27.11.2013 Views

MEDIA JAYA 01 2013.pdf

Media jaya 1

Media jaya 1

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

pekerjaan umum<br />

Penghuni Bantaran Waduk Pluit<br />

Menunggu Kepastian Dipindah<br />

Hari-hari belakangan ini, Asmui, 41 tahun, serasa<br />

dihantui sedikit kekhawatiran. Simpang siur berita<br />

yang didengarnya membuatnya bingung. Betapa<br />

tidak, belum lama ia mendengar tempat tinggalnya<br />

akan segera digusur, namun belakang berubah lagi<br />

tak jadi, alias mundur. Ketidakpastian inilah yang<br />

justru membuat kesehariannya kurang tenang.<br />

“Saya ingin tahu kepastiannya<br />

kapan, jadi saya ada persiapan untuk<br />

pindah. Kalau tidak pasti begini kan<br />

jadi repot,” ujar pria asal Pemalang,<br />

Jawa Tengah yang menghuni rumah liar<br />

di bantaran Waduk Pluit di sisi timur<br />

ini.<br />

Asmui adalah satu dari ribuan<br />

penghuni liar yang menempati<br />

bantaran Waduk Pluit di bagian sisi<br />

timur dan berada di RT 16/RW17<br />

Kelurahan Penjaringan, Kecamatan<br />

Penjaringan, Jakarta Utara. Selama<br />

kurang lebih 5 tahun menempati<br />

areal tersebut, ayah dari satu orang<br />

putera ini merasa aman dan nyaman.<br />

Selama itu tidak pernah terdengar bakal<br />

digusur. Kalaupun ada selentingan<br />

biasanya hanya candaan saja. Tapi<br />

belakangan ini memang tampak beda.<br />

Apalagi para penghuni yang berada<br />

di sisi barat waduk sudah tergusur<br />

semua. Ini menjadi bukti bahwa berita<br />

penggusuran itu memang nyata adanya.<br />

“Saya dengar memang akan<br />

digusur semua, tapi entah kapan yang<br />

di sini,” tandasnya.<br />

Tapi bagi pria yang sehari-hari<br />

berkerja sebagai penjual kacang rebus<br />

keliling ini mengaku tak masalah.<br />

Apakah jadi digusur atau tidak,<br />

sekarang atau nanti baginya sama<br />

saja. Hanya saja dia berharap, kalau<br />

memang jadi digusur, setidaknya ada<br />

pemberitahuan tentang waktu dan<br />

tanggalnya secara pasti. Karena dengan<br />

begitu ia punya persiapan pindah untuk<br />

mencari tempat yang baru.<br />

Diakui Asmui, tempat tinggal<br />

yang kini ia tempati berdua bersama<br />

istrinya ini bukanlah miliknya,<br />

melainkan mengontrak bulanan. Tiap<br />

bulan ia bayar Rp 200 ribu. Semula<br />

pada tahun pertama hanya Rp 100<br />

ribu, tapi lama-lama naik menjadi Rp<br />

200 ribu. Dengan uang Rp 200 ribu<br />

tiap bulan ini, Asmui mendapatkan<br />

sepetak kamar berukuran 3 x 4 meter<br />

ditambah listrik dan air gratis. Kamar<br />

terbuat dari papan dengan atap seng<br />

dan empat tiang penyangga kayu ini<br />

berdiri kokoh di atas Waduk Pluit.<br />

“Kalau rumah panggung seperti<br />

ini umumnya dikontrakkan dan<br />

lokasinya paling belakang menjorok ke<br />

waduk, sedangkan pemiliknya ada di<br />

darat dengan tempat tinggal permanen.<br />

Rata-rata mereka memiliki 2 hingga 4<br />

kamar kontrakan,” ujarnya lagi.<br />

Menurut Asmui, dirinya siap<br />

pindah kapan saja. Namun yang cukup<br />

dirasakan agak mengganggu adalah<br />

kemana harus pindah nantinya. Sebab<br />

tidak mungkin ia mendapatkan rumah<br />

susun sebagai penggantinya, karena<br />

dirinya masih memegang KTP daerah.<br />

Kalaupun pindah kontrakan di tempat<br />

lain tentu cukup mahal dan tempatnya<br />

mungkin tidak di dekat sini. Padahal<br />

istrinya bekerja di pabrik pengolahan<br />

udang di Muara Baru yang cukup dekat<br />

dengan tempat tinggalnya sekarang.<br />

Rumah Susun<br />

Hal yang hampir sama juga<br />

dirasakan oleh Masnah, 44 tahun yang<br />

tinggal tak jauh dari tempat tinggal<br />

Asmui. Ibu dari dua orang anak ini<br />

juga merasa was-was dengan rencana<br />

penggusuran tempat tinggalnya.<br />

Apalagi ia sering berada di rumah<br />

sendiri bersama kedua anaknya. Karena<br />

suaminya bekerja sebagai buruh kapal<br />

nelayan yang berlayar selama dua<br />

hingga tiga bulan lamanya.<br />

Bedanya, Masnah tidak<br />

mengontrak, melainkan memiliki<br />

rumah permanen dengan luas sekitar<br />

60 meter persegi. Rumah tembok<br />

yang ditempatinya itu ia bangun<br />

sendiri sembilan tahun lalu, sedangkan<br />

tanahnya ia beli dari tetangga<br />

sebelahnya. Untungnya perempuan<br />

asal Tangerang ini sudah memiliki<br />

KTP DKI Jakarta bersama suaminya.<br />

Sehingga bila digusur nanti punya<br />

kesempatan mendapatkan rumah susun<br />

sebagai pengganti.<br />

“Meski memiliki KTP DKI<br />

Jakarta, kami tetap khawatir. Karena<br />

jumlah rumah rusun terbatas. Apalagi<br />

yang sudah tergusur banyak yang tidak<br />

kebagian rumah susun,” ujarnya.<br />

Namun demikian, kini ia<br />

mengaku agak sedikit lega, karena ia<br />

mendengar kalau penggusuran urung<br />

dilaksanakan karena menunggu<br />

tersedianya rumah susun terlebih dulu.<br />

Ini merupakan permintaan warga dan<br />

juga merupakan kesepakatan bersama<br />

diantara mereka. Masnah sendiri juga<br />

menyatakan siap menolak digusur bila<br />

tidak ada pengganti rumah susun.<br />

“Saya siap dipindah ke rumah<br />

susun, tapi kalau bisa gratis dan tidak<br />

usah membayar cicilan bulanan,”<br />

pintanya.<br />

Warga yang sekarang masih<br />

menghuni kawasan waduk Pluit pun<br />

menyatakan rela pindah asal direlokasi<br />

ke rusun yang biaya sewanya tidak<br />

mahal, seperti rusun lainnya yang<br />

disediakan oleh Pemprov DKI jakarta.<br />

Sementara itu Kepala Dinas<br />

Perumahan dan Gedung Pemda DKI<br />

Jakarta, Yonathan Pasodung tampak<br />

sangat berhati-hati dalam memberikan<br />

pelayanan kepada masyarakat yang<br />

ingin tinggal di rusun. Dalam suatu<br />

wawancara, Pasodung berjanji akan<br />

melaksanakan perintah Gubernur Joko<br />

Widodo dan Wagub Basuki Tjahaja<br />

Purnama untuk langsung melayani<br />

permohonan warga yang ingin tinggal<br />

di rusun dengan pengurusan suratsurat<br />

, seperti KTP, dan lainnya sebagai<br />

kelengkapan administrasi. Ketika<br />

banyak warga yang menyatakan<br />

minatnya untuk tinggal di rusun<br />

Marunda beberapa waktu lalu,<br />

Pasodung pun menghimbau agar<br />

warga terlebih dulu melengkapi berkas<br />

persyaratan penempatan rusun sebelum<br />

datang ke Kantor Dinas Perumahan.NR<br />

34 Media Jaya • Nomor <strong>01</strong> Tahun 2<strong>01</strong>3 Media Jaya • Nomor <strong>01</strong> Tahun 2<strong>01</strong>3 35

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!