Majalah Santunan edisi Juli 2010 - Kementerian Agama Prov Aceh
Majalah Santunan edisi Juli 2010 - Kementerian Agama Prov Aceh
Majalah Santunan edisi Juli 2010 - Kementerian Agama Prov Aceh
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
I.<br />
II.<br />
PEDOMAN BIMBINGAN MANASIK HAJI BAGI KAN KEMENAG KAB/KOTA DAN KUA<br />
Bimbingan Massal pada Kantor <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> Kab/Kota (4 kali pertemuan)<br />
No. Pertemuan Materi Jam/Pel Waktu<br />
1.<br />
2.<br />
3.<br />
4.<br />
Bimbingan Massal I<br />
Bimbingan Massal II<br />
Bimbingan Massal<br />
Bimbingan Massal IV<br />
•<br />
•<br />
•<br />
•<br />
•<br />
•<br />
•<br />
Kebijakan Pemerintah tentang :<br />
1. Penyelenggaraan Haji<br />
2. Kesehatan Haji<br />
3. Paspor Haji (imigrasi)<br />
4. Bea cukai<br />
Pembentukan kelompok Bimbingan (kloter bayangan)<br />
ketua Regu dan Rombongan<br />
Bimbingan proses perjalanan Haji<br />
Keselamatan Penerbangan<br />
Bimbingan Peragaan Manasik Haji (latihan operasional<br />
Konsolidasi Pemantapan Kloter<br />
Penjelasan perlengkapan Barang bawaan<br />
Bimbingan Kelompok pada KUA Kecamatan (11 Kali Pertemuan)<br />
4 Jam = 180<br />
Menit<br />
Setiap mata<br />
pelajaran<br />
berdurasi 45<br />
Menit<br />
09.00 s/d 13.00<br />
Belum termasuk<br />
waktu istirahat, shalat<br />
dan makan (Ishoma)<br />
No. Pertemuan Materi Jam/Pel Waktu<br />
1. Pertemuan I<br />
Pertemuan II<br />
Pertemuan III<br />
Pertemuan IV<br />
Pertemuan V<br />
Pertemuan VI<br />
Pertemuan VII<br />
Pertemuan VIII<br />
Pertemuan IX<br />
Pertemuan X<br />
Pertemuan XI<br />
• Penduan perjalanan haji<br />
1. Kegiatan di tanah air<br />
2. Kegiatan di Arab Saudi<br />
• Bimbingan kesehatan dan kebugaran jasmani jamah<br />
haji (koordinasi puskesmas setempat)<br />
• Bimbingan manasik haji<br />
1. Akhlaqul karimah<br />
2. Adat istiadat bangsa Arab<br />
• Bimbingan dan praktek bersuci, wudhuk, tayamum<br />
dan shalat jamak/qashar<br />
• Bimbingan manasik haji<br />
1. Niat haji dan umrah<br />
2. Thawaf<br />
3. Praktek<br />
• Bimbingan manasik haji<br />
1. Sa’i dan tahalul<br />
2. Wukuf di Arafah<br />
3. Praktek<br />
• Bimbingan manasik haji<br />
1. Mabit di Mina dan lontar jumrah<br />
2. Thawaf ifadah dan wada’<br />
3. Praktek<br />
• Pemantapan peragaan manasik haji<br />
1. Thawaf<br />
2. Sa’i<br />
• Pemantapan peragaan manasik haji<br />
1. Wukuf di Arafaf<br />
2. Lontar jumrah<br />
• Pemantapan peragaan manasik haji dan travelling<br />
• Hikmah dan pelestarian haji mabrur<br />
• Pemantapan peragaan manasik haji lanjutan dan<br />
travelling<br />
4 Jam = 180<br />
Menit<br />
Setiap mata<br />
pelajaran<br />
berdurasi 45<br />
Menit<br />
09.00 s/d 13.00<br />
Belum termasuk<br />
waktu istirahat, shalat<br />
dan makan (Ishoma)
Penyuluh Bukan Pegawai KUA Hal.19<br />
Sudah Halalkah Konsumsi Kita?<br />
Hal. 16<br />
Ada Barongsai di Peunayong<br />
Hal.22<br />
Life Style: Bagaimana<br />
Merawat Kuku Bayi Hal. 51<br />
Tokoh: Tgk. H. Hasanoel Bashry HG<br />
Berharap lahirnya<br />
Intelektual Dayah<br />
Hal. 49<br />
DAFTAR ISI<br />
Abu Panton:<br />
Tidak Boleh Berhenti<br />
Mengajar Ilmu <strong>Agama</strong><br />
Hal. 9<br />
Mustafa Abubakar: Menuju Kemandirian<br />
Ekonomi Dayah Hal.10<br />
Tafsir:<br />
Satanic Verse,<br />
Fenomena Penafsiran Ayat 52 Surat al-Hajj<br />
Hal. 34<br />
Opini:<br />
Dayah <strong>Aceh</strong> di Kancah Nasional<br />
Sampul depan: Abuya Muhibbuddin Waly, sedang menyampaikan pengajian di Dayah MUDI Mesjid Raya Samalanga.<br />
Sampul belakang: Para penyuluh yang terpilih mewakili kabupaten/kota untuk mengikuti Seleksi Penyuluh Teladan Tingkat <strong>Prov</strong>insi <strong>Aceh</strong> <strong>2010</strong><br />
Hal. 39<br />
<strong>Majalah</strong> <strong>Santunan</strong> Kantor <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> <strong>Prov</strong>insi <strong>Aceh</strong> Pembina: Kepala Kantor Wilayah <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> <strong>Prov</strong>insi <strong>Aceh</strong> Penanggungjawab: Kepala Bagian Tata Usaha<br />
Kanwil <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> <strong>Prov</strong>insi <strong>Aceh</strong> Dewan Pengarah: Drs. H. Taufiq Abdullah; Drs. H. Ibnu Sa’dan, M.Pd; H. Abrar Zym, S.Ag; Drs. H. Asy’ari Basyah; Drs. Saifuddin AR;<br />
H. Aska Yunan, S.Ag. Pemimpin Umum: Drs. H. Zuardi Zain Pemimpin Redaksi: Juniazi Wakil Pemimpin Redaksi: Muzakkir Sekretaris Redaksi : Khairuddin Aba Wakil Sekretaris<br />
Redaksi: Jabbar Sabil Redaktur: Mulyadi Nurdin; Ridwan Qari; Juhaimi; Taharuddin, Wiswadas; Azhar; Khairul Saleh; Abdullah AR; Muhammad Yacob Yahya; Suri Arniansyah;<br />
Alfirdaus Putra. Pemimpin Usaha: Imran Wakil Pemimpin Usaha: Zulfahmi Keuangan: Munawar; Elia Fajri Sirkulasi: Darwin; Jatu Rahmi Rahayu Iklan: Hartati; Yenni Yusnita<br />
Layout: Tim <strong>Santunan</strong> Alamat Redaksi: Jl. Tgk. Abu Lam U No. 9 Banda <strong>Aceh</strong> E-mail : redaksisantunan@yahoo.co.id / redaksisantunan@gmail.com Hotline-SMS: 0852-7775-9339
Tetaplah Menjadi Pelita<br />
Ungkapan dayah telah menjadi bagian dari<br />
bahasa <strong>Aceh</strong>, sehingga sulit melacak kembali<br />
asal-usulnya, apakah murni kreasi orang <strong>Aceh</strong>,<br />
atau merupakan serapan dari bahasa lain, seperti bahasa<br />
Arab. Dua teori yang lazim dikemukakan menyatakan<br />
bahwa istilah dayah diserap dari bahasa Arab.<br />
Teori pertama menganggap istilah dayah adalah<br />
turunan dari kata zawiyyah, yang dalam bahasa Arab<br />
berarti sudut, atau tempat pengajian di sudut-sudut<br />
masjid. Dalam perkembangan sejarah, kelompokkelompok<br />
tarekat (turunan dari aliran tasawuf) menyebut<br />
tempat mereka berkumpul<br />
dan belajar sebagai<br />
zawiyyah. Teori ini cocok<br />
dengan dinamika dayah<br />
yang menjadi tempat<br />
belajar ilmu agama Islam<br />
dan pusat pendidikan<br />
kader-kader tarekat.<br />
Teori kedua menyatakan<br />
asal kata dayah dari<br />
ungkapan hidayah, yang<br />
dalam bahasa arab berarti<br />
petunjuk. Teori ini juga<br />
cocok dengan sejarah<br />
keberadaan dayah yang<br />
menjadi pusat pengajaran<br />
dan penyebaran agama<br />
Islam dari awal-awal<br />
kedatangannya di Bumi Nanggroe <strong>Aceh</strong> Darussalam, dan<br />
daerah-daerah lain di nusantara.<br />
Terlepas dari penamaannya, anatomi dayah, yang<br />
secara nasional dikenal dengan istilah pondok pesantren,<br />
haruslah terdiri dari seorang tokoh sentral yang menjadi<br />
panutan dan rujukan dari seluruh penghuni lembaga<br />
pendidikan tersebut, baik besar maupun kecil. Selain itu,<br />
sebuah dayah juga harus memiliki santri yang menetap,<br />
dan proses belajar mengajarnya berlangsung siangmalam.<br />
Di luar syarat-syarat ini, secara anatomis tidak<br />
bisa disebut sebagai dayah.<br />
Hal lazim lainnya yang menjadi ciri dayah adalah<br />
pengajian tingkat tinggi, tinggi meskipun relatif, tinggi<br />
dapat berarti bahwa materi yang diajarkan di dayah<br />
bukan lagi pelajaran dasar yang biasa diterima oleh<br />
orang awam di meunasah-meunasah (mungkin sekali<br />
4 <strong>Santunan</strong> JULI <strong>2010</strong><br />
merupakan turunan dari kata madrasah), balee beut<br />
(balai pengajian) dan pengajian rumahan lainnya.<br />
Alumni-alumni yang pulang dari dayah selalu disapa<br />
Teungku, dan mendapatkan penghormatan yang pantas<br />
dari masyarakat tempat tinggalnya, baik diangkat menjadi<br />
Teungku Imuem maupun tidak, mereka selalu dipercaya<br />
untuk memimpin kegiatan keagamaan dan mengajar<br />
anak-anak serta masyarakat sekitar tentang ilmu-ilmu<br />
agama.<br />
Dayah-dayah di <strong>Aceh</strong> juga identik dengan tasawuf yang<br />
melembaga dalam tarekat-tarekat. Bahkan hubungan<br />
yang dibentuk oleh<br />
tarekat ini bisa menjadi<br />
justifikasi bagi suksesi<br />
seorang Abu (Guru Besar<br />
yang dihormati) oleh<br />
muridnya di dayah, atau<br />
membuka cabang dayah<br />
baru di tempat lain.<br />
Seunik apapun dayah<br />
kita di <strong>Aceh</strong> ini, tetaplah<br />
merupakan suatu produk<br />
budaya yang harus<br />
berhadapan dengan<br />
budaya-budaya lain di<br />
luar dayah, khususnya<br />
di era perdagangan,<br />
telekomonukasi dan<br />
transportasi yang sangat<br />
canggih ini. Dayah wajib melakukan penyesuaianpenyesuaian<br />
sehingga tidak tergerus oleh zaman, tanpa<br />
harus kehilangan substansinya sebagai sinar Penerangan<br />
<strong>Agama</strong> di dalam masyarakat.<br />
Merebaknya dayah-dayah dalam bentuk modern<br />
dan terpadu merupakan salah satu bentuk kesadaran<br />
baru masyarakat akan kebutuhan keilmuan agama dan<br />
kemampuan berkompetisi di dalam kehidupan nyata,<br />
yang tidak selamanya dikendalikan secara sadar oleh<br />
penduduk lokal, tapi juga sangat dipengaruhi oleh<br />
faktor-faktor luar yang mungkin sangat jauh dari tempat<br />
kita berada. Itulah yang sering disebut sebagai dampak<br />
globalisasi.<br />
Dayah! tetaplah menjadi pelita di tengah masyarakat,<br />
tanpa lupa berkaca diri, sehingga tidak tertupi cahayanya<br />
oleh ‘beulaga-beulaga’. nKhairuddin
Suscatin, bukan KCP<br />
Assalamualaikum Wr. Wb.<br />
Terima kasih kepada redaksi<br />
yang telah memuat surat saya<br />
ini. Saya salah seorang Kepala<br />
Seksi di Bidang Urusan <strong>Agama</strong><br />
Islam (Urais) Kanwil <strong>Kementerian</strong><br />
<strong>Agama</strong> Propinsi mengoreksi istilah<br />
yang digunakan oleh <strong>Majalah</strong><br />
<strong>Santunan</strong> pada <strong>edisi</strong> Juni <strong>2010</strong><br />
yang lalu untuk Kursus Calon<br />
Pengantin. Singkatan yang lazim<br />
digunakan adalah ‘suscatin’<br />
sesuai hasil Rakernas BP4 pada<br />
tanggal 17 Agustus 2007, bukan<br />
KCP sebagaimana digunakan oleh<br />
redaksi. Demikian dan semoga<br />
bermanfaat bagi kita semua.<br />
Wassalam<br />
Zuryani, Banda <strong>Aceh</strong><br />
Jawaban :<br />
Terimakasih atas perhatiannya<br />
kepada majalah santunan yang<br />
kita cintai ini, untuk seterusnya<br />
redaksi akan menggunakan istilah<br />
‘suscatin’ sebagai singkatan dari<br />
kursus calon pengantin.<br />
Konsultasi Hukum<br />
& Kepegawaian<br />
Assalamualaikum Wr.Wb.<br />
Redaksi <strong>Majalah</strong> <strong>Santunan</strong><br />
yang terhormat, saya ingin<br />
mengusulkan supaya majalah juga<br />
membuka ruang bagi pertanyaanpertanyaan<br />
dari para pembaca<br />
tentang berbagai hal yang jarang<br />
diketahui, padahal penting untuk<br />
diketahui oleh khalayak ramai,<br />
misalnya masalah hukum-hukum<br />
agama atau masalah-masalah<br />
kepegawaian di lingkungan<br />
kementerian agama. Terima kasih.<br />
Wassalam<br />
Mursal, Sigli<br />
<strong>Santunan</strong> JULI <strong>2010</strong><br />
Jawaban:<br />
Terimakasih atas perhatiannya<br />
kepada <strong>Majalah</strong> <strong>Santunan</strong>,<br />
insya Allah, mulai <strong>edisi</strong> ini dan<br />
seterusnya, redaksi membuka<br />
kesempatan kepada para<br />
pembaca untuk mengajukan<br />
berbagai pertanyaan tentang<br />
hukum islam dan perkawinan<br />
melalui Rubrik Konsultasi Hukum<br />
Islam dan BP4. Sedangkan<br />
pertanyaan-pertanyaan lainya<br />
akan dijawab sesuai ketersediaan<br />
halaman pada majalah ini.<br />
TTS berapa lama<br />
berlaku?<br />
Assalamualaikum Wr. Wb.<br />
Yang terhormat pengelola TTS<br />
<strong>Majalah</strong> <strong>Santunan</strong>, saya ingin<br />
bertanya, berapa lama TTS<br />
<strong>Santunan</strong> berlaku, mengingat<br />
<strong>Majalah</strong> <strong>Santunan</strong> kadang kami<br />
terima sudah pertengahan bulan<br />
di tempat kami. Terima kasih.<br />
Wassalam<br />
Ani, Simeulue<br />
Jawaban :<br />
TTS <strong>Majalah</strong> <strong>Santunan</strong> berlaku<br />
untuk dua bulan, mislanya, TTS<br />
Edisi <strong>Juli</strong> <strong>2010</strong> akan diumumkan<br />
pemenangnya pada <strong>Majalah</strong><br />
<strong>Santunan</strong> Edisi September <strong>2010</strong>,<br />
setiap jawaban yang benar<br />
yang masuk sebelum sebelum<br />
deadline <strong>edisi</strong> September (tanggal<br />
17 agustus) akan diumumkan<br />
oleh redaksi. Demikian untuk<br />
dimaklumi.<br />
BIRO DAERAH MAJALAH SANTUNAN: Kota Banda <strong>Aceh</strong> Yusri, Said Mahfud, <strong>Aceh</strong> Barat Narjun Ikhsan, Merahwan, Simeulu Drs. H. Yusman, Iskandar,<br />
<strong>Aceh</strong> Barat Daya Zubaili, Fajrina, Nagan Raya Muhammad Juned, Taufiq, <strong>Aceh</strong> Tengah M. Ramli, SH, Hasanah, Gayo Lues Radiah, S.Sos, Munirullah,<br />
S.Sos.I, Pidie Drs. Ilyas Muhammad, Syuib, S.Ag, Kota Lhokseumawe T. Helmi, S.Sos, Umar Dani, <strong>Aceh</strong> Besar Nasrullah, Amirullah, Kota Sabang H.<br />
Khairuddin, S.Ag, Eriadi, ST, <strong>Aceh</strong> Jaya Taisir, S.TH, Rahmat, <strong>Aceh</strong> Selatan Drs. Bukhari Harun, Zulhelmi, S.Pd.I, <strong>Aceh</strong> Tenggara Syaiful, S.HI, Razali,<br />
<strong>Aceh</strong> Timur Jakfar, S.Sos.I, Hermansyah, <strong>Aceh</strong> Tamiang Muhammad Sofyan, Jumini, Kota Langsa M. Dahlan Ary, Apmilina Sari, <strong>Aceh</strong> Utara Drs. Kasmidi,<br />
A. Hadi, <strong>Aceh</strong> Singkil Ghazali, S.Ag, Widiastuti, Bener Meriah Azhari Ramadhan, M.Ag, Irmayati, SE, Bireuen Ismuar, S.Ag, Mursyidah.<br />
5
Pesantren merupakan lembaga<br />
pendidikan tertua di Indonesia,<br />
orang <strong>Aceh</strong> menyebutnya dayah,<br />
jauh sebelum Indonesia merdeka<br />
lembaga pendidikan ini telah eksis di<br />
tengah masyarakat, bahkan menjadi<br />
satu-satunya lembaga pendidikan<br />
yang ada saat itu.<br />
Seiring perjalanan waktu posisi<br />
dayah semakin hari semakin<br />
terpinggirkan, sehingga menimbulkan<br />
kekhawatiran tersendiri di tengah<br />
masyarakat. Maklum saja anak<br />
bangsa yang menuntut ilmu di dayah<br />
jumlahnya sangat banyak, sehingga<br />
persoalan mereka secara langsung<br />
menjadi persoalan bangsa juga.<br />
Di tengah keinginan berbagai pihak<br />
untuk melakukan legalisasi pendidikan<br />
dayah agar setara dengan pendidikan<br />
lainnya, gayung bersambut, pemerintah<br />
akhirnya mengeluarkan aturan<br />
yang menghapus diskriminasi dayah<br />
dalam sistem pendidikan nasional,<br />
adalah UU nomor 20 tahun 2003<br />
sebagai cikal bakal payung hukum<br />
yang mengakui dayah sebagai<br />
salah satu lembaga pendidikan,<br />
ditambah lagi dengan Peraturan<br />
Pemerintah (PP) Nomor 55 Tahun<br />
2007 tentang Pendidikan <strong>Agama</strong> dan<br />
Pendidikan Keagamaan yang semakin<br />
memperkuat posisi dayah.<br />
Di <strong>Aceh</strong> juga tak kalah kencang,<br />
tahun 2008 qanun nomor 5 lahir<br />
sebagai payung hukum pelaksanaan<br />
pendidikan dayah, walau diakui qanun<br />
tersebut belum sempurna, minimal<br />
lompatan bersejarah telah dicetuskan<br />
dalam rangka pengembangan dayah<br />
ke depan.<br />
Kepala Bidang Pekapontren<br />
Kanwil. <strong>Kementerian</strong> agama <strong>Aceh</strong>,<br />
Drs. Saifuddin AR mengakui bahwa<br />
qanun tersebut masih bersifat umum<br />
sehingga perlu penjabaran lebih detil<br />
melalui Peraturan Gubernur.<br />
“Qanun nomor 5 tahun 2008 masih<br />
bersifat umum, oleh karenanya kita<br />
sedang menggarap, berupaya adanya<br />
tindak lanjut melalui Peraturan<br />
Gubernur guna penertiban tata kelola<br />
di dayah”. Ujar Saifuddin AR kepada<br />
<strong>Santunan</strong> Jumat (18/6).<br />
Pembenahan dayah tidaklah sederhana<br />
karena berbagai aspek perlu<br />
disempurnakan, karena sekian lama<br />
sistem pendidikan dayah berjalan apa<br />
adanya tanpa ada evaluasi apalagi<br />
pengembangan sebagaimana layaknya<br />
sebuah lembaga pendidikan.<br />
Kurikulum merupakan salah satu-<br />
6 <strong>Santunan</strong> JULI <strong>2010</strong><br />
LAPORAN UTAMA<br />
Sejarah Baru Dayah<br />
Laporan Mulyadi Nurdin<br />
Dayah memasuki era baru,<br />
keberadaannya telah diakui pemerintah,<br />
pendidikan tinggi model dayah sudah terwujud,<br />
malah ada santri yang melanjutkan kuliah<br />
hingga jenjang S-2.<br />
“<br />
nya, di mana mata pelajaran yang<br />
diajarkan di dayah tidak berubah<br />
dari masa ke masa, umumnya<br />
materi pelajaran lebih dominan di<br />
bidang fikih, sementara jurusan lain,<br />
walaupun ada masih tergolong minim,<br />
di samping itu ilmu pendukung seperti<br />
sejarah dan sains tidak tersentuh<br />
hingga kini, sehingga tak jarang<br />
banyak orang menyepelekan alumni<br />
dayah karena wawasan yang sempit<br />
dan tidak mengikuti perkembangan<br />
zaman.<br />
Menurut wakil Gubernur <strong>Aceh</strong>,<br />
Muhammad Nazar, kemunduran<br />
pendidikan dayah terjadi sejak<br />
perang dengan Belanda, pada saat<br />
itu banyak ulama yang maju ke garis<br />
depan melawan penjajah sehingga<br />
tidak fokus lagi dalam menjalankan<br />
roda pendidikan di dayah, padahal<br />
sebelumnya dayah <strong>Aceh</strong> sangatlah<br />
maju, yang mengajarkan berbagai<br />
bidang ilmu pengetahuan hingga ilmu<br />
militer.<br />
“Sejak perang Belanda terjadi<br />
pendestruksian terhadap sistem<br />
pendidikan dayah, ketika itu ulama<br />
terpaksa ikut berperang dan tidak lagi<br />
sempat mengurus pendidikan secara<br />
kental, maka pada saat itu kurikulum<br />
dihentikan sementara dan tinggal<br />
kurikulum agama murni” Ujar Wagub<br />
pada acara wisuda lulusan STAI Al-
LAPORAN UTAMA<br />
Aziziyah Samalanga (15/6).<br />
Manajemen merupakan faktor<br />
lain yang harus dibenahi, berbagai<br />
upaya perlu terus dilakukan termasuk<br />
melatih tenaga administrasi yang<br />
profesional supaya standarisasi dapat<br />
diwujudkan, di samping melengkapi<br />
fasilitas, sarana dan pra sarana,<br />
berbagai penyempurnaan menjadi<br />
tekad bulat pemerintah terutama<br />
kementerian agama sebagaimana<br />
diungkapkan Kabid. Pekapontren<br />
Kanwil Kemenag <strong>Aceh</strong>, Saifuddin AR.<br />
“Kita akan melakukan perubahanperubahan<br />
terhadap pondok pesantren<br />
salafiah, di mana kita melihat<br />
kondisi program pembelajaran, ketenagaan,<br />
sarana dan prasarana masih<br />
memprihatinkan”. Ujarnya.<br />
Selama ini manajemen dayah<br />
berjalan apa adanya, hal itu terjadi<br />
karena memang belajar di sana tidak<br />
dipungut biaya apapun alias gratis,<br />
jangankan membiayai manajemen<br />
yang membutuhkan biaya tinggi,<br />
gaji guru saja tidak diberikan, semua<br />
bekerja dengan ikhlas, itu pula yang<br />
menyebabkan dayah dapat bertahan<br />
di tengah berbagai tantangan yang<br />
dihadapinya, semangat juang murid,<br />
guru, dan alumni telah membuat<br />
dayah tegar di tingkat akar rumput<br />
walau berbagai krisis silih berganti<br />
mewarnai negeri ini.<br />
Semangat itu jelas terlihat dari<br />
pernyataan ketua Himpunan Ulama<br />
Dayah <strong>Aceh</strong> (HUDA) Tgk. Ibrahim<br />
Bardan yang sering disapa dengan<br />
Abu Panton yang mengingatkan santri<br />
dayah untuk terus mengembangkan<br />
pendidikan agama dalam kondisi<br />
apapun walau yang tersisa hanya satu<br />
orang murid sekalipun.<br />
“Beliau mendoktrin kami yang<br />
belajar kepada beliau, untuk tidak<br />
meninggalkan mengajar, walaupun<br />
hanya mempunyai satu murid saja,<br />
sekurang-kurangnya mengajarkan<br />
anggota keluarga sendiri”. Ajak<br />
Abu Panton mengutip pesan Abon<br />
Samalanga (15/6).<br />
Akreditasi Ijazah<br />
Namun semangat juang yang luar<br />
biasa dari para santri dayah masih<br />
direspon dingin oleh dunia kerja,<br />
ribuan lembar ijazah yang dikeluarkan<br />
dayah di <strong>Aceh</strong> belum diterima oleh<br />
lapangan kerja, sangat disayangkan<br />
setelah bertahun-tahun menuntut<br />
ilmu tidak mendapat pengakuan<br />
berarti dari pihak terkait, sehingga<br />
menjadi dilema baru bagi intelektual<br />
dayah tersebut, malah untuk melanjutkan<br />
kuliah saja belum semua<br />
perguruan tinggi menerimanya, ini<br />
memang kontra produktif sehingga<br />
berbagai pihak harus mencari<br />
solusinya.<br />
Akreditasi merupakan salah satu<br />
penyebabnya, sehingga upaya untuk<br />
mengakreditasi dayah hendaklah<br />
dilakukan secara cepat dan serius<br />
dengan melibatkan berbagai pihak<br />
supaya tidak menjadi masalah di<br />
kemudian hari.<br />
Proses akreditasi tersebut akan<br />
menjadikan dayah setara dengan<br />
pendidikan umum lainnya, sehingga<br />
persoalan diskriminasi ijazah tidak<br />
lagi terjadi.<br />
Pihak dayah sendiri pada prinsipnya<br />
siap menyahuti proses tersebut<br />
selama tidak menghilangkan ciri khas<br />
mereka sendiri, hal itu sebagaimana<br />
diungkapkan Waled Hasanoel Bashry<br />
HG, Pimpinan Dayah MUDI Mesra<br />
kepada santunan (15/6).<br />
<strong>Santunan</strong> JULI <strong>2010</strong><br />
“Kalau konsep yang telah kami<br />
buat ini disetujui oleh pemerintah,<br />
hal tersebut mungkin bisa-bisa<br />
saja. Ini harus terlebih dahulu kita<br />
sepakati bersama. Tapi kalau hanya<br />
sepihak saja dari pemerintah yang<br />
menyebabkan hilangnya kekhasan<br />
dayah itu tersendiri, ini tidak dapat<br />
kita penuhi, ini tidak dapat kita<br />
pertanggungjawabkan kepada masyarakat<br />
nantinya”, tegasnya.<br />
Akreditasi itu sendiri akan mengarah<br />
kepada standarisasi mutu dan<br />
kurikulum dayah itu sendiri supaya<br />
ada keseragaman, tidak berjalan<br />
sendiri-sendiri, adanya kejelasan<br />
antara dayah, diniyah, TPA dan lainlain,<br />
kalau perlu adanya SK tersendiri<br />
dari lembaga pemerintah supaya<br />
tidak membingungkan masyarakat.<br />
“Dayah kita sekarang tata kelolanya<br />
masih kurang tertib, salah satu contoh<br />
dalam tata kelola lembaga yang belum<br />
rapi, di mana pemisahan antara dayah<br />
salafiah, pendidikan diniyah, TPA-TPQ<br />
belum begitu jelas dalam angka-angka<br />
pendataan, termasuk legalitasnya yang<br />
belum begitu sempurna di mana belum<br />
ada SK dari lembaga pemerintah, SK<br />
ketenagaan, tata usaha maupun tenaga<br />
kepustakaannya belum teratur”. Harap<br />
Kabid Pekapontren Drs. Saifuddin AR.<br />
Secara tegas ulama kharismatik<br />
7
<strong>Aceh</strong>, Abu Panton berpesan agar<br />
ijazah dayah dapat diterima semua<br />
kalangan, hal itu seperti dikutip Kabid<br />
Pekapontren Saifuddin AR kepada<br />
santunan.<br />
“Peulagot dayah (usahakan dayah<br />
bisa laku)”. Ujar kabid mengutip Abu<br />
Panton.<br />
Keuangan<br />
Sementara itu persoalan keuangan<br />
masih menjadi tantangan berat bagi<br />
dayah, ketika perubahan mendasar di<br />
bidang akademik dilakukan, tentu pula<br />
membutuhkan perubahan signifikan<br />
dalam sektor keuangan, sehingga<br />
pemerintah tidak<br />
boleh tinggal<br />
diam, ketika pengakuan<br />
terhadap<br />
pendidikan dayah<br />
telah diberikan,<br />
maka alokasi dana<br />
yang sesuai juga<br />
harus diperhatikan<br />
sebagaimana<br />
yang diberikan<br />
kepada pendidikan<br />
lainnya.<br />
P e m e r i n t a h<br />
<strong>Aceh</strong> melalui<br />
Badan Pendidikan<br />
dan Pembinaan<br />
Dayah telah men<br />
g a n g g a r k a n<br />
dana yang sangat<br />
besar dalam dua<br />
tahun terakhir.<br />
Tahun 2009 saja<br />
lebih 200 Milyar Rupiah dikucurkan<br />
untuk pengembangan dayah.<br />
Dibandingkan dana untuk sekolah dan<br />
madrasah yang mencapai Triliunan,<br />
angka tersebut memang masih kecil<br />
dan jauh dari cukup, tetapi sudah<br />
cukup lumayan sebagai langkah awal<br />
pemerintah dalam membangun<br />
dayah.<br />
Selebihnya dayah bisa melakukan<br />
usaha sendiri melalui berbagai usaha<br />
termasuk pengembangan pertanian<br />
dan usaha berkelanjutan lainnya.<br />
Menanggapi masalah tersebut<br />
Abu Panton mengingatkan dayah<br />
supaya mandiri dan jangan hanya<br />
bisa meminta, tetapi harus mencari<br />
sumber ekonomi lain termasuk membuka<br />
perkebunan jika perlu.<br />
“Jangan hanya bisa menjilat,<br />
jangan hanya bisa meminta, jangan<br />
pernah berpikir bahwa membuka<br />
kebun merupakan pekerjaan dunia,<br />
ini semua guna kehidupan akhirat<br />
kita juga” tegas Abu Panton.<br />
Menteri BUMN Mustafa Abu Bakar<br />
menyambut gembira ide tersebut,<br />
seraya berjanji akan membantu<br />
merealisasikan keinginan tersebut<br />
melalui program revitalisasi pertanian<br />
yang tentu saja dengan dukungan<br />
Bupati/Walikota, ulama dan tokoh<br />
masyarakat.<br />
“Dalam hal ini kami mohon bantuan<br />
Bupati/ Walikota, tokoh masyarakat,<br />
para ulama, mendukung program<br />
ini, di mana <strong>2010</strong> ini juga akan kita<br />
laksanakan, dengan menggunakan<br />
fasilitas kredit Bank Mandiri dan<br />
Bank BRI dengan namanya kredit<br />
revitalisasi pertanian, Insya Allah<br />
ini akan dapat kita wujudkan”. Jelas<br />
Mustafa Abu Bakar.<br />
Pendidikan tinggi<br />
Pentingnya pendidikan tinggi<br />
sebagai lanjutan dari meudagang di<br />
8 <strong>Santunan</strong> JULI <strong>2010</strong><br />
LAPORAN UTAMA<br />
dayah sudah dirasakan oleh pimpinan<br />
dayah <strong>Aceh</strong>, langkah maju tersebut<br />
perlu dilakukan dalam rangka meningkatkan<br />
daya saing alumni dan<br />
upaya untuk membuat mereka<br />
diakui sebagaimana layaknya seorang<br />
sarjana.<br />
Adalah STAI Al-Aziziyah Samalanga<br />
sebagai contohnya. Berbekal tekad<br />
dari sang pendiri, Waled Hasanoel<br />
Bashry HG, untuk mencetak kader<br />
dayah yang intelek dan agamis,<br />
perguruan tinggi tingkat S1 tersebut<br />
berdiri megah bersebelahan dengan<br />
dayah MUDI Mesra Samalanga.<br />
Sistem yang dianut<br />
dalam STAI<br />
yang mayoritas<br />
mahasiswa dan<br />
dosennya berasal<br />
dari dayah tersebut<br />
m e n g a d o p s i<br />
k u r i k u l u m<br />
perguruan tinggi<br />
secara nasional,<br />
ditambah dengan<br />
muatan lokal yang<br />
mencerminkan ciri<br />
khas dayah.<br />
“Kita mengikuti<br />
k u r i k u l u m<br />
nasional, pada awal<br />
pendirian malah<br />
kita ada opsi 100%<br />
kurikulum IAIN”<br />
ujar ketua STAI<br />
Al-Aziziyah, Tgk.<br />
Muntasir, S.Ag, MA<br />
kepada santunan (15/6).<br />
Pendidikan tinggi ala dayah ini<br />
bukanlah yang pertama di <strong>Aceh</strong>,<br />
sebelumnya Abu Panton sebagai<br />
Ulama kharismatik <strong>Aceh</strong> telah lebih<br />
dulu membuka STAI kelas jauh di<br />
dayah yang dipimpinnya di Panton<br />
Labu, sementara di Baktiya juga telah<br />
berdiri Ma’had Ali di bawah asuhan<br />
Tgk. Ajidar.<br />
Ini pertanda bahwa semangat<br />
untuk bangkit telah tumbuh di<br />
kalangan dayah <strong>Aceh</strong>, kekahawatiran<br />
berlebihan yang pernah menyelimuti<br />
sebelumnya sudah mulai pudar<br />
seiring banyaknya alumni yang kuliah
LAPORAN UTAMA<br />
dan kembali ke dayah untuk mengajar<br />
junior mereka.<br />
Upaya untuk melengkapi guru dan<br />
dosen dayah agar memenuhi standar<br />
akademis juga gencar dilakukan.<br />
Tahun lalu sebanyak 14 orang<br />
utusan STAI Al-Aziziyah Samalanga<br />
mengambil program S-2 di IAIN Ar-<br />
Raniry.<br />
“Dari kita pun sudah ada yang<br />
mendapatkan beasiswa Pemerintah<br />
<strong>Aceh</strong> untuk kuliah di Banda <strong>Aceh</strong><br />
sebanyak 14 orang, sekarang sudah<br />
Mesjid raya samalanga, mesjid<br />
yang dibangun oleh Iskandar Muda<br />
pada waktu dahulu. Tahun 1964<br />
bangunannya masih terbuat dari<br />
ada yang diminta ke Medan” Ujar<br />
Waled Hasanoel Bashry kepada<br />
santunan.<br />
Target yang dipasang untuk lulusan<br />
STAI versi dayah ini tidak tanggungtanggung,<br />
mereka ingin melahirkan<br />
generasi baru bahkan calon pejabat<br />
dan elit <strong>Aceh</strong> yang jujur di kemudian<br />
hari.<br />
“Kita ingin mencetak generasi<br />
baru, generasi pesantren yang identik<br />
dengan kejujuran, jadi generasi jujur<br />
ini menjadi generasi intelektual. Elit-<br />
Abu Panton<br />
(Tgk. H. Ibrahim Bardan; Pimpinan Dayah Malikussaleh, Panton Labu, <strong>Aceh</strong> Utara)<br />
Tidak Boleh Berhenti Mengajar Ilmu <strong>Agama</strong><br />
kayu yang dibangun oleh Alm.<br />
Iskandar Muda, MUDI dulu muridnya<br />
hanya sekedar 60 atau seratusan<br />
orang, Alhamdulillah sekarang<br />
muridnya telah<br />
ribuan, ilmu<br />
pengetahuannya<br />
sudah serba tinggi.<br />
Dulu jangankan<br />
bahasa Arab,<br />
bahasa <strong>Aceh</strong> pun<br />
belum jelas, karena<br />
dulu bahasa <strong>Aceh</strong><br />
pun beragam<br />
yang digunakan<br />
santri. Sekarang<br />
bahasa Arab dan<br />
bahasa Inggris<br />
telah dikuasai para<br />
santri. Tetapi kami<br />
Mohon kepada<br />
adik-adik kami<br />
jangan terlena<br />
dengan bahasa<br />
Arab dan bahasa<br />
Inggris, dalamilah<br />
ilmu pengetahuan<br />
agama sebagaimana<br />
telah<br />
diamanatkan oleh<br />
<strong>Santunan</strong> JULI <strong>2010</strong><br />
elit atau pejabat yang akan lahir di<br />
<strong>Aceh</strong> kelak bisa diwarnai oleh alumni<br />
STAI ini”’ ujar Tgk. Muntasir.<br />
Gayung telah bersambut, kebijakan<br />
pemerintah yang menghapus<br />
diskriminasi dayah sudah diterbitkan,<br />
sementara dayah sendiri sudah siap<br />
untuk mengembangkan diri, tinggal<br />
bagaimana mengisi peluang itu<br />
dengan kerja nyata demi kemajuan<br />
pendidikan <strong>Aceh</strong> di masa yang akan<br />
datang.n<br />
guru kita alm. Abon H. Abdul ‘Aziz<br />
Samalanga.<br />
Maka kami mohon di samping<br />
anak-anak kami belajar bermacam<br />
ilmu, jangan lupa ilmu pengetahuan<br />
agama, jangan sampai dayah Mudi<br />
tinggal namanya saja, seperti<br />
tinggalnya Syiah Kuala. Saya rasa<br />
di Syiah Kuala, tidak ada yang bisa<br />
menggantikan Syiah Kuala. Demikian<br />
pula dayah Mudi ini, tidak ada yang<br />
bisa menggantikan Alm. Abon Abdul<br />
‘Aziz Samalanga.<br />
Beliau mendoktrin kami yang<br />
belajar kepada beliau untuk tidak<br />
meninggalkan mengajar, walaupun<br />
hanya mempunyai satu murid saja,<br />
sekurang-kurangnya mengajarkan<br />
anggota keluarga sendiri.<br />
Saya sarankan kepada seluruh<br />
pesantren yang ada di <strong>Aceh</strong> untuk<br />
punya format yang jelas, jangan<br />
hanya bisa menjilat, jangan hanya<br />
bisa meminta, jangan pernah<br />
berpikir bahwa membuka kebun<br />
merupakan pekerjaan dunia, ini<br />
semua guna kehidupan akhirat kita<br />
juga. n(jabbar sabil, mulyadi nurdin,<br />
darwin)<br />
9
Mustafa Abu Bakar, Menteri BUMN RI<br />
Pemerintah melalui kabinetnya<br />
ada tiga visi misi yang selalu<br />
presiden tegaskan yaitu<br />
Indonesia yang lebih sejahtera,<br />
Indonesia yang lebih demokratis,<br />
Indonesia yang lebih berkeadilan.<br />
Dalam kesejahteraan ini berbagai<br />
fasilitas terus diberikan, salah satu di<br />
antaranya adalah bantuan asuransi<br />
kesehatan yang seluruh masyarakat<br />
<strong>Aceh</strong> gratis berobat.<br />
Yang kedua pendidikan, baik<br />
pendidikan umum maupun pendidikan<br />
agama diberikan secara khusus,<br />
seperti Dana Abadi Pendidikan supaya<br />
dapat digunakan secara berimbang<br />
baik untuk pendidikan umum maupun<br />
untuk pendidikan agama dan<br />
pendidikan dayah. Dana ini bisa<br />
menjadi pelengkap dana APBD yang<br />
ada.<br />
Ketiga di bidang spiritual, saya<br />
berharap faktor kesehatan ini penting,<br />
dengan kesehatan sehat kita dapat<br />
mencetak SDM yang handal, jadi<br />
dalam hal ini spiritual di <strong>Aceh</strong> harus<br />
mendapatkan perhatian khusus. Roh<br />
kekuatan Abu-abu kita terdahulu<br />
semakin menipis sekarang ini.<br />
Ulama dulu tidak hanya mengasuh<br />
dayah, tapi juga ikut berperang. Nek<br />
tu saya, Tgk. Chik di Pante Geulima<br />
juga ikut berperang dan syahid<br />
di Batee Iliek. Jadi semangat<br />
perjuangan, kekuatan iman,<br />
karakter yang bersumber<br />
dari nilai-nilai agama Islam<br />
harus kembali ditempa kuat<br />
dengan baik, seperti roh <strong>Aceh</strong> dahulu<br />
kala, <strong>Aceh</strong> yang kuat dengan iman<br />
dan ketaqwaan kepada Allah Swt.<br />
Pendidikan kuat, kesehatan<br />
kuat, imtaq yang kuat, ini yang<br />
sangat penting kita jaga. Di mana<br />
imtaq sumbernya ada pada dayahdayah<br />
yang ada di <strong>Aceh</strong>. Intinya<br />
untuk memajukan <strong>Aceh</strong> kita harus<br />
mengutamakan mental spiritual<br />
untuk menghasilkan kader-kader<br />
<strong>Aceh</strong> ke depan yang siap mengejar<br />
ketinggalan <strong>Aceh</strong>.<br />
Saya memang menjadi BUMN<br />
adalah lanjutan dari saya menjadi<br />
Gubernur di <strong>Aceh</strong> yang sangat singkat,<br />
yaitu 1 tahun 1 bulan 1 minggu dan<br />
1 hari menjadi gubernur. Tepatnya 1<br />
Januari 2006, selesai 8 Februari 2008.<br />
Kemudian saya bertugas di Bulog dan<br />
seterusnya menjadi menteri BUMN<br />
yang mengurus 141 perusahaan,<br />
dengan aset 2.150 ribu Triliun Rupiah.<br />
Banyak resiko yang saya<br />
h a d a p i , banyak<br />
fi t n a h<br />
y a n g<br />
s aya<br />
10 <strong>Santunan</strong> JULI <strong>2010</strong><br />
hadapi,<br />
d a l a m<br />
hal ini<br />
mohon<br />
d o ’ a<br />
LAPORAN UTAMA<br />
Menuju Kemandirian Ekonomi Dayah<br />
kepada para guru, para santri semoga<br />
saya bisa menjalankan amanah ini<br />
dengan baik.<br />
Menyinggung kontribusi BUMN<br />
terhadap dayah di <strong>Aceh</strong> sesuai<br />
harapan Abu Panton kepada saya,<br />
dalam hal ini wagub membisik kepada<br />
saya agar memperhatikan dayah<br />
agar dapat mandiri, dayah bukan<br />
hanya belajar semata-mata, tapi<br />
juga ada mata pencaharian apakah<br />
langsung maupun tidak langsung.<br />
Pak Farhan Hamid tadi mengatakan<br />
dayah harus menjadi tempat mengaji<br />
dan mengajar tanpa harus tergoda<br />
dengan mencari nafkah sebagaimana<br />
kepala keluarga.<br />
Oleh karenanya Abu Panton,<br />
barangkali cara yang paling tepat<br />
adalah, sekarang PTPN 1 bergabung<br />
dengan PTPN 3 bergabung dengan<br />
PTPN 4 ketiga-tiganya sedang kami<br />
himpun untuk menjadi inti, untuk<br />
mengembangkan plasma yang ada<br />
di seluruh <strong>Aceh</strong>, menanam sawit<br />
dan karet. Kalau Abu panton tadi<br />
mengatakan ada 200 hektar tanah<br />
yang ingin digabung menjadi plasma,<br />
Alhamdulillah, kita akan himpun untuk<br />
menjadi plasma, mudah-mudahan<br />
dapat menjamin hidup masa depan<br />
para santri.<br />
Dalam hal ini kami mohon bantuan<br />
Bupati/Walikota, tokoh masyarakat,<br />
para ulama, mendukung program<br />
ini, di mana <strong>2010</strong> ini juga akan kita<br />
laksanakan, dengan menggunakan
LAPORAN UTAMA<br />
fasilitas kredit Bank Mandiri dan<br />
Bank BRI dengan namanya kredit<br />
revitalisasi pertanian, Insyaallah ini<br />
akan dapat kita wujudkan.<br />
Yang kedua pelindo-1 kita telah<br />
menghibahkan aset kita di sabang<br />
untuk pemerintah <strong>Aceh</strong>, kedua<br />
pelindo-2 yang ada di Krueng geukueh<br />
yang akan kita maksimalkan untuk<br />
keluar masuk barang di pelabuhan di<br />
Lhokseumawe.<br />
Yang ketiga dalam hal pabrik kertas<br />
KKA untuk dapat dihidupkan kembali,<br />
dan lain sebagainya.<br />
Sebagai pesan penutup, mari<br />
kita saling mengingatkan kembali,<br />
bahwa Allah tidak akan mengubah<br />
nasib suatu kaum, kalau masyarakat<br />
itu tidak berupaya untuk mengubah<br />
nasibnya sendiri. n<br />
(jabbar sabil, mulyadi nurdin, darwin)<br />
Muhammad Nazar, S.Ag., Wakil Gubernur <strong>Aceh</strong><br />
Dayah Harus Terlibat Dalam Pembangunan <strong>Aceh</strong><br />
Dahulu sebelum ada sisitem sekolah<br />
di <strong>Aceh</strong> dayah merupakan pendidikan<br />
resmi dalam kerajaan <strong>Aceh</strong> maupun<br />
dalam masyarakat <strong>Aceh</strong>.<br />
Dayah berasal dari bahasa Arab<br />
yaitu Zawiyah, dayah pada dasarnya<br />
dari dari masa dulu tidak melakukan<br />
dikotomi dan diskriminasi terhadap<br />
ilmu pengetahuan, di dayah tersebut<br />
mengajarkan baik ilmu umum maupun<br />
ilmu agama termasuk ilmu militer yang<br />
dimulai secara diam-diam sejak Islam<br />
masuk ke <strong>Aceh</strong> melalui Peureulak, dan<br />
mulai terbuka ketika sistem Islam masuk<br />
ke dalam pemerintahan, kekuatan terakhir<br />
pada dasar kerajaan <strong>Aceh</strong>, pada<br />
masa itulah dimasukkan dayah secara<br />
resmi dan melembaga ke dalam UUD<br />
kerajaan. Sebagiannya<br />
dibiayai oleh<br />
kerajaan dan<br />
sebagian dibiayai<br />
dari dana hasil<br />
swadaya masyarakat.<br />
Maka dari<br />
dayah tersebut<br />
m e n g h a s i l k a n<br />
berbagai ahli ilmu<br />
sehingga dari<br />
alumninya diang-kat<br />
menjadi hulu balang<br />
dan raja-raja.<br />
Sejak perang<br />
Belanda, terjadi<br />
p endest ruksian<br />
terhadap sistem<br />
p e n d i d i k a n<br />
dayah, ketika itu<br />
ulama terpaksa<br />
ikut berperang<br />
dan tidak lagi<br />
sempat mengurus<br />
pendidikan secara<br />
kental, maka pada<br />
saat itu kurikulum<br />
d i h e n ti k a n<br />
sementara, dan<br />
tinggal kurikulum<br />
agama murni.<br />
Namun pada<br />
<strong>Santunan</strong> JULI <strong>2010</strong><br />
saat ini dayah-dayah di <strong>Aceh</strong> telah<br />
aktif kembali, dan diharapkan akan<br />
menjadi perintis dan mandiri serta<br />
dapat berperan lebih kental seperti<br />
di masa dulu, alumni-alumni Dayah<br />
dapat ikut serta dalam pembangunan<br />
<strong>Aceh</strong> terutama dalam pembangunan<br />
sumber dayah manusia (SDM), dalam<br />
membangun akhlak sosial serta menjawab<br />
tantangan global.<br />
Pemerintah aceh sejak tahun 2007<br />
telah memperjuangkan berdirinya<br />
Badan Pendidikan dan Pembinaan<br />
Dayah yang didukung semua Ulama.<br />
Pada 2008 Badan tersebut berdiri dan<br />
sejak itu mulai menempatkan anggaran<br />
secara resmi dan permanen walaupun<br />
belum maksimal, tujuan Badan tersebut<br />
pertama menertibkan dayah<br />
termasuk menentukan definisi, kriteria<br />
dayah sesuai kehendak ulama, untuk<br />
menguatkan kurikulum, membuat<br />
pengelolaan dan manajemen dayah<br />
serta memfasilitasi sektor usaha<br />
seperti perkebunan, perternakan,<br />
koperasi dan lainnya dengan catatan<br />
tidak menyita waktu santri atau ulama<br />
untuk mengurus bisnis.<br />
Seperti yang kita ketahui setelah<br />
terbentuknya badan dayah dana<br />
yang mengalir teratur dan sesuai<br />
dengan kapasitas sebuah dayah serta<br />
pemerataan dalam pembagian dana.<br />
Saat ini pemerintah telah membangun<br />
4 dayah perbatasan dengan<br />
dana APBN, yaitu di <strong>Aceh</strong> Tamiang,<br />
<strong>Aceh</strong> Tenggara, <strong>Aceh</strong> Singkil, dan<br />
Sabulussalam yang akan dioperasikan<br />
tahun ini.<br />
Tahun 2008 dana untuk dayah<br />
sudah ditempatkan sebesar 150 Millyar<br />
Rupiah dan 95% dihibahkan, hanya 5%<br />
untuk operasional. Pada tahun 2009<br />
dana melebihi 200 Millyar Rupiah<br />
dari APBA <strong>Prov</strong>insi dan sekarang <strong>2010</strong><br />
dana tersebut menurun akibat banyak<br />
hal. Namun di sisi lain beberapa dayah<br />
akan mendapatkan perhatian khusus<br />
dari pusat. n (jabbar sabil, mulyadi<br />
nurdin, darwin)<br />
11
Apa latar belakang dibentuknya Bidang Pekapontren,<br />
yang merupakan bidang terbaru di <strong>Kementerian</strong> agama?<br />
Yang pertama dasar perkembangan struktur organisasi,<br />
dilandasi tupoksi kementerian agama yang mencakup<br />
kepada bidang pendidikan, sesuai Undang-Undang nomor<br />
20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional yang<br />
di dalamnya termasuk Pesantren (di <strong>Aceh</strong> dikenal dengan<br />
nama Dayah), balai pengajian, TPA-TPQ yang kesemuanya<br />
merupakan salah satu subsistem pendidikan di Indonesia<br />
yang saling mendukung dan saling melengkapi dalam satu<br />
sistem pendidikan di Indonesia. Dengan kata lain Pondok<br />
Pesantren/Dayah di <strong>Aceh</strong> merupakan kewajiban binaan<br />
daripada <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong>, yang sebelumnya include<br />
dalam bidang Perguruan <strong>Agama</strong> Islam yang di<br />
dalamnya mempunyai seksi yang membawahi<br />
masalah dayah, dengan bertambah beban<br />
pemerintah yang menyangkut keagamaan,<br />
maka berkembanglah struktur bidang<br />
tersendiri untuk mengelola dan mengurus<br />
pendidikan keagamaan secara khusus<br />
yang dibawahi dalam satu bidang.<br />
Hal ini bisa dikatakan suatu bentuk<br />
pengembangan sistem pendidikan yang<br />
telah ada di Indonesia?<br />
Penyempurnaan dan sekaligus<br />
salah satu bukti<br />
perhatian pemerintah<br />
12 <strong>Santunan</strong> JULI <strong>2010</strong><br />
terhadap pendidikan keagamaan, termasuk penjabaran<br />
dari Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 2007 yang salah<br />
satu pasalnya menyebutkan penyelenggaraan pendidikan<br />
agama dan pendidikan keagamaan dikelola oleh Menteri<br />
<strong>Agama</strong>.<br />
Program strategis bidang Pekapontren untuk pengembangan<br />
pondok pesantren/dayah di <strong>Aceh</strong>?<br />
Sejak saya menjadi kabid. Pekapontren tanggal 5 Agustus<br />
2008, saya melihat sangat besar beban dan tanggung jawab<br />
yang harus kita pikul dalam bidang pendidikan agama dan<br />
keagamaan di <strong>Aceh</strong>. Kita akan melakukan perubahanperubahan<br />
terhadap pondok pesantren salafiah, di mana<br />
kita melihat kondisi program pembelajaran, ketenagaan,<br />
sarana dan prasarana masih mem-prihatinkan.<br />
Program kita yang sangat strategis salah<br />
satunya adalah tata kelola. Dayah kita sekarang<br />
tata kelolanya masih kurang tertib, salah satu<br />
contoh dalam tata kelola lembaga yang belum<br />
rapi, di mana pemisahan antara dayah salafiah,<br />
pendidikan diniyah, TPA-TPQ belum begitu<br />
jelas dalam angka-angka pendataan, termasuk<br />
legalitasnya yang belum begitu sempurna di<br />
mana belum ada SK dari lembaga<br />
pemerintah, SK ketenagaan,<br />
tata usaha maupun tenaga kepustakaannya<br />
belum teratur.<br />
Drs. Saifuddin AR, Kabid Pekapontren Kanwil Kemenag <strong>Aceh</strong><br />
Perlunya Legalitas Dayah
LAPORAN UTAMA<br />
Apa saja kontribusi Bidang<br />
Pekapontren yang dapat dirasakan<br />
oleh Dayah?<br />
Menurut evaluasi sepintas dari<br />
beberapa pihak, melalui para Kepala<br />
seksi di Kabupaten/Kota, termasuk<br />
Kakankemenag Kabupaten/Kota, merasakan<br />
adanya perubahan-perubahan.<br />
Yang sebelumnya programprogram<br />
mungkin sangat sedikit<br />
kita coba kembangkan, termasuk<br />
pembinaan tata kelola dengan baik<br />
dengan membangun koordinasi<br />
dengan stakeholder terkait. Kalau<br />
di pemerintah <strong>Aceh</strong> ada Badan<br />
Pembinaan Pendi-dikan Dayah.<br />
Program yang sangat dirasakan<br />
salah satunya Legalitas<br />
Ijazah Dayah<br />
yang sebelumnya<br />
masih membingungkan<br />
di tengah<br />
masyarakat.<br />
A p a k a h<br />
Pesantren/Dayah<br />
yang ada di <strong>Aceh</strong><br />
sudah memenuhi<br />
standar kebijakan<br />
pemerintah?<br />
Sampai saat ini<br />
belum terwujud<br />
ketetapan dan<br />
kejelasan yang<br />
kongkrit, karena<br />
kita juga sedang<br />
m e m b a n g u n<br />
k o o r d i n a s i<br />
m e m b e n t u k<br />
lahirnya regulasi,<br />
yang selama ini<br />
masih sangat terbatas, yang hanya<br />
memiliki dua perundang-undangan<br />
dan qanun nomor 5 tahun 2008<br />
yang masih bersifat umum. Oleh<br />
karenanya kita sedang menggarap,<br />
berupaya adanya tindak lanjut<br />
melalui Peraturan Gubernur guna<br />
penertiban tata kelola di dayah. Yang<br />
semuanya telah kita kampanyekan<br />
dan sosialisasikan kepada pihak<br />
pimpinan dayah, para Abu, Teungku,<br />
di mana mereka dapat menerima dan<br />
mengharapkan sesegera mungkin<br />
dapat terwujud.<br />
Bagaimana prestasi para santri<br />
yang dihasilkan oleh Dayah di <strong>Aceh</strong><br />
Kenyataannya santri-santri dayah<br />
terpadu lebih unggul daripada siswa/<br />
siswi dari sekolah. Seperti beasiswa<br />
S1 dan S2 di berbagai perguruan<br />
Tinggi favorit di dalam negeri, para<br />
santri dayah lebih unggul dari murid<br />
sekolah umum lainnya. Santri dayah<br />
mempunyai ilmu pengetahuan yang<br />
lengkap, baik keagamaan maupun<br />
ilmu umum, juga tingkat k<strong>edisi</strong>plinan,<br />
moral dan adab yang sangat mendalam<br />
yang ditempa selama 24 jam<br />
dalam sehari.<br />
Adakah tokoh nasional yang<br />
berasal dari dayah?<br />
Ya, termasuk menteri kabinet,<br />
anggota dewan, terutama di <strong>Aceh</strong><br />
terutama dari partai lokal banyak<br />
sekali berasal dari dayah. Tetapi yang<br />
sangat disayangkan titel mereka<br />
bukan Teungku tapi tetap juga sama<br />
seperti pendidikan umum lainnya. Ini<br />
yang harus segera kita tertibkan agar<br />
legalitas ijazah dayah diakui dalam<br />
pemerintahan kita.<br />
Sekarang kita sedang menyusun<br />
draf Pergub tentang tata kelola<br />
yang telah mengalami perubahanperubahan.<br />
Yang menyusun draf<br />
<strong>Santunan</strong> JULI <strong>2010</strong><br />
pergub tersebut bukan kita, kita<br />
hanya memfasilitasi dan mengajak<br />
para pimpinan dayah, termasuk yang<br />
terkemuka seperti Waled Tanoh<br />
Mirah, Waled Hasanoel Bashry di<br />
Samalanga, Abu Panton dan Abu-<br />
Abu lainnya bersama dengan unsur<br />
pemerintah, untuk duduk bersama<br />
dalam menyusun draf pergub.<br />
Terakhir Abu Panton dalam<br />
pertemuan HAUL MUDI Mesjid Raya<br />
Salamalanga, beliau berprinsip juga<br />
harus ada perubahan. Beliau berkata:<br />
tangan di atas lebih baik daripada tangan<br />
di bawah, tapi dalam kenyataannya<br />
dayah kita sekarang masih sering<br />
tangan di bawah, kata beliau.<br />
Jadi dengan<br />
kata lain Dayah kita<br />
belum mandiri?<br />
B e l u m<br />
mandiri, Inilah<br />
seperti harapan<br />
Abu panton yang<br />
m e n y a t a k a n<br />
pondok pesantren<br />
harus melakukan<br />
perubahan baik<br />
dalam hal tata<br />
kelola maupun<br />
dalam hal perekonomian<br />
dayah.<br />
Apa harapan Anda<br />
terhadap dayah di<br />
<strong>Aceh</strong> ke depan?<br />
Saya mengharapkan<br />
lembaga<br />
p e n d i d i k a n<br />
k e a g a m a a n<br />
Islam khususnya dayah harus bisa<br />
mewujudkan kembali ruh sebelumnya<br />
saat kerajaan Islam. Sebelum adanya<br />
NKRI, tidak ada lembaga pendidikan<br />
lain, yang ada hanya dayah, di sana<br />
semua ilmu dipelajari, baik ilmu<br />
peperangan, ilmu ekonomi sehingga<br />
yang duduk dalam pemerintahan<br />
kerajaan juga orang-orang dayah.<br />
Sehingga antara umara dan ulama<br />
sejalan dalam kehidupannya. Inilah<br />
yang harus kita kembalikan. Intinya<br />
ilmu pendidikan agama yang kuat dan<br />
unggul harus dibarengi dengan ilmu<br />
lainnya. n (muzakkir, darwin)<br />
13
Tgk. Muntasir, S.Ag,MA, Ketua STAI Al-Aziziyah Samalanga<br />
Tahun berapa berdiri Al Aziziyah?<br />
9 november 2003.<br />
Apa yang membedakan STAI Al-<br />
Aziziyah dengan STAI yang lainnya?<br />
Yang pertama dapat dilihat dari sisi<br />
Mahasiswa yang belajar di Al-Aziziyah,<br />
kalau STAI lain biasanya yang kuliah di<br />
situ adalah tamatan SMU atau MAN,<br />
sementara STAI Al-Aziziyah 90%<br />
yang kuliah di sini adalah Santri yang<br />
belajar di Dayah, bahkan ada yang<br />
sudah menjadi guru di sini. Jadi dari<br />
segi kapasitas keilmuan, pemahaman<br />
materi-materi substansi pelajaran<br />
agama sudah sangat dikuasai.<br />
Apakah di sini juga menerima<br />
mahasiswa dari sekolah umum?<br />
Ya, kita juga menerima, itu<br />
tidak dapat kita hindari, karena itu<br />
merupakan aturan nasional yang<br />
harus kita ikuti, bahwa tidak ada<br />
pembatasan-pembatasan, selagi<br />
mereka punya ijazah tingkat SLTA,<br />
kemudian menginap di sini untuk<br />
mengikuti seleksi dan ternyata<br />
nilai ujian mereka<br />
mencukupi untuk lulus,<br />
ya akan kita terima.<br />
Sejauh ini jumlah dari<br />
mahasiswa yang masuk<br />
dengan ijazah SLTA/MA<br />
itu tidak lebih 10%.<br />
Kurikulum STAI Al-<br />
Aziziyah sama dengan<br />
kurikulum nasional?<br />
Kita mengikuti<br />
kurikulum nasional,<br />
pada awal pendirian<br />
malah kita ada opsi<br />
100% kurikulum IAIN,<br />
kemudian selama<br />
4 tahun berjalan<br />
kita sudah lakukan<br />
penyesuaian sedikit<br />
dengan muatan lokal<br />
yang kita anggap selaras<br />
dengan pendidikan di<br />
dayah ini.<br />
Apakah STAI sama<br />
dengan Ma’had ‘Aly?<br />
Beda, dari sisi<br />
konsepnya di <strong>Kementerian</strong><br />
<strong>Agama</strong> juga<br />
beda. STAI adalah jalur<br />
pendidikan formal<br />
yang sudah lama sekali<br />
14 <strong>Santunan</strong> JULI <strong>2010</strong><br />
LAPORAN UTAMA<br />
Menciptakan Mahasiswa Ala Santri<br />
sementara Ma’had ‘Aly itu wacana<br />
baru, malah sampai sekarang wujud<br />
dari Ma’had ‘Aly itu sendiri belum ada<br />
yang pasti.<br />
Dosen yang mengajar di STAI Al-<br />
Aziziyah berasal dari mana saja?<br />
Dosen yang mengajar pada awal<br />
pendirian STAI Al Aziziyah 50%<br />
dibantu dari STAIN Malikussaleh, dan<br />
Universitas Malikussaleh. Setelah<br />
beberapa tahun berjalan sudah<br />
melibatkan alumni yang mempunyai<br />
kapasitas untuk mengajar.<br />
Setiap tahunnya berapa mahasiswa<br />
yang diterima?<br />
Bervariasi, tahun lalu kita terima<br />
280, Insya Allah tahun ini kita akan<br />
terima 320 Mahasiswa.<br />
Apa tidak khawatir dengan adanya<br />
STAI ini akan meninggalkan nilainilai<br />
dayah?<br />
STAI Al-Aziziyah berpisah dengan<br />
Dayah, yang pertama dari sisi lokasi,<br />
bahwa lokasi STAI ada di luar Dayah.<br />
Kemudian dari sisi manajemen juga<br />
berpisah. Cuma yang ada ikatan<br />
emosional, karena yang menjadi<br />
mahasiswa STAI 90% adalah santri<br />
yang mondok di dayah, juga keduanya<br />
di bawah Yayasan yang sama.<br />
Kalau mengadopsi kurikulum<br />
IAIN, apa nanti tidak dikhawatirkan<br />
pemikiran dayah akan mengikuti<br />
alumni IAIN?<br />
Disini kita mengikuti gaya substansi<br />
ilmu yang ada di dayah.<br />
Adakah ulama kita yang tidak<br />
mendukung program ini?<br />
Pada awal pendirian STAI ada keraguan<br />
pada sebahagian ulama, hilangnya<br />
atau terganggunya sistim salafiyah<br />
yang ada di dayah, tetapi setelah<br />
mereka melihat, ternyata dengan
LAPORAN UTAMA<br />
kehadiran STAI, manajemen, proses<br />
yang ada di sana tidak terganggu,<br />
secara perlahan keraguan itu semakin<br />
hilang.<br />
Target yang paling besar dari<br />
STAI?<br />
Kembali kepada obsesi Abu Mudi<br />
(Waled Hasanoel Bashry HG) selaku<br />
pendiri STAI dan juga pendiri yayasan<br />
ini, beliau mempunyai obsesi bahwa<br />
kalau sekarang susah mencari pejabat<br />
yang jujur, kemudian menjujurkan<br />
orang yang sudah menjadi pejabat itu<br />
sesuatu yang tidak mungkin dilakukan,<br />
kita ingin mencetak generasi baru,<br />
generasi pesantren yang agak identik<br />
dengan kejujuran, jadi generasi jujur<br />
ini menjadi generasi intelektual. Elitelit<br />
atau pejabat yang akan lahir di<br />
<strong>Aceh</strong> kelak bisa diwarnai oleh alumni<br />
STAI ini.<br />
Bagaimana dengan biaya<br />
operasionalnya?<br />
Biaya operasional dari SPP. Di sini<br />
kita terapkan SPP yang sangat murah.<br />
Dari awal pendirian kita kutip sebesar<br />
Rp 275.000, tiga tahun selanjutnya<br />
dinaikkan menjadi Rp 300.000.<br />
Mulai penerimaan tahun ini akan<br />
diberlakukan Rp 350.000.<br />
Kalau hanya bersumber dari situ<br />
tentu tidak cukup, untuk menambah<br />
kekurangan itu biasanya dibantu oleh<br />
alumni dayah yang sudah sukses,<br />
kemudian dibantu oleh yayasan juga<br />
pemerintah daerah.<br />
Apa ijazah sudah terakreditasi?<br />
<strong>Santunan</strong> JULI <strong>2010</strong><br />
Alhamdulillah sudah dua jurusan<br />
yang sudah mendapatkan akreditasi B<br />
yaitu Prodi Komunikasi dan Penyiaran<br />
Islam dan Prodi Ahwal Syakhshiyah<br />
atau syariah. Sementara jurusan<br />
tarbiyah sudah dikirimkan dokumen<br />
dan sudah dinyatakan lengkap, hanya<br />
menunggu proses akreditasi.<br />
Sejauh ini apa kendala yang ada?<br />
Kendala finansial dan Dosen, disini<br />
masih banyak juga dosen yang S1,<br />
akan tetapi sudah kita atasi dengan<br />
mengirim 14 dosen yang sedang<br />
mengambil S2 di IAIN Ar-Raniry.<br />
Kemudian akan ada 14 orang lagi<br />
bantuan <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> Pusat<br />
yang akan berangkat pada bulan ini<br />
ke IAIN Sumatera Utara. n (mulyadi<br />
nurdin, jabbar sabil, darwin)<br />
PENGUMUMAN REDAKSI<br />
Redaksi menerima sumbangan berita, foto atau tulisan yang sesuai dengan rubrik/ruang yang tersedia<br />
pada <strong>Majalah</strong> <strong>Santunan</strong> dengan kriteria sebagai berikut:<br />
1. Foto/berita seputar aktifitas dan kegiatan di lingkungan <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> di Daerah masingmasing.<br />
2. Khusus untuk berita, tulisan maksimal 5 paragraf, ditulis menggunakan kaidah 5W 1H (apa, di mana,<br />
kapan, siapa, kenapa, dan bagaimana), sebaiknya melampirkan foto.<br />
3. Untuk tulisan selain berita, supaya diberi keterangan sesuai dengan rubrik dimana tulisan hendak di<br />
muat seperti opini, sains, lifestyle, sastra, dan lain-lain.<br />
4. Panjang tulisan maksimum 3 halaman A4, font 12 point time new roman.<br />
5. Karena banyaknya tulisan yang masuk ke meja redaksi, redaksi akan menyeleksi/mengedit tulisan<br />
yang akan dimuat di dalam majalah <strong>Santunan</strong>.<br />
6. Tulisan dan foto yang dimuat di dalam <strong>Majalah</strong> <strong>Santunan</strong> berhak mendapatkan honor sesuai ketentuan<br />
pengelola majalah, dan dapat diambil melalui biro/perwakilan di masing-masing Kantor <strong>Kementerian</strong><br />
<strong>Agama</strong> Kabupaten/Kota.<br />
7. Redaksi juga menerima tulisan dalam bentuk surat pembaca (kritik/saran), jawaban TTS, dan<br />
pertanyaan untuk Ruang Konsultasi Hukum Islam & BP4 dan Ruang Komputer.<br />
8. Alamat Redaksi <strong>Majalah</strong> <strong>Santunan</strong>: Kanwil <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> <strong>Prov</strong>insi <strong>Aceh</strong>, Jl. Tgk. Abu Lam U<br />
No. 9 Banda <strong>Aceh</strong>. Email : redaksisantunan@gmail.com Hotline SMS: 085277759339.<br />
Demikian kami sampaikan, terima kasih yang tidak terhingga kami tujukan kepada semua pihak yang<br />
selama ini tetap setia mendukung keberadaan dan perbaikan <strong>Majalah</strong> <strong>Santunan</strong>.<br />
Salam<br />
Pemimpin Redaksi<br />
15
Laporan Alfirdaus Putra<br />
SUDAH HALALKAH KONSUMSI KITA?<br />
Indonesia dengan jumlah penduduk<br />
sekitar 240 jutaan dan kurang lebih<br />
87 % memeluk agama Islam yang<br />
terus berkembang, dengan tingkat<br />
pendapatan yang relative meningkat<br />
setiap tahunnya. Hal ini merupakan<br />
pangsa pasar yang menggiurkan bagi<br />
para produsen produk kebutuhan dasar<br />
masyarakat, dari mulai kebutuhan:<br />
sandang, papan sampai dengan<br />
pangan. Produsen mendesain produk<br />
dengan teknologi yang dimilikinya<br />
mengolah makanan, minuman, obat,<br />
kosmetik dan produk lainya baik<br />
sebagai bahan pangan, maupun<br />
bahan pangan setangah jadi<br />
sampai kepada produk makanan<br />
siap saji, sehingga meningkatkan<br />
daya tarik bagi pembeli.<br />
Dalam era global sekarang<br />
ini penetapan kehalalan suatu<br />
produk tidaklah mudah. Produsen<br />
merekayasa produk dengan<br />
teknologi yang dimilikinya<br />
untuk mengolah rasa, memberi<br />
warna, mempercantik bentuk<br />
sampai melengkapi kandungan<br />
gizinya. Demikian juga kemasannya,<br />
penyimpanannya, pendistribusian<br />
sampai kepada bagaimana<br />
agar produk makanan tersebut disajikan<br />
kepada konsumen di restoranrestoran<br />
yang menyediakan makanan<br />
siap saji dan siap santap. Produk<br />
tersebut ditawarkan dengan cita<br />
rasa yang exlusive dan disukai oleh<br />
golongan masyarakat tertentu.<br />
Lalu kita sebagai bagian dari<br />
masyarakat konsumen bertanya tentang<br />
kehalalan suatu produk makanan?<br />
Aspek kehalalan dalam bisnis suatu<br />
produk bukan saja hanya dinilai dari sisi<br />
bahannya saja, tetapi juga menyangkut<br />
proses produksi, penyimpanan dan<br />
peredarannya, juga yang tidak kalah<br />
pentingnya adalah penerapan sanksi<br />
kepada pelanggarnya sesuai dengan<br />
peraturan yang berlaku.<br />
Bagi kita para konsumen tentunya<br />
pemilihan kehalalan produk yang<br />
akan dikonsumsi sebahagian besar<br />
hanya dilihat dari lebel yang terdapat<br />
di luar kemasan produk. Makanya<br />
sebagai konsumen harus jeli dan<br />
jangan asal beli. Sebagai jendela awal,<br />
cermati dulu label yang tercantum<br />
dalam kemasannya. Siapa tahu ada<br />
kandungan bahan-bahan yang musti<br />
Anda hindari. Lebih penting lagi, status<br />
kehalalannya. Penjelasan singkat yang<br />
diberikan produsen bisa membantu<br />
Anda mengenali produk yang akan<br />
dibeli. Apa maksud pengistilahan<br />
dalam label? Berikut ini petunjuk<br />
singkatnya:<br />
Ingredient List. Kalimat ini menandakan<br />
daftar bahan-bahan yang ada<br />
pada makanan. Urutan penyebutan zat<br />
kandungan makanan itu dimulai dari<br />
zat yang jumlahnya terbanyak. Namun<br />
jika Anda melihat lemak, gula, atau<br />
garam diawal daftar kandungan, itu<br />
menandakan tak banyak kandungan<br />
nutrisi pada makanan tersebut.<br />
Cholesterol-free. Kalimat ini adalah<br />
penanda makanan yang berbahan<br />
dasar sayuran, bukan hewan. Namun,<br />
itu tidak berarti makanan ini bebas<br />
lemak atau rendah lemak. Minyak<br />
sayur, misalnya. Yang satu ini memang<br />
16 <strong>Santunan</strong> JULI <strong>2010</strong><br />
baik bagi kesehatan jantung tapi tetap<br />
mengandung 100 persen kalori lemak.<br />
Low in Fat. Artinya makanan<br />
mengandung kurang dari tiga gram<br />
lemak per sajian. Jadi, banyak sedikitnya<br />
lemak yang bakal masuk ke tubuh<br />
sangat tergantung dengan banyak<br />
tidaknya jumlah konsumsi Anda.<br />
Calorie Reduced. Produk ini hanya<br />
mengandung setengah jumlah kalori<br />
produk reguler.<br />
No Sugar Added/Unsweetened.<br />
Tidak ada gula pasir yang ditambahkan<br />
pada makanan. Kemungkinan,<br />
produk ini menggunakan gula<br />
alami seperti jam yang merupakan<br />
konsentrat buah manis atau sari<br />
buah segar yang dicampur air.<br />
Diabetesi tetap harus menjaga<br />
porsi santapan makanan yang<br />
berlabel ini.<br />
Light. Artinya, produk ini jauh<br />
lebih ringan dalam hal warna, rasa,<br />
maupun tekstur. Meski begitu,<br />
belum tentu kalori atau lemaknya<br />
rendah.<br />
Source of Diatery Fibre. Tidak<br />
berarti penuh dengan serat alami.<br />
Hanya setidaknya mengandung<br />
dua gram serat per sajian. Tulisan ini<br />
biasa ditemui pada roti tawar. Tapi<br />
jika Anda menemukan kata enriched,<br />
unbleached dan wheat flour itu<br />
menandakan roti tersebut terbuat dari<br />
tepung tidak berserat.<br />
Low Sodium. Kadar garamnya hanya<br />
setengah dari versi regularnya. Tak ada<br />
tambahan garam pada makanan ini.<br />
Untuk mengurangi kadar garam pada<br />
sayuran atau ikan kalengan, guyur<br />
terlebih dulu dengan air sebelum<br />
dimasak.<br />
Nah, berikut ini terdapat tips cara<br />
memilih produk pangan dalam kemasan<br />
yang telah dijamin kehalalannya:<br />
1. Jika produk pangan olahan<br />
tersebut dalam kemasannya telah<br />
mencantumkan nomor MD (nomor
pendaftaran pada Badan POM yang<br />
menunjukkan produk diproduksi di<br />
dalam negeri) maka lihat apakah<br />
ada label halalnya, jika ada maka<br />
kehalalannya sudah terjamin karena<br />
untuk dapat diizinkan mencantumkan<br />
label halal dalam kemasannya maka<br />
harus mendapatkan sertifikat halal<br />
dari MUI. Jika tidak ada label halalnya<br />
maka berarti kehalalannya belum ada<br />
yang menjamin.<br />
2. Untuk produk impor, lihat apakah<br />
sudah memiliki nomor ML pada kemasannya,<br />
jika sudah perhatikan bahasa<br />
yang digunakan dalam kemasan, jika<br />
berbahasa Indonesia maka perhatikan<br />
label halalnya, jika ada maka<br />
kehalalannya sudah terjamin seperti<br />
nomor 1 di atas. Untuk produk impor<br />
dari negara mayoritas muslim seperti<br />
Malaysia, perhatikan label halalnya,<br />
jika ada berarti kehalalannya sudah ada<br />
yang menjamin. Untuk produk impor<br />
lainnya, jika tidak ada label halalnya<br />
harus dihindari dan kita pun harus<br />
berhati-hati apabila produk tersebut<br />
berlabel halal tetapi diproduksi oleh<br />
negara mayoritas non muslim, untuk<br />
kasus ini perlu menanyakan keabsahan<br />
label halalnya ke LPPOM MUI.<br />
3. Untuk produk pangan hasil<br />
industri kecil, biasanya bernomor<br />
pendaftaran SP, masih bermasalah<br />
karena masih cukup banyak yang<br />
mencantumkan label halal walaupun<br />
sebetulnya belum mendapatkan<br />
sertifikat halal dari MUI, sebagian lagi<br />
sudah didasarkan atas sertifikat halal<br />
yang diperoleh dari MUI. Hal ini terjadi<br />
karena ketidakfahaman industri kecil<br />
dalam masalah sertifikasi halal. Oleh<br />
karena dibutuhkan pengetahuan kita<br />
dalam menilai apakah produk pangan<br />
industri kecil ini diragukan kehalalannya<br />
atau tidak.<br />
4. Bagi penggiat dunia maya<br />
dapat mengakses daftar produk<br />
halal di Jurnal Halal terbitan LPPOM<br />
MUI atau di http://www.halalguide.<br />
info atau http://www.indohalal.com<br />
daftar ini memuat produk yang telah<br />
mendapatkan sertifikat halal dari MUI.<br />
n (sumber: Jurnal Halal LP POM MUI<br />
dan halalguide.info )<br />
Laporan : Abdullah AR<br />
BIMBINGAN MANASIK, PERLUKAH?<br />
Melaksanakan ibadah haji bukanlah<br />
masalah yang terlalu sulit “mudah<br />
tapi tidak dimudah-mudahkan”<br />
karena walaupun mudah ibadah<br />
haji yang merupakan kewajibannya<br />
sekali seumur hidup bagi yang sudah<br />
istita’ah ( mempunyai kemampuan<br />
minimal yang harus dimiliki seperti<br />
cukupnya financial/ uang, sehat<br />
jasmani dan rohani serta mempunyai<br />
pengetahuan tentang manasik haji)<br />
dan merupakan napak tilas Nabi<br />
Ibrahim As dalam mencari Tuhan, Haji<br />
juga merupakan suatu<br />
ibadah sebagaimana<br />
ibadah-ibadah yang lain<br />
dengan segala aturan,<br />
persyaratan, rukun, wajib<br />
dan sunnah serta berbeda<br />
dalam hal-hal tertentu.<br />
Pengetahuan tentang<br />
kewajiban-nya bagi umat<br />
Islam hingga akhir zaman<br />
untuk mengulang apa<br />
yang dilakukan oleh Nabi<br />
yang mulia Ibrahim As itu<br />
sendiri didapat di dalam<br />
Al-Quran melalui lisan<br />
Rasul terakhir Muhammad SAW,<br />
ada banyak petunjuk dan pelajaran<br />
yang termaktub di dalam kitabkitab<br />
hadits tersebut bagaimana<br />
ibadah haji dilaksanakan seperti<br />
sabdanya: “Laksanakan manasik haji<br />
sebagaimana aku laksanakan”.<br />
Mendapatkan berbagai informasi<br />
berkaitan dengan ketentuan, hikmah,<br />
tatacara bagaimana ibadah<br />
haji itu dilaksanakan adalah suatu<br />
keniscayaan dan menjadi wajib<br />
karena sesuai kaidah usul fiqh. “<br />
Bila suatu kewajiban tidak dapat<br />
dilaksanakan tanpa “sesuatu”, maka<br />
upaya mengetahui tentang “sesuatu”<br />
tersebut hukumnya menjadi wajib<br />
pula”. Dalam kontek pelaksanaan<br />
ibadah haji “sesuatu” itu adalah<br />
pengetahuan tentang manasik haji,<br />
<strong>Santunan</strong> JULI <strong>2010</strong><br />
Sehingga dengan demikian mempelajari<br />
atau mendatangi majelis yang<br />
mengajarkan tentang manasik haji<br />
bagi yang belum memahami tentang<br />
mekanisme pelaksanaan ibadah haji<br />
menjadi wajib dilaksanakan.<br />
<strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> selaku<br />
pemerintah yang menjadi penanggung<br />
jawab Penyelenggara Haji di Negeri<br />
tercinta ini sesuai amanat Undang-<br />
Undang nomor 13 tahun 2008<br />
tentang penyelenggaran ibadah haji<br />
berkewajiban memberikan pem-<br />
binaan, meningkatkan pelayanan<br />
serta memberikan perlindungan bagi<br />
jamaah haji.<br />
Salah satu aspek pembinaan yang<br />
dilakukan adalah pembinaan manasik<br />
haji yang dilaksanakan oleh Kantor<br />
<strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> Kabupaten/<br />
Kota sebanyak 4 kali pertemuan dan<br />
dilaksanakan oleh KUA Kecamatan<br />
sebanyak 11 kali pertemuan dengan<br />
materi yang di desain sedemikian<br />
rupa untuk membekali pengetahuan<br />
manasik haji bagi Calon Jamaah Haji<br />
tahun keberangkatan dengan harapan<br />
upaya menciptakan jamaah mandiri<br />
menuju percapaian haji mabrur akan<br />
menjadi kenyataan. Amin ya rabbal<br />
’alamin. n<br />
17
Laporan Taharuddin<br />
John Brock, umur tampak mendekati<br />
60 tahun. Seorang guru dengan<br />
lincah dan setengah berlari-lari dalam<br />
Ballroom, Hotel Arya Duta, Medan,<br />
memperkenalkan bagaimana membuat<br />
sebuah tutup kotak melalui secarik kertas<br />
yang telah dirambui dengan garis-garis<br />
jaring berkotak empat. Perintahnya<br />
kepada peserta workshop agar<br />
membuatnya tanpa ada bantuan apaapa,<br />
tanpa gunting, tanpa boleh duduk<br />
dan tanpa boleh menggunakan meja.<br />
Hasilnya tidak ada satupun tutup kotak<br />
yang terselesaikan<br />
Kali kedua, sambil bermain dipersilahkan<br />
kembali kepada peserta membuat<br />
tutup kotak. Kali ini diperkenankan menggunkan<br />
tuntunan bacaan atau ramburambu<br />
bagaimana membuat tutup kotak,<br />
tetapi masih tidak boleh duduk dan tidak<br />
boleh mengginakan meja, juga tanpa<br />
gunting. Hasilnya hanya 3 tutup kotak<br />
terselasaikan dari 40 peserta.<br />
Kami sebagai pengunjung, dengan istilah<br />
observer, dipersilahkan juga membuat<br />
tutup kotak. Saya melihat kawan-kawan<br />
(para observer) dari <strong>Aceh</strong>, Sumatera Utara<br />
dan Riau, baik yang mewakili maupun<br />
menghadiri langsung, terdiri dari para<br />
Dekan FKIP, Dekan Fakultas Syariah, Dekan<br />
Fakultas Ekonomi, Perwakilan Bank,<br />
Perusahaan, Dinas Pendidikan dan LPMP<br />
tak pernah terselesaikan membuat tutup<br />
kotak yang dimaksud dengan kualitas yang<br />
bagus, seperti yang ditunjukkan tutor.<br />
Tak terasa dengan kegiatan pembelajaran<br />
seperti itu, dimana kami terlibat di<br />
dalamnya, kami telah merasa gembira<br />
dan sangat berkesan. Dan terus berupaya<br />
untuk mencari tahu apa sesungguhnya<br />
yang hendak dipelajari.<br />
Kali yang ketiga, sebagai kegiatan<br />
terakhir dari simulasi topik pembelajaran,<br />
Economic Education<br />
kembali diperintahkan membuat<br />
kotak. Kali ini diperbolehkan<br />
menggunakan gunting, meja dan<br />
dibolehkan duduk. Tetapi kami<br />
pada kegiatan ketiga ini, tidak<br />
mendapat kertas latihannya.<br />
Hanya untuk peserta workshop<br />
saja. Hasilnya 27 tutup kotak<br />
terselesaikan dari 40 peserta<br />
pelatihan yang berasal dari 15<br />
provinsi. Kelanjutan dari simulasi<br />
ini, tutor hendak menjelaskan<br />
dengan topik “Faktor-faktor yang<br />
mempengaruhi produktifitas<br />
sebuah negara dan pertumbuhan<br />
ekonomi”.<br />
Itulah sekelumit kegiatan, yang saya<br />
pantau dalam rangka mewakili Kepala<br />
Kantor Kanwil <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong><br />
<strong>Prov</strong>insi <strong>Aceh</strong>, untuk mengikuti program<br />
observasi kegiatan Dewan Pendidikan<br />
Ekonomi (Council For Economic Education,<br />
CEE) tanggal 9 Juni <strong>2010</strong> di Medan..<br />
Kegiatan ini sesungguhnya sebagai<br />
sebuah sosialisasi bagi memberikan<br />
pengajaran Pendidikan Ekonomi yang<br />
lebih menyenangkan. Target pertama<br />
ini adalah para dosen dari Fakultas<br />
Ekonomi dan Fakultas Keguruan dan Imu<br />
Pendidikan. Dalam list peserta pelatihan<br />
dari <strong>Aceh</strong> tersebut Ruaida, Sakdiyah,<br />
Ihsan dan Israk Ahmadsyah. Mereka<br />
merupakan para dosen di Unsyiah dan<br />
IAIN Ar-Raniry Banda <strong>Aceh</strong>.<br />
Patricia Elder sebagai Vice Precident<br />
dari CEE, mengungkapkan bahwa kegiatan<br />
menyenangkan dalam pembelajaran<br />
Ekonomi diberikan beberapa konsep.<br />
Di Amerika sendiri hanya 20 konsep<br />
ekonomi yang dikembangkan. Konsepkonsep<br />
itu diberikan kepada peserta TOT,<br />
memungkinkan dilaksanakan jika sesuai<br />
dengan kurikulum yang diterapkan di<br />
sebuah negara.<br />
Sebelum kami dipersilahkan untuk<br />
memantau bagaimana para dosen<br />
diberikan pembelajaran ekonomi yang<br />
menyenangkan, sebagai demonstrasi<br />
awal kami juga diperkenalkan bagaimana<br />
guru mengajar dengan topik “Kenapa<br />
Manusia Berdagang”. Kagiatannya menarik,<br />
peserta diberikan oleh-oleh yang<br />
siap untuk saling bertukar antar kawan<br />
di samping dan kawan sekelas. Hasilnya<br />
bagaimana menilai kepuasan terhadap<br />
barang. Dengan saling bertukar maka<br />
terjadi kepuasan terhadap barang<br />
18 <strong>Santunan</strong> JULI <strong>2010</strong><br />
semakin tinggi. Dan itu motif kenapa<br />
manusia berdagang.<br />
Lingkup materi pada acara observasi<br />
ini berkisar pada 1) Mengapa manusia<br />
berdagang. 2) Apakah Indonesia memerlukan<br />
Pendidikan Ekonomi dan 3)<br />
Pengalaman Indonesia tentang pendidikan<br />
ekonomi, keuangan dan wiraswasta.<br />
Presentasi mengenai CEE diakhiri<br />
dengan penutup dan tanya jawab.<br />
Kesan dari para observer pada akhir<br />
akhir sesi bahwa model pembelajaran<br />
yang dikembangkan untuk Pendidikan<br />
Ekonomi dapat menyenangkan peserta<br />
didik. Dan karena program ini hanya<br />
sesaat pihak CEE terutama alumni dari<br />
CEE ini, menginginkan masukan apa<br />
yang harus dilakukan kemudian, setelah<br />
pelatihan TOT bagi pengembangan guru/<br />
dosen Pendidikan Ekonomi di Indonesia,<br />
khususnya untuk wilayah yang diundang<br />
untuk berobservasi. Masing-masing<br />
observer memberikan pandangannya,<br />
dengan berbagai kemungkinan<br />
dukungan.<br />
Council for Economic Education<br />
adalah sebuah organisasi pendidikan<br />
nirlaba yang berkedudukan di AS. CEE<br />
memiliki kerjasama dengan berbagai<br />
pusat pendidikan ekonomi berbasis<br />
universitas baik di AS maupun di berbagai<br />
negara mitra yang jumlahnya<br />
terus bertambah. Sejak tahun CEE telah<br />
menerima pendanaan dari Departemen<br />
Pendidikan AS untuk mendukung serta<br />
memperkuat Pendidikan Ekonomi di<br />
negara-negara mitra.<br />
Salah satu kegiatan utama dari program<br />
internasional ini adalah training of trainers.<br />
Melalui program ini para pendidik menerima<br />
pelatihan mengenai ilmu dan pedagogi<br />
di bidang ekonomi. Peserta mendapat kesempatan<br />
menerima berbagai materi pengajaran<br />
yang dapat dipergunakan untuk<br />
kegiatan pelatihan guru setelah mereka<br />
mengikuti pelatihan ini.<br />
Indonesia telah berpartisipasi dalam<br />
program-program CEE sejak tahun 2003.<br />
Sebagai komitmen CEE untuk mempererat<br />
kerjasama di Indonesia, maka pada tahun<br />
2009/<strong>2010</strong> untuk pertama kalinya CEE<br />
mengadakan training of trainers di mana<br />
seluruh peserta berasal dari Indonesia.<br />
Para peserta mendapat panduan serta<br />
materi pengajaran yang seluruhnya<br />
telah diterjemahkan ke dalam Bahasa<br />
Indonesia. n
Laporan Azhar<br />
Langsa Juara Penyuluh Teladan<br />
Tingkat <strong>Prov</strong>insi <strong>Aceh</strong><br />
Penyuluh agama Islam<br />
Fungsional asal Kota Langsa,<br />
Rahmawati, S.Ag terpilih<br />
sebagai penyuluh teladan terbaik<br />
pertama tingkat <strong>Prov</strong>insi <strong>Aceh</strong><br />
dalam Seleksi Penyuluh <strong>Agama</strong><br />
Islam teladan tahun <strong>2010</strong>.<br />
Seleksi Penyuluh Teladan<br />
merupakan agenda tahunan<br />
yang dilaksanakan oleh Bidang<br />
Penamas Kanwil <strong>Kementerian</strong><br />
<strong>Agama</strong> <strong>Prov</strong>insi <strong>Aceh</strong> pada tanggal<br />
25 sampai 27 Mei <strong>2010</strong> di Hotel<br />
Diana Kuta Alam Banda <strong>Aceh</strong>.<br />
Dalam seleksi itu Rahmawati<br />
berhasil unggul atas 23 peserta<br />
lainnya dari berbagai Kabupaten/<br />
Kota.<br />
Peringkat kedua dalam seleksi<br />
tersebut diraih oleh Zulfikar, S.Ag<br />
dari Kota Banda <strong>Aceh</strong>, sementara<br />
posisi ketiga digapai oleh Tarmizi<br />
M. Daud S.Ag utusan <strong>Aceh</strong> Besar.<br />
Selanjutnya berturut-turut sebagai<br />
juara harapan adalah Rudianto,<br />
Hajuwi dan Farhadi.<br />
Ketua panitia pelaksana seleksi,<br />
H. Azhar S.Ag yang juga Kasi<br />
penyuluhan Kanwil Kemenag <strong>Aceh</strong><br />
menjelaskan, bahwa penyuluh<br />
yang tepilih dalam Seleksi Penyuluh<br />
Teladan tingkat <strong>Prov</strong>insi ini akan<br />
dikirim ke Jakarta untuk mengikuti<br />
Seleksi Penyuluh Teladan Nasional<br />
yang akan dilaksanakan bulan<br />
Agustus mendatang.<br />
Kepala bidang Penamas Kanwil<br />
Kemenag <strong>Aceh</strong>, H. Abrar Zym,<br />
S.Ag., dalam kesempatan itu<br />
mengingatkan bahwa seleksi ini<br />
bukan untuk mencari pemenang,<br />
tapi memilih wakil ke jenjang<br />
nasional. Mengingat Pemilihan<br />
penyuluh agama Islam Fungsional<br />
teladan adalah kegiatan rutin<br />
<strong>Santunan</strong> JULI <strong>2010</strong><br />
Bidang Penamas setiap tahun,<br />
maka hendaknya pemilihan ini<br />
menjadi salah satu poin yang<br />
memotivasi para penyuluh untuk<br />
meningkatkan kapasitas diri.<br />
Seleksi penyuluh teladan tahun<br />
ini diikuti oleh 23 peserta dari<br />
berbagai kabupaten/kota dalam<br />
provinsi <strong>Aceh</strong>. Kiranya even ini<br />
juga menjadi media evaluasi bagi<br />
diri penyuluh, sekaligus berbagi<br />
informasi tentang idealitaskapabilitas<br />
seorang penyuluh,<br />
Insya Allah... n<br />
19
Laporan Zarkasyi Yusuf dan Faridah Andriani<br />
Memajukan Pendidikan Diniyah<br />
Lahirnya Peraturan Pemerintah<br />
Republik Indonesia nomor 55<br />
Tahun 2007 yang mengatur tentang<br />
pendidikan agama dan pendidikan<br />
keagamaan membawa angin segar bagi<br />
perkembangan lembaga Pendidikan<br />
Keagamaan, termasuk pendidikan<br />
diniyah di dalamnya.<br />
Dalam PP Nomor 55 Tahun 2007,<br />
tepatnya mulai pasal 15 sampai dengan<br />
pasal 25 menjelaskan secara rinci<br />
tentang Pendidikan diniyah, diniyah<br />
dalam pasal-pasal ini dibagi dalam<br />
dua katagori, yaitu diniyah formal dan<br />
diniyah non formal.<br />
Pendidikan diniyah formal menyelenggarakan<br />
pendidikan ilmu-ilmu<br />
yang bersumber dari ajaran agama<br />
Islam pada jenjang pendidikan anak<br />
usia dini, pendidikan dasar, pendidikan<br />
menengah, dan pendidikan tinggi,<br />
sedangkan Pendidikan diniyah nonformal<br />
diselenggarakan dalam bentuk<br />
pengajian kitab, Majelis Taklim, Pendidikan<br />
Alquran, Diniyah Taklimiyah,<br />
atau bentuk lain yang sejenis.<br />
Di Indonesia, Madrasah diniyah<br />
berkiprah memenuhi kebutuhan<br />
pendidikan keagamaan sebagian<br />
masyarakat Muslim.<br />
Sebagai lembaga pendidikan yang<br />
sepenuhnya lahir dari masyarakat,<br />
Madrasah diniyah memiliki potensi<br />
dan kelenturan untuk melayani realitas<br />
kebutuhan masyarakat yang majemuk.<br />
Bahkan tempo dulu Madrasah diniyah<br />
telah mampu menyediakan pendidikan<br />
bagi masyarakat kelas bawah.<br />
Berbagai kebijakan dilahirka untuk<br />
melakukan refungsi pendidikan diniyah<br />
dalam upaya meningkatkan kualitas<br />
lembaga pendidikan keagamaan. Kebijakan<br />
pemerintah (<strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong>)<br />
terhadap madrasah diniyah seyogyanya<br />
memfasililitasi secara baik semua tipe<br />
madrasah diniyah yang ada.<br />
Kebijakan itu dapat terdiri atas<br />
kebijakan yang berlaku umum untuk<br />
semua madrasah diniyah dan kebijakan<br />
khusus sesuai dengan tipe madrasah<br />
diniyah yang bersangkutan, diantara<br />
kebijakan tersebut yang perlu intens<br />
dilaksanakan ialah pemberian bantuan<br />
tetap untuk menambah penghasilan<br />
guru madrasah diniyah yang rata-rata<br />
rendah. Sementara kebijakan khusus<br />
harus dibuat berdasarkan pencermatan<br />
atas karakteristik kurikulum dan tipe<br />
layanan pendidikan masing-masing<br />
madrasah diniyah yang ada.<br />
Berdasarkan pada kurikulum yang<br />
diajarkan, pendidikan diniyah dibagi<br />
berdasarkan kurikulum Departemen<br />
<strong>Agama</strong> dan Kurikulum Pesantren,<br />
pendidikan diniyah dengan kurikulum<br />
Departemen <strong>Agama</strong> dirancang untuk<br />
menambah perolehan pendidikan<br />
<strong>Agama</strong> Islam untuk murid sekolah<br />
umum. Pendidikan diniyah dengan<br />
kurikulum ini dibagi dalam tiga jenjang<br />
awwaliyah, wustha, dan ‘ulya.<br />
Pembinaan kurikulum oleh Departemen<br />
<strong>Agama</strong> untuk madrasah diniyah<br />
tipe ini merupakan kebutuhan<br />
penting yang perlu dilanjutkan. Pendidikan<br />
diniyah kurikulum Pesantren<br />
mengalami berbagai multiinterpretasi<br />
dalam penerapannya, bahkan banyak<br />
Pesantren di <strong>Aceh</strong> mengabai-kannya.<br />
Namun, jika ditilik berdasarkan<br />
penerapannya, justru Pesantren telah<br />
menerapkan pendidikan diniyah.<br />
Selama ini Madrasah diniyah kurikulum<br />
pesantren tampaknya hanya tersentuh<br />
“secara kebetulan” melalui program<br />
umum pembinaan pesantren.<br />
Kebijakan seperti itu bila direkonstruksi<br />
dari bawah mengandung dua<br />
kelemahan: pertama, madrasah diniyah<br />
kurikulum pesantren tidak selalu berada<br />
di lingkungan pesantren dan dikelola<br />
langsung oleh manajemen pesantren;<br />
kedua, terlihat kecenderungan bahwa<br />
pembinaan pesantren telah terfokus<br />
pada sisi madrasah formalnya dan<br />
tidak menjangkau madrasah diniyah.<br />
Madrasah diniyah di dalam pesantren<br />
yang diarahkan untuk menjadi<br />
pendidikan utama murid memerlukan<br />
kebijakan yang berbeda dari yang<br />
lain. Madrasah itu tumbuh dan terus<br />
berkembang sebagai pilihan pendidikan<br />
yang utama karena diterima oleh<br />
dan mendapat pengakuan masyarakat.<br />
Madrasah tersebut juga dapat<br />
berkembang karena penyelenggaraannya<br />
dilakukan dengan standard<br />
pendidikan formal.<br />
20 <strong>Santunan</strong> JUNI <strong>2010</strong><br />
Karena itu, madrasah diniyah dengan<br />
tipe layanan seperti tersebut seharusnya<br />
diberikan kesempatan untuk mendapat<br />
pengakuan setara dengan pendidikan<br />
keagamaan formal.<br />
Buku Pola Penyelenggaraan Madrasah<br />
Diniyah di Pondok Pesantren<br />
mengidentifikasi madrasah diniyah ke<br />
dalam lima pola:<br />
1. Pola suplemen, yaitu madrasah<br />
diniyah regular yang berfungsi<br />
membantu dan menyempurnakan<br />
pencapaian tema sentral pendidikan<br />
agama pada sekolah-sekolah umum,<br />
terutama dalam hal praktik dan latihan<br />
ibadah serta membaca Alquran;<br />
2. Pola independen, yaitu yang<br />
berdiri sendiri di luar struktur<br />
sebagai upaya untuk menambah dan<br />
meningkatkan pengetahuan mengenai<br />
pokok-pokok ajaran agama Islam ;<br />
3. Pola komplemen, yaitu yang<br />
menyatu dengan sekolah regular, yang<br />
berfungsi untuk mendalami materimateri<br />
agama yang dirasakan kurang<br />
di sekolah-sekolah tersebut;<br />
4. Pola madrasah diniyah paket,<br />
yaitu yang tidak terikat jadwal atau<br />
tempat tertentu, biasanya untuk<br />
menghabiskan paket materi keagamaan<br />
tertentu, tanpa mengenal tingkatan;<br />
5. Pola madrasah diniyah di pondok<br />
pesantren, yaitu yang terpadu dan terletak<br />
di lingkungan pondok pesantren.<br />
Untuk lebih meningkatkan perkembangan<br />
dan kualitas pendidikan<br />
diniyah, perlu pemahaman yang<br />
sama tentang pendidikan diniyah,<br />
terutama pendidikan diniyah yang<br />
diselenggarakan di Pondok Pesantren.<br />
Di <strong>Aceh</strong>, selama ini dipahami bahwa<br />
penyelenggaraan pendidikan diniyah di<br />
Pesantren akan mengurangi eksistensi<br />
Pesantren, serta penyelenggaraannya<br />
akan berbenturan dengan Pesantren.<br />
Sebagai perbandingan, pendidikan<br />
diniyah di luar <strong>Aceh</strong> lebih maju dan<br />
berkembang, terutama pendidikan<br />
diniyah yang diselenggarakan di<br />
Pondok Pesantren.<br />
Untuk itu, bagaimana memajukan<br />
pendidikan diniyah di <strong>Aceh</strong> menjadi<br />
tanggung jawab seluruh masyarkat<br />
<strong>Aceh</strong>. n
Laporan Zarkasyi Yusuf<br />
Pelatihan Tutor Paket C<br />
Peningkatan kualitas lembaga pendidikan<br />
keagamaan dan Pondok Pesantren<br />
merupakan salah satu pro-<br />
gram prioritas Bidang Pekapontren<br />
Kanwil <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> <strong>Prov</strong>insi<br />
<strong>Aceh</strong>.<br />
JUMLAH PENDIDIKAN DINIYAH DALAM PROVINSI ACEH<br />
No. Kabupaten/Kota<br />
Jumlah Penddikan Diniyah<br />
Jenjang Lokasi<br />
Ula Wustha Ulya<br />
Dalam<br />
Pontren<br />
<strong>Santunan</strong> JULI <strong>2010</strong><br />
Luar<br />
Pontren<br />
1. <strong>Aceh</strong> Selatan 10 13 0 4 19<br />
2. <strong>Aceh</strong> Tenggara 25 9 0 32 2<br />
3. <strong>Aceh</strong> Timur 24 11 0 3 31<br />
4. <strong>Aceh</strong> Tengah 31 0 0 1 30<br />
5. <strong>Aceh</strong> Barat 27 18 5 3 24<br />
6. <strong>Aceh</strong> Besar 6 1 0 0 6<br />
7. Pidie 20 0 0 7 13<br />
8. <strong>Aceh</strong> Utara 25 0 0 10 15<br />
9. Simeuleu 5 2 0 0 7<br />
10. <strong>Aceh</strong> Singkil 48 2 0 4 44<br />
11. Bireuen 35 0 0 2 33<br />
12. <strong>Aceh</strong> Barat Daya 9 1 0 0 10<br />
13. Gayo Lues 22 0 0 0 22<br />
14. <strong>Aceh</strong> Jaya 2 21 0 0 23<br />
15. Nagan Raya 3 2 0 0 2<br />
16. <strong>Aceh</strong> Tamiang 63 0 0 1 62<br />
17. Bener Meriah 24 0 0 2 22<br />
18. Pidie Jaya 0 0 0 0 0<br />
19. Kota Banda <strong>Aceh</strong> 5 0 0 0 5<br />
20. Kota Sabang 3 0 0 0 3<br />
21. Kota Lhokseumawe 20 0 0 0 20<br />
22. Kota Langsa 9 0 0 0 9<br />
23. Kota Subulussalam 17 0 0 0 17<br />
Jumlah 402 80 5 68 389<br />
(sumber : Data EMIS tahun 2009)<br />
Tabel Mata Pelajaran yang Harus Dipenuhi Pesantren untuk Legalisasi Ijazah<br />
Tingkat Ibtidaiyah Tingkat Tsanawiyah Tingkat Aliyah<br />
Al-Qur’an Al-Qur’an Tafsir<br />
Tauhid Tauhid Ilmu Tafsir<br />
Fiqih Fiqih Hadist<br />
Akhlak Akhlak Ilmu Hadist<br />
Nahwu Nahwu Fiqih<br />
Sharaf, serta Sharaf Ushul Fiqih<br />
Pelajaran pendukung lain Tarikh Tauhid<br />
Tajwid, serta Nahwu<br />
Pelajaran pendukung lain Sharaf<br />
Tarikh<br />
Balaghah, serta<br />
Pelajaran pendukung lain.<br />
(sumber : Direktorat Jenderal Kelembagaan Islam)<br />
Dalam rangka tersebut pada tanggal<br />
16 sampai dengan 18 Juni <strong>2010</strong><br />
Bidang Pekapontren melaksanakan<br />
pembinaan bagi Tutor Kegiatan belajar<br />
Paket C Pada Pondok Pesantren.<br />
Kegiatan pembinaan ini dilaksanakan<br />
di Wisma Kuta Alam Banda<br />
<strong>Aceh</strong>. Kegiatan ini diikuti oleh 30<br />
orang Peserta dari Kabupaten/Kota<br />
yang menyelenggarakan program<br />
Paket C dalam wilayah <strong>Prov</strong>insi <strong>Aceh</strong>.<br />
Pelatihan Tutor paket C bertujuan<br />
untuk meningkatkan kualitas penyelenggaraan<br />
program paket C, serta<br />
peningkatan kelulusan paket C.<br />
Di samping itu, penyelenggaraan<br />
program Paket C pada Pondok Pesantren<br />
merupakan upaya untuk<br />
meningkatkan kualitas Pondok Pesantren<br />
sebagai lembaga pencerdas<br />
masyarakat.<br />
Dalam Sambutannya yang disampaikan<br />
pada acara pembukaan,<br />
Kakanwil <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> <strong>Prov</strong>insi<br />
<strong>Aceh</strong> mengharapkan hendaknya<br />
penyelenggaraan Kejar Paket<br />
C pada Pondok Pesantren tidak<br />
hanya bertujuan untuk memperoleh<br />
sertifikat atau Ijazah semata, tetapi<br />
program Paket C hendaknya dimanfaatkan<br />
sebagai media menimba ilmu<br />
pengetahuan, terutama ilmu pengetahuan<br />
umum.<br />
Kakanwil juga mengharapkan hendaknya<br />
Pondok Pesantren memberikan<br />
life skill kepada para santrinya.<br />
Dalam akhir sambutannya, Kakanwil<br />
mengharapkan kemajuan Pesantren<br />
di masa mendatang sehingga dapat<br />
bersanding dengan kemajuan sekolah.<br />
Di samping itu, Kakanwil juga<br />
mengingatkan ‘PR’ besar untuk masa<br />
depan, yaitu tentang bagaimana memajukan<br />
generasi muda <strong>Aceh</strong> di masa<br />
yang akan datang, serta bagaimana<br />
mengembalikan kejayaan Pondok Pesantren<br />
yang pernah tercatat dalam<br />
sejarah. n<br />
21
Laporan Wiswadas<br />
Ada Barongsai di Peunayong<br />
Barongsai adalah tarian tradisional<br />
Cina dengan menggunakan<br />
sarung yang menyerupai singa.<br />
Barongsai memiliki sejarah ribuan<br />
tahun. Catatan pertama tentang tarian<br />
ini bisa ditelusuri pada masa Dinasti<br />
Chin sekitar abad ke tiga sebelum<br />
masehi.<br />
Kesenian Barongsai mulai populer<br />
di zaman dinasti Selatan-Utara (Nan<br />
Bei) antara tahun 420-589 Masehi.<br />
Kala itu pasukan dari raja Song Wen<br />
Di, kewalahan menghadapi serangan<br />
pasukan gajah raja Fan Yang dari<br />
negeri Lin Yi. Seorang panglima<br />
perang bernama Zhong Que membuat<br />
tiruan boneka singa untuk mengusir<br />
pasukan Raja Fan itu. Ternyata upaya<br />
itu sukses, hingga akhirnya tarian<br />
barongsai melegenda.<br />
Tarian Singa terdiri dari dua<br />
jenis utama yakni Singa Utara yang<br />
memiliki surai ikal dan berkaki<br />
empat. Penampilan Singa Utara<br />
kelihatan lebih natural dan mirip<br />
singa ketimbang Singa Selatan yang<br />
memiliki sisik serta jumlah kaki yang<br />
bervariasi antara dua atau empat.<br />
Kepala Singa Selatan dilengkapi<br />
dengan tanduk sehingga kadangkala<br />
mirip dengan binatang ‘Kilin’.<br />
Gerakan antara Singa Utara dan<br />
Singa Selatan juga berbeda. Bila Singa<br />
Selatan terkenal dengan gerakan<br />
kepalanya yang keras dan melonjaklonjak<br />
seiring dengan tabuhan gong<br />
dan tambur, gerakan Singa Utara<br />
cenderung lebih lincah dan penuh<br />
dinamika karena memiliki empat kaki.<br />
Satu gerakan utama dari tarian<br />
Barongsai adalah gerakan singa<br />
memakan amplop berisi uang yang<br />
disebut dengan istilah ‘Lay See’.<br />
Di atas amplop tersebut biasanya<br />
ditempeli dengan sayuran selada air<br />
yang melambangkan hadiah bagi sang<br />
Singa. Proses memakan ‘Lay See’ ini<br />
berlangsung sekitar separuh bagian<br />
dari seluruh tarian Singa.<br />
Kesenian barongsai diperkirakan<br />
masuk di Indonesia pada abad-17,<br />
ketika terjadi migrasi besar dari<br />
Cina Selatan. Barongsai di Indonesia<br />
mengalami masa maraknya ketika<br />
zaman masih adanya perkumpulan<br />
Tiong Hoa Hwe Koan. Setiap<br />
perkumpulan Tiong Hoa Hwe Koan<br />
di berbagai daerah di Indonesia<br />
hampir dipastikan memiliki sebuah<br />
perkumpulan barongsai.<br />
Perkembangan barongsai kemudian<br />
berhenti pada tahun 1965 setelah<br />
meletusnya Gerakan 30 S/PKI. Karena<br />
situasi politik pada waktu itu, segala<br />
macam bentuk kebudayaan Tionghoa<br />
di Indonesia dibungkam. Barongsai<br />
dimusnahkan dan tidak boleh<br />
dimainkan lagi. Perubahan situasi<br />
politik yang terjadi di Indonesia setelah<br />
tahun 1998 membangkitkan kembali<br />
kesenian barongsai dan kebudayaan<br />
Tionghoa lainnya. Banyak perkumpulan<br />
barongsai kembali bermunculan. Berbeda<br />
dengan zaman dahulu, sekarang tak hanya<br />
kaum muda Tionghoa yang memainkan<br />
barongsai, tetapi banyak pula kaum muda<br />
pribumi Indonesia yang ikut serta<br />
22 <strong>Santunan</strong> JULI <strong>2010</strong><br />
Barongsai di <strong>Aceh</strong><br />
Pada 27 Mei <strong>2010</strong> yang lalu dalam<br />
rangka ikut memeriahkan ulang tahun<br />
Kota Banda <strong>Aceh</strong>, Masyarakat Tionghoa<br />
ikut berpartisipasi dengan menggelarkan<br />
Barongsai di wilayah Penayong dan di<br />
Sungai Krueng <strong>Aceh</strong>. Barongsai yang di<br />
datangkan dari Medan ini di sambut hangat<br />
oleh masyarakat Tionghoa khususnya dan<br />
juga masyarakat <strong>Aceh</strong> pada umumnya<br />
sebagai suatu seni budaya yang energik,<br />
identik dengan seudati <strong>Aceh</strong> yang<br />
juga energik.<br />
Pagelaran Barongsai yang memberikan<br />
pesan kesejahteraan dan<br />
kedamaian ini memberikan warna<br />
tersendiri bagi masyarakat Tionghoa<br />
yang berdomisili di Banda <strong>Aceh</strong>.<br />
Kanwil <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> <strong>Aceh</strong>,<br />
Drs. H. A. Rahman TB, Lt, disela-sela<br />
pertemuan kami dengan beliau,<br />
menyambut baik kegiatan Barongsai<br />
tersebut, dan menharapkan kerjasama<br />
budaya ini pada akhirnya menjadi<br />
cerminan kehidupan yang nyaman,<br />
rukun dan aman di Nanggroe <strong>Aceh</strong><br />
Darussalam. n
Serah Terima Jabatan di Abdya<br />
<strong>Santunan</strong>-Blangpidie. Kepala Kantor<br />
<strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> Kabupaten <strong>Aceh</strong><br />
Barat Daya, H. Syarbaini, SH melaksanakan<br />
serah terima Jabatan Kepala Sub Bagian<br />
Tata Usaha Kantor <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong><br />
Kabupaten <strong>Aceh</strong> Barat Daya, dari Pejabat<br />
Lama Drs. H. Ibrahim Alimy kepada<br />
Pejabat Baru Drs. Muslim Husin pada hari<br />
Selasa tanggal 15 Juni <strong>2010</strong>, bertempat<br />
di Oproom Kantor <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong><br />
setempat.<br />
Dalam kesempatan yang sama juga<br />
dilakukan Pelantikan Pejabat lainnya,<br />
yaitu Kasi Mapenda, Kasi Penamas &<br />
<strong>Santunan</strong>-Langsa. Pelaksanaan Sosialisasi<br />
Bimbingan Calon Pengantin<br />
(catin) Langsa Kota bersama pengurus<br />
BP4, Rabu 02/06/10 yang berlangsung<br />
sesuai harapan selama satu hari penuh,<br />
dengan melibatkan 16 orang peserta<br />
yang mana peserta tersebut terdiri dari<br />
laki-laki dan perempuan pra nikah, dan<br />
pemateri direkrut dari KUA Kec. Langsa<br />
Kota, Pengurus BP4, Penyuluh <strong>Agama</strong><br />
Islam, dan Dinas Kesehatan Kota Langsa.<br />
Kegiatan ini merupakan program kerja<br />
di Kalangan Kantor <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong><br />
Kota Langsa.<br />
Kegiatan ini juga termotivasi atas<br />
pertemuan para geuchik dan imam<br />
gampong dalam wilayah kecamatan<br />
langsa kota dengan pengurus BP4 dan<br />
KUA Kec. Langsa Kota yang tertuang dalam<br />
suatu rapat musyawarah hasilkan sebuah<br />
kesimpulan bahwa kepada Pengurus<br />
BP4 dan KUA Kecamatan Langsa Kota<br />
agar melaksanakan kursus bagi calon<br />
pengantin yang akan melaksanakan<br />
pernikahan, kegiatan ini sangat diharapkan<br />
mengingat meningkatnya angka<br />
perceraian dan kekerasan dalam<br />
Pekapontren serta Penyelenggara Zakat<br />
dan Wakaf. Pejabat yang dilantik antara<br />
lain:<br />
1. Drs. Muslim Husin, menjadi<br />
Kasubbag TU Kandepag <strong>Aceh</strong> Barat Daya<br />
sebelumnya Kepala Seksi Penamas &<br />
Pekapontren, menggantian Drs. H. Ibrahim<br />
Alimy yang mendapat tugas baru sebagai<br />
Guru pada MAS Darusyari’ah Kota Banda<br />
<strong>Aceh</strong>.<br />
2. Jakfaruddin Ali Akbar, S.Ag, menjadi<br />
Kepala Seksi Mapenda, sebelumnya Guru<br />
pada MTsN Unggul Susoh, menggantikan<br />
Abdullah Sani S. Ag. Yang ditempatkan<br />
pada Guru MTsN Unggul Susoh.<br />
3. Drs. Abu Hasan K, yang sebelumnya<br />
Penyelenggara Zakat dan Wakaf,<br />
dipromosikan menjadi Kepala Seksi<br />
Penamas & Pekapontren, menggantikan<br />
Drs, Muslim Husin yang telah menjabat<br />
Kasubbag TU.<br />
4. M. Yatim MA, Staf Seksi Mapenda<br />
diberikan kepercayaan menduduki<br />
jabatan eselon menjadi Penyelenggara<br />
Zakat dan Wakaf menggantikan Drs. Abu<br />
Hasan K. n<br />
Kursus Calon Pengantin<br />
Disosialisasikan<br />
rumah tangga, hal ini disebabkan karena<br />
rendahnya pengetahuan dan<br />
pemahaman calon pengantin tentang<br />
kehidupan rumah tangga/keluarga.<br />
Dalam Pertemuan Kepala Kantor<br />
Urusan <strong>Agama</strong> Kecamatan Langsa Kota<br />
Drs. Ismail A. Janan mengatakan “kegiatan<br />
ini merupakan kegiatan perdana yang<br />
dilaksanakan pertama sekali oleh<br />
Kantor Urusan <strong>Agama</strong> di Kota Langsa,<br />
dan kegiatan ini juga sudah beberapa<br />
kali dilaksanakan, bukan hanya itu saja<br />
kepada peserta juga diberikan sertifikat”.<br />
Kegiatan Bimbingan calon Pengatin<br />
(catin) ini dilaksanakan berdasarkan Peraturan<br />
Dirjen. Bimbingan Masyarakat<br />
Islam Departemen <strong>Agama</strong> Nomor Dj.II/<br />
491 Tahun 2009 tanggal 10 Desember<br />
2009, dengan tujuan untuk meningkat-kan<br />
pemahaman dan pengetahuan tentang<br />
kehidupan rumah tangga/keluarga<br />
dalam mewujudkan keluarga sakinah,<br />
mawaddah warrahmah serta mengurangi<br />
angka perselisihan, perceraian, dan kekerasan<br />
dalam rumah tangga.n (Hendra<br />
Setiawan)<br />
<strong>Santunan</strong> JULI <strong>2010</strong><br />
MTsS Harapan<br />
Bangsa Meulaboh<br />
Adakan Wisuda<br />
<strong>Santunan</strong>-Meulaboh. Madrasah Tsanawiyah<br />
Swasta (MTsS) Harapan Bangsa<br />
Meulaboh, Kabupaten <strong>Aceh</strong> Barat (Sabtu,<br />
1/5/<strong>2010</strong>) mengadakan Ulang tahun ke 5<br />
berdirinya madrasah tersebut. Ketua panitia<br />
pelaksana kegiatan Syamsuddin, SPdI<br />
mengatakan, ada 2 acara inti yaitu Wisuda<br />
Perdana sekaligus penyerahan siswa kls IX<br />
tahun pelajaran 2009/<strong>2010</strong> kepada orang<br />
tua dan paparan ilmiah yaga disampaikan<br />
oleh Dr. Muhammad Abdurrahman, M Ed<br />
(Dosen Pasca Sarjana IAIN Ar-Raniry Banda<br />
<strong>Aceh</strong>).<br />
Kepala MTsS Harapan Bangsa, Drs.<br />
Mufrodin, menyampaikan momentum 5<br />
tahun berdirinya MTsS Harapan Bangsa<br />
sebagai tongggak kita bangkit, mengejar<br />
ketertinggalan, meningkatkan mutu<br />
dengan meningkatkan k<strong>edisi</strong>plinan dan<br />
keikhlasan dalam bekerja, insya Allah<br />
MADRASAH SWASTA HARAPAN BANGSA,<br />
lima tahun ke depan bisa bersaing dan<br />
bersanding sejajar dengan sekolah negeri<br />
baik MTSN/SMPN.<br />
Pada paparan ilmiah yang berjudul<br />
“MEMBANGUN MADRASAH MENJADI<br />
UNGGUL” ((Konsep, Strategi dan Pendekatan)<br />
Dr. Muhammad Abdurrahman, M<br />
Ed, memberikan tantangan, mampukah<br />
kita melahirkan alumni madrasah ini<br />
manusia-manusia yang berakhak mulia,<br />
orang-orang cerdas dan berbudi dan<br />
bisa masuk perguruan tinggi, dan juga<br />
orang-orang yang mampu menciptakan<br />
lapangan pekerjaan di masa depan? Hal<br />
ini penting karena sekolah bukan sematamata<br />
melahirkan orang-orang pandai,<br />
tetapi bagaimana sekolah bisa melahirkan<br />
orang-orang yang berani untuk hidup.<br />
Adapun konsep menjadikan madrasah<br />
unggul ini adalah nawaitu untuk<br />
menjadikan lembaga ini. Dalam tataran<br />
masyarakat <strong>Aceh</strong>, model inilah yang<br />
didamba-dambakan. Masyarakat hanya<br />
melihat bagaimana ketika anak-anak mereka<br />
tamat dari sebuah lembaga pendidikan,<br />
seberapa jauh keikhlasan kita dalam<br />
mengajar, membimbing anak-anak, bertanggung<br />
jawab terhadap lingkungan dan<br />
sebagainya agar mendukung lembaga ini<br />
menjadi madrasah terunggul. Kemudian<br />
sejauh mana komitmen kita dalam melahirkan<br />
anak-anak yang berakhlak mulia<br />
di masa depan sehingga meraka menjadi<br />
harapan masyarakat Meulaboh. n<br />
23
Sosialisasi KDRT di Kota Langsa<br />
<strong>Santunan</strong>-Langsa. Dharma Wanita<br />
Kantor <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> Kota<br />
Langsa, Rabu 02/06/10 melaksanakan<br />
Sosialisasi Kekerasan Dalam Rumah<br />
Tangga (KDRT), kegiatan yang<br />
berlangsung dalam beberapa jam<br />
tersebut terlaksana dengan sukses<br />
dengan pemateri Ny. Navri, MH (Ketua<br />
Umum Dharma Wanita Persatuan Kota<br />
Langsa), kegiatan yang berlangsung<br />
di aula MIN Paya Bujok Langsa ini<br />
melibatkan semua karyawan/i keluarga<br />
besar Kantor <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong><br />
Kota Langsa baik Kantor <strong>Kementerian</strong><br />
<strong>Santunan</strong>-Lhoksukon. Kepala Kantor<br />
<strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> <strong>Aceh</strong> Utara yang<br />
kini telah berpindah tugas ke kota Lhokseumawe,<br />
Rabu 27/01/10 meresmikan<br />
media Buletin Dakwah yang menjadi<br />
sarana informasi dan komunikasi bagi<br />
Penyuluh <strong>Agama</strong> Islam Fungsional dengan<br />
para tokoh masyarakat di wilayah<br />
Kecamatan.<br />
Acara tersebut berlangsung khidmat<br />
di auditorium kantor camat Langkahan.<br />
Turut hadir dan menyukseskan acara<br />
tersebut para unsur pimpinan beserta<br />
para staf dari kantor camat Langkahan,<br />
Kasubbag TU bersama beberapa orang<br />
staf kementerian agama <strong>Aceh</strong> Utara,<br />
seluruh Penyuluh <strong>Agama</strong> Islam Fungsional<br />
<strong>Aceh</strong> Utara, MPU kecamatan<br />
Langkahan, KUA kecamatan Langkahan,<br />
UPTD, para Geuchik dan Imeum Gampong,<br />
Penyuluh <strong>Agama</strong> Non-PNS serta<br />
jama’ah pengajian kantor kecamatan<br />
Langkahan.<br />
Dalam tausiyahnya, Drs. H.M. Daud<br />
Hasbi, M.Ag, mantan Kakankemag Kab.<br />
<strong>Agama</strong> Kota Langsa Maupun Madrasahmadrasah<br />
dijajaran Kantor <strong>Kementerian</strong><br />
<strong>Agama</strong> Kota Langsa, kegiatan ini<br />
merupakan salah satu program kerja<br />
Dharma Wanita Persatuan Kantor<br />
<strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> Kota Langsa Tahun<br />
<strong>2010</strong>.<br />
Kegiatan Sosialisasi KDRT ini<br />
terlaksana karena maraknya perceraian<br />
dan kekerasan dalam rumah tangga<br />
akibat kurangnya pemahaman dalam<br />
kehidupan berkeluarga sehingga<br />
tingkat keharmonisan berkurang,<br />
dalam kesempatan ini Ketua DW<br />
Persatuan Kantor <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong><br />
Kota Langsa Ibu Hj. Cut Nurlisma, S.Pd<br />
dalam laporannya mengatakan bahwa<br />
“ Kegiatan ini terlaksana agar kaum<br />
perempuan khususnya jangan selalu<br />
tertindas akibat tidak mengetahui hak<br />
dan kewajiban sebagai seorang istri<br />
dan begitu juga bagi kaum laki-laki<br />
agar mengetahui hak dan kebajibannya<br />
sebagai seorang suami, intinya seorang<br />
24 <strong>Santunan</strong> JULI <strong>2010</strong><br />
suami dan istri yang mengetahui hak<br />
dan kewajibannya dalam kehidupan<br />
berkeluarga maka akan tercipta<br />
kehidupan yang lebih harmonis”.<br />
Dalam Kesempatan Yang sama<br />
Bapak Drs. H. M. Yunus Ibrahim, M.Pd<br />
(Kepala Kantor <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong><br />
Kota Langsa) dalam sambutannya juga<br />
menyampaikan bahwa “Kekerasan<br />
Dalam Rumah Tangga bisa terjadi akibat<br />
faktor <strong>Agama</strong>, ilmu pengetahuan,<br />
komunikasi yang tidak lancar,<br />
ekonomi, penataan rumah tangga<br />
yang tidak sesuai, jika hal ini tidak bisa<br />
diseimbangkan maka kekerasan dalam<br />
rumah tangga akan dengan mudah<br />
tercipta” sebelum beliau menutup<br />
sambutannya beliau berharap setelah<br />
selesai mengikuti kegiatan ini, agar<br />
kedepannya nanti tidak akan lagi tercipta<br />
Kekerasan Dalam Rumah Tangga yang<br />
dampaknya dapat merugikan kedua<br />
belah pihak baik bagi suami maupun<br />
istri. n (Hendra Setiawan)<br />
Media Penyuluhan Diresmikan<br />
<strong>Aceh</strong> Utara ini menyatakan, di era globalisasi<br />
ini jarang sekali ditemukan format<br />
penyuluhan agama (dakwah) yang<br />
lebih berorientasi menyadarkan umat<br />
dari ketertinggalan. Pasalnya, umat<br />
Islam pada umumnya masih rendah<br />
akan minat baca dan kurang subur akan<br />
budaya menulis. Padahal, kata beliau,<br />
bila kita bercermin pada negara seperti<br />
Singapura dan Jepang, ketika berada di<br />
angkutan umum, maka kita akan dapati<br />
hampir seluruh penumpang tengah<br />
asyik membaca.<br />
Kini buletin Dakwah <strong>edisi</strong> perdana<br />
yang sedang diresmikan tersebut, mengangkat<br />
tema “Makna Hijrah Dalam<br />
Dakwah: Meninggalkan Kejumudan Paradigma<br />
Berfikir ke Arah Renaissance”.<br />
Substansinya, bahwa kejayaan Madinah<br />
Al-Munawwarah yang dibentuk<br />
oleh Rasulullah berawal dari sebuah<br />
Gampong bernama Yatsrib yang dihuni<br />
oleh bermacam-macam suku dan<br />
penganut agama sebagaimana halnya<br />
di kecamatan Langkahan. Nah, jika<br />
masyarakat Langkahan mampu meninggalkan<br />
pola fikir jumud ke arah renaissance,<br />
maka tidak mustahil Langkahan<br />
akan berjaya dan menjadi Langkahan<br />
yang Al-Munawwarah, kata Abi.<br />
Pada akhirnya Abi merasa bahagia,<br />
di mana Penyuluh <strong>Agama</strong> Fungsional kecamatan<br />
Langkahan yang belum genap<br />
seumur jagung telah berinovasi untuk<br />
membidani lahirnya media penyuluhan<br />
yang belum pernah dilakukan oleh penyuluh<br />
di kecamatan lain, dan diharapkan<br />
bagi mereka untuk bisa lebih banyak<br />
berbuat dalam mencerdaskan umat.<br />
Acara peresmian media penyuluhan<br />
ini ditutup dengan launching Buletin<br />
Dakwah secara simbolis dan penandatanganan<br />
secara resmi oleh camat<br />
Langkahan Bapak Drs. Amir Hamzah<br />
dan Kepala Kantor <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong><br />
Kabupaten <strong>Aceh</strong> Utara Bapak Drs. Daud<br />
Hasbi, M.Ag serta dilanjutkan do’a oleh<br />
ketua MPU kecamatan Langkahan Tgk.<br />
H. Abdullah Yusuf.n(M. Romli, S.HI)
Pembinaan Lembaga Pendidikan<br />
Islam di Bener Meriah<br />
<strong>Santunan</strong>-Redelong. <strong>Kementerian</strong><br />
<strong>Agama</strong> Kabupaten Bener Meriah c/q<br />
Seksi Pekapontren dan Penamas, selasa<br />
11/05/10 mengadakan pembinaan<br />
Lembaga Pendidikan Keagamaan Islam<br />
se-Kabupaten Bener Meriah.<br />
Acara yang berlangsung sehari<br />
terlaksana di Aula Kantor <strong>Kementerian</strong><br />
<strong>Agama</strong> Kabupaten Bener Meriah.<br />
Kegiatan ini diikuti oleh 90 peserta<br />
yang berasal dari Pondok Pesantren,<br />
Madrasah Diniyah, Ketua Badan Kontak<br />
Majlis Ta’lim (BKMT) Kecamatan,<br />
Supervisor LPPTKA Kecamatan, dan<br />
Penyuluh <strong>Agama</strong> Islam Fungsional.<br />
Ketua Panitia, Azhari Ramadhan,<br />
M.Ag, menyatakan kegiatan tersebut<br />
bertujuan untuk memberikan pelayanan<br />
dan bimbingan teknis terhadap<br />
Lembaga Pendidikan Keagamaan<br />
Islam, meningkatkan Administrasi dan<br />
Tata Kelola Pendidikan Keagamaan,<br />
mengembangkan potensi ekonomi<br />
dan agrobisnis pada Pondok Pesantren.<br />
Dengan pembinaan diharapkan<br />
Lembaga Pendidikan Keagamaan Islam<br />
khususnya Pesantren dapat lebih<br />
meningkatkan kualitas administrasi<br />
dan tata kelola Pondok Pesantren. Di<br />
sisi lain sesuai dengan kondisi daerah<br />
Bener Meriah yang sangat potensial<br />
dibidang pertanian maka pengembangan<br />
potensi ekonomi Pondok Pesantren<br />
diarahkan pada sektor pertanian<br />
dan agrobisnis. Pada saatnya nanti diharapakan<br />
pesantren dapat mengembangkan<br />
kemandiriannya.<br />
Kepala Kantor <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong><br />
Kabupaten Bener Meriah, Drs. Amrun<br />
Saleh, dalam sambutannya menyatakan<br />
<strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> bertugas<br />
memberikan Regulasi, Motivasi dan<br />
fasilitas kepada Lembaga Pendidikan<br />
Keagamaan Islam. Berdasarkan<br />
peraturan Pemerintah nomor 9 Tahun<br />
2005 tentang Kedudukan, Tugas,<br />
Fungsi, Susunan Organisasi, dan Tata<br />
Kerja <strong>Kementerian</strong> Negara Republik<br />
Indonesia yang telah disempurnakan<br />
dengan Peraturan Pemerintah nomor<br />
62 Tahun 2005 Pasal 63, Departemen<br />
<strong>Agama</strong> mempunyai tugas membantu<br />
Presiden dalam menyeleggarakan<br />
sebagian Urusan Pemerintahan di bidang<br />
Keagamaan. Dengan kata lain,<br />
Departemen <strong>Agama</strong> memjadi Lead<br />
agency dalam perumusan dan pelaksanaan<br />
Program Pembangunan bidang<br />
<strong>Agama</strong>. Kesempatan itu juga beliau<br />
gunakan untuk berta’aruf, karena<br />
beliau baru saja menjabat sebagai<br />
Kepala Kantor <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong><br />
Kabupaten Bener Meriah menggantikan<br />
pejabat lama H. Ilyas AR, S.Ag<br />
yang memasuki masa pensiun.<br />
Acara ini dibuka oleh Bupati Bener<br />
Meriah yang diwakili oleh Asisten III,<br />
Tasnim SH, M.Hum. Dalam sambutannya,<br />
Bupati, menyatakan akan terus<br />
eksis dalam membina kegiatan-kegiatan<br />
keagamaan di Kabupaten Bener<br />
Meriah. Pada dasarnya, Syari’at Islam<br />
yang sudah berlaku secara formal<br />
di <strong>Aceh</strong> sejak 2003 harus didukung<br />
dan di implementasikan oleh seluruh<br />
jajaran Pemerintahan dan seluruh<br />
lapisan masyarakat . Pemerintah Kabupaten<br />
Bener Meriah, kata Bupati,<br />
tetap komitmen dalam melaksanakan<br />
Syari’at Islam secara kaffah. n<br />
<strong>Santunan</strong> JULI <strong>2010</strong><br />
Murid TPQ Plus<br />
Baiturrahman<br />
Diwisuda<br />
<strong>Santunan</strong>-Banda <strong>Aceh</strong>. Taman Pengajian<br />
Al-Qur`an (TPQ) Plus Baiturrahman<br />
kembali menggelar wisuda<br />
bagi 242 murid, Ahad 20 Juni <strong>2010</strong>.<br />
Tasyakkur ke 14, Wisuda ke 11 dan<br />
Munaqasyah ke 7 itu kembali digelar<br />
di AAC Dayan Dawood, Darussalam.<br />
Tema tasyakkur (kenaikan tingkat dari<br />
TKQ dan TPQ ke TQA), wisuda (kenaikan<br />
jenjang dari TQA ke TQS), dan<br />
munaqasyah (lulus dari TQS) tahun ini,<br />
“Menyatukan Persepsi Demi Pendidikan<br />
Islam nan Qur`ani.” Dalam usianya<br />
yang sudah lebih 14 tahun, alumni TPQ<br />
Plus (lewat wisuda dan munaqasyah)<br />
sudah lebih 600 murid. “Dukungan<br />
pemerintah selalu kuat untuk pendidikan<br />
agama,” ujar Drs H Syaiba Ibrahim,<br />
Karo Keistimewaan <strong>Aceh</strong>, dalam<br />
sambutannya.<br />
Seiring dengan agenda tahunan ini,<br />
juga diadakan pembagian rapor dan<br />
pengumuman para juara untuk semua<br />
jenjang (kelas). “Dua pekan sebelum<br />
wisuda, atau usai ujian, TPQ Plus juga<br />
menggelar aneka musabaqah dan<br />
lomba kreatif family day,” jelas Ketua<br />
Panitia, Nadiatul Hikmah SAg. “Acara<br />
ini sebagai gantian HB3 (Hari Belajar,<br />
Bermain, dan Beramal ke luar masjid),<br />
tujuannya, di samping jadi ajang pencarian<br />
bakat murid, silaturrahmi, dan<br />
juga refresing para murid, ustadz, dan<br />
wali setelah ujian,” tambah Sekretaris<br />
Panitia, Ridhwan SPdI.<br />
Direktur TPQ Plus Muhammad<br />
Yakub Yahya MAg menambahkan,<br />
“Karena tahun lalu tidak menerima<br />
murid, TPQ Plus pada sore 24-25 Juni,<br />
menerima kembali murid baru untuk<br />
jenjang TKQ (5-7 tahun), TPQ (8-12<br />
tahun), TQA (13-15 tahun), dan TQS<br />
(16-18), walaupun sangat terbatas.<br />
Pengembalian formulir murid baru<br />
28-29 Juni. Daftar ulang murid lama<br />
(murid tasyakkur dan wisuda 30 Juni<br />
sampai 3 <strong>Juli</strong>). Pengajian kembali aktif<br />
12 <strong>Juli</strong> mendatang. Jadi libur sejak 21<br />
Juni hingga 11 <strong>Juli</strong>.n (yakub)<br />
25
<strong>Santunan</strong> - Banda <strong>Aceh</strong>. Dalam<br />
rangka peningkatan prestasi pada<br />
ajang Pekan Olah Raga dan Seni Pondok<br />
Pesantren Nasional V yang akan<br />
diselenggarakan pada tanggal 5 sampai<br />
dengan 11 <strong>Juli</strong> <strong>2010</strong> di Surabaya,<br />
dilakukan Seleksi Tingkat <strong>Prov</strong>insi pada<br />
tanggal 4 sampai dengan 7 Juni <strong>2010</strong>.<br />
Seleksi ini dimaksudkan untuk menjaring<br />
peserta terbaik untuk diikutsertakan<br />
pada POSPENAS V nantinya.<br />
Seleksi ini diikuti oleh 14 Kabupaten/Kota<br />
dengan jumlah peserta<br />
279 orang dengan didampingi oleh 71<br />
orang official kontingen. Kakanwil <strong>Kementerian</strong><br />
<strong>Agama</strong> yang diwakili Kepala<br />
bidang URAIS mengharapkan bahwa<br />
POSPENAS V hendaknya prestasi <strong>Aceh</strong><br />
dapat lebih meningkat dibandingkan<br />
dengan POSPENAS sebelumnya, untuk<br />
itu Kakanwil mengharapkan kerja keras<br />
1.100 Siswa Madrasah <strong>Aceh</strong> Utara<br />
<strong>Santunan</strong>-Lhoksukon. Kepala Kantor<br />
Kementrian <strong>Agama</strong> <strong>Aceh</strong> Utara Drs. H.<br />
Zulkifli Idris mengharapkan pembukaan<br />
kegiatan Porseni untuk kalangan sekolah<br />
Madrasah agar terus ditingkatkan<br />
supaya dapat menumbuhkan minat<br />
siswa menggalang pretasi dalam<br />
berolah raga dan seni.<br />
“Porseni merupakan kegiatan yang<br />
selalu berlangsung dan diperlombakan<br />
setiap dua tahun sekali, oleh karena<br />
itu Kantor Kementrian <strong>Agama</strong> <strong>Aceh</strong><br />
Utara optimistis mendukung acara<br />
bergengsi tersebut guna mencari<br />
bibit dan bakat seni di kalangan siswa<br />
Seleksi POSPENAS V<br />
Tingkat <strong>Prov</strong>insi <strong>Aceh</strong><br />
panitia dalam menjaring dan membina<br />
para peserta, ini diungkapkan Kakanwil<br />
pada acara pembukaan Seleksi POSPE-<br />
NAS V yang dipusatkan di Asrama Haji<br />
Embarkasi Banda <strong>Aceh</strong>. Selain itu, Kakanwil<br />
juga mengharapkan hendaknya<br />
ajang seleksi POSPENAS dimamfaatkan<br />
sebagai ajang silaturrahmi antar santri<br />
dalam wilayah <strong>Prov</strong>insi <strong>Aceh</strong>.<br />
Seleksi ini mengambil beberapa<br />
lokasi, diantaranya Stadiun Harapan<br />
Bangsa Lhong Raya, MAN 2 Banda<br />
<strong>Aceh</strong>, aula Kanwil <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong><br />
<strong>Prov</strong>insi <strong>Aceh</strong> dan Asrama Haji Embarkasi<br />
Banda <strong>Aceh</strong>. Olahraga yang<br />
diseleksi dalam kegiatan ini adalah<br />
bulu tangkis, tenis meja, dan atletik. Sementara<br />
di bidang seni diperlombakan<br />
puitisasi Al-Qur’an, kaligrafi, pidato bahasa<br />
Indonesia, Arab dan Inggris. Dalam<br />
seleksi ini panitia memberlakukan<br />
Ikut Lomba Porseni<br />
Madrasah” ungkapnya pada acara<br />
pembukaan Porseni tingkat Madrasah<br />
Ibtidayah, di MIN Geudong, belum<br />
lama ini.<br />
26 <strong>Santunan</strong> JULI <strong>2010</strong><br />
sistem standarisasi nilai dalam menjaring<br />
peserta yang akan diberangkatkan<br />
diajang POSPENAS V nantinya. Kendati<br />
cuaca hujan, seleksi POSPENAS V<br />
Tingkat <strong>Prov</strong>insi <strong>Aceh</strong> tetap berjalan<br />
sesuai dengan rencana dan ditutup<br />
pada hari minggu, 7 Juni <strong>2010</strong>. Dalam<br />
penutupan Seleksi tidak diumumkan<br />
secara resmi para peserta yang akan<br />
diberangkatkan ke POSPENAS V di<br />
Surabaya, pengumuman peserta akan<br />
diumumkan melalui surat keputusan<br />
Kepala Kantor Wilayah <strong>Kementerian</strong><br />
<strong>Agama</strong> <strong>Prov</strong>insi <strong>Aceh</strong> dengan memperhatikan<br />
hasil penilaian dewan juri<br />
pada masing-masing cabang Olahraga<br />
dan seni. Berikut adalah para pemenang<br />
bidang Olahraga dan Seni pada<br />
Seleksi POSPENAS V Tingkat <strong>Prov</strong>insi<br />
<strong>Aceh</strong> Tahun <strong>2010</strong>. n (Zarkasyi)<br />
Menurutnya, melalui kegiatan<br />
Porseni bisa memicu minat siswa<br />
dalam mengukir pretasi apa lagi<br />
tidak hanya kegiatan olah raga yang<br />
diperlombakan, tetapi hal yang<br />
lebih penting terdorong minat seni<br />
membaca Al-Quran dikalangan remaja.<br />
salah satu manfaat dari Porseni adalah<br />
giatnya para siswa Madrasah untuk<br />
terus belajar khususnya mereka yang<br />
ada bakat dalam bidang olah raga dan<br />
seni. Kegiatan ini didukung penuh oleh<br />
mayoritas kalangan guru seperti siap<br />
membantu dana pada setiap adanya<br />
pertandingan dan perlombaan.
Sementara itu, Drs. Hamdani<br />
A Jalil, Ketua Pelaksana Porseni<br />
tingkat MI se-kabupaten <strong>Aceh</strong> Utara<br />
mengatakan sebanyak 1.100 siswa<br />
MI tahun ini diperlombakan mereka<br />
yang unggul akan mewakili <strong>Aceh</strong><br />
Utara mengikuti lomba berikutnya.<br />
Mengacu pada Porseni tingkat Propinsi<br />
se-Nanggroe <strong>Aceh</strong> Darussalam yang<br />
akan berlangsung di Meulaboh<br />
<strong>Aceh</strong> Barat pada pertengahan juli<br />
<strong>2010</strong> mendatang. Acara tersebut<br />
di laksanakan oleh Kantor Wilayah<br />
Kementrian <strong>Agama</strong> NAD dengan<br />
peserta dari seluruh daerah TK II<br />
dalam wilayah ini.<br />
Hamdani menyebutkan, acara<br />
yang diperlombakan untuk siswa<br />
MI itu, antara lain seni membaca Al-<br />
Quran, cerdas cermat, dan aneka<br />
Tim Drum Band Perguruan Muhammadiyah pada perayaan HUT Kabupaten <strong>Aceh</strong> Singkil, 27 April <strong>2010</strong><br />
<strong>Santunan</strong> JULI <strong>2010</strong><br />
ragam kegiatan olah raga. Acara di<br />
mulai sejak 8 -12 Mei mendatang.<br />
Secara terpisah, Baharuddin, S.Pd<br />
pengurus Forum Komunikasi Guru<br />
Madrasah (FK-GuM) <strong>Aceh</strong> Utara<br />
mengatakan pihaknya menyambut<br />
baik kegiatan Porseni yang digelar<br />
tingkat MI, bahkan dengan adaya<br />
kegiatan Porseni bisa menyambung<br />
persaudaraan antar sekolah.<br />
FK-GuM <strong>Aceh</strong> Utara juga ikut<br />
menyarankan Kementrian <strong>Agama</strong><br />
dapat menganggarkan dana dalam<br />
DIPA untuk mendukung kegiatan<br />
seperti Porseni menyusul selama<br />
ini pekan olah raga tersebut semua<br />
dana melalui bantuan guru. Pada hal<br />
acara itu jauh lebih bermanfaat untuk<br />
menunjang kegiatan belajar siswa.<br />
Disisi lain tambah Baharuddin,<br />
pengurus FK-GuM ikut bangga<br />
dengan terlaksana acara Porseni<br />
yang dilaksanakan jauh lebih meriah<br />
kendatipun sumber pendanaan dari<br />
semua guru yang ada di daerah ini,<br />
mestinya Kementrian <strong>Agama</strong> <strong>Aceh</strong><br />
Utara dapat mengusulkan ke pusat<br />
anggaran Porseni setiap tahunnya.<br />
(Sulaiman)<br />
Umat Buddha se-<strong>Aceh</strong><br />
Rayakan Hari Tri Suci Waisak<br />
<strong>Santunan</strong>-Banda <strong>Aceh</strong>. 500-an Umat Budha se-<strong>Prov</strong>insi<br />
<strong>Aceh</strong> berkumpul di Taman Budaya, Banda <strong>Aceh</strong>, 6 Juni <strong>2010</strong>,<br />
dalam rangka Peringata Hari Tri Suci Waisak ke 2554 Tahun<br />
<strong>2010</strong>. Hadir mewakili Kepala Kantor Wilayah <strong>Kementerian</strong><br />
<strong>Agama</strong> <strong>Prov</strong>insi <strong>Aceh</strong>, Pymt. Pembimas Budha, Wiswadas,<br />
M.Si. Acara ini digagas dan dilaksanakan oleh Sekretariat<br />
Bersama Persaudaraan Muda II Vihara Budayana lndonesia<br />
<strong>Prov</strong>insi <strong>Aceh</strong>.<br />
Dalam sambutan tertulis yang dibacakan oleh Wiswadas,<br />
M.Si, Kakawil <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> <strong>Aceh</strong>, Drs.H. Arahman<br />
TB, Lt megharapkan peran aktif para pemuda dalam<br />
membina kerukunan kehidupan umat beragama, sekaligus<br />
menjadi motor penggerak bagi kemajuan bangsa.<br />
Dalam kesempatan itu juga diinformasikan bahwa pemuda<br />
Budhis <strong>Aceh</strong> pada tahun ini juga akan mengikuti dua<br />
event Nasional, yaitu : Swayamvara Tri Pitaka Gatha Tingkat<br />
Nasional VII di TMI Jakarata dan Sippa Dhamma Samajja<br />
Tingkat Nasional II di Bogor.<br />
Untuk mengambil hikmah dari Dharmashanti Waisak<br />
2554 / <strong>2010</strong>, Rohaniwan Buddha Suhu Nyanapada menyampaikan<br />
doa kesehatan, selamatan, kebahagian bagi<br />
Bapak Alm. Tengku Hasan Muhammad di Tiro, para korban<br />
Tsunami, Umat Buddha Se- <strong>Aceh</strong>, Masyarakat <strong>Aceh</strong> dan<br />
Negara Republik Indonesia.<br />
Acara Dharmashanti Waisak 2554 / <strong>2010</strong> di selengi dengan<br />
hiburan dan ditutup dengan Foto bersama Pembimas<br />
Buddha Kanwil <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> <strong>Prov</strong>insi <strong>Aceh</strong>, Pengurus<br />
Majelis Buddhayana Pusat, Rohaniwan Buddha, Panitia<br />
Dharmashanti Waisak 2554/ <strong>2010</strong> dan pengurus Sekber<br />
PMVMBI <strong>Prov</strong>. <strong>Aceh</strong>. (Wiswadas)<br />
27
Da’i dan Juga Kristolog Zakir Naik<br />
Dilarang Masuk ke Inggris<br />
<strong>Santunan</strong>-London. Menteri Dalam Negeri Inggris melarang<br />
seorang da’i terkemuka asal India masuk ke negara<br />
Inggris dengan alasan pernyataan dan perilakunya dapat<br />
memprovokasi orang.<br />
Surat kabar Inggris Daily Telegraph melaporkan bahwa<br />
da’i kondang asal India, Zakir Naik (44 tahun) dilarang masuk<br />
ke Inggris karena dianggap pernyataan dan isi ceramahnya<br />
dapat menghasut umat Islam untuk menjadi teroris.<br />
Zakir Naik sendiri dijadwalkan akan memberikan<br />
serangkaian ceramah di London dan kota Sheffield, menurut<br />
informasi yang beredar.<br />
Surat kabar itu menambahkan: “Sekretaris menteri dalam<br />
negeri memutuskan untuk mencegah Naik masuk ke Inggris<br />
karena pernyataan-pernyataan yang dibuat olehnya tidak<br />
bisa diterima, hal ini berlaku baik dalam tulisan maupun<br />
ucapan serta buku-buku yang diterbitkan, yang kesemuanya<br />
itu dapat memicu kekerasan, memuliakan terorisme atau<br />
Aktivis Freedom Flotilla: Israel Telah<br />
Merampok Kami<br />
<strong>Santunan</strong>-London. Aktivis armada kebebasan mengatakan<br />
bahwa pasukan Israel yang menangkap mereka telah<br />
mencuri beberapa barang pribadi milik mereka dan sampai<br />
saat ini masih belum dikembalikan.<br />
Para aktivis itu mengatakan setelah mereka diculik dan<br />
dipenjarakan, banyak di antara mereka dipukuli dan terluka<br />
dan hampir semua harta benda mereka disita oleh pasukan<br />
Israel,” AFP mengutip pernyataan dari lembaga dana dan<br />
bantuan hukum untuk Palestina yang berbasis di Inggris<br />
yang mengatakan awal pekan ini.<br />
Harian Inggris The Guardian mengatakan Jumat lalu<br />
bahwa Israel tidak hanya merampas uang dan barang yang<br />
diperuntukkan bagi rakyat miskin di Gaza, tetapi juga menyita<br />
sebagian besar milik pribadi para aktivis armada Kebebasan.<br />
Bahkan tentara Israel telah menggunakan kartu debit<br />
aktivis armada kebebasan yang merek sita untuk membeli<br />
barang seperti aksesoris iPod, sementara itu ponsel para<br />
aktivis juga disita dan mereka juga dilarang menerima panggilan<br />
telepon, kata laporan tersebut.<br />
Aktivis kemanusiaan asal California Kathy Sheetz menyatakan<br />
bahwa dia telah dikenakan biaya lebih dari $ 1.000 dalam<br />
transaksi dari mesin ATM di Israel sejak tanggal 6 Juni.<br />
“Mereka jelas-jelas mengambil kartu saya dan menggu-<br />
28 <strong>Santunan</strong> JULI <strong>2010</strong><br />
berusaha memprovokasi orang lain untuk melakukan tindakan<br />
terorisme.”<br />
Zakir Naik adalah da’i paling populer ketiga di India, dan<br />
pada tahun 2009 menduduki peringkat 82 pada daftar tokoh<br />
yang berpengaruh paling kuat di India, telah mengunjungi<br />
Inggris pada tahun 2006 untuk memberikan ceramah dan<br />
khotbah.<br />
Sekretaris kementerian dalam negeri Inggris seperti<br />
dilaporkan oleh surat kabar, menyatakan bahwa mereka telah<br />
memutuskan untuk mencegah Naik memasuki Inggris dengan<br />
alasan adanya laporan yang dibuat dan merupakan bukti atas<br />
sikap dan perilaku Naik yang tidak dapat diterima.<br />
Zakir Naik sendiri dianggap sebagai da’i yang mumpuni<br />
dalam urusan berdebat soal kristologi, dia dianggap sebagai<br />
pengganti dari almarhum Syaikh Ahmad Deedat yang<br />
merupakan da’i kondang dalam urusan berdebat dengan<br />
agama kristen.n (eramuslim)<br />
nakannya,” kata aktivis Inggris Musaji Ebrahim mengatakan<br />
kepada surat kabar.<br />
“Ketika mereka mengambil barang-barang kami seperti<br />
video dan kartu debit dan menggunakannya, serta ponsel<br />
kami, itu menjadi sedikit lelucon,” katanya.<br />
“Kami disandera, kami diserang, dan sekarang mereka<br />
pasukan Israel juga mencuri barang kami. Jika polisi menyita<br />
barang Anda di Inggris, mereka tidak akan menggunakan<br />
barang-barang Anda.”<br />
Israel masih menahan setidaknya 1 juta poundsterling<br />
(lebih dari $ 1,4 juta) dari nilai barang dan uang tunai dari<br />
pasokan bantuan yang disita dan milik pribadi, kutip The<br />
Guardian dari perkataan aktivis kebebasan.<br />
Surat kabar itu mengatakan beberapa paspor, tiga di<br />
antaranya milik warga negara Inggris, masih belum dikembalikan.<br />
Mata-mata badan intelijen Israel Mossad telah dikenal<br />
luas karena menggunakan paspor palsu untuk menutup<br />
identitas asli mereka.<br />
Masalah ini menjadi skandal serius bagi Israel ketika<br />
ditemukan bahwa agen Mossad yang membunuh komandan<br />
Hamas Mahmud al-Mabhuh di Dubai pada tanggal 19<br />
Januari telah menggunakan paspor asing untuk memasuki<br />
dan meninggalkan Uni Emirat Arab. n (eramuslim)
<strong>Aceh</strong>, 10 Besar Juara MTQN<br />
<strong>Santunan</strong>-Bengkulu. Pada pelaksanaan<br />
MTQN ke 23 yang lalu di Bengkulu,<br />
Kafilah <strong>Aceh</strong> berada pada posisi<br />
ke-9.<br />
Posisi pertama ditempati Jawa<br />
Barat dengan sembilan emas, enam<br />
perak dan dua perunggu dari sejumlah<br />
cabang dan golongan.<br />
Sementara posisi kedua ditempati<br />
Kafilah <strong>Prov</strong>insi DKI Jakarta dengan<br />
perolehan delapan emas, enam perak<br />
dan lima perunggu.<br />
Tempat ketiga ditempati Kafilah<br />
<strong>Prov</strong>insi Banten dengan dua emas,<br />
enam perak dan tiga perunggu diserahkan.<br />
<strong>Santunan</strong>-Solo. Dalam urusan<br />
Zakat, Singapura ternyata lebih maju.<br />
Setidaknya dalam konsep zakat pengurang<br />
pajak yang saat ini sedang<br />
diperjuangkan lembaga amil zakat di<br />
Indonesia, rupanya telah diterapkan<br />
cukup lama di negara tersebut. Bahkan<br />
sistem pembayaran pajak dan<br />
zakat sudah terhubung secara terpadu<br />
sehingga memudahkan bagi warga<br />
muslim disana untuk melakukan transaksi<br />
di satu tempat saja.<br />
``Indonesia belum sampai ke sana<br />
tapi akan menerapkan pola itu apabila<br />
amandemen undang-undang No<br />
38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan<br />
Zakat dapat terwujud tahun ini,`` kata<br />
KH Diddin Hafiduddin, ketua umum<br />
Badan Amil Zakat Nasional (Baznas)<br />
di sela-sela pertemuan dewan zakat<br />
Mabims ke II di Solo, Kamis (10/6).<br />
Acara yang dihadiri para delegasi dari<br />
empat negara muslim di Asia Tenggara<br />
itu dibuka oleh Dirjen Bimas Islam<br />
Kemenag, Prof Nazaruddin Umar.<br />
Direktur Dompet Dhuafa, Mohammad<br />
Arifin Purwakananta juga<br />
menambahkan, di Singapura seorang<br />
wajib pajak yang kelebihan membayar<br />
pajaknya langsung mendapat restitusi<br />
apabila ternyata pembayaran<br />
zakatnya belum dihitung. ``Kalau di<br />
kita kan tidak. Restitusi harus diurus<br />
sendiri. Kalau kita lihat, kantor Pajak<br />
Sementara kafilah yang masuk dalam<br />
10 besar MTQN <strong>2010</strong> di posisi keempat<br />
yaitu <strong>Prov</strong>insi Kepulauan Riau,<br />
kelima Sumatera Barat, dan keenam<br />
Riau.<br />
Posisi ketujuh ditempati tiga<br />
provinsi dengan nilai yang sama yaitu<br />
Kafilah <strong>Prov</strong>insi Bengkulu, Sulawesi Selatan,<br />
Papua Barat, kedelapan ditempati<br />
Kalimantan Timur, kesembilan<br />
ditempati dua provinsi yakni <strong>Prov</strong>insi<br />
Jawa Timur dan <strong>Prov</strong>insi <strong>Aceh</strong>.<br />
Sementara di urutan kesepuluh<br />
juga ditempati dua provinsi yaitu<br />
<strong>Prov</strong>insi Sumatera Utara dan <strong>Prov</strong>insi<br />
Maluku.n(ant/ts)<br />
Zakat Pengurang Pajak Mendesak<br />
Diberlakukan<br />
mengeluarkan nomor pokok wajib pajak<br />
(NPWP) dan lembaga zakat mengeluarkan<br />
nomor pokok wajib zakat<br />
(NPWZ). Mestinya cukup satu saja,``<br />
jelas Arifin yang dihubungi terpisah.<br />
Keduanya berpendapat sudah<br />
saatnya antara pajak dan zakat bisa<br />
disinergikan. Namun untuk menuju ke<br />
sana, kendalanya pada regulasi tentang<br />
pengelolaan zakat yang belum<br />
mengatur zakat sebagai pengurang<br />
pajak (zakat kredit pajak). Mabims<br />
merupakan organisasi lembaga zakat<br />
di negara-negara muslim di Asia<br />
Tenggara yakni Malaysia, Brunei Darusssalam,<br />
Indonesia dan Singapura.<br />
Mabims menjadi wadah untuk berbagi<br />
pengalaman tentang pengelolaan<br />
zakat di negara-negara muslim.<br />
Berkaca dari permasalahan tersebut<br />
diatas, Didin mengaku lembaga<br />
amil zakat sedang memperjuangkan<br />
amademen UU No 38 Tahun 1999.<br />
Komisi VIII sebagai mitra kerja lembaga<br />
zakat sudah menjanjikan penyelesaian<br />
amandemen pada tahun <strong>2010</strong>.<br />
Dalam kerangka itu, ada tiga hal yang<br />
akan diusulkan agar masuk dalam perubahan<br />
undang-undang tersebut.<br />
Pertama menyangkut pembenahan<br />
kelembagaan zakat agar lebih terkoordinasi<br />
dengan baik.<br />
Masalah berikutnya, menyangkut<br />
zakat sebagai pengurang pajak. Hal ini<br />
<strong>Santunan</strong> JULI <strong>2010</strong><br />
sangat penting sekali karena berkaitan<br />
dengan percepatan penggalian zakat.<br />
Karena jika ini terwujud maka potensi<br />
zakat dapat bertambah. Ia mengatakan,<br />
saat ini potensi zakat tiap tahun<br />
Rp 20 triliun. Bila zakat pengurang pajak<br />
diterapkan maka potensi ini akan<br />
bertambah sekitar 50 persennya atau<br />
menjadi Rp 30 triliun.<br />
Keuntungan lainnya dari zakat<br />
kredit pajak adalah memudahkan<br />
dalam penghitungan kekayaan seseorang.<br />
``Nilai zakat 2,5 persen dari kekayaan<br />
yang dimiliki. Jadi kalau zakatnya<br />
terus meningkat berarti kekayaan<br />
juga naik,`` tegasnya.(Pinmas)<br />
Saudi Batasi<br />
Jumlah Pemakaman<br />
di Tanah Suci<br />
<strong>Santunan</strong>-Makkah. Warga Arab<br />
Saudi tak bakal gampang lagi minta<br />
dimakamkan di Tanah Suci. Pasalnya,<br />
<strong>Kementerian</strong> Dalam Negeri Arab Saudi<br />
berencana untuk menghentikan praktek<br />
semakin populer Muslim setempat<br />
yang mencari pemakaman di Kota Suci<br />
Mekah dan Madinah.<br />
Siaran resmi lembaga ini mengatakan<br />
semua Muslim, apakah Saudi atau<br />
asing, harus dikubur di tempat di mana<br />
mereka meninggal. Dalam sebuah artikel<br />
yang dipublikasi Arabnews, Dewan<br />
Tinggi Ulama telah sepakat bahwa<br />
keluarga tidak harus membawa mayat<br />
orang yang dicintai ke kota-kota suci<br />
untuk penguburan.<br />
“Berdasarkan syariah (hukum Islam)<br />
, mayat harus dikubur tanpa penundaan<br />
sebelum mayat itu mulai<br />
membusuk,” kata <strong>Kementerian</strong> itu.<br />
Surat kabar itu mengutip Grand<br />
Mufti Sheikh Abdul Aziz al-Sheikh<br />
mengatakan tidak ada dasar dalam<br />
teks-teks Islam seperti Alquran maupun<br />
hadis untuk orang yang mencari<br />
pemakaman di Mekkah dan Madinah.<br />
“Ini tidak akan mengurangi dosa<br />
orang yang meninggal dengan dikubur<br />
di Makkah atau Madinah. Hanya perbuatan<br />
baik mereka yang akan menemani<br />
mereka ke alam kubur,” kata<br />
Sheikh Abdul Aziz al-Sheikh, mufti<br />
pada otoritas keagamaan tertinggi di<br />
negara itu.n(Republika)<br />
29
Ensiklopedi Bahasa di <strong>Aceh</strong><br />
Bahasa di <strong>Aceh</strong> <strong>Juli</strong> <strong>2010</strong> “PASAR”<br />
NO.<br />
1 Pasar<br />
BAHASA<br />
INDONESIA<br />
BAHASA ACEH<br />
Keude /<br />
Peukan/Pasai<br />
BAHASA<br />
GAYO<br />
BAHASA<br />
ANEUK<br />
JAMEE<br />
BAHASA ALAS<br />
BAHASA<br />
SIGULAI/<br />
LAMAMEK<br />
30 <strong>Santunan</strong> JULI <strong>2010</strong><br />
BAHASA<br />
DEVAYAN<br />
BAHASA<br />
SINGKIL<br />
Kede Pasa Pekan Gedai Pasar Pe’kan<br />
BAHASA<br />
PAK-PAK<br />
BOANG<br />
Onan /<br />
Pekan<br />
BAHASA<br />
TAMIANG<br />
HULU<br />
Pekan Pekan<br />
2 Siang Uroe Poraklo Siang Sakhi Laluo Balal Mahakh Mahakh Siang Lawori<br />
3 Malam Malam Klam Malom Bongi Akhemi Bengi Werngin Bekhngin Malam Berngi<br />
4 Jauh Jioh Geb Jauah Dauh Adeu Arao Ndaoh Ndaoh Jaoh Nauh<br />
5 Dekat Toe Dekat Dakek Dohokh Atek-atek Aken Ndesing<br />
Ndesing /<br />
Ndenoh<br />
BAHASA<br />
KLUAT<br />
Dekek Nenuh<br />
6 Desa Gampong Kampong Kampuang Kute Gampung Kampung Kampong Kampong Kampong Kampung<br />
7 Kota Kota / Banda Kute Kota Kota Kota Kota Kota Kota Kota Kota<br />
8 Kios Beng Kios Bopet Kios Kios Kedai Leppo Kios Kios Kedei<br />
9 Toko Toko Toko Kadei Toko Toko Toko Toko Toko Toko Toko<br />
10 Lama Treb Makot Lamo Dekah Ilen Daneng Ndekah Ndekah Lamo Nekkah<br />
11 Baru Baro Ayu Baghu Mbaru Afainae Afalluhae Bakhu Lembakhu Baghu Maru<br />
12 Tua Tuha Tue Tuo Metue Atua-atua Matu’a Ntua Ntua Tuho Entuo<br />
13 Muda Muda Mude Mudo Mude Afuyu Mangura Muda Muda Mudo Ngengudo<br />
14 Laki Agam Rawan Laki Anak Laki Simatua Sillai D’holi Dehuli Laki Anak Laki<br />
15 Perempuan Inong Banan Padusi Anak Bekhu Yalafe Sillafai D’beru Debekhu Puan Anak Beru<br />
16 Anak-anak Aneuk Mit Kekanak Paja-paja Cekhek Beucet Dodona Anak-anak Anag-anag anaq-anaq Anak-anak Anak-anak<br />
17 Remaja Putra Aneuk <strong>Agama</strong> Beberu Anak Mudo Belagakh Pemuda Pemuda<br />
18 Remaja Putri Aneuk Dara Bebujang Gadih Bujang Pemudi Gadi<br />
Anag<br />
Prana<br />
Ang<br />
Menguda<br />
Anak<br />
Pekhana<br />
Agal-agal<br />
Semenguda<br />
Alak-alak<br />
Lajang Ngengudo<br />
Daghro Kak Bujang<br />
19 Ramai Rame Rami Ghami Khami Uguyanata Rami Khami khami Ghame Rami<br />
20 Sepi Seungu Sepi Langang<br />
Lungun /<br />
Leugang<br />
Leungang Langang Lungun Lungun Sepi Lengang<br />
Terima kasih atas partisipasi para pembaca sekalian, mohon maaf apabila namanya tidak dapat ditampilkan karena<br />
keterbatasan tempat, demikian juga bila masih ada kekurangan di sana-sini. Ditunggu kontribusinya untuk <strong>edisi</strong><br />
mendatang, dan dengan bahasa-bahasa asli lainnya yang terdapat di <strong>Prov</strong>insi <strong>Aceh</strong> yang kita cintai ini dengan<br />
menghubungi redaksi di 085277759339.<br />
Tema untuk <strong>edisi</strong> Agustus <strong>2010</strong> “Perkawinan” dengan kata-kata: Undangan, Pinangan, Suami, Istri, Ayah Mertua,<br />
Ibu Mertua, Abang Ipar, Kakak Ipar, Adik Ipar, (laki-laki), Adik Ipar (Perempuan), Kakek, Nenek, Anak Kandung,<br />
Anak Tiri, Anak Angkat, Sepupu Laki-laki, Sepupu Perempuan, Paman, Bibi, Kepala Desa
SAINS<br />
Israk Mikraj:<br />
Mukjizat, Salah Tafsir, dan Makna Pentingnya<br />
Oleh DR. Thomas Djamaluddin<br />
Dalam memperingati<br />
isra’ dan mi’raj sering<br />
kita diajak oleh<br />
pembicara pengajian akbar<br />
melanglang buana sampai ke<br />
langit, dan kadang-kadang<br />
dibumbui dengan analisis<br />
yang nampaknya berdasar<br />
sains. Bagi saya, aspek astronomis sama sekali tidak ada<br />
dalam kajian isra’ mi’raj. Tulisan ini saya maksudkan untuk<br />
mendudukkan masalah isra’ mi’raj sebagai mana adanya<br />
yang diceritakan di dalam Al-Qur’an dan hadits-hadits<br />
sahih. Untuk itu pula akan saya ulas kesalahpahaman yang<br />
sering terjadi dalam mengaitkan isra’ mi’raj dengan kajian<br />
astronomi. Makna penting isra’ mi’raj yang mestinya kita<br />
tekankan.<br />
Di dalam QS. Al-Isra’:1 Allah menjelaskan tentang isra’:<br />
“Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-<br />
Nya (Nabi Muhammad SAW) pada suatu malam dari<br />
Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi<br />
sekelilingnya, agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian<br />
dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia<br />
Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”.<br />
Dan tentang mi’raj Allah menjelaskan dalam QS. An-<br />
Najm:13-18: “Dan sesungguhnya dia (Nabi Muhammad<br />
SAW) telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada<br />
waktu yang lain, di Sidratul Muntaha. Di dekat (Sidratul<br />
Muntaha) ada syurga tempat tinggal. (Dia melihat Jibril)<br />
ketika Sidratul Muntaha diliputi oleh suatu selubung.<br />
Penglihatannya tidak berpaling dari yang dilihatnya itu<br />
dan tidak (pula) melampauinya. Sesungguhnya dia telah<br />
melihat sebahagian tanda-tanda (kekuasaan) Tuhannya<br />
yang paling besar”.<br />
Sidratul muntaha secara harfiah berarti ‘tumbuhan<br />
sidrah yang tak terlampaui’, suatu perlambang batas<br />
yang tak seorang manusia atau makhluk lainnya bisa<br />
mengetahui lebih jauh lagi. Hanya Allah yang tahu hal-hal<br />
yang lebih jauh dari batas itu. Sedikit sekali penjelasan<br />
dalam Al-Qur’an dan hadits yang menerangkan apa, di<br />
mana, dan bagaimana sidratul muntaha itu.<br />
Kejadian-kejadian sekitar isra’ dan mi’raj dijelaskan<br />
di dalam hadits-hadits nabi. Dari hadits-hadits yang<br />
sahih, didapati rangkaian kisah-kisah berikut: Suatu hari<br />
<strong>Santunan</strong> JULI <strong>2010</strong><br />
malaikat Jibril datang<br />
dan membawa Nabi,<br />
lalu dibedahnya dada<br />
Nabi dan dibersihkannya<br />
hatinya, diisinya dengan<br />
iman dan hikmah.<br />
Kemudian didatangkan<br />
buraq, ‘binatang’<br />
berwarna putih yang langkahnya sejauh pandangan<br />
mata. Dengan buraq itu Nabi melakukan isra’ dari Masjidil<br />
Haram di Mekkah ke Masjidil Aqsha (Baitul Maqdis) di<br />
Palestina. Nabi SAW salat dua rakaat di Baitul Maqdis,<br />
lalu dibawakan oleh Jibril segelas khamr (minuman keras)<br />
dan segelas susu; Nabi SAW memilih susu. Kata malaikat<br />
Jibril, “Engkau dalam kesucian, sekiranya kau pilih khamr,<br />
sesatlah ummat engkau”.<br />
Dengan buraq pula Nabi SAW melanjutkan perjalanan<br />
memasuki langit dunia.Di sana dijumpainya Nabi Adam<br />
yang dikanannya berjejer para ruh ahli surga dan di kirinya<br />
para ruh ahli neraka. Perjalanan diteruskan ke langit ke<br />
dua sampai ke tujuh. Di langit ke dua dijumpainya Nabi<br />
Isa dan Nabi Yahya. Di langit ke tiga ada Nabi Yusuf. Nabi<br />
Idris dijumpai di langit ke empat. Lalu Nabi SAW bertemu<br />
dengan Nabi Harun di langit ke lima, Nabi Musa di langit ke<br />
enam, dan Nabi Ibrahim di langit ke tujuh. Di langit ke tujuh<br />
dilihatnya baitul Ma’mur, tempat 70.000 malaikat salat<br />
tiap harinya, setiap malaikat hanya sekali memasukinya<br />
dan tak akan pernah masuk lagi.<br />
Perjalanan dilanjutkan ke Sidratul Muntaha. Dari<br />
Sidratul Muntaha didengarnya kalam-kalam (‘pena’). Dari<br />
sidratul muntaha dilihatnya pula empat sungai, dua sungai<br />
non-fisik (bathin) di surga, dua sungai fisik (dhahir) di<br />
dunia: sungai Efrat dan sungai Nil. Lalu Jibril membawa tiga<br />
gelas berisi khamr, susu, dan madu, dipilihnya susu. Jibril<br />
pun berkomentar, “Itulah (perlambang) fitrah (kesucian)<br />
engkau dan ummat engkau.” Jibril mengajak Nabi melihat<br />
surga yang indah. Inilah yang dijelaskan pula dalam Al-<br />
Qur’an surat An-Najm. Di Sidratul Muntaha itu pula Nabi<br />
melihat wujud Jibril yang sebenarnya.<br />
Puncak dari perjalanan itu adalah diterimanya<br />
perintah salat wajib. Mulanya diwajibkan salat lima puluh<br />
kali sehari-semalam. Atas saran Nabi Musa, Nabi SAW<br />
meminta keringan dan diberinya pengurangan sepuluh-<br />
Dari sidratul muntaha dilihatnya pula<br />
empat sungai, dua sungai non-fisik (bathin)<br />
di surga, dua sungai fisik (dhahir) di dunia:<br />
sungai Efrat dan sungai Nil.<br />
31
sepuluh setiap meminta. Akhirnya diwajibkan lima kali<br />
sehari semalam. Nabi enggan meminta keringanan lagi,<br />
“Saya telah meminta keringan kepada Tuhanku, kini saya<br />
rela dan menyerah.” Maka Allah berfirman, “Itulah fardlu-<br />
Ku dan Aku telah meringankannya atas hamba-Ku”.<br />
Urutan kejadian sejak melihat Baitul Ma’mur sampai<br />
menerima perintah salat tidak sama dalam beberapa<br />
hadits, mungkin menunjukkan kejadian-kejadian itu<br />
serempak dialami Nabi. Dalam kisah itu, hal yang fisik<br />
(dzhahir) dan non-fisik (bathin) bersatu dan perlambang<br />
pun terdapat di dalamnya. Nabi SAW yang pergi dengan<br />
badan fisik hingga bisa salat di Masjidil Aqsha dan memilih<br />
susu yang ditawarkan Jibril, tetapi mengalami hal-hal<br />
non-fisik, seperti pertemuan dengan ruh para Nabi yang<br />
telah wafat jauh sebelum<br />
kelahiran Nabi SAW dan<br />
pergi sampai ke surga.<br />
Juga ditunjukkan dua<br />
sungai non-fisik di surga<br />
dan dua sungai fisik di<br />
dunia. Dijelaskannya<br />
makna perlambang<br />
pemilihan susu oleh<br />
Nabi Muhammad SAW,<br />
dan menolak khamr atau madu. Ini benar-benar ujian<br />
keimanan, bagi orang mu’min semua kejadian itu benar<br />
diyakini terjadinya. Allah Maha Kuasa atas segalanya”.<br />
Dan (ingatlah), ketika Kami wahyukan kepadamu:<br />
“Sesungguhnya (ilmu) Tuhanmu meliputi segala manusia”.<br />
Dan Kami tidak menjadikan pemandangan yang telah<br />
Kami perlihatkan kepadamu, melainkan sebagai ujian bagi<br />
manusia....” (QS. 17:60).<br />
“Ketika orang-orang Quraisy tak mempercayai saya<br />
(kata Nabi SAW), saya berdiri di Hijr (menjawab berbagai<br />
pertanyaan mereka). Lalu Allah menampakkan kepada<br />
saya Baitul Maqdis, saya dapatkan apa yang saya inginkan<br />
dan saya jelaskan kepada mereka tanda-tandanya,<br />
saya memperhatikannya....” (HR. Bukhari, Muslim, dan<br />
lainnya).<br />
Hakikat Tujuh Langit<br />
Peristiwa isra’ mi’raj yang menyebut-nyebut tujuh<br />
langit mau tak mau mengusik keingintahuan kita akan<br />
hakikat langit, khususnya berkaitan dengan tujuh langit<br />
yang juga sering disebut-sebut dalam Al-Qur’an. Bila kita<br />
dengar kata langit, yang terbayang adalah kubah biru yang<br />
melingkupi bumi kita. Benarkah yang dimaksud langit itu<br />
lapisan biru di atas sana dan berlapis-lapis sebanyak tujuh<br />
lapisan? Warna biru hanyalah semu, yang dihasilkan dari<br />
hamburan cahaya biru dari matahari oleh partikel-partikel<br />
atmosfer. Langit (samaa’ atau samawat) berarti segala<br />
yang ada di atas kita, yang berarti pula angkasa luar, yang<br />
berisi galaksi, bintang, planet, batuan, debu dan gas yang<br />
bertebaran. Dan lapisan-lapisan yang melukiskan tempat<br />
kedudukan benda-benda langit sama sekali tidak ada.<br />
Bilangan ‘tujuh’ sendiri dalam beberapa hal di Al-<br />
SAINS<br />
Langit (samaa’ atau samawat) berarti<br />
segala yang ada di atas kita, yang berarti<br />
pula angkasa luar, yang berisi galaksi,<br />
bintang, planet, batuan, debu dan gas yang<br />
bertebaran.<br />
32 <strong>Santunan</strong> JULI <strong>2010</strong><br />
Qur’an tidak selalu menyatakan hitungan eksak dalam<br />
sistem desimal. Di dalam Al-Qur’an ungkapan ‘tujuh’<br />
atau ‘tujuh puluh’ sering mengacu pada jumlah yang tak<br />
terhitung. Misalnya, di dalam Q.S. Al-Baqarah:261) Allah<br />
menjanjikan: “Siapa yang menafkahkan hartanya di jalan<br />
Allah ibarat menanam sebiji benih yang menumbuhkan<br />
TUJUH tangkai yang masing-masingnya berbuah seratur<br />
butir. Allah MELIPATGANDAKAN pahala orang-orang<br />
yang dikehendakinya....” Juga di dalam Q.S. Luqman:27:<br />
“Jika seandainya semua pohon di bumi dijadikan sebagai<br />
pena dan lautan menjadi tintanya dan ditambahkan<br />
TUJUH lautan lagi, maka tak akan habis Kalimat Allah....”<br />
Jadi ‘tujuh langit’ lebih mengena bila difahamkan sebagai<br />
tatanan benda-benda langit yang tak terhitung banyaknya,<br />
bukan sebagai lapisanlapisan<br />
langit.<br />
Lalu, apa hakikatnya<br />
langit dunia, langit ke dua,<br />
langit ke tiga, ... sampai<br />
langit ke tujuh dalam kisah<br />
isra’ mi’raj? Mungkin<br />
ada orang mengada-ada<br />
penafsiran, mengaitkan<br />
dengan astronomi. Para<br />
penafsir dulu ada yang berpendapat bulan di langit<br />
pertama, matahari di langit ke empat, dan planet-planet<br />
lain di lapisan lainnya.Kini ada sembilan planet (catatan:<br />
Pluto telah dikeluarkan sebagai planet, dimasukkan<br />
sebagai planet kerdil) yang sudah diketahui, lebih dari<br />
tujuh. Tetapi, mungkin masih ada orang yang ingin merekareka.<br />
Kebetulan, dari jumlah planet yang sampai saat ini<br />
kita ketahui, dua planet dekat matahari (Merkurius dan<br />
Venus), tujuh lainnya --termasuk bumi-- mengorbit jauh<br />
dari matahari. Nah, orang mungkin akan berfikir langit<br />
dunia itulah orbit bumi, langit ke dua orbit Mars, ke tiga<br />
orbit Jupiter, ke empat orbit Saturnus, ke lima Uranus, ke<br />
enam Neptunus, dan ke tujuh Pluto. Kok, klop ya. Kalau<br />
begitu, Masjidil Aqsha yang berarti masjid terjauh dalam<br />
QS. 17:1, ada di planet Pluto. Dan Sidratul Muntaha adalah<br />
planet ke sepuluh yang tak mungkin terlampaui. Jadilah,<br />
isra’ mi’raj dibayangkan seperti kisah Science Fiction,<br />
perjalanan antar planet dalam satu malam. Na’udzu billah<br />
mindzalik.<br />
Saya berpendapat, pengertian langit dalam kisah isra’<br />
mi’raj bukanlah pengertian langit secara fisik. Karena,<br />
fenomena yang diceritakan Nabi pun bukan fenomena<br />
fisik, seperti perjumpaan dengan ruh para Nabi. Langit dan<br />
Sidratul Muntaha dalam kisah isra’ mi’raj adalah alam ghaib<br />
yang tak bisa kita ketahui hakikatnya dengan keterbatasan<br />
ilmu manusia. Hanya Rasulullah SAW yang berkesempatan<br />
mengetahuinya. Isra’ mi’raj adalah mu’jizat yang hanya<br />
diberikan Allah kepada Nabi Muhammad SAW.<br />
Makna pentingnya<br />
Bagaimanapun ilmu manusia tak mungkin bisa<br />
menjabarkan hakikat perjalanan isra’ mi’raj. Allah hanya
memberikan ilmu kepada manusia sedikit sekali<br />
(QS. Al-Isra: 85). Hanya dengan iman kita mempercayai<br />
bahwa isra’ mi’raj benar-benar terjadi dan dilakukan<br />
oleh Rasulullah SAW. Rupanya, begitulah rencana Allah<br />
menguji keimanan hamba-hamba-Nya (QS. Al-Isra:60)<br />
dan menyampaikan perintah salat wajib secara langsung<br />
kepada Rasulullah SAW.<br />
Makna penting isra’ mi’raj bagi ummat Islam ada pada<br />
keistimewaan penyampaian perintah salat wajib lima<br />
waktu. Ini menunjukkan<br />
kekhususan salat<br />
sebagai ibadah utama<br />
dalam Islam. Salat mesti<br />
dilakukan oleh setiap<br />
Muslim, baik dia kaya<br />
maupun miskin, dia sehat<br />
maupun sakit. Ini berbeda<br />
dari ibadah zakat yang<br />
hanya dilakukan oleh<br />
orang-orang yang mampu secara ekonomi, atau puasa<br />
bagi yang kuat fisiknya, atau haji bagi yang sehat badannya<br />
dan mampu keuangannya.<br />
Salat lima kali sehari semalam yang didistribusikan<br />
di sela-sela kesibukan aktivitas kehidupan, mestinya<br />
mampu membersihkan diri dan jiwa setiap Muslim.<br />
Allah mengingatkan:”Bacalah apa yang telah diwahyukan<br />
kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Qur’an) dan dirikanlah shalat.<br />
Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatanperbuatan)<br />
keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat<br />
Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari<br />
ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang<br />
kamu kerjakan. (QS. Al-Ankabut:45)<br />
SAINS<br />
Dalam kisah Isra’ mi’raj, Rasulullah bersama<br />
Jibril dengan wahana “buraq” keluar dari<br />
dimensi ruang, sehingga dengan sekejap<br />
sudah berada di Masjidil Aqsha<br />
Isra’ Mi’raj Perjalanan Keluar Dimensi Ruang Waktu<br />
Isra’ mi’raj jelas bukan perjalanan seperti dengan<br />
pesawat terbang antarnegara dari Mekkah ke Palestina<br />
dan penerbangan antariksa dari Masjidil Aqsha ke langit<br />
ke tujuh lalu ke Sudratul Muntaha. Isra’ Mi’raj adalah<br />
perjalanan keluar dari dimensi ruang waktu. Tentang<br />
caranya, iptek tidak dapat menjelaskan. Tetapi bahwa<br />
Rasulullah SAW melakukan perjalanan keluar ruang waktu,<br />
dan bukan dalam keadaan mimpi, adalah logika yang bisa<br />
menjelaskan beberapa kejadian yang diceritakan dalam<br />
hadits shahih. Penjelasan perjalanan keluar dimensi ruang<br />
waktu setidaknya untuk memperkuat keimanan bahwa<br />
itu sesuatu yang lazim ditinjau dari segi sains, tanpa harus<br />
mempertentangkannya dan menganggapnya sebagai suatu<br />
kisah yang hanya dapat dipercaya saja dengan iman.<br />
Kita hidup di alam yang dibatas oleh dimensi ruangwaktu<br />
(x,y,z,t). Sehingga kita selalu memikirkan soal jarak<br />
dan waktu. Dalam kisah Isra’ mi’raj, Rasulullah bersama<br />
Jibril dengan wahana “buraq” keluar dari dimensi ruang,<br />
sehingga dengan sekejap sudah berada di Masjidil Aqsha.<br />
Rasul bukan bermimpi karena dapat menjelaskan secara<br />
detil tentang masjid Aqsha dan tentang kafilah yang masih<br />
dalam perjalanan. Rasul juga keluar dari dimensi waktu<br />
<strong>Santunan</strong> JULI <strong>2010</strong><br />
sehingga dapat menmbus masa lalu dengan menemui<br />
beberapa Nabi. Di langit pertama (langit dunia) - tujuh<br />
berturut-turut bertemu (1) Nabi Adam, (2) Nabi Isa dan<br />
Nabi Yahya, (3) Nabi Yusuf, (4) Nabi Idris, (5) Nabi Harun,<br />
(6) Nabi Musa, dan (7) Nabi Ibrahim. Rasulullah SAW juga<br />
ditunjukkan surga dan neraka, suatu alam yang mungkin<br />
berada di masa depan, mungkin juga sudah ada masa<br />
sekarang sampai setelah kiamat nanti.<br />
Sekadar analogi sederhana perjalanan keluar dimensi<br />
ruang waktu adalah seperti<br />
kita pergi ke alam lain<br />
yang dimensinya lebih<br />
besar. Sekadar ilustrasi,<br />
dimensi 1 adalah garis,<br />
dimensi 2 adalah bidang,<br />
dimensi 3 adalah ruang.<br />
Bidang dengan mudah<br />
menggambarkan garis.<br />
Demikian juga ruang dengan<br />
mudah menggambarkan bidang. Tetapi dimensi rendah<br />
tidak akan sempurna menggambarkan dimensi yang lebih<br />
tinggi. Kotak berdimensi 3 tidak tampak sempurna bila<br />
digambarkan di bidang yang berdimensi 2.<br />
Sekarang bayangkan ada alam berdimensi 2 (bidang)<br />
berbentuk U. Makhluk di alam “U” itu bila akan berjalan<br />
dari ujung satu ke ujung lainnya perlu menempuh jarak<br />
jauh. Kita yang berada di alam yang berdimensi lebih<br />
tinggi dengan mudah memindahkannya dari satu ujung ke<br />
ujung lainnya dengan mengangkat makhluk itu keluar dari<br />
dimensi 2, tanpa perlu berkeliling menyusuri lengkungan<br />
“U”.<br />
Alam malaikat (juga jin) bisa jadi berdimensi lebih<br />
tinggi dari dimensi ruang waktu, sehingga bagi mereka<br />
tidak ada lagi masalah jarak dan waktu. Karena itu mereka<br />
bisa melihat kita, tetapi kita tidak bisa melihat mereka.<br />
Ibaratnya dimensi dua tidak dapat menggambarkan<br />
dimensi tiga, tetapi sebaliknya dimensi 3 mudah saja<br />
menggambarkan dimensi 2. Bukankah isyarat di dalam<br />
Al-Quran dan Hadits juga menunjukkan hal itu. Malaikat<br />
dan jin tidak diberikan batas waktu umur, sehingga seolah<br />
tidak ada kemarian bagi mereka. Mereka pun bisa berada<br />
di berbagai tempat karena tak dibatas oleh ruang.<br />
Rasulullah bersama jibril diajak ke dimensi malaikat,<br />
sehingga Rasulullah dapat melihat bentuk Jibril dan<br />
malaikat lainnya dalam bentuk aslinya (baca QS 53:13-<br />
18). Rasul pun dengan mudah pindah dari suatu tempat<br />
ke tempat lainnya, tanpa terikat ruang dan waktu. Langit<br />
dalam konteks istra’ mi’raj pun bukanlah langit fisik berupa<br />
planet atau bintang, tetapi suatu dimensi tinggi. Langit<br />
memang bermakna sesuatu di atas kita, dalam arti fisik<br />
maupun non-fisik. n<br />
(Penulis adalah Kepala Pusat Sains Atmosfer Lapan dan<br />
aktif di Badan Hisab Rukyat Jabar dan Departemen<br />
<strong>Agama</strong> untuk mengupayakan penyatuan kriteria hisabrukyat)<br />
33
Umat Islam sempat tersentak<br />
dan murka saat Salman Rushdie<br />
memojokkan umat Islam lewat<br />
novelnya The Satanic Verses pada<br />
tahun 1988. Salah satu materi yang<br />
diangkatnya adalah keberadaan ayat<br />
setan dalam bacaan Nabi Muhammad<br />
saw. Namun tak dapat dipungkiri<br />
bahwa materi tentang ayat-ayat setan<br />
memang terdapat dalam khazanah<br />
Islam sendiri.<br />
Kaum muslimin meragukan<br />
kebenaran cerita ini karena tidak ada<br />
referensi dari Alquran. Juga tidak<br />
disebutkan oleh Ibn Ishaq dalam<br />
catatan yang paling awal dan paling<br />
terpercaya mengenai kehidupan<br />
Nabi Muhammad saw. Bahkan tidak<br />
tercantum dalam kumpulan hadits<br />
Bukhārī dan Muslim, (al-Qurtubi, t.th.:<br />
XII, 70).<br />
Meskipun diragukan namun<br />
riwayat tentang ayat setan -antara lain-<br />
telah termuat dalam Tafsīr al-Thabari,<br />
Tafsīr al-Kasyaf, dan Tafsīr Jalalayn.<br />
Mereka mengangkat tentang adanya<br />
ayat bisikan setan itu (gharānīq) saat<br />
menafsirkan ayat 52 surat al-Hajj.<br />
Dan Kami tidak mengutus sebelum<br />
kamu seorang rasul pun dan tidak<br />
(pula) seorang nabi, melainkan apabila<br />
ia mempunyai sesuatu keinginan,<br />
syaitan pun memasukkan godaangodaan<br />
terhadap keinginan itu, Allah<br />
menghilangkan apa yang dimasukkan<br />
oleh syaitan itu, dan Allah menguatkan<br />
ayat-ayat-Nya. Dan Allah Maha<br />
Mengetahui lagi Maha Bijaksana.<br />
(Q.S. al-Hajj: [22] 52).<br />
Secara semantik, pada ayat ini<br />
memang memungkinkan dipahami<br />
adanya potensi masuknya setan<br />
untuk menyisipkan bisikannya dalam<br />
Satanic Verses<br />
(Fenomena Penafsiran Ayat 52 Surat al-Hajj)<br />
Oleh Jabbar Sabil, MA<br />
wahyu Allah. Namun secara sintaksis<br />
dan munāsabah (kesesuaian ayat<br />
sebelum dan sesudahnya), ayat ini<br />
justru menjelaskan keterpeliharaan<br />
nabi dan rasul. Allah menghilangkan<br />
bisikan setan yang dilancarkan untuk<br />
menghalangi dakwah para nabi dan<br />
rasul. Namun saat menjelaskan asbāb<br />
al-nuzūl ayat, cerita tentang ayat setan<br />
pun muncul.<br />
Menurut al-Thabarī (juga Ibn Sa‘ad<br />
dan Zamakhsyarī), akibat membawa<br />
risalah Islam, Nabi Muhammad saw.<br />
dihindari oleh kaum dan kerabatnya<br />
sendiri, sehingga dalam perenungannya<br />
beliau berpikir; “Seandainya Allah<br />
menurunkan sesuatu yang membuat<br />
mereka tidak lari dariku...”. Pemikiran<br />
itu terus membayang sampai suatu<br />
hari beliau sedang berada di sekitar<br />
Ka‘bah dan membacakan surat al-<br />
Najm. Ketika sampai pada ayat 19<br />
dan 20, di sinilah setan menyelipkan<br />
bisikannya.<br />
Maka apakah patut kamu (hai orangorang<br />
musyrik) menganggap Al-Lata<br />
dan al-Uzza, dan Manah yang ketiga,<br />
34 <strong>Santunan</strong> JULI <strong>2010</strong><br />
yang paling terkemudian (sebagai<br />
anak perempuan Allah). (Q.S. al-Najm:<br />
[53] 19-20).<br />
Setan menyelipkan dua kalimat<br />
berikut: (Lihat Ibn Sa‘ad, Thabaqāt<br />
al-Kubrā, Beirut: Dār Sadr, 1985, hal.<br />
205).<br />
Demikianlah gharānīq yang tinggi, dan<br />
sungguh perantaraannya diharapkan.<br />
Kemudian Nabi Muhammad saw.<br />
melanjutkan bacaan keseluruhan<br />
surat, lalu melakukan sujud tilawah,<br />
maka bersujudlah seluruh kaumnya<br />
yang hadir di situ. Bahkan Wālid<br />
ibn Mughīrah mengangkat tanah ke<br />
dahinya sebagai ganti sujud, karena<br />
ia sudah tua renta dan tak sanggup<br />
bersujud. Ada yang mengatakan<br />
yang mengangkat tanah adalah Abū<br />
Uhayhah (Sa‘īd ibn al-‘Ash). Sebagian<br />
mengatakan keduanya melakukan hal<br />
yang sama karena sudah renta.<br />
Orang Quraysy sangat setuju dengan<br />
apa yang di bacakan Muhammad<br />
dan mereka berkata: “Sungguh kami<br />
mengakui bahwa Allah menghidupkan<br />
dan mematikan, menciptakan dan<br />
memberi rezeki. Tetapi Tuhan kami
juga memberi syafaat (menjadi<br />
perantara) bagi kami di sisi Allah. Jika<br />
kamu memberi tempat kepada tuhan<br />
kami, tentu kami akan bersamamu”.<br />
Rasulullah tidak tahan mendengar<br />
kata-kata Quraysy ini, dan ketika<br />
duduk di rumahnya hingga sore,<br />
Jibril datang. Sambil mengisyaratkan<br />
kepada kedua ayat itu, Jibril bertanya:<br />
“Apakah aku menurunkan dua<br />
kalimat ini padamu?” Maka rasulullah<br />
berkata: “Aku mengatakan sesuatu<br />
yang tidak difirmankan Allah?”, lalu<br />
Allah menurunkan ayat berikut:<br />
Dan sesungguhnya mereka hampir<br />
memalingkan kamu dari apa yang<br />
telah kami wahyukan kepadamu,<br />
agar kamu membuat yang lain<br />
secara bohong terhadap Kami. Dan<br />
kalau sudah begitu tentulah mereka<br />
mengambil kamu jadi sahabat<br />
yang setia.[] Dan kalau Kami tidak<br />
memperkuat (hati) mu, niscaya<br />
kamu hampir-hampir condong sedikit<br />
kepada mereka.[] Kalau terjadi<br />
demikian, benar-benarlah Kami akan<br />
rasakan kepadamu (siksaan) berlipat<br />
ganda sesudah mati, dan kamu tidak<br />
akan mendapat seorang penolongpun<br />
terhadap kami.[] (Q.S. al-Isrā’: [17]<br />
73-75)<br />
Esensi ayat setan diperkuat<br />
dengan peristiwa lain. Bahwa berita<br />
sujudnya ahl al-Makkah ini sampai<br />
kepada kaum muslimin yang berada di<br />
Habsyah (Abbisinia), mereka berucap;<br />
“Siapa lagi yang tertinggal di Mekkah,<br />
jika orang-orang ini telah Islam? Kami<br />
lebih mencintai keluarga kami”. Maka<br />
mereka memutuskan untuk pulang,<br />
(Ibn Sa‘ad, t.th.: 206).<br />
Perlu dicatat, bahwa hijrah ke<br />
Abbisinia dilakukan pada bulan Rajab<br />
tahun kelima kenabian. Adapun Peristiwa<br />
pembacaan surat al-Najm (yang<br />
didakwa gharānīq) terjadi dalam<br />
bulan Ramadhan tahun yang sama.<br />
Lalu rombongan hijrah kembali lagi ke<br />
Mekah pada bulan Syawal tahun itu,<br />
(Qādī Qan‘an al-Sāwī, t.th.: III, 106).<br />
Karen Amstrong menganalisis<br />
Analisa Karen Amstrong<br />
itu juga memiliki relevansi<br />
dalam khazanah Islam,<br />
sebab catatan sejarah<br />
hidup Nabi Muhammad<br />
saw. yang paling awal<br />
ditulis memuat dasar<br />
analisa ini<br />
peristiwa ini sebagai sesuatu yang<br />
sangat manusiawi. Bahwa ketika Rasul<br />
saw. melihat rakyatnya berpaling<br />
darinya sebab pesan Tuhan yang<br />
dibawanya. Ia merasa terluka dan<br />
berharap akan adanya pesan Tuhan<br />
yang merekonsiliasi rakyat dengan<br />
dirinya. Cinta dan kekhawatirannya<br />
terhadap rakyatnya sangat besar,<br />
sehingga dia sangat senang jika<br />
hambatan yang membuat tugasnya<br />
sulit dapat diangkat, (Karen Amstrong,<br />
2001: 147).<br />
Analisa Karen Amstrong itu juga<br />
memiliki relevansi dalam khazanah<br />
Islam, sebab catatan sejarah hidup<br />
Nabi Muhammad saw. yang paling<br />
awal ditulis memuat dasar analisa<br />
ini. Ibn Hisyām dalam kitabnya Sīrah<br />
Nabī menulis, bahwa dalam masa tiga<br />
tahun dakwah Rasul saw. secara door<br />
to door, belum terlihat penolakan<br />
Quraysy. Bahkan ketika Rasul saw.<br />
memulai dakwah terbuka, juga belum<br />
ada penolakan yang signifikan dari<br />
mereka. Penolakan itu justru muncul<br />
ketika Rasul saw. mulai mencela<br />
Tuhan-tuhan mereka, (Ibn Hisyām,<br />
t.th.: I, 275-276).<br />
Menurut Sa‘īd Ramadān al-<br />
Būtī dalam kitabnya Fiqh al-Sīrah,<br />
ketika berdakwah terbuka Rasul<br />
melakukan serangan logika yang<br />
tak sanggup ditandingi oleh Qurays<br />
karena mereka beragama secara<br />
taklid buta. Kecenderungan untuk<br />
mempertahankan agama nenek moyangnya<br />
lah yang akhirnya membuat<br />
mereka mengambil alternatif jalan<br />
kekerasan, (al-Būtī, t.th.: 99-100).<br />
Alquran mencatat:<br />
<strong>Santunan</strong> JULI <strong>2010</strong><br />
Apabila dikatakan kepada mereka:<br />
“Marilah mengikuti apa yang diturunkan<br />
Allah dan mengikuti Rasul”, mereka<br />
menjawab: “Cukuplah untuk kami apa<br />
yang kami dapati bapak-bapak kami<br />
mengerjakannya”. Dan apakah mereka<br />
akan mengikuti juga nenek moyang<br />
mereka walaupun nenek moyang<br />
mereka itu tidak mengetahui apa-apa<br />
dan tidak (pula) mendapat petunjuk.<br />
(Q.S. al-Ma’idah: [5] 104).<br />
Di sisi lain, kehidupan di Mekkah<br />
yang keras mengharuskan seseorang<br />
tetap berada dalam perlindungan<br />
klannya. Mereka yang tidak<br />
mendapatkan perlindungan klan<br />
(jiwar), atau klannya kurang kuat,<br />
maka dapat saja ia terbunuh tanpa<br />
pembalasan, (Haykal, 1980: 10). Dalam<br />
kondisi sosial seperti ini, Muhammad<br />
yang membawa ajaran baru menjadi<br />
terancam hidupnya.<br />
Abū Tālib sebagai petinggi klan Banī<br />
Hasyīm dimintai pertanggungjawaban<br />
oleh Quraysy atas perbuatan Muhammad<br />
yang mencela Tuhan mereka.<br />
Muhammad sendiri mendapat jaminan<br />
dari Abū Tālib sehingga terhindar<br />
dari tindakan represif Quraysy.<br />
Tetapi pengikutnya yang berasal dari<br />
klan rendah dan miskin tidak dapat<br />
diselamatkan.<br />
Ibn Ishāq mengisahkan bahwa<br />
perintah melakukan Hijrah pertama<br />
ke Habsyah terjadi akibat bentrokan<br />
berdarah yang tercatat sebagai insiden<br />
berdarah pertama dalam sejarah Islam.<br />
Insiden dramatik itu terjadi karena<br />
Sa‘ad ibn Abī Waqqās tidak sanggup<br />
lagi bersabar atas intimidasi Quraysy<br />
sehingga ia memukul salah seorang<br />
musyrikin Qurays dengan rahang unta,<br />
(Ibn Hisyām, t.th.: I, 275, 343).<br />
Tindakan represif Quraysy terhadap<br />
pemeluk agama baru ini merupakan<br />
konsekuensi dari penolakan mereka<br />
terhadap perubahan atau ancaman<br />
terhadap kemerdekaan mereka selama<br />
ini. Di sini Qurays memperlihatkan<br />
komitmennya.<br />
Kiranya demikianlah gambaran<br />
kondisi sosial yang melingkupi Nabi<br />
saw. kala itu. Namun apakah kondisi<br />
sosial ini cukup beralasan untuk boleh<br />
memasukkan dua ayat gharānīq di<br />
atas dalam Alquran? Jika Muhammad<br />
melakukannya, apakah tidak menjatuhkan<br />
kredibilitas kenabiannya?<br />
35
Kedua pertanyaan ini selalu<br />
menghantui para mufassir dalam<br />
mengkritisi esensi ayat gharānīq.<br />
Tentunya ayat-ayat Alquran tidak<br />
mungkin disisipi oleh setan sementara<br />
Allah telah menjamin keaslian dan<br />
kelestariannya. Demikian pula Nabi<br />
Muhammad tidak mungkin berbuat<br />
lacur, sementara ia diakui Quraysy<br />
sebagai sosok yang terpercaya, teguh,<br />
dan tangguh. Namun sisi kemanusiaan<br />
dari Muhammad juga tidak boleh<br />
dipungkiri, ia juga bisa sedih, gundah<br />
dan sebagainya. Lalu bagaimana<br />
seharusnya fakta ini dipertautkan?<br />
Zamakhsyarī sebagai tokoh ulama<br />
rasional dari kalangan Muktazilah,<br />
kelihatan menerima riwayat itu. Dalam<br />
tafsirnya al-Kasyaf, ia menyatakan<br />
bahwa nabi terlanjur lidah karena lalai<br />
dan tidak sengaja mengucapkannya,<br />
(al- Zamakhsyarī, t.th.: III, 100):<br />
Demikian pula Jalāl al-Mahallī<br />
dari golongan Syāfi‘iyyah, dalam<br />
Tafsir Jalālayn ia menyatakan bahwa<br />
secara tanpa sadar Nabi Muhammad<br />
saw. telah membaca sesuatu yang<br />
disisipkan setan, (Jalāl al-Mahallī, t.th.:<br />
III, 102):<br />
Sebagaimana Ibn Sa‘ad dan al-<br />
Tabarī, kelihatannya Zamakhsyarī<br />
dan al-Mahallī juga menerima<br />
semua riwayat tentang gharāniq apa<br />
adanya. Mereka cenderung hanya<br />
mengumpulkan semua informasi<br />
tentang penafsiran ayat ini, tanpa<br />
mengkritisi dan melakukan verifikasi.<br />
Bisa saja tafsir seperti ini dipandang<br />
sebagai rekaman deskriptif saja<br />
sambil meyakini bahwa penafsirnya<br />
masih teguh dalam keimanan. Namun<br />
tidak adanya catatan khusus untuk<br />
ini, membuat informasi itu bisa<br />
diselewengkan, terutama oleh yang<br />
memusuhi Islam.<br />
Bagi Haykal, riwayat tentang<br />
Tentunya ayatayat<br />
Alquran tidak<br />
mungkin disisipi<br />
oleh setan sementara<br />
Allah telah menjamin<br />
keaslian dan<br />
kelestariannya<br />
gharānīq ini bertentangan dengan<br />
sifat kesucian para nabi, maka sangat<br />
mengherankan jika para penulis<br />
riwayat nabi menukil cerita ini, (Haykal,<br />
1980: 130). Al-Qurtubī dalam kitabnya<br />
al-Jāmi‘ li Ahkām al-Qur’an, secara<br />
tegas menyatakan tidak ada satu pun<br />
dari riwayat-riwayat tentang gharānīq<br />
yang sahih, (Al-Qurtubī, t.th.: XII, 69).<br />
Cerita gharānīq yang diriwayatkan<br />
oleh al-Layts dari Yunus, dari al-Zuhri,<br />
menurut al-Nuhās merupakan hadis<br />
munqati‘ (terputus sanadnya), jadi<br />
tidak bisa menjadi hujah. Demikian<br />
pula satu riwayat dari Qatadah, juga<br />
bernilai munqati‘. Satu riwayat lain<br />
dari al-Wāqidī justru bernilai munkar<br />
dan munqati‘. Semua hadis ini telah<br />
diteliti ulang oleh Muhammad Nāsir<br />
al-Dīn al-Albānī, dan tidak ada satu<br />
pun yang dapat dinyatakan sahih.<br />
Riwayat yang tidak sahih ini tentunya<br />
36 <strong>Santunan</strong> JULI <strong>2010</strong><br />
tidak boleh dijadikan pegangan untuk<br />
menafsirkan ayat di atas. Oleh karena<br />
itu para mufasir melakukan penafsiran<br />
dengan meninggalkan semua riwayat<br />
itu. Benar bahwa Nabi Saw pernah<br />
membacakan surat al-Najm di depan<br />
khalayak Quraysy sehingga semua<br />
bersujud, baik muslim maupun<br />
musyrik. Hal ini diriwayatkan oleh<br />
Bukhari dalam kitab Sahīh-nya pada<br />
kitab tafsir, bab fasjudū lillāh wa‘budū,<br />
tanpa menyinggung adanya ayat<br />
gharānīq, (Lihat: Ibn Hajar, Fath al-Bārī,<br />
Mesir: Maktabah al-Tawfiqiyyah, t.th.,<br />
jld. VIII, hlm. 655). Jadi tidak benar<br />
Nabi saw. membaca ayat gharānīq<br />
yang dibisikkan setan, lalu bagaimana<br />
ayat 52 surat al-Hajj ditafsirkan?<br />
Qādī Qan‘an al-Sāwī yang men-syarh<br />
Tafsīr Jalālayn menjelaskan tafsirnya,<br />
bahwa setan mencampakkan keraguan<br />
(syubhat) dalam apa yang dibaca Nabi<br />
saw., artinya ia membisikkan kepada<br />
umat bahwa bacaan itu adalah sihir.<br />
Maka Allah menghapuskan keraguan<br />
itu, dari hati orang-orang yang dikehendakinya<br />
mendapat petunjuk, (Qādī<br />
Qan‘an al-Sāwī, t.th.: III, 106).<br />
Sa‘ad Yūsuf Mahmūd Abū ‘Azīz<br />
dalam kitabnya al-Isrā’īliyyah wa al-<br />
Mawdū‘at fī Kutub al-Tafāsir Qadīman<br />
wa Hadīthan (hlm. 270), mengutip<br />
pendapat al-Syanqitī yang berbeda<br />
dari kebanyakan mufasir. Umumnya<br />
para mufasir mengkaji secara semantik<br />
dengan mentakwil kata ‘tamanni’<br />
dari arti ‘ingin/cita-cita’ menjadi arti<br />
‘membaca’. Padahal secara sintaksis<br />
dengan berpegang kepada makna<br />
hakiki (lughawī) saja ayat ini sudah<br />
bisa dipahami sebagaimana penafsiran<br />
al-Syanqitī.<br />
Dari sudut pandang ini, pendapat<br />
al-Syanqitī lebih kuat karena tidak<br />
mentakwil. Dengan demikian, tafsirnya<br />
menjadi; bahwa ketika para nabi<br />
bercita-cita agar semua umatnya<br />
mengikuti petunjuk, lalu setan<br />
mencampakkan keraguan (syubhat)<br />
untuk menghalangi cita-cita para nabi.<br />
Yaitu kalimat-kalimat yang katanya<br />
pemahaman dari ayat, tapi sebenarnya<br />
adalah penyesatan. Kalimat-kalimat<br />
seperti inilah yang dihapuskan oleh<br />
Allah. Wa Allāh a‘lam bi al-sawab. n<br />
(Penulis adalah kandidat Doktor IAIN<br />
Ar-Raniry Banda <strong>Aceh</strong>)
Menebarkan Salam<br />
Salam secara bahasa berarti<br />
keselamatan, kedamaian. salam<br />
adalah doa yang kita panjatkan<br />
kepada seseorang. Ketika kita<br />
mengucapkan; “Assalamualaikum”,<br />
itu berarti kita mengatakan; “Salam<br />
sejahtera atas kalian, kalian berada<br />
dalam lindungan Allah, mudahmudahan<br />
Allah bersamamu, mudahmudahan<br />
Allah menyertaimu, keselamatan<br />
Allah senantiasa ditetapkan<br />
untukmu”.<br />
Dalam sebuah hadis Rasul<br />
bersabda:<br />
Dari Abu Hurairah, ia berkata,”<br />
Rasulullah saw. bersabda: Dan demi<br />
zat yang jiwa aku berada di tangan-<br />
Nya, kalian tidak akan masuk Surga<br />
kecuali kalian sudah beriman, dan<br />
kalian tidak beriman kecuali jika<br />
kalian saling mencintai. Tidakkah aku<br />
tunjukkan kepada kalian sesuatu yang<br />
jika kalian kerjakan maka kalian akan<br />
menjadi lebih akrab lagi? Sebarkanlah<br />
salam di antara kalian.” (Riwayat<br />
Muslim, Abu Daud dan Turmuzi)<br />
Dalam hadis tersebut, Rasulullah<br />
menjelaskan bahwa Surga tidak<br />
Oleh: Salman Abdul Muthalib<br />
“Menebarkan salam kepada dunia ini berarti sebagai bukti kerendahan hati dan<br />
menunjukkan ketidaksombongan kepada orang lain. Bahkan, kita diminta untuk<br />
menebarkan salam kepada anak kecil dan orang tua, orang mulia dan orang biasa,<br />
orang yang kita kenal dan orang yang tidak kita kenal.”<br />
Menebarkan salam<br />
dalam Islam berarti kita<br />
mengibarkan bendara<br />
putih sebagai perdamaian<br />
dimasuki melainkan dengan iman<br />
dan iman tidak didapatkan melainkan<br />
dengan cinta. Sedangkan cinta tidak<br />
dapat diraih melainkan dengan<br />
menebarkan salam. Sesungguhnya<br />
menebarkan salam dapat menghilangkan<br />
kedengkian dalam hati,<br />
khususnya di antara kerabat dekat<br />
dan tetangga.<br />
Kenyataan dalam kehidupan seharihari<br />
bahwa menyampaikan salam itu<br />
akan menumbuhkan kecenderungan<br />
orang yang disalami terhadap<br />
yang menyalami. Jika itu kemudian<br />
menciptakan sikap interaktif lebih<br />
lanjut, maka rasa kecenderungan<br />
yang satu kepada yang lain pun akan<br />
saling berbalas. Kemudian bila salam<br />
itu diucapkan berulang-ulang, maka<br />
kecenderungan itu akan semakin<br />
berkembang, dan itulah cinta.<br />
Jika itu menjadi gejala umum di<br />
tengah masyarakat, maka mereka<br />
telah mencintai sesamanya, karena<br />
itulah Rasul menganjurkan untuk<br />
tetap memberi salam kepada siapa<br />
saja. Menebarkan salam dalam Islam<br />
berarti kita mengibarkan bendera<br />
putih sebagai perdamaian seakan kita<br />
mengatakan bahwa kami mengangkat<br />
bendera kami yang putih, maka<br />
<strong>Santunan</strong> JULI <strong>2010</strong><br />
percayalah kamu dan jangan takut<br />
kepada kami.<br />
Salam merupakan penghormatan<br />
yang diturunkan Allah kepada rasul-<br />
Nya dan merupakan penghormatan<br />
ahli surga seperti yang disebutkan<br />
dalam firman-Nya dalam surat al-<br />
Ahzab ayat 44:<br />
“Salam penghormatan kepada<br />
mereka (orang-orang mukmin itu)<br />
pada hari mereka menemui-Nya ialah<br />
salam, dan Dia menyediakan pahala<br />
yang mulia bagi mereka.”<br />
Jadi, salam merupakan bentuk<br />
penghormatan yang diridhai Allah<br />
dan diajarkan Rasul saw. kepada<br />
pengikut dan bagi umat setelahnya.<br />
Allah Taala berfirman dalam surat an-<br />
Nisa’ ayat 86:<br />
“Apabila kamu diberi penghormatan<br />
dengan sesuatu penghormatan, maka<br />
balaslah penghormatan itu dengan<br />
yang lebih baik dari padanya, atau<br />
balaslah penghormatan itu (dengan<br />
yang serupa). Sesungguhnya Allah<br />
memperhitungkan segala sesuatu.”<br />
Dalam ayat tersebut, Allah memberikan<br />
tuntunan untuk membalas<br />
salam dengan yang lebih baik, yaitu<br />
dengan menambahkan lebih banyak<br />
37
daripada yang disampaikan oleh<br />
pemberi salam. Jika pemberi salam<br />
mengucapkan; “Assalamu’alaikum<br />
wa rahmatullah,” maka cara menjawabnya<br />
dengan mengatakan; “Wa<br />
’alaikum salam wa rahmatullahi wa<br />
barakatuh.” Atau minimal sepadan<br />
dengannya dengan menjawab; “Wa<br />
’alaikum salam wa rahmatullah.”<br />
Rasulullah saw. memberikan petunjuk<br />
kepada setiap muslim yang<br />
bertemu dengan muslim yang lain<br />
dengan sabdanya, “Jika seorang<br />
di antara kamu bertemu dengan<br />
saudaranya, hendaklah dia salam<br />
kepadanya.” (HR. Abu Dawud).<br />
Islam juga mengajarkan agar kita<br />
mengucapkan salam kepada orang<br />
Islam yang kita kenal ataupun yang<br />
tidak kita kenal.<br />
Dari Abdullah bin Umar, dia berkata,<br />
“Seseorang bertanya kepada Rasulullah<br />
Saw.; Manakah (ajaran) Islam<br />
yang terbaik? Beliau menjawab;<br />
“Memberikan makan (kepada<br />
orang yang membutuhkan) dan<br />
mengucapkan salam kepada orang<br />
yang kamu kenal dan orang yang<br />
tidak kamu kenal.” (H.R. al-Bukhari<br />
dan Muslim).<br />
Kewajiban seorang muslim adalah<br />
menyebarkan salam di antara<br />
manusia, baik terhadap orang yang<br />
dikenal maupun tidak dikenal. Dalam<br />
hadis ini, tidak ada pengecualian<br />
memberi salam kepada kelompok<br />
tertentu, tetapi para ulama<br />
melarang mengucapkan salam<br />
kepada nonmuslim dengan<br />
didasari pada hadis lain dari Nabi<br />
yang melarangnya.<br />
Terlepas adanya larangan<br />
mengucapkan salam kepada<br />
nonmuslim, kita tetap harus<br />
menghormati mereka dan mempelihatkan<br />
wajah Islam yang<br />
sebenarnya, kita menginginkan<br />
Kewajiban seorang muslim<br />
adalah menyebarkan<br />
salam di antara manusia,<br />
baik terhadap orang yang<br />
dikenal maupun tidak<br />
dikenal<br />
agar orang lain menilai Islam sebagai<br />
agama yang toleran, bernialai kasih<br />
dan sayang, menghargai orang lain.<br />
Jangan sampai kita dinilai ekstrim,<br />
eksklusif dan berbagai penilaian<br />
negatif lainnya.<br />
Dalam sanad lain, Rasul bersabda:<br />
”Wahai manusia, tebarkanlah salam,<br />
berilah makanan, sambunglah<br />
silaturrahmi dan salatlah kalian di<br />
waktu malam pada saat orang lain<br />
terlelap tidur, sehingga kalian akan<br />
masuk Surga dengan selamat. (HR.<br />
Ibnu Majah).<br />
Ajaran salam ini mengindikasikan<br />
bahwa Islam merupakan agama yang<br />
cinta damai. Islam melindungi harkat<br />
dan martabat, harta benda, jiwa, dan<br />
keluarga setiap orang yang tunduk<br />
kepadanya, baik dari golongan<br />
kaum muslimin, maupun golongan<br />
nonmuslim. Islam diturunkan ke<br />
dunia sebagai rahmat bagi seluruh<br />
38 <strong>Santunan</strong> JULI <strong>2010</strong><br />
alam. Barangsiapa mau menerima<br />
Islam sebagai agamanya, maka dia<br />
terlindungi dan akan mendapatkan<br />
ketenangan serta kebahagiaan hidup.<br />
Oleh karena itu, salah besar jika ada<br />
orang atau golongan tertentu yang<br />
mengatakan bahwa Islam itu agama<br />
yang kejam, suka kekerasan, dan<br />
disebarkan dengan pedang.<br />
Inilah syiar dan kasih sayang<br />
yang ditegakkan Rasulullah saw.<br />
dan dihimbaunya untuk ditanamkan<br />
serta dikokohkan dalam hati para<br />
sahabatnya dan umat setelahnya.<br />
Dalam Sahih Bukhari terdapat riwayat<br />
mawquf dari Ammar bin Yasir bahwa<br />
dia berkata, “Ada tiga hal yang<br />
barangsiapa memadukan ketiganya<br />
maka sesungguhnya dia telah<br />
memadukan iman: jujur terhadap diri<br />
sendiri, menebarkan salam kepada<br />
dunia, dan berinfak ketika dalam<br />
kesulitan.”<br />
Orang yang sombong berbeda<br />
dengan sikap ini sepenuhnya. Dia<br />
tidak menjawab setiap orang yang<br />
mengucapkan salam kepadanya<br />
karena angkuh. Lalu bagaimana<br />
mungkin dia mengucapkan salam<br />
kepada setiap orang. Oleh karena itu,<br />
seorang muslim harus rendah hati<br />
kepada anak-anak dan tidak boleh<br />
masa bodoh terhadap mereka hanya<br />
karena mereka masih anak-anak. Akan<br />
tetapi, justru harus memperhatikan<br />
mereka sebab salam kepada mereka<br />
berarti mengajarkan rasa cinta dan<br />
mendorong mereka kepada akhlak<br />
yang mulia.<br />
Alangkah indahnya hidup ini jika<br />
setiap individu muslim menyadari<br />
akan ajarannya. Setiap berjumpa<br />
dengan saudaranya, mereka<br />
saling mengucapkan salam, saling<br />
mendoakan antar sesamanya.<br />
Semoga Allah Swt. memberikan<br />
kekuatan kepada kita untuk<br />
mampu mengamalkan ajaran<br />
salam ini sehingga salam menjadi<br />
ciri khas Islam di belahan dunia. n<br />
(Penulis adalah Dosen IAIN Ar-<br />
Raniry Banda <strong>Aceh</strong>)
Dayah <strong>Aceh</strong> di Kancah<br />
Ketika saya memperkenalkan diri<br />
sebagai “guru dayah” hadirin<br />
mungkin merasa bingung.<br />
Dari raut wajahnya tampak mereka<br />
bertanya-tanya di dalam hati. Prediksi<br />
saya ternyata benar ketika seorang<br />
teman asal Jawa Tengah tunjuk<br />
tangan. “Coba diulang sekali lagi,<br />
apa pekerjaan saudara tadi?” “Guru<br />
Dayah” jawab saya tegas. Tepatnya<br />
guru Dayah Ma’had Al-Furqan<br />
Kec. Bandar Baru Kab. Pidie Jaya<br />
Nanggroe <strong>Aceh</strong> Darussalam. “Apa itu<br />
dayah?” tanya seorang teman lagi<br />
asal Sulawesi Selatan. Akhirnya saya<br />
“dipaksa” untuk menjelaskan bahwa<br />
Pondok Pesantren di <strong>Aceh</strong> disebut<br />
dengan dayah. Ketika saya kembali<br />
ke tempat duduk, seorang profesor<br />
yang sering bertugas ke <strong>Aceh</strong> pasca<br />
tsunami berujar; “Ada-ada saja<br />
Teungku <strong>Aceh</strong>.”<br />
Peristiwa itu terjadi pada sebuah<br />
acara ta’arruf antara mahasiswa<br />
baru Program Pascasarjana Universitas<br />
Islam Negeri (UIN) Sunan<br />
Kalijaga Yogyakarta dengan civitas<br />
akademikanya pada awal September<br />
2008. Saya sengaja menggunakan<br />
kata dayah dalam setiap kesempatan<br />
untuk menasionalkan istilah itu.<br />
Masyarakat luar <strong>Aceh</strong> sangat asing<br />
dengan istilah dayah. Mereka hanya<br />
mengenal istilah pondok pesantren,<br />
pondok, atau pesantren saja. Namun<br />
setelah saya sosialisasikan secara<br />
terus menerus, mereka menjadi biasa<br />
dan memanggil saya Teungku Dayah<br />
atau Teungku <strong>Aceh</strong>.<br />
Saya berada di Yogyakarta untuk<br />
menyukseskan agenda pemerintah<br />
Nasional<br />
(Catatan seorang Teungku Dayah)<br />
Oleh: Sulaiman M. Thalib, M.Si<br />
melalui Departemen <strong>Agama</strong> RI dalam<br />
rangka upaya peningkatan kualitas<br />
sumber daya manusia (SDM) pondok<br />
pesantren. Sebanyak dua puluh<br />
enam orang pimpinan/guru pondok<br />
pesantren dari seluruh Indonesia<br />
waktu itu memperoleh beasiswa<br />
dari pemerintah pusat untuk kuliah<br />
jenjang S2 di Program Pascasarjana<br />
UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.<br />
Saya datang membawa nama<br />
<strong>Aceh</strong>, kususnya bagi institusi dayah.<br />
Setelah serangkaian seleksi yang<br />
sangat panjang dan ketat, dari 872<br />
orang peserta yang ikut tes seluruh<br />
Indonesia hanya 26 orang yang<br />
dinyatakan lulus (24 laki-laki dan 2<br />
perempuan) dan saya salah seorang<br />
di antaranya. Dari <strong>Aceh</strong> tercatat<br />
sebelas orang yang mengikuti seleksi<br />
ini. Kita beruntung dapat lulus,<br />
sebab tidak semua provinsi berhasil<br />
mengantarkan untusannya. Karena<br />
ini seleksi nasional, maka ada provinsi<br />
yang utusannya melebihi satu orang<br />
dan banyak juga yang nihil utusan<br />
walaupun mereka bersaing dalam<br />
serangkaian seleksi.<br />
Dari pulau Sumatera hanya<br />
empat provinsi yang lulus. <strong>Aceh</strong> satu<br />
orang, Sumatera Utara satu orang,<br />
Sumatera Selatan satu orang, dan<br />
<strong>Prov</strong>insi Lampung satu orang. Dari<br />
pulau Kalimantan hanya satu orang<br />
yang lulus, yaitu dari Banjarmasin,<br />
Kalimantan Selatan. Dari Sulawesi dua<br />
orang, yaitu satu orang dari Makasar,<br />
Sulawesi Selatan dan satu orang<br />
dari <strong>Prov</strong>insi Gorontalo. Selebihnya<br />
berasal dari pulau Jawa. <strong>Prov</strong>insi<br />
Banten mengirim utusan satu orang,<br />
<strong>Santunan</strong> JULI <strong>2010</strong><br />
Jawa Barat empat orang, Jawa Tengah<br />
enam orang. D.I. Yogyakarta empat<br />
orang, dan Jawa Timur empat orang.<br />
Studi Tahqiq al-Kutub<br />
Jurusan ini diberinama Tahqiq<br />
al-Kutub. Jurusan yang amat<br />
langka padahal sangat dibutuhkan<br />
di dunia keilmuan, baik di dayah/<br />
pondok pesantren, maupun di luar<br />
dayah. Jurusan ini berorientasi pada<br />
penyuntingan dan pengkajian kitabkitab<br />
yang masih berupa makhthuthat/<br />
manuskrip dan mengkaji kitab-kitab<br />
mathbu’ah yang telah diterbitkan<br />
serta memberikan analisis sesuai<br />
dengan metodologi yang berkembang.<br />
Kami juga dituntut untuk dapat meningkatkan<br />
kualitas pondok pesantren<br />
dalam keikutsertaannya dalam menyukseskan<br />
program pendidikan<br />
nasional.<br />
Di <strong>Aceh</strong>, Studi Tahqiq al-Kutub<br />
telah lama berlansung. Kelas yang<br />
diasuh langsug oleh Teungku Chik<br />
disebut kelas Bustanul Muhaqqiqin<br />
(taman para muhaqqiq). Tetapi antara<br />
belajar tahqiq di Pascasarja dan di<br />
Dayah mempunyai perbedaan yang<br />
sangat jauh. Bila di dayah menganut<br />
sistemnya sendiri, di perguruan<br />
tinggi juga mempunyai sistemnya<br />
tersendiri. Saya kadang-kadang<br />
seperti bermimpi, seandainya kedua<br />
sistem ini dapat dipadukan di dayahdayah<br />
<strong>Aceh</strong>, maka keilmuan di <strong>Aceh</strong><br />
akan kembali tampil sebagai pelopor<br />
peradaban.<br />
Jurusan Tahqiq al-Kutub<br />
merupakan jurusan favorit pada<br />
Program Pascasarjana UIN Sunan<br />
39
Kalijaga Yogyakarta. Banyaknya jumlah<br />
peserta yang mengikuti seleksi<br />
dapat memecahkan rekor tertinggi<br />
dalam sejarah penseleksian Program<br />
Pascasarjana di seluruh Indonesia.<br />
Dosen-dosen yang mengajar adalah<br />
para profesor alumni Timur Tengah<br />
dan Eropa serta Kiyai-kiyai terkenal di<br />
Jawa. Ilmu yang dikaji tidak terfokus<br />
dalam satu bidang saja, namun<br />
seluruh bidang ilmu keislaman.<br />
Sebab kita dituntut untuk mengkaji<br />
kitab-kitab karangan ulama terdahulu<br />
dalam seluruh disiplin ilmu. Porsi yang<br />
terbanyak adalah ushul fiqh, disusul<br />
tafsir dan qiraah, ulumul hadits, fiqh,<br />
ilmu kalam, tasawuf dan ilmu bahasa<br />
dan sastra Arab.<br />
Keunggulan lain<br />
jurusan ini adalah<br />
separuh maha<br />
siswanya alumni<br />
Timur Tengah, ada<br />
yang dari Al-Azhar<br />
Kairo, dari Ummul<br />
Qura Makkah,<br />
dari Madinah,<br />
dari Yaman, dari<br />
Baghdad, dan dari<br />
Sudan. Hanya saya<br />
dan beberapa<br />
teman lainnya<br />
yang merupakan<br />
alumni IAIN atau<br />
STAIN dari daerah<br />
masing-masing.<br />
Namun kita dengan<br />
cepat dapat menyesuaikan diri,<br />
sehingga tidak ada jurang pemisah<br />
antara mahasiswa yang berasal dari<br />
luar negeri atau dalam negeri.<br />
Kehadiran jurusan ini di Pascasarjana<br />
UIN Sunan Kalijaga memberikan<br />
kebanggaan tersendiri bagi<br />
pimpinan Universitas ini. Rektor UIN<br />
Sunan Kalijaga, Prof. Dr. H. M. Amin<br />
Abdullah, MA, dan Direktur Program<br />
Pascasarjana, Prof. Dr. H. Iskandar<br />
Zulkarnain, MA, dalam setiap kesempatan<br />
memberikan apresiasi tersendiri<br />
untuk jurusan ini. Demikian juga para<br />
dosen yang mengajar, entah serius<br />
atau tidak di hari pertama kuliah<br />
selalu melontarkan pujian-pujian dan<br />
sanjungan.<br />
Saya tidak pada posisi membanggakan<br />
diri apalagi sombong. Saya<br />
tak habis-habisnya bersyukur dapat<br />
membawa nama <strong>Aceh</strong>, kususnya<br />
dayah. Sekarang sudah ada orang<br />
Jawa yang biasa menggunakan<br />
istilah dayah. Sehingga ketika ia<br />
pulang kampung untuk menjenguk<br />
pesantrennya ia akan berujar akan<br />
menjenguk “dayah”nya.<br />
Yang membanggakan saya “dan<br />
juga <strong>Aceh</strong>” pada dasarnya bukan<br />
terletak di situ saja, tetapi terletak<br />
pada ilmu yang diperoleh melalui<br />
program kuliah ini. Menyunting<br />
manuskrip adalah pekerjaan yang<br />
sangat rumit serta memerlukan<br />
keahlian, kehati-hatian, kesabaran dan<br />
ketelitian, apalagi men-tahqiq-nya.<br />
Demikian juga pekerjaan menganalisis<br />
isi manuskrip itu. Bahasa Melayu atau<br />
bahasa Arab adalah sama sulitnya,<br />
apalagi Bahasa <strong>Aceh</strong>. Aksara-aksara<br />
Arab kuno yang unik menguji kita<br />
dalam hal kesabaran dan ketelitian.<br />
Selain itu mahasiswa juga dituntut<br />
untuk menguasai sejarah sosial masa<br />
pengarang itu hidup serta biografinya<br />
untuk dapat dihubungkan dengan<br />
pemikirannya yang dituangkan dalam<br />
naskah. Alhamdulillah semua ilmu itu<br />
masuk dalam mata kuliah yang harus<br />
dipelajari.<br />
40 <strong>Santunan</strong> JULI <strong>2010</strong><br />
Sesuai dengan program pemerintah,<br />
semua mahasiswa program<br />
ini diasramakan di sebuah pondok<br />
pesantren terkenal di Yogyakarta.<br />
CSI-NAWESEA English Pesantren for<br />
Under and Post-Graduate Students.<br />
CSI-NAWESEA adalah singkatan dari<br />
Center for the Study of Islam in North<br />
America, Western Europe and South<br />
East Asia. Pesantren ini didirikan<br />
oleh alumni pondok pesantren yang<br />
telah menyelesaian pendidikan S3<br />
baik di dalam maupun luar negeri.<br />
Pimpinannya sekarang adalah Prof.<br />
K. Yudian Wahyudi, Ph.D., dekan<br />
Fakultas Syariah UIN Sunan Kalijaga.<br />
Saya sekali lagi dibuat terkagumkagum.<br />
Santri<br />
pesantren ini<br />
adalah alumni<br />
S1 dari berbagai<br />
perguruan tinggi<br />
dalam dan<br />
luar negeri.<br />
Untuk masuk<br />
ke pesantren ini<br />
harus melalui<br />
s e r a n g k a i a n<br />
tes/seleksi dan<br />
menguasai dua<br />
bahasa, Arab<br />
dan Inggris.<br />
K u r i k u l u m n y a<br />
mirip dengan<br />
k u r i k u l u m<br />
perguruan tinggi,<br />
dan setiap enam<br />
bulan sekali setiap santri harus<br />
melahirkan karya ilmiah berupa<br />
buku, novel, atau terjemahan untuk<br />
diterbitkan oleh penerbit NAWESEA<br />
Press. Di samping itu, pesantren ini<br />
juga memiliki majalah dan jurnal<br />
yang terbit sebulan sekali, serta<br />
buletin yang terbit setiap hari Jumat.<br />
Saya kembai bersyukur sebab saya<br />
satu-satunya santri yang berasal dari<br />
dayah <strong>Aceh</strong>. n<br />
(Penulis adalah Penyuluh <strong>Agama</strong><br />
Fungsional Kec. Bandar Baru Kab.<br />
Pidie Jaya/Guru Dayah Ma’had Al-<br />
Furqan)
Nikah Siri Atau Nikah di<br />
Bawah Tangan ?<br />
Membaca halaman muka<br />
harian Serambi Indonesia<br />
Sabtu, 22 Mei <strong>2010</strong><br />
berjudul “NIKAH SIRI ADA YANG<br />
SAH”, menimbulkan pertanyaan “Apa<br />
sesungguhnya nikah siri?” Mungkin<br />
pemahaman banyak orang, bahwa<br />
nikah siri sama dengan nikah di bawah<br />
tangan yang tidak dicatat. Apa ini yang<br />
dimaksud? Hal ini perlu klarifikasi<br />
agar tidak terjadi salah paham dalam<br />
masyarakat.<br />
Jika nikah siri di atas merujuk<br />
kepada terminologi fikih, maka jelas<br />
para ulama sudah sepakat tidak sah.<br />
Tapi wallahu a‘lam, entah nikah siri<br />
dengan definisi mana dimaksudkan<br />
sehingga dinyatakan ada yang sah<br />
dan ada juga yang tidak sah.<br />
Bicara dalam konteks sah-tidak sah,<br />
suatu pernikahan dinyatakan sah, bila<br />
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan<br />
syariat Islam, yaitu ada kedua calon<br />
mempelai, wali, saksi dan akad, serta<br />
syarat-syarat tertentu. Selanjutnya jika<br />
nikah ini tidak dilaporkan kepada PPN/<br />
KUA Kecamatan, maka dinyatakan<br />
tidak sah menurut hukum positif,<br />
tapi tetap sah menurut hukum Islam.<br />
Karena kalau tidak sah, bagaimana<br />
status orang-orang tua kita tempo<br />
dulu yang menikah sebelum adanya<br />
peraturan pencatatan dan undangundan<br />
perkawinan, apa semua mereka<br />
dikatakan tidak sah dan berzina? Tentu<br />
tidak demikian!<br />
Untuk kelengkapan dokumen perkawinan,<br />
pemerintah memberikan<br />
dispensasi bagi yang sudah nikah<br />
sebelum berlakunya undang-undang<br />
perkawinan, dapat dicatat setelah<br />
isbat dari Mahkamah Syar’iyah.<br />
Oleh Marwan Kamaruddin, S.Ag<br />
Ulama Islam juga<br />
sepakat, bahwa nikah sirri<br />
dilarang (diharamkan),<br />
hanya saja mereka<br />
masih ikhtilaf pada<br />
mendefinisikan nikah siri<br />
tersebut.<br />
Bahkan dalam kondisi tertentu<br />
pun, seperti pada masa konflik, tetap<br />
dapat dicatat. Jadi persoalan nikah<br />
siri dan nikah di bawah tangan dalam<br />
pemahaman di atas, menurut hemat<br />
kami harus dibedakan, karena tidak<br />
semua nikah yang dilakukan di bawah<br />
tangan itu dapat dikatakan sebagai<br />
nikah siri.<br />
Kembali kepada nikah siri dalam<br />
konteks terminologi Fikih. Nikah<br />
siri model ini dilarang sebagaimana<br />
<strong>Santunan</strong> JULI <strong>2010</strong><br />
pernyataan Umar bin Khatab: “Siapa<br />
yang melakukan nikah sirri akan saya<br />
rajam dia”, setelah Nabi Muhammad<br />
saw. bersabda seperti yang ditakhrij<br />
Abu Daud, yang artinya: “Tolong<br />
kalian umumkan nikah ini (sirri) dan<br />
tabuhkan rebana (untuknya)!”. (Lihat;<br />
Ibnu Rusyd, Bidayatul Mujtahid Wa<br />
Nihayatul Muqtashid).<br />
Ulama Islam juga sepakat, bahwa<br />
nikah siri dilarang (diharamkan),<br />
hanya saja mereka masih ikhtilaf pada<br />
mendefinisikan nikah siri tersebut.<br />
Wahbah al-Zuhaily dalam bukunya<br />
al-Fiqh al-Islamy wa Adillatuh, jilid 9<br />
halaman 6560, mendefinisikan nikah<br />
siri sebagai nikah yang dipesankan<br />
(tekankan) oleh suami kepada para saksi<br />
agar menyembunyikan pernikahannya<br />
itu kepada isterinya atau kepada orang<br />
lain, sekalipun keluarganya.<br />
Menurut Ibnu Rusyd; apabila saksi<br />
ada tetapi mereka diperintahkan<br />
41
untuk menyembunyikan kesaksiannya,<br />
maka nikah itu tidak termasuk sirri.<br />
Imam Malik berpendapat, kalau<br />
saksi ada tapi tidak berfungsi sebagai<br />
saksi karena sudah dipesan/ditekan<br />
untuk menyembunyikan perkawinan<br />
tersebut, maka nikah itu masuk dalam<br />
kategori nikah sirri dan pasangan<br />
tersebut harus di-pasakh-kan dan<br />
diceraikan keduanya (sama seperti<br />
pendapat Wahbah Zuhaily).<br />
Sedangkan Abu Hanifah dan<br />
As-Syafi’ie berpendapat, kalau<br />
saksi ada tapi tidak berfungsi<br />
sebagai saksi karena ditekan untuk<br />
menyembunyikan perkawinan tersebut,<br />
maka nikah itu tidak masuk<br />
dalam kategori nikah sirri.<br />
Mereka berbeda pendapat pada<br />
eksistensi saksi dalam akad nikah.<br />
Apakah saksi itu ketentuan hukum<br />
syar’i untuk syarat sah nikah, atau<br />
sekedar untuk terpercayanya nikah<br />
itu, atau hanya untuk kesempurnaan<br />
nikah belaka. Atau hanya untuk<br />
menutup pintu perbedaan pendapat<br />
atau pemutarbalikan fakta pasutri di<br />
kemudian hari.<br />
Menurut analisis kami dapat<br />
disimpulkan, bahwa yang dikatakan<br />
nikah sirri adalah akad nikah yang<br />
dilakukan dengan tanpa wali dan<br />
tanpa saksi, tetapi akad nikah hanya<br />
dilakukan antara calon suami dan<br />
calon isteri. Sesuai dengan hadis yang<br />
diriwayatkan oleh Dar al-Qutni dari<br />
Ibnu Abbas, yang artinya : “Tidak sah<br />
suatu pernikahan kecuali dengan dua<br />
orang saksi dan wali yang mursyid.”<br />
Mayoritas ulama (Abu Hanifah,<br />
As-Syfi’ie dan Malik) sepakat bahwa<br />
nikah siri tidak sah. Maka dalam<br />
pemahaman penulis, akad nikah<br />
yang tidak ada syubhat ikhtilaf<br />
para ulama tentang kesahihannya<br />
adalah masuk dalam terminoligi<br />
nikah sirri. Maka dengan demikian<br />
tidak ada jalan untuk melegalisasi<br />
nikah siri. Maka judul yang cocok<br />
menurut kami adalah “NIKAH DI<br />
BAWAH TANGAN ADA YANG SAH”<br />
bukan NIKAH SIRI ADA YANG SAH.<br />
Pencatatan Nikah<br />
Pencatatan nikah sudah<br />
Pencatatan nikah<br />
sudah jelas diatur dalam<br />
undang-undang, peraturan<br />
pemerintah dan keputusan<br />
<strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong><br />
sebagai leading sector<br />
di bidang kehidupan<br />
beragama<br />
jelas diatur dalam undang-undang,<br />
peraturan pemerintah dan keputusan<br />
<strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> sebagai leading<br />
sector di bidang kehidupan beragama.<br />
Dengan demikian sudah barang tentu<br />
pencatatan nikah di luar ketentuan<br />
peraturan perundang-undangan di atas<br />
adalah perbuatan melawan hukum.<br />
Nikah di bawah tangan biasanya<br />
disebabkan beberapa faktor, antara<br />
lain:<br />
1. Sulitnya izin berpoligami;<br />
2. Orang tua calon isteri tidak<br />
merestui (kawin lari);<br />
3. Suami ingin bebas dari tanggung<br />
jawab.<br />
Pencatatan nikah adalah kewenangan<br />
Kantor Urusan <strong>Agama</strong> Kecamatan<br />
sesuai dengan ketentuan yang<br />
berlaku. Regulasi untuk pencatatan<br />
nikah diatur dalam:<br />
1. Undang-undang nomor 32 tahun<br />
1954 tentang berlakunya Undangundang<br />
Republik Indonesia<br />
tanggal 21 November 1946 nomor<br />
22 tahun 1946 tentang Pencatatan<br />
Nikah, Talak dan Rujuk di Seluruh<br />
Daerah luar Jawa dan Madura.<br />
42 <strong>Santunan</strong> JULI <strong>2010</strong><br />
2. Undang-undang nomor 1 tahun<br />
1974 tentang Perkawinan.<br />
3. Peraturan Pemerintah nomor 9<br />
tahun 1975 tentang Pelaksanaan<br />
Undang-undang Nomor 1 tahun<br />
1974 tentang Perkawinan.<br />
4. Inpres nomor 1 tahun 1991<br />
tentang Kompilasi Hukum Islam.<br />
5. KMA nomor 447 tahun 2004<br />
tentang Pencatatan Nikah.<br />
6. PMA nomor 11 2007 tentang<br />
Pencatatan Nikah.<br />
Dalam PMA nomor 11 2007<br />
tentang pencatatan nikah pasal 15<br />
dengan tegas disebutkan bahwa<br />
Pegawai Pencatat Nikah (PPN),<br />
dilarang membantu melaksanakan<br />
dan mencatat peristiwa nikah<br />
apabila (1) Persyaratan sebagaimana<br />
dimaksud dalam pasal 5 ayat 2<br />
tidak terpenuhi; dan mengetahui<br />
adanya pelanggaran dari ketentuan /<br />
persyaratan pernikahan.<br />
Undang-undang nomor 11 tahun<br />
2006 tentang Pemerintah <strong>Aceh</strong> juga<br />
tidak membuka peluang otonomi<br />
khusus pada bidang agama untuk<br />
diatur dalam Qanun Pemerintah <strong>Aceh</strong>.<br />
Maka solusinya adalah mengamandemenkan<br />
undang-undang dan peraturan<br />
perkawinan itu sendiri.<br />
Melalui opini ini kami menyarankan<br />
agar istilah-istilah yang digunakan<br />
agar disesuaikan dengan istilah fikih<br />
yang ada dan kedua fatwa tentang<br />
kewajiban mencatat “nikah di bawah<br />
tangan yang sah” oleh Majelis Permusyawaratan<br />
Ulama <strong>Aceh</strong> perlu dipertimbangkan<br />
kembali, mengingat<br />
dampak negatifnya sangat banyak<br />
apabila hal itu dilaksanakan di dalam<br />
masyarakat, kalaupun tidak kita<br />
katakan nikah di bawah tanganpun<br />
untuk saat ini tidak sah dilaksanakan<br />
(karena saddudzdzara’i). Wallahu<br />
‘alam bishshawab. n<br />
(Penulis adalah Kasi Peny. Haji<br />
dan Umrah Kankemenag Kab.<br />
<strong>Aceh</strong> Utara dan Pengasuh Pondok<br />
Pesantren Almadinatuddiniyah<br />
Syamsudhdhuha, Cot Murong<br />
<strong>Aceh</strong> Utara).
Pengaruh HP Terhadap Siswa<br />
Mus Mulyadi, S.Ag<br />
Kemajuan Tekhnologi saat ini<br />
semakin berkembang, berbagai<br />
macam fasilitas tersedia di<br />
pasaran baik dalam bentuk yang super<br />
besar hingga yang berbentuk microchip<br />
yang mampu menyimpan jutaan data<br />
yang kita inginkan. Manusia saat ini<br />
telah mampu menguasai teknologi<br />
modern yang mungkin dulunya kita<br />
anggap mustahil dapat dilakukan, tapi<br />
nyatanya sekarang, fasilitas-fasilitas<br />
tersebut telah pula kita rasakan<br />
keberadaannya.<br />
Salah satu contoh adalah kemajuan<br />
dalam bidang komunikasi. Kalau<br />
dulu jarak menjadi masalah dalam<br />
menyampaikan berita maka saat ini<br />
bukan lagi menjadi kendala di mana<br />
pun kita berada asal terjangkau<br />
signal, maka kita dapat berkomunikasi<br />
dengan keluarga, sahabat, bawahan<br />
dan juga atasan kita, hanya dengan<br />
mengantongi sebuah benda yang<br />
ukurannya sangat kecil yang dinamakan<br />
Handphone (HP).<br />
HP merupakan sebuah benda<br />
yang kecil dan dapat kita beli dengan<br />
harga yang relatif terjangkau tapi<br />
mempunyai fungsi yang sangat<br />
besar bagi yang memilikinya, proyek<br />
milyaran rupiah bisa berhasil atau<br />
gagal dengan adanya HP. Persahabatan<br />
dapat terus berlanjut dengan adannya<br />
HP, informasi perkembangan dunia<br />
dapat kita ketahui juga dengan adanya<br />
HP, dan banyak lagi manfaat HP dalam<br />
kehidupan kita saat ini. Rasanya<br />
hidup terasa belum lengkap tanpa<br />
mengantongi benda yang namanya<br />
HP. Dia bukan lagi kebutuhan sekunder<br />
atau tersier, tapi sudah menjadi<br />
kebutuhan primer.<br />
Orang tua akan merasa bangga jika<br />
putra-putrinya telah memiliki HP dari<br />
berbagai merek, mereka beranggapan;<br />
jika jam belajar saat<br />
guru menerangkan<br />
pelajaran tidak jarang<br />
kita dengar deringan<br />
HP, jika guru marah<br />
si anak berdalih lupa<br />
mematikan, alarmlah<br />
jika anaknya memiliki HP berarti<br />
telah menguasai tekhnologi. Hal ini<br />
terbukti dengan banyaknya siswa<br />
di setiap jenjang pendidikan telah<br />
memiliki benda tersebut, sehingga di<br />
setiap sudut-sudut sekolah kita bisa<br />
melihat para siswa sibuk dengan HPnya<br />
masing-masing. Akibatnya ada<br />
sebagian siswa yang tidak memiliki HP<br />
merasa minder dan kurang gaul dari<br />
teman-temannya yang memiliki HP.<br />
Akhirnya mereka mengasingkan diri<br />
dan membentuk kelompok-kelompok<br />
tersendiri. Ini merupakan dampak<br />
nyata yang kebenarannya dapat<br />
dibuktitan tanpa penelitian ‘nyelimet’.<br />
Siswa yang memiliki HP kadang<br />
kala tidak perduli terhadap lingkungan<br />
sekitar, jika jam belajar saat guru<br />
menerangkan pelajaran tidak jarang<br />
kita dengar deringan HP. Jika guru<br />
marah si anak berdalih lupa mematikan,<br />
alarm. Ini merupakan dilema<br />
yang dihadapi guru di dalam kelas.<br />
Siswa juga merasa dimanjakan dengan<br />
adanya HP ini di mana saat pelajaran<br />
yang membutuhkan perhitungan sederhana<br />
ia tidak lagi mau membuat<br />
coretan-coretan dikertas untuk mencari<br />
jawaban, tapi hanya dengan menggunakan<br />
HP maka perhitungan sederhana<br />
dapat terjawab. Hal ini secara<br />
tidak langsung telah membuat siswa<br />
<strong>Santunan</strong> JULI <strong>2010</strong><br />
malas dalam mencari penyelesaian<br />
suatu persoalan, konon lagi saat ujian<br />
berlangsung, siswa menggunakan<br />
SMS untuk memperoleh jawaban dari<br />
temannya.<br />
Saat istirahat siswa yang mempunyai<br />
HP mulai sibuk membuka<br />
fitur-fitur yang ada di HP-nya. Mulai<br />
dari Games, MP3, internetan dan lain<br />
sebagainya. Ada lagi permasalahan<br />
yang sangat urgen, yakni jika siswa<br />
memiliki HP yang punya memori, ada<br />
beberapa siswa didapati menyimpan<br />
file asususila di memori HP-nya.<br />
Keberadaan HP bagi siswa sebenarnya<br />
tidak selalu memberikan<br />
dam-pak negatif. Banyak manfaat<br />
positif didapat siswa jika memiliki HP,<br />
karena dapat mengakses informasi<br />
tenteng keadaan dunia sekarang ini<br />
melalui fitur internet yang ada di<br />
dalam HP yang ia miliki. Ia juga dengan<br />
mudah berkomunikasi dengan siswa<br />
lain untuk bertukar informasi yang<br />
berada di sekolah lain yang mungkin<br />
berbeda kota, dan yang juga sangat<br />
penting, orang tua dapat dengan<br />
leluasa memantau keberadaan putraputrinya.<br />
Untuk menghadapi kemajuan<br />
teknologi yang begitu pesat ini mari<br />
kita awasi bersama putra-putri kita<br />
agar meraka tidak menyalahgunakan<br />
teknologi yang ada. Kemajuan teknologi<br />
jangan kita jadikan kambing hitam jika<br />
terjadi pergeseran nilai di masyarakat<br />
kita, tapi mungkin kita yang kurang arif<br />
dalam menggunakan teknologi yang<br />
semakin berkembang. Dan sekali lagi<br />
tanamkan nilai iman kepada putraputri<br />
kita agar mereka mampunyai<br />
benteng dalam menghadapi setiap<br />
perubahan yang ada. n<br />
(Penulis adalah guru MAN Kuala<br />
Makmur Kabupaten Simeulue)<br />
43
LOMBA KARYA TULIS ILMIAH<br />
PENGEMBANGAN PENDIDIKAN PESANTREN TAHUN <strong>2010</strong><br />
Latar Belakang<br />
Dalam sejarah peradaban manusia, Islam pernah tampil<br />
menjadi sebuah peradaban, seiring dengan proses penyebaran<br />
Islam ke berbagai belahan dunia. Khusus di Indonesia,<br />
Islam masuk dan berkembang melalui budaya damai yang<br />
diwakili oleh institusi sufisme dan pesantren. Sebagai sebuah<br />
tempat penyebaran Islam, pesantren memiliki tradisi dan potensi<br />
nilai nilai keadaban. Maka tidak sedikit kalangan pengkaji Islam<br />
Indonesia menyebut pesantren sebagai kampung peradaban,<br />
artefak peradaban Indonesia, sub kultur, institusi kultural, dan<br />
lain- lain.<br />
Potensi pesantren sebagai center of civilized muslim di<br />
Indonesia diwujudkan dalam bentuk khazanah intelektual Islam<br />
yang muncul dan berkembang dari pesantren berupa tradisi kitab<br />
kuning, disamping tradisi pesantren yang berkembang lainnya<br />
seperti sikap dan prilaku tasammuh, tawazun, dan tawassut.<br />
Interaksi tradisi pesantren dengan tradisi lainnya<br />
memungkinkan muncul suatu peradaban muslim baru yang lahir<br />
dari Indonesia. Dengan kata lain dapatkah potensi pesantren<br />
didorong menjadi peradaban muslim di Indonesia? Unsur unsur<br />
apa saja sehingga pesantren dianggap sebagai pusat peradaban<br />
muslim di Indonesia di masa depan? Karena itu, Puslitbang<br />
Pendidikan <strong>Agama</strong> dan Keagamaan Badan Litbang dan Diklat<br />
<strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> Tahun <strong>2010</strong> mengundang para khalayak<br />
yang mempunyai perhatian terhadap pengembangan pendidikan<br />
pesantren di masa depan untuk menggagas tentang bagaimana<br />
pesantren dapat menjadi pusat peradaban muslim di Indonesia<br />
yang termanifestasikan dalam bentuk Karya Tulis Ilmiah.<br />
Tujuan:<br />
Menggagas pesantren sebagai pusat peradaban Muslim di<br />
Indonesia dalam bentuk karya tulis ilmiah.<br />
Target Kegiatan:<br />
- Terhimpun sejumlah karya tulis ilmiah tentang gagasan<br />
pesantren sebagai pusat peradaban muslim di Indonesia;<br />
- Terpilihnya 6 (enam) naskah karya tulis ilmiah terbaik.<br />
Tema:<br />
Menggagas Pesantren Sebagai Pusat Peradaban Muslim di<br />
Indonesia<br />
Peserta:<br />
Peserta adalah masyarakat umum yang mempunyai perhatian<br />
terhadap pengembangan pendidikan pesantren di masa depan.<br />
Kriteria Naskah:<br />
- Naskah ditulis dalam bahasa Indonesia, di ketik pada kertas<br />
A4, Spasi 1,5 cm, margin 3 cm (atas dan kiri) dan 2,5 cm (kanan<br />
dan bawah), font Times New Roman, ukuran 12, Naskah di<br />
tulis minimal 20 halaman dan maksimal 50 halaman (tidak<br />
termasuk halaman depan, kata pengantar, daftar isi, daftar<br />
pustaka dan lampiran);<br />
- Naskah merupakan hasil kajian / penelitian baik Individual<br />
maupun kelompok ;<br />
- Melampirkan surat pernyataan (bermaterai Rp 6000)<br />
Puslitbang Pendidikan <strong>Agama</strong> dan Keagamaan<br />
BADAN LITBANG DAN DIKLAT<br />
KEMENTERIAN AGAMA RI<br />
44 <strong>Santunan</strong> JULI <strong>2010</strong><br />
-<br />
bahwa karya ilmiah tersebut asli dan belum pernah<br />
diikutsertakan dalam lomba apapun;<br />
Naskah yang dikirim hanya 1 (satu) karya tulis ilmiah/<br />
peserta;<br />
- Sistematika penulisan mengikuti kaidah kaidah penulisan<br />
karya tulis ilmiah, dengan ketentuan: pendahuluan 20%,<br />
pembahasan/Isi<br />
saran) 20%.<br />
Pengriman Naskah:<br />
60% dan penutup (kesimpulan dan<br />
- Naskah dikirim sebanyak 2 (dua) eksemplar disertai CD<br />
(soft copy);<br />
- Naskah dikirim ke alamat : Panitia Lomba KTI Pengembangan<br />
Pendidikan Pesantren Gedung Bayt al Qur’an– Museum<br />
Istiqlal Jl. Pintu I Komplek Taman Mini Indonesia<br />
-<br />
Indah Jakarta Timur 13560;<br />
Pengiriman naskah disertai dengan fotocopy identitas diri<br />
(KTP/SIM dan biodata singkat; nama, lamat lengkap, no.<br />
Tlp./HP, e mail) dan surat pernyataan keaslian naskah;<br />
- Naskah diterima Panitia selambat lambatnya tanggal 31<br />
Agustus <strong>2010</strong> (cap pos);<br />
- Naskah yang sudah masuk tidak dapat dikembalikan<br />
dan menjadi hak Panitia.<br />
Penetapan Pemenang:<br />
- Nominator pemenang akan diumumkan pada minggu<br />
keempat bulan September <strong>2010</strong> melalui website Balitbang<br />
dan Diklat www.balitbangdiklat.kemenag.go.id;<br />
- Nominator pemenang akan dihubungi panitia lomba melalui<br />
telepon dan surat untuk menghadiri presentasi dan upacara<br />
penyerahan hadiah pemenang pada minggu kedua Oktober<br />
<strong>2010</strong>;<br />
- Jumlah pemenang sebanyak 6 (enam) naskah, yaitu<br />
-<br />
pemenang juara I, juara II, juara III, harapan I, harapan II, dan<br />
harapan III ;<br />
Pemenang ditetapkan oleh tim penilai melalui dua tahapan:<br />
pertama penilaian naskah dan kedua penilaian peresentasi;<br />
- Keputusan tim penilai tidak dapat diganggu gugat.<br />
Penghargaan Pemenang<br />
Pemenang lomba akan mendapatkan penghargaan/hadiah<br />
berupa Trophy, piagam penghargaan dan uang tunai masingmasing<br />
besarnya sebagai berikut)* :<br />
1. Juara I Rp 15.000.000,00<br />
2. Juara II Rp 12.500.000,00<br />
3. Juara III Rp 10.000.000,00<br />
4. Harapan I Rp 8.000.000,00<br />
5. Harapan II Rp 6.000.000,00<br />
6. Harapan III Rp 4.000.000,00<br />
Catatan:<br />
* Pajak hadiah ditanggung pemenang<br />
** I n f o l e b i h l a n j u t d a p a t m e n g h u b u n g i : S d r.<br />
Ta’rief (081319660744)/ Husen(081319157303)
Diasuh oleh Zulfathi, Staf Bidang Mapenda Kanwil <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> <strong>Prov</strong>insi <strong>Aceh</strong><br />
“Tweak” dan Komputer Anda Lebih Cepat<br />
Salam Pembaca setia majalah santunan! Pada <strong>edisi</strong><br />
ini akan saya perkenalkan tweak yang dalam istilah<br />
komputer sering diartikan sebagai modifikasi kecil<br />
untuk meningkatkan performa komputer.<br />
Kebutuhan akan performa yang baik sangat mempengaruhi<br />
efektifitas kerja kita dalam berinteraksi sehari-hari dengan<br />
komputer. Masalah klasik yang muncul dan sering kita alami<br />
di`antaranya komputer lambat loading, proses task manager<br />
yang sering hang, loading internet lama, lambatnya start up dan<br />
berbagai masalah lain.<br />
Baiklah, dalam tulisan ini saya mencoba men-tweak<br />
komputer kita supaya proses loading start-up/booting komputer<br />
dan performa komputer kita menjadi lebih cepat yaitu:<br />
Mematikan beberapa konfigurasi yang di-load secara<br />
otomatis oleh Windows ketika proses start-up berlangsung.<br />
Buka Komputer seperti biasa; Start, Run, dan ketikkan<br />
‘msconfig’ dan ‘OK’ (Gb. 01).<br />
Gb. 01<br />
Selanjutnya akan keluar jendela konfigurasi; System<br />
Utiility, pilihlah menu toolbar ”start-up” hingga keluar<br />
tampilan sebagai berikut: (Gb. 02).<br />
Gb. 02<br />
<strong>Santunan</strong> JULI <strong>2010</strong><br />
Tampilan yang muncul akan disesuaikan dengan sistem<br />
konfigurasi komputer anda masing-masing.<br />
Matikankanlah proses yang menurut anda tidak<br />
diperlukan untuk di panggil pada proses start-up/booting<br />
Windows secara selektif, sebagai contoh, mematikan<br />
program Yahoo Mesengger yang sudah tertanam dan<br />
dipanggil setiap proses loading/booting, sedangkan komputer<br />
anda tidak terkoneksi sama sekali dengan internet, maka<br />
aplikasi ini bisa anda disable/matikan<br />
Apabila masih dirasa kurang, anda bisa men-disable<br />
all-kan semua aplikasi start-up sehingga tidak ada aplikasi<br />
yang muncul pada proses loading/booting, dengan kehatihatian<br />
untuk program antivirus, dan aplikasi pengaman<br />
lain tidak dimatikan, atau bisa juga anda matikan program<br />
pengaman anda, dan kemudian diaktifkan kembali ketika<br />
anda berada pada menu Windows.<br />
Kemudian klik ‘apply‘ dan ‘OK’.<br />
Restart-lah komputer anda dan ketika komputer<br />
dihidupkan kembali akan muncul jendela notifikasi di<br />
desktop anda sebagai berikut (Gb. 03):<br />
Gb. 03<br />
Centanglah ‘Don’t Show’... dan klik ‘OK’<br />
Selamat mencoba, sampai jumpa lagi dalam triks dan<br />
tips lainnya.<br />
45
Konsultasi Hukum Islam dan BP4<br />
Diasuh Oleh Drs. H. Abdul Gani Isa, SH, M.Ag., Ketua BP4 <strong>Prov</strong>insi <strong>Aceh</strong><br />
Pilihanku Tidak Direstui Orang Tua<br />
Pertanyaan:<br />
Pengasuh Konsultasi Hukum Islam dan<br />
BP4 yang saya hormati !<br />
Saya, sebut saja “Lis” seorang gadis<br />
(23 tahun), baru beberapa bulan lalu<br />
menamatkan pendidikan di salah satu<br />
Perguruan Tinggi di Banda <strong>Aceh</strong>, dan<br />
tinggal bersama orang tua dalam wilayah<br />
Kabupaten <strong>Aceh</strong> Besar. Saat ini juga telah<br />
bekerja di sebuah perusahaan sesuai<br />
keahlian dan profesi yang selama ini Lis<br />
tekuni.<br />
Sesuai naluri dan fitrah seorang<br />
manusia, Lis juga ingin membina<br />
rumah tangga dengan seorang laki-laki,<br />
merupakan pilihan saya sendiri yang<br />
sudah beberapa tahun lalu mengikat<br />
dalam sebuah janji. Harapan dan cita-cita<br />
tersebut telah membuat kekecewaan bagi<br />
Lis. Karena kedua orang tua Lis menolak<br />
dan tidak merestui lamarannya dengan<br />
alasan, karena, di samping “orang yang<br />
selama ini sangat saya cintai belum<br />
memiliki pekerjaan tetap”, juga “Ia dinilai<br />
orang tua Lis bukan suku <strong>Aceh</strong>”.<br />
Yang ingin Lis tanyakan kepada<br />
Pengasuh adalah (1) Bagaimana dan apa<br />
yang harus Lis lakukan dalam situasi itu.<br />
Karena di satu sisi Lis harus menghormati<br />
orang tua, di sisi lain “kami sudah lama<br />
mengikat janji untuk menikah.” Pilihan<br />
Lis sudah bekerja, tapi bukan PNS (2)<br />
Bagaimana jalan keluarnya agar Lis dapat<br />
menikah, tanpa mengabaikan nasehat<br />
orangtua, yang keduanya saat ini sudah<br />
lanjut usia? Jawaban Ustadz sangat<br />
Lis harapkan, dan atas bantuannya Lis<br />
ucapkan terimakasih.<br />
Wassalam<br />
Lis di Lambaro<br />
Jawaban Pengasuh:<br />
Ananda Lis, Pengasuh Rubrik Konsultasi<br />
Hukum Islam dan BP4 (KHI BP4) sangat<br />
memahami isi hati, perasaan, dan harapan<br />
yang selama ini hendak ananda wujudkan,<br />
yaitu ingin menikah dan membina rumah<br />
tangga dengan pilihan anda sendiri.<br />
Menikah adalah Sunnatullah dan Sunnah<br />
Rasul-Nya. Islam menganjurkan menikah,<br />
melarang umatnya untuk membujang,<br />
selama-lamanya. Islam, memberikan<br />
tuntunan, kapan seseorang harus menikah<br />
dan dengan siapa akan menikah? Menurut<br />
pengasuh, keinginan Lis, adalah sesuatu<br />
yang normal, yang mungkin kedua orang<br />
tua anda tidak memahami “cinta” yang<br />
selama ini Lis pahami dan rasakan. Dari<br />
segi umur sudah baligh (23 tahun) dan<br />
memenuhi ketentuan yang diatur dalam<br />
Undang-undang Perkawinan No. 1/1974.<br />
Bahkan UU ini menyebutkan bila sudah<br />
berumur 21 tahun, tidak diperlukan lagi<br />
izin kawin dari orang tua. Anda juga sudah<br />
menamatkan studi dan sudah bekerja,<br />
demikian pula calon pilihan anda. Namun<br />
yang menjadi persoalan adalah orang tua<br />
anda belum merestuinya , dengan kata<br />
lain menolak lamarannya.<br />
Menurut Pengasuh, Islam tidak<br />
mensyaratkan bahwa sebuah pernikahan,<br />
baru dapat dilangsungkan, bila masingmasing<br />
pasangan sudah bekerja atau PNS.<br />
Juga tidak mengharuskan kesamaan suku<br />
di antara keduanya. Banyak pasangan<br />
yang menikah, awalnya miskin tapi setelah<br />
berumah tangga, Allah cukupkan rezekinya;<br />
“In yakunu fuqara-a yughnihumullahu<br />
min fadhlihi” Jika mereka dalam keadaan<br />
faqir, niscaya Allah akan mencukupkan<br />
mereka dengan karunia-Nya (QS. Al-Nur:<br />
32). Rasulullah SAW memberi tuntunan:<br />
“Tunkahul mar ‘atu li arba ‘in, limaliha,<br />
walihasabiha, walijamaliha, walidiniha,<br />
fadhfar bidzatiddin taribat yadaka” Wanita<br />
dinikahi karena empat sebab, karena<br />
hartanya, keturunannya, kecantikannya<br />
dan agamanya, pilihlah yang beragama,<br />
niscaya beruntung tanganmu (berbahagia)<br />
(HR. Bukhari Muslim).<br />
Betapa banyak kasus rumah tangga,<br />
bahkan diakhiri dengan “perceraian”,<br />
karena mengutamakan “harta”,<br />
“kecantikan dan “keturunan”, mengabaikan<br />
unsur “agama” dan “akhlaq mulia”.Lebih<br />
lanjut Rasulullah juga menjelaskan: “Ya ma<br />
‘syaras syabab manistata ‘a minkuml baata<br />
falyatazawwaj…” Wahai para pemuda,<br />
barang siapa di antara kamu sudah mampu<br />
untuk menikah, maka hendaklah kamu<br />
menikah(HR. Bukhari).<br />
Pengasuh juga menilai, bahwa laki-laki<br />
pilihan anda sudah memenuhi “kafaah”,<br />
artinya sama, sederajat, dan sebanding.<br />
Anda berdua adalah anak-anak yang<br />
baik, berpendidikan dan taat menjalankan<br />
perintah agama, dan selama ini belum<br />
tersangkut kasus kriminalitas.<br />
46 <strong>Santunan</strong> JULI <strong>2010</strong><br />
Selanjutnya pengasuh memberikan<br />
beberapa jalan ke luar dan saran kepada Lis<br />
dalam menghadapi problema ini. Pertama,<br />
sebagai anak yang baik, yang selama ini<br />
sudah mendapat pengasuhan, bimbingan<br />
dari kedua orangtua anda, supaya selalu<br />
bersikap sopan, santun dan upayakan<br />
tidak menyakiti hati keduanya. Kedua,<br />
selalulah berdo’a kepada Allah, agar kedua<br />
orang tua anda, mau merubah sikapnya<br />
menerima, mengabulkan keinginan dan<br />
harapan anda berdua. Ketiga, fokuskan diri<br />
anda pada pekerjaan yang selama ini anda<br />
mengabdi, jangan karena nila setitik rusak<br />
susu sebelanga. Akhirnya yang dicari tidak<br />
dapat, yang dikejar berceceran. Keempat,<br />
anjurkan kepada pasangan anda, agar ia<br />
melakukan peminangan sesuai dengan<br />
tatacara, adat istiadat yang selama ini<br />
berlaku di <strong>Aceh</strong>, artinya ada perantara/<br />
selangke, yang merupakan utusan resmi<br />
dari pihak keluarganya. Kelima, tidak<br />
merestui keinginan anda untuk menikah,<br />
dalam fiqih disebut dengan adhal-nya<br />
wali. Artinya wali enggan memberikan<br />
hukum nikah kepada anda. Bila wali tidak<br />
mau memberikan hukum nikah, padahal<br />
memenuhi syarat “kafaah”, anda dapat<br />
memohon ke Mahkamah Syariyah, untuk<br />
ditetapkan “adhal wali”(Lebih lanjut<br />
dapat dilihat dalam I’anatuttalibin, juz<br />
IIV314-317). Dalam pasal 23 ayat (2) KHI<br />
(Kompilasi Hukum Islam) disebutkan<br />
bahwa dalam hal wali adhal atau enggan,<br />
maka wali hakim baru dapat bertindak<br />
sebagai wali nikah setelah ada putusan<br />
Pengadilan <strong>Agama</strong>/Mahkamah Syar’iyah<br />
tentang wali tersebut.<br />
Selanjutnya kepada wali/orang tua<br />
anda pengasuh hanya mengingatkan<br />
sebuah hadis Rasulullah, yang<br />
menjelaskan: “Tsalatsun la yuakkharna,<br />
wa hunna alshalatu idza atat, wal janazatu<br />
idza hadharat, wal ayyimu idza wajadad<br />
kufan “ Tiga perkara tidak boleh ditundatunda,<br />
yaitu shalat bila tiba waktunya,<br />
jenazah bila telah siap, dan perempuan<br />
bila ia telah ditemukan pasangannya yang<br />
sepadan.(HR Baihaqi).<br />
Demikian jawaban pengasuh, semoga<br />
bermanfaat, dan hanya kepada Allah kita<br />
senantiasa bertawakkal dan berserah diri,<br />
amin ya Allah. Wassalam.
Diasuh oleh Muzakkir,S.Ag<br />
Para Pahlawan =<br />
Tanah air =<br />
Mereka peduli =<br />
Kesukaran =<br />
Perantaraan =<br />
<strong>Santunan</strong> JULI <strong>2010</strong><br />
Peran =<br />
Pondok-Pondok<br />
Pesantren =<br />
Benci =<br />
Mempersiapkan diri =<br />
Meningkatkan =<br />
47
By Erfiati Adam, MA, English Teacher at MAN Model Banda <strong>Aceh</strong><br />
Prophet Mohammed P.B.u.H<br />
(Part Two)<br />
Mohammed’s message upset many and the persecution of the followers of Islam was so bad that some of his<br />
followers had to leave their homes and go to Habsha seeking for the protection of the Christian king, Negus.<br />
More and more of Mohammed’s followers were leaving Mecca for Habsha to escape persecution. But not all<br />
who listened to Mohammed’s message ridiculed him. In 620 A.D., he was able to win converts among the tribe of Yathrib<br />
(Madina) and converted many of the Yathrib tribe to Islam. The Yathrib had heard of Mohammed’s reputation as a man of<br />
wisdom and hoped that he could help settle disputes in Madina, between themselves, some local Jews, and other groups<br />
of people. Mohammed converted so many members of the Yathrib tribe to Islam that he was able to form an alliance pact<br />
with the Yathrib who promised him protection if he were to come to live with them in Madina.<br />
Following his pact with the Yathrib tribe all the followers of Islam save three left Mecca for Madina. The Mohammed’s<br />
followers had left Mecca to escape the ridicule and oppression that was carried out against them by the non-believers.<br />
Only Mohammed, his cousin Ali, and Mohammed’s friend Abu Bakr stayed behind in Mecca. Mohammed and Abu Bakr<br />
would leave Mecca after finding out about a Qurish conspiracy to kill Mohamed. With most of Mohammed’s followers<br />
gone, Qurish tribal leaders who harbored resentment against Mohammed decided to assassinate him. Their plan was to<br />
murder Mohammed in his home at night but Mohammed found out about the plot and left Mecca before they could carry<br />
out their plans. Abu Bakr and Mohammed were able to escape Mecca and were able to flee to Madina and were they fell<br />
under the protection of the Yathrib tribe.<br />
In Madina Mohammed was no longer persecuted but was respected by the people and rose to a high position of power<br />
solving disputes between the various locales. As an arbitrator Mohammed was widely respected by the people of Madina,<br />
he also began to work on his message at this time. He had in Mecca set the codes of conduct to live by, in Madina he<br />
worked on what relations between followers of Islam should be with one another and with non-believers. It was also in<br />
Madina that Mohammed made Islam more Arabian. Mohammed believed that some Jews who lived in Madina were<br />
conspiring against him with the Qurish tribe of Mecca, those who had forced him to leave his home.<br />
Grammar Focus: Past Perfect Tense<br />
Past Perfect Tense is one of tenses sequence which is applied to state an activity that was completed before another<br />
activity in the past time. Commonly, either the conjunctions after or before is used in the sentence but it is sometimes<br />
missed from the sentence. To be noted that usually the past perfect tense comes together with the simple past tense in<br />
one sentence. In this context, the activity in the simple the past perfect had perfectly been done before the activity in the<br />
simple past occurred.<br />
The formula of Past Perfect Tense is S+HAD+PAST PARTICIPLE+O/C<br />
Example:<br />
1. Fatih had kept his puzzle away before Fayyadh arrived this morning<br />
1st action (completed) 2nd action<br />
2. After Gabriel had studied English, he studied Geography (last week)<br />
1st action (completed) 2nd action<br />
3. The earthquake had taken place before the tsunami occurred in 2004<br />
1st action (completed) 2nd action<br />
Please pay attention to the following sentences:<br />
1. The Mohammed’s followers had left Mecca to escape the ridicule and oppression that was carried out against them<br />
by the non-believers.<br />
2. Mohammed believed that some Jews who lived in Madina were conspiring against him with the Qurish tribe of<br />
Mecca, those who had forced him to leave his home.<br />
3. The Yathrib had heard of Mohammed’s reputation as a man of wisdom and hoped that he could help settle disputes<br />
in Madina.<br />
Task for students:<br />
Based on the above examples, please identify which actions occurred one to the others in the past times!<br />
48 <strong>Santunan</strong> JULI <strong>2010</strong>
Tgk. H. Hasanoel Bashry, HG, Pimpinan Dayah MUDI Mesjid Raya Samalanga<br />
Di sela-sela berlangsungnya<br />
wisuda perdana STAI Al-<br />
Aziziyah dan Reuni Akbar<br />
alumni dayah MUDI Mesjid Raya,<br />
Waled menerima kehadiran tim<br />
<strong>Santunan</strong>, Jabbar Sabil, Mulyadi<br />
Nurdin dan Darwin serta Kabid<br />
Pekapontren Kanwil Kemenag<br />
<strong>Aceh</strong>, Drs. Saifuddin AR di<br />
ruang pribadin<br />
y a .<br />
Berharap Lahirnya<br />
Intelektual Dayah<br />
Kepribadiaannya penuh kharisma, pemikirannya sangat cemerlang, setelah sukses<br />
memimpin dayah MUDI Mesjid Raya Samalanga, Tgk. H. Hasanoel Bashry, HG,<br />
yang sering disapa dengan Waled Samalanga, atau Abu MUDI, membuka program<br />
kuliah S-1 Sekolah Tinggi <strong>Agama</strong> Islam (STAI) Al-Aziziyah, sebuah obsesi besar<br />
ingin diwujudkannya, kemampuannya mengolaborasi pendidikan tradisional dan modern<br />
perlu menjadi perhatian banyak pihak.<br />
Berikut petikan wawancaranya:<br />
Selama ini ada seruan agar<br />
pendidikan dayah lebih maju supaya<br />
setara dengan pendidikan umum<br />
lainnya..<br />
Pertama tergantung kemauan dia<br />
sendiri, karena saya sendiri hidup<br />
dalam kalangan intelektual,<br />
dalam keluarga, cuma<br />
saya yang tidak sekolah<br />
sedangkan saudara saya<br />
menempuh jalur<br />
s e k o l a h<br />
umum.<br />
K e ti k a<br />
s a y a<br />
kemari,<br />
s a y a<br />
bersamas<br />
a m a<br />
d e n g a n<br />
<strong>Santunan</strong> JULI <strong>2010</strong><br />
Tgk. Ghazali Muhammad Syam (mantan<br />
Ka.Kanwil Depag <strong>Aceh</strong>), yang<br />
merupakan abang kelas saya, tetapi<br />
Tgk. Ghazali setelah 7 tahun di sini,<br />
melanjutkan sekolah lagi, sedangkan<br />
saya tidak diperkenankan oleh Abon.<br />
Jadi cita-cita saya untuk sekolah tidak<br />
kesampaian. Saya berkeinginan anak<br />
didikan saya tidak hanya mempunyai<br />
pendidikan dayah seperti saya.<br />
Ini lah cita-cita saya. Saya ingin<br />
membuat sekolah, lajnah bahasa<br />
dan lain sebagainya. Lebih luas lagi,<br />
terdorong ketika saya dibawa oleh<br />
Tgk. Ghazali ke luar negeri, sebanyak<br />
60 orang, Bukhari Husni, anak murid<br />
saya bisa berbicara bahasa Arab dan<br />
bahasa Inggris, sedangkan kami para<br />
Abon tidak menguasai, terpaksalah<br />
kami ke belakang.<br />
Ini yang membuat saya terharu<br />
sepulang dari sana, langsung saya<br />
terapkan pelajaran bahasa<br />
tersebut, tetapi<br />
sambutan para santri<br />
kurang, beberapa<br />
t a h u n<br />
k e m u d i a n<br />
baru berjalan<br />
di dayah ini.<br />
Jadi harapan<br />
49
saya ke depan harus ada intelektual<br />
dayah, kegagalan saya ingin tercapai<br />
melalui para murid saya.<br />
Terkesan antara para intelektual<br />
sering tidak se-ide dengan dayah,<br />
bagaimana cara menengahi hal<br />
tersebut?<br />
Dulu di IAIN, ada sebagian dosen<br />
yang terpengaruh dengan paham<br />
wahabi, inilah sebabnya kenapa kami<br />
tidak dibolehkan kuliah selepas dari<br />
dayah, bukan karena tidak boleh<br />
memperoleh ilmu pendidikan, tapi<br />
karena paham wahabi tadi, supaya<br />
orang yang sudah kuat akidahnya<br />
selama belajar di dayah tidak<br />
mengalami pergeseran.<br />
Jadi sekarang secara tidak langsung<br />
saya sudah memberikan pilihan<br />
kepada murid saya, apabila tamat dari<br />
dayah nanti, silahkan menuntut ilmu<br />
ke Perguruan Tinggi, dengan catatan<br />
selepas dari perguruan tinggi nantinya<br />
jangan sampai menjadi lawan dayah,<br />
karena banyak sekali murid dan guru<br />
dayah yang hilang pergi menuntut<br />
ilmu ke Perguruan Tinggi, maka<br />
50 <strong>Santunan</strong> JULI <strong>2010</strong><br />
saya berinsiatif<br />
mengikutsertakan<br />
mereka ke kelas<br />
jauh STAI, setelah<br />
setahun berjalan,<br />
STAI pun di<br />
negerikan sehingga<br />
tidak bisa membuka<br />
kelas jauh lagi, ini<br />
membuat persoalan<br />
baru buat saya.<br />
Alhamdulillah<br />
setelah kita<br />
k o o r d i n a s i k a n<br />
dengan berbagai<br />
pihak, terbukalah<br />
STAI Al-Aziziyah<br />
Samalanga.<br />
Apakah ini<br />
bermakna bahwa<br />
dayah mempunyai<br />
strategi baru<br />
dalam melakukan<br />
dakwahnya?<br />
Kalau kita<br />
melihat, dahulunya<br />
dayah ini berjalan sendiri-sendiri, dari<br />
segi kurikulumnya agak sama, tapi<br />
dari metodenya agak berbeda.<br />
Jadi kita bersyukur juga adanya<br />
upaya pemerintah, yang akan<br />
menyamakan, baik dari segi<br />
kurikulum, sistem pengelolaan dayah,<br />
sehingga di kemudian hari programprogram<br />
yang akan dijalankan oleh<br />
pemerintah, baik penambahan<br />
kurikulum, pemberian sumbangan,<br />
pembuatan ijazah dapat berjalan<br />
dengan baik dan efektif. Dalam hal<br />
ini saya menginginkan adanya satu<br />
perkumpulan ulama yang kuat dan<br />
berjalan dengan efektif.<br />
Apakah memungkinkan kalau<br />
Dayah ini dibiayai penuh oleh<br />
pemerintah atau dinegerikan?<br />
Kalau konsep yang telah kami buat<br />
ini disetujui oleh pemerintah, hal<br />
tersebut mungkin bisa-bisa saja. Ini<br />
harus terlebih dahulu kita sepakati<br />
bersama. Tapi kalau hanya sepihak saja<br />
dari pemerintah yang menyebabkan<br />
hilangnya kekhasan dayah itu sendiri,<br />
ini tidak dapat kita penuhi, ini tidak<br />
dapat kita pertanggungjawabkan<br />
kepada masyarakat nantinya. Saya<br />
tidak menginginkan adanya dikotomi<br />
pendidikan antara pendidikan agama<br />
maupun pendidikan umum. Saya ingin<br />
pendidikan dalam satu atap, yang<br />
mengajarkan berbagai bidang ilmu<br />
pendidikan.<br />
Apa ada rencana kerjasama<br />
dengan pihak luar negeri?<br />
Bahkan mereka yang dari pulau<br />
Penang sudah pernah sampai kemari,<br />
mereka memberikan beasiswa<br />
program studi S2 sebanyak dua<br />
orang santri kami untuk sekolah ke<br />
tempat mereka. Dari kita pun sudah<br />
ada yang mendapatkan beasiswa<br />
dari Pemerintah <strong>Aceh</strong> untuk kuliah<br />
di Banda <strong>Aceh</strong> sebanyak 14 orang,<br />
sekarang sudah ada yang diminta ke<br />
Medan.<br />
(jabbar sabil, mulyadi nurdin, darwin)
LIFE STYLE<br />
Lima langkah Menuju Sehat<br />
Asmidawati, S.Pd.I<br />
Menurut para ahli kesehatan, berdasarkan<br />
pengamatan yang cermat ada lima tingkah<br />
laku atau perbuatan yang dapat meningkatkan<br />
derajad kesehatan seseorang.Kelima hal itu adalah<br />
sebagai berikut:<br />
Pertama: tidak merokok<br />
Paling tidak ada tiga hal dampak negatif dari<br />
merokok yaitu dari segi ekonomi,sosial dan kesehatan,<br />
sebagaimana tertulis pada kebanyakan bungkus rokok.<br />
Kedua: olah raga yang teratur<br />
Olah raga sebagai upaya pengobatan adalah upaya<br />
untuk memulihkan tekanan darah tinggi, mengurangi<br />
stres, menyembuhkan diabetes, dan banyak lagi macam<br />
penyakit yang dapat di sembuhkan dengan melakukan<br />
olah raga yang teratur dan terukur.<br />
Ketiga: mengkonsumsi makanan yang bergizi<br />
Fungsi zat gizi dalam tubuh adalah untuk pengadaan<br />
Gunakanlah selalu sarung tangan<br />
bayi. Tanpa perlengkapan ini, muka<br />
bayi pasti sudah penuh dengan<br />
cakarannya. Tangan bayi bergerak<br />
secara tak terarah. Dia juga belum<br />
bisa memahami bahwa “sentuhan” di<br />
wajahnya bisa meninggalkan bekas.<br />
Kuku bayi memang tumbuh<br />
sangat cepat. Meski lebih lembut dan<br />
tipis dari kuku kita orang dewasa,<br />
jangan salah, kukunya lumayan<br />
tajam. Bahkan cukup tajam untuk<br />
melukai wajahnya dan wajah anda<br />
saat dia menyusuinya. Karenanya<br />
memotong kuku bayi secara berkala<br />
sangat penting. Setidaknya acara<br />
potong kuku ini dilakukan seminggu<br />
sekali.<br />
Bagaimana caranya agar sukses memotong kukunya<br />
tanpa melukai jarinya? Nah… ini dia tips memotong<br />
kuku si kecil:<br />
1. Gunakan gunting kuku khusus untuk bayi. Cirinya<br />
adalah ujungnya membulat dan tidak terlalu tajam,<br />
sehingga tidak berpotensi mencederai jari bayi.<br />
<strong>Santunan</strong> JULI <strong>2010</strong><br />
tenaga (energi) dalam menjalankan berbagai aktivitas<br />
fisik, memelihara dan mengganti jaringan-jaringan yang<br />
rusak serta menunjang pertumbuhan baik sebelum<br />
maupun setelah dewasa.<br />
Keempat: istirahat yang cukup<br />
Tidur merupakan kebutuhan manusia untuk<br />
beristirahat setelah melakukan aktifitas sehari-hari.<br />
Kelima: kelola stres<br />
Menurut kamus psikologi (1987) stres dapat diartikan<br />
sebagai stimulasi yang menegangkan kapasitas (daya)<br />
psikologi/fisiologis dari suatu organisme, sejenis frustasi<br />
dan satu ketegangan fisik/psikologis di sebabkan adanya<br />
persepsi ketakutan dan kecemasan.<br />
Jadi berusahalah menjadi orang yang tabah dan<br />
tawakal, niscaya anda yang lebih sehat. Amin ya rabbal<br />
‘alamin.<br />
(Penulis adalah Guru MIN 1 Kota Takengon)<br />
Bagaimana Merawat Kuku Bayi?<br />
Oleh: Rozanna, S.Pd<br />
2. Tekan daging dibawah kuku<br />
agar tidak turut tergunting.<br />
3. Ajaklah bayi berbicara selama<br />
anda menggunting kuku agar anda<br />
berdua tidak tegang.<br />
4. Bila melukai jarinya, tak usah<br />
panik, untuk menghentikan darah<br />
yang keluar, tekan bagian kulit yang<br />
terluka dengan kapas. Dalam satu<br />
atau dua menit, darah akan berhenti.<br />
Tak perlu dibalut, karena justru akan<br />
memperlama penyembuhan luka.<br />
Catatan :<br />
Ada juga orang tua yang memilih<br />
memotong kuku bayinya saat dia<br />
tertidur. Tentu saja kegiatan ini baru<br />
sukses jika bayi tertidur pulas. Bila tidak, dia mungkin<br />
akan terbangun atau secara refleks menarik tangannya.<br />
Okey selamat mencoba. sukses.<br />
(Penulis adalah Istri dari Bpk. M. Azhari Tambunan,<br />
ST, Staf Bid. Mapenda Kanwil <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong><br />
<strong>Prov</strong>insi <strong>Aceh</strong>).<br />
51
Mendatar<br />
2. Gempa yang terjadi karena pergesekan, pergeseran<br />
pada kerak, lempengan bumi. 5. Buku laporan hasil<br />
belajar siswa. 7. Kitab.....= Kitab turats. 8. Negara yang<br />
menjadi juara dunia sepak bola tahun 1978. 10. S a l a h<br />
satu lembaga yang diketuai oleh Prof. Dr. Nasaruddin<br />
Umar sekarang. 11. Ibnu ....= Pembunuh Ali Bin Abi Thalib.<br />
12. Sepak bola (English). 15. Salah satu bidang di tingkat<br />
Kanwil <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> RI. 19. SQ=... Quotioned.<br />
20. ... Fauzi= Menteri dalam negeri kabinet SBY jilid 2.<br />
21.Kejadian masa lampau yang menjadi pelajaran untuk<br />
masa kini<br />
Menurun<br />
1. Perubahan zat yang tidak menghasilkan zat yang baru.<br />
3. Perang yang di dalamnya banyak meninggal para<br />
penghafal Alquran di masa awal Islam. 4. AC= Air... 6.<br />
Di <strong>Aceh</strong> dikenal Dayah. 9. Spanyol (Arabic). 13.Transfer<br />
bahasa dari satu bahasa ke bahasa yang lain. 14.<br />
Kelompok-kelompok kerja di DPR. 16. Salah satu tempat<br />
penyimpan air agar tetap panas 17. Membaca Alquran<br />
(Arabic). 18. Jual beli dengan menyebut sifat dan ciri-ciri<br />
barang dengan cara memesan.<br />
TTS<br />
TTS 006 <strong>2010</strong> <strong>Santunan</strong> Edisi <strong>Juli</strong> <strong>2010</strong><br />
52 <strong>Santunan</strong> JULI <strong>2010</strong><br />
Jawaban TTS 004 <strong>2010</strong> <strong>Santunan</strong> Edisi Mei <strong>2010</strong>
Pengendalian Intern Dalam<br />
Efektifitas Pengelolaan Anggaran<br />
Pengelolaan anggaran merupakan<br />
tanggung jawab seorang pimpinan<br />
meskipun dalam kenyataannya<br />
ditangani oleh unit keuangan. Tugas<br />
utama seorang pimpinan dalam bidang<br />
ini adalah bagaimana mencari dana,<br />
merencanakan dan mengalokasikannya<br />
sesuai dengan kebutuhan yang ada,<br />
pemanfaatkannya secara optimal,<br />
dan mengendalikan penggunaannya<br />
sesuairencana.<br />
Saat ini pengelolaan anggaran<br />
masih diwarnai adanya penyimpangan<br />
yang sudah mulai terjadi pada tahap<br />
perencanaan dan penyusunan anggaran,<br />
pelaksanaan sampai dengan<br />
laporan pertanggungjawabannya.<br />
Sedangkan pertanggungjawaban<br />
penggunaan anggaran hanya terfokus<br />
kemana uang tersebut dibelanjakan<br />
tanpa informasi nilai manfaat apa<br />
yang telah dihasilkan. Sehingga masih<br />
ada pemborosan dana-dana untuk<br />
berbagai kegiatan yang sebenarnya<br />
tidak prioritas dan tidak berdampak<br />
pada peningkatan kualitas pelayanan<br />
publik dan kesejahteraan masyarakat.<br />
Dalam rangka pertanggungjawaban<br />
publik, pemerintah seharusnya<br />
melakukan optimalisasi anggaran yang<br />
dilakukan secara efisien dan efektif<br />
untuk meningkatkan kesejahteraan<br />
masyarakat. Di sisi lain banyak<br />
ditemukan pengalokasian anggaran<br />
yang kurang sesuai dengan kebutuhan<br />
dan penggunaannya tidak dilakukan<br />
secara prudent (hati -hati); sehingga<br />
kurang mencerminkan aspek ekonomi;<br />
efisiensi; dan efektivitas. Untuk<br />
itu pemerintah harus melakukan<br />
optimalisasi anggaran dan mengelola<br />
sumber daya publik secara ekonomis,<br />
efisien, dan efektif dalam usaha<br />
meningkatkan pelayanan publik dan<br />
kesejahteraan masyarakat.<br />
Untuk mengendalikan tingkat<br />
Oleh Ardiansyah,SE.Ak.MAB<br />
Dalam rangka<br />
pertanggungjawaban<br />
publik, pemerintah<br />
seharusnya melakukan<br />
optimalisasi anggaran<br />
yang dilakukan secara<br />
efisien dan efektif<br />
untuk meningkatkan<br />
kesejahteraan masyarakat<br />
efisiensi dan tingkat efektivitas<br />
anggaran, maka dalam perencanaan<br />
anggaran perlu diperhatikan:<br />
(1) Penetapan secara jelas tujuan<br />
dan sasaran, hasil dan manfaat, serta<br />
indikator kinerja yang ingin dicapai.<br />
(2) Penetapan prioritas kegiatan<br />
dan penghitungan beban kerja, serta<br />
penetapan harga satuan rasional.<br />
Anggaran merupakan pemyataan<br />
mengenai estimasi kinerja yang akan<br />
dicapai oleh suatu organisasi dalam<br />
periode tertentu yang dinyatakan<br />
dalam ukuran moneter. Dalam<br />
organisasi sektor publik anggaran<br />
merupakan instrumen akuntabilitas<br />
atas pengelolaan dana publik dan<br />
pelaksanaan program-program<br />
yang dibiayai dengan uang publik.<br />
Penganggaran dalam organisasi<br />
sektor publik merupakan aktivitas<br />
yang penting karena berkaitan dengan<br />
proses penentuan alokasi dana untuk<br />
setiap program maupun aktivitas.<br />
Pemberian wewenang yang<br />
seluas-luasnya kepada pengguna<br />
anggaran pada tiap-tiap satuan kerja<br />
pemerintahan untuk mengelola<br />
anggaran yang tertera dalam DIPA,<br />
harus dibarengi dengan penguatan<br />
fungsi pengendaliannya. Hal ini<br />
dikarenakan, walaupun perencanaan<br />
telah disusun, struktur organisasi<br />
<strong>Santunan</strong> JULI <strong>2010</strong><br />
dapat diciptakan untuk memperlancar<br />
sasaran secara efisien dan pegawai<br />
dapat diarahkan dan dimotivasi,<br />
namun tidak ada jaminan bahwa<br />
sasaran yang diamanatkan oleh rakyat<br />
bisa benar-benar tercapai. Oleh<br />
karena itu pelaksanaan pengendalian<br />
harus dijalankan sebaik-baiknya<br />
untuk menghindari terjadinya risiko<br />
yang tidak diinginkan.<br />
Robbins dan Coulter dalam<br />
Nor Ahla Agustati (2009: 5) mengartikan<br />
pengendalian sebagai<br />
“Proses memantau kegiatan untuk<br />
memastikan bahwa kegiatan itu<br />
diselesaikan seperti yang telah<br />
direncanakan dan proses mengoreksi<br />
setiap penyimpangan yang berarti”.<br />
Pengendalian harus dilakukan<br />
oleh pimpinan demi menjamin<br />
dilaksanakannya pekerjaan sesuai<br />
dengan apa yang telah direncanakan<br />
dan untuk memperoleh masukan<br />
terhadap perbaikan yang mungkin<br />
harus dilakukan dimasa depan.<br />
Dalam pemerintahan lndonesia,<br />
fungsi pengendalian dilakukan Badan<br />
Pemeriksa Keuangan (BPK) sebagai<br />
pihak ekstern pemerintah dan oleh<br />
aparat pengawas internal pemerintah<br />
seperti Badan Pemeriksa Keuangan<br />
dan Pembangunan (BPKP), Inspektorat<br />
Jenderal Departemen, Inspektorat<br />
Utama Lembaga Pemerintah Non<br />
Departemen, Aparat Pengawas Intern<br />
Pemerintah Daerah/ Badan Pengawas<br />
Daerah, baik di tingkat <strong>Prov</strong>insi<br />
maupun tingkat Kabupaten/ Kota.<br />
Kesemua lembaga diatas merupakan<br />
pengawas fungsional pemerintah<br />
yang umumnya melaksanakan<br />
pengawasan setelah pelaksanaan<br />
anggaran diselesaikan, kecuali<br />
ada tujuan khusus yang dianggap<br />
penting.<br />
Selain pengendalian yang bersifat<br />
53
post audit seperti yang telah dijelaskan<br />
diatas, pemerintah juga merancang<br />
suatu sistem pengendalian yang<br />
bersifat pencegahan (preventif).<br />
Pengendalian jenis ini lebih bersifat<br />
melekat (built-in) dan terus menerus<br />
dalam struktur organisasi satuan<br />
kerja yang melaksanakan kegiatan.<br />
atau yang diserahi tanggung jawab<br />
mengelola anggaran yang disebut<br />
sistem pengendalian internal.<br />
Undang-Undang Nomor 1 Tahun<br />
2004 tentang Perbendaharaan Negara,<br />
Pasal 58 Ayat (1) menjelaskan<br />
bahwa “Dalam rangka meningkatkan<br />
kinerja, transparansi dan akuntabilitas<br />
pe-ngelolaan keuangan negara,<br />
Presiden selaku Kepala Pemerintahan<br />
mengatur dan menyelenggarakan<br />
sistem pengendalian intern di<br />
lingkungan pemerintahan secara<br />
menyeluruh”.<br />
Hal ini berarti bahwa seluruh<br />
instansi dan satuan kerja pemerintah<br />
harus menyelenggarakan sistem pengendalian<br />
intern dalam struktur<br />
organisasinya guna menjamin tercapainya<br />
prinsip akuntabilitas dalam<br />
penggunaan anggaran.<br />
Penyelenggaraan sistem pengendalian<br />
intern juga dimaksudkan untuk<br />
memberikan jaminan memadai<br />
kepada pihak luar satuan kerja<br />
baik organisasi vertikal diatasnya,<br />
pengawas internal maupun pengawas<br />
ekstemal dan pihak-pihak<br />
luar organisasi, termasuk masyarakat<br />
bahwa satuan kerja telah<br />
menggunakan anggaran sesuai perencanaan<br />
yang ditetapkan. Jaminan<br />
memadai bahwa satuan kerja telah<br />
menggunakan anggaran sesuai peruntukannya<br />
dibuktikan dengan diterbitkannya<br />
laporan keuangan yang<br />
handal, kepatuhan terhadap hukum<br />
dan peraturan yang berlaku serta<br />
tercapainya kegiatan yang efektif<br />
dan efisien yang mana ketiga tujuan<br />
ini menggambarkan pencapaian<br />
pelaksanaan akuntabilitas publik<br />
sebagaimana yang dijelaskan Ellwood<br />
dalam Mardiasmo ( 2002 : 22 ).<br />
Pelaksanaan sistem pengendalian<br />
intern yang baik akan menumbuhkan<br />
kepercayaan kepada pihak luar tanpa<br />
mereka harus melakukan pemeriksaan<br />
kecuali pihak yang memang sudah<br />
memiliki tugas dan fungsinya untuk<br />
memeriksa secara rinci dan penuh<br />
Pelaksanaan sistem<br />
pengendalian intern yang<br />
baik akan menumbuhkan<br />
kepercayaan kepada pihak<br />
luar tanpa mereka harus<br />
melakukan pemeriksaan<br />
kecuali pihak yang<br />
memang sudah memiliki<br />
tugas dan fungsinya untuk<br />
memeriksa<br />
rasa curiga terhadap penggunaan<br />
anggaran. Suatu sistem pengendalian<br />
intern ini terdiri dari beberapa unsur<br />
yang saling melengkapi satu sama<br />
lainnya dalam rangka pencapaian<br />
tujuan pengendalian keuangan.<br />
Unsur-unsur sistem pengendalian<br />
intern tersebut adalah Pertama,<br />
Lingkungan Pengendalian, yang<br />
mencakup seluruh falsafah dan gaya<br />
operasi manajemen yang dianut<br />
oleh pimpinan dan pegawai satuan<br />
kerja terhadap pentingnya fungsi<br />
pengendalian. Pimpinan yang terlalu<br />
mementingkan menggunakan anggaran<br />
satuan kerja yang tersedia<br />
ketika mendekati akhir tahun misalnya<br />
walaupun kegiatan tersebut<br />
tidak diperlukan, secara tidak langsung<br />
mendorong pegawai untuk<br />
mengabaikan pengendalian.<br />
Kedua, penaksiran risiko terhadap<br />
keandalan laporan keuangan sehubungan<br />
adanya perubahan-perubahan<br />
peraturan dan kebijakan baru yang<br />
ditetapkan oleh pemerintah dan<br />
otoritas vertikal di atasnya.<br />
Ketiga, pemberian informasi dan<br />
komunikasi tentang perubahanperubahan<br />
yang terjadi dalam lingkungan<br />
pengendalian, resiko-resiko<br />
yang kemungkinan terjadi dan<br />
informasi lainnya baik dari dalam<br />
maupun dari luar satuan kerja<br />
harus diperoleh tepat waktu dan<br />
handal dalam rangka mendukung<br />
54 <strong>Santunan</strong> JULI <strong>2010</strong><br />
pengambilan keputusan pimpinan.<br />
Keempat, melakukan kegiatan<br />
pengendalian baik dalam bentuk<br />
kebijakan maupun prosedur guna<br />
memastikan bahwa pelaksanaan kegiatan<br />
yang membebani anggaran telah<br />
sesuai dengan yang direncanakan.<br />
Kegiatan pengendalian yang biasa<br />
dilakukan seperti pemisahan tugas<br />
yang jelas, pengendalian otorisasi<br />
bukti kegiatan, adanya pengamanan<br />
yang memadai terhadap harta<br />
dan bukti-bukti transaksi, serta<br />
penempatan pegawai yang kompeten<br />
sesuai keahliannya.<br />
Kelima, pemantauan terhadap<br />
kinerja sistem pengendalian intern<br />
sepanjang waktu seharusnya dilakukan<br />
oleh pegawai yang mem-punyai<br />
keahlian khusus dibidang pengendalian<br />
intern. Pemantauan ini diperlukan untuk<br />
menilai apakah sistem yang ada telah<br />
berjalan sebagaimana mestinya guna<br />
memberikan suatu rekomendasi apakah<br />
sistem pengendalian intern tersebut<br />
perlu dilakukan penyempurnaan atau<br />
tidak.<br />
Dari kelima unsur yang membentuk<br />
sistem pengendalian intern<br />
tersebut, faktor lingkungan<br />
pengendalian harus mendapat<br />
perhatian utama. Maksudnya adalah<br />
bahwa pimpinan dan seluruh pegawai<br />
harus menciptakan dan memelihara<br />
lingkungan dalam keseluruhan organisasi<br />
yang menimbulkan perilaku<br />
positif dan mendukung pengelolaan<br />
anggaran satuan kerja yang baik.<br />
Faktor manusia menjadi perhatian<br />
utama dalam sistem pengendalian<br />
intern ini, mengingat manusialah<br />
pelaksana dari semua prosedur<br />
yang ada. Sebaik apapun prosedur<br />
dibuat, jika mental manusianya tidak<br />
baik, maka penyelewengan tetap<br />
dapat dilakukan. Hal ini senada<br />
dengan ungkapan Baharudin Lopa<br />
dalam Doddy Giri Dewata (2003:<br />
2) yang mengatakan “Betapapun<br />
sempurnanya peraturan, kalau niat<br />
untuk korup tetap ada di hati yang<br />
memiliki peluang untuk melakukan<br />
perbuatan tidak terpuji tersebut,<br />
korupsi akan tetap terjadi.<br />
(Penulis adalah Staf Seksi Perjalanan<br />
dan Sarana Bidang Penyelenggaraan<br />
Haji, Zakat, dan Wakaf Kanwil<br />
<strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> <strong>Prov</strong>insi <strong>Aceh</strong>)
Haba Aneuk Miet yang Le Akai<br />
Yöh saboh masa dilèe jameun,<br />
na sidroë aneuk miet agam<br />
yang le that ‘akai; lheueh nyan<br />
meuseuhu nan aneuk agam nyan,<br />
hingga meugah tröih jeuet-jeuet<br />
teumpat, geupujoë nan aneuk miet<br />
njan, bandum ubé silingka nanggroë<br />
nyan dum geuthèe na.<br />
Teuma ho makén tréb, ho<br />
meugah lé, hingga tröih keudéh<br />
bak Raja nanggroë; lheueh nibak<br />
nyan, bak si’uroë Raja yue meuhei<br />
aneuk miet nyan, geukeumeung ci<br />
tanyong ‘akai. Geuyue jak meuhei<br />
ubak sidroë meuntroë; lheueh sabda<br />
nibak Raja, laju lé jijak meuhei<br />
aneu’miet nyan lé meuntroë radja<br />
nyan. Hana padum tréb jijak, teuma<br />
jiriwang meuntroë nyan, laju jiba<br />
aneuk miet nyan u meuligoë Raja.<br />
Ban saré tröih ubak Raja, di<br />
aneuk miet nyanpi laju jijak seumah<br />
Kali Raja nanggroë nyan. Dudoë<br />
nibak nyan, rajapi neumarit<br />
ngon aneuk miet nyan: “Di ulön na<br />
kudeungo haba nyang sahèh nibak<br />
meuntroë, jjipeugah na lam nanggroë<br />
ulön nyoë sidroë aneuk miet<br />
biet ureueng le ‘akai, teutapi hana<br />
that kupatéh. Sabab kareuna ka<br />
meugah ngon meuseuhu dum ubak<br />
gob geukheun kah ureueng le ‘akai,<br />
nyankeu jeuet kah kumeuhei keunoë.<br />
Jakalèen nyo bit kah ureueng<br />
le ‘akai, lagèe ban gob peugah ngon<br />
jipeuhaba lé ureueng nanggroë jikheun:<br />
jeuet kah bri jaweueb peue<br />
njang kutanyong ubak kah.”<br />
Lheueh neukheun meunan lé<br />
Raja, teuma di Raja nyanpi neuteumanyong<br />
ubak aneuk nyan.<br />
Kheun Raja: “Jinoë bak kapeugah<br />
lé kah hai nyak! Ie nyang na di la’öt<br />
padumna le? Padumna le seunukat<br />
ngon hingga?”<br />
Teuma jaweueb aneuk miet<br />
nyan: “Ampön dèelat Tuanku Cahi<br />
‘Alam dèelat, buet tameung thèe<br />
na le ie di la’öt, nyan bandum buet<br />
mudah, ubak laman hana payah,<br />
teutapi nyang paté’ namasipada<br />
lakèe ubak Tuanku Cahi ‘Alam,<br />
bahlé jinoë deungon sigra Tuanku<br />
Ampön yue theun dumna ie krueng<br />
ilé, bak dumna rakyat lam dönya,<br />
supaya dumna ie nyang kana dalam<br />
la’öt, bè’ na meutamah-tamah le;<br />
meungnyo sabé meutamah-tamah,<br />
pakri é’ jeuet tasukat ngon tapeuhingga?”<br />
Wa’tèe ka leungka dumpat Tuanku<br />
theun ie krueng ilé, deungon<br />
sikeujab jeuet namasipada peuteuntèe<br />
ngon rijang, seureuta rijang<br />
lé jeuet meu’oh ngon meudum na<br />
le dumna ie la’öt nyan, ubak Cahi<br />
‘Alam.”<br />
Ban Raja deungo meunan seumah,<br />
teuma raja nyanpi ka rab<br />
keumeung teukhém. Lom la’én nibak<br />
nyan teumanjong raja neumeusabda<br />
ubak aneuk nyan: ”Jinoë<br />
kapeugah lé kah hai nyak! Bintang<br />
nyang na di langèt, padumna le? Jeunoë<br />
beurijang lé kapeuhingga!”<br />
Teuma seu’öt aneuk miet nyan:<br />
”Ampön Tuanku Meukuta’Alam!<br />
Lamietneu nyoë mohon karönya<br />
ubak Dèelat Tuanku si’ön keureutaih<br />
nyang leubèh raya nibak lam dum.”<br />
Ban Raja deungo meunan seumah,<br />
teuma Raja yue Peudahna<br />
Meuntroë: ”Jak cok si’ön keureutaih<br />
nyang raya silagoëna!”<br />
Dudoë nibak nyan, tröih jimè<br />
keureutaih ubak Raja lé Teungku<br />
Peudahna Meutroë, laju Raja peujök<br />
ubak jaroë aneuk miet nyan.<br />
<strong>Santunan</strong> JULI <strong>2010</strong><br />
Di aneuk miet nyanpi jisamböt<br />
keureutaih nyan nibak jaroë Raja<br />
deungon höreumat ta’além.<br />
Dudoë nibak nyan jisuet saboh<br />
jaröm nyang na jisudéh nibak jaroë<br />
bajèe droëjih, teuma laju jitob-tob<br />
ban saboh keureutaih raya nyan, cut<br />
ngon raya peunoh bandum han sapat<br />
bla. Lheueh nyan barö jipeuseumah<br />
seureuta ngon jipeujök ubak<br />
jaroë Raja, sajan ngon jibeu’oet<br />
jaroë, jimarit ngon Raja: ”Jikalèe<br />
Dèelat Tuanku bileueng, ubé na<br />
titék nyang na dalam keureutaih<br />
nyoë, jimeusabé-keuh le ngon bintang<br />
nyang na di langét dönya, hana<br />
leubèh hana kureueng.”<br />
Lheueh jipeuseumah meunan<br />
lé aneuk miet nyan, yóh nyankeuh<br />
Raja teukhém ngon teusinyom. Bitpi<br />
meunan, hana neukheun sapeue<br />
lé, malingkan neupiké keu ceureudék<br />
ngon bijaksana ‘akai aneuk<br />
miet nyan. ”Salang jih mantong<br />
cut, sidumnoë ceureudék, adat ‘oh<br />
rayek siribèe kali ganda meutamah<br />
bijak.”<br />
Lheueh nibak nyan, teuma Raja<br />
salén aneuk nyan, neubri peukayan<br />
nyang jroh rupa, seureuta neukarönya<br />
ngon deureuham, daa-lhèe<br />
plöh neuk keu blanja. Hana padum<br />
lawét dudoë lheueng, neucok<br />
aneuk nyan lé raja, neupeuduek<br />
dalam Kuta Meuligoë sajan-sajan<br />
droëgeuh. ‘Oh rayeuk bacut, Raja<br />
böh aneuk nyan, neupeujeuet keu<br />
Peudahna Meuntroë Raja.<br />
(Disadur dari KITAB BOENGONG<br />
SITOENGKÖJ, karangan L.B. Teungkoe<br />
Mohamad Noerdin, Balai Poestaka,<br />
1930, dengan beberapa penyesuaian,<br />
Editor: Khairuddin)<br />
55
Penyesalan<br />
Dalam kilauan embun pagi<br />
Dan hangatnya sinar matahari<br />
Serta bisikan nurani<br />
Dan desahan nafas menghirup fajar hari<br />
Kutemukan gairahnya kehidupan ini<br />
Malam yang hening terasa sunyi<br />
Cahya rembulan dan bintang sinari bumi<br />
Seolah mengintip diriku ini<br />
Yang terlena dengan dosa-dosaku<br />
Kini...ku hanya memikir kesalahan diri<br />
Begitu banyak dosa telah ku miliki<br />
Kapankah ku tobati lagi<br />
Saat ini baru ku sesali<br />
Rabbi...<br />
Ku hamba dha’if berlumuran dosa<br />
Tapi ku tak pernah menginsafinya<br />
Ku hamba punya telinga<br />
Tapi tuli dan tak mendengar yang berguna<br />
Ku hamba punya mata<br />
Tapi buta tak melihat yang nyata<br />
Ku hamba punya hati<br />
Tapi selalu iri hati dan dengki<br />
Ku punya tangan dan kaki<br />
Tapi selalu berbuat keji<br />
Ku punya mulut dan gigi<br />
Tapi selalu mencaci maki<br />
Ku punya banyak harta<br />
Tapi selalu ria dan berpoya-poya<br />
Rabbi...<br />
Apakah Engkau masih mengampuni diri ini<br />
Yang penuh dosa dan hina<br />
Masihkah dapat ku perbaiki diri<br />
Bagai bayi yang lahir kembali<br />
Bersih dan suci dari segala dosa ini<br />
Rabbi...<br />
Engkau telah melimpahkan kenikmatan-Mu padaku<br />
Namun ku tak menunjukkan rasa terima kasih ku<br />
Yang seimbang dengan nikmat-Mu<br />
Saat Engkau memberikan cobaan padaku<br />
Ku terima cobaan-Mu...tanpa adanya kesabaranku<br />
Tapi...Engkau tak menghilangkan nikmat-Mu itu<br />
Sungguh maha besar kemurahan-Mu<br />
Rabbi...<br />
Ku bersujud di hadapan-Mu<br />
Ku mohon ampuni segala dosaku<br />
Ya...Allah...Rabbul izzati<br />
Rabbi...Ighfirly...ampuni diriku ini...<br />
(Karya: Rafi’atul ‘Aliah, M. Ag.<br />
Kepala MA Muhammadiyah<br />
Kec. Gunung Meriah Kab. <strong>Aceh</strong> Singkil)<br />
56 <strong>Santunan</strong> JULI <strong>2010</strong><br />
Hati yang<br />
Bimbang<br />
Oh Tuhan...<br />
Hatiku tengah bimbang<br />
Sebab apakah gerangan<br />
Yang dihati terpendam<br />
Tak kurasakan lagi senang<br />
Karna imanku telah berkurang<br />
Kini hatiku bagai permata yang usang<br />
Tak ada lagi damai sekarang<br />
Karna sesuatu keadaan<br />
Tak bisa ku bayangkan<br />
Kasih-Mu pa bila hilang<br />
Tuk hamba-Mu ini yang malang<br />
Tuhan...<br />
Tolong beri aku arah dan jalan<br />
Tuk kembali pulang<br />
Pada nikmat-Mu yang akbar...<br />
Oleh Zahara Mustika<br />
Mahasiswi IAIN AR-RANIRY B.ACEH<br />
Jln. Blang Bintang Lama Cot Keueung <strong>Aceh</strong> Besar<br />
RENUNGAN<br />
KEHIDUPAN<br />
Hari demi hari kulalui<br />
Hari demi hari berlalu sudahlah<br />
Bulan pun datang siang dan malam pun tiba<br />
Silih bergantian siang dan malam<br />
Aku terus bertanya -tanya dalam lalui hidup ini<br />
Berpikir akan arti dari kehidupan.<br />
Ada kala senangAda juga susah<br />
Ada suka dan duka lara<br />
Ada sedih dan gembira<br />
Ada kawan dan musuh<br />
Ada kaya dan miskin<br />
Ada jelek dan cantik<br />
Ada malas dan rajin<br />
Ada ada saja dan semuanya ada<br />
Tapi semua itu tak ada yang abadi<br />
dan jangan bersedih hati<br />
Kita harus ingat semua itu kehendak Allah SWT<br />
Maka kita harus jadi orang yang beriman<br />
Sebagaimana rukun iman ada 6 dan yang ke-6<br />
Kadar baik dan buruk itu datangnya dari Allah SWT<br />
(Karya: Tanzilal Malina (Melan) dan Fajar Dini murid MIN<br />
Simpang Tiga, Bener Meriah)
MASJID INDRAPURWA<br />
Lambadeuk, Peukan Bada, <strong>Aceh</strong> Besar<br />
Ini adalah Masjid Indrapurwa, salah satu dari tiga masjid yang<br />
dibangun Sultan Iskandar Muda di sekitar Banda <strong>Aceh</strong>, yaitu Masjid<br />
Raya Baiturrahman, Masjid Indrapurwa, dan Masjid Indrapuri.<br />
Kubah kecil pada mimbar Masjid Indrapurwa, gaya arsitektur<br />
dan dekorasinya bernuansa Hindu. Hal ini membuktikan<br />
keberhasilan Ulama <strong>Aceh</strong> memelihara budaya lokal dalam<br />
konstelasi Islam yang telah diterapkan kala itu. Sungguh suatu<br />
sikap dan cara memahami Islam yang sangat moderat!<br />
Masjid ini takkan bisa anda saksikan lagi, telah musnah<br />
diterjang tsunami 26 Desember 2004 lalu.<br />
Ukiran kaligrafi pada mimbar masjid ini memperlihatkan<br />
tahun pemindahan masjid ini dari lokasi semula (1276 H).<br />
Konon Sultan Iskandar Muda membangun masjid ini di<br />
atas bekas reruntuhan candi, namun sayang lokasi itu telah<br />
dikikis abrasi. Bangunan mesjid ini dipindahkan apa adanya<br />
ke lokasi baru yang berjarak sekitar 2 km dari lokasi semula.<br />
Perhatikan tingginya citarasa seni <strong>Aceh</strong> masa lalu pada mimbar masjid ini. Inilah<br />
akar seni dekorasi floral <strong>Aceh</strong>, gaya ukiran asli <strong>Aceh</strong> ini telah menjadi milik Islam<br />
dengan hilangnya unsur kearcaan Hindu dari konsep dan motif dekorasinya.<br />
<strong>Santunan</strong> JULI <strong>2010</strong><br />
57
Kepala Kanwil <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> <strong>Prov</strong>insi <strong>Aceh</strong>, Drs. H. A. Rahman TB, Lt. memberikan<br />
arahan mengenai Reformasi Birokrasi di lingkungan <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> <strong>Prov</strong>insi <strong>Aceh</strong>,<br />
2 Juni <strong>2010</strong><br />
Kepala Kanwil <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> <strong>Prov</strong>insi <strong>Aceh</strong>, Drs. H. A. Rahman TB, Lt. menerima<br />
peserta Diklat PIM IV dari Balai Diklat <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> Medan yang melaksanakan<br />
Orientasi Lapangan di lingkungan <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> <strong>Prov</strong>insi <strong>Aceh</strong>, 17 Juni <strong>2010</strong><br />
Menko Kesra Agung Laksono,Menteri <strong>Agama</strong> Suryadharma Ali dan Menpan RB.<br />
EE. Mangindaan pada acara penandatanganan SKB Hari libur nasional dan cuti<br />
bersama untuk 2011, di Kantor Menko Kesra, Jakarta, 15 Juni <strong>2010</strong><br />
58 <strong>Santunan</strong> JULI <strong>2010</strong><br />
86 orang dari Unsur <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> <strong>Aceh</strong> dan Ormas Islam Mengikuti Seleksi<br />
Calon Petugas Haji Embarkasi Banda <strong>Aceh</strong> Tahun <strong>2010</strong>/1431 H di Asrama Haji<br />
Banda <strong>Aceh</strong>, 16 Juni <strong>2010</strong>.<br />
Para Peserta Tes Calon Kepala Madrasah di lingkungan <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong><br />
<strong>Prov</strong>insi <strong>Aceh</strong>, 10 Juni <strong>2010</strong><br />
Menteri <strong>Agama</strong> Suryadharma Ali berbincang-bincang dengan Ketua Majelis<br />
Pertimbangan dan Pemberdayaan Pendidikan <strong>Agama</strong> (MP3A), KH Syukri Zarkasyi<br />
sebelum membuka rapat koordinasi MP3A, di Jakarta, 18 Juni <strong>2010</strong>