02.07.2013 Views

B. Indonesia (Maryati)

B. Indonesia (Maryati)

B. Indonesia (Maryati)

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

kuda kayu itu. Ia tanyakan kepada sang pemilik. Apakah ia<br />

mau menjual kuda kayu itu? Dan berapa harganya?<br />

“Mohon ampun, Baginda,” sahut orang itu. “Hamba tidak<br />

akan menjual kuda ini. Hidup saya bergantung darinya. Ia<br />

memberi nafkah hamba seumur hidup.”<br />

“O, gampang!” sahut Raja mantap. “Nafkahmu seumur<br />

hidup kutanggung!”<br />

“Jika demikian kehendak Baginda, hamba menurut,” ujar<br />

orang itu.<br />

Tak berapa lama Pangeran sudah menaiki kuda kayu itu.<br />

Untunglah Pangeran bisa mengendalikan kuda itu. Kuda itu<br />

pun makin lambat terbangnya dan makin turun mendekati<br />

bumi kembali. Akhirnya, pada sore hari mereka mendarat di<br />

istana milik Raja Parel. Gerbangnya dijaga prajurit. Dari<br />

seragamnya pangeran tahu ia berada di sitana Raja Parel. Ia<br />

menyelinap masuk saat penjaga lengah. Dua kamar serba<br />

berlapis emas ia lewati, kosong. Lalu ia sampai ke kamar ketiga.<br />

Ia melihat seorang puteri sedang tidur di ranjangnya.Putri itu<br />

ayu sekali. Pangeran terkesima menatap paras yang molek<br />

itu. Tiba-tiba sang Putri terbangun. Ia kaget melihat pangeran<br />

berwajah tampan dalam kamarnya. “Saya putra Raja<br />

Amsterdam,” kata Pangeran memperkenalkan diri. Pangeran<br />

menceritakan ia bisa sampai ke tempat itu gara-gara kuda<br />

kayu. Sang Puteri bingung. Ia tertarik pada pangeran tetapi<br />

hubungan Amsterdam dan Parel kurang baik. Namun<br />

demikian ia nekad menghadap ayahnya, memperkenalkan<br />

sang Pangeran. “Terhadap dia aku tidak apa-apa,” kata<br />

Baginda, “Urusanku dengan ayahnya!” Pangeran diterima baik<br />

sebagai tamu. Bahkan Baginda mengizinkan Putri pergi ke<br />

Amsterdam bersama Pangeran.<br />

Sang Pangeran mengirim surat kepada ayahandanya. Ia<br />

memberitahukan bahwa dirinya tidak kurang suatu apa dan<br />

menjadi tamu terhormat Raja Parel. Ia juga menceritakan<br />

akan segera pulang memboyong putri Raja Parel. Akhirnya ia<br />

mohon, agar Baginda sudi menjemputnya di tapal batas<br />

kerajaan. Sri Baginda tentu saja amat gembira mendengar<br />

berita itu. Ia bersyukur bahwa putranya tidak menjumpai<br />

malapetaka. Baginda menjawab berjanji sedia menjemput.<br />

Pangeran dan Putri berangkat. Perjalanan ini makan waktu<br />

lama. Ketika mereka sampai di tapal batas kerajaan, Raja<br />

Amsterdam sudah menunggu. Namun, mereka juga sudah<br />

Pelajaran 7 Tokoh<br />

89

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!