Klik Disini - KM Ristek
Klik Disini - KM Ristek
Klik Disini - KM Ristek
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
. .<br />
LAPORAN AKHIR PENELITIAN RISTEK<br />
PENGEMBAN"GAN TEKNIK SERANGGA MANDUL DENGAN RADIASI <br />
GAMMA DALAM UPAVA PENGENDALIAN VEKTOR MALARIA DJ <br />
KABUPATEN KEBUMEN, JAWA TENGAH. <br />
Oleb: <br />
Dra. Widiarti. M.Kes. <br />
FOKUS BIDANG TEKNOLOGI KESEHATAN DAN OBAT <br />
PROGRAM INSENTIF RISET TERAPAN <br />
LEMBAGA PENELITIAN DEP ARTEMEN <br />
. BALAI BESAR LITBANG VEKTOR DAN RESERVOIR PENY AKIT<br />
. BADANLITBANGKESEHATAN<br />
DEPARTEMEN KESEHATAN<br />
2010
· .' <br />
LAPORAN AKHIR PENELITIAN RISTEK<br />
PENGEMBANGAN TEKNIK SERANGGA MANDUL DENGAN RADIASI <br />
GAMMA DALAM UPA YA PENGENDALIAN VEKTOR MALARIA DI <br />
KABUP A TEN KEBUMEN, JAWA TENGAH. <br />
Oleh: <br />
Dra. Widiarti. M.Kes. <br />
FOKUS BIDANG TEKNOLOGI KESEHATAN DAN OBAT <br />
PROGRAM INSENTIF RISET TERAPAN <br />
LEMBAGA PENELITIAN DEP ARTEMEN <br />
'.<br />
BALAI BESAR LITBANG VEKTOR DAN RESERVOIR PENYAKIT<br />
BADAN LITBANG KESEHATAN<br />
DEPARTEMEN KESEHATAN<br />
2010
IDENTITAS PENGAJU (pENELm UTAMA) PROTOKOL<br />
PENELITIAN KOMPETITIF KESEHAT AN DAN KEDOKTERAN<br />
JUDUL PENELITIAN :<br />
Pengembangao TekDik Seraogga Mandul dengsn Radiasi Gamma Dalam Upaya<br />
Pengeodaliso Vektor Malaria Di Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah.<br />
1. Identitas Pengusul<br />
a. N a m a Ora. Widiarti. M.Kes<br />
b. Jabatao Peneliti Madya<br />
c. Instansi / Kantor / Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Velctor<br />
Lembaga<br />
dan Reservoir Penyakit Salatiga<br />
d. Alamat Kantor, Telepoo, 11. Hasanudin No.123, Salatiga<br />
Faks dan E-mail Telp: 0298-327096 Fax: 0298 322604.<br />
e. Mamat Rumah 11.. Karang Kepoh W15A, Tegalrejo Salatiga<br />
f. Telepoo GenggamlHP 08164891413<br />
g. Bidaog Penelitian Biologi Mo1ekuler<br />
b. Fokus Bidang lima tabuo Biologi Molekuler<br />
terakhir<br />
a. Resistensi Vektor Terhadap Insektisida.<br />
(Deteksi resistensi secara konvensiona~<br />
biokimia dan molekuler).<br />
b. Deteksi kOnflffilasi vektor malaria, DBD,<br />
Filaria dan JE secara molekuler
PERSETUJUAN ATASAN YANG BERWENANG <br />
. JUDUL PENELITlAN : Pengembangan Teknik Serangga Mandul dengan Radiasi Gamma<br />
Dalam Upaya Pengendalian Vektor Malaria Di Kabupaten<br />
Kebumen, Jawa Tengah.<br />
Fokus Bidang Penelitian (pengaju wajib memilih yang sesuai)<br />
~ Kesel)atan, antara lain:(1) Epidemiologi;(2) Gizi; (c) Kesehatan Lingkungan dan Kesehatan<br />
KeIja; (3) .~erilaku; (4) Ekonomi dan Asuransi Kesebatan; (5) Biologi Lingkungan; (6)<br />
Kesehatan Reproduksi; (7) Teknologi Kesehatan.<br />
b. Kedokteran dan Fannasi, antara lain: (1) Penyakit Menular; (2) Penyakit Tidak Menular; (3)<br />
Keganasan; (4) Gizi Klinis; dan (5) Obat dan Bahan Alami.<br />
c. Sistem dan Kebijakan Kesehatan, Kedokteran dan Fannasi.<br />
Lokasi Penelitian: Dusun Londeng Desa Jladri Kecamatan Buayan Kabupaten Kebumen<br />
Keterangan Lembaga Pelaksanal Pengelola PeneJitian<br />
A. Lembaga Pelaksana Penelitian<br />
Nama Peneliti Utama<br />
Nama Lembagallnstitusi<br />
Unit Organisasi<br />
Alamat Kantor, Telepon, Faks dan<br />
E-mail<br />
Alamat Rumah<br />
Telepon Genggam/HP<br />
B. Lembaga Lain Yang Terlibat<br />
Nama Koordinatorr<br />
Nama Lembaga<br />
Alamat<br />
TeleponlfaksimililE-mail<br />
Dra. Widiarti. M.Kes<br />
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan<br />
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Vektor<br />
dan Reservoir Penyakit Salatiga<br />
JI. Hasanudin No.123, Salatiga.<br />
Telp: 0298-327096 Fax: 0298 322604.<br />
E-mail: b2p2vrp@litbang.depkes.go.id<br />
JI.. Karang Kepoh II115A, Tegalrejo Salatiga<br />
08164891413 dan 081228803500<br />
Drs. Ali Rahayu <br />
PATIR BATAN JAKARTA <br />
Jangka waktu Kegiatan : I tahun 0 bulan.<br />
Biaya tahun 1 : Rp. 200.000.000,<br />
B iaya tahun 2<br />
Total Biaya : Rp. 200.000.000,<br />
R e k apl 'tul asl . B' laya per T a h un yang d'IUSUlkan.<br />
No.<br />
Jenis Pengeluaran<br />
1. Belanja Honor<br />
2. Belanja Operasional<br />
3. Perjalanan<br />
J u m I a h biaya untuk tahun yang diajukan<br />
Jumlah<br />
Rp. 50.560,000,-<br />
Rp. 39.500.000,-<br />
Rp. 109.940.000,-<br />
Rp. 200.000.000,-<br />
Setuju diusulkan :<br />
Kepala ~lllbagaJIiistansi, Ketua PPJ, Peneliti Utama<br />
.' YJ~ J<br />
\<br />
'J<br />
Dr~. Bam- bang H ~iy
• <br />
RINGKASAN EKSEKUTIF<br />
PENGEMBANGAN TEKNIK SERANGGA MANDUL DENGAN RADlASI <br />
GAMMA DALAM UPAY A PENGENDALIAN VEKTOR MALARIA DI <br />
KABUPATEN KEBUMEN,JAWA TENGAH <br />
Disusun Oleb : <br />
Widiarti dan Damar Tri Boewooo <br />
RINGKASAN<br />
Meskipun telah terjadi penurunan kasus malaria secara bennakna di 13 kabupaten di<br />
Jawa Tengah dalam kurun waktu tahun 2005-2008, tetapi masih dilaporkan adanya kejadian<br />
luar biasa (KLB) yaitu, tabun 2006 di Kabupaten Purworejo wilayah Kecamatan Bagelen<br />
(Dadirejo 18 kasus dan Somorejo 15 kasus) dan Bener (Cacaban 12 kasus), Kabupaten<br />
Banyumas wilayah Kecamatan Kebasen (Kalisasak 14 kasus) dan Kabupaten Kebumen<br />
wilayah Kecamatan Buayan (Jladri 61 kasus) dan Ayah (Jintung 28 kasus dan Srati II kasus)<br />
(Dinkes Kab. Kebumen, 2008) .<br />
Dilaporkan bahwa selain ditemukan peningkatan kasus import juga ada kasus<br />
iodigenous baik di Kecamatan Ayah maupun Kecarnatan Buayan Kabupaten Kebumen. Hal<br />
tersebut menggambarkan adanya penularan lokal, dengan demikian menunjukkan keberadaan<br />
vektor yang sangat susceptibel/ peka atau mempunyai kapasitas vektorial tinggi.<br />
Kegiatan penanggulangan malaria di Kabupaten Kebumen selama ini ditekankan pada<br />
pengendalian vektor, seperti biological control, larvaciding dan apabila terjadi KLB malaria<br />
dilakukan penyemprotan rumah. Pengendalian nyamuk secara konvensional dengan<br />
insektisida memiliki beberapa kelemahan diantaranya dapat menimbulkan resistensi dan<br />
terbunuhnya flora dan fauna non target, bahkan sering terjadi resistensi silang (cross<br />
resistance) sehingga mengurangi efektifitas pengendalian. Berbagai kendala dalam<br />
penanggulangan malaria yang dihadapi adalah daerah endemis biasanya pegunungan relatif<br />
sulit dijangkau, vektor malaria resisteD terhadap insektisida, keterbatasan dana, sarana dan<br />
tenaga Pengendalian paling tepat adalah secara terpadu dengan berbagai metode/aplikas~<br />
sehingga diperoleh hasil optimal. Salah satu metode pengendalian yang dapat digunakan<br />
secara terpadu adalah dengan menggunakan teknik serangga mandul (TSM). (Steffen Groth et<br />
all ., 200 I). Prinsip dasar TSM adalah suatu mutasi lethal yaitu adanya perubahan merugikan<br />
pada gene sehingga cukup menyebabkan keturunannya tidak dapat melangsungkan hidupnya.<br />
Agar teknologi TSM dapat berhasil dengan baik perlu beberapa syarat yang harns<br />
dipenuhi diantaranya adalah : 1). Serangga betina tidak boleh bersifat partenogenesis, 2).<br />
Serangga jantan harus mudah ditemakkan, 3). Penyinaran dengan radioaktif tidak boleh<br />
mengakibatkan kemunduran kemampuan kawin, 4). Serangga betina sebaiknya kawin sekali<br />
saja, 5). Diperlukan informasi popu las i serangga dan fluktuasi kepadaannya, 6). Cara<br />
pemeliharaan yang baik sehingga sewaktu-waktu dibutuhkan tersedia, 7). Keseragaman umur<br />
serangga yang diradiasi, 8). Ketepatan waktu penyebaran, dan 9). Teknik jantan mandul<br />
sebaiknya dilakukan di daerah dengan geografi yang agak terisolir. (Sardjono<br />
Hatmosoewarno, 1970 & Hendrichs J, 2005).<br />
Berdasarkan informasi kepustakaan tersebut tujuan penelitian pada tabun pertama (1) adalah<br />
: (1) menentukan dosis yang tepat untuk mendapatkan sublethal (mutasi recessive), (2)<br />
terukurnya longevity nyamuk yang diiradiasi, (3) mengetahui nilai daya saing kawin dengan<br />
serangga yarig tidak diirradiasi sehingga marnpu menekan populasi, dengan demikian<br />
menjadi altematif barn dalam mengendalikan populasi nyamuk vektor di alarn.( 4) Studi padat<br />
3
populasi dan fluktuasi bulanan untuk mengetahui puneak kepadatan An.. maculatus, sehingga<br />
dapat menentukan waktu pelepasan jantan mandul ke alam dengan tepat.(5) pemeliharaan<br />
untuk mendapatkan jumlab jantan lebih banyak dengan teknologi genetik sexing (pengaturan<br />
interval temperatur tinggi),(6) tingkat supressi dilaboratorium, oleh karena kenaikan populasi<br />
di a1am setiap generasi 5 kaJi lipat,(7) perbandingan/ jumlah yang harus dilepas ke alam untuk<br />
aplikasi.<br />
Pada taboo kedoa (II) difokuskan pada apJikasi di lapangan dengan pelepasan jantan<br />
mandul di lokasi pene1itian dan evaluasinya.<br />
Penelitian ini dilakukan bekerjasama dengan Pusat Aplikasi Teknologi Isotop dan<br />
Radiasi (PATIR) Badan Tenaga NukJir (BATAN) Jakarta dan Dinas Kesehatan Kabupaten<br />
Kebumen. Blok Londeng Desa Jladri, Keeamatan Buayan Kabupaten Kebumen akan<br />
digunakan sebagai lokasi penelitian di lapangan untuk peJepasan jantan mandul<br />
menggunakan nyamuk (Anopheles maculatus) sebagai vektor malaria di daerah terse but.<br />
Orientasi dosis irradias~ yang diobservasi adalah sesuai dosis standart IAEA untuk Anopheles<br />
(Diptera) yaitu 120 gy sehingga dosis yang akan dipakai 130 Gy, 120 Gy, 110 Gy, 100 Gy, 90<br />
Gy, 80 Gy dan 70 Gy, dengan (3 kali Ulangan) dan Irradiasi digunakan IRRADIATOR.<br />
Nyamuk/pupa jantan (0') yang diirradiasi ditempatkan pada kandang kecil berukuran 30 em x<br />
30 em x 30 em, masing-masing berisi 100 ekor nyamuk jantan dan di dalam kandang<br />
dilengkapi kapas yang dibasahi larutan gula sebagai sumber energy nyamuk dewasa jantan.<br />
Radiasi berlangsung selama 2 menit. Setelah proses irradiasi masing-masing nyamuk tersebut<br />
dikawinkan dengan nyamuk bet ina nonnal (50 ekor) untuk mengetahui tingkat sterilitas, (50)<br />
yang lain tidak dikawinkan untuk mengetabui longivity, dipelihara dan diamati: Jumlah telur<br />
yang dihasilkan, Tingkat sterilitas telur /daya tetas telur, yang dihasilkannya, Longivity /<br />
lama hidup nyamuk. Semua pengamatan dilakukan hanya 1 gonotrophic cycle. Hasil studi<br />
kepadatan populasi An.. maculatus menunjukkan bahwa populasi tertinggi pada bulan Juli.<br />
Namun pada bulan Agustus ternyata juga masih tinggi. Hasil kolonisasi laboratorium An..<br />
maculatus strain Kebumen dan penelitian genetic sexing dengan perlakuan temperatur tinggi<br />
menunjukkan bahwa, pada temperatur 33& C sex ratio antara individu betina dan jantan<br />
sebesar 40% betina : 60 % jantan. Hasil irradiasi dengan sinar gamma diperoleh data bahwa<br />
dosis radiasi 60 Gy dapat memandulkan An.. maculatus 48 %, 70 Gy dapat memandulkan 53<br />
%, 80 Gy dapat memandulkan 60 %, 90 Gy dapat memandulkan sebesar 66 %, 100 Gy<br />
memandulkan 78 %, 110 Gy memandulkan 97 %, 120 Gy memandulkan 99 %, 130 Gy<br />
memandulkan 100 %. Hasil sementara dosis radiasi yang efektif berkisar antara 110 Gray<br />
130 Gray, Karena dapat memandulkan An..macuJatus berklsar antara 97-100%. Sedangkan<br />
dosis 130gy tidak dapat diikuti perkembangannya karena mengalami kematian. Kemampuan<br />
daya saing kawin nyamuk jantan iradiasi lebih rendah dari nyamuk jantan tidak diradiasi.<br />
Namun apabila ratio jantan radiasi lebih besar dari jantan nonnal mampu menekan populasi<br />
keturunannya. Populasi alam Anopheles macuJaJus tertinggi pada bulan Juli-Agustus,<br />
sehingga supaya efektif apabila akan melepas jantan mandullsteril ke alam dilakukan sebelum<br />
bulan Juli.<br />
4
PRAKATA <br />
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala Rahmat dan<br />
Karunia Nya yang telah dilimpahkan kepada kita semua, sehingga penulis telah dapat<br />
menyelesaikan penelitian ristek dan penulisan laporan akhir. Laporan Akhir Penelitian <strong>Ristek</strong><br />
...<br />
" Pengembangan Teknik Serangga Mandul dengan Radiasi Gamma Dalam Upaya<br />
Pengendalian Vektor Malaria Di Kabupaten Kebumen, Jawa Tengab " disusun sebagai<br />
pertanggung jawaban ilmiah dan administratif dari berakhirnya kegiatan penelitian yang<br />
penulis lakukan pada tahun anggaran 2010. Penelitian ini dilakukan berkenaan dengan masih<br />
dilaporkan adanya kejadian luar biasa (KLB) malaria dibeberapa daerah termasuk di wilayah<br />
Kecamatan Buayan (Jladri 61 kasus) dan Ayah (Jintung 28 kasus dan Srati 11 kasus)<br />
Kabupaten Kebumen. Sebagai upaya untuk melindungi masyarakat dari malaria, Oepartemen<br />
Kesehatan bersama Pemerintah Daerah telah melakukan pemberantasan malaria, namun<br />
demikian hasilnya belum seperti yang kita harapkan. Penelitian RISTEK ini dilakukan<br />
sebagai upaya menunjang program GEBRAK MALARIA Jawa Tengah dalam rangka menuju<br />
Bebas Malaria Tahun 2015.<br />
Dengan penuh kesadaran penulis me rasa laporan ini masih jauh dari sempuma, maka<br />
segala kritik membangun ke arah kesempumaan sangat penulis harapkan.<br />
Harapan penulis semoga hasil studi ini dapat bermanfaat terutama bagi pelaksana<br />
program kesehatan dan dapat mendukung perencanaan dalam pelaksanaan pengendalian<br />
vektor malaria yang berbasis wilayah serta kebijakan di bidang kesehatan.<br />
Salatiga, Nopember 2010<br />
Penulis<br />
Ora. Widiarti M. Kes<br />
5
DAFTARISI <br />
Halaman<br />
JUDUL PENELITIAN ...........................................................................................................i <br />
LEMBAR IDENTIT AS DAN PENGESAHAN ................................................................... 1 <br />
RJNGKASAN!.......................................................................................................................... 4 <br />
DAFfAR lSI ..........-:': ............................................................................................................ 6 <br />
DAFfAR TABEL................................................... .............................................................. 7 <br />
DAFfAR GAMBAR ............................................................................................................ 8 <br />
I. PENDAHULUAN .......................................................................................................9 <br />
ll. TINJAUAN PUSTAKA................... .......................................................................... 11 <br />
III. TUJUAN DAN MANFAAT........ .... .. .................................................... 14 <br />
IV. METODOLOOI<br />
A. Kerangka Konsep Penelitian ................................................................................. 15 <br />
B. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................................... 16 <br />
C. Populasi dan Sampel................. .......... .................................................................. 18 <br />
D. Estimasi Besar Sampe~ Carn Pemilihan dan Pemeriksaan Sampel ........................ 18 <br />
E. lnstrumen dan Cam Pengumpulan Data ................................................................ 18 <br />
F. Bahan dan Prosedur.................... .......................................................................... 16 <br />
G. Manajemen dan Analisis Data .............................................................................. 19 <br />
H. Pertimbangan Etik Penelitian .. .............................................................................. 21 <br />
V. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................................... 21 <br />
VI. KESIMPULAN DAN SA.RAN ... ............................................................................... 28 <br />
IX. DAFfAR PUSTAKA................................................................................................. 28 <br />
6
DAFfAR TABEL<br />
Halaman<br />
Tabel<br />
1. Perbandingan jumlah individu yang berhasi lolos hidup dalam<br />
Setiap tahap-perkembangan stadium nyamuk An. maculatus. ....... 7<br />
7
DAFTAR GAMBAR<br />
Halarnan<br />
Garnbar 1. Fluktuasi An. maculatus yang istirahat di sekitar kandang di Blok<br />
Ampel Dusun Londeng Desa Jladri Kecamatan Buayan<br />
Kabupaten Kebumen. .... .................................................. ................ 23<br />
Gambar 2. Jumlah telur An. maculaJus karena pengaruh dosis radiasi. .......... 24<br />
Gambar 3. Jumlah larva An. maculatus yang muncul dari telurl proses <br />
penetasan teJur akibat berbagai dosis radiasi........................ ..........<br />
Gambar 4. Presentase penetasan telur An. maculatus pasca irradiasi............<br />
Gambar 5. Jumlah individu yang berhasil lolos hidup dalam setiap<br />
perkembangan Jumlah individu yang berhasil lolos hidup dalarn<br />
setiap perkembangan stadium An. maculatus pada masing<br />
masing rasio kompetisi perkawinan<br />
24 <br />
25 <br />
27 <br />
8
I. PENDAHULUAN<br />
I. 1. Latar Belakang<br />
Malaria masih merupakan masalah utama kesebatan masyarakat di Indonesia Hal<br />
tersebu~ ditan~i dengan masih dijumpainya kejadian malaria, bahkan di beberapa<br />
daerah baik lli Jawa maupun di luar Jawa dilaporkan kejadian luar biasa (KLB).<br />
Kabupaten Kebumen merupakan salah satu wilayah di Propinsi Jawa Tengah yang<br />
masih menjadi endemis malaria dimana nyamuk vektomya adalah An maculatus An<br />
balabacensis, An sundaicus dan An aconitus. Angka kejadian malaria (Armual<br />
Parasite Incident) dilaporkan setiap tabunnya, pada tahun 2007 sebanyak 3,2] 0/00 (1).<br />
Kegiatan penanggu\angan malaria di Kabupaten Kebumen selama ini ditekankan pada<br />
pengendalian vektor, seperti biological control, larvaciding dan apabila teljadi KLB<br />
malaria diJakukan penyemprotan rumah. Berbagai kendaJa dalam penanggulangan<br />
malaria yang dihadapi adalab daerah endemis biasanya pegunungan relatif sulit<br />
dijangkau, vektor malaria resisten terhadap insektisida, keterbatasan dana, sarana dan<br />
tenaga. Pengendalian paling tepat adalab secara terpadu dengan menggunakan<br />
berbagai metode/aplikasi yang terkoordinir dengan baik, sehingga diperoleh hasil<br />
optimal. Salah satu metode pengendalian yang dapat digunakan secara terpadu adalah<br />
dengan menggunakan teknik serangga mandul (TSM) (2). Prinsip dasar TSM adalah<br />
suatu mutasi lethal yaitu adanya perubahan merugikan pada gene sehingga cukup<br />
menyebabkan keturunannya tidak dapat melangsungkan hidupnya. Mutasi ini dapat<br />
teljadi di alam secara spontan namun dalam frekuensi sangat keci!. Irradiasi dengan<br />
sinar-X maupun sinar gamma mempertinggi teljadinya frekuensi mutasi tersebut.<br />
Dalam usaha memperoleh mutasi ini, pembawa dari cell kelamin tidak boleh mati atau<br />
dengan perkataan lain radiasi tidak boleh mematikan cell somatis dan hanya boleh<br />
mempengaruhi cell kelamin (gonade). Sehingga hams dipilib suatu stadium dimana<br />
cell somatis tidak lagi membelah (cell membelah adalah cell sangat sensitif terhadap<br />
radiasi), cell keJamin termasuk cell yang masib didalam stadium membelah. Stadium<br />
yang dimaksud adalah stadium pupa atau dewasa muda (3). Pada pupa serangga jantan<br />
yang diradiasi, pada saat tersebut pembentukan sperma sedang berlangsung. Setiap<br />
kepala dari sperma mempunyai material chromatin yang dirubah oleh adanya radiasi<br />
ini sehingga teljadi mutasi lethal. Terdapat 2 macarn mutasi lethal pertama yang<br />
disebut resessive yaitu tidak menampakkan effeknya pada Fl (keturunan pertama),<br />
tetapi barn muncul setelah terdapat recessive lethal yang homogen. Sifat inilah yang<br />
9
dianggap baik untuk teknik serangga mandul. Sifat yang kedua adalah effek lethal<br />
langsung pada Fl maka mutasi disebut dominant dan sifat ini dipergunakan pada<br />
teknik terdahulu. Menurut Knipling (1970) dalam TSM sangat penting mengurangi<br />
dosis penyinaran yang tinggi, karena akan mengurangi efek-efek jelek pada kompetisi<br />
perkawinan serta perilaku lain serangga. Dikemukakan pula bahwa sterilitas sebagian<br />
....<br />
atau substerilitas mempunyai efek supressi lebih pada populasi serangga dari pada<br />
sterilitas 100 %. Dengan demikian perlu membuat suatu model populasi guna<br />
menghitung tingkat supressi, karena kenaikan populasi setiap generasi adalah 5 kali<br />
Iipar 4 ). Agar teknologi TSM dapat berhasil dengan baik perlu beberapa syarat yang<br />
hams dipenuhi diantaranya adalah : 1). Serangga betina tidak boleh bersifat<br />
partenogenesis, 2). Serangga jantan hams mudah ditemakkan, 3). Penyinaran dengan<br />
radioaktif tidak boleh mengakibatkan kemunduran kemampuan kawin, 4). Serangga<br />
betina sebaiknya kawin sekali saja, 5). Diperlukan informasi popuJasi serangga dan<br />
fluktuasi kepadaannya, 6). Cara pemeliharaan yang baik sehingga sewaktu-waktu<br />
dibutuhkan tersedia, 7). Keseragaman umur serangga yang diradiasi, 8). Ketepatan<br />
waktu penyebaran, dan 9). Teknik jantan mandul sebaiknya dilakukan di daerah<br />
dengan geografi yang agak terisolir C,6). Berdasarkan beberapa persyaratan tersebut,<br />
penelitian ini dilakukan bertujuan menentukan dosis irradiasi yang tepat untuk<br />
mendapatkan sublethal dari serangga (nyamuk), terukurnya longevity nyamuk steril<br />
serta daya saing terhadap serangga nonsteril sehingga mampu menekan populasi alamo<br />
Dengan demikian teknik ini clapat menjadi aJtematif baru dalam mengendalikan<br />
populasi nyamuk vektor di alamo<br />
Penelitian ini bersifat qumi-experiment dengan post lest group control<br />
design(7). Kegiatan penelitian diawali studi popuJasi dengan melakukan penangkapan<br />
nyamuk dan koleksi jentik An. maculalus dari Dusun Londeng Desa Jladri<br />
Kecamatan Buayan Kabupaten Keburnen, nyamuk dikembang biakkan di<br />
laboratorium dan dipeJibara sampai menjadi pupa. Pembuatan serangga mandul yaitu<br />
meradiasikan pupa An. maculalus dengan sinar gamma sel 220 Cobalt-60 (dosis 130<br />
Gy, 120 Gy, 11 0 Gy, 100 Gy, 90 Gy, 80 Gy, 70 Gy, dan 60 Gy) dan dilakukan di<br />
Laboratorium Biomedika PATIR BAT AN Jakarta. Pupa An. maculatus teradiasi sinar<br />
gamma Cobalt-60 akan menghasilkan serangga dewasa yang steril dan akan diamati<br />
longevity nyamuk steril dan daya saing terhadap serangga nonsteril di laboratorium<br />
B2P2VRP Salatiga. Serangga dewasa yang sterillmandul akan bersaing melakukan<br />
perkawinan dengan nyamuk alam sehingga tidak terbentuk FI (keturunan pertama).<br />
10
Apabila perbandingan antara serangga jantan mandul dengan serangga jantan normal<br />
yang ada di lapangan 1:1, maka kemampuan berkembangbiak populasi terse but akan<br />
menurun sebesar 50% dan seterusnya. Data yang terkumpul baik survival, longevity<br />
dan daya saing terhadap serangga nonsteril akan diuji menggunakan fasilitas SPSS<br />
versi 15.00 untuk membandingkan signifikansi antara perlakuan dengan kelompok<br />
.4<br />
kontrol, sedangkan pada pengujian tingkat lapangan akan dibandingkan tingkat<br />
kepadatan (man hour density) nyamuk An. maculaJus sebelum dan setelah<br />
pelepasanlrelease serangga mandul di alam.<br />
Penyebaran serangga mandul akan mengurangi populasi nyamuk vektor di alam<br />
karena sangat efektif, efisien dan kompatibel untuk diterapkan pada strategi<br />
pendekatan pengendalian vektor pada daerah yang luas. Metode TSM diharapkan<br />
mampu menjadi altematif dalam pengendalian nyamuk vektor malaria Anopheles<br />
maculatus di Dusun Londeng Desa Jladri Kecamatan Buayan Kabupaten Kebumen.<br />
Dipilih lokasi tersebut karena merupakan daerah terisolir yang berada di pegunungan<br />
serta tidak memungkinkan terintroduksi vektor lain. Dusun Londeng merupakan<br />
Dusun yang pemah terjadi KLB malaria dan ditemukan vektor potensial dengan<br />
populasi cukup tinggi. Daerah terisolir merupakan salah satu syarat dilakukannya<br />
teknik ini agar dapat berhasil dengan optimal.<br />
L2. Perumusan masalah<br />
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan sebelumnya pada butir 1.1<br />
perumusan masalah yang dikemukakan adalah dapatkah iradiasi sinar gamma! cobalt<br />
60 memandulkan nyamuk Anopheles maculatus ? dan pada dosis berapakah<br />
menyebabkan mutasi lethal? serta adakah perbedaan daya saing kawin individu jantan<br />
setelab diradiasi ?<br />
ll. TINJAUANPUSTAKA<br />
1. Radioaktivitas Sinar Gamma<br />
Salah satu sifat unsur radioaktif adalah kemampuannya untuk menghasilkan radiasi<br />
pengion. Radiasi pengion adalah radiasi dengan energi tinggi yang dapat mengadakan<br />
reaksi dengan materi secara ionisasi. Proses pengionan inilah merupakan perbedaan<br />
! utama dengan sinar-sinar atau radiasi yang lain seperti infra merah, laser, gelombang<br />
mikro dan suara. Radiasi pengion dengan energi tinggi disebut radiasi kuat dan yang<br />
berenergi rendah disebut radiasi lemah. Radiasi dapat dibagi dalam 2 katagori yaitu<br />
radiasi partikel dan radiasi elektromagnetik (8). Sinar gamma termasuk katagori sinar<br />
11
elektromagnetik. Interaksi sinar elektromagnetik dengan sistem biologi diperantarai<br />
suatu proses fisika, kimia,<br />
biokimia dan berakhir dengan proses biologi. Proses<br />
biokimiawi merupakan peristiwa kerusakan molekul-molekul penting secara biokimia<br />
baik yang nampak (morphologis) maupun yang tidak nampak (fisiologis). Proses<br />
biologi merupakan perubahan atau kerusakan molekul secara kimiawi dan biokimia<br />
A<br />
karena respon biologis yang timbul seperti efek geoetik, efek somatik, efek fisiologis<br />
maupun kematian sel dan organisme. Efek genetik radiasi menghasilkan beotok<br />
mutasi pada keturunan organisme dengan sifat-sifat yang berbeda dari induknya.<br />
Kejadian mutasi akan diikuti kerusakan pada molekul DNA dan kromosom. Efek<br />
somatik radiasi menghasilkan bentuk-bentuk sel somatik abnonnal sebagai hasH<br />
pembelahan sel secara mitosis. Terdapat 2 macam efek somatik yaitu : 1). Stokastik<br />
efek yang merupakan efek tertunda (delay effect) dan 2). Nonstokastik yang berkaitan<br />
dengan dosis paparan radiasi dan efek radiasi, sehingga apabila terjadi pada sel-sel<br />
reproduksi dapat terjadi proses kemandulan (S'].<br />
Teknik Serangga Mandul merupakan teknologi pengendalian nyamuk dengan<br />
cara membuat individu jantan mandul (steril) kemudian dibiarkan kawin dengan<br />
individu bet ina normal, sehingga akan menghasilkan keturunan (F I) yang infertil dan<br />
tidak dapat menghasilkan keturunan baru. Secara bertahap populasi serangga vektor<br />
akan menurun apabila diintroduksi beberapa kali.<br />
2. NyamukAnophe/es moculatus<br />
Malaria masih merupakan masalah utama kesehatan masyarakat di Indonesia. Hal<br />
tersebut ditandai dengan masih dijumpainya kejadian malaria, bahkan di beberapa<br />
daerah baik di Jawa maupun di luar Jawa dilaporkan kejadian luar biasa (KLB).<br />
Kabupaten Kebumen merupakan salah satu wilayah di Propinsi Jawa Tengah yang<br />
masih menjadi endemis malaria dimana nyamuk vektomya adalah An. maculatus An.<br />
balabacensis, An. sundaicus dan An. aconitus. Angka kejadian malaria (Annual<br />
Parasite Incident) diJaporkan setiap tahunnya, pada tahun 2007 sebanyak 3,210/00 (1).<br />
Saat ini Departemen Kesehatan bersama Pemerintah Daerah telah melakukan<br />
langkah-Iangkah menuju eliminasi malaria. Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Tengah<br />
telah melakukan kegiatan-kegiatan untuk menghambat peningkatan kasus malaria pada<br />
tahun 2009 dengan cara monitoring dan pengendalian Malaria Lintas Batas (8<br />
kabupaten endemis), spot survei entomologi, pemantapan kualitas pemeriksaan<br />
laboratorium, intensifikasi suveilans malaria import dan penyediaan bahan<br />
penanggulangan malaria (1).<br />
12
· -<br />
Tantangan yang harus dihadapi dalam menanggulangi malaria adaJah semakin<br />
meluasnya penyebaran vektor, adanya resistensi vektor terhadap insektisida, resistensi<br />
obat, mobiltas dan perilaku penduduk. perubahan lingkungan yang cepat akibat<br />
bencana alam Makin meluasnya distribusi vektor diduga mengakibatkan adanya<br />
peningkatan kasus malaria ~).<br />
...<br />
A1UJpheles maculatus merupakan vektor malaria yang berkembangbiak di sungai<br />
yang mengalir lambat, stream dan sumber air di daerah pegunungan. Dusun Londeng<br />
Desa Jladri Kecamatan Buayan Kabupaten Kebumen merupakan salah satu daerah yang<br />
telah mengalami kejadian luar biasa malaria dengan vektomya An. maculatus. Hasil<br />
studi anal isis spasial menunjukkan bahwa resiko besar tertular malaria adalah didaerah<br />
aliran sungai dan populasi musiman paling tinggi pada awal musim hujan serta akhir<br />
musim hujan. Perkiraan kepadatan populasi paling tinggi pada bulan Juni sampai bulan<br />
Agustus. Hasil penangkapan nyamuk menunjukkan bahwa kepadatan paling tinggi<br />
berkisar lebih kurang 600 ekor. Vektor malaria lain selain An. maculatus diperkirakan<br />
An. ba/abacensis namun kepadatan sangat rendah sekali (hanya ditemukan 7 ekor).<br />
Daerah Dusun Londeng Desa Jladri Kecamatan Buayan Kabupaten Kebumen<br />
merupakan daerah agak terisolir yang berada di pegunungan dan hal ini merupakan<br />
salah satu syarat untuk memenuhi kriteria pelaksanaan pengendalian dengan teknologi<br />
TSM.<br />
Pengendalian nyamuk secara konvensional dengan insektisida memiliki beberapa<br />
kelemahan diantaranya dapat menimbulkan resistensi dan terbunuhnya flora dan fauna<br />
non target, bahkan sering teljadi resistensi silang (cross resistance) sehingga<br />
mengurangi efektifitas pengendalian. Pengendalian yang tepat dilakukan<br />
secara<br />
terpadu menggunakan berbagai metode sehingga diperoleh hasil yang optimal. Salah<br />
satu metode pengendalian yang dapat digunakan adalah dengan menggunakan teknik<br />
serangga mandul (TSM).<br />
Teknologi kesehatan berkembang pesat seiring pemanfaatan radioisotop dengan<br />
berbagai kelebihan dan salah satunya yaitu sifat kimiawi dan sifat fisis yang sarna<br />
dengan zat kimia biasa namun mempunyai kelebihan sifat fisis memancarkan sinar<br />
radioaktif. Teknik ini relatif baru di Indonesia aplikasinya untuk serangga kesehatan<br />
dan potensial untuk pengendalian vektor malaria (nyamuk A1UJpheles sp) karena ramah<br />
lingkungan, efektif spesies dan kompartibel dengan teknik lain. Prinsip dasar TSM<br />
sangat sederhana yaitu membunuh atau menurunkan populasi serangga dengan<br />
serangga itu sendiri (autodical technique).<br />
13
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Vektor dan Reservoir Penyakit Salatiga<br />
bekeIjasama dengan BATAN, Jakarta akan melakukan Studi Teknik Serangga Mandul<br />
untuk pengendatian vektor malaria Anopheles maculatus di Dusun Londeng Desa<br />
Jladri Kecamatan Buayan Kabupaten Kebumen sebagai upaya menunjang program<br />
Bebas Malaria Tahun 2015.<br />
m. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN<br />
TUJUAN UMUM :<br />
Tujuan penelitian ini adalah menentukan dosis radiasi sinar gamma (CobaJt-60) yang<br />
dapat memandulan nyamuk jantan Anopheles maculatus sublethal dan mengetahui daya<br />
saing kawin nyamuk jantan mandul terhadap nyamuk jantan normal (vektor malaria),<br />
sehingga dapat menekan populasi alam dan dapat mengurangi transmisi malaria.<br />
TUJUAN KHUSUS <br />
Tabuo 2010: <br />
1. Mengetahui populasi alam nyamuk sasaran An. maculatus di Dusun Londeng Desa<br />
Jladri Kecamatan Buayan Kabupaten Kebumen.<br />
2. Pengembangbiakan An. maculatus di laboratorium, secara massal, untuk mendapakan<br />
jumlah individu janan Iebih ban yak (Genetik sexing).<br />
3. Orientasi dosis penyinaran Gamma Cobalt-60 yang tepat untuk mendapatkan nyamuk<br />
sublethal masih bertahan hidup dan steril.<br />
4. Melakukan perkawinan skala laboratorium guna mengetahui kemampuan daya saing<br />
kawin nyamukjantan terradiasi dengan yang tidak terradiasi.<br />
5. Uji laboratorium daya supresiJ penekanan populasi serangga terradiasi (semi<br />
lapangan) di dalam kandang nyamuk.<br />
6. Uji Iapaogao (2011). <br />
Tabuo 2011 : <br />
7. Melepaskan nyamuk steril di wilayah Dusun Londeng Desa Jladri Kecarnatan Buayan<br />
Kabupaten Kebumen untuk program pengendalian vektor malaria serta evaluasinya.<br />
MANFAAT. <br />
Penelitian yang telah di1akukan diharapkan dapat bennanfaat bagi: <br />
1. Dinas Kesehatan Kabupaten Kebumen, dalarn melakukan perencanaan dan<br />
pencegahan serta pengendalian malaria yang lebih efektif dan efisien.<br />
14
2. Ilmu pengetahuan dan teknologi altematif baru yang dapat dikembangkan dalam<br />
upaya pengendalian vektor malaria dengan aplikasi Teknologi Serangga Mandul<br />
dengan cara irradiasi sinar gamma (cobalt-60).<br />
v. METODOLOGI<br />
A. Kerangka Konsep Penelitian<br />
Penangkapan nyamuk vektor malaria (An. maculaJus) baik dewasa maupun<br />
larva dilakukan di wilayah Kabupaten Kebumen, untuk di kolonil dipelihara di<br />
laboratorium. Pada stadium pupa atau dewasa muda, dilakukan penyinaran dengan<br />
sinar gamma Cobalt-60 (dosis 130 Gy, ]20 Gy, 110 Gy, 100 Gy, 90 Gy, 80 Gy, dan<br />
70 Gy). Diamati kematian pupa dan persentase pupa jadi nyamuk dewasa. Nyamuk<br />
jantan yang telah teradiasi dikawinkan dengan nyamuk betina normal/non radiasi<br />
dalam berbagai dosis dengan alat IRPASENA (kering) dan IRADIATOR LATEX<br />
(eair). Telur menetas menjadi larva dari setiap dosis perlakuan dihitung. Setiap<br />
kelompok telur yang belum menetas sampai hari ke lima, dinyatakan sebagai<br />
kelompok yang gagal menetas. Dari persentase telur yang menetas ini didapatkan<br />
nilai kemandulan.<br />
Orientasi dosis irradiasi, yang diobservasi adalah sesuai dosis standart lAEA untuk<br />
Anopheles (Diptera) yaitu 120 gy sehingga dosis yang akan dipakai 130 Gy, 120 Gy,<br />
110 Gy, 100 Gy, 90 Gy, 80 Gy, dan 70 Gy dengan (3 kali Ulangan) dan Irradiasi<br />
digunakan IRRADIATOR. Nyamuk/pupa jantan (0') yang diirradiasi ditempatkan<br />
pada kandang keeil berukuran 30 em x 30 em x 30 em, masing-masing berisi 100<br />
ekor nyamuk jantan dan di dalam kandang dilengkapi kapas yang dibasahi larutan<br />
gula sebagai sumber energy nyamuk dewasa jantan. Radiasi berlangsung selama 2<br />
menit.<br />
1<br />
15
• L<br />
.< ..<br />
Stadium Pupa<br />
dan dewasa ,"'"<br />
muda<br />
mocuJatus_<br />
An.<br />
) ~<br />
...<br />
An. mocuJatus substeriJ<br />
1. OnentaSl dosls<br />
2. Daya saing kawin<br />
3. Longevity nyamuk yg<br />
diirradiasi (jantan).<br />
4 . Semi lapangan (daya<br />
supressi)<br />
... "" ..~ - -. ', ....;.. - .<br />
• • ,....-..w. __<br />
Sinar Gamma! CobaIt-60<br />
-",. ~<br />
Dosis Penyinaran<br />
70; 80; 90;100; 110;120 daD 130 gray<br />
Keterangan<br />
Tahap I<br />
Tahap II<br />
Penelitian dilakukan dalam skala laboratorium dan semi lapangan yang<br />
dilaksanakan pada tahun 2010<br />
Penelitian dilakukan dalam skala operasional lapangan yang dilakukan pada<br />
tahun 2011<br />
B. Tempat dan Waktu Penelitian<br />
1_ Lokasi penelitian dilakukan di DusunlBlok Londeng Desa Jladri Kecamatan Buayan<br />
Kabupaten Kebumen sebagai lokasi untuk pengambilan sampel nyamuk dan tempat<br />
untuk pelepasan serangga mandul tahun ke II (penelitian lanjutan).<br />
2. Laboratorium B2P2VRP Salatiga untuk kolonisasi dan pengembangbiakan secara<br />
massal nyamuk Anopheles macula/us asal DusunlBlok Londeng Desa Jladri<br />
Kecamatan Buayan Kabupaten Kebumen serta studi genetic sexing untuk<br />
mendapatkan individu jantan lebih banyak.<br />
3. Laboratorium Biomedika Pusat Aplikasi Teknologi Isotop dan Radiasi (PATIR)<br />
BATAN Jakarta, sebagai institusi untuk melakukan radiasi nyamuk (stadium pupa dan<br />
nyamukjantan muda).<br />
4. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Pebruari 2010 sid Nopember 2010 (8 bulan).<br />
16
C. Definisi OperasionaJ<br />
'1. Teknik Serangga Mandul (TSM) adalah teknik pengendalian nyamuk menggunakan<br />
serangga itu sendiri (serangga jantan) yang telah diirradiasi sampai sublethal, sehingga<br />
tidak dapat meneruskan keturunannyalmandul.<br />
2. Radiasi Sinar Gamma.<br />
Adalah sinar yang memancarkan energi melalui suatu materilruang dalam bentuk<br />
panas, partikel atau gelombang elektromagnetik cahayalfoton yang berupa sinar<br />
Gamma. Satuan: Gray/Gy dan Skala: Rasio.<br />
3. Mutasi sublethal nyamuk.<br />
Adalah efek sinar radiasi gamma yang menyebabkan adanya perubahan merugikan<br />
pada gene sehingga cukup menyebabkan ketunmannya tidak dapat melangsungkan<br />
hidupnya. Skala: Rasio<br />
4. Mandul<br />
Kemandulan merupakan keadaan dimana terjadi ketidakmarnpuan suatu organisme<br />
menghasilkan keturunan sebagai akibat dari radiasi yang diterima. Hal ini dapat<br />
berupa aspennia, inaktivasi spenna, mutasi lethal dominan dan ketidakmampuan<br />
kawin. Skala: Nominal<br />
5. Kepadatan nyamuk<br />
Angka yang diperoleh berdasarkan jumlah nyamuk yang menggigit dalam kurun<br />
waktu tertentu. Angka ini diperoleh dari hasil penangkapan menggunakan umpan<br />
orang maupun yang istirahat di dinding rumah, kandang temak maupun habitat<br />
aslinya. Satuan : ekorljamlorang. Skala: Rasio.<br />
6. Kepadatan Populasi alam<br />
Adalah kepadatan yang dihitung berdasarkan fonnula Bailey (pada ukuran perkiraan<br />
populasi bergerak serangga dari serangga yang terangkap pada mark release<br />
recapture) yaitu (10) :<br />
T ( n + 1) <br />
N = ---------<br />
T+I<br />
N<br />
T<br />
N<br />
T<br />
= adaIahjumlah total populasi serangga <br />
= adalah jumlah individu ditandai yang dilepas <br />
= adalahjumlah individu tertangkap. <br />
= adalahjumtah individu ditandai yang tertangkap. <br />
17
· -<br />
D. Populasi dan Sampel<br />
I. Populasi adalah populasi nyamuk dan larva yang ada di wilayah Kebumen. Sampel<br />
adalah jumlah nyamuk dan larva An. maculatus yang tertangkap saat penangkapan,<br />
kemudian dipelihara di laboratorium B2P2VRP Salatiga sampai menjadi pupa.<br />
2. Sampel penelitian adalah semua pupa An. maculatus hasil pemeliharaan laboratorium<br />
..... <br />
dan penangkapan nyamuk dan larva lapangan. <br />
E. Estimasi Besar Sam pel, Cars Pemilihan dan Penarikan Sampel<br />
1. Estimasi besar sampel sebanyak minimal 100 ekor nyamuk steril dengan asumsi<br />
mempermudah estimasi populasi pasca bersaing dengan nyamuk nonsteriJ.<br />
2. Carn Pengambilan dan Penarikan Sampel<br />
Pengambilan sampel pada kelompok perlakuan dan pembanding dilakukan secara<br />
randomized sampling dengan eara penangkapan nyamuk. Hal ini disebabkan<br />
percobaan bersifat homogen. Randomisasi dilakukan dengan menempatkan perlakuan<br />
secara random terhadap unit pereobaan (Knipling, 1955).<br />
F. Instrument dan Cars Pengumpulan Data<br />
J. Data primer angka kepadatan nyamuk An.maculatus di wilayah Kebumen.<br />
Penangkapan nyamuk An.<br />
menentukan angka kepadatan nyamuk vektor.<br />
maculatus di wilayah Kebumen dilakukan untuk<br />
2. Data kematian pupa dan nyamuk An. maculatus setelah diradiasi.<br />
Pengaruh radiasi terhadap perturnbuhan dan perkernbangan pupa, baik itu berupa<br />
kelainan morfologis seperti kecacatan maupun genetis seperti sterilJ mandul maupun<br />
kematian pupa dalam jumlah atau persentase (%).<br />
3. Radiasi sinar Gamma<br />
Panearan energi melalui suatu materilruang dalam bentuk panas, partikel atau<br />
geJombang elektromagnetik eahaya/photon yang berupa sinar Gamma Satuan :<br />
Gray/Gy. Dosis penyinaran yang digunakan dalam penelitian ini adaJah 130 Gy, 120<br />
Gy, 110 Gy, 100 Gy, 90 Gy, 80 Gy, 70 Gy, dan 60 Gy, sebagai dosis irradiasi<br />
terhadap pupa An. maculatus.<br />
4. Data primer tingkat perkawinan yang menghasilkan Fl Jumlah nyamuk jantan yang<br />
muneul dari pupa teradiasi akan dilakukan perkawinan dengan cara mencampurnya<br />
dengan nyamuk betina normal/tidak teradiasi.<br />
5. Data primer umur nyamuk teradiasi. <br />
Nyamuk yang muneul dari pupa teradiasi diikuti umur hidupnya (longevity). <br />
18
G. Bahan dan Prosedur<br />
I. Bahan dan Alat<br />
a. Nyamuk dan larva An. maculatus basil penangkapan lapangan.<br />
b. Peralatan penangkapan dan rearing nyamuk dan larva seperti kandang, aspirator,<br />
dipper, tray.dl\.<br />
....<br />
c. Alat radiasilpenyinaran pupa.<br />
d. AJat pengukuran ke1embaban seperti sling psychrometer dan thermometer basah<br />
kering.<br />
2. Prosedur Kerja<br />
a. Cara kerja penangkapan nyamuk dan koleksi larva.<br />
Penangkapan nyamuk di1akukan pada waktu malam bari di DusunIBlok Londeng<br />
Desa Jladri Kecamatan Buayan Kabupaten Kebumen Kebumen, dengan<br />
menggunakan tenaga penangkap sedangkan koleksi larva dilakukan pada pagi<br />
hari. Dilakukan pencatatan terhadap luasnya tempat perindukan. Nyamuk dan<br />
larva yang diperoleb dipelihara di laboratoriwn sampai menjadi pupa. Suhu dan<br />
kelembaban di alam maupun saat pemeliharaan diukur. Larva diberi pakan<br />
campuran Yeast, dogfood dan daging yang dibuat dalam bentuk serbuk.<br />
Sedangkan nyamuk dirnasukkan ke dalam kandang dengan diberi pakan cairan<br />
gula 10% dan pakan darah mannut.<br />
Pemelibaraan nyamuk<br />
Pemeliharaan nyamuk dilakukan di Laboratorium Balai Besar Litbang Vektor<br />
dan Reservoir Penyakit, Salatiga. Nyamuk Anopheles maculatus dalam<br />
perkembangannya mengalami metamorfosa sempuma, mulai dari stadium telur,<br />
larva dan pupa hidup di dalam air, sedangkan dewasanya terbang.<br />
b. Orientasi dosiB irradiasi<br />
Penentuan dosis irradiasi dilakukan dengan cara meirradiasi pupa yang<br />
sebelumnya telah diidentifikasi jenis kelamin Uantan), berumur satu bari masingmasing<br />
50 ekor yang ditempatkan pada vial plasti berukuran tinggi 6 cm dan<br />
diametemya 4 cm. Masing-masing untuk dosis iradiasi 0 (kontrol), 130 Gy, 120<br />
Gy, 110 Gy, 100 Gy, 90 Gy, 80 Gy, 70 Gy, dan 60 Gy; serta ulangan tiga kali.<br />
Proses irradiasi menggunakan pesawat IRADIATOR LATEX (cair). Setelah<br />
proses irradiasi selesai masing-masing pupa nyamuk tersebut dimasukkan<br />
kedalam kurungan seperti biasa, dan masing-masing kurungan telab diisi 50 ekor<br />
betina nonna\. Pemeliharaan nyamuk-nyamuk tersebut dilakukan sesuai standar<br />
19
yang berlaku, dan setiap telur yang dihasilkan dari masing-masing kurungan <br />
dipelihara untuk mempelajari kehidupan nyamuk paska irradiasi. Meliputi jumlah <br />
telur, persentase penetasan telur sampai ke stadium nyamuk dewasa. <br />
Pengamatan paska iradiasi dilakukan sama seperti pada poin 2. <br />
Penyioaran dengan Sinar Gamma Cobalt-60: <br />
....<br />
Pupa muda diberikan penyinaran dengan sinar Gamma dosis 130 Gy, 120 Gy, <br />
110 Gy, 100 Gy, 90 Gy, 80 Gy, 70 Gy, dan 60 Gy. Penyinaran djlakukan di <br />
Laboratoriurn PATIR BATAN, Jakarta. Setelah penyinaran dilakukan <br />
pemeliharaan secara laboratorium untuk melihat pengaruh terhadap kehidupan <br />
pupa menjadi dewasa. Sebagai kontrol adalah koloni yang tidak diradiasi. <br />
Tingkat pertumbuhan Filial (Ft) : <br />
Nyamuk jantan yang muneul dari pupa yang teradiasi diletakkan dalam kandang <br />
untuk dikawinkan dengan nyamuk betina yang nonnal/tidak diradiasi. Kemudian <br />
dihitungjumlah Fl yang muneul. <br />
Sebagai kontrol adalah nyamuk yang tidak diradiasi. <br />
c. Vmur hidup nyamuk Iiongivity:<br />
Nyamuk dari pupa yang teradiasi diikuti umur hidupnya untuk melihat<br />
kemampuan dalam pengendalian vektor. Sebagai kontrol adalah nyamuk yang<br />
tidak diradiasi. Pengaruh dosis irradiasi terhadap umur nyamuk jantan mandul<br />
hanya dilakukan pada dosis yang mempunyai nilai daya saing kawin dan tingkat<br />
sterilitas penetasan telur relatif tinggi, proses irradiasi dilakukan dengan eara<br />
yang sarna seperti sebelumnya dengan tiga kali ulangan. Nyamuk jantan mandul<br />
hasil irradiasi kemudian dipelihara pada kurungan, diberi makanan nyamuk<br />
dewasa, tapi tanpa dikawinkan sampai semua nyamuk mati semua.<br />
d. Peoentuao oiJai daya saiog kawin.<br />
Dari satu atau dua dosis irradiasi yang rnenghasilkan tingkat kemandulan sub<br />
lethal, dosis-dosts ini kemudian digunakan lebih lanjut untuk meradiasi sebanyak<br />
50 ekor nyamuk jantan berumur satu hari. Setelah proses radiasi masing·rnasing<br />
nyarnuk kemudian dimasukan ke dalarn kurungan dengan pola perbandingan<br />
jantan dan betina, nonnal dan dirradiasi.<br />
Daya saing kawin hanya dilakukan terhadap dosis iradiasi hasil seleksi observasi<br />
dosis, yaitu 70 Gy ke atas. Proses iradiasi dilkakukan dengan cara yang sama<br />
seperti di atas (100 ekor) dan hanya untuk dosis130 Gy, 120 Gy, 110 Gy, 100 Gy,<br />
20
• <br />
90 Gy, 80 Gy, 70 Gy, dan 60 Gy. Jantan hasil irradiasi diberi kode R dan<br />
betinaljantan yang tidak diiradiasi diberikode N. Selanjutnya sernua nyamuk<br />
tersebut dikawinkan seperti kombinasi berikut :<br />
1) 0 N : ~ N = 1 : 1<br />
2) 0 R : ~ N = 1 : I<br />
....<br />
3) 0 R: 0 N : ~ N = I : 1 : 1<br />
4) 3 0 R : 0 N : ~ N = 3 :1 : 1<br />
~AI DAY A SAING ](AWIN :<br />
SIN HITUNG<br />
SIN AKTUAL (KONTROL)<br />
SINHITUNG <br />
Ha -<br />
E -<br />
E <br />
Hs<br />
Ha : Presentasi penetasan telur dari kontrol (IoN: I ~ N)<br />
Us : Presentasi penetasan telur dan (loR: I ~ N)<br />
N : Jumlah Jantan Normal (yang diperlakukan)<br />
S : Jumlah Jantan Radiasi<br />
E : Prescntasi penetasan telor dan (30 R : IoN: I ~ N)<br />
3 <br />
SIN Aktual = 3 (-) <br />
I<br />
G. Manajemen dan Analisis Data.<br />
Data yang terkumpul baik, survival, longevity dan daya saing terhadap serangga nonsteril<br />
akan diuji menggunakan fasilitas SPSS versi 15.00 untuk membandingkan signifIkansi<br />
antara perlakuan dengan kelompok kontro\. Pada pengujian tingkat lapangan akan<br />
dibandingkan tingkat kepadatan (man hour density) An. macula/us sebelum dan sesudah<br />
pelepasanlrelease serangga rnandul di alam.<br />
H. Pertimbangan Etik Penelitian.<br />
Penelitian ini akan melibatkan peneliti dan pembantu peneliti terhadap faktor-faktor<br />
risiko yang berhubungan dengan Pengembangan Teknik Serangga Mandul dengan<br />
21
Radiasi Gamma, selain itu melibatkan juga hewan percobaan berupa nyarnuk Anopheles<br />
maculatus yang berperan sebagai vektor Malaria di daerah tersebut.<br />
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN<br />
1. Penangkapan Nyamuk di Blok Ampel, Dusun Londeng, Desa Jladri Kecamatan<br />
.....<br />
Buayan Kabupaten Kebumen.<br />
Berdasarkan hasil penangkapan nyarnuk yang dilakukan di Blok Ampel Dusun Londeng<br />
Desa Jladri Kecamatan Buayan Kabupaten Kebumen ditemukan beberapa spesies<br />
Anopheles yaitu : Anopheles macula/us, Anopheles jIavirostris, Anopheles annularis, dan<br />
Anopheles baJabacensis. Nyamuk paling dominan yang tertangkap adalah An. macula/us.<br />
Dominasi An. maculatus terlihat jelas pada penangkapan nyarnuk di daerah sekjtar<br />
kandang. Akan tetapi pada penangkapan dengan menggunakan umpan orang di luar<br />
rumah, umpan orang di dalarn rumah dan penangkapan nyarnuk di sekitar dinding dalarn<br />
rumah juga diperoleh nyarnuk An. maculatus, narnun dalarn jumlah lebih sedikit<br />
dibanding pada penangkapan di sekitar kandang temak. Berdasarkan hasil penangkapan<br />
nyamuk baik yang dilakukan dengan menggunakan umpan orang di dalam rumah, umpan<br />
orang di luar rumah, penangkapan nyamuk di dinding rumah, dan penangkapan disekjtar<br />
kandang temak, terlihat bahwa hasil penangkapan nyarnuk terbanyak diperoleh pada<br />
penangkapan disekitar kandang temak. Hal ini dapat dilihat pada penangkapan nyarnuk<br />
bulan Juni 2009 di sekitar kandang, diperoleh nyamuk An. maculatus 94 ekor, An.<br />
jIavirostris 4 ekor, dan An. anuloris 2 ekor. Penangkapan pada bulan Juli hanya diperoleh<br />
nyamuk An. maculatus dan An. jIavirostris masing-masing berjumlah 133 ekor dan 2<br />
ekor. Sedangkan pada bulan Agustus diperoleh tiga spesies nyarnuk yaitu An. macula/US<br />
95 ekor, An. jIavirostris 2 ekor, dan Anopheles baJabacensis 4 ekor. Pada penangkapan<br />
bulan September hanya diperoleh 6 ekor nyamuk, masing-masing 5 ekor An. maculatus<br />
dan 1 ekor nyarnuk An. jlavirostris. Jika dilihat seeara keseluruhan ada kecenderungan<br />
bahwa kepadatan nyamuk setiap penangkapan dari bulan Juni sampai September semilin<br />
menurun. Hal ini disebabkan karena tempat berkembangbiakan nyamuk di alarn<br />
mengalami kekeringan akibat musim kemarau yang panjang. Puncak kepadatan tertinggi<br />
An. macula/us sebagai nyamuk paling dominan di daerah ini terjadi pada bulan Juli<br />
1<br />
( Gambar I). Pada gambar merupakan penangkapan pada preliminari studi yang dilakukan<br />
tahun 2009. Pada tahun 2010 dari hasil penangkapan sampaj bulan Agustus kepadatan<br />
22
· -<br />
masih rendah. Hasil nyamuk An. maculatus yang ditangkap dipelihara untuk penelitian<br />
orientasi dosis, daya saing kawin, longivity dan daya supresi.<br />
40<br />
3!><br />
_ J~ lll l<br />
.10<br />
5<br />
o<br />
o 6 3 6 11 2S 3 13<br />
2 2 3 20 12 3 8 11 13 10 S<br />
-.- AI-~ll s t u s o o 1 6 14 3 .14 1 7 .1 2 7 5 2 o<br />
--S':-I)l"'11 1i..>c r 0 o o o o 3 o o<br />
o o o<br />
Gambar 1. Fluktuasi An. maculatus yang istirahat di sekitar kandang di Blok Ampel <br />
Dusun Londeng Desa lladri Kecamatan Buayan Kabupaten Kebumen. <br />
2. Penentuao dosis radiasi (orieotasi dosis).<br />
Penelitian pengaruh berbagai dosis radiasi terhadap tingkat sterilitas/pemandulan<br />
nyamuk An.maculatus jantan strain Desa lladri Kecamatan Buayan Kabupaten<br />
Kebumen paling tinggi dapat dilihat pada Gambar 2. Pada gam bar 2 tersebut hasil<br />
irradiasi dengan sinar gamma diperoleh data bahwa dosis radiasi 60 Gy dapat<br />
memandulkan An. maculatus 48 %, 70 Gy dapat memandulkan 53 %, 80 Gy dapat<br />
memandulkan 60 %, 90 Gy dapat memandulkan sebesar 66 %, 100 Gy memandulkan<br />
78 %, 110 Gy memandulkan 97 %, 120 Gy memandulkan 99 %, 130 Gy<br />
memandulkan 100 %. Hasil semen tara dosis radiasi yang efektif berkisar antara 110<br />
Gray- 130 Gray, Karena dapat memandulkan An. maculatus berkisar antara 97-100%.<br />
23
..<br />
::::I<br />
2500<br />
2000<br />
Qi 1500<br />
I<br />
.r:<br />
ca<br />
E 1000<br />
::::I<br />
..,<br />
500<br />
r---<br />
-1-'---<br />
..<br />
-<br />
1(01.1<br />
;---<br />
.<br />
2060<br />
1979<br />
,..,..,,,<br />
1530<br />
I<br />
--<br />
--<br />
0<br />
o<br />
.. .--- ,--<br />
90 100 110 120<br />
Dosis (Gy)<br />
Gambar 2. lumlah telur An. maculatus karena pengaruh dosis radiasi<br />
lumlah telur akibat berbagai dosis radiasi dapat dilihat pada gambar 2. Pada gambar terse but<br />
pada dosis 90 dan 100 Gy jumlah telur relative lebih tinggi dibandingkan dosis radiasi yang<br />
lainnya. lumlah telur tertinggi diperoleh pada dosis 90 Gy dan terendah pada dosis 110 Gy.<br />
lumlah larva yang muncul dari telur dapat dilihat pada gambar 3. Pada gambar 3 tersebut<br />
terlihat bahwa makin tinggi dosis radiasi jumlah larva yang muncul dari telur juga makin<br />
rendah apabila dibandingkan dengan control! tanpa radiasi. Hal tersebut membuktikan bahwa<br />
radiasi dapat menyebabkan menurunnya proses penetasan telur menjadi larva atau benarbenar<br />
dapat mengakibatkan sterilitas.<br />
300<br />
250<br />
ca<br />
t: 200 -I--<br />
ca<br />
...J<br />
.r: 150 I--<br />
ca<br />
E<br />
100 r--<br />
::::I<br />
..,<br />
50 I--<br />
0 <br />
250<br />
1':1"<br />
45<br />
15<br />
10<br />
I I<br />
, I I<br />
,<br />
o 90 100 110<br />
120<br />
Dosis (Gy)<br />
,<br />
Gambar 3. lumlah larva An. maculatus yang muncul dari telurl proses penetasan telur akibat<br />
berbagai dosis radiasi.<br />
24
lumlah penetasan telur juga menurun akibat berbagai dosis radiasi. lrradiasi gamma dapat<br />
menyebabkan penurunan terhadap proses penetasan telur dosis 90 Gy mampu menurunkan<br />
prosentase penetasan telur hingga lebih dari 50 %, bahkan pada dosis 110 Gy mampu<br />
menumnkan persentase penetasan telur sampai 90 % Gambar 4. Hasil analisa statistik dengan<br />
uji Duncan ,di peroleh hasil bahwa terdapat perbedaan yang bermakna pada j umlah teiur,<br />
jumlah larva dan prosentase penetasan telur j ika dibandingkan dengan kontrol. Pada ke 3<br />
parameter tersebut diatas dosis 110 berbeda nyata dengan dosis yang lain. Untuk<br />
mendapatkan dosis mandul dapat di lakukan pada stadium pupa maupun dewasa muda.<br />
Namun apabila dilakukan pada stadium dewasa memerlukan tempat yang lebih luas/ kandang<br />
nyamuk. Apabila digunakan stadium pupa media air dapat mempengaruhi proses radiasi itu<br />
sendiri. Beberapa pakar mengatakan bahwa proses radiasi harus dipilih suatu stadium dimana<br />
cell somatis tidak lagi membelah (cell membelah adalah cell sangat sensitif terhadap radiasi),<br />
cell kelamin termasuk cell yang masih didalam stadium membelah. Stadium yang dimaksud<br />
adalah stadium pupa atau dewasa muda (3).<br />
100<br />
90<br />
80<br />
70<br />
III 60<br />
J9<br />
S 50<br />
~ 40<br />
30<br />
20<br />
10<br />
0<br />
r<br />
'r<br />
r-<br />
I-<br />
r-<br />
r<br />
"r-<br />
I-<br />
- -90<br />
-<br />
4U<br />
o 90<br />
25<br />
100<br />
I<br />
10<br />
110<br />
I<br />
5<br />
120<br />
I<br />
Dosis (Gy)<br />
Gambar 4. Presentase penetasan telur An. maculatus pasca irradiasi.<br />
Hasil uji berbagai dosis radiasi terhadap An. macula/us ternyata berbeda hasil dengan uji yang<br />
dilakukan terhadap spesies Ae. aegypti, hal tersebut menggambarkan bahwa kepekaan atau<br />
respon terhadap dosis radiasi tergantung spesies nyamuk uji. Teknik serangga mandul telah<br />
dapat dikembangkan dibeberapa negara tidak saja untuk pengendalian nyamuk, tetapi juga<br />
untuk serangga hama yang lain yaitu lalat buah. Berdasarkan beberapa pengalaman<br />
keberhasilan TSM ditentukan oleh banyak faktor diantaranya adalah kemampuan daya saing<br />
kawin dengan jantan normaV tanpa radiasi, jumlah yang hams dilepas ke alam supaya kawin<br />
25
· -<br />
dengan betina normal dan umur jantan radiasi. Daya saing kawin atau kemampuan kawin<br />
inilah yang nantinya akan dipertimbangkan dalam pemilihan dosis radiasi. Hasil penelitian ini<br />
belum dapat diJaporkan semuanya karena masih dalam proses pelaksanaan.<br />
3. Peogujiao Kompetj.si Kawio .<br />
...<br />
Hasil penelitian kompetisi kawin nyamuk An. maculatus antara individu jantan teradiasi<br />
(JF1R) dan jantan normal (IN) yang dikawinkan dengan betina normal (BN) tersaji pada<br />
tabel 1.<br />
Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin banyak jumlah jantan F] iradiasi<br />
(JR) yang digunakan untuk kompetisi semakin besampula tekanan reproduksi telur yang<br />
dihasilkan. Hasil nyata terlihat dari persentase jumlah telur yang mengalami penurunan<br />
menjadi 57,3 %,42,98 %,26,]8 % dan 18,58 %. Selanjutnya hasil tersebut dapat mampu<br />
menekan populasi keturunannya.<br />
Tabel I. Perbandinganjumlah individu yang berhasillolos hidup dalam setiap tahap<br />
perkembangan stadium nyamuk An. maculatus<br />
Rasio<br />
Perlcawi nan *<br />
JR: IN: BN<br />
0 : ] : 1<br />
JumJah<br />
lndividu<br />
JR: IN: BN<br />
0 : 2 : 2<br />
488.00 11 421.34 370.00 266.66 100%<br />
Jumlah<br />
Jumlah individu yang berhasil lolos hidup tiap<br />
stadium **<br />
Telur** Larva Pupa Nyamuk dewasa<br />
1 : 0: 1 2 : 0 : 2 102.00 bc 87.34 77.34 74.00 20.2%<br />
] : 1 : 1 2 : 2 : 2 269.74 255.34 244.66 240.66 65.6%<br />
5 : 1 : ] 10: 2 : 2 200 186.66 ] 75.34 170.00 46.4 %<br />
10 : ] : I 20: 2 : 2 1I8 c ]06.66 94.00 90.66 24.7%<br />
20: 1 : 1 40: 2 : 2 90.66 b 84.00a 76.66 72.0(f ]9.6 %<br />
Ket: * JR= Jantan F1 iradiasi, IN= Jantan Normal, BN= Betina Normal, K=Kontrol <br />
** Angka pada kolom diikuti hurufyang sarna, menyatakan tidak ada perbedaan <br />
nyata. <br />
Perkembangan populasi setiap stadium dari masing-masing rasio perkawinan memperlihatkan<br />
gambaran yang sarna selalu diikuti proses penurunan populasi setiap stadiumnya berdasarkan<br />
data jumlah individu (populasi) yang berhasil 1010s hidup tiap stadium. Perbandingan<br />
perkembangan populasi pada masing-masing rasio perkawinan juga memperlihatkan<br />
gambaran yang sarna Semakin besar jumlah JR dalam rasio perkawinan akan diikuti<br />
berkurangnya populasi setiap stadiumnya. Hasil presentase jumlah individu yang berhasil<br />
26
1010s hidup mencapai stadium dewasa menunjukkan bahwa peningkatan jumlah nyamuk<br />
jantan F 1 iradiasi dengan rasio perkawinan secara nyata mampu menekan perkembangan<br />
populasi keturunannya menjadi 65 % (rasio 1 : 1 : 1),46,4 % (rasio 5 : 1 : 1),24,7 % (rasio 10<br />
: 1 : 1), dan 19,6 % (rasio 20: 1 : 1). Hasi! dapat digambarkan pad a gambar 5. Berdasarkan<br />
kenyataan tersebut -menggambarkan bahwa telur yang diproduksi mempunyai kualitas yang<br />
sarna dan berarti k~mampuan membuahi dan kemampuan kawin dari JR dibanding dengan IN<br />
tidak berbeda jauh, sehingga JR mampu berkompetisi dengan IN. Dengan demikian apabila<br />
akan melepas jantan manduJ ke alam dipastikan melebihi j urnlah populasi alam atau 3 kali<br />
lipatnya,sehingga akan dapat penekan generasi berikutnya.<br />
:J<br />
"0<br />
:~<br />
"0<br />
600<br />
500<br />
400<br />
c:<br />
.c: 300<br />
co<br />
E 200<br />
:J<br />
"")<br />
100<br />
0<br />
1<br />
o Telur<br />
I<br />
c- D Larva<br />
- o Pupa<br />
-<br />
,<br />
o Dewasa l<br />
-<br />
- -<br />
r-l-r-<br />
- I-<br />
I [Tn<br />
I ,<br />
r--r-<br />
-n f1l rn-n<br />
0:1 :1 1 :0:1 1:1:1 5:1 :1 10: 1: 1 20: 1: 1<br />
Rasio jantan iradiasi : Jantan normal: Betina normal<br />
Gambar 5. lwnlah individu yang berhasil lolos hidup dalam setiap perkembangan <br />
stadium An maculatus pad a masing masing rasio kompetisi perkawinan <br />
Kesimpulan yang dapat disampaikan adalah bahwa ujin kompetisi nyamukjantan irradiasi An.<br />
maculatus mampu bersainglberkompetisi secara nyata dengan nyamuk jantan normal! tanpa<br />
radiasi. Semakin banyak jumlah jantan irradiasi (mulai dari 5 kali, sampai dengan 20 kali<br />
jumlah jantan normal) dalam kompetisi kawin akan semakin memperkecil! mereduksi<br />
populasi berikutnya setengah sampai seperlimanya.<br />
27
· <br />
VI. KESIMPULAN DAN SARAN<br />
6. 1. Kesimpolan<br />
I. Dosis radiasi smar gamma CO-60 yang menyebabkan kemandulan pada An.<br />
macuJat1fS sebesar antara 97-100% adalah 110 Gray- 130 Gray,<br />
2. Hasil irrntliasi dengan sinar gamma diperoleh data bahwa dosis radiasi 60 Gy<br />
dapat memandulkan An. macula/us 48 %, 70 Gy dapat memandulkan 53 %, 80<br />
Gy dapat memandulkan 60 %, 90 Gy dapat memandulkan sebesar 66 %, J00 Gy<br />
memandulkan 78 %, 110 Gy memandulkan 97 %, 120 Gy memandulkan 99 %,<br />
130 Gy memandulkan 100 %.<br />
3. Jantan radiasi (JR) mampu berkompetisi dengan IN, namun semakin banyak<br />
jumlah jantan irradiasi (mulai dari 5 kali, sampai dengan 20 kali jumlah jantan<br />
normal) dalam kompetisi kawin akan semaldn memperkecill mereduksi populasi<br />
berikutnya setengah sampai seperlimanya.<br />
4. Populasi An. macula/us tinggi di Blok Ampe~ Dusun Londeng, Desa Jladri<br />
Kecamatan Buayan Kabupaten Kebumen berkisar antara bulan Juni sampai<br />
Agustus, sehingga disarankan untuk proses pelepasan sebaiknya dilakukan pada<br />
bulan-bulan tersebut.<br />
6.2. Saran<br />
1. Apabola akan melepaskan ke alam rasio perbandingan jantan steril paling tidak 5<br />
kali lipat untuk dapat menekan populasi alam.<br />
2. Pelepasan dilakukan sebelum puncak kepadatan An. maculatus yaitu sebelum<br />
bulan Juli.<br />
XI. DAFTAR PUSTAKA<br />
I. Dinkes Kabupaten Kebumen. Laporan Tahunan Dinkes Kab. Kebumen. 2008<br />
2. Steffen Groth. Baldip Khan, Alan Robinson and Jorge Hendrichs. Nuclear Science<br />
Fight Malaria. Radiation and Moleculer Technique Can Play Targeted Roles. IAEA<br />
Bulletin 43.2.2001. 4 halaman.<br />
3. Soelaksono Sastrodihrujo dan Ijos Subki. Persoalan serta kemungkinan yang dihadapi<br />
didalam pemberantasan hama dengan teknik serangga jantan mandul. Teknik Jantan<br />
Mandul Untuk Pemberantasan Hama. Kesimpulan-Kesimpulan dan Kertas Kerja dari<br />
Pertemuan Studi Group. Jakarta 10-11 Agustus.1970 dan 6-7 Maret 1972. Badan<br />
Tenaga Atom Nasional.Hal 39.<br />
28
· -<br />
4. Knipling, E.F. Suppression of pest Lepidoptera by releasing partially sterile males. A<br />
theoritical appraisal. 1970. Bioscience 20 : 465-470.<br />
5. Sardjono, H. Sterile Male Technique As a Pest Control By Atomic Irradiation.<br />
Kesimpulan-Kesimpulan dan Kertas KeIja dari Pertemuan Studi Group. Jakarta 10-11<br />
Agustus.1970 dan 6-7 Maret 1972. Badan Tenaga Atom Nasional. Hal 48.<br />
6. Hendrichs J ,"£ysen MJ.B., Enkerlin W.R., and Cayol J.P. Strategic Options Using<br />
Sterile Insects for Area - Wide Integrated Pest Management, In V.A. Dyc\(, 1.<br />
Hendrichs and A.S. Robinson (eds.), Sterile Insect Technique Principles and Practice<br />
in Area-Wide Integrated Pest Management, Springer,P.O.Box 17, 3300 AA<br />
Dordrecht, The Netherland 2005, p.: 564-567.<br />
7. Budiharto, E., 2002, "Biostatistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat",<br />
Penerbit Buku Kedokteran,Jakarta,6-7.<br />
8. Sudaryad~ I. Dampak Iradiasi Sinar Gamma Co-60 Terhadap Beberapa Aspek<br />
Gene/ika Reproduksi Nyamuk Aedes albopictus Skutse. Tesis Universitas Gadjah<br />
Mada. 73 hal<br />
9. Depkes RI. Pedoman Survei Entomologi Malaria Ditjen Pemberantasan Penyakit<br />
Menular dan Penyehatan Lingkungan (Ditjen. PPM & PL) 200 1.<br />
10. Henneberry, TJ. Developments in Sterile Insect Release Research for the Control<br />
of Insect PopUlations, Proc. of FAOIIAEA Training Course on the Use of<br />
Radioisotopes and Radiation in Entomology, Univ. of Florida, p.: 213-223.1979.<br />
11. Knipling, E.F., Possibilities of Insect Control or Erredication Through the Use of<br />
Sexuality Sterile, J. Ecoo. Entomol. p.: 48, 459-462,1955.<br />
12. Kloft, WJ. Tagging Adult Houseflies For Estimation ofPopuiation Density by lsotop<br />
Dilution Method. Proceedings of FAOIIAEA raining Course on Use of Radioisotope<br />
and radiation in Entomology. I 977. Hal 54-55.<br />
29