04.05.2013 Views

29/PUU-V/2007 - Fakultas Hukum Universitas Sam Ratulangi

29/PUU-V/2007 - Fakultas Hukum Universitas Sam Ratulangi

29/PUU-V/2007 - Fakultas Hukum Universitas Sam Ratulangi

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

- Bahwa pada Tahun 1980 sampai sekarang berkembang satu teori yang<br />

berhubungan dengan lawan dari encoding adalah decoding;<br />

- Bahwa pada dasarnya pemecahan adalah wacana pembuat flim untuk<br />

penonton agar dapat memecahkan kode-kode yang diberikan oleh pembuat<br />

flim.<br />

- Bahwa penonoton tidak dapat dicetak, tidak dapat dibius dan tidak dapat<br />

dipengaruhi karena kata pengaruh mengandaikan penonoton itu pasif dan<br />

tidak tahu apa-apa artinya tidak mempunyai satu penafsiran sendiri;<br />

- Bahwa terdapat suatu mitos ideologi yang terbangun dan disebarkan oleh<br />

media massa berperan dalam pembentukan hegemoni budaya. Mitos ini<br />

digugurkan oleh fakta bahwa teks media massa itu polisemik atau<br />

bermakna banyak, sehingga penonton dapat melakukan eksplorasi sebagai<br />

produser yang aktif dalam pembermaknaan. Identifikasi terdapatnya<br />

ideologi bukanlah jaminan bahwa (ideologi itu) akan ditelan oleh penonton.<br />

- Bahwa pendapat yang menyatakan kepentingan media massa akan<br />

membatasi makna tekstual, karena tersituasi dan berlangsung terus<br />

menerus dalam kegiatan hidup sehari-hari, sehingga menyumbang<br />

terhadap kerangka budaya atas waktu, ruang, dan rutinitas, telah ditolak.<br />

- Bahwa kesimpulan tentang daya media yang berlebihan datang dari kajian<br />

sosiologis awal atas media massa dalam konteks ‘teori masyarakat massa’<br />

tahun 1930-’50-an, tempat kata ‘massa’ disebut dalam fungsinya yang<br />

pejoratif (merendahkan), sesuai dengan karakteristik negatif yang diberikan<br />

kepada gagasan ‘budaya massa’.<br />

- Bahwa pandangan ini dari tahun ke tahun berubah. Mula-mula oleh<br />

pendekatan ‘pemanfaatan dan kepuasan’, yang melakukan eksplorasi atas<br />

berbagai penggunaan dan pemanfaatan penonton atas media. Kemudian<br />

sejak 1980-an, dalam konteks kajian budaya, muncul paradigma penonton<br />

aktif (the actice audience) yang akan dijelaskan lebih lanjut. Keduanya<br />

mengurangi tekanan atas kuasa media untuk mempengaruhi penonton, dan<br />

lebih memberi jalan kepada gagasan bahwa media adalah sumber bagi<br />

penonton dalam produksi makna.<br />

40<br />

- Bahwa konsep penonton sebagai the active audience adalah paradigma<br />

yang lahir sebagai reaksi terhadap riset komunikasi, yang mempelajari<br />

penonton dengan pandangan seolah mereka begitu mudah terserap makna

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!