23.05.2014 Views

Banjarmasin Post Jumat 23 Mei 2014

Jumat kelabu

Jumat kelabu

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

26 Politika Banua<br />

<strong>Banjarmasin</strong> <strong>Post</strong><br />

JUMAT <strong>23</strong> MEI <strong>2014</strong><br />

Gugatan Bisa<br />

Menumpuk di MA<br />

■ MK Tidak Lagi Tangani Sengketa Pemilukada<br />

BANJARMASIN, BPOST-<br />

Mahkamah Konstitusi (MK)<br />

mengabulkan gugatan untuk<br />

menghapus kewenangannya<br />

dalam menangani sidang sengketa<br />

hasil pemilu kepala<br />

daerah. Gugatan atau uji materi<br />

ini diajukan empat pemohon.<br />

Kajian Hukum dan Konstitusi,<br />

Badan Eksekutif Mahasiswa<br />

Fakultas Hukum Universitas<br />

Esa Unggul, serta Joko<br />

Widarto dan Achmad Saifudin<br />

sebagai penggugat<br />

perseorangan.<br />

Apalagi pada<br />

2015 Kalsel menghadapi<br />

Pemilukada<br />

gubernur dan sejumlah<br />

kepala<br />

daerah. Tentu<br />

ada ketidakpuasan.<br />

Sementara<br />

saluran untuk<br />

menggugat telah<br />

diputuskan<br />

tak lewat<br />

MK lagi.<br />

Menurut<br />

Ketua DPW Partai Keadilan<br />

Sejahtera (PKS) Kalsel, Ibnu<br />

Sina lebih sependapat upaya<br />

penyelesaian gugatan<br />

Pemilukada tetap di MK.<br />

Selain menguji aturan perundangan,<br />

lanjut Ibnu, MK<br />

juga tetap berwenang untuk<br />

menyelesaikan sengketa Pemilukada<br />

yang ada di tanah<br />

air.<br />

KASUSsuap yang membelit<br />

Akil Mochtar disebut-sebut<br />

sebagai antiklimaks kepercayaan<br />

publik terhadap instansi<br />

Mahkamah Konstitusi (MK).<br />

Dan kasus suap itu mencuat<br />

ketika MK menangani kasus<br />

Pemilukada.<br />

“Mungkin karena itulah<br />

Pemilukada diubah arahnya<br />

Upaya Pemerintah<br />

Meningkatkan<br />

Perekonomian<br />

Masyarakat<br />

“Kalau nantinya dilimpahkan<br />

ke MA, saya anggap bakal<br />

susah. Kasus peradilan<br />

umum saja sudah sangat banyak.<br />

Apakah bisa menyelesaikan<br />

dengan batas waktu<br />

yang telah diatur,” kata dia,<br />

Selasa (20/5).<br />

Karena itulah alangkah<br />

baiknya jika tetap di MK. Kalau<br />

Saling Kerja Sama<br />

Perlu Waktu<br />

MEMBANGUN perekonomian memang<br />

memerlukan waktu yang lama. Konsekuensi<br />

sistem perekonomian yang ada di Indonesia<br />

adalah terjadi kesenjangan antara si kaya<br />

dan si miskin.(ee)<br />

NAZIR AL-KITARI, karyawan di <strong>Banjarmasin</strong><br />

Harus Diselesaikan<br />

KALAU saya tergantung pemimpinnya<br />

saja sih. Jika memang perekonomian<br />

menjadi salah satu persoalan yang harus<br />

diselesaikan secara urgent, maka seluruh<br />

komponen harus berlomba-lomba menciptakan<br />

perekonomian yang merata.(ee)<br />

M RIFANI, warga <strong>Banjarmasin</strong><br />

Terjadi Kesenjangan<br />

SELAMA ini, kenapa semakin terjadi<br />

kesenjangan antara si kaya dan si miskin?<br />

Itu dikarenakan banyak pejabatan di negeri<br />

ini bermental korup.(ee)<br />

NOR SAILA, warga <strong>Banjarmasin</strong><br />

Bisa Berkembang<br />

SEANDAINYA tidak ada yang korupsi,<br />

saya yakin perekonomian di Indonesia bisa<br />

berkembang lebih merata. Para pejabat<br />

harus mengutamakan masyarakat ketimbang<br />

kepentingan pribadi.(ee)<br />

M NURDIN, warga <strong>Banjarmasin</strong><br />

Model Zakat<br />

TERAPKAN sistem zakat di Indonesia.<br />

Artinya dikelola secara adil dan maksimal.<br />

Kalau perlu diwajibkan oleh negara agar<br />

lebih merata. Selama ini zakat di Indonesia<br />

belum merata, pemberiannya pun kadang<br />

tidak tepat.(ee)<br />

M RAJIB RAHMAN, pelajar di <strong>Banjarmasin</strong><br />

kemudian ada keberatan karena<br />

harus menghabiskan banyak<br />

waktu dan biaya, itu<br />

bagian dari konsekuensi<br />

hukum.<br />

“Kalau seluruh Indonesia<br />

kemudian mendatangi MK<br />

untuk bersaksi atau apa, ya<br />

itu konsekuensi. Sebagaimana<br />

arahan NKRI kan terpusat,”<br />

ditangani MA,” ucap Caleg<br />

DPRD Kalsel dari PPP, Asbullah.<br />

Sebenarnya, siapapun<br />

yang menangani dirinya berharap<br />

agar semua keputusan<br />

yang diambil bisa diterima<br />

oleh semua pihak.<br />

Jika dihadapkan pada Pemilu<br />

serentak, memang perlu<br />

ada kerja sama antara<br />

MA dan MK untuk penanganan<br />

sengketa Pemilukada.<br />

“Saya kira tidak perlu diperdebatkan<br />

siapa yang<br />

menangani, tapi bagaimana<br />

agar sengketa dan ketidakpuasan<br />

calon bisa diakomodir,”<br />

kata dia. (nic)<br />

Bisa Diwujudkan<br />

DALAM waktu tiga tahun sebenarnya<br />

bisa diwujudkan asalkan komitmen para<br />

pemimpin dikerjakan dengan baik. Jangan<br />

memberikan celah kepada para korupsi<br />

untuk melakukannya.(ee)<br />

NORZAT MALIHAH, pelajar di <strong>Banjarmasin</strong><br />

kata dia.<br />

Namun sebenarnya masih<br />

bisa disiasati perihal banyaknya<br />

saksi yang harus dibawa<br />

ke MK, jika berkasus. “Bisa<br />

manfaatkan teleconference sebenarnya.<br />

Itu bagian dari penegakan<br />

konstitusi,” ucapnya.<br />

Sementara itu, Ketua DPD<br />

Partai Golkar Kabupaten Banjar,<br />

H Rusli mengatakan sebagai<br />

warga negara yang baik<br />

tentu menjalankan aturan<br />

yang berlaku.<br />

“Apapun aturannya, kita coba<br />

ikuti. Kalau memang penyelesaian<br />

sengketa Pemilukada di<br />

MA, ya kita lakukan,” ucapnya.<br />

Memang, MK belakangan<br />

sempat goyah dengan tertangkapnya<br />

pimpinannya<br />

saat menerima suap. Tapi sebenarnya<br />

itu tak bisa dijadikan<br />

dasar perubahan penyelesaian<br />

sengketa Pemilu.<br />

Lapangan Kerja<br />

TANTANGAN pemimpin Indonesia<br />

kedepan adalah bagaimana menciptakan<br />

lapangan kerja untuk masyarakat. Jika<br />

terwujud maka perekonomian bisa lebih<br />

merata dan bisa berkembang lebih<br />

stabil.(ee)<br />

NASIR, karyawan di <strong>Banjarmasin</strong><br />

Pro Rakyat<br />

BANYAKNYA kesenjangan antara si<br />

kaya dan si miskin di Indonesia karena<br />

sistem yang ada dalam pemerintahan.<br />

Seharus sistem dalam pemerintahan<br />

mengarah ke pro rakyat. Selama ini<br />

begitu banyak kepentingan yang<br />

bermain.(ee)<br />

NISA, mahasiswa di <strong>Banjarmasin</strong><br />

Berkilah Maju<br />

INDONESIA pasti bisa. Jika<br />

melihat dari angka pemerintah bisa<br />

berkilah perekonomian sudah maju.<br />

Tetapi saya sarankan pemerintah harus<br />

aktif turun ke masyarakat untuk<br />

melihat kondisi mereka agar bisa<br />

mendapatkan masalah yang<br />

sebenarnya.(ee)<br />

JAMES, mahasiswa di <strong>Banjarmasin</strong><br />

Jangan<br />

Sendiri-sendiri<br />

KELOLA sistem zakat di tangan<br />

pemerintahan. Selama ini<br />

pengelolaan masih banyak sendirisendiri.<br />

Seharusnya peran<br />

pemerintah sangat diperlukan agar<br />

tidak ada lagi kesenjangan antara<br />

kaya dan miskin.(ee)<br />

NANA, warga Amuntai<br />

GRAFIS : BPOST GROUP/DENY<br />

“Kita ikuti prosedur saja,”<br />

ucapnya.<br />

Pengurus DPC PKS Kota<br />

<strong>Banjarmasin</strong>, Awan Subarkah<br />

menilai penyelesaian Pemilukada<br />

justru aktualnya dilakukan<br />

di MK.<br />

Kalau kemudian tertangkapnya<br />

pimpinan MK karena<br />

kasus suap, itu kan urusan<br />

personal. Sedangkan lembaganya<br />

masih bagus.<br />

“Secara fungsi saya kira<br />

masih relevan lah,” ucapnya.<br />

Namun jika melihat pelaksanaan<br />

Pemilu serentak,<br />

agaknya memang perlu ada<br />

pembagian tugas antara MK<br />

dan MA.<br />

“Kalau semua sengketa<br />

dipusatkan ke MK, khawatirnya<br />

keteteran. Kan ada<br />

Pilpres, Pileg dan Pemilukada.<br />

Bagi tugas biar tak terlalu<br />

berat,” kata dia. (nic)<br />

Perbaiki<br />

Moral Pejabat<br />

PENANGANAN sengketa Pemilukada di Mahkamah<br />

Agung (MA) tentu ada sisi positif dan negatifnya. Namun,<br />

semua pihak diharapkan bisa menerima keputusan yang<br />

memindahkan penanganan sengketa Pemilukada itu.<br />

“Saya kira mau ditangani oleh instansi mana sah-sah<br />

saja. Asalkan, moral pejabatnya serius untuk menangani<br />

kasus tanpa mencari keuntungan,” ucap Antung Fatmawati,<br />

Caleg DPD RI.<br />

Dia mengatakan, MK dan MA adalah lembaga besar yang<br />

diharapkan mampu memberikan keadilan bagi para pihak<br />

yang merasa didzolimi dalam Pemilukada.<br />

Senada diungkapkan Habib Hamid Abdullah. Dia<br />

mengatakan apapun institusinya yang terpenting adalah<br />

moral pejabat yang menyidang kasus sengketa itu.<br />

“Mau di MA atau MK sama saja saya kira. Publik tentu<br />

tidak mau kasus Akil terulang. Nah, itulah yang harus<br />

diperbaiki,” ucapnya singkat.<br />

Calon DPD RI, Habib Abdurahman Bahasyim mengatakan<br />

kita harus mengapresiasi keputusan MK yang telah<br />

kembali menjadi lembaga pengawal konstitusi bukan<br />

sebagai pengadil sengketa Pilkada.<br />

Walaupun sudah diputuskan demikian, MK masih<br />

membuka ruang. Dalam artian selama Pasal <strong>23</strong>6 c UU<br />

Nomor 12 tahun 2008 dan Pasal 29 ayat 1 huruf e UU Nomor<br />

48 tahun 2009 belum direvisi oleh DPR, maka untuk<br />

menghindari kevakuman dan ketidakpastian hukum<br />

pascakeputusan tersebut, MK masih akan menyidangkan<br />

perkara sengketa Pilkada.<br />

“Tinggal DPR saja lagi yang menentukan. Karena mereka<br />

yang membuat UU, kewenangan penentuan lembaga<br />

sengketa Pilkada itu ,apakah kembali ke MA atau membuat<br />

lembaga baru,” kata dia. (nic)<br />

LIES ARIYANI<br />

Pengamat Hukum Tata<br />

Negara Unlam<br />

Sengketa Pilkada<br />

Cukup di PT<br />

ADANYA putusan yang menyatakan bahwa<br />

Mahkamah Konstitusi (MK) tidak lagi menangani<br />

kasus sengketa Pilkada dinilai sebagai sebuah<br />

pelurusan UUD dan mengembalikan kewibawaan<br />

ketatanegaraan.<br />

Sejak awal, MK tidak punya kewenangan<br />

untuk menangani sengketa Pemilukada. Dalam<br />

UU Nomor 8 tahun 2012 tentang Pemilu, tidak<br />

ada satupun pasal yang menyatakan itu.<br />

Kewenangan itu baru muncul pada perluasan UU Nomor 12 tahun<br />

2008 tentang Pemerintah Daerah. Ketika sebelumnya MK hanya<br />

menangani sengketa Pilpres dan Pileg, maka bertambah menjadi<br />

menangani Pemilukada.<br />

Kenapa? Karena sengketa Pemilukada dianggap sarat masalah.<br />

Dan kala itu, MK dianggap sebagai lembaga yang kredibel. Namun<br />

dengan terungkapnya kasus Akil Mochtar, maka hilanglah kewibawaan<br />

MK yang terindikasi mulai sarat muatan politis.<br />

Kembalinya rezim Pemilukada ke MA merupakan langkah bagus.<br />

Karena cukup ditangani oleh Pengadilan Tinggi (PT) sebagai<br />

kepanjangan tangan dari MA di daerah.<br />

Banyak hal positif ketika sengketa Pemilukada cukup ditangani<br />

PT. Dari segi biaya dan waktu jelas diuntungkan.<br />

Dalam hal limitatif jelas kembali meluruskan UUD. Sebagaimana<br />

Pasal 24 c tegas menyatakan bahwa kewenangan MK bukan untuk<br />

Rezim Pemilukada. (nic)<br />

Kesenjangan Ekonomi Meningkat<br />

INDONESIA mengalami<br />

peningkatan pertumbuhan<br />

ekonomi yang cenderung<br />

naik dan persentasenya lumayan.<br />

Namun, peningkatan<br />

ekonomi itu masih kurang<br />

merata. Masih ada jurang pemisah<br />

cukup besar antara<br />

kelompok kaya dengan yang<br />

miskin.<br />

Menurut Cawapres HM Jusuf<br />

Kalla, pertumbuhan<br />

ekonomi harus lebih ditingkatkan<br />

lagi, kendati pertumbuhannya<br />

cukup bagus dua tahun ini.<br />

“Selama dua tahun berturut-turut<br />

ini pertumbuhan<br />

ekonomi tinggi, tapi pemerataan<br />

kurang,” ujarnya.<br />

Kalla berencana menambah<br />

lapangan pekerjaan. Ia<br />

mengharapkan lapangan kerja<br />

bisa meluas. Tujuannya agar<br />

ekonomi lebih merata. Pertanyaannya<br />

adalah, bisakah<br />

perekonomian merata hingga<br />

gap antara si kaya dengan si<br />

miskin hampir tak ada? Kapan<br />

kira-kira Indonesia mampu<br />

meraihnya?<br />

Menurut mahasiswa, Zubaidah<br />

setiap kota hampir di<br />

seluruh Indonesia masih terjadi<br />

kesenjangan antara si kaya<br />

dan si miskin semakin menjadi-jadi<br />

bahkan cenderung<br />

meningkat.<br />

“Klaim pemerintah sebenarnya<br />

tepat saja, tetapi fakta<br />

dan realita dilapangan tetap<br />

saja masih ada gap yang begitu<br />

besar, ini menjadi sebuah pertanyaan<br />

besar,” ujarnya kemarin.<br />

Mungkin bagi kalangan<br />

menengah ke atas sah-sah saja<br />

mengatakan perekonomian<br />

saat ini jauh lebih baik, tetapi<br />

tidak bagi si miskin. Tugas<br />

pemerintah adalah melakukan<br />

pemerataan layak hidup<br />

sehingga bisa tercapainya<br />

Pembangunan Juga<br />

Harus Merata<br />

PERTUMBUHAN dan<br />

perkembangan ekonomi di<br />

Indonesia beberapa tahun belakangan<br />

ini memang diklaim<br />

pemerintah semakin bagus.<br />

Aman Pahriansyah, salah seorang<br />

politisi Partai Persatuan<br />

Pembangunan (PPP) mengakui<br />

hal tersebut.<br />

Tetapi dirinya tidak menampik<br />

bawah realita di lapangan<br />

ternyata masih banyak<br />

masyarakat yang semakin<br />

terpinggirkan, bahkan yang<br />

kaya semakin kaya.<br />

“Secara angka memang<br />

perekonomian Indonesia itu<br />

tumbuh dan naik, tapi melihat<br />

di lapangan sepertinya ada<br />

yang salah,” katanya kemarin.<br />

Seharusnya, lanjut Aman,<br />

pembangunan merupakan<br />

salah satu penyebab kenapa<br />

perekonomian masyarakat<br />

masih ada yang timpang.<br />

Saat ini katanya pembangunan<br />

hanya terfokus pada<br />

masyarakat kota. Seharusnya<br />

pemerintah lebih<br />

memperhatikan masyarakat<br />

yang ekonominya terpinggirkan.<br />

“Lihat pasar tradisianal semakin<br />

terkikis jaman kalah<br />

dengan pasar modern, belum<br />

lagi usaha-usaha tradisional<br />

yang ada dimasyarakat, itulah<br />

yang seharusnya pemerintah<br />

lebih di bantu,” jelasnya. (ee)<br />

pembangunan yang merata.<br />

“Pemerintah harus lebih<br />

aktif lagi turun langsung ke<br />

lapangan, melihat kondisinya<br />

dan mencari solusi agar paling<br />

tidak taraf kehidupan<br />

mereka tidak serba kekurangan,”<br />

pintanya.<br />

Aktivis mahasiswa di <strong>Banjarmasin</strong>,<br />

Asyiah justru melihat<br />

perekonomian di Indonesia<br />

lebih banyak berputar<br />

disektor orang-orang kaya, al<br />

hasil masyarakat dibawah<br />

tetap saja tidak merasakan<br />

apa-apa.<br />

“Terjadinya gap itu dikarenakan<br />

pembangunan infrastruktur<br />

tidak merata didaerahdaerah<br />

sehingga akses untuk<br />

masuk terkendala,” kata Aysiah.<br />

Kedepan pemerintah harus<br />

membangun infratruktur<br />

daerah yang dikatakan tertinggal,<br />

agar akses mereka<br />

dalam menjalani kehidupan<br />

bisa seperti yang lainnya.<br />

“Saya kira inilah akar persoalan<br />

dari perekonomian<br />

saat ini, jika akses daerah tertinggal<br />

tetap tidak berubah,<br />

ya taraf hidup masyarakatnya<br />

seperti itu saja,” tegasnya.<br />

Salah seorang warga <strong>Banjarmasin</strong>,<br />

M Arsyad lebih menyarankan<br />

pemerintah langsung<br />

mengelola perzakatan di<br />

Indonesia diperuntukkan bagi<br />

masyarakat ke bawah.<br />

“Selama ini pembinaan<br />

zakat masih banyak salah<br />

sasaran, artinya jika dikelola<br />

dengan baik justru akan membawa<br />

ke tingkat taraf hidup<br />

masyarakat yang layak,”<br />

katanya.<br />

Zakat merupakan bentuk<br />

bantuan sosial kepada masyarakat<br />

yang kurang mampu,<br />

jika negera memaksimalkan<br />

zakat, maka akan tercipta<br />

pemerataan ekonomi ditengah<br />

masyarakat. (ee)<br />

<strong>23</strong>05/B26

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!