23.10.2014 Views

Wilayah Rawan Pangan dan Gizi Kronis di Papua, Kalimantan Barat ...

Wilayah Rawan Pangan dan Gizi Kronis di Papua, Kalimantan Barat ...

Wilayah Rawan Pangan dan Gizi Kronis di Papua, Kalimantan Barat ...

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

<strong>Wilayah</strong> <strong>Rawan</strong> <strong>Pangan</strong> <strong>dan</strong> <strong>Gizi</strong> <strong>Kronis</strong> <strong>di</strong> <strong>Papua</strong>, <strong>Kalimantan</strong> <strong>Barat</strong>, <strong>dan</strong> Jawa Timur 3<br />

<strong>di</strong>susun dengan menggunakan data primer dari kabupaten terpilih.<br />

Rumusan hasil analisis ini dapat <strong>di</strong>ja<strong>di</strong>kan acuan bagi pengambil<br />

kebijakan dalam mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya lahan,<br />

tenaga kerja <strong>dan</strong> teknologi spesifik lokasi wilayah untuk meningkatkan<br />

produksi pangan. Selain itu, <strong>di</strong>harapkan juga akan terbangun sarana <strong>dan</strong><br />

prasarana wilayah untuk mendukung pertumbuhan perekonomian<br />

wilayah. Seiring dengan meningkatnya keterse<strong>di</strong>aan pangan, pendapatan<br />

wilayah, serta rumah tangga rawan pangan <strong>dan</strong> gizi kronis, meningkatnya<br />

akses rumah tangga terhadap pangan <strong>dan</strong> pelayanan kesehatan <strong>di</strong>harapkan<br />

tingkat ketahanan pangan wilayah <strong>dan</strong> rumah tangga menja<strong>di</strong> semakin<br />

mantap.<br />

1.2. Karakteristik <strong>Rawan</strong> <strong>Pangan</strong> <strong>dan</strong> <strong>Gizi</strong><br />

<strong>Rawan</strong> pangan <strong>dan</strong> gizi pada dasarnya merupakan refleksi dari<br />

situasi kecukupan pangan <strong>dan</strong> gizi in<strong>di</strong>vidu pada komunitas atau<br />

kelompok masyarakat <strong>di</strong> suatu wilayah, sebagai dampak ketidaklancaran<br />

akses terhadap pangan, baik secara fisik, sosial, maupun ekonomi. Pada<br />

tahun 2003 <strong>di</strong>perkirakan sekitar 840 juta orang <strong>di</strong> berbagai pelosok dunia<br />

mengalami kelaparan, sebagian besar <strong>di</strong>antaranya berada <strong>di</strong> Asia Selatan<br />

<strong>dan</strong> Sub Sahara (FAO, 2003). Kasus rawan pangan <strong>dan</strong> gizi banyak<br />

<strong>di</strong>pengaruhi oleh faktor kemiskinan, <strong>di</strong>samping faktor determinan lain.<br />

Di Indonesia, rawan pangan <strong>dan</strong> gizi sesungguhnya bukan<br />

merupakan isu baru. Kasus rawan pangan telah <strong>di</strong>kenal sejak dekade 60-<br />

an, bahkan pada masa penjajahan Jepang. Insiden rawan pangan sudah<br />

terja<strong>di</strong> <strong>dan</strong> <strong>di</strong>kenal dengan istilah “hunger oedeem” (HO) atau busung<br />

lapar. Busung lapar dapat terja<strong>di</strong> karena kon<strong>di</strong>si kekurangan pangan yang<br />

kronis <strong>dan</strong> umumnya <strong>di</strong>picu oleh faktor kemiskinan atau bencana alam.<br />

Proses busung lapar membutuhkan waktu antara 2 hingga 6 bulan<br />

(Martianto, 2005). Dijelaskan oleh Martianto (2005) bahwa pada masa<br />

kekurangan pangan tingkat konsumsi energi biasanya hanya mencapai<br />

50-60 % dari yang <strong>di</strong>butuhkan, sehingga ca<strong>dan</strong>gan energi tubuh makin<br />

banyak terkuras <strong>dan</strong> berdampak pada berat ba<strong>dan</strong> yang semakin<br />

berkurang. Pada gilirannya, kemampuan <strong>dan</strong> produktivitas kerja menja<strong>di</strong><br />

semakin rendah. Kasus terbaru rawan pangan terja<strong>di</strong> pada tahun 2005<br />

lalu <strong>di</strong> Kabupaten Yahukimo, <strong>Papua</strong>.<br />

Meskipun sering <strong>di</strong>samakan artinya, tetapi rawan gizi atau gizi<br />

kurang sebenarnya memiliki cakupan masalah yang lebih kompleks<br />

<strong>di</strong>ban<strong>di</strong>ngkan rawan pangan. Derajat terendah dari gizi kurang atau gizi<br />

kurang tingkat berat sering <strong>di</strong>sebut sebagai gizi buruk. <strong>Gizi</strong> kurang tidak<br />

semata-mata terja<strong>di</strong> karena faktor kelaparan <strong>dan</strong> kemiskinan, tetapi juga<br />

dapat <strong>di</strong>pengaruhi oleh masalah lain, seperti pola asuh, sanitasi, <strong>dan</strong><br />

krisis sosial, politik <strong>dan</strong> ekonomi. Analisis gizi kurang lebih sering fokus<br />

pada kasus untuk anak balita karena anak balita lebih sensitif terhadap<br />

kekurangan zat gizi <strong>di</strong>ban<strong>di</strong>ngkan orang dewasa.

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!