barometz - Kementerian Riset dan Teknologi

LAPORAN AKHIR
PROGRAM INSENTIF PENELITI DAN PEREKAYASA L1PI TAHUN 2010
LSTUDI POPULASI DAN KARAKTERISASI TUMBUHAN OBAT
PAKIS SIMPEI Cibotium barometz DI SUMATRA
________J
PENELITI PENGUSUL: Ir. Dwi Murti Puspitaningtyas, M.Sc.
[ JENIS INSENTIF: RISET DASAR 1
BIDANG FOKUS: SUMBER DAYA ALAM DAN L1NGKUNGAN
PUSAT KONSERVASI TUMBUHAN-KEBUN RA YA BOGOR
LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA

dengan rimpang terbentuk (saat taging/penandaan); d) Selama tujuh bulan
daun belum luruh ; e) Daun subur muncul pada April sampai Oktober.
(9) Satu tulisan ilmiah yang berjudul "Keragaman Paku Pohon Marga Cibotium di
Sumatra" telah diseminarl

DAFTAR lSI
LEMBAR IDENTITAS DAN FENGESAHAN ................................................. 1
RINGKASAN ....................................................................................................2
PRAKATA .........................................................................................•..............5
Halaman
DAFTAR lSI .................................................................................................... 7
DAFTAR TABEL ............................................................................................. 9
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... 9
BAB I PENDAHULUAN ................................................................. ... _ ............10
1.1. Latar Belakang Masalah ....................................... ......._............... 10
1.2. Permusan Masalah ................................................... .................... . 11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ....................................... .................. _............ 12
2.1. Distribusi Geografi dan Ekologi .............................. .... _............... 12
2.2. Manfaat .......................................................... ........ .. ........ _................ 12
2.3. Pertelaan ......................................................................................... 13
2.4. Variasi Morfologi dan Hibrid yang Diduga di dalam Cibotium .13
2.5. Tipe Reproduksi ............................................................................. 14
2.6. Pentingnya Informasi Sitologi dalam Memahami
Keanekaragaman di dalam Cibotium ........................................... 14
BAB III TUJUAN DAN MANFAAT ................................................................15
3.1. Tujuan ..............................................................................................15
3.2. Manfaat ............................................................................................ 15
BAB IV METODOLOGI ...................................................................................16
4.1. Penelitian Lapang ...........................................................................16
4.1.1. Metode Pencarian Acak dengan Garis Sabuk
(Belt Transect) ......................................................................16
4.1.2. Estimasi Kerapatan C. barometz......................................16
4.1.3. Estimasi Volume Pili Cibotii per Pohon ............................17
4.1.4. Estimasi Volume Pili Cibotii per Hektar Area
Pengamatan .......................................................................... 18
4.1.5. Estimasi Volume Pili Cibotii per Lokasi Area
Pengamatan .............................................. , ............. .,............ 18
4.1.6. Pengumpulan material herbarium untuk
pengamatan morfologi ........................................................18
4.1.7. Pengumpulan koleksi hidup untuk penelitian
sitologi dan tipe reproduksi................................................18
4.1.8. Pengumpulan koleksihidup dan spora untuk
penelitian tahun 2010 dan tahun-tahun berikutnya
(fenologi, domestikasi, propagasi) ....................................19
4.2. Penelitian di laboratorium
(morfologi, sitologi, tipe reproduksi) ..........................................19
4.2.1. Penelitian morfologi .................-,.........................................19
7

4.2.2. Penelitian sitologi (Peilgamatan jumlah kromosom
somatik)................................................................................. 19
4.2.3. Pengamatan tipe reproduksi ..............................................20
4.3. Analisis bank spora ....................................................................... 20
4.3.1. Cara pengambilan contoh tanah ........................................ 20
4.3.2. Analisis Laboratorium ......................................................... 21
4.3.3. Analisis data ......................................................................... 21
4.4. Penelitian Aspek-aspek Fenologi Produksi Daun ......................23
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ..............................................................24
5.1. Studi Populasi Cibotium barometz Sumatra ...............................24
5.1.1. Distribusi Cibotium barometz Sumatra Barat ..................24
5.1.2. Popu!3si Cibotium barometz di Sumatra Barat................ 25
5.2. Karakterisasi Biologi Cibotium barometz Sumatra ....................25
5.2.1. Karakterisasi Morfologi ....................................................... 25
5.2.2. Keanekaragaman Genetik Cibotium barometz
Sumatra Berdasarkan Kromosom Somatik) ..................... 27
5.2.3. Analisis Bank Spora Tanah ................................................ 2.8
5.2.4. Konservasi ex situ Clbotium barometz Suman a ............. 2:9
5.2.5. Aspek-Aspek Fenologi Reproduksi Daun .... _ ................... 30
BAB VI KESiMPULAN DAN SARAN ............................................................. 32
6.1. Kesimpulan .....................................................................................32
6.2. Saran ................................................................................................ 33
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 34
8

4.1. Penelitian Lapang
BAB 4 METODOLOGI
Penelitian lapangan telah dilakukan di hutan-hutan sekunder di luar
kawasan konservasi yang tercakup dalam 4 kabupaten di Sumatra Barat, yaitu
Kab. Agam, Kab. Tanah Datar, Kab. Payakumbuh dan Kab. Lima Puluh Kota dar;
tanggal 28 Apri! sampai 8 Mei 2010. Survei dilakukan dengan metode pencarian
acak dengan Garis Sabuk atau Belt Transect (Gambar 1.)
4.1.1. Metode Pencarian Acak dengan Garis Sabuk (8eit Transect)
Metode pencarian acak dengan Garis Sabuk diiakukan untu"
mengestimasi kelimpahan C. barometz di suatu area. Metode ini te lah dipak

4.1.4. Estimasi Volume Pili Cibotii per Hektar Area Pengamatan
perhitungan:
Estimasi volume pili cibotii per hektar dapat diketahui dengan
VPCH = JIH x VRPC
VPCH = Volume pili cibotii per hektar
JIH =Jumlah Individu per Hektar
VRPC :::: Volume Rata-rata Pili Cibotii per Pohon di satu iokasi
4.1.5. Estimasi Volume Pili Cibotii per Lokasi Area Pengamatan
Estimasi volume pili cibotii per lokasi area pengamatan dihitung deOg2T
EVPCL =VPCH x Luas Area yang Ditumbuhi C barometz
EVPC =estimasi volume piii cibotii per lokasi area pengamatan
VPCH = Volume pili cibotii per hektar di satu lokasi
4.1.6. Pengumpulan material herbarium untuk pengamatar. monologi
Koleksi materiai herbarium dibuat dengan metode standar yang bias3
dilakukan untuk koleksi material paku pohon. Bagian yang dikolek$i adalah
potong3n stipe (tangkai daun) bagian basal dan satu pasang anak daun (pinna)
terbesar. Data morfologi lain seperti tinggi dan diameter rimpang, panjang dan
!ebar daun (lamina), jumlah anak ciaun (pinna) akan langsung dicatat di lapangan.
Tiap lokasi akan diambil 5-10 nomor koleksi per ketinggian tempat dengan selang
50 m dari permukaan air laut.
4.1.7. Pengumpulan koleksi hidup untuk penalitian sitologi dan tipe
r-eproduksi
Pengumpulan koleksi hidup dilakukan dengan mengambil rim pang
bersama dengan akar-akarnya. Semua daun tua dipotong, sedangkan daun
muda yang masih menggulung dibiarkan. Akar tua dipotong dan akar muda
dibiarkan. Rimpang yang telah dibersihkan dari daun tua dan akar tua dicuci
dengan air sampai bersih dan kemudian dibungkus dengan koran lembab dan
disimpan di dalam plastik yang tertutup rapat. Koleksi hidup diambil dan pohon
18

ulu pad a pangkal tangkai umumnya hampir sama dengan bulu pada
rimpangnya, warna bulu di atas pangkai umumnya lebih kasap berwarna coklat
tua atau eoklat kemerahan. Lamina: bentuk daun menyeluruh membundar telur
atau menjorong dengan ukuran 11 9 - 307 em x 90 - 175 em), warna bag ian
atas lamina hijau, hijau kekuningan dan bagian bawahnya glaucose terang
berwarna hijau buah zaitun sampai agak kebiruan dengan jumlah pinak primer
sekitar 11 - 35 pasang . Bentuk pinak daun primer ada yang melanset atau
lonjong-memanjang, 'membundar telur langsing, banyaknya bervariasi dari 24
sampai 42 pasang , beberapa spesimen menunjukkan adanya pinak tertier namun
belum terbagi sernpurna ;:amun tidak didukung oleh adanya bU!1J lebat di bag ian
urat pinak daun.
Ada satu nomor koleksi yang agak berbeda di dalam Varian 1. yet
nomor koleksi TNgP 3038 yang berasal dari Jajaran Bukrt Bansar (Jow _
Pagadih , Nagari Palupuh , Kee. Palupuh, Kab. Agam) yang habitatnya di tempo:
terbuka dengan tanah berbatu. Individu ini memiliki rakis dan tangkai daun coklai
tua kemerahan dengan warna daun kuning kehijauan. Untuk mempenegas
variasi ini perlu ada data pendukung lainnya, seperti data sitologi , iSGzim dan
analisis DNA.
Varian 2. Varian ini ciicirikan terutama dari warna bulu putih pada d2 :..:n
muda yang masih menggulung dan bulu putih kuning pucat pada pangkal tangkal
daun saat dewasa. Vanan ini hanya dijumpai di lokasi Bukit Lubuk Dingin (Kec.
Ha, au, Kab. Lima Puluh Kota) dan hanya diwakilia 1 individu.
Varian 2 memiliki bulu bulu keputihan. Tangkai daun: ukurar. panjang 58
em, diameter 1.7 em , berwarna hijau kecoklatan , makin ke ujung makin muda
warnanya, bulu pada pangkal tangkai umumnya sam a dengan bulu pada
rimpang bag ian !uar, warna bulu di atas pangkal umumnya lebih kasap berwarna
keputihan . Lamina: bentuk daun menyeiuruh membundar telur dengan ukuran
100 em x 72 em, warna bagian atas hijau kekuningan dan bagian bawahnya
g/aucose terang dengCin jumlah pinak primer sekrtar 15 pasang. Bentuk pinak
daun primer membundar telur langsing, banyaknya 27 pasang, beberapa
spesimen menunjukkan adanya pinak tertier namun belum terbagi sempurna
namun tidak didukung oleh adanya bulu lebat di bagian vena pinak daun.
26

Gambar 2. a1, b1 dan c1 varian 1. a2, b2 dan c2 varian 2. a. Pangkal tangkai daun. b.
Bag :a:. ter>gah pinak daun primer (pinna). c. Bagian dari pinak daun sekunder (pinnule)
dengan susunan sorinya.
5.2.2. Keanekaragaman Genetik Cibotium barometz Sumatra Berdasarkan
Kromosom Somatik)
Sembilan belas nom or koleksi C. barometz Sumatra berhasil diperiksa
dan menunjukkan variasi jumlah kromosom 2n = 119 dan 2n = 136 (Gam bar 3.).
Adanya variasi jumlah kromosom somatik di dalam C. barometz Sumatra
menandakan bahwa variasi genetik di dalam jenis ini cukup tinggi. Indikasi ini
juga terlihat secara nyata pada variasi morfologi. Namun hubungan antara
variasi genetik yang perlihatkan oleh variasi jumlah kromosom somatik dan
variasi morfclcgi belum diketahui. Penelitian lebih lanjut masih diperlukan.
27

6.2. Saran
Berdasarkan hasil-hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa Sumatra
merupakan habitat C. barometz yang terbesar di Indonesia. Titik-titik penyebaran
lokasi distribusi C barometz yang belujm diketahui diduga masih banyak lagi.
Dengan demikian penelitian ini masih sangat diperlukan untuk dilanjutkan.
Disamping :tu penelitian lanjutan pasca penelitian lapangan juga belum selesai
dikerjakan dan masih perlu dilanjutkan.
33

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2008. Cibotium (gou ji).
http://www.naturopathydigest.com/n utrition herbs/herbs/cibotium.ph p
[Diakses 11 Juli 2008]
Budianti I, Mugiharto, Winarso, Jupri M. 2005. Hasil Survei Potensi Cibotium
barometz di Propinsi Bengkulu. Departemen Kehutanan, Direktorat
Jendral Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam, Balai Konservasi
Sumber Daya Alam Bengkulu. Laporan.
Destri, Mutaqien Z, Suherman D, Rasidi D, Rahman, Supiandi, Khadafi H. 2007.
Eksplorasi dan Penelitian Flora Dataran Tinggi Basah di Kawasan Hutan
Suaka Alam Sago Malintang Kabupaten Tanah Datar - Sumatra Berat
Lembaga IImu Penget2huan Indonesia, Proyek Pelestarian Litbang Flora
Indonesia, UPT Balai Konservasi Tumbuhan - Kebun Raya Cibodas.
Laporan.
Direktorat KKH (K.onservasi Keanekaragaman Hayati. 2006. Re8!isasi .Ekspcr
Tumbuhan dan Satwa Liar Tahun 2006.
Direktorat KKH (Konservasi Keanekaragaman Hayati. 2006. Realisasi Ekspor
Tumbuhan dan Satwa Liar Tahun 2007.
Direktorat KKH (Konservasi Keanekaragaman Hayati. 2006. Realisasi Ekspor
Tumbuhan dan Satwa Liar Tahun 2008.
Hassler M, Swale B. 2002. Family Dicksoniaceae genus Cibotium; world species
list. http://homepages.caverock.net.nzl-bj/fern/cibotium.htrn [Accesed 17
Mei 2008] .
Haufier, C.H. 200L. Homospory 2002: An Odysaey of Progress :n Pt::::ridophyte
Genetics and Evolutionary Bilogy. BioScience Vol 52. No. 12 : 1081 ·
1093.
Holttum, R.E . 196:3. Cyatheaceae. Flora Malesiana Ser. ii. Vol. 1 . (2): 165.
Holttum, R.E. 1966. Flora of Malaya. Vol.!1. Fer"s of Malaya Government
printing Office, Singapore. Pp. 114.
Kato, M. 1992. Cytotaxonomic and Reproductive-Biological Atlas of Asian
Pteridophytes. Proc. Sem. Asian Pterid. II: 5-8.)
Love A, Love D, Pichi Sermoli REG. 1977. Cytotaxonomical Atlas of the
Pteridophyta. Vaduz: J Cramer. 398p.
Lovis JO. 1977. Evolutionary patterns and processes in ferns. Adv Bot Res 4 :
229-415.
Manton I. 1950. Problems of Cytology and Evolution in the Pteridophyta.
Cambridge: The University Press.
Praptosuwiryo, T.Ng . 2003 . Cibotium barometz. (L.) J. Smith . In W.P. de Winter
and V.B. Amoroso (Eds.) Pp. 79-82. Plant Resources of South-East Asia
15 (2) Cryptogams: Ferns and Ferns Allies.
Praptosuwiryo TNg, Munawaroh E, Purwadi B. 2006. Oistribusi dan Kelimpahan
Cibotium barometz di Taman Nasional Kerinci Seblat dan Sekitarnya.
34