MEDIA JAYA 01 2013.pdf
Media jaya 1
Media jaya 1
You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
wisata & budaya<br />
Budaya<br />
Melestarikan Betawi<br />
Melalui Busana<br />
Di ulang tahun Kota<br />
Jakarta yang ke 486 ini,<br />
ada suatu penguatan<br />
dari upaya pelestarian<br />
budaya Betawi,<br />
khususnya busananya.<br />
Baju koko yang menjadi<br />
pakaian sehari-hari<br />
kaum pria Betawi, serta<br />
kebaya encim untuk<br />
kaum perempuannya,<br />
sejak Januari 2<strong>01</strong>3 telah<br />
menjadi salah satu<br />
seragam karyawan di<br />
lingkungan Pemprov DKI<br />
Jakarta.<br />
Kebijakan yang dilakukan<br />
Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo<br />
ini disambut gembira para karyawan.<br />
Ada keunikan yang beda. Suatu busana<br />
etnis menjadi uniform bagi institusi<br />
besar, di kota besar pula, Metropolitan<br />
Jakarta. Putra Betawi sendiri tentu lebih<br />
senang menyambutnya. Lebih-lebih<br />
Emma Amalia, salah seorang tokoh<br />
Betawi dari Pusat Kebudayaan Betawi,<br />
menyatakan apresiasinya atas prakarsa<br />
yang sudah direalisasikan gubernur<br />
yang berasal dari Solo, Jawa Tengah.<br />
“Sebagai orang Betawi saya<br />
bangga. Ini upaya pelestarian terhadap<br />
budaya Betawi, “ kata Emma Amalia<br />
kepada Media Jaya.<br />
Perancang busana Betawi ini<br />
sebelumnya pernah diminta gubernur<br />
untuk menampilkan desain-desain<br />
busana Betawi dan itu telah digelar<br />
dalam suatu acara di Balai Kota.<br />
Perkembangan busana<br />
Betawi terus menggeliat mengikuti<br />
perkembangan mode, meski<br />
ada semacam pakem yang tetap<br />
dipertahankan, dan biasanya yang<br />
diperuntukkan dalam kegiatan resmi<br />
atau upacara-upacara terkait tradisi<br />
Betawi. Sementara para perancang<br />
mode yang selalu ingin berinofasi<br />
dari busana-busana daerah, tak henti<br />
membuat kreasi, tak terkecuali yang<br />
berpijak atau mengambil inspirasi dari<br />
busana Betawi.<br />
Dalam suatu peragaan busana<br />
pada Indonesia Fashion Week beberapa<br />
waktu lalu di Jakarta Convention<br />
Center, beberapa desainer menampilkan<br />
rancangan .yang diilhami garis potong<br />
busana Betawi, khususnya untuk<br />
pakaian perempuan (encim). Ciri<br />
umum adalah seperti kebaya tanpa<br />
kutubaru, dan meruncing di bagian<br />
bawah. Pada pinggiran kain umumnya<br />
berhias benang sulam, mulai dari krah/<br />
leher, bagian depan hingga seluruh<br />
bagian bawah, serta pergelangan tangan.<br />
Perancang yang berkreasi dengan<br />
inspirasi busana Betawi di antaranya<br />
Vielga Wennida yang sering mendesain<br />
busana-busana kebaya, diantaranya<br />
kebaya Betawi. Namun kali ini Vielga<br />
mengeksplorasi kebaya Betawi untuk<br />
dipadupadankan dengan rock, sacdress,<br />
dan tentu dengan kain juga. Lengkap<br />
pula dengan kain yang bermotif pucuk<br />
rebung di bagian depannya.<br />
Jika dipadu dengan, rock<br />
menjadikan busana yang masih tampak<br />
ciri kebetawiannya itu bisa disukai<br />
anak-anak muda yang suka gaya atau<br />
mereka yang berselera muda. Apalagi<br />
panjang lengan tidak harus sampai<br />
pergelangan, sebagaimana umumnya<br />
busana encim. Vielga menyuguhkannya<br />
beberapa model, dari lengan pendek,<br />
sedang, hingga berlengan panjang..<br />
Emma Amalia yang pernah<br />
mendapat penghargaan sebagai pelestari<br />
budaya Betawi menjelaskan mengenai<br />
busana kebaya encim yang konon ada<br />
pengaruh budaya Cina. Menurutnya,<br />
busana Betawi untuk perempuan adalah<br />
setelan kain dengan kebaya berlengan<br />
panjang sebagaimana sering kita lihat,<br />
atau seperti baju kurung. Hanya bagian<br />
depannya meruncing, Etnis Cina yang<br />
sudah lama tinggal di Betawi ketika<br />
itu, kalau mengenakan busana Betawi<br />
lengannya dibuat pendek, sampai siku<br />
atau ngatung. “Jadi busana Betawi itu<br />
(untuk perempuan) bukan pengaruh<br />
dari Cina, itu asli Betawi. Pengaruh<br />
Cina-nya ya, yang lengen pendek itu,“<br />
papar Emma Amalia.<br />
Tentang kain yang bermotif<br />
pucuk rebung yang menjadi ciri khas<br />
kain kebaya Betawi, kata Amalia,<br />
kain tersebut utamanya harus dipakai<br />
pada upacara tradisi, seperti saat<br />
pernikahan. “Itu memang simbol tapi<br />
ada maknanya, Maknanya sebagai tolak<br />
bala,“ ucap Emma<br />
Untuk busana pria betawi ada<br />
beberapa model, salah satunya yang<br />
dipakai sebagai busana seragam pegawai<br />
Pemprov DKI Jakarta adalah baju<br />
koko yang dipadukan dengan celana.<br />
Sementara dalam tradisi Betawi baju<br />
koko umumnya dipadukan dengan<br />
sarung.<br />
Dalam perkembangannya baju<br />
koko juga dikreasi dengan sulam,<br />
diantaranya pada bagian krah/ leher<br />
hingga bagian tepian kancing, Juga<br />
pada saku, atau disulam khusus dengan<br />
variasi tertentu di bagian depan/dada<br />
untuk memperindah tampilan.<br />
Berbusana koko bagi pria,<br />
dan mengenakan kebaya encim bagi<br />
perempuan pada hari-hari tertentu,<br />
hal ini tidak hanya ikut melestarikan<br />
warisan budaya dan tradisi Betawi.<br />
Namun, dengan berbusana yang<br />
berbeda dari keseharian Anda,<br />
ternyata menghadirkan aura yang beda<br />
pula. Apalagi busana Betawi dalam<br />
pilihan desain-desain yang inovatif,<br />
akan membuat penampilan Anda<br />
lebih fashionable. Dan khusus bagi<br />
perempuan ketika mengenakan busana<br />
Betawi, biasanya terlihat lebih ceria.<br />
Karena pilihan pada warna-warna cerah<br />
dan mencolok, lebih mendekatkan<br />
pada wajah kultur yang sebenarnya. ***<br />
Pandu Satyabrata<br />
60 Media Jaya • Nomor <strong>01</strong> Tahun 2<strong>01</strong>3 Media Jaya • Nomor <strong>01</strong> Tahun 2<strong>01</strong>3 61