MEDIA JAYA 01 2013.pdf
Media jaya 1
Media jaya 1
You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
wisata & budaya<br />
‘Ariah’, Ekspresi Kehormatan Wanita<br />
Betawi<br />
Hari Ulang Tahun ke-<br />
486 Kota Jakarta tahun<br />
ini tidak hanya dijejali<br />
kegiatan yang bermisikan<br />
meningkatkan potensi<br />
ekonomi. Budaya Betawi<br />
pun mendapat perhatian<br />
prima untuk dilestarikan<br />
dan dikembangkan.<br />
Salah satu perhatian Pemprov<br />
DKI Jakarta adalah ikut menyokong<br />
pergelaran drama musikal kolosal<br />
bertajuk ‘Ariah’ di silang Monas<br />
dari tanggal 28 hingga 30 Juni<br />
lalu. Gubernur DKI Jakarta Joko<br />
Widodo (Jokowi) bahkan rela duduk<br />
ndeprok atau lesehan bersama warga<br />
menyaksikan pertujukan ‘Ariah’ karya<br />
Atilah Soeryadjaya.<br />
Layaknya si empunya hajat, saat<br />
hari pertama pertunjukan ‘Ariah’ ,<br />
Jokowi yang mengenakan pakaian<br />
sadaria berbaju koko menyambut tamutamunya<br />
malam itu. Pejabat pemerintah<br />
hingga politisi hadir menyaksikan<br />
pergelaran ini, mereka yang tampak<br />
saat malam pembukaan, Jumat (28/6)<br />
adalah Ketua Umum PDIP Megawati<br />
Soekarno Putri beserta putrinya, Puan<br />
Maharani.<br />
Usai mengantarkan Menteri<br />
Perumahan Rakyat Djan Faridz duduk<br />
di deretan kursi khusus, perhatian<br />
Jokowi beralih ke suasana kerumunan<br />
penonton yang berdiri di depan<br />
pintu masuk. Area penonton yang<br />
tiket masuknya berbayar Rp2000<br />
terlihat kosong, maka Jokowi spontan<br />
menyuruh masuk masyarakat yang<br />
berada di luar area tanpa harus beli<br />
tiket. Sebaliknya gubernur sendiri<br />
yang membayari warga untuk nonton<br />
pertunjukan ‘Ariah’ tersebut.<br />
Tak hanya menyuruh masuk,<br />
Jokowi juga duduk lesehan bergabung<br />
bersama warga menyaksikan ‘Ariah’.<br />
Kesempatan itu tak dilewatkan<br />
warga untuk mengambil gambar dan<br />
bersalaman dengan orang nomor satu di<br />
DKI Jakarta ini.<br />
Lesehan dan nonton bareng warga<br />
memang bukan hal baru bagi Jokowi.<br />
Namun menyuguhkan tarian kolosal<br />
di ruang terbuka seperti Monas bisa<br />
dibilang sesuatu yang jarang terjadi.<br />
Apalagi pertunjukan berbayar seperti<br />
pertunjukan ‘Ariah’.<br />
Spektakuler<br />
‘Ariah’ merupakan drama musikal<br />
kolosal bercerita tentang seorang wanita<br />
Betawi yang berjuang mempertahankan<br />
martabat dan kehormatannya. Ariah<br />
adalah tokoh pemberani dalam<br />
melawan kekejaman para centeng<br />
dan tuan tanah yang kerap menculik<br />
dan memperkosa gadis. Dirinya juga<br />
berani mendobrak pemahaman yang<br />
berkembang pada masanya, bahwa<br />
wanita harus berdiam diri dalam rumah<br />
dan hanya boleh keluar untuk pergi<br />
mengaji. Baginya, gadis-gadis pun perlu<br />
belajar pencak silat untuk membentengi<br />
diri dari ancaman bahaya.<br />
Sejumlah tokoh yang terlibat<br />
dalam pertunjukan ini antara lain<br />
Atilah Soeryadjaya (sutradara dan<br />
penulis naskah), Jay Subiakto (penata<br />
artistik), dan Erwin Gutawa (penata<br />
musik).<br />
Suguhan ini ditampilkan dalam<br />
sebuah panggung dengan luas 72 x 48<br />
meter dan tinggi 10 meter. Dengan<br />
persiapan kurang dari enam bulan,<br />
Jay Subiakto penata artistik ‘Ariah’ ini<br />
bukan hanya membuat panggung besar,<br />
tapi juga mendesainnya dengan unik.<br />
Panggung dibagi dalam tiga tingkat<br />
yang miring ke samping.<br />
Sudut kemiringannya cukup<br />
tajam yakni 15 derajat, 25 derajat dan<br />
35 derajat di masing masing tingkat.<br />
Sudut-sudut tersebut dibuat bukan<br />
tanpa makna. Menurut Jay, bila ditarik<br />
dengan garis imajiner, sudut-sudut itu<br />
akan betemu dengan lokasi bersejarah<br />
Kota Jakarta. Misalnya, garis lurus<br />
akan bertemu pada titik lokasi Menara<br />
Syahbandar yang merupakan titik nol<br />
kilometer Jakarta pada era VOC. Kini,<br />
titik nol kilometer Jakarta berada di<br />
Monas.<br />
Desain ini selain terinspirasi oleh<br />
naskah pertunjukan, juga terilhami<br />
konsep bangunan Monas dan tata<br />
kota Jakarta yang dirancang Presiden<br />
Soekarno. Menurut Jay, Bung Karno<br />
membuat tata kota Jakarta sempurna<br />
dengan adanya Monas.<br />
Tidak hanya itu, untuk<br />
memasukkan kesan nyata dan modern,<br />
Jay memberikan efek melalui proyektor.<br />
Teknologi yang dipakai yakni video<br />
mapping. Dengan teknologi ini,<br />
panggung akan dipenuhi beragam objek<br />
yang dikeluarkan proyektor.<br />
Dalam mengerjakan semua<br />
itu Jay ingin berpesan bahwa tradisi<br />
itu bisa ditarik ke masa kekinian,<br />
dengan catatan tidak boleh merusak<br />
pakem-pakem tradisinya. Dengan<br />
begitu, diharapkan anak-anak muda<br />
lebih tertarik mengembangkan seni<br />
tradisional yang dipadukan unsur<br />
modern di dalamnya. Pengalaman<br />
Jay membuktikan, seni semacam itu<br />
akan lebih mudah menembus pasar<br />
internasional jika ada akar budaya<br />
dalam setiap kreasi yang diciptakan.<br />
Perhelatan tersebut juga<br />
diharapkan dapat memberikan<br />
dorongan kepada masyarakat Jakarta<br />
untuk mengenal dan berdekatan<br />
lebih erat dengan simbol-simbol kota,<br />
khususnya Monas. Karena Monas<br />
menjadi dekat dengan masyarakat dan<br />
menjadi penanda kota.<br />
Jay juga berharap pertunjukan<br />
‘Ariah’ semakin mendorong<br />
perkembangan industri seni<br />
pertunjukan di Indonesia khususnya<br />
desain panggung. Dengan pertunjukan<br />
ini Jay ingin menunjukkan banyak<br />
profesi baru yang bisa menghidupi<br />
banyak orang.<br />
Dengan panggung yang<br />
menyerupai cawan Monas dengan 3<br />
level ketinggian, mulai 3 meter, 7 meter<br />
hingga 10 meter tersebut membuat para<br />
penarinya harus berlatih ekstra keras<br />
untuk menari di atas bidang panggung<br />
yang dibuat miring hingga 15 derajat.<br />
Sebanyak 200 penari profesional<br />
dan 120 musisi orkestra meramaikan<br />
pertunjukan yang diadaptasi dari cerita<br />
rakyat Betawi berlatar tahun 1869 itu.<br />
Tak hanya dari segi artistik, ide cerita<br />
dan konsep pertunjukan juga dibuat<br />
unik. Ariah, tokoh utama dalam kisah<br />
itu diharapkan mampu membangkitkan<br />
semangat warga Jakarta untuk<br />
mempertahankan martabat Kota<br />
Jakarta.<br />
Beberapa selebritas seperti<br />
Irfan Hakim, Indra Bekti dan<br />
Sahrul Gunawan pun hadir dengan<br />
memberikan apresiasi. “Keren banget.<br />
kita bangga jadi orang Jakarta yang<br />
sudah difasilitasi pertunjukan seperti<br />
ini,” ujar Irfan Hakim.<br />
Tiket “Ariah” Bervariasi<br />
Harga tiket masuk pergelaran<br />
‘Ariah’ berdurasi 80 menit ini dijual<br />
mulai Rp 275.000 hingga Rp 1,5 juta,<br />
sementara untuk pasar rakyat atau<br />
penonton festival hanya dikenakan Rp<br />
2000. Rincian HTM adalah Rp 1,5<br />
juta untuk VVIP, dan VIP Rp 900.000.<br />
Sementara kelas 1 Rp 500.000 dan<br />
kelas 2 Rp275.000.<br />
Meski demikan panitia juga<br />
menyediakan tiket gratis untuk 6.500<br />
penonton yang disebarkan melalui RT/<br />
RW, serta ada juga yang gratis untuk<br />
masyarakat semua namun lewat dua<br />
layar yang disiapkan, sehingga siapa saja<br />
bisa menonton pentas tersebut. Layar<br />
diletakan di sisi utara di sebelah kanan<br />
dan kiri panggung Ariah. ALF<br />
58 Media Jaya • • Nomor <strong>01</strong> <strong>01</strong> Tahun 2<strong>01</strong>3 Media Jaya • Nomor <strong>01</strong> Tahun 2<strong>01</strong>3<br />
59<br />
Media Jaya • Nomor <strong>01</strong> Tahun 2<strong>01</strong>3