />

dan mereka berkata: “Sungguh kami<br />

mengakui bahwa Allah menghidupkan<br />

dan mematikan, menciptakan dan<br />

memberi rezeki. Tetapi Tuhan kami


juga memberi syafaat (menjadi<br />

perantara) bagi kami di sisi Allah. Jika<br />

kamu memberi tempat kepada tuhan<br />

kami, tentu kami akan bersamamu”.<br />

Rasulullah tidak tahan mendengar<br />

kata-kata Quraysy ini, dan ketika<br />

duduk di rumahnya hingga sore,<br />

Jibril datang. Sambil mengisyaratkan<br />

kepada kedua ayat itu, Jibril bertanya:<br />

“Apakah aku menurunkan dua<br />

kalimat ini padamu?” Maka rasulullah<br />

berkata: “Aku mengatakan sesuatu<br />

yang tidak difirmankan Allah?”, lalu<br />

Allah menurunkan ayat berikut:<br />

Dan sesungguhnya mereka hampir<br />

memalingkan kamu dari apa yang<br />

telah kami wahyukan kepadamu,<br />

agar kamu membuat yang lain<br />

secara bohong terhadap Kami. Dan<br />

kalau sudah begitu tentulah mereka<br />

mengambil kamu jadi sahabat<br />

yang setia.[] Dan kalau Kami tidak<br />

memperkuat (hati) mu, niscaya<br />

kamu hampir-hampir condong sedikit<br />

kepada mereka.[] Kalau terjadi<br />

demikian, benar-benarlah Kami akan<br />

rasakan kepadamu (siksaan) berlipat<br />

ganda sesudah mati, dan kamu tidak<br />

akan mendapat seorang penolongpun<br />

terhadap kami.[] (Q.S. al-Isrā’: [17]<br />

73-75)<br />

Esensi ayat setan diperkuat<br />

dengan peristiwa lain. Bahwa berita<br />

sujudnya ahl al-Makkah ini sampai<br />

kepada kaum muslimin yang berada di<br />

Habsyah (Abbisinia), mereka berucap;<br />

“Siapa lagi yang tertinggal di Mekkah,<br />

jika orang-orang ini telah Islam? Kami<br />

lebih mencintai keluarga kami”. Maka<br />

mereka memutuskan untuk pulang,<br />

(Ibn Sa‘ad, t.th.: 206).<br />

Perlu dicatat, bahwa hijrah ke<br />

Abbisinia dilakukan pada bulan Rajab<br />

tahun kelima kenabian. Adapun Peristiwa<br />

pembacaan surat al-Najm (yang<br />

didakwa gharānīq) terjadi dalam<br />

bulan Ramadhan tahun yang sama.<br />

Lalu rombongan hijrah kembali lagi ke<br />

Mekah pada bulan Syawal tahun itu,<br />

(Qādī Qan‘an al-Sāwī, t.th.: III, 106).<br />

Karen Amstrong menganalisis<br />

Analisa Karen Amstrong<br />

itu juga memiliki relevansi<br />

dalam khazanah Islam,<br />

sebab catatan sejarah<br />

hidup Nabi Muhammad<br />

saw. yang paling awal<br />

ditulis memuat dasar<br />

analisa ini<br />

peristiwa ini sebagai sesuatu yang<br />

sangat manusiawi. Bahwa ketika Rasul<br />

saw. melihat rakyatnya berpaling<br />

darinya sebab pesan Tuhan yang<br />

dibawanya. Ia merasa terluka dan<br />

berharap akan adanya pesan Tuhan<br />

yang merekonsiliasi rakyat dengan<br />

dirinya. Cinta dan kekhawatirannya<br />

terhadap rakyatnya sangat besar,<br />

sehingga dia sangat senang jika<br />

hambatan yang membuat tugasnya<br />

sulit dapat diangkat, (Karen Amstrong,<br />

2001: 147).<br />

Analisa Karen Amstrong itu juga<br />

memiliki relevansi dalam khazanah<br />

Islam, sebab catatan sejarah hidup<br />

Nabi Muhammad saw. yang paling<br />

awal ditulis memuat dasar analisa<br />

ini. Ibn Hisyām dalam kitabnya Sīrah<br />

Nabī menulis, bahwa dalam masa tiga<br />

tahun dakwah Rasul saw. secara door<br />

to door, belum terlihat penolakan<br />

Quraysy. Bahkan ketika Rasul saw.<br />

memulai dakwah terbuka, juga belum<br />

ada penolakan yang signifikan dari<br />

mereka. Penolakan itu justru muncul<br />

ketika Rasul saw. mulai mencela<br />

Tuhan-tuhan mereka, (Ibn Hisyām,<br />

t.th.: I, 275-276).<br />

Menurut Sa‘īd Ramadān al-<br />

Būtī dalam kitabnya Fiqh al-Sīrah,<br />

ketika berdakwah terbuka Rasul<br />

melakukan serangan logika yang<br />

tak sanggup ditandingi oleh Qurays<br />

karena mereka beragama secara<br />

taklid buta. Kecenderungan untuk<br />

mempertahankan agama nenek moyangnya<br />

lah yang akhirnya membuat<br />

mereka mengambil alternatif jalan<br />

kekerasan, (al-Būtī, t.th.: 99-100).<br />

Alquran mencatat:<br />

<strong>Santunan</strong> JULI <strong>2010</strong><br />

Apabila dikatakan kepada mereka:<br />

“Marilah mengikuti apa yang diturunkan<br />

Allah dan mengikuti Rasul”, mereka<br />

menjawab: “Cukuplah untuk kami apa<br />

yang kami dapati bapak-bapak kami<br />

mengerjakannya”. Dan apakah mereka<br />

akan mengikuti juga nenek moyang<br />

mereka walaupun nenek moyang<br />

mereka itu tidak mengetahui apa-apa<br />

dan tidak (pula) mendapat petunjuk.<br />

(Q.S. al-Ma’idah: [5] 104).<br />

Di sisi lain, kehidupan di Mekkah<br />

yang keras mengharuskan seseorang<br />

tetap berada dalam perlindungan<br />

klannya. Mereka yang tidak<br />

mendapatkan perlindungan klan<br />

(jiwar), atau klannya kurang kuat,<br />

maka dapat saja ia terbunuh tanpa<br />

pembalasan, (Haykal, 1980: 10). Dalam<br />

kondisi sosial seperti ini, Muhammad<br />

yang membawa ajaran baru menjadi<br />

terancam hidupnya.<br />

Abū Tālib sebagai petinggi klan Banī<br />

Hasyīm dimintai pertanggungjawaban<br />

oleh Quraysy atas perbuatan Muhammad<br />

yang mencela Tuhan mereka.<br />

Muhammad sendiri mendapat jaminan<br />

dari Abū Tālib sehingga terhindar<br />

dari tindakan represif Quraysy.<br />

Tetapi pengikutnya yang berasal dari<br />

klan rendah dan miskin tidak dapat<br />

diselamatkan.<br />

Ibn Ishāq mengisahkan bahwa<br />

perintah melakukan Hijrah pertama<br />

ke Habsyah terjadi akibat bentrokan<br />

berdarah yang tercatat sebagai insiden<br />

berdarah pertama dalam sejarah Islam.<br />

Insiden dramatik itu terjadi karena<br />

Sa‘ad ibn Abī Waqqās tidak sanggup<br />

lagi bersabar atas intimidasi Quraysy<br />

sehingga ia memukul salah seorang<br />

musyrikin Qurays dengan rahang unta,<br />

(Ibn Hisyām, t.th.: I, 275, 343).<br />

Tindakan represif Quraysy terhadap<br />

pemeluk agama baru ini merupakan<br />

konsekuensi dari penolakan mereka<br />

terhadap perubahan atau ancaman<br />

terhadap kemerdekaan mereka selama<br />

ini. Di sini Qurays memperlihatkan<br />

komitmennya.<br />

Kiranya demikianlah gambaran<br />

kondisi sosial yang melingkupi Nabi<br />

saw. kala itu. Namun apakah kondisi<br />

sosial ini cukup beralasan untuk boleh<br />

memasukkan dua ayat gharānīq di<br />

atas dalam Alquran? Jika Muhammad<br />

melakukannya, apakah tidak menjatuhkan<br />

kredibilitas kenabiannya?<br />

35


Kedua pertanyaan ini selalu<br />

menghantui para mufassir dalam<br />

mengkritisi esensi ayat gharānīq.<br />

Tentunya ayat-ayat Alquran tidak<br />

mungkin disisipi oleh setan sementara<br />

Allah telah menjamin keaslian dan<br />

kelestariannya. Demikian pula Nabi<br />

Muhammad tidak mungkin berbuat<br />

lacur, sementara ia diakui Quraysy<br />

sebagai sosok yang terpercaya, teguh,<br />

dan tangguh. Namun sisi kemanusiaan<br />

dari Muhammad juga tidak boleh<br />

dipungkiri, ia juga bisa sedih, gundah<br />

dan sebagainya. Lalu bagaimana<br />

seharusnya fakta ini dipertautkan?<br />

Zamakhsyarī sebagai tokoh ulama<br />

rasional dari kalangan Muktazilah,<br />

kelihatan menerima riwayat itu. Dalam<br />

tafsirnya al-Kasyaf, ia menyatakan<br />

bahwa nabi terlanjur lidah karena lalai<br />

dan tidak sengaja mengucapkannya,<br />

(al- Zamakhsyarī, t.th.: III, 100):<br />

Demikian pula Jalāl al-Mahallī<br />

dari golongan Syāfi‘iyyah, dalam<br />

Tafsir Jalālayn ia menyatakan bahwa<br />

secara tanpa sadar Nabi Muhammad<br />

saw. telah membaca sesuatu yang<br />

disisipkan setan, (Jalāl al-Mahallī, t.th.:<br />

III, 102):<br />

Sebagaimana Ibn Sa‘ad dan al-<br />

Tabarī, kelihatannya Zamakhsyarī<br />

dan al-Mahallī juga menerima<br />

semua riwayat tentang gharāniq apa<br />

adanya. Mereka cenderung hanya<br />

mengumpulkan semua informasi<br />

tentang penafsiran ayat ini, tanpa<br />

mengkritisi dan melakukan verifikasi.<br />

Bisa saja tafsir seperti ini dipandang<br />

sebagai rekaman deskriptif saja<br />

sambil meyakini bahwa penafsirnya<br />

masih teguh dalam keimanan. Namun<br />

tidak adanya catatan khusus untuk<br />

ini, membuat informasi itu bisa<br />

diselewengkan, terutama oleh yang<br />

memusuhi Islam.<br />

Bagi Haykal, riwayat tentang<br />

Tentunya ayatayat<br />

Alquran tidak<br />

mungkin disisipi<br />

oleh setan sementara<br />

Allah telah menjamin<br />

keaslian dan<br />

kelestariannya<br />

gharānīq ini bertentangan dengan<br />

sifat kesucian para nabi, maka sangat<br />

mengherankan jika para penulis<br />

riwayat nabi menukil cerita ini, (Haykal,<br />

1980: 130). Al-Qurtubī dalam kitabnya<br />

al-Jāmi‘ li Ahkām al-Qur’an, secara<br />

tegas menyatakan tidak ada satu pun<br />

dari riwayat-riwayat tentang gharānīq<br />

yang sahih, (Al-Qurtubī, t.th.: XII, 69).<br />

Cerita gharānīq yang diriwayatkan<br />

oleh al-Layts dari Yunus, dari al-Zuhri,<br />

menurut al-Nuhās merupakan hadis<br />

munqati‘ (terputus sanadnya), jadi<br />

tidak bisa menjadi hujah. Demikian<br />

pula satu riwayat dari Qatadah, juga<br />

bernilai munqati‘. Satu riwayat lain<br />

dari al-Wāqidī justru bernilai munkar<br />

dan munqati‘. Semua hadis ini telah<br />

diteliti ulang oleh Muhammad Nāsir<br />

al-Dīn al-Albānī, dan tidak ada satu<br />

pun yang dapat dinyatakan sahih.<br />

Riwayat yang tidak sahih ini tentunya<br />

36 <strong>Santunan</strong> JULI <strong>2010</strong><br />

tidak boleh dijadikan pegangan untuk<br />

menafsirkan ayat di atas. Oleh karena<br />

itu para mufasir melakukan penafsiran<br />

dengan meninggalkan semua riwayat<br />

itu. Benar bahwa Nabi Saw pernah<br />

membacakan surat al-Najm di depan<br />

khalayak Quraysy sehingga semua<br />

bersujud, baik muslim maupun<br />

musyrik. Hal ini diriwayatkan oleh<br />

Bukhari dalam kitab Sahīh-nya pada<br />

kitab tafsir, bab fasjudū lillāh wa‘budū,<br />

tanpa menyinggung adanya ayat<br />

gharānīq, (Lihat: Ibn Hajar, Fath al-Bārī,<br />

Mesir: Maktabah al-Tawfiqiyyah, t.th.,<br />

jld. VIII, hlm. 655). Jadi tidak benar<br />

Nabi saw. membaca ayat gharānīq<br />

yang dibisikkan setan, lalu bagaimana<br />

ayat 52 surat al-Hajj ditafsirkan?<br />

Qādī Qan‘an al-Sāwī yang men-syarh<br />

Tafsīr Jalālayn menjelaskan tafsirnya,<br />

bahwa setan mencampakkan keraguan<br />

(syubhat) dalam apa yang dibaca Nabi<br />

saw., artinya ia membisikkan kepada<br />

umat bahwa bacaan itu adalah sihir.<br />

Maka Allah menghapuskan keraguan<br />

itu, dari hati orang-orang yang dikehendakinya<br />

mendapat petunjuk, (Qādī<br />

Qan‘an al-Sāwī, t.th.: III, 106).<br />

Sa‘ad Yūsuf Mahmūd Abū ‘Azīz<br />

dalam kitabnya al-Isrā’īliyyah wa al-<br />

Mawdū‘at fī Kutub al-Tafāsir Qadīman<br />

wa Hadīthan (hlm. 270), mengutip<br />

pendapat al-Syanqitī yang berbeda<br />

dari kebanyakan mufasir. Umumnya<br />

para mufasir mengkaji secara semantik<br />

dengan mentakwil kata ‘tamanni’<br />

dari arti ‘ingin/cita-cita’ menjadi arti<br />

‘membaca’. Padahal secara sintaksis<br />

dengan berpegang kepada makna<br />

hakiki (lughawī) saja ayat ini sudah<br />

bisa dipahami sebagaimana penafsiran<br />

al-Syanqitī.<br />

Dari sudut pandang ini, pendapat<br />

al-Syanqitī lebih kuat karena tidak<br />

mentakwil. Dengan demikian, tafsirnya<br />

menjadi; bahwa ketika para nabi<br />

bercita-cita agar semua umatnya<br />

mengikuti petunjuk, lalu setan<br />

mencampakkan keraguan (syubhat)<br />

untuk menghalangi cita-cita para nabi.<br />

Yaitu kalimat-kalimat yang katanya<br />

pemahaman dari ayat, tapi sebenarnya<br />

adalah penyesatan. Kalimat-kalimat<br />

seperti inilah yang dihapuskan oleh<br />

Allah. Wa Allāh a‘lam bi al-sawab. n<br />

(Penulis adalah kandidat Doktor IAIN<br />

Ar-Raniry Banda <strong>Aceh</strong>)


Menebarkan Salam<br />

Salam secara bahasa berarti<br />

keselamatan, kedamaian. salam<br />

adalah doa yang kita panjatkan<br />

kepada seseorang. Ketika kita<br />

mengucapkan; “Assalamualaikum”,<br />

itu berarti kita mengatakan; “Salam<br />

sejahtera atas kalian, kalian berada<br />

dalam lindungan Allah, mudahmudahan<br />

Allah bersamamu, mudahmudahan<br />

Allah menyertaimu, keselamatan<br />

Allah senantiasa ditetapkan<br />

untukmu”.<br />

Dalam sebuah hadis Rasul<br />

bersabda:<br />

Dari Abu Hurairah, ia berkata,”<br />

Rasulullah saw. bersabda: Dan demi<br />

zat yang jiwa aku berada di tangan-<br />

Nya, kalian tidak akan masuk Surga<br />

kecuali kalian sudah beriman, dan<br />

kalian tidak beriman kecuali jika<br />

kalian saling mencintai. Tidakkah aku<br />

tunjukkan kepada kalian sesuatu yang<br />

jika kalian kerjakan maka kalian akan<br />

menjadi lebih akrab lagi? Sebarkanlah<br />

salam di antara kalian.” (Riwayat<br />

Muslim, Abu Daud dan Turmuzi)<br />

Dalam hadis tersebut, Rasulullah<br />

menjelaskan bahwa Surga tidak<br />

Oleh: Salman Abdul Muthalib<br />

“Menebarkan salam kepada dunia ini berarti sebagai bukti kerendahan hati dan<br />

menunjukkan ketidaksombongan kepada orang lain. Bahkan, kita diminta untuk<br />

menebarkan salam kepada anak kecil dan orang tua, orang mulia dan orang biasa,<br />

orang yang kita kenal dan orang yang tidak kita kenal.”<br />

Menebarkan salam<br />

dalam Islam berarti kita<br />

mengibarkan bendara<br />

putih sebagai perdamaian<br />

dimasuki melainkan dengan iman<br />

dan iman tidak didapatkan melainkan<br />

dengan cinta. Sedangkan cinta tidak<br />

dapat diraih melainkan dengan<br />

menebarkan salam. Sesungguhnya<br />

menebarkan salam dapat menghilangkan<br />

kedengkian dalam hati,<br />

khususnya di antara kerabat dekat<br />

dan tetangga.<br />

Kenyataan dalam kehidupan seharihari<br />

bahwa menyampaikan salam itu<br />

akan menumbuhkan kecenderungan<br />

orang yang disalami terhadap<br />

yang menyalami. Jika itu kemudian<br />

menciptakan sikap interaktif lebih<br />

lanjut, maka rasa kecenderungan<br />

yang satu kepada yang lain pun akan<br />

saling berbalas. Kemudian bila salam<br />

itu diucapkan berulang-ulang, maka<br />

kecenderungan itu akan semakin<br />

berkembang, dan itulah cinta.<br />

Jika itu menjadi gejala umum di<br />

tengah masyarakat, maka mereka<br />

telah mencintai sesamanya, karena<br />

itulah Rasul menganjurkan untuk<br />

tetap memberi salam kepada siapa<br />

saja. Menebarkan salam dalam Islam<br />

berarti kita mengibarkan bendera<br />

putih sebagai perdamaian seakan kita<br />

mengatakan bahwa kami mengangkat<br />

bendera kami yang putih, maka<br />

<strong>Santunan</strong> JULI <strong>2010</strong><br />

percayalah kamu dan jangan takut<br />

kepada kami.<br />

Salam merupakan penghormatan<br />

yang diturunkan Allah kepada rasul-<br />

Nya dan merupakan penghormatan<br />

ahli surga seperti yang disebutkan<br />

dalam firman-Nya dalam surat al-<br />

Ahzab ayat 44:<br />

“Salam penghormatan kepada<br />

mereka (orang-orang mukmin itu)<br />

pada hari mereka menemui-Nya ialah<br />

salam, dan Dia menyediakan pahala<br />

yang mulia bagi mereka.”<br />

Jadi, salam merupakan bentuk<br />

penghormatan yang diridhai Allah<br />

dan diajarkan Rasul saw. kepada<br />

pengikut dan bagi umat setelahnya.<br />

Allah Taala berfirman dalam surat an-<br />

Nisa’ ayat 86:<br />

“Apabila kamu diberi penghormatan<br />

dengan sesuatu penghormatan, maka<br />

balaslah penghormatan itu dengan<br />

yang lebih baik dari padanya, atau<br />

balaslah penghormatan itu (dengan<br />

yang serupa). Sesungguhnya Allah<br />

memperhitungkan segala sesuatu.”<br />

Dalam ayat tersebut, Allah memberikan<br />

tuntunan untuk membalas<br />

salam dengan yang lebih baik, yaitu<br />

dengan menambahkan lebih banyak<br />

37


daripada yang disampaikan oleh<br />

pemberi salam. Jika pemberi salam<br />

mengucapkan; “Assalamu’alaikum<br />

wa rahmatullah,” maka cara menjawabnya<br />

dengan mengatakan; “Wa<br />

’alaikum salam wa rahmatullahi wa<br />

barakatuh.” Atau minimal sepadan<br />

dengannya dengan menjawab; “Wa<br />

’alaikum salam wa rahmatullah.”<br />

Rasulullah saw. memberikan petunjuk<br />

kepada setiap muslim yang<br />

bertemu dengan muslim yang lain<br />

dengan sabdanya, “Jika seorang<br />

di antara kamu bertemu dengan<br />

saudaranya, hendaklah dia salam<br />

kepadanya.” (HR. Abu Dawud).<br />

Islam juga mengajarkan agar kita<br />

mengucapkan salam kepada orang<br />

Islam yang kita kenal ataupun yang<br />

tidak kita kenal.<br />

Dari Abdullah bin Umar, dia berkata,<br />

“Seseorang bertanya kepada Rasulullah<br />

Saw.; Manakah (ajaran) Islam<br />

yang terbaik? Beliau menjawab;<br />

“Memberikan makan (kepada<br />

orang yang membutuhkan) dan<br />

mengucapkan salam kepada orang<br />

yang kamu kenal dan orang yang<br />

tidak kamu kenal.” (H.R. al-Bukhari<br />

dan Muslim).<br />

Kewajiban seorang muslim adalah<br />

menyebarkan salam di antara<br />

manusia, baik terhadap orang yang<br />

dikenal maupun tidak dikenal. Dalam<br />

hadis ini, tidak ada pengecualian<br />

memberi salam kepada kelompok<br />

tertentu, tetapi para ulama<br />

melarang mengucapkan salam<br />

kepada nonmuslim dengan<br />

didasari pada hadis lain dari Nabi<br />

yang melarangnya.<br />

Terlepas adanya larangan<br />

mengucapkan salam kepada<br />

nonmuslim, kita tetap harus<br />

menghormati mereka dan mempelihatkan<br />

wajah Islam yang<br />

sebenarnya, kita menginginkan<br />

Kewajiban seorang muslim<br />

adalah menyebarkan<br />

salam di antara manusia,<br />

baik terhadap orang yang<br />

dikenal maupun tidak<br />

dikenal<br />

agar orang lain menilai Islam sebagai<br />

agama yang toleran, bernialai kasih<br />

dan sayang, menghargai orang lain.<br />

Jangan sampai kita dinilai ekstrim,<br />

eksklusif dan berbagai penilaian<br />

negatif lainnya.<br />

Dalam sanad lain, Rasul bersabda:<br />

”Wahai manusia, tebarkanlah salam,<br />

berilah makanan, sambunglah<br />

silaturrahmi dan salatlah kalian di<br />

waktu malam pada saat orang lain<br />

terlelap tidur, sehingga kalian akan<br />

masuk Surga dengan selamat. (HR.<br />

Ibnu Majah).<br />

Ajaran salam ini mengindikasikan<br />

bahwa Islam merupakan agama yang<br />

cinta damai. Islam melindungi harkat<br />

dan martabat, harta benda, jiwa, dan<br />

keluarga setiap orang yang tunduk<br />

kepadanya, baik dari golongan<br />

kaum muslimin, maupun golongan<br />

nonmuslim. Islam diturunkan ke<br />

dunia sebagai rahmat bagi seluruh<br />

38 <strong>Santunan</strong> JULI <strong>2010</strong><br />

alam. Barangsiapa mau menerima<br />

Islam sebagai agamanya, maka dia<br />

terlindungi dan akan mendapatkan<br />

ketenangan serta kebahagiaan hidup.<br />

Oleh karena itu, salah besar jika ada<br />

orang atau golongan tertentu yang<br />

mengatakan bahwa Islam itu agama<br />

yang kejam, suka kekerasan, dan<br />

disebarkan dengan pedang.<br />

Inilah syiar dan kasih sayang<br />

yang ditegakkan Rasulullah saw.<br />

dan dihimbaunya untuk ditanamkan<br />

serta dikokohkan dalam hati para<br />

sahabatnya dan umat setelahnya.<br />

Dalam Sahih Bukhari terdapat riwayat<br />

mawquf dari Ammar bin Yasir bahwa<br />

dia berkata, “Ada tiga hal yang<br />

barangsiapa memadukan ketiganya<br />

maka sesungguhnya dia telah<br />

memadukan iman: jujur terhadap diri<br />

sendiri, menebarkan salam kepada<br />

dunia, dan berinfak ketika dalam<br />

kesulitan.”<br />

Orang yang sombong berbeda<br />

dengan sikap ini sepenuhnya. Dia<br />

tidak menjawab setiap orang yang<br />

mengucapkan salam kepadanya<br />

karena angkuh. Lalu bagaimana<br />

mungkin dia mengucapkan salam<br />

kepada setiap orang. Oleh karena itu,<br />

seorang muslim harus rendah hati<br />

kepada anak-anak dan tidak boleh<br />

masa bodoh terhadap mereka hanya<br />

karena mereka masih anak-anak. Akan<br />

tetapi, justru harus memperhatikan<br />

mereka sebab salam kepada mereka<br />

berarti mengajarkan rasa cinta dan<br />

mendorong mereka kepada akhlak<br />

yang mulia.<br />

Alangkah indahnya hidup ini jika<br />

setiap individu muslim menyadari<br />

akan ajarannya. Setiap berjumpa<br />

dengan saudaranya, mereka<br />

saling mengucapkan salam, saling<br />

mendoakan antar sesamanya.<br />

Semoga Allah Swt. memberikan<br />

kekuatan kepada kita untuk<br />

mampu mengamalkan ajaran<br />

salam ini sehingga salam menjadi<br />

ciri khas Islam di belahan dunia. n<br />

(Penulis adalah Dosen IAIN Ar-<br />

Raniry Banda <strong>Aceh</strong>)


Dayah <strong>Aceh</strong> di Kancah<br />

Ketika saya memperkenalkan diri<br />

sebagai “guru dayah” hadirin<br />

mungkin merasa bingung.<br />

Dari raut wajahnya tampak mereka<br />

bertanya-tanya di dalam hati. Prediksi<br />

saya ternyata benar ketika seorang<br />

teman asal Jawa Tengah tunjuk<br />

tangan. “Coba diulang sekali lagi,<br />

apa pekerjaan saudara tadi?” “Guru<br />

Dayah” jawab saya tegas. Tepatnya<br />

guru Dayah Ma’had Al-Furqan<br />

Kec. Bandar Baru Kab. Pidie Jaya<br />

Nanggroe <strong>Aceh</strong> Darussalam. “Apa itu<br />

dayah?” tanya seorang teman lagi<br />

asal Sulawesi Selatan. Akhirnya saya<br />

“dipaksa” untuk menjelaskan bahwa<br />

Pondok Pesantren di <strong>Aceh</strong> disebut<br />

dengan dayah. Ketika saya kembali<br />

ke tempat duduk, seorang profesor<br />

yang sering bertugas ke <strong>Aceh</strong> pasca<br />

tsunami berujar; “Ada-ada saja<br />

Teungku <strong>Aceh</strong>.”<br />

Peristiwa itu terjadi pada sebuah<br />

acara ta’arruf antara mahasiswa<br />

baru Program Pascasarjana Universitas<br />

Islam Negeri (UIN) Sunan<br />

Kalijaga Yogyakarta dengan civitas<br />

akademikanya pada awal September<br />

2008. Saya sengaja menggunakan<br />

kata dayah dalam setiap kesempatan<br />

untuk menasionalkan istilah itu.<br />

Masyarakat luar <strong>Aceh</strong> sangat asing<br />

dengan istilah dayah. Mereka hanya<br />

mengenal istilah pondok pesantren,<br />

pondok, atau pesantren saja. Namun<br />

setelah saya sosialisasikan secara<br />

terus menerus, mereka menjadi biasa<br />

dan memanggil saya Teungku Dayah<br />

atau Teungku <strong>Aceh</strong>.<br />

Saya berada di Yogyakarta untuk<br />

menyukseskan agenda pemerintah<br />

Nasional<br />

(Catatan seorang Teungku Dayah)<br />

Oleh: Sulaiman M. Thalib, M.Si<br />

melalui Departemen <strong>Agama</strong> RI dalam<br />

rangka upaya peningkatan kualitas<br />

sumber daya manusia (SDM) pondok<br />

pesantren. Sebanyak dua puluh<br />

enam orang pimpinan/guru pondok<br />

pesantren dari seluruh Indonesia<br />

waktu itu memperoleh beasiswa<br />

dari pemerintah pusat untuk kuliah<br />

jenjang S2 di Program Pascasarjana<br />

UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.<br />

Saya datang membawa nama<br />

<strong>Aceh</strong>, kususnya bagi institusi dayah.<br />

Setelah serangkaian seleksi yang<br />

sangat panjang dan ketat, dari 872<br />

orang peserta yang ikut tes seluruh<br />

Indonesia hanya 26 orang yang<br />

dinyatakan lulus (24 laki-laki dan 2<br />

perempuan) dan saya salah seorang<br />

di antaranya. Dari <strong>Aceh</strong> tercatat<br />

sebelas orang yang mengikuti seleksi<br />

ini. Kita beruntung dapat lulus,<br />

sebab tidak semua provinsi berhasil<br />

mengantarkan untusannya. Karena<br />

ini seleksi nasional, maka ada provinsi<br />

yang utusannya melebihi satu orang<br />

dan banyak juga yang nihil utusan<br />

walaupun mereka bersaing dalam<br />

serangkaian seleksi.<br />

Dari pulau Sumatera hanya<br />

empat provinsi yang lulus. <strong>Aceh</strong> satu<br />

orang, Sumatera Utara satu orang,<br />

Sumatera Selatan satu orang, dan<br />

<strong>Prov</strong>insi Lampung satu orang. Dari<br />

pulau Kalimantan hanya satu orang<br />

yang lulus, yaitu dari Banjarmasin,<br />

Kalimantan Selatan. Dari Sulawesi dua<br />

orang, yaitu satu orang dari Makasar,<br />

Sulawesi Selatan dan satu orang<br />

dari <strong>Prov</strong>insi Gorontalo. Selebihnya<br />

berasal dari pulau Jawa. <strong>Prov</strong>insi<br />

Banten mengirim utusan satu orang,<br />

<strong>Santunan</strong> JULI <strong>2010</strong><br />

Jawa Barat empat orang, Jawa Tengah<br />

enam orang. D.I. Yogyakarta empat<br />

orang, dan Jawa Timur empat orang.<br />

Studi Tahqiq al-Kutub<br />

Jurusan ini diberinama Tahqiq<br />

al-Kutub. Jurusan yang amat<br />

langka padahal sangat dibutuhkan<br />

di dunia keilmuan, baik di dayah/<br />

pondok pesantren, maupun di luar<br />

dayah. Jurusan ini berorientasi pada<br />

penyuntingan dan pengkajian kitabkitab<br />

yang masih berupa makhthuthat/<br />

manuskrip dan mengkaji kitab-kitab<br />

mathbu’ah yang telah diterbitkan<br />

serta memberikan analisis sesuai<br />

dengan metodologi yang berkembang.<br />

Kami juga dituntut untuk dapat meningkatkan<br />

kualitas pondok pesantren<br />

dalam keikutsertaannya dalam menyukseskan<br />

program pendidikan<br />

nasional.<br />

Di <strong>Aceh</strong>, Studi Tahqiq al-Kutub<br />

telah lama berlansung. Kelas yang<br />

diasuh langsug oleh Teungku Chik<br />

disebut kelas Bustanul Muhaqqiqin<br />

(taman para muhaqqiq). Tetapi antara<br />

belajar tahqiq di Pascasarja dan di<br />

Dayah mempunyai perbedaan yang<br />

sangat jauh. Bila di dayah menganut<br />

sistemnya sendiri, di perguruan<br />

tinggi juga mempunyai sistemnya<br />

tersendiri. Saya kadang-kadang<br />

seperti bermimpi, seandainya kedua<br />

sistem ini dapat dipadukan di dayahdayah<br />

<strong>Aceh</strong>, maka keilmuan di <strong>Aceh</strong><br />

akan kembali tampil sebagai pelopor<br />

peradaban.<br />

Jurusan Tahqiq al-Kutub<br />

merupakan jurusan favorit pada<br />

Program Pascasarjana UIN Sunan<br />

39


Kalijaga Yogyakarta. Banyaknya jumlah<br />

peserta yang mengikuti seleksi<br />

dapat memecahkan rekor tertinggi<br />

dalam sejarah penseleksian Program<br />

Pascasarjana di seluruh Indonesia.<br />

Dosen-dosen yang mengajar adalah<br />

para profesor alumni Timur Tengah<br />

dan Eropa serta Kiyai-kiyai terkenal di<br />

Jawa. Ilmu yang dikaji tidak terfokus<br />

dalam satu bidang saja, namun<br />

seluruh bidang ilmu keislaman.<br />

Sebab kita dituntut untuk mengkaji<br />

kitab-kitab karangan ulama terdahulu<br />

dalam seluruh disiplin ilmu. Porsi yang<br />

terbanyak adalah ushul fiqh, disusul<br />

tafsir dan qiraah, ulumul hadits, fiqh,<br />

ilmu kalam, tasawuf dan ilmu bahasa<br />

dan sastra Arab.<br />

Keunggulan lain<br />

jurusan ini adalah<br />

separuh maha<br />

siswanya alumni<br />

Timur Tengah, ada<br />

yang dari Al-Azhar<br />

Kairo, dari Ummul<br />

Qura Makkah,<br />

dari Madinah,<br />

dari Yaman, dari<br />

Baghdad, dan dari<br />

Sudan. Hanya saya<br />

dan beberapa<br />

teman lainnya<br />

yang merupakan<br />

alumni IAIN atau<br />

STAIN dari daerah<br />

masing-masing.<br />

Namun kita dengan<br />

cepat dapat menyesuaikan diri,<br />

sehingga tidak ada jurang pemisah<br />

antara mahasiswa yang berasal dari<br />

luar negeri atau dalam negeri.<br />

Kehadiran jurusan ini di Pascasarjana<br />

UIN Sunan Kalijaga memberikan<br />

kebanggaan tersendiri bagi<br />

pimpinan Universitas ini. Rektor UIN<br />

Sunan Kalijaga, Prof. Dr. H. M. Amin<br />

Abdullah, MA, dan Direktur Program<br />

Pascasarjana, Prof. Dr. H. Iskandar<br />

Zulkarnain, MA, dalam setiap kesempatan<br />

memberikan apresiasi tersendiri<br />

untuk jurusan ini. Demikian juga para<br />

dosen yang mengajar, entah serius<br />

atau tidak di hari pertama kuliah<br />

selalu melontarkan pujian-pujian dan<br />

sanjungan.<br />

Saya tidak pada posisi membanggakan<br />

diri apalagi sombong. Saya<br />

tak habis-habisnya bersyukur dapat<br />

membawa nama <strong>Aceh</strong>, kususnya<br />

dayah. Sekarang sudah ada orang<br />

Jawa yang biasa menggunakan<br />

istilah dayah. Sehingga ketika ia<br />

pulang kampung untuk menjenguk<br />

pesantrennya ia akan berujar akan<br />

menjenguk “dayah”nya.<br />

Yang membanggakan saya “dan<br />

juga <strong>Aceh</strong>” pada dasarnya bukan<br />

terletak di situ saja, tetapi terletak<br />

pada ilmu yang diperoleh melalui<br />

program kuliah ini. Menyunting<br />

manuskrip adalah pekerjaan yang<br />

sangat rumit serta memerlukan<br />

keahlian, kehati-hatian, kesabaran dan<br />

ketelitian, apalagi men-tahqiq-nya.<br />

Demikian juga pekerjaan menganalisis<br />

isi manuskrip itu. Bahasa Melayu atau<br />

bahasa Arab adalah sama sulitnya,<br />

apalagi Bahasa <strong>Aceh</strong>. Aksara-aksara<br />

Arab kuno yang unik menguji kita<br />

dalam hal kesabaran dan ketelitian.<br />

Selain itu mahasiswa juga dituntut<br />

untuk menguasai sejarah sosial masa<br />

pengarang itu hidup serta biografinya<br />

untuk dapat dihubungkan dengan<br />

pemikirannya yang dituangkan dalam<br />

naskah. Alhamdulillah semua ilmu itu<br />

masuk dalam mata kuliah yang harus<br />

dipelajari.<br />

40 <strong>Santunan</strong> JULI <strong>2010</strong><br />

Sesuai dengan program pemerintah,<br />

semua mahasiswa program<br />

ini diasramakan di sebuah pondok<br />

pesantren terkenal di Yogyakarta.<br />

CSI-NAWESEA English Pesantren for<br />

Under and Post-Graduate Students.<br />

CSI-NAWESEA adalah singkatan dari<br />

Center for the Study of Islam in North<br />

America, Western Europe and South<br />

East Asia. Pesantren ini didirikan<br />

oleh alumni pondok pesantren yang<br />

telah menyelesaian pendidikan S3<br />

baik di dalam maupun luar negeri.<br />

Pimpinannya sekarang adalah Prof.<br />

K. Yudian Wahyudi, Ph.D., dekan<br />

Fakultas Syariah UIN Sunan Kalijaga.<br />

Saya sekali lagi dibuat terkagumkagum.<br />

Santri<br />

pesantren ini<br />

adalah alumni<br />

S1 dari berbagai<br />

perguruan tinggi<br />

dalam dan<br />

luar negeri.<br />

Untuk masuk<br />

ke pesantren ini<br />

harus melalui<br />

s e r a n g k a i a n<br />

tes/seleksi dan<br />

menguasai dua<br />

bahasa, Arab<br />

dan Inggris.<br />

K u r i k u l u m n y a<br />

mirip dengan<br />

k u r i k u l u m<br />

perguruan tinggi,<br />

dan setiap enam<br />

bulan sekali setiap santri harus<br />

melahirkan karya ilmiah berupa<br />

buku, novel, atau terjemahan untuk<br />

diterbitkan oleh penerbit NAWESEA<br />

Press. Di samping itu, pesantren ini<br />

juga memiliki majalah dan jurnal<br />

yang terbit sebulan sekali, serta<br />

buletin yang terbit setiap hari Jumat.<br />

Saya kembai bersyukur sebab saya<br />

satu-satunya santri yang berasal dari<br />

dayah <strong>Aceh</strong>. n<br />

(Penulis adalah Penyuluh <strong>Agama</strong><br />

Fungsional Kec. Bandar Baru Kab.<br />

Pidie Jaya/Guru Dayah Ma’had Al-<br />

Furqan)


Nikah Siri Atau Nikah di<br />

Bawah Tangan ?<br />

Membaca halaman muka<br />

harian Serambi Indonesia<br />

Sabtu, 22 Mei <strong>2010</strong><br />

berjudul “NIKAH SIRI ADA YANG<br />

SAH”, menimbulkan pertanyaan “Apa<br />

sesungguhnya nikah siri?” Mungkin<br />

pemahaman banyak orang, bahwa<br />

nikah siri sama dengan nikah di bawah<br />

tangan yang tidak dicatat. Apa ini yang<br />

dimaksud? Hal ini perlu klarifikasi<br />

agar tidak terjadi salah paham dalam<br />

masyarakat.<br />

Jika nikah siri di atas merujuk<br />

kepada terminologi fikih, maka jelas<br />

para ulama sudah sepakat tidak sah.<br />

Tapi wallahu a‘lam, entah nikah siri<br />

dengan definisi mana dimaksudkan<br />

sehingga dinyatakan ada yang sah<br />

dan ada juga yang tidak sah.<br />

Bicara dalam konteks sah-tidak sah,<br />

suatu pernikahan dinyatakan sah, bila<br />

dilaksanakan sesuai dengan ketentuan<br />

syariat Islam, yaitu ada kedua calon<br />

mempelai, wali, saksi dan akad, serta<br />

syarat-syarat tertentu. Selanjutnya jika<br />

nikah ini tidak dilaporkan kepada PPN/<br />

KUA Kecamatan, maka dinyatakan<br />

tidak sah menurut hukum positif,<br />

tapi tetap sah menurut hukum Islam.<br />

Karena kalau tidak sah, bagaimana<br />

status orang-orang tua kita tempo<br />

dulu yang menikah sebelum adanya<br />

peraturan pencatatan dan undangundan<br />

perkawinan, apa semua mereka<br />

dikatakan tidak sah dan berzina? Tentu<br />

tidak demikian!<br />

Untuk kelengkapan dokumen perkawinan,<br />

pemerintah memberikan<br />

dispensasi bagi yang sudah nikah<br />

sebelum berlakunya undang-undang<br />

perkawinan, dapat dicatat setelah<br />

isbat dari Mahkamah Syar’iyah.<br />

Oleh Marwan Kamaruddin, S.Ag<br />

Ulama Islam juga<br />

sepakat, bahwa nikah sirri<br />

dilarang (diharamkan),<br />

hanya saja mereka<br />

masih ikhtilaf pada<br />

mendefinisikan nikah siri<br />

tersebut.<br />

Bahkan dalam kondisi tertentu<br />

pun, seperti pada masa konflik, tetap<br />

dapat dicatat. Jadi persoalan nikah<br />

siri dan nikah di bawah tangan dalam<br />

pemahaman di atas, menurut hemat<br />

kami harus dibedakan, karena tidak<br />

semua nikah yang dilakukan di bawah<br />

tangan itu dapat dikatakan sebagai<br />

nikah siri.<br />

Kembali kepada nikah siri dalam<br />

konteks terminologi Fikih. Nikah<br />

siri model ini dilarang sebagaimana<br />

<strong>Santunan</strong> JULI <strong>2010</strong><br />

pernyataan Umar bin Khatab: “Siapa<br />

yang melakukan nikah sirri akan saya<br />

rajam dia”, setelah Nabi Muhammad<br />

saw. bersabda seperti yang ditakhrij<br />

Abu Daud, yang artinya: “Tolong<br />

kalian umumkan nikah ini (sirri) dan<br />

tabuhkan rebana (untuknya)!”. (Lihat;<br />

Ibnu Rusyd, Bidayatul Mujtahid Wa<br />

Nihayatul Muqtashid).<br />

Ulama Islam juga sepakat, bahwa<br />

nikah siri dilarang (diharamkan),<br />

hanya saja mereka masih ikhtilaf pada<br />

mendefinisikan nikah siri tersebut.<br />

Wahbah al-Zuhaily dalam bukunya<br />

al-Fiqh al-Islamy wa Adillatuh, jilid 9<br />

halaman 6560, mendefinisikan nikah<br />

siri sebagai nikah yang dipesankan<br />

(tekankan) oleh suami kepada para saksi<br />

agar menyembunyikan pernikahannya<br />

itu kepada isterinya atau kepada orang<br />

lain, sekalipun keluarganya.<br />

Menurut Ibnu Rusyd; apabila saksi<br />

ada tetapi mereka diperintahkan<br />

41


untuk menyembunyikan kesaksiannya,<br />

maka nikah itu tidak termasuk sirri.<br />

Imam Malik berpendapat, kalau<br />

saksi ada tapi tidak berfungsi sebagai<br />

saksi karena sudah dipesan/ditekan<br />

untuk menyembunyikan perkawinan<br />

tersebut, maka nikah itu masuk dalam<br />

kategori nikah sirri dan pasangan<br />

tersebut harus di-pasakh-kan dan<br />

diceraikan keduanya (sama seperti<br />

pendapat Wahbah Zuhaily).<br />

Sedangkan Abu Hanifah dan<br />

As-Syafi’ie berpendapat, kalau<br />

saksi ada tapi tidak berfungsi<br />

sebagai saksi karena ditekan untuk<br />

menyembunyikan perkawinan tersebut,<br />

maka nikah itu tidak masuk<br />

dalam kategori nikah sirri.<br />

Mereka berbeda pendapat pada<br />

eksistensi saksi dalam akad nikah.<br />

Apakah saksi itu ketentuan hukum<br />

syar’i untuk syarat sah nikah, atau<br />

sekedar untuk terpercayanya nikah<br />

itu, atau hanya untuk kesempurnaan<br />

nikah belaka. Atau hanya untuk<br />

menutup pintu perbedaan pendapat<br />

atau pemutarbalikan fakta pasutri di<br />

kemudian hari.<br />

Menurut analisis kami dapat<br />

disimpulkan, bahwa yang dikatakan<br />

nikah sirri adalah akad nikah yang<br />

dilakukan dengan tanpa wali dan<br />

tanpa saksi, tetapi akad nikah hanya<br />

dilakukan antara calon suami dan<br />

calon isteri. Sesuai dengan hadis yang<br />

diriwayatkan oleh Dar al-Qutni dari<br />

Ibnu Abbas, yang artinya : “Tidak sah<br />

suatu pernikahan kecuali dengan dua<br />

orang saksi dan wali yang mursyid.”<br />

Mayoritas ulama (Abu Hanifah,<br />

As-Syfi’ie dan Malik) sepakat bahwa<br />

nikah siri tidak sah. Maka dalam<br />

pemahaman penulis, akad nikah<br />

yang tidak ada syubhat ikhtilaf<br />

para ulama tentang kesahihannya<br />

adalah masuk dalam terminoligi<br />

nikah sirri. Maka dengan demikian<br />

tidak ada jalan untuk melegalisasi<br />

nikah siri. Maka judul yang cocok<br />

menurut kami adalah “NIKAH DI<br />

BAWAH TANGAN ADA YANG SAH”<br />

bukan NIKAH SIRI ADA YANG SAH.<br />

Pencatatan Nikah<br />

Pencatatan nikah sudah<br />

Pencatatan nikah<br />

sudah jelas diatur dalam<br />

undang-undang, peraturan<br />

pemerintah dan keputusan<br />

<strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong><br />

sebagai leading sector<br />

di bidang kehidupan<br />

beragama<br />

jelas diatur dalam undang-undang,<br />

peraturan pemerintah dan keputusan<br />

<strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> sebagai leading<br />

sector di bidang kehidupan beragama.<br />

Dengan demikian sudah barang tentu<br />

pencatatan nikah di luar ketentuan<br />

peraturan perundang-undangan di atas<br />

adalah perbuatan melawan hukum.<br />

Nikah di bawah tangan biasanya<br />

disebabkan beberapa faktor, antara<br />

lain:<br />

1. Sulitnya izin berpoligami;<br />

2. Orang tua calon isteri tidak<br />

merestui (kawin lari);<br />

3. Suami ingin bebas dari tanggung<br />

jawab.<br />

Pencatatan nikah adalah kewenangan<br />

Kantor Urusan <strong>Agama</strong> Kecamatan<br />

sesuai dengan ketentuan yang<br />

berlaku. Regulasi untuk pencatatan<br />

nikah diatur dalam:<br />

1. Undang-undang nomor 32 tahun<br />

1954 tentang berlakunya Undangundang<br />

Republik Indonesia<br />

tanggal 21 November 1946 nomor<br />

22 tahun 1946 tentang Pencatatan<br />

Nikah, Talak dan Rujuk di Seluruh<br />

Daerah luar Jawa dan Madura.<br />

42 <strong>Santunan</strong> JULI <strong>2010</strong><br />

2. Undang-undang nomor 1 tahun<br />

1974 tentang Perkawinan.<br />

3. Peraturan Pemerintah nomor 9<br />

tahun 1975 tentang Pelaksanaan<br />

Undang-undang Nomor 1 tahun<br />

1974 tentang Perkawinan.<br />

4. Inpres nomor 1 tahun 1991<br />

tentang Kompilasi Hukum Islam.<br />

5. KMA nomor 447 tahun 2004<br />

tentang Pencatatan Nikah.<br />

6. PMA nomor 11 2007 tentang<br />

Pencatatan Nikah.<br />

Dalam PMA nomor 11 2007<br />

tentang pencatatan nikah pasal 15<br />

dengan tegas disebutkan bahwa<br />

Pegawai Pencatat Nikah (PPN),<br />

dilarang membantu melaksanakan<br />

dan mencatat peristiwa nikah<br />

apabila (1) Persyaratan sebagaimana<br />

dimaksud dalam pasal 5 ayat 2<br />

tidak terpenuhi; dan mengetahui<br />

adanya pelanggaran dari ketentuan /<br />

persyaratan pernikahan.<br />

Undang-undang nomor 11 tahun<br />

2006 tentang Pemerintah <strong>Aceh</strong> juga<br />

tidak membuka peluang otonomi<br />

khusus pada bidang agama untuk<br />

diatur dalam Qanun Pemerintah <strong>Aceh</strong>.<br />

Maka solusinya adalah mengamandemenkan<br />

undang-undang dan peraturan<br />

perkawinan itu sendiri.<br />

Melalui opini ini kami menyarankan<br />

agar istilah-istilah yang digunakan<br />

agar disesuaikan dengan istilah fikih<br />

yang ada dan kedua fatwa tentang<br />

kewajiban mencatat “nikah di bawah<br />

tangan yang sah” oleh Majelis Permusyawaratan<br />

Ulama <strong>Aceh</strong> perlu dipertimbangkan<br />

kembali, mengingat<br />

dampak negatifnya sangat banyak<br />

apabila hal itu dilaksanakan di dalam<br />

masyarakat, kalaupun tidak kita<br />

katakan nikah di bawah tanganpun<br />

untuk saat ini tidak sah dilaksanakan<br />

(karena saddudzdzara’i). Wallahu<br />

‘alam bishshawab. n<br />

(Penulis adalah Kasi Peny. Haji<br />

dan Umrah Kankemenag Kab.<br />

<strong>Aceh</strong> Utara dan Pengasuh Pondok<br />

Pesantren Almadinatuddiniyah<br />

Syamsudhdhuha, Cot Murong<br />

<strong>Aceh</strong> Utara).


Pengaruh HP Terhadap Siswa<br />

Mus Mulyadi, S.Ag<br />

Kemajuan Tekhnologi saat ini<br />

semakin berkembang, berbagai<br />

macam fasilitas tersedia di<br />

pasaran baik dalam bentuk yang super<br />

besar hingga yang berbentuk microchip<br />

yang mampu menyimpan jutaan data<br />

yang kita inginkan. Manusia saat ini<br />

telah mampu menguasai teknologi<br />

modern yang mungkin dulunya kita<br />

anggap mustahil dapat dilakukan, tapi<br />

nyatanya sekarang, fasilitas-fasilitas<br />

tersebut telah pula kita rasakan<br />

keberadaannya.<br />

Salah satu contoh adalah kemajuan<br />

dalam bidang komunikasi. Kalau<br />

dulu jarak menjadi masalah dalam<br />

menyampaikan berita maka saat ini<br />

bukan lagi menjadi kendala di mana<br />

pun kita berada asal terjangkau<br />

signal, maka kita dapat berkomunikasi<br />

dengan keluarga, sahabat, bawahan<br />

dan juga atasan kita, hanya dengan<br />

mengantongi sebuah benda yang<br />

ukurannya sangat kecil yang dinamakan<br />

Handphone (HP).<br />

HP merupakan sebuah benda<br />

yang kecil dan dapat kita beli dengan<br />

harga yang relatif terjangkau tapi<br />

mempunyai fungsi yang sangat<br />

besar bagi yang memilikinya, proyek<br />

milyaran rupiah bisa berhasil atau<br />

gagal dengan adanya HP. Persahabatan<br />

dapat terus berlanjut dengan adannya<br />

HP, informasi perkembangan dunia<br />

dapat kita ketahui juga dengan adanya<br />

HP, dan banyak lagi manfaat HP dalam<br />

kehidupan kita saat ini. Rasanya<br />

hidup terasa belum lengkap tanpa<br />

mengantongi benda yang namanya<br />

HP. Dia bukan lagi kebutuhan sekunder<br />

atau tersier, tapi sudah menjadi<br />

kebutuhan primer.<br />

Orang tua akan merasa bangga jika<br />

putra-putrinya telah memiliki HP dari<br />

berbagai merek, mereka beranggapan;<br />

jika jam belajar saat<br />

guru menerangkan<br />

pelajaran tidak jarang<br />

kita dengar deringan<br />

HP, jika guru marah<br />

si anak berdalih lupa<br />

mematikan, alarmlah<br />

jika anaknya memiliki HP berarti<br />

telah menguasai tekhnologi. Hal ini<br />

terbukti dengan banyaknya siswa<br />

di setiap jenjang pendidikan telah<br />

memiliki benda tersebut, sehingga di<br />

setiap sudut-sudut sekolah kita bisa<br />

melihat para siswa sibuk dengan HPnya<br />

masing-masing. Akibatnya ada<br />

sebagian siswa yang tidak memiliki HP<br />

merasa minder dan kurang gaul dari<br />

teman-temannya yang memiliki HP.<br />

Akhirnya mereka mengasingkan diri<br />

dan membentuk kelompok-kelompok<br />

tersendiri. Ini merupakan dampak<br />

nyata yang kebenarannya dapat<br />

dibuktitan tanpa penelitian ‘nyelimet’.<br />

Siswa yang memiliki HP kadang<br />

kala tidak perduli terhadap lingkungan<br />

sekitar, jika jam belajar saat guru<br />

menerangkan pelajaran tidak jarang<br />

kita dengar deringan HP. Jika guru<br />

marah si anak berdalih lupa mematikan,<br />

alarm. Ini merupakan dilema<br />

yang dihadapi guru di dalam kelas.<br />

Siswa juga merasa dimanjakan dengan<br />

adanya HP ini di mana saat pelajaran<br />

yang membutuhkan perhitungan sederhana<br />

ia tidak lagi mau membuat<br />

coretan-coretan dikertas untuk mencari<br />

jawaban, tapi hanya dengan menggunakan<br />

HP maka perhitungan sederhana<br />

dapat terjawab. Hal ini secara<br />

tidak langsung telah membuat siswa<br />

<strong>Santunan</strong> JULI <strong>2010</strong><br />

malas dalam mencari penyelesaian<br />

suatu persoalan, konon lagi saat ujian<br />

berlangsung, siswa menggunakan<br />

SMS untuk memperoleh jawaban dari<br />

temannya.<br />

Saat istirahat siswa yang mempunyai<br />

HP mulai sibuk membuka<br />

fitur-fitur yang ada di HP-nya. Mulai<br />

dari Games, MP3, internetan dan lain<br />

sebagainya. Ada lagi permasalahan<br />

yang sangat urgen, yakni jika siswa<br />

memiliki HP yang punya memori, ada<br />

beberapa siswa didapati menyimpan<br />

file asususila di memori HP-nya.<br />

Keberadaan HP bagi siswa sebenarnya<br />

tidak selalu memberikan<br />

dam-pak negatif. Banyak manfaat<br />

positif didapat siswa jika memiliki HP,<br />

karena dapat mengakses informasi<br />

tenteng keadaan dunia sekarang ini<br />

melalui fitur internet yang ada di<br />

dalam HP yang ia miliki. Ia juga dengan<br />

mudah berkomunikasi dengan siswa<br />

lain untuk bertukar informasi yang<br />

berada di sekolah lain yang mungkin<br />

berbeda kota, dan yang juga sangat<br />

penting, orang tua dapat dengan<br />

leluasa memantau keberadaan putraputrinya.<br />

Untuk menghadapi kemajuan<br />

teknologi yang begitu pesat ini mari<br />

kita awasi bersama putra-putri kita<br />

agar meraka tidak menyalahgunakan<br />

teknologi yang ada. Kemajuan teknologi<br />

jangan kita jadikan kambing hitam jika<br />

terjadi pergeseran nilai di masyarakat<br />

kita, tapi mungkin kita yang kurang arif<br />

dalam menggunakan teknologi yang<br />

semakin berkembang. Dan sekali lagi<br />

tanamkan nilai iman kepada putraputri<br />

kita agar mereka mampunyai<br />

benteng dalam menghadapi setiap<br />

perubahan yang ada. n<br />

(Penulis adalah guru MAN Kuala<br />

Makmur Kabupaten Simeulue)<br />

43


LOMBA KARYA TULIS ILMIAH<br />

PENGEMBANGAN PENDIDIKAN PESANTREN TAHUN <strong>2010</strong><br />

Latar Belakang<br />

Dalam sejarah peradaban manusia, Islam pernah tampil<br />

menjadi sebuah peradaban, seiring dengan proses penyebaran<br />

Islam ke berbagai belahan dunia. Khusus di Indonesia,<br />

Islam masuk dan berkembang melalui budaya damai yang<br />

diwakili oleh institusi sufisme dan pesantren. Sebagai sebuah<br />

tempat penyebaran Islam, pesantren memiliki tradisi dan potensi<br />

nilai nilai keadaban. Maka tidak sedikit kalangan pengkaji Islam<br />

Indonesia menyebut pesantren sebagai kampung peradaban,<br />

artefak peradaban Indonesia, sub kultur, institusi kultural, dan<br />

lain- lain.<br />

Potensi pesantren sebagai center of civilized muslim di<br />

Indonesia diwujudkan dalam bentuk khazanah intelektual Islam<br />

yang muncul dan berkembang dari pesantren berupa tradisi kitab<br />

kuning, disamping tradisi pesantren yang berkembang lainnya<br />

seperti sikap dan prilaku tasammuh, tawazun, dan tawassut.<br />

Interaksi tradisi pesantren dengan tradisi lainnya<br />

memungkinkan muncul suatu peradaban muslim baru yang lahir<br />

dari Indonesia. Dengan kata lain dapatkah potensi pesantren<br />

didorong menjadi peradaban muslim di Indonesia? Unsur unsur<br />

apa saja sehingga pesantren dianggap sebagai pusat peradaban<br />

muslim di Indonesia di masa depan? Karena itu, Puslitbang<br />

Pendidikan <strong>Agama</strong> dan Keagamaan Badan Litbang dan Diklat<br />

<strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> Tahun <strong>2010</strong> mengundang para khalayak<br />

yang mempunyai perhatian terhadap pengembangan pendidikan<br />

pesantren di masa depan untuk menggagas tentang bagaimana<br />

pesantren dapat menjadi pusat peradaban muslim di Indonesia<br />

yang termanifestasikan dalam bentuk Karya Tulis Ilmiah.<br />

Tujuan:<br />

Menggagas pesantren sebagai pusat peradaban Muslim di<br />

Indonesia dalam bentuk karya tulis ilmiah.<br />

Target Kegiatan:<br />

- Terhimpun sejumlah karya tulis ilmiah tentang gagasan<br />

pesantren sebagai pusat peradaban muslim di Indonesia;<br />

- Terpilihnya 6 (enam) naskah karya tulis ilmiah terbaik.<br />

Tema:<br />

Menggagas Pesantren Sebagai Pusat Peradaban Muslim di<br />

Indonesia<br />

Peserta:<br />

Peserta adalah masyarakat umum yang mempunyai perhatian<br />

terhadap pengembangan pendidikan pesantren di masa depan.<br />

Kriteria Naskah:<br />

- Naskah ditulis dalam bahasa Indonesia, di ketik pada kertas<br />

A4, Spasi 1,5 cm, margin 3 cm (atas dan kiri) dan 2,5 cm (kanan<br />

dan bawah), font Times New Roman, ukuran 12, Naskah di<br />

tulis minimal 20 halaman dan maksimal 50 halaman (tidak<br />

termasuk halaman depan, kata pengantar, daftar isi, daftar<br />

pustaka dan lampiran);<br />

- Naskah merupakan hasil kajian / penelitian baik Individual<br />

maupun kelompok ;<br />

- Melampirkan surat pernyataan (bermaterai Rp 6000)<br />

Puslitbang Pendidikan <strong>Agama</strong> dan Keagamaan<br />

BADAN LITBANG DAN DIKLAT<br />

KEMENTERIAN AGAMA RI<br />

44 <strong>Santunan</strong> JULI <strong>2010</strong><br />

-<br />

bahwa karya ilmiah tersebut asli dan belum pernah<br />

diikutsertakan dalam lomba apapun;<br />

Naskah yang dikirim hanya 1 (satu) karya tulis ilmiah/<br />

peserta;<br />

- Sistematika penulisan mengikuti kaidah kaidah penulisan<br />

karya tulis ilmiah, dengan ketentuan: pendahuluan 20%,<br />

pembahasan/Isi<br />

saran) 20%.<br />

Pengriman Naskah:<br />

60% dan penutup (kesimpulan dan<br />

- Naskah dikirim sebanyak 2 (dua) eksemplar disertai CD<br />

(soft copy);<br />

- Naskah dikirim ke alamat : Panitia Lomba KTI Pengembangan<br />

Pendidikan Pesantren Gedung Bayt al Qur’an– Museum<br />

Istiqlal Jl. Pintu I Komplek Taman Mini Indonesia<br />

-<br />

Indah Jakarta Timur 13560;<br />

Pengiriman naskah disertai dengan fotocopy identitas diri<br />

(KTP/SIM dan biodata singkat; nama, lamat lengkap, no.<br />

Tlp./HP, e mail) dan surat pernyataan keaslian naskah;<br />

- Naskah diterima Panitia selambat lambatnya tanggal 31<br />

Agustus <strong>2010</strong> (cap pos);<br />

- Naskah yang sudah masuk tidak dapat dikembalikan<br />

dan menjadi hak Panitia.<br />

Penetapan Pemenang:<br />

- Nominator pemenang akan diumumkan pada minggu<br />

keempat bulan September <strong>2010</strong> melalui website Balitbang<br />

dan Diklat www.balitbangdiklat.kemenag.go.id;<br />

- Nominator pemenang akan dihubungi panitia lomba melalui<br />

telepon dan surat untuk menghadiri presentasi dan upacara<br />

penyerahan hadiah pemenang pada minggu kedua Oktober<br />

<strong>2010</strong>;<br />

- Jumlah pemenang sebanyak 6 (enam) naskah, yaitu<br />

-<br />

pemenang juara I, juara II, juara III, harapan I, harapan II, dan<br />

harapan III ;<br />

Pemenang ditetapkan oleh tim penilai melalui dua tahapan:<br />

pertama penilaian naskah dan kedua penilaian peresentasi;<br />

- Keputusan tim penilai tidak dapat diganggu gugat.<br />

Penghargaan Pemenang<br />

Pemenang lomba akan mendapatkan penghargaan/hadiah<br />

berupa Trophy, piagam penghargaan dan uang tunai masingmasing<br />

besarnya sebagai berikut)* :<br />

1. Juara I Rp 15.000.000,00<br />

2. Juara II Rp 12.500.000,00<br />

3. Juara III Rp 10.000.000,00<br />

4. Harapan I Rp 8.000.000,00<br />

5. Harapan II Rp 6.000.000,00<br />

6. Harapan III Rp 4.000.000,00<br />

Catatan:<br />

* Pajak hadiah ditanggung pemenang<br />

** I n f o l e b i h l a n j u t d a p a t m e n g h u b u n g i : S d r.<br />

Ta’rief (081319660744)/ Husen(081319157303)


Diasuh oleh Zulfathi, Staf Bidang Mapenda Kanwil <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> <strong>Prov</strong>insi <strong>Aceh</strong><br />

“Tweak” dan Komputer Anda Lebih Cepat<br />

Salam Pembaca setia majalah santunan! Pada <strong>edisi</strong><br />

ini akan saya perkenalkan tweak yang dalam istilah<br />

komputer sering diartikan sebagai modifikasi kecil<br />

untuk meningkatkan performa komputer.<br />

Kebutuhan akan performa yang baik sangat mempengaruhi<br />

efektifitas kerja kita dalam berinteraksi sehari-hari dengan<br />

komputer. Masalah klasik yang muncul dan sering kita alami<br />

di`antaranya komputer lambat loading, proses task manager<br />

yang sering hang, loading internet lama, lambatnya start up dan<br />

berbagai masalah lain.<br />

Baiklah, dalam tulisan ini saya mencoba men-tweak<br />

komputer kita supaya proses loading start-up/booting komputer<br />

dan performa komputer kita menjadi lebih cepat yaitu:<br />

Mematikan beberapa konfigurasi yang di-load secara<br />

otomatis oleh Windows ketika proses start-up berlangsung.<br />

Buka Komputer seperti biasa; Start, Run, dan ketikkan<br />

‘msconfig’ dan ‘OK’ (Gb. 01).<br />

Gb. 01<br />

Selanjutnya akan keluar jendela konfigurasi; System<br />

Utiility, pilihlah menu toolbar ”start-up” hingga keluar<br />

tampilan sebagai berikut: (Gb. 02).<br />

Gb. 02<br />

<strong>Santunan</strong> JULI <strong>2010</strong><br />

Tampilan yang muncul akan disesuaikan dengan sistem<br />

konfigurasi komputer anda masing-masing.<br />

Matikankanlah proses yang menurut anda tidak<br />

diperlukan untuk di panggil pada proses start-up/booting<br />

Windows secara selektif, sebagai contoh, mematikan<br />

program Yahoo Mesengger yang sudah tertanam dan<br />

dipanggil setiap proses loading/booting, sedangkan komputer<br />

anda tidak terkoneksi sama sekali dengan internet, maka<br />

aplikasi ini bisa anda disable/matikan<br />

Apabila masih dirasa kurang, anda bisa men-disable<br />

all-kan semua aplikasi start-up sehingga tidak ada aplikasi<br />

yang muncul pada proses loading/booting, dengan kehatihatian<br />

untuk program antivirus, dan aplikasi pengaman<br />

lain tidak dimatikan, atau bisa juga anda matikan program<br />

pengaman anda, dan kemudian diaktifkan kembali ketika<br />

anda berada pada menu Windows.<br />

Kemudian klik ‘apply‘ dan ‘OK’.<br />

Restart-lah komputer anda dan ketika komputer<br />

dihidupkan kembali akan muncul jendela notifikasi di<br />

desktop anda sebagai berikut (Gb. 03):<br />

Gb. 03<br />

Centanglah ‘Don’t Show’... dan klik ‘OK’<br />

Selamat mencoba, sampai jumpa lagi dalam triks dan<br />

tips lainnya.<br />

45


Konsultasi Hukum Islam dan BP4<br />

Diasuh Oleh Drs. H. Abdul Gani Isa, SH, M.Ag., Ketua BP4 <strong>Prov</strong>insi <strong>Aceh</strong><br />

Pilihanku Tidak Direstui Orang Tua<br />

Pertanyaan:<br />

Pengasuh Konsultasi Hukum Islam dan<br />

BP4 yang saya hormati !<br />

Saya, sebut saja “Lis” seorang gadis<br />

(23 tahun), baru beberapa bulan lalu<br />

menamatkan pendidikan di salah satu<br />

Perguruan Tinggi di Banda <strong>Aceh</strong>, dan<br />

tinggal bersama orang tua dalam wilayah<br />

Kabupaten <strong>Aceh</strong> Besar. Saat ini juga telah<br />

bekerja di sebuah perusahaan sesuai<br />

keahlian dan profesi yang selama ini Lis<br />

tekuni.<br />

Sesuai naluri dan fitrah seorang<br />

manusia, Lis juga ingin membina<br />

rumah tangga dengan seorang laki-laki,<br />

merupakan pilihan saya sendiri yang<br />

sudah beberapa tahun lalu mengikat<br />

dalam sebuah janji. Harapan dan cita-cita<br />

tersebut telah membuat kekecewaan bagi<br />

Lis. Karena kedua orang tua Lis menolak<br />

dan tidak merestui lamarannya dengan<br />

alasan, karena, di samping “orang yang<br />

selama ini sangat saya cintai belum<br />

memiliki pekerjaan tetap”, juga “Ia dinilai<br />

orang tua Lis bukan suku <strong>Aceh</strong>”.<br />

Yang ingin Lis tanyakan kepada<br />

Pengasuh adalah (1) Bagaimana dan apa<br />

yang harus Lis lakukan dalam situasi itu.<br />

Karena di satu sisi Lis harus menghormati<br />

orang tua, di sisi lain “kami sudah lama<br />

mengikat janji untuk menikah.” Pilihan<br />

Lis sudah bekerja, tapi bukan PNS (2)<br />

Bagaimana jalan keluarnya agar Lis dapat<br />

menikah, tanpa mengabaikan nasehat<br />

orangtua, yang keduanya saat ini sudah<br />

lanjut usia? Jawaban Ustadz sangat<br />

Lis harapkan, dan atas bantuannya Lis<br />

ucapkan terimakasih.<br />

Wassalam<br />

Lis di Lambaro<br />

Jawaban Pengasuh:<br />

Ananda Lis, Pengasuh Rubrik Konsultasi<br />

Hukum Islam dan BP4 (KHI BP4) sangat<br />

memahami isi hati, perasaan, dan harapan<br />

yang selama ini hendak ananda wujudkan,<br />

yaitu ingin menikah dan membina rumah<br />

tangga dengan pilihan anda sendiri.<br />

Menikah adalah Sunnatullah dan Sunnah<br />

Rasul-Nya. Islam menganjurkan menikah,<br />

melarang umatnya untuk membujang,<br />

selama-lamanya. Islam, memberikan<br />

tuntunan, kapan seseorang harus menikah<br />

dan dengan siapa akan menikah? Menurut<br />

pengasuh, keinginan Lis, adalah sesuatu<br />

yang normal, yang mungkin kedua orang<br />

tua anda tidak memahami “cinta” yang<br />

selama ini Lis pahami dan rasakan. Dari<br />

segi umur sudah baligh (23 tahun) dan<br />

memenuhi ketentuan yang diatur dalam<br />

Undang-undang Perkawinan No. 1/1974.<br />

Bahkan UU ini menyebutkan bila sudah<br />

berumur 21 tahun, tidak diperlukan lagi<br />

izin kawin dari orang tua. Anda juga sudah<br />

menamatkan studi dan sudah bekerja,<br />

demikian pula calon pilihan anda. Namun<br />

yang menjadi persoalan adalah orang tua<br />

anda belum merestuinya , dengan kata<br />

lain menolak lamarannya.<br />

Menurut Pengasuh, Islam tidak<br />

mensyaratkan bahwa sebuah pernikahan,<br />

baru dapat dilangsungkan, bila masingmasing<br />

pasangan sudah bekerja atau PNS.<br />

Juga tidak mengharuskan kesamaan suku<br />

di antara keduanya. Banyak pasangan<br />

yang menikah, awalnya miskin tapi setelah<br />

berumah tangga, Allah cukupkan rezekinya;<br />

“In yakunu fuqara-a yughnihumullahu<br />

min fadhlihi” Jika mereka dalam keadaan<br />

faqir, niscaya Allah akan mencukupkan<br />

mereka dengan karunia-Nya (QS. Al-Nur:<br />

32). Rasulullah SAW memberi tuntunan:<br />

“Tunkahul mar ‘atu li arba ‘in, limaliha,<br />

walihasabiha, walijamaliha, walidiniha,<br />

fadhfar bidzatiddin taribat yadaka” Wanita<br />

dinikahi karena empat sebab, karena<br />

hartanya, keturunannya, kecantikannya<br />

dan agamanya, pilihlah yang beragama,<br />

niscaya beruntung tanganmu (berbahagia)<br />

(HR. Bukhari Muslim).<br />

Betapa banyak kasus rumah tangga,<br />

bahkan diakhiri dengan “perceraian”,<br />

karena mengutamakan “harta”,<br />

“kecantikan dan “keturunan”, mengabaikan<br />

unsur “agama” dan “akhlaq mulia”.Lebih<br />

lanjut Rasulullah juga menjelaskan: “Ya ma<br />

‘syaras syabab manistata ‘a minkuml baata<br />

falyatazawwaj…” Wahai para pemuda,<br />

barang siapa di antara kamu sudah mampu<br />

untuk menikah, maka hendaklah kamu<br />

menikah(HR. Bukhari).<br />

Pengasuh juga menilai, bahwa laki-laki<br />

pilihan anda sudah memenuhi “kafaah”,<br />

artinya sama, sederajat, dan sebanding.<br />

Anda berdua adalah anak-anak yang<br />

baik, berpendidikan dan taat menjalankan<br />

perintah agama, dan selama ini belum<br />

tersangkut kasus kriminalitas.<br />

46 <strong>Santunan</strong> JULI <strong>2010</strong><br />

Selanjutnya pengasuh memberikan<br />

beberapa jalan ke luar dan saran kepada Lis<br />

dalam menghadapi problema ini. Pertama,<br />

sebagai anak yang baik, yang selama ini<br />

sudah mendapat pengasuhan, bimbingan<br />

dari kedua orangtua anda, supaya selalu<br />

bersikap sopan, santun dan upayakan<br />

tidak menyakiti hati keduanya. Kedua,<br />

selalulah berdo’a kepada Allah, agar kedua<br />

orang tua anda, mau merubah sikapnya<br />

menerima, mengabulkan keinginan dan<br />

harapan anda berdua. Ketiga, fokuskan diri<br />

anda pada pekerjaan yang selama ini anda<br />

mengabdi, jangan karena nila setitik rusak<br />

susu sebelanga. Akhirnya yang dicari tidak<br />

dapat, yang dikejar berceceran. Keempat,<br />

anjurkan kepada pasangan anda, agar ia<br />

melakukan peminangan sesuai dengan<br />

tatacara, adat istiadat yang selama ini<br />

berlaku di <strong>Aceh</strong>, artinya ada perantara/<br />

selangke, yang merupakan utusan resmi<br />

dari pihak keluarganya. Kelima, tidak<br />

merestui keinginan anda untuk menikah,<br />

dalam fiqih disebut dengan adhal-nya<br />

wali. Artinya wali enggan memberikan<br />

hukum nikah kepada anda. Bila wali tidak<br />

mau memberikan hukum nikah, padahal<br />

memenuhi syarat “kafaah”, anda dapat<br />

memohon ke Mahkamah Syariyah, untuk<br />

ditetapkan “adhal wali”(Lebih lanjut<br />

dapat dilihat dalam I’anatuttalibin, juz<br />

IIV314-317). Dalam pasal 23 ayat (2) KHI<br />

(Kompilasi Hukum Islam) disebutkan<br />

bahwa dalam hal wali adhal atau enggan,<br />

maka wali hakim baru dapat bertindak<br />

sebagai wali nikah setelah ada putusan<br />

Pengadilan <strong>Agama</strong>/Mahkamah Syar’iyah<br />

tentang wali tersebut.<br />

Selanjutnya kepada wali/orang tua<br />

anda pengasuh hanya mengingatkan<br />

sebuah hadis Rasulullah, yang<br />

menjelaskan: “Tsalatsun la yuakkharna,<br />

wa hunna alshalatu idza atat, wal janazatu<br />

idza hadharat, wal ayyimu idza wajadad<br />

kufan “ Tiga perkara tidak boleh ditundatunda,<br />

yaitu shalat bila tiba waktunya,<br />

jenazah bila telah siap, dan perempuan<br />

bila ia telah ditemukan pasangannya yang<br />

sepadan.(HR Baihaqi).<br />

Demikian jawaban pengasuh, semoga<br />

bermanfaat, dan hanya kepada Allah kita<br />

senantiasa bertawakkal dan berserah diri,<br />

amin ya Allah. Wassalam.


Diasuh oleh Muzakkir,S.Ag<br />

Para Pahlawan =<br />

Tanah air =<br />

Mereka peduli =<br />

Kesukaran =<br />

Perantaraan =<br />

<strong>Santunan</strong> JULI <strong>2010</strong><br />

Peran =<br />

Pondok-Pondok<br />

Pesantren =<br />

Benci =<br />

Mempersiapkan diri =<br />

Meningkatkan =<br />

47


By Erfiati Adam, MA, English Teacher at MAN Model Banda <strong>Aceh</strong><br />

Prophet Mohammed P.B.u.H<br />

(Part Two)<br />

Mohammed’s message upset many and the persecution of the followers of Islam was so bad that some of his<br />

followers had to leave their homes and go to Habsha seeking for the protection of the Christian king, Negus.<br />

More and more of Mohammed’s followers were leaving Mecca for Habsha to escape persecution. But not all<br />

who listened to Mohammed’s message ridiculed him. In 620 A.D., he was able to win converts among the tribe of Yathrib<br />

(Madina) and converted many of the Yathrib tribe to Islam. The Yathrib had heard of Mohammed’s reputation as a man of<br />

wisdom and hoped that he could help settle disputes in Madina, between themselves, some local Jews, and other groups<br />

of people. Mohammed converted so many members of the Yathrib tribe to Islam that he was able to form an alliance pact<br />

with the Yathrib who promised him protection if he were to come to live with them in Madina.<br />

Following his pact with the Yathrib tribe all the followers of Islam save three left Mecca for Madina. The Mohammed’s<br />

followers had left Mecca to escape the ridicule and oppression that was carried out against them by the non-believers.<br />

Only Mohammed, his cousin Ali, and Mohammed’s friend Abu Bakr stayed behind in Mecca. Mohammed and Abu Bakr<br />

would leave Mecca after finding out about a Qurish conspiracy to kill Mohamed. With most of Mohammed’s followers<br />

gone, Qurish tribal leaders who harbored resentment against Mohammed decided to assassinate him. Their plan was to<br />

murder Mohammed in his home at night but Mohammed found out about the plot and left Mecca before they could carry<br />

out their plans. Abu Bakr and Mohammed were able to escape Mecca and were able to flee to Madina and were they fell<br />

under the protection of the Yathrib tribe.<br />

In Madina Mohammed was no longer persecuted but was respected by the people and rose to a high position of power<br />

solving disputes between the various locales. As an arbitrator Mohammed was widely respected by the people of Madina,<br />

he also began to work on his message at this time. He had in Mecca set the codes of conduct to live by, in Madina he<br />

worked on what relations between followers of Islam should be with one another and with non-believers. It was also in<br />

Madina that Mohammed made Islam more Arabian. Mohammed believed that some Jews who lived in Madina were<br />

conspiring against him with the Qurish tribe of Mecca, those who had forced him to leave his home.<br />

Grammar Focus: Past Perfect Tense<br />

Past Perfect Tense is one of tenses sequence which is applied to state an activity that was completed before another<br />

activity in the past time. Commonly, either the conjunctions after or before is used in the sentence but it is sometimes<br />

missed from the sentence. To be noted that usually the past perfect tense comes together with the simple past tense in<br />

one sentence. In this context, the activity in the simple the past perfect had perfectly been done before the activity in the<br />

simple past occurred.<br />

The formula of Past Perfect Tense is S+HAD+PAST PARTICIPLE+O/C<br />

Example:<br />

1. Fatih had kept his puzzle away before Fayyadh arrived this morning<br />

1st action (completed) 2nd action<br />

2. After Gabriel had studied English, he studied Geography (last week)<br />

1st action (completed) 2nd action<br />

3. The earthquake had taken place before the tsunami occurred in 2004<br />

1st action (completed) 2nd action<br />

Please pay attention to the following sentences:<br />

1. The Mohammed’s followers had left Mecca to escape the ridicule and oppression that was carried out against them<br />

by the non-believers.<br />

2. Mohammed believed that some Jews who lived in Madina were conspiring against him with the Qurish tribe of<br />

Mecca, those who had forced him to leave his home.<br />

3. The Yathrib had heard of Mohammed’s reputation as a man of wisdom and hoped that he could help settle disputes<br />

in Madina.<br />

Task for students:<br />

Based on the above examples, please identify which actions occurred one to the others in the past times!<br />

48 <strong>Santunan</strong> JULI <strong>2010</strong>


Tgk. H. Hasanoel Bashry, HG, Pimpinan Dayah MUDI Mesjid Raya Samalanga<br />

Di sela-sela berlangsungnya<br />

wisuda perdana STAI Al-<br />

Aziziyah dan Reuni Akbar<br />

alumni dayah MUDI Mesjid Raya,<br />

Waled menerima kehadiran tim<br />

<strong>Santunan</strong>, Jabbar Sabil, Mulyadi<br />

Nurdin dan Darwin serta Kabid<br />

Pekapontren Kanwil Kemenag<br />

<strong>Aceh</strong>, Drs. Saifuddin AR di<br />

ruang pribadin<br />

y a .<br />

Berharap Lahirnya<br />

Intelektual Dayah<br />

Kepribadiaannya penuh kharisma, pemikirannya sangat cemerlang, setelah sukses<br />

memimpin dayah MUDI Mesjid Raya Samalanga, Tgk. H. Hasanoel Bashry, HG,<br />

yang sering disapa dengan Waled Samalanga, atau Abu MUDI, membuka program<br />

kuliah S-1 Sekolah Tinggi <strong>Agama</strong> Islam (STAI) Al-Aziziyah, sebuah obsesi besar<br />

ingin diwujudkannya, kemampuannya mengolaborasi pendidikan tradisional dan modern<br />

perlu menjadi perhatian banyak pihak.<br />

Berikut petikan wawancaranya:<br />

Selama ini ada seruan agar<br />

pendidikan dayah lebih maju supaya<br />

setara dengan pendidikan umum<br />

lainnya..<br />

Pertama tergantung kemauan dia<br />

sendiri, karena saya sendiri hidup<br />

dalam kalangan intelektual,<br />

dalam keluarga, cuma<br />

saya yang tidak sekolah<br />

sedangkan saudara saya<br />

menempuh jalur<br />

s e k o l a h<br />

umum.<br />

K e ti k a<br />

s a y a<br />

kemari,<br />

s a y a<br />

bersamas<br />

a m a<br />

d e n g a n<br />

<strong>Santunan</strong> JULI <strong>2010</strong><br />

Tgk. Ghazali Muhammad Syam (mantan<br />

Ka.Kanwil Depag <strong>Aceh</strong>), yang<br />

merupakan abang kelas saya, tetapi<br />

Tgk. Ghazali setelah 7 tahun di sini,<br />

melanjutkan sekolah lagi, sedangkan<br />

saya tidak diperkenankan oleh Abon.<br />

Jadi cita-cita saya untuk sekolah tidak<br />

kesampaian. Saya berkeinginan anak<br />

didikan saya tidak hanya mempunyai<br />

pendidikan dayah seperti saya.<br />

Ini lah cita-cita saya. Saya ingin<br />

membuat sekolah, lajnah bahasa<br />

dan lain sebagainya. Lebih luas lagi,<br />

terdorong ketika saya dibawa oleh<br />

Tgk. Ghazali ke luar negeri, sebanyak<br />

60 orang, Bukhari Husni, anak murid<br />

saya bisa berbicara bahasa Arab dan<br />

bahasa Inggris, sedangkan kami para<br />

Abon tidak menguasai, terpaksalah<br />

kami ke belakang.<br />

Ini yang membuat saya terharu<br />

sepulang dari sana, langsung saya<br />

terapkan pelajaran bahasa<br />

tersebut, tetapi<br />

sambutan para santri<br />

kurang, beberapa<br />

t a h u n<br />

k e m u d i a n<br />

baru berjalan<br />

di dayah ini.<br />

Jadi harapan<br />

49


saya ke depan harus ada intelektual<br />

dayah, kegagalan saya ingin tercapai<br />

melalui para murid saya.<br />

Terkesan antara para intelektual<br />

sering tidak se-ide dengan dayah,<br />

bagaimana cara menengahi hal<br />

tersebut?<br />

Dulu di IAIN, ada sebagian dosen<br />

yang terpengaruh dengan paham<br />

wahabi, inilah sebabnya kenapa kami<br />

tidak dibolehkan kuliah selepas dari<br />

dayah, bukan karena tidak boleh<br />

memperoleh ilmu pendidikan, tapi<br />

karena paham wahabi tadi, supaya<br />

orang yang sudah kuat akidahnya<br />

selama belajar di dayah tidak<br />

mengalami pergeseran.<br />

Jadi sekarang secara tidak langsung<br />

saya sudah memberikan pilihan<br />

kepada murid saya, apabila tamat dari<br />

dayah nanti, silahkan menuntut ilmu<br />

ke Perguruan Tinggi, dengan catatan<br />

selepas dari perguruan tinggi nantinya<br />

jangan sampai menjadi lawan dayah,<br />

karena banyak sekali murid dan guru<br />

dayah yang hilang pergi menuntut<br />

ilmu ke Perguruan Tinggi, maka<br />

50 <strong>Santunan</strong> JULI <strong>2010</strong><br />

saya berinsiatif<br />

mengikutsertakan<br />

mereka ke kelas<br />

jauh STAI, setelah<br />

setahun berjalan,<br />

STAI pun di<br />

negerikan sehingga<br />

tidak bisa membuka<br />

kelas jauh lagi, ini<br />

membuat persoalan<br />

baru buat saya.<br />

Alhamdulillah<br />

setelah kita<br />

k o o r d i n a s i k a n<br />

dengan berbagai<br />

pihak, terbukalah<br />

STAI Al-Aziziyah<br />

Samalanga.<br />

Apakah ini<br />

bermakna bahwa<br />

dayah mempunyai<br />

strategi baru<br />

dalam melakukan<br />

dakwahnya?<br />

Kalau kita<br />

melihat, dahulunya<br />

dayah ini berjalan sendiri-sendiri, dari<br />

segi kurikulumnya agak sama, tapi<br />

dari metodenya agak berbeda.<br />

Jadi kita bersyukur juga adanya<br />

upaya pemerintah, yang akan<br />

menyamakan, baik dari segi<br />

kurikulum, sistem pengelolaan dayah,<br />

sehingga di kemudian hari programprogram<br />

yang akan dijalankan oleh<br />

pemerintah, baik penambahan<br />

kurikulum, pemberian sumbangan,<br />

pembuatan ijazah dapat berjalan<br />

dengan baik dan efektif. Dalam hal<br />

ini saya menginginkan adanya satu<br />

perkumpulan ulama yang kuat dan<br />

berjalan dengan efektif.<br />

Apakah memungkinkan kalau<br />

Dayah ini dibiayai penuh oleh<br />

pemerintah atau dinegerikan?<br />

Kalau konsep yang telah kami buat<br />

ini disetujui oleh pemerintah, hal<br />

tersebut mungkin bisa-bisa saja. Ini<br />

harus terlebih dahulu kita sepakati<br />

bersama. Tapi kalau hanya sepihak saja<br />

dari pemerintah yang menyebabkan<br />

hilangnya kekhasan dayah itu sendiri,<br />

ini tidak dapat kita penuhi, ini tidak<br />

dapat kita pertanggungjawabkan<br />

kepada masyarakat nantinya. Saya<br />

tidak menginginkan adanya dikotomi<br />

pendidikan antara pendidikan agama<br />

maupun pendidikan umum. Saya ingin<br />

pendidikan dalam satu atap, yang<br />

mengajarkan berbagai bidang ilmu<br />

pendidikan.<br />

Apa ada rencana kerjasama<br />

dengan pihak luar negeri?<br />

Bahkan mereka yang dari pulau<br />

Penang sudah pernah sampai kemari,<br />

mereka memberikan beasiswa<br />

program studi S2 sebanyak dua<br />

orang santri kami untuk sekolah ke<br />

tempat mereka. Dari kita pun sudah<br />

ada yang mendapatkan beasiswa<br />

dari Pemerintah <strong>Aceh</strong> untuk kuliah<br />

di Banda <strong>Aceh</strong> sebanyak 14 orang,<br />

sekarang sudah ada yang diminta ke<br />

Medan.<br />

(jabbar sabil, mulyadi nurdin, darwin)


LIFE STYLE<br />

Lima langkah Menuju Sehat<br />

Asmidawati, S.Pd.I<br />

Menurut para ahli kesehatan, berdasarkan<br />

pengamatan yang cermat ada lima tingkah<br />

laku atau perbuatan yang dapat meningkatkan<br />

derajad kesehatan seseorang.Kelima hal itu adalah<br />

sebagai berikut:<br />

Pertama: tidak merokok<br />

Paling tidak ada tiga hal dampak negatif dari<br />

merokok yaitu dari segi ekonomi,sosial dan kesehatan,<br />

sebagaimana tertulis pada kebanyakan bungkus rokok.<br />

Kedua: olah raga yang teratur<br />

Olah raga sebagai upaya pengobatan adalah upaya<br />

untuk memulihkan tekanan darah tinggi, mengurangi<br />

stres, menyembuhkan diabetes, dan banyak lagi macam<br />

penyakit yang dapat di sembuhkan dengan melakukan<br />

olah raga yang teratur dan terukur.<br />

Ketiga: mengkonsumsi makanan yang bergizi<br />

Fungsi zat gizi dalam tubuh adalah untuk pengadaan<br />

Gunakanlah selalu sarung tangan<br />

bayi. Tanpa perlengkapan ini, muka<br />

bayi pasti sudah penuh dengan<br />

cakarannya. Tangan bayi bergerak<br />

secara tak terarah. Dia juga belum<br />

bisa memahami bahwa “sentuhan” di<br />

wajahnya bisa meninggalkan bekas.<br />

Kuku bayi memang tumbuh<br />

sangat cepat. Meski lebih lembut dan<br />

tipis dari kuku kita orang dewasa,<br />

jangan salah, kukunya lumayan<br />

tajam. Bahkan cukup tajam untuk<br />

melukai wajahnya dan wajah anda<br />

saat dia menyusuinya. Karenanya<br />

memotong kuku bayi secara berkala<br />

sangat penting. Setidaknya acara<br />

potong kuku ini dilakukan seminggu<br />

sekali.<br />

Bagaimana caranya agar sukses memotong kukunya<br />

tanpa melukai jarinya? Nah… ini dia tips memotong<br />

kuku si kecil:<br />

1. Gunakan gunting kuku khusus untuk bayi. Cirinya<br />

adalah ujungnya membulat dan tidak terlalu tajam,<br />

sehingga tidak berpotensi mencederai jari bayi.<br />

<strong>Santunan</strong> JULI <strong>2010</strong><br />

tenaga (energi) dalam menjalankan berbagai aktivitas<br />

fisik, memelihara dan mengganti jaringan-jaringan yang<br />

rusak serta menunjang pertumbuhan baik sebelum<br />

maupun setelah dewasa.<br />

Keempat: istirahat yang cukup<br />

Tidur merupakan kebutuhan manusia untuk<br />

beristirahat setelah melakukan aktifitas sehari-hari.<br />

Kelima: kelola stres<br />

Menurut kamus psikologi (1987) stres dapat diartikan<br />

sebagai stimulasi yang menegangkan kapasitas (daya)<br />

psikologi/fisiologis dari suatu organisme, sejenis frustasi<br />

dan satu ketegangan fisik/psikologis di sebabkan adanya<br />

persepsi ketakutan dan kecemasan.<br />

Jadi berusahalah menjadi orang yang tabah dan<br />

tawakal, niscaya anda yang lebih sehat. Amin ya rabbal<br />

‘alamin.<br />

(Penulis adalah Guru MIN 1 Kota Takengon)<br />

Bagaimana Merawat Kuku Bayi?<br />

Oleh: Rozanna, S.Pd<br />

2. Tekan daging dibawah kuku<br />

agar tidak turut tergunting.<br />

3. Ajaklah bayi berbicara selama<br />

anda menggunting kuku agar anda<br />

berdua tidak tegang.<br />

4. Bila melukai jarinya, tak usah<br />

panik, untuk menghentikan darah<br />

yang keluar, tekan bagian kulit yang<br />

terluka dengan kapas. Dalam satu<br />

atau dua menit, darah akan berhenti.<br />

Tak perlu dibalut, karena justru akan<br />

memperlama penyembuhan luka.<br />

Catatan :<br />

Ada juga orang tua yang memilih<br />

memotong kuku bayinya saat dia<br />

tertidur. Tentu saja kegiatan ini baru<br />

sukses jika bayi tertidur pulas. Bila tidak, dia mungkin<br />

akan terbangun atau secara refleks menarik tangannya.<br />

Okey selamat mencoba. sukses.<br />

(Penulis adalah Istri dari Bpk. M. Azhari Tambunan,<br />

ST, Staf Bid. Mapenda Kanwil <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong><br />

<strong>Prov</strong>insi <strong>Aceh</strong>).<br />

51


Mendatar<br />

2. Gempa yang terjadi karena pergesekan, pergeseran<br />

pada kerak, lempengan bumi. 5. Buku laporan hasil<br />

belajar siswa. 7. Kitab.....= Kitab turats. 8. Negara yang<br />

menjadi juara dunia sepak bola tahun 1978. 10. S a l a h<br />

satu lembaga yang diketuai oleh Prof. Dr. Nasaruddin<br />

Umar sekarang. 11. Ibnu ....= Pembunuh Ali Bin Abi Thalib.<br />

12. Sepak bola (English). 15. Salah satu bidang di tingkat<br />

Kanwil <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> RI. 19. SQ=... Quotioned.<br />

20. ... Fauzi= Menteri dalam negeri kabinet SBY jilid 2.<br />

21.Kejadian masa lampau yang menjadi pelajaran untuk<br />

masa kini<br />

Menurun<br />

1. Perubahan zat yang tidak menghasilkan zat yang baru.<br />

3. Perang yang di dalamnya banyak meninggal para<br />

penghafal Alquran di masa awal Islam. 4. AC= Air... 6.<br />

Di <strong>Aceh</strong> dikenal Dayah. 9. Spanyol (Arabic). 13.Transfer<br />

bahasa dari satu bahasa ke bahasa yang lain. 14.<br />

Kelompok-kelompok kerja di DPR. 16. Salah satu tempat<br />

penyimpan air agar tetap panas 17. Membaca Alquran<br />

(Arabic). 18. Jual beli dengan menyebut sifat dan ciri-ciri<br />

barang dengan cara memesan.<br />

TTS<br />

TTS 006 <strong>2010</strong> <strong>Santunan</strong> Edisi <strong>Juli</strong> <strong>2010</strong><br />

52 <strong>Santunan</strong> JULI <strong>2010</strong><br />

Jawaban TTS 004 <strong>2010</strong> <strong>Santunan</strong> Edisi Mei <strong>2010</strong>


Pengendalian Intern Dalam<br />

Efektifitas Pengelolaan Anggaran<br />

Pengelolaan anggaran merupakan<br />

tanggung jawab seorang pimpinan<br />

meskipun dalam kenyataannya<br />

ditangani oleh unit keuangan. Tugas<br />

utama seorang pimpinan dalam bidang<br />

ini adalah bagaimana mencari dana,<br />

merencanakan dan mengalokasikannya<br />

sesuai dengan kebutuhan yang ada,<br />

pemanfaatkannya secara optimal,<br />

dan mengendalikan penggunaannya<br />

sesuairencana.<br />

Saat ini pengelolaan anggaran<br />

masih diwarnai adanya penyimpangan<br />

yang sudah mulai terjadi pada tahap<br />

perencanaan dan penyusunan anggaran,<br />

pelaksanaan sampai dengan<br />

laporan pertanggungjawabannya.<br />

Sedangkan pertanggungjawaban<br />

penggunaan anggaran hanya terfokus<br />

kemana uang tersebut dibelanjakan<br />

tanpa informasi nilai manfaat apa<br />

yang telah dihasilkan. Sehingga masih<br />

ada pemborosan dana-dana untuk<br />

berbagai kegiatan yang sebenarnya<br />

tidak prioritas dan tidak berdampak<br />

pada peningkatan kualitas pelayanan<br />

publik dan kesejahteraan masyarakat.<br />

Dalam rangka pertanggungjawaban<br />

publik, pemerintah seharusnya<br />

melakukan optimalisasi anggaran yang<br />

dilakukan secara efisien dan efektif<br />

untuk meningkatkan kesejahteraan<br />

masyarakat. Di sisi lain banyak<br />

ditemukan pengalokasian anggaran<br />

yang kurang sesuai dengan kebutuhan<br />

dan penggunaannya tidak dilakukan<br />

secara prudent (hati -hati); sehingga<br />

kurang mencerminkan aspek ekonomi;<br />

efisiensi; dan efektivitas. Untuk<br />

itu pemerintah harus melakukan<br />

optimalisasi anggaran dan mengelola<br />

sumber daya publik secara ekonomis,<br />

efisien, dan efektif dalam usaha<br />

meningkatkan pelayanan publik dan<br />

kesejahteraan masyarakat.<br />

Untuk mengendalikan tingkat<br />

Oleh Ardiansyah,SE.Ak.MAB<br />

Dalam rangka<br />

pertanggungjawaban<br />

publik, pemerintah<br />

seharusnya melakukan<br />

optimalisasi anggaran<br />

yang dilakukan secara<br />

efisien dan efektif<br />

untuk meningkatkan<br />

kesejahteraan masyarakat<br />

efisiensi dan tingkat efektivitas<br />

anggaran, maka dalam perencanaan<br />

anggaran perlu diperhatikan:<br />

(1) Penetapan secara jelas tujuan<br />

dan sasaran, hasil dan manfaat, serta<br />

indikator kinerja yang ingin dicapai.<br />

(2) Penetapan prioritas kegiatan<br />

dan penghitungan beban kerja, serta<br />

penetapan harga satuan rasional.<br />

Anggaran merupakan pemyataan<br />

mengenai estimasi kinerja yang akan<br />

dicapai oleh suatu organisasi dalam<br />

periode tertentu yang dinyatakan<br />

dalam ukuran moneter. Dalam<br />

organisasi sektor publik anggaran<br />

merupakan instrumen akuntabilitas<br />

atas pengelolaan dana publik dan<br />

pelaksanaan program-program<br />

yang dibiayai dengan uang publik.<br />

Penganggaran dalam organisasi<br />

sektor publik merupakan aktivitas<br />

yang penting karena berkaitan dengan<br />

proses penentuan alokasi dana untuk<br />

setiap program maupun aktivitas.<br />

Pemberian wewenang yang<br />

seluas-luasnya kepada pengguna<br />

anggaran pada tiap-tiap satuan kerja<br />

pemerintahan untuk mengelola<br />

anggaran yang tertera dalam DIPA,<br />

harus dibarengi dengan penguatan<br />

fungsi pengendaliannya. Hal ini<br />

dikarenakan, walaupun perencanaan<br />

telah disusun, struktur organisasi<br />

<strong>Santunan</strong> JULI <strong>2010</strong><br />

dapat diciptakan untuk memperlancar<br />

sasaran secara efisien dan pegawai<br />

dapat diarahkan dan dimotivasi,<br />

namun tidak ada jaminan bahwa<br />

sasaran yang diamanatkan oleh rakyat<br />

bisa benar-benar tercapai. Oleh<br />

karena itu pelaksanaan pengendalian<br />

harus dijalankan sebaik-baiknya<br />

untuk menghindari terjadinya risiko<br />

yang tidak diinginkan.<br />

Robbins dan Coulter dalam<br />

Nor Ahla Agustati (2009: 5) mengartikan<br />

pengendalian sebagai<br />

“Proses memantau kegiatan untuk<br />

memastikan bahwa kegiatan itu<br />

diselesaikan seperti yang telah<br />

direncanakan dan proses mengoreksi<br />

setiap penyimpangan yang berarti”.<br />

Pengendalian harus dilakukan<br />

oleh pimpinan demi menjamin<br />

dilaksanakannya pekerjaan sesuai<br />

dengan apa yang telah direncanakan<br />

dan untuk memperoleh masukan<br />

terhadap perbaikan yang mungkin<br />

harus dilakukan dimasa depan.<br />

Dalam pemerintahan lndonesia,<br />

fungsi pengendalian dilakukan Badan<br />

Pemeriksa Keuangan (BPK) sebagai<br />

pihak ekstern pemerintah dan oleh<br />

aparat pengawas internal pemerintah<br />

seperti Badan Pemeriksa Keuangan<br />

dan Pembangunan (BPKP), Inspektorat<br />

Jenderal Departemen, Inspektorat<br />

Utama Lembaga Pemerintah Non<br />

Departemen, Aparat Pengawas Intern<br />

Pemerintah Daerah/ Badan Pengawas<br />

Daerah, baik di tingkat <strong>Prov</strong>insi<br />

maupun tingkat Kabupaten/ Kota.<br />

Kesemua lembaga diatas merupakan<br />

pengawas fungsional pemerintah<br />

yang umumnya melaksanakan<br />

pengawasan setelah pelaksanaan<br />

anggaran diselesaikan, kecuali<br />

ada tujuan khusus yang dianggap<br />

penting.<br />

Selain pengendalian yang bersifat<br />

53


post audit seperti yang telah dijelaskan<br />

diatas, pemerintah juga merancang<br />

suatu sistem pengendalian yang<br />

bersifat pencegahan (preventif).<br />

Pengendalian jenis ini lebih bersifat<br />

melekat (built-in) dan terus menerus<br />

dalam struktur organisasi satuan<br />

kerja yang melaksanakan kegiatan.<br />

atau yang diserahi tanggung jawab<br />

mengelola anggaran yang disebut<br />

sistem pengendalian internal.<br />

Undang-Undang Nomor 1 Tahun<br />

2004 tentang Perbendaharaan Negara,<br />

Pasal 58 Ayat (1) menjelaskan<br />

bahwa “Dalam rangka meningkatkan<br />

kinerja, transparansi dan akuntabilitas<br />

pe-ngelolaan keuangan negara,<br />

Presiden selaku Kepala Pemerintahan<br />

mengatur dan menyelenggarakan<br />

sistem pengendalian intern di<br />

lingkungan pemerintahan secara<br />

menyeluruh”.<br />

Hal ini berarti bahwa seluruh<br />

instansi dan satuan kerja pemerintah<br />

harus menyelenggarakan sistem pengendalian<br />

intern dalam struktur<br />

organisasinya guna menjamin tercapainya<br />

prinsip akuntabilitas dalam<br />

penggunaan anggaran.<br />

Penyelenggaraan sistem pengendalian<br />

intern juga dimaksudkan untuk<br />

memberikan jaminan memadai<br />

kepada pihak luar satuan kerja<br />

baik organisasi vertikal diatasnya,<br />

pengawas internal maupun pengawas<br />

ekstemal dan pihak-pihak<br />

luar organisasi, termasuk masyarakat<br />

bahwa satuan kerja telah<br />

menggunakan anggaran sesuai perencanaan<br />

yang ditetapkan. Jaminan<br />

memadai bahwa satuan kerja telah<br />

menggunakan anggaran sesuai peruntukannya<br />

dibuktikan dengan diterbitkannya<br />

laporan keuangan yang<br />

handal, kepatuhan terhadap hukum<br />

dan peraturan yang berlaku serta<br />

tercapainya kegiatan yang efektif<br />

dan efisien yang mana ketiga tujuan<br />

ini menggambarkan pencapaian<br />

pelaksanaan akuntabilitas publik<br />

sebagaimana yang dijelaskan Ellwood<br />

dalam Mardiasmo ( 2002 : 22 ).<br />

Pelaksanaan sistem pengendalian<br />

intern yang baik akan menumbuhkan<br />

kepercayaan kepada pihak luar tanpa<br />

mereka harus melakukan pemeriksaan<br />

kecuali pihak yang memang sudah<br />

memiliki tugas dan fungsinya untuk<br />

memeriksa secara rinci dan penuh<br />

Pelaksanaan sistem<br />

pengendalian intern yang<br />

baik akan menumbuhkan<br />

kepercayaan kepada pihak<br />

luar tanpa mereka harus<br />

melakukan pemeriksaan<br />

kecuali pihak yang<br />

memang sudah memiliki<br />

tugas dan fungsinya untuk<br />

memeriksa<br />

rasa curiga terhadap penggunaan<br />

anggaran. Suatu sistem pengendalian<br />

intern ini terdiri dari beberapa unsur<br />

yang saling melengkapi satu sama<br />

lainnya dalam rangka pencapaian<br />

tujuan pengendalian keuangan.<br />

Unsur-unsur sistem pengendalian<br />

intern tersebut adalah Pertama,<br />

Lingkungan Pengendalian, yang<br />

mencakup seluruh falsafah dan gaya<br />

operasi manajemen yang dianut<br />

oleh pimpinan dan pegawai satuan<br />

kerja terhadap pentingnya fungsi<br />

pengendalian. Pimpinan yang terlalu<br />

mementingkan menggunakan anggaran<br />

satuan kerja yang tersedia<br />

ketika mendekati akhir tahun misalnya<br />

walaupun kegiatan tersebut<br />

tidak diperlukan, secara tidak langsung<br />

mendorong pegawai untuk<br />

mengabaikan pengendalian.<br />

Kedua, penaksiran risiko terhadap<br />

keandalan laporan keuangan sehubungan<br />

adanya perubahan-perubahan<br />

peraturan dan kebijakan baru yang<br />

ditetapkan oleh pemerintah dan<br />

otoritas vertikal di atasnya.<br />

Ketiga, pemberian informasi dan<br />

komunikasi tentang perubahanperubahan<br />

yang terjadi dalam lingkungan<br />

pengendalian, resiko-resiko<br />

yang kemungkinan terjadi dan<br />

informasi lainnya baik dari dalam<br />

maupun dari luar satuan kerja<br />

harus diperoleh tepat waktu dan<br />

handal dalam rangka mendukung<br />

54 <strong>Santunan</strong> JULI <strong>2010</strong><br />

pengambilan keputusan pimpinan.<br />

Keempat, melakukan kegiatan<br />

pengendalian baik dalam bentuk<br />

kebijakan maupun prosedur guna<br />

memastikan bahwa pelaksanaan kegiatan<br />

yang membebani anggaran telah<br />

sesuai dengan yang direncanakan.<br />

Kegiatan pengendalian yang biasa<br />

dilakukan seperti pemisahan tugas<br />

yang jelas, pengendalian otorisasi<br />

bukti kegiatan, adanya pengamanan<br />

yang memadai terhadap harta<br />

dan bukti-bukti transaksi, serta<br />

penempatan pegawai yang kompeten<br />

sesuai keahliannya.<br />

Kelima, pemantauan terhadap<br />

kinerja sistem pengendalian intern<br />

sepanjang waktu seharusnya dilakukan<br />

oleh pegawai yang mem-punyai<br />

keahlian khusus dibidang pengendalian<br />

intern. Pemantauan ini diperlukan untuk<br />

menilai apakah sistem yang ada telah<br />

berjalan sebagaimana mestinya guna<br />

memberikan suatu rekomendasi apakah<br />

sistem pengendalian intern tersebut<br />

perlu dilakukan penyempurnaan atau<br />

tidak.<br />

Dari kelima unsur yang membentuk<br />

sistem pengendalian intern<br />

tersebut, faktor lingkungan<br />

pengendalian harus mendapat<br />

perhatian utama. Maksudnya adalah<br />

bahwa pimpinan dan seluruh pegawai<br />

harus menciptakan dan memelihara<br />

lingkungan dalam keseluruhan organisasi<br />

yang menimbulkan perilaku<br />

positif dan mendukung pengelolaan<br />

anggaran satuan kerja yang baik.<br />

Faktor manusia menjadi perhatian<br />

utama dalam sistem pengendalian<br />

intern ini, mengingat manusialah<br />

pelaksana dari semua prosedur<br />

yang ada. Sebaik apapun prosedur<br />

dibuat, jika mental manusianya tidak<br />

baik, maka penyelewengan tetap<br />

dapat dilakukan. Hal ini senada<br />

dengan ungkapan Baharudin Lopa<br />

dalam Doddy Giri Dewata (2003:<br />

2) yang mengatakan “Betapapun<br />

sempurnanya peraturan, kalau niat<br />

untuk korup tetap ada di hati yang<br />

memiliki peluang untuk melakukan<br />

perbuatan tidak terpuji tersebut,<br />

korupsi akan tetap terjadi.<br />

(Penulis adalah Staf Seksi Perjalanan<br />

dan Sarana Bidang Penyelenggaraan<br />

Haji, Zakat, dan Wakaf Kanwil<br />

<strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> <strong>Prov</strong>insi <strong>Aceh</strong>)


Haba Aneuk Miet yang Le Akai<br />

Yöh saboh masa dilèe jameun,<br />

na sidroë aneuk miet agam<br />

yang le that ‘akai; lheueh nyan<br />

meuseuhu nan aneuk agam nyan,<br />

hingga meugah tröih jeuet-jeuet<br />

teumpat, geupujoë nan aneuk miet<br />

njan, bandum ubé silingka nanggroë<br />

nyan dum geuthèe na.<br />

Teuma ho makén tréb, ho<br />

meugah lé, hingga tröih keudéh<br />

bak Raja nanggroë; lheueh nibak<br />

nyan, bak si’uroë Raja yue meuhei<br />

aneuk miet nyan, geukeumeung ci<br />

tanyong ‘akai. Geuyue jak meuhei<br />

ubak sidroë meuntroë; lheueh sabda<br />

nibak Raja, laju lé jijak meuhei<br />

aneu’miet nyan lé meuntroë radja<br />

nyan. Hana padum tréb jijak, teuma<br />

jiriwang meuntroë nyan, laju jiba<br />

aneuk miet nyan u meuligoë Raja.<br />

Ban saré tröih ubak Raja, di<br />

aneuk miet nyanpi laju jijak seumah<br />

Kali Raja nanggroë nyan. Dudoë<br />

nibak nyan, rajapi neumarit<br />

ngon aneuk miet nyan: “Di ulön na<br />

kudeungo haba nyang sahèh nibak<br />

meuntroë, jjipeugah na lam nanggroë<br />

ulön nyoë sidroë aneuk miet<br />

biet ureueng le ‘akai, teutapi hana<br />

that kupatéh. Sabab kareuna ka<br />

meugah ngon meuseuhu dum ubak<br />

gob geukheun kah ureueng le ‘akai,<br />

nyankeu jeuet kah kumeuhei keunoë.<br />

Jakalèen nyo bit kah ureueng<br />

le ‘akai, lagèe ban gob peugah ngon<br />

jipeuhaba lé ureueng nanggroë jikheun:<br />

jeuet kah bri jaweueb peue<br />

njang kutanyong ubak kah.”<br />

Lheueh neukheun meunan lé<br />

Raja, teuma di Raja nyanpi neuteumanyong<br />

ubak aneuk nyan.<br />

Kheun Raja: “Jinoë bak kapeugah<br />

lé kah hai nyak! Ie nyang na di la’öt<br />

padumna le? Padumna le seunukat<br />

ngon hingga?”<br />

Teuma jaweueb aneuk miet<br />

nyan: “Ampön dèelat Tuanku Cahi<br />

‘Alam dèelat, buet tameung thèe<br />

na le ie di la’öt, nyan bandum buet<br />

mudah, ubak laman hana payah,<br />

teutapi nyang paté’ namasipada<br />

lakèe ubak Tuanku Cahi ‘Alam,<br />

bahlé jinoë deungon sigra Tuanku<br />

Ampön yue theun dumna ie krueng<br />

ilé, bak dumna rakyat lam dönya,<br />

supaya dumna ie nyang kana dalam<br />

la’öt, bè’ na meutamah-tamah le;<br />

meungnyo sabé meutamah-tamah,<br />

pakri é’ jeuet tasukat ngon tapeuhingga?”<br />

Wa’tèe ka leungka dumpat Tuanku<br />

theun ie krueng ilé, deungon<br />

sikeujab jeuet namasipada peuteuntèe<br />

ngon rijang, seureuta rijang<br />

lé jeuet meu’oh ngon meudum na<br />

le dumna ie la’öt nyan, ubak Cahi<br />

‘Alam.”<br />

Ban Raja deungo meunan seumah,<br />

teuma raja nyanpi ka rab<br />

keumeung teukhém. Lom la’én nibak<br />

nyan teumanjong raja neumeusabda<br />

ubak aneuk nyan: ”Jinoë<br />

kapeugah lé kah hai nyak! Bintang<br />

nyang na di langèt, padumna le? Jeunoë<br />

beurijang lé kapeuhingga!”<br />

Teuma seu’öt aneuk miet nyan:<br />

”Ampön Tuanku Meukuta’Alam!<br />

Lamietneu nyoë mohon karönya<br />

ubak Dèelat Tuanku si’ön keureutaih<br />

nyang leubèh raya nibak lam dum.”<br />

Ban Raja deungo meunan seumah,<br />

teuma Raja yue Peudahna<br />

Meuntroë: ”Jak cok si’ön keureutaih<br />

nyang raya silagoëna!”<br />

Dudoë nibak nyan, tröih jimè<br />

keureutaih ubak Raja lé Teungku<br />

Peudahna Meutroë, laju Raja peujök<br />

ubak jaroë aneuk miet nyan.<br />

<strong>Santunan</strong> JULI <strong>2010</strong><br />

Di aneuk miet nyanpi jisamböt<br />

keureutaih nyan nibak jaroë Raja<br />

deungon höreumat ta’além.<br />

Dudoë nibak nyan jisuet saboh<br />

jaröm nyang na jisudéh nibak jaroë<br />

bajèe droëjih, teuma laju jitob-tob<br />

ban saboh keureutaih raya nyan, cut<br />

ngon raya peunoh bandum han sapat<br />

bla. Lheueh nyan barö jipeuseumah<br />

seureuta ngon jipeujök ubak<br />

jaroë Raja, sajan ngon jibeu’oet<br />

jaroë, jimarit ngon Raja: ”Jikalèe<br />

Dèelat Tuanku bileueng, ubé na<br />

titék nyang na dalam keureutaih<br />

nyoë, jimeusabé-keuh le ngon bintang<br />

nyang na di langét dönya, hana<br />

leubèh hana kureueng.”<br />

Lheueh jipeuseumah meunan<br />

lé aneuk miet nyan, yóh nyankeuh<br />

Raja teukhém ngon teusinyom. Bitpi<br />

meunan, hana neukheun sapeue<br />

lé, malingkan neupiké keu ceureudék<br />

ngon bijaksana ‘akai aneuk<br />

miet nyan. ”Salang jih mantong<br />

cut, sidumnoë ceureudék, adat ‘oh<br />

rayek siribèe kali ganda meutamah<br />

bijak.”<br />

Lheueh nibak nyan, teuma Raja<br />

salén aneuk nyan, neubri peukayan<br />

nyang jroh rupa, seureuta neukarönya<br />

ngon deureuham, daa-lhèe<br />

plöh neuk keu blanja. Hana padum<br />

lawét dudoë lheueng, neucok<br />

aneuk nyan lé raja, neupeuduek<br />

dalam Kuta Meuligoë sajan-sajan<br />

droëgeuh. ‘Oh rayeuk bacut, Raja<br />

böh aneuk nyan, neupeujeuet keu<br />

Peudahna Meuntroë Raja.<br />

(Disadur dari KITAB BOENGONG<br />

SITOENGKÖJ, karangan L.B. Teungkoe<br />

Mohamad Noerdin, Balai Poestaka,<br />

1930, dengan beberapa penyesuaian,<br />

Editor: Khairuddin)<br />

55


Penyesalan<br />

Dalam kilauan embun pagi<br />

Dan hangatnya sinar matahari<br />

Serta bisikan nurani<br />

Dan desahan nafas menghirup fajar hari<br />

Kutemukan gairahnya kehidupan ini<br />

Malam yang hening terasa sunyi<br />

Cahya rembulan dan bintang sinari bumi<br />

Seolah mengintip diriku ini<br />

Yang terlena dengan dosa-dosaku<br />

Kini...ku hanya memikir kesalahan diri<br />

Begitu banyak dosa telah ku miliki<br />

Kapankah ku tobati lagi<br />

Saat ini baru ku sesali<br />

Rabbi...<br />

Ku hamba dha’if berlumuran dosa<br />

Tapi ku tak pernah menginsafinya<br />

Ku hamba punya telinga<br />

Tapi tuli dan tak mendengar yang berguna<br />

Ku hamba punya mata<br />

Tapi buta tak melihat yang nyata<br />

Ku hamba punya hati<br />

Tapi selalu iri hati dan dengki<br />

Ku punya tangan dan kaki<br />

Tapi selalu berbuat keji<br />

Ku punya mulut dan gigi<br />

Tapi selalu mencaci maki<br />

Ku punya banyak harta<br />

Tapi selalu ria dan berpoya-poya<br />

Rabbi...<br />

Apakah Engkau masih mengampuni diri ini<br />

Yang penuh dosa dan hina<br />

Masihkah dapat ku perbaiki diri<br />

Bagai bayi yang lahir kembali<br />

Bersih dan suci dari segala dosa ini<br />

Rabbi...<br />

Engkau telah melimpahkan kenikmatan-Mu padaku<br />

Namun ku tak menunjukkan rasa terima kasih ku<br />

Yang seimbang dengan nikmat-Mu<br />

Saat Engkau memberikan cobaan padaku<br />

Ku terima cobaan-Mu...tanpa adanya kesabaranku<br />

Tapi...Engkau tak menghilangkan nikmat-Mu itu<br />

Sungguh maha besar kemurahan-Mu<br />

Rabbi...<br />

Ku bersujud di hadapan-Mu<br />

Ku mohon ampuni segala dosaku<br />

Ya...Allah...Rabbul izzati<br />

Rabbi...Ighfirly...ampuni diriku ini...<br />

(Karya: Rafi’atul ‘Aliah, M. Ag.<br />

Kepala MA Muhammadiyah<br />

Kec. Gunung Meriah Kab. <strong>Aceh</strong> Singkil)<br />

56 <strong>Santunan</strong> JULI <strong>2010</strong><br />

Hati yang<br />

Bimbang<br />

Oh Tuhan...<br />

Hatiku tengah bimbang<br />

Sebab apakah gerangan<br />

Yang dihati terpendam<br />

Tak kurasakan lagi senang<br />

Karna imanku telah berkurang<br />

Kini hatiku bagai permata yang usang<br />

Tak ada lagi damai sekarang<br />

Karna sesuatu keadaan<br />

Tak bisa ku bayangkan<br />

Kasih-Mu pa bila hilang<br />

Tuk hamba-Mu ini yang malang<br />

Tuhan...<br />

Tolong beri aku arah dan jalan<br />

Tuk kembali pulang<br />

Pada nikmat-Mu yang akbar...<br />

Oleh Zahara Mustika<br />

Mahasiswi IAIN AR-RANIRY B.ACEH<br />

Jln. Blang Bintang Lama Cot Keueung <strong>Aceh</strong> Besar<br />

RENUNGAN<br />

KEHIDUPAN<br />

Hari demi hari kulalui<br />

Hari demi hari berlalu sudahlah<br />

Bulan pun datang siang dan malam pun tiba<br />

Silih bergantian siang dan malam<br />

Aku terus bertanya -tanya dalam lalui hidup ini<br />

Berpikir akan arti dari kehidupan.<br />

Ada kala senangAda juga susah<br />

Ada suka dan duka lara<br />

Ada sedih dan gembira<br />

Ada kawan dan musuh<br />

Ada kaya dan miskin<br />

Ada jelek dan cantik<br />

Ada malas dan rajin<br />

Ada ada saja dan semuanya ada<br />

Tapi semua itu tak ada yang abadi<br />

dan jangan bersedih hati<br />

Kita harus ingat semua itu kehendak Allah SWT<br />

Maka kita harus jadi orang yang beriman<br />

Sebagaimana rukun iman ada 6 dan yang ke-6<br />

Kadar baik dan buruk itu datangnya dari Allah SWT<br />

(Karya: Tanzilal Malina (Melan) dan Fajar Dini murid MIN<br />

Simpang Tiga, Bener Meriah)


MASJID INDRAPURWA<br />

Lambadeuk, Peukan Bada, <strong>Aceh</strong> Besar<br />

Ini adalah Masjid Indrapurwa, salah satu dari tiga masjid yang<br />

dibangun Sultan Iskandar Muda di sekitar Banda <strong>Aceh</strong>, yaitu Masjid<br />

Raya Baiturrahman, Masjid Indrapurwa, dan Masjid Indrapuri.<br />

Kubah kecil pada mimbar Masjid Indrapurwa, gaya arsitektur<br />

dan dekorasinya bernuansa Hindu. Hal ini membuktikan<br />

keberhasilan Ulama <strong>Aceh</strong> memelihara budaya lokal dalam<br />

konstelasi Islam yang telah diterapkan kala itu. Sungguh suatu<br />

sikap dan cara memahami Islam yang sangat moderat!<br />

Masjid ini takkan bisa anda saksikan lagi, telah musnah<br />

diterjang tsunami 26 Desember 2004 lalu.<br />

Ukiran kaligrafi pada mimbar masjid ini memperlihatkan<br />

tahun pemindahan masjid ini dari lokasi semula (1276 H).<br />

Konon Sultan Iskandar Muda membangun masjid ini di<br />

atas bekas reruntuhan candi, namun sayang lokasi itu telah<br />

dikikis abrasi. Bangunan mesjid ini dipindahkan apa adanya<br />

ke lokasi baru yang berjarak sekitar 2 km dari lokasi semula.<br />

Perhatikan tingginya citarasa seni <strong>Aceh</strong> masa lalu pada mimbar masjid ini. Inilah<br />

akar seni dekorasi floral <strong>Aceh</strong>, gaya ukiran asli <strong>Aceh</strong> ini telah menjadi milik Islam<br />

dengan hilangnya unsur kearcaan Hindu dari konsep dan motif dekorasinya.<br />

<strong>Santunan</strong> JULI <strong>2010</strong><br />

57


Kepala Kanwil <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> <strong>Prov</strong>insi <strong>Aceh</strong>, Drs. H. A. Rahman TB, Lt. memberikan<br />

arahan mengenai Reformasi Birokrasi di lingkungan <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> <strong>Prov</strong>insi <strong>Aceh</strong>,<br />

2 Juni <strong>2010</strong><br />

Kepala Kanwil <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> <strong>Prov</strong>insi <strong>Aceh</strong>, Drs. H. A. Rahman TB, Lt. menerima<br />

peserta Diklat PIM IV dari Balai Diklat <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> Medan yang melaksanakan<br />

Orientasi Lapangan di lingkungan <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> <strong>Prov</strong>insi <strong>Aceh</strong>, 17 Juni <strong>2010</strong><br />

Menko Kesra Agung Laksono,Menteri <strong>Agama</strong> Suryadharma Ali dan Menpan RB.<br />

EE. Mangindaan pada acara penandatanganan SKB Hari libur nasional dan cuti<br />

bersama untuk 2011, di Kantor Menko Kesra, Jakarta, 15 Juni <strong>2010</strong><br />

58 <strong>Santunan</strong> JULI <strong>2010</strong><br />

86 orang dari Unsur <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> <strong>Aceh</strong> dan Ormas Islam Mengikuti Seleksi<br />

Calon Petugas Haji Embarkasi Banda <strong>Aceh</strong> Tahun <strong>2010</strong>/1431 H di Asrama Haji<br />

Banda <strong>Aceh</strong>, 16 Juni <strong>2010</strong>.<br />

Para Peserta Tes Calon Kepala Madrasah di lingkungan <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong><br />

<strong>Prov</strong>insi <strong>Aceh</strong>, 10 Juni <strong>2010</strong><br />

Menteri <strong>Agama</strong> Suryadharma Ali berbincang-bincang dengan Ketua Majelis<br />

Pertimbangan dan Pemberdayaan Pendidikan <strong>Agama</strong> (MP3A), KH Syukri Zarkasyi<br />

sebelum membuka rapat koordinasi MP3A, di Jakarta, 18 Juni <strong>2010</strong>

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!