laporan riset diknas "peningkatan kualitas gizi maggot ... - KM Ristek
laporan riset diknas "peningkatan kualitas gizi maggot ... - KM Ristek
laporan riset diknas "peningkatan kualitas gizi maggot ... - KM Ristek
You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
LAPORAN RISET DIKNAS<br />
"PENINGKATAN KUALITAS GIZI MAGGOT DAN TEPUNG IKAN<br />
LOKAL MELALID FERMENTASI SEBAGAI SUMBER PROTEIN<br />
DALAM FORMULAS! PAKAN IKAN NILA"<br />
PROGRAM INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN<br />
PENELITI DAN PEREKAYASA TAHUN 2010<br />
PROGRAM INSENTIF RISET TERAPAN<br />
FOKUS BIDANG PERIORITAS : KETAHANANPANGAN<br />
KODE PRODUK TARGET : 1.04<br />
KODE KEGIATAN : 1.04.02<br />
Peneliti Utama: Dr. Zafrillmran Azwar<br />
BAD AN RISET KELAUT AN DAN PERIKANAN (BRKP)<br />
BALAI RISET PERIKANAN BUDIDAYA AIR TAW AR<br />
Jl. Se"i'ur I Bogor 16154<br />
Teleoonffa_x : 0251-831200/0251-8327890/08176502704;<br />
-··ail: zafril_ia@ yahoo.com
JUDUL KEGIATAN<br />
FOKUS BIDANG PRIORIT A<br />
KODEPRODUKTARGET<br />
KODE KEGIATAN<br />
LOKASI PENELITIAN<br />
PENELITIAN T AHUN KE<br />
LE~1BAR PL'"GESAHAN<br />
PE\LNGK.A.TAN KUALITAS GIZI<br />
l~GGOT DAN TEPUNG IKAN LOKAL<br />
•. fELALUI FERMENTASI<br />
SEBAGAI SUMBER PROTEIN DALAM<br />
FORMULAS I P AKAN IKAN NILA<br />
Ketahanan Pangan<br />
1.04<br />
1.04.02<br />
BOGOR, JAWA BARAT, SUMATERA<br />
SELATAN, JAMBI<br />
2 (kedua)<br />
KETERANGAN LEMBAGA PELAKSANAIPENGELOLA PENELITIAN<br />
NAMA KOORDINA TORI : Dr. Zafrillmran Azwar<br />
PENELITI UT AMA<br />
NAMA LEMBAGA/ INSTANSI BADAN RISET KELAUTAN DAN<br />
PERIKANAN/ PUSAT RISET<br />
UNITKERJA<br />
ALAMAT/TLP<br />
JANGKA WAKTU KEGIATAN<br />
BIAYA TAHUN -2<br />
KEGIATAN (Baru/Lanjutan)<br />
PERIKANAN BUDIDA YA<br />
Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar<br />
Jl. Sempur 1 Bogor 16154<br />
0251-8313200; Fax. 0251-8327890; HP.<br />
08176502704<br />
3 tahun<br />
Rp. 111.346.709,- (Seratus sebelas juta tiga<br />
ratus empat puluh enam ribu tujuh ratus<br />
sembilan rupiah)<br />
Lanjutan<br />
R' -- - ---c- - -- - ---- ---- -- ------ --e -------~---<br />
No Uraian Jumlah (Rp)<br />
1 Gaji dan upah 30.240.000,00<br />
2 Biaya seminar dan petjalanan 26.650.000,00<br />
3 Bahan habis pakai 53.456.709,00<br />
4 Pengeluaran lain-lain 1.000.000,00<br />
Jumlah biaya yang diusulkan 111.346.709,00<br />
=S~ratus sebelas juta tiga ratus empat puluh enam ribu tujuh ratus sembilan· rupiah=<br />
Menyetujui<br />
..<br />
Bogor,<br />
Peneli!i Utama,<br />
Dr. fr I Imran Azwar<br />
NIP 19 00424 197702 1001<br />
ii
Percobaan perbaikan <strong>kualitas</strong> tepung <strong>maggot</strong> dan teptmg ikan lokal serta penggunaannya dalam<br />
formulasi pakan ikan nila dilakukan sebagai upaya mengurangi pemakaian tepung ikan atau sumber<br />
protein import. Percobaan terdiri kegiatan bertahap meliputi uj i perbaikan <strong>kualitas</strong> tepung <strong>maggot</strong> dan<br />
tepung ikan lokal dengan menggunakan mikroba kapang dan probiotik.,_ kemudian uji formulasi dengan<br />
menggunakan sumber protein tepung <strong>maggot</strong> dan tepung ikan fermentasi , Evaluasi terhadap <strong>kualitas</strong> air<br />
formulasi pakan <strong>maggot</strong> dengan pembanding pakan komersial, sekaligus melihat efek {>enerapan<br />
keseimbangan C:N untuk managemen P dan N sebagai konsep dasar dalam pengemb~gan budidaya ikan<br />
intensif "zero waste". Percobaan terakhir adalah uji implementasi dilapangan terhadap pakan buatan<br />
sendiri dengan mengunakan bahan baku substitusi tepung <strong>maggot</strong>, tepung ikan lokal dan pakan<br />
komersial. Percobaan dilakukan di Laboratorium Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar Bogor,<br />
Cibalagung. Percobaan perbaikan <strong>kualitas</strong> tepung ikan dan <strong>maggot</strong> dilakukan secara skala laboratorium.<br />
Uji formulasi dan pengelolaan unsur P dan N dilakukan masing-masing dengan menggunakan akuarium<br />
dan bak-bak beton. Sedangkan uji implemetasi dilakukan dengan menggunakan jaring apung di kolam<br />
dalam. Sebagai ikan uji adalah ikan nila, dengan padat dan ukuran disesuaikan dengan wadah uji.<br />
Sebagai uji perbaikan <strong>kualitas</strong> tepung <strong>maggot</strong> dan ikan lokal dengan menggunakan teknik fermentasi dan<br />
mikroba kapang/probiotik. Parameter yang dievaluasi adalah proksimat (kadar protein, lemak, abu, serat<br />
kasar, dan kadar air). Sebagai perlakuan dalam uji formulasi adalah adalah substitusi tepung <strong>maggot</strong> dan<br />
tepung ikan basil fermentasi terhadapi tepung ikan import. Tepung <strong>maggot</strong> digunakan dalam ransum<br />
pakan masing-masing adalah; 0%, 15%, 30% dan 45%. Penelitian menggunakan tepung ikan lokal<br />
dengan perlakuan tepung ikan lokal (protein rendah) tanpa fermentasi dan terfermentas~ tepung ikan<br />
berprotein tinggi (50%) tanpa fermentasi dan terfermentasi. Penelitian menagemen unsur nitrogen dan<br />
fosfat dengan membandingkan <strong>kualitas</strong> air dengan perlakuan pakan komersial dan pakan substitusi<br />
<strong>maggot</strong> (15% dan 30%) Penelitian implementasi pengujian terhadap pakan formulasi buatan sendiri<br />
dengan substitusi <strong>maggot</strong> dan penggunaan tepung ikan lokal, dibandingkan dengan pakan komersial.<br />
Parameter yang diamati untuk uji fermentasi <strong>maggot</strong> dan tepung ikan lokal adalah proksimat substrat<br />
meliputi protein, lemak, kadar serat kasar, abu, dan kadr air. Parameter evaluasi untuk uji formulasi<br />
substitusi <strong>maggot</strong> dan teptmg ikan lokal adalah penambahan bobot tumbuh, laju pertumbuhan spesifik,<br />
konversi pakan, retensi protein dan lemak, serta kelulusan hidup ikan. Untuk evaluasi pengelolaan unsur<br />
P dan N parameter utama yang dievaluasi adalah total N dan P, serta beberapa parameter penunjang<br />
seperti pH air, oksigen alkalinitas dan suhu air. Juga diamati pertumbuhan dan kelulusan hidup ikan.<br />
Evaluasi terhadap uji implementasi dilakukan dengan mengevaluasi parameter tumbuh dan konversi<br />
pakan serta aspek ekonomis, Hasil uji fermentasi memperlihatkan bahwa kapang Trichoderma varidis,<br />
Rizhopus oligosphorus, dan Aspergillus nigger sangat nyata menurunkan kadar lemak <strong>maggot</strong>, sedangkan<br />
dar protein tidak memperlihatkan <strong>peningkatan</strong> yang nyata. Uji fermentasi untuk tepung ikan<br />
memperlihatkan bahwa tepung ikan lokal berkadar protein rendah memperlihatkna respon positifterhadap<br />
proses fermentasi, sedangkan protein tinggi tidak memperlihat respon. Uji formulasi memperlihatkan<br />
bahwa hingga penggunaan tepung <strong>maggot</strong> sebanyak 30% tidak ada perbedaan tumbuh ikan nial uji<br />
dibandingkan dengan kontrol (tanpa penggunaan tepung <strong>maggot</strong>). Uji formulasi. dengan tepung ikan<br />
lokal memperlihatkan bahwa pertumbuhan ikan dengan formulasi pakan menggunakan tepung ikan<br />
ber<strong>kualitas</strong> rendah tidak berbeda dengan tepung ikan ber<strong>kualitas</strong> tinggi. Ferrnentasi pada tepung ikan<br />
tidak mempengaruhi pertumbuhan ikan nila uji. Uji implementasi juga memperlihatkan bahwa konversi<br />
pakan Iaju pertumbuhan spesifik ikan nila uji dengan perlkauan pakan komersial dan pakan formulasi<br />
dengan tepung ikan lokal tidak memperlihatkan perbedaan, keduannya memperlihatkan perbedaan respon<br />
dengan pakan formulasi <strong>maggot</strong>.<br />
_.<br />
iii
Penelitian ini merupak.an --·.r--<br />
... Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan<br />
Perikanan dengan Direktorar<br />
,., Perguruan Tinggi melalui Program Intensif Peningkatan<br />
Kemampuan Peneliti dan Pereka~ anggaran 2010. Kegiatan penelitian akan dilakukan oleh<br />
tim terdiri dari beberapa peneliti yang saru dengan lainnya saling menunjang kegiatan dan pemecahan<br />
masalah. Permasalahan yang akan diteliti meliputi upaya menekan biaya pakan ikan untuk membantu<br />
petani, dan juga upaya pengendalian mutu air melalui managemen unsur hara hasil sampingan<br />
metabolisme ikan dan sisa pakan. Semoga hasil penelitian ini dapat diterapkan dan bermanfaat untuk<br />
pengembangan budidaya perikanan.<br />
Atas bantuan dan dukungan dana, kami menyampaikan ucapan terima kasih semoga kegiatan<br />
ini dapat bermanfaat bagi kemajuan ilmu dan teknologi budidaya ikan.<br />
Bogor, 18 November 2010<br />
~<br />
-<br />
iv
DAFTAR lSI<br />
Halaman<br />
LEMBAR IDENTITAS DAN PENGESAHAN ..........................................................................<br />
ii<br />
RINGKASAN .......•.....................................................•.....................••.......•................••............•.<br />
PRAKATA ..................................................................................•................................•.............<br />
DAFT AR lSI .........................................................................................................•.......•.............<br />
DAFTAR TABEL .........................................•...........•.............................................•....................<br />
DAFTAR GAMBAR .................................................................................................................<br />
iii<br />
iv<br />
v<br />
vi<br />
vii<br />
BABI<br />
BAB II<br />
BAB Ill<br />
BAB IV<br />
BABV<br />
BABVI<br />
PENDAHULUAN ..................................................................................<br />
TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................<br />
TUJUAN DAN MANFMT .......................................................................<br />
METODOLOGI ........................................................................................<br />
HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................................<br />
KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................................<br />
1<br />
2<br />
6<br />
7<br />
12<br />
30<br />
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................. 10<br />
..<br />
v
DAFTAR TABEL<br />
No<br />
Halaman<br />
1. Fonnulasi pakan uji menggnakan smber protein teptmg <strong>maggot</strong> .... .... .. ... 7<br />
2. Fonnulasi pakan uji mengunakan sumber protein tepung ikan ................ 8<br />
3. Komposisi bahan dan harga pakan uji ......................................................... . 11<br />
4. Rata-rata perubahan suhu selama proses fementasi oleh kapang ................... 13<br />
5. Hasil analisis proksimat <strong>maggot</strong> terfennentasi dalam berat kering ................ 14<br />
6. Penambahan bobot rata-rata (g), lsju pertumbuhan spesifik: (%/hari),<br />
Kelulusa hid up, dan konversi pakan masing-masing perlakuan ................... 15<br />
7. Hasil analisa proksimat tubuh ikan nila uji di awal dan akhir percobaan ...... 16<br />
8. Hasil analisa proksimat tepung ilcan basil fennentasi dengan Aspergillus<br />
niger ............................................................................................................ 18<br />
9. Laju pertumbuhan spesifik dan nilai konversi pakan nila best selama<br />
Pemeliharan ................................................................................................ 19<br />
10. Laju pertumbuhan spesifik .......................................................................... 20<br />
11. Konversi pakan .......................................................................................... 20<br />
12. Biaya pakan dibutuhkan untulc produksi 1 kg ikan nila ............................. 21<br />
13. Kisaran <strong>kualitas</strong> air selama penelitian yang diukur pada tengah hai ........... 21<br />
14. Persentase penyisihan Total-N, nitrit, nitrat dan ammonia .......................... 22<br />
15. Pertumbuhan bobot ikan nila .....................................................................• ' 29<br />
-<br />
vi
DAFfARGAMBAR<br />
Halaman<br />
No<br />
1. Fluktuasi suhu media pemeliharaan selama percobaan 24<br />
2. Nilai pH pada masing-masing perlakuan selarna percobaan .................................... 25<br />
3. Kelarutan oksigen media pemeliharaan selarna percobaan ...................................... 26<br />
4. Konsentrasi NH3 media pemeliharaan selama percobaan ........................................ 27<br />
5. Pertumbuhan bobot ikan nila uji .............................................................................. 28<br />
..<br />
vii
BAB 1 PENDAHULUAN<br />
Harga pakan ikan komersial meningkat tajam, dan terjadi <strong>peningkatan</strong> berkali-kali sejak<br />
talmn 2008 hingga 2010.<br />
<strong>peningkatan</strong> harga bahan baku.<br />
Penyebab utama <strong>peningkatan</strong> harga pakan ikan adalah terjadinya<br />
Sumber protein utama pakan ikan komersial, adalah tepung<br />
ikan, tepung daging, tepung by product petemakan ayam, dan tepung kedelai.<br />
Sebagian besar<br />
keberadaan sumber protein utama ini sangat mengandalkan import Konstribusi sumber protein<br />
tepung ikan dan tepung kedelai dalam ransum ikan menentukan harga pakan, diperkirakan<br />
sekitar 60%. Umumnya bahan baku tepung ikan ber<strong>kualitas</strong> digunakan berkisar 10-25%<br />
sedangkan kedelai mencapai 20-35% dari jumlah bahan penyusun pakan, tergantung species<br />
ikan target. Di tahun 2008 terjadi <strong>peningkatan</strong> yang tajam harga tepung ikan import, pada awal<br />
tahun harga mencapai 790 $/ton kemudian meningkat sejak bulan Maret, dan mencapai harga<br />
1100 $/ton pada akhir tahun. Demikian juga harga tepung kedelai dari sekitar 250<br />
meningkat menjadi 290$/ton diakhir tahun (Basry, 2009). Peningkatan ini terjadi secara bertahap<br />
I<br />
yang mengakibatkan terjadi <strong>peningkatan</strong> harga pakan ikan komersial berkali-kali. Upaya unruk<br />
menekan harga pakan telah dilakukan dengan menggantikan tepung ikan dengan produk-produk<br />
lain yang semuanya diperoleh dari import; a.n tepung daging, tepung by product petemakan<br />
ayam, dll. Pemanfaatan sumber protein asal bahan lokal juga telah diteliti antara lain, tepung<br />
bakicot, silase limbah ayam, dan ikan, tepung darah, tepung kepala udang, namun hasilnya<br />
hanya mampu menggantikan sumber protein tepung ikan maksimal 20%, tergantung spesies<br />
ikan. Namun, ketersediaannya dalam jumlah yang banyak masih merupakan kendala. Disamping<br />
masalah ketersediaan, juga masih ditemui kendala <strong>kualitas</strong>,<br />
antara lain masih mengandung<br />
senyawa-senyawa tertentu yang jika dicampurkan dalam pakan dapat mempengaruhi <strong>kualitas</strong><br />
pakan a.l; silase pH selalu rendah, asam amino bebas yang tinggi dan banyak mengandung<br />
lemak-lemak yang mudah teroksidasi, sehingga meningkatkan peroksida lemak.<br />
Saat ini salah satu sumber protein yang diharapkan dapat menggantikan tepung ikan<br />
adalah <strong>maggot</strong>, merupakan larva serangga yang diproduksi secara biokonversi dengan<br />
menggunakan substrat dari buangan proses pembuatan minyak kelapa '!iawit (bungkil kelapa<br />
saw it atau Palm Kernel Mea (plan)). Maggot mengandung protein sekitar 32.31%-60.20% dan<br />
lemak yang tinggi sekitar 9.45%-13.30% tergantung umur dan <strong>kualitas</strong> substrat (Fahmi dan<br />
Subamia, 2007), sehingga pemanfaatannya sebagai bahan pakan ikan sangat potensial. Dari 2-3<br />
kg parm kernel meal, dapat dihasilka~aggot sebanyak 1 kg. Perkebunan dan industri kelapa<br />
sawit di Indonesia sangat luas mencapai 7 juta Ha dengan produksi bumgll diperkirakan<br />
mencapai 600.000 ton/tahun (Azwar dan Rostika, 2010). Hasil survey ke beberapa propinsi;<br />
1
Jambi, Bengkulu, Sumatera Utara. Sumatera Selatan, Lampung Riau, Kalimantan Barat,<br />
Kalimantan Selatan, dan kalimantan Tengah dan Timur tercatat bahwa dari satu industri<br />
pengolahan minyak sawit, pkm (limbah sisa) yang dihasilkan dapat mencapai 100-400 tonlhari.<br />
Di Provinsi Jambi di Kabupaten Serolangun, pemanfaatan <strong>maggot</strong> sebagai makanan ikan sudah<br />
di terapkan oleh masyarakat, dengan memanfaatkan bungkil inti sawit milik perkebunan Sianr<br />
Mas Group. Di Propinsi lampung Bungkil inti sawit di manfaatkan oleh peternak sapi maupun<br />
kambing sebagai makanan tambahan. PT perkebunan VII. Lamoung mengembangkan konsep<br />
"Coorporate social Responsibility" dengan masyarakat sekitar memberikan bungkil sa wit untuk<br />
bidang petemakan dengan harga sangat murah.<br />
Indonesia merupakan negara maritim yang kaya akan sumber hayati dari lautnya,<br />
terutarna basil perikanannya. Banyak industri olahan yang membuang produk sisa olahannya dan<br />
diproses menjadi tepung ikan. Juga ikan ikan rucah oleh nelayan diperoses menjadi tepung ikan..<br />
Kondisi ini menyebabkan tepung ikan lokal <strong>kualitas</strong>nya sangat bervariasi. Hasil pengamatan<br />
terhadap beberapa sample tepung ikan lokal memperlihat variasi protein yang Iebar (38-5SO'o) dan<br />
kadar abu yang tinggi (Azwar et al., 2010). Kebanyakan kandungan proteinnya masih rendah.<br />
Upaya perbaikan kualiatas bahan tepung ikan perlu dilakukan melalui pendekatan mikrobiologi<br />
dan teknologi. Banyak pabrikan beranggapan bahwa tepung ikan local menghasilkan pakan ikan<br />
yang kurang ber<strong>kualitas</strong>. Untuk itu perlu diuji cara <strong>peningkatan</strong> <strong>kualitas</strong> tepung ikan dan<br />
pemakaiannya dalam formulasi.<br />
Sisa pakan dalam budidaya intensif jika tidak dikelola dengan baik akan merupakan<br />
bagian limbah organik yang cepat memperburuk mutu air. Sifat limbah organik dari ikan kaya<br />
akan unsur Nitrogen dan Fosfat, karena pakan ikan tinggi kandungan proteinnya. Ketidak<br />
seimbangan antara ketersediaan unsur Nitrogen dengan C (karbon) akan mengakibatkan<br />
penguraian limbah organik sisa pakan dan metabolisme akan terakumulasi di dalam sistem<br />
budidaya. Hasil pengamatan menunjukkan rasio antara C/N dari limbah organik sisa pakan dan<br />
metabolisme ikan mencapai
talmo kedepan, menhendaki<br />
pertama dalam produksi ikan bt.JCirl:n'a<br />
program dan strategi yang 1<br />
budidaya (komoditas udang,<br />
di tahun 2008 mencapai 3.503.-<br />
(lsmunaji, 2009). Dengan p<br />
kebutuhan pakan ikan budidaya pada tah<br />
~ dari unrtan ke empat menjadi urutan<br />
di antisipasi dalam penyusunan<br />
~ perhitungan volume produksi perikanan<br />
bandeng, patin lele, gurame mas, lainnya)<br />
t.eOOruhan paka:n untuk ikan mencapai 2.292.530 ton<br />
gkaran volume produksi sekitar 25.43o/oltahun<br />
2013 akan mencapai 3.303.376 ton. Sesuai dengan<br />
visi Departemen Kelautan dan Perikanan ke depan. yaitu menjadi Negara produsen nomor satu<br />
di Dunia lima tahun mendatang maka., terjadi perubahan target produksi dari nilai tersebut<br />
diatas sebesar 353% atau produksi dari sektor budidaya mencapai 16.891.000 ton dan prediksi<br />
kebutuhan pakan mencapai sekitar 6, 9 juta ton higga tahun 2014 (Azwar et a/., 2010).<br />
Peningkatan paling tinggi untuk kebutuha:n pakan adalah untuk ikan nila, kemudian ikan patin<br />
baru ikan lele. Lebih lanjut prediksi kebutuhan pakan untuk ikan nila mencapai 393.432 ton<br />
ditahun 2009 dan kemudian terus rneningkat mencapai 1.938.560 ton di tahun 2014 (Azwar et al.,<br />
2010).<br />
Berdasarkan data dari Direktorat Jenderal Perikanan 2009, nilai import bahan baku<br />
pakan pada tahun 2008 mencapai 132.367.966, 81 US$ untuk target kebutuhan pakan sebesar<br />
2.292.530 ton (Iskandar, 2009). Oleh karena itu <strong>peningkatan</strong> target produksi, 353% yang<br />
berimplementasi terhadap <strong>peningkatan</strong> kebutuhan pakan akan meningkatkan nilai import bahan<br />
baku. Kalau kebijakan tersebut tetap dipertahankan maka misi yang di emban oleh Kementerian<br />
Kelautan dan Perikanan·yaitu mensejahterakan masyarakat kelautan dan perikanan akan menjadi<br />
pertanyaan. Seyogyanya <strong>peningkatan</strong> produksi ikan, sarana produksi terutama pakan<br />
memberikan dampak positif kepada peluang kerja dan <strong>peningkatan</strong> pendapatan masyarakat<br />
perikanan, agar pembangunan perikanan dapat secara nyata berperan memberikan konstribusi<br />
dalam pembangunan ekonomi Nasional. Upaya menekan bahan baku import dengan menggali<br />
potensi bahan baku local spesifik perlu dilakukan, meningat Indonesia merupakan Negara agraris<br />
dan kelautan yang kaya akan potensi bahan baku tersebut Antisipai untuk memecahkan<br />
masalah ini telah dilakukan dengan berbagai kegiatan penelitian yang mengarah pada percobaan<br />
pencarian substitusi tepung ikan maupun bahan-bahan baku pakan impor.<br />
..<br />
Hasil uji coba penggunaan tepung <strong>maggot</strong> sebagai pengganti atau substitusi tepung ikan<br />
dalam formulasi pakan ikan juga meperlihatkan bahwa substitusi hanya sekitar 20%. (Priyadi et<br />
al., 2009). Perbaikan <strong>kualitas</strong> tepung <strong>maggot</strong> untuk meningkatkan persentase konstribusi masih<br />
dimungkinkan dengan penggunaan mikrobiologi. Penelitian penggunaan mikrobiologi telah<br />
.<br />
3
dilakukan oleh beberapa peneliti anta.ra lain (Amar et a/., 2006) menggunakan Baccilllus sp<br />
untuk memperbaiki <strong>kualitas</strong> tepung yang dihasilkan dari cangkang udang, dan hasilnya<br />
memperlihatkan babwa tepung kepala udang dapat ditingkatkan pengunannya sebagai pengganti<br />
tepung ikan dari lO% mencapai 200/o. Penelitian Azwar dan Melati (2009 a) juga mencatat<br />
bahwa penggunaan tepung <strong>maggot</strong> dalam ransum ikan lele dapat menggantikan sebanyak 7.5%<br />
dari total sumber protein hewan (ikan dan MBM) sebesar 10% dalam ransum pakan ikan lele uji.<br />
Ac.var dan Melati (2009 b) mencatat bahwa ampas tahu yang difermentasi Aspegillus niger<br />
proteinnya dapat meningkat lebih dari 100%, dan dapat menggantikan swnber protein tepung<br />
bungkil kedele sebanyak 5%, dari konstribusi sumber protein tepung kedele 12% dalam ransum<br />
ikan nila. Aslamiyah (2007) berhasil menggunakan isolat mikroba saluran pencernaan untuk<br />
meningkatkan <strong>kualitas</strong> bahan baku pakan ikan bandeng. Penerapan penggunaan mikroba untuk<br />
meningkatkan <strong>kualitas</strong> pakan ikan juga sudah mulai di teliti antara lain Ghosh eta/ ., (2005;.2006)<br />
dan Modal et a/., (2007) mencatat bahwa pertumbuhan dan sitasan ikan carp India (Laheo<br />
Rohita, Hamilton,l822) memberikan respon lebih baik jika diberikan pakan yang mengalami<br />
proses fermentasi dengan Baccillus circullan, yaitu mikroba yang diisolasi dari sistem<br />
pencernaan ikan. Banyak penelitian pada tahun-tahun ini yang mengarah memanfaatkan<br />
mikrobiologi dalam memperbaiki <strong>kualitas</strong> bahan termasuk <strong>peningkatan</strong> ketersedian <strong>gizi</strong>.<br />
Saat ini juga ada tedensi bahwa penggunaan pakan dalam sistem budidaya intensif jika<br />
tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan penurunan <strong>kualitas</strong> air, yang akhimya<br />
menurunkan mutu lingkungan dan terakhir menurunkan produktifitas produksi ikan (Azwar, et<br />
al.. 2004; Sukadi, 2010} . Beberapa kasus nasional penurunan areal budidaya sudah terjadi di<br />
perairan waduk cirata, beberapa wilayah tambak udang intensif, semua telah mengakibatkan<br />
penurunana produktifitas lahan. Telah banyak ditenggarai bahwa salah satu sumber pencemaran<br />
budidaya termasuk eutrofikasi) diakibatkan oleh pelepasan Nitrogen (N) dan fosfor (P) dari<br />
pakan ber<strong>kualitas</strong> rendah. Ketidak tepatan formulasi pakan, bahan baku, daya rekat pakan<br />
formulasi, kestabilan pakan dalam air, serta kekuatan tekanan mesin cetak pakan sangat<br />
menentukan<br />
dan cara pemberian pakan akan sangat menentukan bebap wmbah N dan P yang<br />
dibebaskan ke alam (Sukadi, 2010) Umumnya pakan ikan kaya akan unsur nitrogen, karena<br />
pakan ikan mengandung protein yang relatif tinggi, sedangkan N yang diretensi oleh ikan dari<br />
pakan yang diberikan hanya rata-rata 20-30%, sisanya terbuang dalam bentuk N-organik maupun<br />
inorganik (Azwar eta/., 2004). Ketidtlk seimbangan kandungan Fosfat, Nitrogen dan Karbon<br />
dalam air kemungkinan penyebab dinamika unsur itu air ini sangat terbatas, dan tidak dapat<br />
diuraikan oleh mikroba autotrof sehingga siklus hara di air terganggu. Kondisi ini dapat<br />
.<br />
4
mempercepat memburuknya mutu air, karena mikroba autotroph di air tidak dapat cepat<br />
menasimilasi Total senyawa Nitrogen di air (IAN) jika rasio C/N didalam air tidak berimbang<br />
yaitu sekitar 10-20 (Usman et al., 2010). Managemen unsur Fosfat dan Nitrogen adalah hal<br />
penting mempertahankan mutu air, disamping akan mengubah limbah menjadi senyawa<br />
produktif seperti pakan alami yang dapat di manfaatkan oleh ikan. Pengendalian mutu air dalam<br />
budidaya melalui konsep menjaga keseimbangan hara dalam air saat ini mulai banyak diteliti<br />
dengan tujuan penekanan "zero water exchange" dan meminimalkan limbah sisa metabolisme<br />
dan pakan. Apabila konsep budidaya ini dapat dikembangkan akan di eproleh banyak manfat<br />
antara lain dapat mengembangkan budidaya pada kondisi air terbatas. Di beberapa wilayah<br />
Indonesia seperti di Jambi, Lampung dan Sumatera Selatan budidaya ikan terutama ikan patin<br />
telah mengembangkan budidaya pada kondisi suplai air terbatas, dengan membuat kolam-kolam<br />
dalam. Apabila ada temuan sistem dan teknologi budidaya pada kolam - kolam seperti ini<br />
(kolam stagnan) yang dapat menjaga mutu air dan mampu merubah limbah menjadi produk<br />
ekonomis produktif maka produktifitasnya dapat ditingkatkan pengunaan pakan akan lebfu<br />
efisien. Tentunya ini akan mempengaruhi pendapatn petaniikan, disamping taget produksi secara<br />
nasional dapat di tingkatkan.<br />
Ikan nila adalah ikan air tawar, yang sangat populer di masyarakat dan mempunyai<br />
prospek potensial untuk di kembangkan, karena mudah dibudidayakan didalam berbagai<br />
ekosstem (air tawar, payau dan !aut), cepat tumbuh, mempunyai emampuan menkonsumsi aneka<br />
ragam pakan, memiliki ketahanan terhadap serangan penyakit, serta memiliki prospek ekonomis<br />
sebagai komoditas eksprt (Azwar, 1997) Berdasarkan catatan Direktorat Jenderal Perikanan,<br />
ikan nila di program mengalami kenaikan yang cukup tinggi diantara tahun 2010-2014, rata-rata<br />
meningkat 26.36%, atau pruduksi akan meningkat dari 491.800 ton pada tahun 2010 menjadi<br />
1.242.000 ton (Ismunadji dan Novary, 2010). Peningkatan persentase produksi ikan nila nomor<br />
tiga setelah produksi ikan patin dan lele. Peningkatan produksi ini akan berimplemntasi terhadap<br />
<strong>peningkatan</strong> pakan. Diperkirakan kebutuhan pakan untukmencapai target produksi tersebut diatas<br />
akan menngkat rata-rata 26.38% atau meningkat dari kebutuhan 590.168 ton pada tahun 2010<br />
menjadi l.49l.480 ton pada tahun 2014. Peningkatan kebutuhan pakan ikan nila ini harus di<br />
antisipasi agar <strong>peningkatan</strong> tidak diikuti <strong>peningkatan</strong> bahan bakau import, namun <strong>peningkatan</strong><br />
kebutuhan pakan ini harus disuplementasi olh bahan-bahan baku lokal. Disamping fluktuasi<br />
baraga dapat di jamin jika diperoleh plibn harga yang lebih Ia yak. Kecuali itu juga pemanfaatan<br />
bahan baku lokal diharapkan dapat membangun aktivitas ekonomi di masyarakat desa dalam<br />
kontek pengembangan industri bahan baku rumah tangga.<br />
.<br />
5
Percobaan yang dilakukan ini rnerupakan rangkaian pekerjaan yang saling erkait<br />
berkaitan mendapat formulasi pakan ikan nila harga terjangkau berbasis bahan baku lokal<br />
sekaligus, mempelajari dapat atau <strong>kualitas</strong> pakan buatan sendiri terhadap medium kultur dan<br />
upaya mengurangi dampak terhadap mutu <strong>kualitas</strong> air.<br />
liLt. Tujuan<br />
BAB ID. TUJUAN DAN MANFAAT<br />
1. Mendapatkan teknologi untuk meningkatkan <strong>kualitas</strong> tepung <strong>maggot</strong> dan tepung ikan<br />
Iokal serta rnendapatkan formulasi pakan dengan surnber protein tepung <strong>maggot</strong> dan tepung<br />
Ikan lokal sebagai pengganti tepung ikan import<br />
2. Mengevaluasi dan membandingkan <strong>kualitas</strong> air pada medium pemeliharaan ikan nila yang<br />
menerima pakan komersil dan pakan buatan sendiri (berbasis sumber protein bahan baku<br />
lokal) serta meningkatkan efisiensi pakan dan dan <strong>kualitas</strong> medium melalui managemen<br />
limbah Nitrogen dan Fosfat dengan mernperhatikan keseirnbangan nitrogen, fosfat dan<br />
karbon, sehingga terciptanya budidaya ikan intensif yang ramah lingkungan<br />
4. Mendapatkan pakan harga layak berbasis surnber protein tepung ikan lokal dan surnber<br />
protein tepung <strong>maggot</strong> dibandingkan dengan harga pakan kornersial untuk p~n ikan nila<br />
111.2. Manfaat<br />
1. Mendapatkan pakan ekonornis berbasis sumber protein bahan baku lokal dengan<br />
rnernanfaatkan produk-produk sampingan industri pertanian, perkebunan dan perikanan .<br />
.<br />
2. Meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani ikan dengan rnenekan pengeluaran dari<br />
. ~<br />
biaya pakan ikan<br />
3. Menekan import bahan baku pakM (terutarna tepung kan dan tepung kedelai), sehingga<br />
menghernat devisa negara<br />
6
BAB IV. METODOLOGI<br />
Untuk mencapai keberhasilan program insentif tersebut diatas maka akan dilakukan<br />
serangkaian kegiatan sebagai berikut:<br />
IV.l. Uji Teknologi dan Perbaikan Kualitas Tepung Maggot Dan Tepung lkan<br />
IV.l.l. Uji Perbaikan Kualitas Tepung Maggot<br />
Magot hasil produksi dijemur untuk dikeringkan, kemudian diproses menjadi<br />
tepung dengan menggunakan mesin giling. Diamati kandungan proksimat magot sejak<br />
dalam kondisi segar, setelah dikeringkan, dan setelah penepungan. Uji fermentasi<br />
dilakukan dengan menggunakan 2 jenis inokulan kapang yaitu Rizophus oligosphorus<br />
dan Trichoderma Varidae, sebagai pembanding digunakan juga Aspergillus Trigger<br />
(percobaan 2009) . Tepung <strong>maggot</strong> (70%) ditambahkan dedak 200/o, dan molase 10%.<br />
diaduk agar tercampur merata, kemudian di tambahkan air sehigga kadar air substrat<br />
70%. Kukus 30 menit kemudian di dinginkan dan di inokulasi mikroba kapang/inokulan<br />
yang telah disiapkan sebanyak 9 ml tiap wadah. Substrat yang sudah disiapkan diletakan<br />
di wadah dan ditutup dengan plastik yang dilubangi agar tercipta suasana aerobik,<br />
kemudian diinkubasikan selama beberapa hari Parameter yang diamati meliputi<br />
perubahan suhu substrat uji setelah inokulasi mikroba, analisa proksimat (protein, lemak,<br />
abu, serat kasar, dan ~dar air),<br />
IV.l.2. Uji Perbaikan Kualitas Tepong Ikao Lokal<br />
Bahan baku pakan yang difermentasi adalah tepung ikan lokal <strong>kualitas</strong> sedang<br />
(kadar protein< 50%) dan tepung ikan local kaualitas bagus (protein >50%). Sebelum<br />
bahan tersebut difermentasi, tepung ikan tersebut (sebanyak 70~) dicampur dengan<br />
pakan (20%), dan molase sebanyak 10%. Cara fermentasinya adalafl sebagai berikut: ke<br />
dalam wadah plastik dimasukkan sebanyak 100 g tepung ikan (substrat campuran) dan<br />
ditambahkan air sehingga kada air substrat mencapai 60%, kemudian dikukus selama 30<br />
..,<br />
menit. Setelah dikukus, didinginkan dan selanjutnya diinokulasi dengan masing-masing<br />
inokulum (Rizophus oligosphorus dan Trichoderma varidae dan Aspergillus nigger)<br />
sebanyak 9 ml untuk setiap wadah, selanjutnya diinkubasikan selama 4 hari pada suhu<br />
7
uang dan dalam kondisi aerob. Parameter yang diamati adalah kadar nutriea tepung ikan<br />
hasil fermentasi dengan cara melakukan analisa proksimat bahan tersebut.<br />
IV. 2. Uji Formulasi Pakan Substitusi Somber Protein Hewani dengan Penggunaan<br />
Tepung Maggot dan Tepung Ikan Lokal.<br />
IV.2.1. Uji Formulasi Pakan Substitusi Tepung Maggot<br />
Uji formulasi pakan dengan mengunakan tepung <strong>maggot</strong> terfermenasi sebagai bahan<br />
substitusi sumber protein (baik nabati maupun tepung ikan) dilakukan dengan perlakuan<br />
substiusi 0% (control), 15%, 300/o dan 45% dalam ransum ikan nila Setiap perlakuan<br />
dengan tiga ulangan. Percoban didisign dengan Rancangan Acak lengkap. lkan nila<br />
yang digunakan adalah nila Best (benih unggul Balai Riset Perikanan Budidaya Air<br />
Tawar) berukuran sekitar 20±2.2 gr/ekor' lkan ditebar dalam 12 unit akuarium ukuran<br />
l.Ox0.6x0.6 m bervolume air 300 liter, dengan kepadatan 12 ekor/akuarium. A.kuarium<br />
dirancang dengan system resirkulasi dan suhu distabilkan dengan menggunakan<br />
"heathe "r sentral yang diletakan pada tandon air. Komposisi bahan baku pakan yang<br />
digunakan dalam uji coba ini disajikan pada Tabel 1. Pakan di formulasi dengan ada<br />
protei 27 % dan lemak paling rendah 6%<br />
Tabel 1: Formulasi pakan uji sumber menggunakan sumber protein tepung<br />
<strong>maggot</strong><br />
Bahan Baku Diet A DietB DietC DietD<br />
Tepung ikan (%) 10.00 7.50 5.00 2.50<br />
Tepung <strong>maggot</strong>(%) - 15.00 30.00 45.00<br />
Tepung kedelei (%) 34.00 28.00 22.00 16.00<br />
Dedak (%) 35.00 34.00 30:00 22.50<br />
Tapioka (%) 10.00 10.00 • 8.81 9.00<br />
Premix komersial (%) 2.00 2.00 2.00 2.00<br />
Dikalsium fosfat(%) 2.00 2.00 2.00 2.00<br />
Minyak sawit (%) 0.85 0.35 0.19 0.43<br />
Filler 6.15 1.15 0.00 0.57<br />
Jurnl
Selama percobaan ikan diberi pakan sebanyak 4% bobot biomas, dan jumlah<br />
pakan diprediksi setelah dilakukan sampling yang dilakukan tiap 2 minggu sekali. Pakan<br />
diberikan tiga kali/hari yaitu pukul 08.00; 12.30; dan 16.00 siang dan sore hari.<br />
Penyiponan kotoran sisa metabolis air dilakukan 2 hari sekali pada pagi hari. Periode<br />
waktu percobaan adalah 40 hari. Dilakukan pencatatan pakan yang dikonsumsi, kadar<br />
protein tubuh ikan uji di awal dan diakhir percobaan. Parameter evaluasi adalah<br />
penambahan bobot tubuh rata-rata individu, laju pertumbuhan spesifik, konversi pakan,<br />
kelulusan hidup, retensi protein dan lemak tubuh.<br />
IV.2.2. Uji Formulasi Tepung Ikan Lokal<br />
Dua belas akuarium dengan volume 100 liter (60 x50 x40 em) yang diternpan:an<br />
di Laboratorium Basah Nutrisi, Balai Riset Perikanan Budidaya Air T awar. ~<br />
Bogor, digunakan dalam penelitian ini. Akuarium-akuarium tersebut dilengkapi dengan<br />
sistem resirkulasi, aerasi, dan pemanas air (water heater). Air yang digunakan berasal dari<br />
air sumur dan air dalam akuarium berganti dengan debit air 4 liter/menit Air dalam<br />
akuarium disifon setiap pagi untuk membuang kotoran yang ada. Benih ikan yang<br />
digunakan dalam penelitian ini yaitu benih nil a BEST dengan bobot rata-rata 6,12 g/ekor<br />
dan padat penebaran 25 ekor per akuarium. lkan diberi pakan berbentuk remah yang<br />
formulasinya tertera pada Tabel 2. Pakan di formulasi dengan kadar protein pakan 27%<br />
dan lemak paling rendah 6%. lkan diberi pakan 3 kali sehari yaitu pada pukul 08.30;<br />
12.30; dan 14.30 dengan ransum harlan 6% dari bobot biomasa. Banyaknya pakan yan<br />
diberikan disesuaikan setiap l 0 hari berdasarkan bobot total yang baru setelah sampling.<br />
Percobaan berlangsung selama 40 hari. lkan yang mati ditimbang dan dihitung<br />
jumlahnya dan pada perhitungan akhir data ini dimasukkan dalam perhitungan parameter<br />
yang diuji. Analisis proksimat terhadap ikan uji dilakukan pada awal dan akhir penelitian.<br />
Analisis ini juga dilakukan pada bahan pakan dan pakan uji. Rancangan percobaan yang<br />
digunakap yaitu rancangan acak lengkap. Empat ransum uji digunakan sebagai perlakuan<br />
yaitu pakan yang mengandung tepu.-g ikan lokal bagus (TIB), tepung ikan lokal bagus<br />
fermentasi (TIBF), tepung ikan lokal sedang (TIS) dan tepung ikan lokal sedang<br />
. ~<br />
9
Tabel2.<br />
Bahan Baku Pak:an<br />
Tepung ikan (%)<br />
Bungkil kedelai<br />
Dedak Padi (%)<br />
Polar(%)<br />
Formulasi pakan uji menggunak:an swnber protein tepung ikan local<br />
Jenis Pak:an<br />
Diet A DietB DietC<br />
15 18 18<br />
30 30 30<br />
20 20 20<br />
20 20 20<br />
DietD<br />
23<br />
30<br />
20<br />
20<br />
Tapioka (%)<br />
Vitamin mix (%)<br />
Mineral mix (%)<br />
Minyak ikan (%)<br />
Keterangan : ( A)<br />
(B)<br />
(C)<br />
(D)<br />
TIB<br />
TIBF<br />
TIS<br />
TISF<br />
11 7 9<br />
1 1 1<br />
2 2 2<br />
1 2 0<br />
= Tepung lkan Bagus<br />
= Tepung lkan Bagus Fermentasi<br />
= Tepung lkan Sedang<br />
= Tepung lkan Sedang Fermentasi<br />
I<br />
3<br />
1<br />
2<br />
11<br />
I<br />
I<br />
I<br />
fermentasi (TISF). Setiap perlakuan mempunyai 3 ulangan. Parameter yang diuji yaitu<br />
laju pertumbuhan spesifik, konversi pakan, retensi protein, retensi lemak, rasio efisiensi<br />
protein, dan konversj pakan.<br />
IV.3. Implementasi formulasi Pakan Substitusi Somber Protein Tepung Maggot<br />
dan Tepung Ikan Lokal<br />
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pakan hasil percobaan tahap sebelum<br />
dengan pakan komersial dalam skala lapangan.<br />
tenggelam dengan diameter pakan disesuaikan yaitu 2 mm.<br />
. ~<br />
Pakan uji :xang digunakan pakan<br />
Penelitian berlangsung<br />
selama 40 hari di Instalasi Riset Lingkungan Perikanan Budidaya Air Tawar dan<br />
Toksikol9gi, Cibalagung. Menggunakan 9 /jaring waring berukuran 1 x 1,5 x 1,5 m<br />
yang dipasang pada kolam beto.-.stagnan dengan kedalaman air 1.2 m. Bagian dasar<br />
jaring berada di atas dasar kolam kira-kira 0.2 m. Ikan uji yang digunakan adalah ikan<br />
nila BEST ukuran 12.00±1.90 g. Padat tebar yang digunakan adalah 50 ekor/ jaring atau<br />
10
50 ekor/1,5 m 3 • Pakan diberikan sebanyak 4%/hari yang diberikan pagi, siang dan sore<br />
hari. Dosis pakan dievaluasi setiap interval 10 hari setelah sampling. Perlakuan yang<br />
digunakan adalah 1) Pemberian pakan pelet komersiil dengan kandungan protein 27 %,<br />
kadar lemak 6%(Pakan A); 2) Pemberian pakan formula (protein 27%) dengan sumber<br />
protein dari tepung ikan lokal (B) seperti pada Tabel 1 ( dimodifikasi); dan 3) Pemberian<br />
pakan formula (protein 27%) dengan sumber protein dari <strong>maggot</strong> dan tepung ikan lokal<br />
(C) seperti pada Tabel 2. Percobaan dengan Rancangan Acak Lengkap, masing-masing<br />
perlakuan dengan tiga ulangan.<br />
Tabel 3. Komposisi bahan dan harga pakan ilcan I kg<br />
Bahan<br />
Jenis diet<br />
No A B<br />
1 Tepung ikan local (%) 16<br />
2 Tepung <strong>maggot</strong>(%) -<br />
3 Tepung kedele (%) 28<br />
4 Dedak (%) 43<br />
5 Tapioka(%) 9.3<br />
6 Dikalsium posphat (%) 1.5<br />
7 Vitamin premix (%) 2.0<br />
8 Minyak sa wit (%) 0.2<br />
Harga/kg 6.500 4.290•)<br />
- -<br />
Keterangan: A = pakan komersial Protein 27%<br />
-<br />
I<br />
c I<br />
5 I<br />
30 I<br />
22 I<br />
30<br />
8.81<br />
2.<br />
2<br />
0.1 9<br />
4.374•)<br />
8 = pakan sumber protein tepung ikan local (sedang)<br />
C = pakan sumber protein tepung ikan <strong>kualitas</strong> sedang<br />
*) diperhitungkan dari harga bahan baku dan biaya produksi<br />
Parameter uji yang digunakan adalah laju pertumbuhan spesifik, FCR serta<br />
analisa ekonomi. Sampling ikan dan <strong>kualitas</strong> air (oksigen terlarut, pH, suhu, ammonia<br />
dan alkalinitas) dilakukan setiap I 0 hari.<br />
• '<br />
.<br />
IV.4. Evaluasi Kualitas Air dengan Penerapan Pakan Formulssi Hasil Uji pada<br />
..<br />
2.2 dan 2.3. di Fokuskan pada Hara Nitrogen dan Fosfat<br />
Dampak penerapan pakan mandiri formulasi substitusi tepung <strong>maggot</strong> dan tepung<br />
ikan local terhadap mutu lingkungan dikaji dan nitrogen yang dibebaskan ke air<br />
11
dihitung dan dinyatakan<br />
tase penyisihan dengan rnenggunakan rurnus<br />
Wezzalt (2004). D ila.r..UA.a..U malitas air pada bak perneliharaan yang rnendapat<br />
perlakuan pakan sub ·<br />
tepung ikan lokal dan pakan komersial, dan pakan<br />
kornersial dengan penambahan molase pada air. Penarnbahan molase dilakukan dengan<br />
cara perhitungan N terbebas kedalarn air ( didasarkan kandungan protein pakan, jumlah<br />
pemberian pakan dan retensi protein) (Usman, eta/., 2010) yaitu, sebesar 3.51 gJ hari<br />
abm 7.02 g!hari. Hasil penelitian pendahuluan mernperlihatkan r bahwa pemberian<br />
molase dengan interval 2 hari memberikan respon terbaik terhadap <strong>kualitas</strong> ait (T-N)<br />
Dilakukan evaluasi terbadap beberapa parameter <strong>kualitas</strong> air terutama senyawa N dan P,<br />
dan pengamatan terbadap fluktuasi plankton. Percobaan dilakukan dalam bak beton<br />
ukuran 1x08x06 m2, tanpa dilakukan pergantian air. Penambahan air dilakukan untuk<br />
mengimbangi penguapan. Ke dalarn bak di tebar ikan ukuran berat sekitar 15±13 g<br />
sebanyak 25 ekor. Parameter lain yang dievaluasi adalah penambahan bobot ikan dan<br />
laju pertumbuhan spesifik. Percobaan dilaksanakan selama 40 hari. Evaluasi <strong>kualitas</strong> air<br />
dilakukan secara diskriftif.<br />
DAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN<br />
V.l. UJI TEKNOLOGI PENGOLAHAN TEPUNG MAGGOT DENGAN CARA<br />
FEMENTASI DAN UJI FORMULAS! PAKAN<br />
V.l.l. UJI FERMENTASI TEPUNG MAGGOT<br />
Hasil analisa tepung <strong>maggot</strong> uji menunjukkan bahwa kadar protein mencapai<br />
38.09%, lernak mencapai 17.60%, kadar abu 10.09%, kadar air 9.0% dan serat kasar<br />
16.47%. Tingginya kadar lernak dapat menjadikan masalah dalam penyusunan formulasi<br />
pakan ikan, karena kadar lemak untuk pakan nila di rekomondasi berdasarkan Standar<br />
'<br />
Nasional Indonesia (SNI) adalah 6 %. Tepung ikan import yang digunakan sebagai<br />
bahan pakan urnurnnya berkadar lemak rendah sekitar 6%. Sedang tepung ikan local<br />
kadar lemak sangat bervariasi dapat mencapai 12%. Banyak cara penurunan kadar<br />
lemak antara lain melalui pengQPresan ataupun pengukusan. Dari pengamatan contoh<br />
<strong>maggot</strong> yang digunakan tercatat bahwa terjadi penurunan kadar lernak setelah rnengalarni<br />
pengepresan dengan rnesin giling sebanyak 35.36 % (dari kadar lernak <strong>maggot</strong> awal<br />
12
13.12% turun menjadi 8.4go...O) (Azwar dan Melati 2009). Dari Penelitian ini juga tercatat<br />
pengurangan kadar lemak sekitar 31.81 % (turun dari 17.60 hingga 12.00%) setelah<br />
pengepresan dengan mesin pengepres. Kadar lemak ini masih relatif tinggi kalau<br />
merupakan campuran bahan formulasi pakan ikan.<br />
Persiapan penyediaan inokulum mikroba kapang (Rizophus oligophorus dan<br />
Trichoderma varidis) telah dilakukan dengan memperbanyak dari stock tunggal menjadi<br />
beberapa stock dengan menggunakan media lebih murah yang terdiri dari ekstrak toge dan<br />
dicampur gula pasir. Mikroba yang diperbanyak digunakan sebagai inokulum dalam percobaan<br />
perbaikan <strong>kualitas</strong> tepung <strong>maggot</strong> dan tepung ikan.. Hasil sementara didasarkan dengan<br />
pengamatan parameter suhu terlihat bahwa dengan inokulun1 Rhizophus olgophoros dan<br />
Aspergillus niger suhu substrat puncsk dicapai setelah hari ke tiga. Peningkatan suhu mencirik:an<br />
terjadinya proses fermentasi. Dengan inokulum Trichoderma varidae sampai hari ke empat suhu<br />
masih meningkat mencapai 44° C (fabel4).<br />
Tabel 4. Rata-rata perubahan suhu selama proses fermentasi oleh kapang<br />
Perlakuan/mikroba<br />
Suhu ( 0 C) pada hari ke<br />
1 2 3 4<br />
Rizophus oligophorus 27 30 40 37<br />
Trichoderma varidis 27 27 28 44<br />
Aspergillus nigger*) 28 30 43 40<br />
*) Sebagai pembanding karena tahun lalu digunakan kapang A. niger<br />
Reduksi suhu pada hari berikutnya rnenunjukkan bahwa aktivitas mikroba (kapang) telah<br />
rnenurun. Respon terbaik dengan indikator <strong>peningkatan</strong> protein tertinggi dan penurunan lemak<br />
yang ideal sebagai bahan baku pakan akan di teliti lebih lanjut sebagai bahan dalam formulasi<br />
pakan ikan.<br />
. ~<br />
Hasil analisa proksimat dari uj i fermentasi <strong>maggot</strong> memperlihatkan bahwa kadar protein<br />
...<br />
tidak menunjukkan kenaikan yang berarti namun kadar lemak menurun (Tabel 5). Kadar lemak<br />
turun berkisar 58.31%-88.48% dan turunnys kadar lemak ini disebabkan oleh pemanfaatan<br />
sumber lemak sebagai energi oleh kapang. Kapang akan mengunakan karbohidrat dan lemak<br />
sebagai sumber energi. Karbohidrat bebas, seperti glukosa akan digunakan sebagai energi awal.<br />
13
Oleh karena itu untuk menim terjadiya fennentasi dilakukan penambahan molase yang<br />
kaya karbohidrat mengandung glukosa (Suhanono, 2009). Penurunan lemak tertinggi tetjadi<br />
pada proses fennentasi dengan menggunakan mikroba Aspergillus nigger (88.48%). Hasil serupa<br />
ditemui dari basil penelitian tahun 2009 (Azwar dan Melati, 2010). Untuk perlakuan selanjutnya<br />
yang dipergunakan untuk uji fonnulasi adalah <strong>maggot</strong> difermentasi dengan Trichoderma varida<br />
dengan pertimbangan kadar Jemak. dan abu masih dalam batas Jayak sebagai bahan baku dalam<br />
formulasi pakan dan diikuti dengan <strong>peningkatan</strong> protein. Penurunan Jemak yang mencapai<br />
sekitar 50"/o atau mencapai kadar lemak sekitar 5-6% ini layak untuk bahan baku pakan sumber<br />
protein hewani.<br />
Tabel 5. Hasil analisa proksimat <strong>maggot</strong> terfermentasi dalam berat kering (%).<br />
Perlakuan<br />
Kadar nutrea (% bahan kering)<br />
Protein % <strong>peningkatan</strong> Lemak %penwunan Abu<br />
Awal 32.38 14.20 - 6.21<br />
R. o/igosphorus 33.28 2.77 5.71 60.03 8.44<br />
Trichoderma 34.17 5.32 5.92 58.31 6.99<br />
varidae<br />
Aspergillus 34.23 5.40 1.63 88.48 7.66<br />
niger*)<br />
Keterangan: *) perlakuan tambahan untuk membandingkan dengan percobaan tahun lalu.<br />
Umumnya tepung ikan yang digunakan dalam formulasi pakan ikan mengandung kadar<br />
lemak sekitar 5%.<br />
Kadar lemak yang tinggi sulit dalam penyusunan formulasi karena kadar<br />
lemak dalam pakan ikan nila hanya mencapai 5-6 %.<br />
V.1.2. UJIFORMULASIPAKAN<br />
~<br />
Hasil uji formulasi pakan dengan mengunakan tepung <strong>maggot</strong> berbagai dosis<br />
memperlihatkan bahwa laju tumbuh, penambahan bobot individu rata2, konversi pakan, ikan nila<br />
uji antara perlakuan kontrol, pemaka~ <strong>maggot</strong> 15% dan 30% tidak memperlihatkin perbedaan<br />
ang nyata dan ketiganya nyata lebih baik (P
Penambahan bobot individu rata-rata tertinggi dijumpai pada perlakuan kontrol (tanpa<br />
penarnbahan <strong>maggot</strong>) yang terendah pada perlakuan penggunaan magot dengan dosis 45%. Hal<br />
serupa ditemui pada laju pertumbuhan spesifik pada perlakuan kontrol mencapa 1.94%,<br />
kemudian penambahan <strong>maggot</strong> masing-masing 15% dan 30% mencapai 1.91% dan 1.92%,<br />
terendah pada perlakuan penambahan <strong>maggot</strong> hingga 45% yaitu 1.63%. Nilai laju pertumbuhan<br />
spesifik dalam penelitian ini masih rendah jika dibandingkan percobaan di kolam atau di ruang<br />
terbuka. Diruang terbuka maupun kolam sisa pakan dalam batas ekosistem yang berimbang<br />
sering diubah menjadi senyawa produktif sebagai pakan alami, yang menyebabkan pertumbuhan<br />
ikan lebih cepat dibandingkan ruang tertutup. Tidak banyak ditemui kematian hingga akhir<br />
percobaan (Tabel 6).<br />
Parameter<br />
Taabel6. Penambahan bobot rata (g), laju pertumbuhan spesifik(o/o/ari), kelulusan bidup<br />
dan konversi pakan masing-masin perlakuan,<br />
Perlakuan/% <strong>maggot</strong> dalam formulasi pakan<br />
A B c D<br />
I<br />
Berat individu rata awal (g) 20.65 20.65 20.69 20.55<br />
Berat individu rata akhir (g) 47.20 46.16 46.53 41.13<br />
Penambahan bobot rata2 (g 26.55 8 25.51 a 25.84 a) 20.58 °<br />
Laju pertumbuhan spesifik rata2 (%) 1.94 8 1.91 a 1.92 a 1.63 °<br />
Konversi pakan 2.15 2.31 2.36 3.02<br />
Kelulusan bidup (%) 94.44 100 94.44 94.44<br />
Catatan: notasi dalam satu baris dengan huruf yang sama memperlihat ti~ak berbeda nyata<br />
(P>0.05) • ~<br />
Hasil analisa proksimat tubuh ikan nila uji memperlihatkan adanya <strong>peningkatan</strong><br />
kandungan protein dan lemak tubuh pada ikan uji di akhir penelitian (Tabel 7). Tidak ada tedensi<br />
<strong>peningkatan</strong> kadar protein, lemak dan aiM terkait dengan perlakuan, namun secara umum terlihat<br />
bahwa baik kadar protein, lemak, dan abu meningkat pada ikan uji di akhir percobaan.<br />
15
Persentase <strong>peningkatan</strong> lemak tuuh lebih tinggi dibandinkan dengan persentase <strong>peningkatan</strong> kadar<br />
protein tubuh. Peningkatan kadar protein tubuh masing-masing<br />
Tabel7. Hasil analisa proksimat tubuh ikan nila Best uji di awal dan akhir percobaan<br />
Perlakuan<br />
Kadar nutrea (% bahan kering)<br />
Kadar air Protein Lemak Abu SeratKasar BE1N<br />
Awal (%) 71.30 53.92 11.64 9.76 1.08 10.02<br />
Akhir<br />
MaggotO% 72.62 56.35 18.52 12.75 1.39 10.94<br />
Maggot 15% 73.75 57.04 16.47 11.94 1.32 13.22<br />
Maggot 300/o 74.63 57.89 17.16 12.60 1.36 10.96<br />
Maggot45% 72.23 56.08 18.30 11.95 1.32 11.98<br />
perlakuan adalah sebagai berikut; kontrol meningkat 3.24%, penambahan <strong>maggot</strong> 15%<br />
meningkat 0.90%, penambahan <strong>maggot</strong> 30% meningkat 1.51%, dan perlakuan <strong>maggot</strong> 45%<br />
mencapai 1.89%.<br />
Peningkatan kadar lema.k tubuh pada perlakuan kontrol lebih rendah<br />
dibandingkan dengan perlakuan pakan yang diberi bahan baku <strong>maggot</strong> Peningkatan kadar lema.k<br />
tubuh pada perlakuan kontrol adalah 46.42%, perlakuan <strong>maggot</strong> masing-masing 15%, 30% dan<br />
45% <strong>peningkatan</strong> kadar lemak adalah 83.33o/o, 85.22%, dan 71.47%. Untuk mengetahui<br />
retensi lemak tubuh dan protein sedang dilakukan evaluasi lanjut, terhadap proksimat pakan.<br />
Dari rasio sumbangan protein nabati dan hewani (ikan dan <strong>maggot</strong>) dalam formulasi<br />
pakan perlakuan memperlihatkan bahwa semakin tinggi tepung magot diberikan sumbangan<br />
.<br />
protein hewani semakin meningkat sedangAa.n s gan protein nabat:i semakin menurun.<br />
Walaupun kandungan protein hewani mening~--~<br />
tumbuh, bahkan pada perlakuan D dimana :.wulX!UE;~<br />
dimana masing-masing sumbangan p<br />
sisanya sumber protein nabati tidak<br />
(P>0.05). Hal ini berkaitan karakter ikan nil<br />
· terlihat tetjadinya penambahan laju<br />
tein hewani dalam formulasi pakan<br />
Pada perlakuan A, B dan C<br />
i.l
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa fennentasi tepung <strong>maggot</strong> dengan<br />
mikroba kapang (Trichoderma varidae, Rizophus oligosphorus, dan Aspergilus niger) dapat<br />
mereduksi kada lemak. Penggunaan Trichoderma varidae dalam fermentasi tepung <strong>maggot</strong><br />
lebih baik dalam menurunkan kadar lernak dan abu. Penggunaan <strong>maggot</strong> rnaksimal sebanyak<br />
30% dalam fonnulasi pakan ikan nila atau <strong>maggot</strong> dapat menggantikan sumber protein tepung<br />
ikan dan kedelei dalam formulasi pakan nila. Sumbangan protein <strong>maggot</strong> pada perlakuan B, C<br />
dan D adalah 5.16%;10.37% dan 15.56%.<br />
V.2. UJI TEKNOLOGI PENGOLAHAN TEPUNG IKAN DENGAN CARA<br />
FEMENTASI DAN UJI FORMULAS I P AKAN<br />
V.2.1. UJI FERMEN{ASI TEPUNG IKAN<br />
Uji coba fermentasi tepung ikan,baik <strong>kualitas</strong> sedang dan kalitas baik dengan<br />
menggunakan kapang ( Aspergillus nigger, Trichoderma varaidae dan Rhizopus<br />
oligosphorus) memperlihatkan bahwa proses fermentasi berjalan baik hanya pada<br />
perlakuan kapang Apergillus niger. Tidak terlihat secara visual perkembangan kapang<br />
yang di inokulasikan. Belum diketahui factor penyebabnya. Keberhasilan fermentasi<br />
dapat tergantung beberapa hal suhu ruangan, kandungan unsure hara substrat,<br />
keseimbangan C/N substrat, pH dan kadar air substrat. Oleh karena itu penelitian lanjut<br />
fermentasi hanya di lakukan dengan inokulan Aspergillus niger. Proses fermentasi<br />
umumnya terjadi selama 5 hari, dan puncak suhu substrat terjai pada hari ke empat.<br />
Hasil analisa proksimat tepung ikan hasil fermentasi mikroba A.niger yang di inkubasi<br />
dalam suhu ruang selama 5 hari tertera pada Tabel 8. Untuk masing-masing tepung ikan<br />
yang difermentasi, sebelumnya tepung ikan ini dicampur dengan 25% polar dan l 00/o<br />
molase. Kadar protein TIB dan TIS yang sudah dicampur polar dan molase masingmasing<br />
sebesar 41 ,86% dan 36,56%. Sed.angkan kadar lemakny'\ masing-masing 6,08%<br />
dan 9,04%. Hasil fermentasi TIB dan TIS 1 Tabel 8} menunjukkan adanya kenaikan kadar<br />
protein sebesar 13,43% (dari 4L86~o menjadi 47.4~~) unruk TIB sedangkan untuk TIS<br />
hanya naik sebesar 2,60% ( naik<br />
menurun cukup besar yaitu 64.<br />
"i 37.51%) untuk kadar lemak<br />
o menjadi 2.14%)<br />
17
Tabel 8. Hasil analisa<br />
imat tepllllg ikan basil fennentasi Aspergillus niger<br />
Jenis Bahan<br />
Kadar nutrea (% bahan kering)<br />
Air Protein Lemak Abu Serat BETN<br />
Kasar<br />
Tepung Ikan Lokal Bagus 4.0 57.65 8.63 23.04 1.64 9.06<br />
(TIB)<br />
Tepung ikan local bagus 5.10 47.48 2.14 18.18 9.32 22.88<br />
fermentasi (TIBF)<br />
Tepung ikan local sedang 7.39 49.47 13.18 33.48 0.42 3.45<br />
(TIS)<br />
I<br />
Tepung ikan local sedang 6.60 37.51 5.46 22.94 7.14 26.95<br />
fermentasi (TISF)<br />
Keterangan : BETN = bahan ekstrak tanpa nitrpgen<br />
sedangkan untuk TIS turun 39,60% (dari 9,04% menjadi 5,46%). Hal ini menunjukkan<br />
bahwa A.niger efektif menurunkan kadar lemak bahan baku pakan. Pada umumnya<br />
tepung ikan lokal yang <strong>kualitas</strong>nya kurang baik, kadar lemaknya relatif tinggi.<br />
V.2.2. un FORMULAS! PAKAN<br />
Dari hasil pengamatan dan perhitungan data selama percobaan diperoleh nilai laju<br />
pertumbuhan spesifik dan konversi pakan seperti tertera pada Tabel 9. Hasil analisis<br />
statistik baik untuk nilai laju pertumbuhan spesifik maupun konversi pakan menunjukkan<br />
.<br />
berbeda nyata (P
Tabel 9. Laju pertumbuhan spesifik dan nilai konversi pakan ikan nita BEST selama<br />
pemeliharaan.<br />
Pakan Uji(jenis tepung ikan Laju pertumbuhan spesifik (%/hari) Konversi pakan<br />
Tepung ikan local bagus 3.43±0.17a 1.75±0.04a<br />
Tepung ikan local bagus 2.62±0.05c 2.21±0.05b<br />
fennentasi<br />
Tepungikanlocalsedang 3.39±0.10a 1.77±0.13a<br />
Tepung ikan local sedang 3.12±0.1lb 1.83±0.09a<br />
fennentasi<br />
(TIS) tidak berbeda nyata dengan yang mengandung tepung ikan lokal <strong>kualitas</strong> bagus<br />
(TID). Apabila menggunakan Tm dan TIS dalam formulasi pakan maka akan<br />
memberikan perbedaan harga sebesar Rp 580,- atau berbeda sebesar Rp 29.000,<br />
per/karung (50 kg). Apabila diperkirakan dari 1 KJA ikan nila membutuhkan pakan<br />
sebanyak 2000 kg (2 ton) dan pembudidaya menggunakan pakan yang mengandung<br />
tepung ikan lokal <strong>kualitas</strong> sedang dapat berhemat sebesar Rp. 1.160.000,-/KJA/panen.<br />
Retensi protein dan lemak tubuh belum dapat dsajikan karena ikan uji contoh<br />
masih dalam proses analisa.<br />
Dari hasil percobaan ini dapat disimpulkan bahwa fermentasi dapat<br />
meningkatkan kadar protein tepung ikan, menurunkan kadar lemak. Tepung ikan local<br />
<strong>kualitas</strong> sedang dapat dimanfaatkan sebagai sumber protein dalam formulasi pakan ikan<br />
nila tanpa mengganggu pertumbuhan.<br />
V.3. Implementasi formulasi Pakan Substitusi Somber Protein ~ahan Baku Lokal<br />
. ~<br />
Hasil pengujian forrnulasi pakan den:<br />
ikan local <strong>kualitas</strong> sedang. . dan sub ·<br />
memperlihatkan hasil konsisten d~ gan uji I<br />
secara ekonomis memperlihatkan bahwa<br />
_gunakan sumber protein tepung<br />
aggot terhadap tepung ikan<br />
ui impleentasi di kolam<br />
ui:ISi bahan baku local<br />
19
masih dapat mengimbangi pakan komersial, bahkan untuk pakan dengan suber protein<br />
tepung ikan local <strong>kualitas</strong> sedang secara ekonomis lebih menguntung.<br />
Pertumbuhan ikan yang di uji di kolam lebih cepat dibandingkan dengan<br />
pertumbuhan di laboratorium. Dari berat awal ikan rata-rata individu 12.00± 1.09 g<br />
setelah mencapai 30 hari pemeliharaan mencapai berat . Laju pertumbuhan spesifik ikan<br />
yang diuji di lapangan lebih tinggi dibandingkan dengan uji laboratorium. Laju<br />
pertumbuhan spesifik pada uji laboratorium untuk formulasi pakan <strong>maggot</strong> berkisar 1.63-<br />
1.94 o/olhari, sedangkan uji dengan menggunakan pakan formulasi sumber tepung ikan<br />
berkisar 2.62-3.63o/olhari. Laju pertumbuhan spesif.tk ikan nita yang di uji di kolam<br />
berkisar 3.4-4.3% (fabel 10). Kemungkinan perbedaan kondisi lingkungan dan<br />
kesuburan perairan menyebabkan laju pertumbuhan percobaan di kolam lebih baik. Hasil<br />
pengamatan memperlihatkan bahwa kolam percobaan yang digunakan cukup kaya unsur<br />
hara, terlihat dari warna air yang hijau pekat, diperkirakan perairan kaya akan pakan<br />
alami.<br />
TabellO. Laju pertumbuhan spesifik<br />
Perlakuan<br />
Ulan gao A B c<br />
1 4.7 4.9 3.1<br />
2 4.4 3.7 3.4 .<br />
3 3.8 4.4 "3.7 .<br />
Rerata 4.3±0.5 4.3±0.6 3.4±0.3<br />
Tabelll. Konversi pakan :<br />
Ulan gao<br />
Perlakuan<br />
A B c<br />
1 1.6 1.5 2.5<br />
2 1.6 2.1 2.3<br />
3 2.1 1.7 2.0<br />
Rerata 1.8±0.3 1.8±0.3 2.3±0.2<br />
~<br />
Berdasarkan Tabel tersebut terlihat bahwa pakan dengan sumber bahan protein<br />
lokal terindikasi mempunyai <strong>kualitas</strong> yang relative sama dengan pakan komersiil<br />
pabrikan, yaitu dapat memberikan n*ltai laju pertumbuhan spesifik dan konversi pakan<br />
(FCR) yang relative sama. Nilai pertumbuhan spesifik dari ketiga jenis pakan pada hari<br />
ke-30 terlihat cukup baik. Sangat menggembirakan bahwa pakan dengan bahan protein<br />
20
ilcan rucah lokal mempunyai nilai pertumbuhan spesifik yang nyaris sama dengan pakan<br />
komersil. Hal ini menandakan bahwa tepung ikan rucah lokal yang dikelola dengan baik<br />
mempunyai <strong>kualitas</strong> yang tidak berbeda dengan tepung ikan import. Berdasarkan<br />
nilai FCR diatas (Tabel 11) terlihat Pakan A (kontrol!Pelet komersiil)dan Pakan B (Pakan<br />
formula dengan sumber protein dari tepung ikan lokal) mempunyai nilai yang sama. Hal<br />
ini tentunya akan memberi peluang bagi pembudidaya ikan nila untuk memperoleh<br />
keuntungan yang lebih baik dengan menggunakan pakan formula ini, sebagai akibat<br />
selisih harga pakan diantara kedua pakan tersebut yang mencapai Rp 1.710,00/kg pakan.<br />
Dalam Tabel 12, disajikan biaya yang dibutuhkan untuk memproduksi 1 kg ikan nila<br />
berdasarkan data FCR dan harga dari masing-masing pakan diatas.<br />
Tabel12. Biaya pakan dibutuhkan untuk memproduksi 1 kg ikan nila<br />
Jenis Pakan<br />
Hargalkg<br />
(Rp)<br />
FCR<br />
Biaya Produksi/kg ikan (Rp)<br />
Pakan Komersiil 6000.00 1.8 10.800.00<br />
Pakan B 4,290.00 1.8 7,722.00<br />
Pakan C 4,374.00 2.3 10,060.20<br />
Berdasarkan Tabel 12, terlihat bahwa pakan formula mempunyai hitungan harga<br />
yang lebih murah dibanding pakan komersiil untuk memproduksi ikan nila 1 kg. Jika<br />
pakan formula ini, digunakan dengan jum1ah yang besar tentunnya akan memberikan<br />
keuntungan yang cukup berarti bagi petani ikan nila. Keuntungan yang lain yang<br />
didapatkan adalah akan tercipta lapangan usaha baru di tingkat lokal, dan akan tercipta<br />
pemerataan pembangunan perikanan.<br />
. '<br />
..<br />
21
Data <strong>kualitas</strong> air selama penelitian disajikan dalam Tabel 13 sebagai berikut:<br />
Tabel 13. Kisaran <strong>kualitas</strong> air selama penelitian yang diukur pada tengah hari<br />
Parameter Perlakuan La yak Referensi<br />
untuk<br />
A B c perikanan<br />
Hogendoom et<br />
Suhu( 0 C) 27.9-29.6 28.7-30.9 29.8-30.3 27.5-32.5 al., 1983<br />
Kordi & Tancung, .<br />
pH 8.86-9.17 9.72-9.94 9.02-9.35 6.5-9 2007<br />
i<br />
DO (mg/1) 6.27-9.74 7.90-12.27 8.06-12.66 >5 Effendi. 2003 I<br />
NH3(mgll) 0.308-0.387 0.336-0.403 0.225-0.442
erada di dalam bale perneliharaan ikan nila Tavares dan Braga (2008) melaporkan<br />
bahwa efektifitas penyisihan akan mengalami <strong>peningkatan</strong> setelah 10 hari sejalan dengan<br />
adanya perkembangan dari pakan alami dan mikroorganisme di dalam kolam<br />
pemeliharaan.<br />
Tabel 14. Persentase penyisihan Total N, nitrit, nitrat dan ammonia<br />
Paramete<br />
r Sampling Perlakuan<br />
(%)<br />
TotalN<br />
Nitrit<br />
Nitrat<br />
Amoniak<br />
Keterangan: A<br />
B<br />
C,D<br />
1<br />
2<br />
3<br />
4<br />
1<br />
2<br />
3<br />
4<br />
1<br />
2<br />
3<br />
4<br />
1<br />
2<br />
3<br />
4<br />
A B c D<br />
22,33 27,91 21,12 30,42<br />
30,34 15,45 0,08 24.68<br />
79,68 69,82 57,57 7638<br />
29,29 18,60 11 ,73 30.42<br />
30,95 46,03 36,51 38,10<br />
49,21 35,63 3,97 21 ,43<br />
41,27 30,16 1,59 11,90<br />
40,48 34,92 8,73 91,98<br />
30,84 49,13 41,18 40,38<br />
36,41 3,82 1,43 8,59<br />
38,00 21,30 11,76 91,97<br />
45,95 35,53 30,05 34,82<br />
62,82 65,88 73,88 75,06<br />
50,12 43,06 24,24<br />
. '<br />
53,65<br />
41,41 35,53 0,94 43,29<br />
44,00 30,59 2,82 49,65<br />
= Pakan formulasi dengan kandungan tepung <strong>maggot</strong> 30%<br />
= Pakan fonfft.llasi dengan kandungan tepung <strong>maggot</strong> 15%<br />
= Pakan komersial yang sama, namun pada bak dimana ikan<br />
diberi pakan, kedalam bak di tambahkan molase<br />
23
Kualitas Air Media P<br />
Suhu<br />
Suhu air berperan penting dalam aktivitas kimia dan biologis media air budidaya.<br />
Aktivitas biologis mengalami <strong>peningkatan</strong> seiring dengan <strong>peningkatan</strong> suhu. Kisaran<br />
suhu air pada tiap perlakuan pakan dengan penggunaan <strong>maggot</strong> dan sebagai kontrol<br />
digunakan pakan komersial dan pakan komersial dengan penambahan molase,<br />
teridentifikasi berlcisar antara 27,5 - 29,4 °C (Gambar 1). Kisaran tertinggi terdapat<br />
pada perlakuan dengan penggunaan pakan komersial 27,5- 29,4 °C dan terendah pada<br />
perlakuan pakan komersial dengan penambahan molase 27,5 - 28,0 °C. Suhu air<br />
berubah-ubah sebagai fungsi waktu, intensitas penyinaran matahari dan musim. Secara<br />
ekologis variabilitas suhu air sangat penting karena umumnya organisme air memiliki<br />
derajat toleransi terhadap suhu air dengan kisaran tertentu. Kondisi suhu air rata-rata<br />
dari setiap perlakuan pakan sangat layak untuk budidaya ikan nila , karena suhu air yang<br />
baik untuk perikanan tropis adalah 25 - 32 °C (Mulyanto 1992). Suhu yang optimal<br />
untuk pertumbuhan ikan kecil adalah antara 27,5 °C sampai 32,5 °C. Pada suhu 35 °C<br />
pertumbuhan akan berlangsung lambat dan akan terjadi deformasi pada suhu yang lebih<br />
tinggi lagi. Hargreaves dan Tucker (2004) menyatakan, bahwa pemeliharaan ikan di<br />
atas suhu 27,5 °C dapat mencegah terjadinya inveksi penyakit bakteri dan virus.<br />
30<br />
29,5<br />
,..,<br />
29<br />
v<br />
;::;<br />
28,5<br />
- ~<br />
28<br />
"' 27,5<br />
27<br />
26,5<br />
~Formula pakan A<br />
.<br />
- Form)Jia.pakan B<br />
__.,... Formula pakan C<br />
-'----------------~Fo r mula pakan D<br />
0 10 20 30 40<br />
~arike<br />
Gambar 1. Fluktuasi suhu media air pemeliharaan selama percobaan<br />
24
Nilai pH<br />
Nilai pH merupakan salah satu komponen yang berpengaruh bagi kehidupan<br />
organisme air, karena organisme tersebut berhubungan langsung dengan air yang sangat<br />
sensitif terhadap perubahan konsentrasi ion hydrogen. Kisaran pH pada penelitian ini<br />
adalah sebesar 7,0 - 8,5 (Gambar 2). Keberadaan nilai pH ditentukan oleh interaksi<br />
berbagai zat dalam air. Jadi semakin banyak air sebagai pelarut akibat hujan, maka<br />
pengaruh untuk nilai pH air yang ditimbulkan oleh interaksi berbagai zat dalam air<br />
tersebut semakin kecil dan ini tidak berlaku pada perlakuan pakan komersial dengan<br />
penambahan molase, karena dengan penambahan molase temyata dapat menekan<br />
konsentrasi unsur nitrogen (NH 3 , N0 2 , N0 3 dan NH 4 ).<br />
Dampak yang ditimbulkan apabila kondisi perairan yang bersifat sangat asam<br />
maupun sangat basa akan membahayakan kelangsungan hidup organisme karena akan<br />
menyebabkan terjadinya gangguan metabolisme dan respirasi dalam media air<br />
pemeliharaan ikan. pH tinggi akan menyebabkan keseimbangan antara amonium dan<br />
amonia dalam air terganggu dan tingginya konsentrasi amonia, bersifat toksik bagi<br />
organisme. Nilai pH yang ideal bagi kehidupan organisme air pada umumnya berkisar<br />
antara 7 sampai 8,5 (Baros, 2001). Nilai pH pada masing-masing perlakuan pakan dan<br />
penambahan molase masih sesuai dengan kriteria mutu air yang peruntukannya untuk<br />
budidaya ikan termasuk dalam mutu air kelas 2 dan 3, yaitu sekitar 6- 9 (PP. No. 82<br />
Tahun 2001).<br />
9<br />
8<br />
re-f $<br />
- !<br />
7<br />
6<br />
-.-Formula pakan A<br />
::z:: 5<br />
Q, 4 -Formula pek~n B<br />
3 -Jlr-Formula pakan C<br />
2<br />
~Formula pakan D<br />
1<br />
0<br />
0 10 20 ill' 30 40<br />
Hari ke<br />
Gambar 2. Nilai pH pada masing-masing perlakuan selama percobaan<br />
25
Konsentrasi DO (Disolved Oxygen)<br />
Oksigen diperlukan ikan untuk katabolisme yang menghasilkan energi bagi<br />
aktivitas seperti berenang, reproduksi dan pertumbuhan (lrianto, 2005). Dengan<br />
demikian, konversi pakan dan laju pertumbuhan sangat ditentukan oleh ketersediaan<br />
oksigen disamping terpenuhinya faktor-faktor lainnya. Jumlah oksigen yang dikonsumsi<br />
ikan diantaranya sangat tergantung pada laju metabolisme dan suhu lingkungan.<br />
Kisaran konsentrasi oksigen terlarut dengan perlakuan pakan <strong>maggot</strong> dan pakan<br />
komersial dengan penambahan molase sebesar 5,18 - 8,01 mg/t. Konsentrasi DO<br />
terendah teijadi pada perlakuan pemberian pakan komersial (control), yaitu sebesar 5,92<br />
mg!t, dimana pada hari ke-10 pemeliharaan, konsentrasi DO pada perlakuan ini sudah<br />
menunjukkan penurunan. Rendahnya nilai oksigen terlarut menunjukkan bahwa kondisi<br />
air pemeliharaan ikan nita, berhubungan dengan proses kimia oksidasi dan proses<br />
<strong>peningkatan</strong> aktivitas metabolisme dari mikroorganisme dalam mengurai bahan organik<br />
yang membutuhkan oksigen. Oksigen terlarut merupakan kebutuhan dasar untuk<br />
kehidupan makhluk hidup di dalam air maupun hewan teristerial. Penyebab utama<br />
berkurangnya oksigen terlarut di dalam air adalah adanya bahan-bahan organik yang<br />
banyak mengkonsumsi oksigen sewaktu penguraian berlangsung (Effendi, 2003).<br />
Konsentrasi DO tertinggi terjadi pada perlakuan pemberian pakan komersial dengan<br />
penambahan molase dan pemberian pakan dengan penggunaan tepung <strong>maggot</strong> 30%,<br />
masing-masing sebesar 7,68 mglt dan 6,86 mglt (Gambar 6)<br />
~Formula<br />
9<br />
-8 ~<br />
Ill) 7<br />
~<br />
-<br />
-<br />
6 pakan A<br />
...<br />
:I<br />
... 5 -Formula pakan B<br />
Ill<br />
4 ~<br />
-.:: .<br />
Ql<br />
.... 3 __,._ Formula pakan C<br />
c::<br />
Ql<br />
2<br />
Ill)<br />
1<br />
-Formula pakan D<br />
]<br />
0 0<br />
0 10 .cu ..=.-\..." -"'<br />
e<br />
Gambar 3. Konsentrasi oksigen lar a obaan<br />
26
Konsentrasi Amonia (NH 3 )<br />
Konsentrasi NH 3 di awal pemeliharaan pada seluruh perlakuan memiliki nilai<br />
yang sangat rendah, masing-masing sebesar 0,158 mgli pada perlakuan A: 0,145 mgli<br />
pada perlakuan B: O,lllmgli pada perlakuan C, dan 0,106 mgli pada perlakuan D.<br />
Konsentrasi NH 3 tertinggi terdapat pada perlakuan dengan penggunaan pakan komersial<br />
0,317 mgli dan terendah pada perlakuan penggunaan molase sebesar 0,190 mglt.<br />
Tingginya perlakuan pemberian pakan komersial pada pemeliharaan ikan nita<br />
dipengaruhi oleh nilai pH dan suhu air. Menurut Effendi (20Q3), toksisitas amoniak<br />
terhadap organisme akuatik akan meningkat jika terjadi penurunan konsentrasi oksigen<br />
terlarut serta <strong>peningkatan</strong> pH dan suhu air. Selain itu, akumulasi konsentrasi amoniak<br />
dapat menghambat pertumbuhan ikan (Boyd, 1998). Pada data konsentrasi NH 3 media air<br />
pemeliharaan dapat dilihat pada Gambar 4 di bawah ini.<br />
0,5<br />
~ 0,4<br />
....... 0,3<br />
~<br />
'E 0,2<br />
0<br />
~ 0,1<br />
0<br />
0 10 20 30 40<br />
-+-Formula pakan A<br />
-Formula pakan B<br />
_._Formula pakan C<br />
~Formula pakan D<br />
Hari ke<br />
Gam bar 4. Konsentrasi NH 3 media pemeliharaan selama percobaan<br />
. ~<br />
-<br />
27
Parameter Pertumbuhan<br />
Trend <strong>peningkatan</strong> pertambahan bobot ikan terdapat pada perlakuan pemberian<br />
pakan dengan menggunakan pakan komersial dengan penambahan molase pada medium<br />
kultu diikuti dengan perlakuan pemberian pakan dengan tepung <strong>maggot</strong> 30% dan 15%<br />
dan terendah terdapat pada pemeberian pakan komersial (Gambar 5).<br />
Laju pertambahan bobot mutlak diikuti dengan laju pertumbuhan spesifik terdapat<br />
pada Tabel 15, dimana pertambahan tersebut terus meningkat sampai akhir pemeliharaan.<br />
Laju pertambahan bobot pada perlakuan D dan A lebih tinggi dibandingkan dengan<br />
perlakuan B dan C, hal ini disebabkan karena karakter dari molase yang berkontribusi<br />
terhadap banyaknya pakan alami sehingga ikan selain memperoleh makanan dari pakan<br />
artificial juga mendapat banyak ketersediaan pakan alami. Peflakuan pemberian pakan<br />
dengan menggunakan tepung <strong>maggot</strong> 30% memberikan pertambahan bobot ikan lebih<br />
tinggi dibandingkan dengan perlakuan pemberian tepung <strong>maggot</strong> 15%. Hal ini<br />
dirnungkinkan selain komposisi pakan dengan protein tinggi, juga di dukung dengan<br />
kondisi <strong>kualitas</strong> air, dimana nilai pH dan suhu air lebih rendah.<br />
40 -,<br />
35 -<br />
B 3o -<br />
~<br />
:;, 25<br />
,Q<br />
:::J<br />
.. 20 -<br />
15 -<br />
~<br />
~ 10<br />
5 -<br />
0<br />
0 12<br />
s.a<br />
. ~<br />
.:.- 3-6 ~=<br />
-+-Formula pakan A<br />
~Formula pakan B<br />
-a-Formula pakan C<br />
. ~<br />
-Formula pakan D<br />
Gambar 5. Pertarnbaha.n<br />
28
Berdasarkan basil analisis ragarn (p
BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN<br />
VI.l. Kesimpulan<br />
Dari hasil penelitian sementara dapat kesimpulan bahwa<br />
1. Kapang yang di uji sangat efektif menurunkan kadar lemak <strong>maggot</strong>, narnun tidak efektif<br />
meningkatkan kadar protein. Penurunan lemak tertinggi dialami tepung <strong>maggot</strong> yang<br />
difermentasi dengan Aspergillus niger<br />
2. Tepung <strong>maggot</strong> terfermenasi dapat digunakan sebagai sumber protein pakan nila<br />
maksimal 30% dalam formulasi, dan penggunaan sebanak 30% tepung <strong>maggot</strong> dalam<br />
ransum tidak mempedihatkan perbedaan tumbuh dengan ikan nila diberi pakan<br />
bersumber protein tepung ikan.<br />
3. Tepung ikan lokal <strong>kualitas</strong> sedang dalam pakan ikan nita BEST dapat menggantikan<br />
tepung ikan lokal <strong>kualitas</strong> bagus dan dengan berhemat biaya operasional sebesar<br />
Rp.i60.000,-/K.JA/panen.<br />
Pakan ikan nita uji yang mengandung tepung ikan local<br />
<strong>kualitas</strong> sedang yang difermentasi memberikan konversi pakan yang tidak berbeda<br />
nyata dengan yang tanpa fermentasi.<br />
4. Konversi pakan komersial ikan nila tidak berbeda nyata dengan pakan bersumber<br />
protein tepung ikan lokal <strong>kualitas</strong> sedang, namun konversi pakannya lebih baik dari<br />
pakan bersumber protein tepung ikan lokal dan tepung <strong>maggot</strong>. Penggunaan tepung<br />
ikan lokal <strong>kualitas</strong> sedang dapat menekan biaya produksi, dan memberikan keuntungan<br />
lebih baik<br />
3. Kualitas air pemeliharaan dalam pengujian pakan formulasi buatan sendiri dengan pakan<br />
komersial memperlihatkan bahwa dampak terhadap <strong>kualitas</strong> air pada perlakuan pakan<br />
komersial lebih buruk dibandingkan pakan formulasi buatan sendiri. Penambahan<br />
molase dalam medium kultur memberik.an respon positip terhadap mutu air dan<br />
pertumbuhan ikan nila uji.<br />
VI.2 Saran<br />
~<br />
Disarankan untuk mempertimbanglformulasi<br />
pakan ikan nila<br />
sebagai bahan baku untuk<br />
30
DAFTAR PUSTAKA<br />
Abbas H. H. 2006. Acute toxicity of ammonia to common carp fingerlings (Cyprinus carpio) at<br />
different pH levels. Pakistan J. Bio. Sci. 9 (12): 2215- 2221<br />
Amar, B., R Philip., I.s.B. Singh. 2006. Efficacy of Fermented prawn shell waste as a feed ingredient<br />
for Indian White prawn, Fenneropenaeus indicus. Aquaculture Nutriton (12). 433-442.<br />
Anonimous. 2009. Ikan nila BEST Unggulan barn, harapan baru. Pamflet Balai Riset Perikanan<br />
Budidaya Air Tawar, Bogor<br />
Aslamijah, S., 2007. Penggunaan Mikroba Saluran Pecemaan Sebagai Probiotik untuk Meningkatkan<br />
Perturnbuhan dan Kelangsungan Hidup Ikan Bandeng. Desertasi. Sekolah Pasca Sarjana<br />
IPB:256 Hal.<br />
Azwar, Z.I., N. Suhenda dan 0. Praseno. 2004. Managemen Pakan pada Usaha Budidaya Ikan di<br />
Karamba Jaring Apung. Dalam A. Sudrajat, S.E Wardoyo. Z.L Azwar H Supriyad dan B.<br />
Priono. Pengembangan Budidaya Perikanan di Perairan Waduk:Suatu Upaya Pemecahan<br />
Masalah Budidaya Ikan dalam Karamba Jaring Apung. Pusat Riset Perikanan Budidaya,<br />
DKP, Jakarta. Hal 37-44.<br />
Azwar, Z. I. dan I. Melati 2009 a. Peningkatan Kualitas Tepung <strong>maggot</strong> melalui penggunan mikroba<br />
(Aspergillus nigger) dan pemanfaatannya dalam pakan ikan lele dumbo (Clarias<br />
gariepinus}"J. Laporan Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar: 12 halaman.<br />
Azwar, Z. I. dan I. Melati. 2009 b. Pemanfaatan ampas tahu terfementasi sebagai pegganti tepung<br />
bungkil kedele untuk pakan ikan patin. Laporan Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar:<br />
12 halaman.<br />
Azwar, Z.l., dan R Rostika. 2010. Ketersediaan dan P3ningkatan Kualitas Bahan Paku Pakan Ikan dan<br />
Udang. Disjikan dalam pertemuan Semi-Loka :N'utrisi dan Teknologi Pakan Ikan. Kerjasama<br />
BRKP dan ISPIKANI di Bogor, 26 Oktober 20 I 0: 16 Hal.<br />
Basry, A, 2009. Sintuasi dunia terhadap pengadaan<br />
Temu Pakan Nasional. Bandung. 19-20.<br />
K. 2005. The Acute Toxicity of Am<br />
and Fingerlings. Turk J Vet Anim S<br />
Boyd, C.E. 1998. Water Quality for Pond A<br />
43.1ntemational Center for A<br />
Agricultural Experiment Station. A ·<br />
g dan..ikan. Disajikan dalam<br />
Benlu A C. K., and Ksal G. I.<br />
mmis niloticus L.) Larvae<br />
·elopment Series No.<br />
~, .......... "~ents, Alabama<br />
31
Barns A.T. 2001. Pengantar Limnologi. Direktoral Pembinaan Penelitian dan Pengabdian Pada<br />
Masyarakat, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Carman, 0., dan A. Sucipto. 2009.<br />
Panen nila 2,5 bulan. Penebar Swadaya. 84 hal.<br />
Carman, 0., dan A. Sucipto. 2009. Panen nila 2,5 bulan. Penebar Swadaya. 84 hal.<br />
Castell, J.D. and K. Tiews. 1980. Report of the EIFAC, IUNS and ICES working group on the<br />
standardization of methodology in fish nutrition research. Hamburg. Germany, ElF AC<br />
Tech. Paper, 24 p.<br />
Cheng W, Chen SM, Wang FI, Hsu PI, Liu CHand Chen JC. 2002. Effect of temperature, PH,<br />
salinity, and amonia on the phagocytic and clearance efficiency of giant freshwater<br />
prawn, Macrobrachium rosenbergii to Lactococcus garvieae, Aquaculture, 219: 111-<br />
121<br />
Denny, P.l., 2010. Rantai Tataniaga Pakan Akuakultur. Status Terkini dan Kondisi Ideal.<br />
Disampaikan dalam semi-Lo~ Nutrisi dan Teknologi Pakan Ikan. Kerjasama BRKP<br />
dan ISPIKANI dii Bogor, 26 Oktober 2010: 31 Hal.<br />
Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan Perairan.<br />
Kanis ius, Y ogyakarta<br />
Fahmi, M.R.dan I.S Wayan. 2007. Prospek magot untuk <strong>peningkatan</strong> pertumbuhan dan status<br />
kesehatan ikan. Instalasi lkan Hias Air Tawar, Depok : 13 Hal.(tidak di publikasi).<br />
Ghosh, K. S.K. Sen., A.K. Ray. 2004. Growth and survival of rohu, Labeo Rohita (Hamilton,<br />
1882) spawn fed diets fermented with intestineal bacterium, Bacillus circulans. Acta<br />
Ichthyologica et piscatorial (34)(2): 155-165<br />
Hargreaves, John A., and Tomasso, Joseph R. Jr. 2004. Environmental Biology. pages 36-68 in<br />
68 in Tucker, Craig s., and Hargreaves, John A. (editors) :Biology and Culture of<br />
Channel Catfish. Developments in Aquaculture and Fisheries Science-34. Elsevier<br />
B.V. Amsterdam. 676 p.<br />
Irianto. 2005. Patologi ikan teleostei. Gadjahmada University press. 256 hal.<br />
Ghosh, K., S.K. Sen., A. K. Ray. 2005. Feed utilizarioo efficiency and gowth performance in<br />
Rohu, Labeo Rohita (Hamilton. 1882) fingerling fed yast extract powder<br />
supplemented diets. Acta lchthyologica et piscaroriaJ (35 >42): 11 ~ -l l 7.<br />
Hadadi, A., Herry, Setyorini, A.Surahman. E. Rid'.\an 2007. Perrumfaatan limbah sawit untuk<br />
pakan ikan. Jurnal Budidaya Air TtiH.ar Vol<br />
bahan<br />
Iskandar. 2009. Peran pakan dalarn mendukung us<br />
Pakan Nasional. Bandung 19-20 ~faret 2<br />
5 . Disajikan dalarn Temu<br />
Ismunadji, I. dan C. Novary. 2010. Perarura.Ii Pen.l:"~·:<br />
dengan Penekanan pada Penggunaan B<br />
dan Teknologi Pakan Ikan. Ke:rjasama B<br />
Hal.<br />
~~~='L:--:--s::..'1<br />
Pakan Ikan!Udang<br />
· -Loka Nutrisi<br />
ober 2010:1 8<br />
32
Monda!, K., A. Kaviray, P. K. Mukhopadhyay. 2007. Evaluation fermented fish offal in formulated diet<br />
of the Indian Major arp, Rohu, Labeo Rohita (Hamilton).( 17)(2):99-1 05<br />
Mulyanto. 1992. Lingkungan Hidup untuk lkan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.<br />
Priyadi, A., Z.I. Azwar, I. W. Subamia, dan S. Hem. 2010. Pemanfaatan Maggot sebagai pengganti<br />
tepung ikan dalam pakan buatan untuk benih ikan balashark (Balanthiocheillus melanopterus<br />
Bleeker).: Jurnal Riset Akuakultur. Vol4 (3)::367-375.<br />
Sukadi, F. 2010.Ketahanan dalam Air dan Pelepasan Nitrogen dan Fosfor ke Air Medi~ dari Berbagai<br />
Pakan Ikan Air Tawar. Jurnal Riset Akuakultur: Vol (5). No (1):-01-12 Hal.<br />
Tavares L. H. S., Braga F. M.S. 2008. Constructed wetland in wastewater treatment. Acta Sci.<br />
Bioi. Sci. Maringa, 30 (3): 261-265<br />
Usman, N.N. Palingi, E. Haris, Dedy Jusadi, E. Supriyono dan M. Yuhana. 2010. Analisis Tingkat<br />
kecemaan Pakan dan Limbah Nitrogen (N) Budidaya lkan Bandeng serta Kebutuhan<br />
Penambahan C-Organik untuk Penumbuhan Bakteri Heterotrof(Bioflock); 10 hal (Unpublish)<br />
33
Lampiran 3.a<br />
LAPORAN HASIL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN<br />
(<strong>laporan</strong> Ringkas Hasillitbang sesuai PP No 20 TH 2005)<br />
Identitas Perguruan Tingi!Lembaga Penelitian dan Pengembangan<br />
Nama Lembaga Penelitian<br />
dan Pengembangan<br />
Pimpinan<br />
Alamat<br />
[ - ---<br />
Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar Bogor<br />
Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan<br />
Dr. Tri Heru Priyadi<br />
n Sempue 1. Bogor<br />
Identitas Kegiatan<br />
Judul<br />
PENINGKATAN KUALITAS GIZI MAGGOT DAN TEPUNG IKAN LOKAL<br />
MELALUI FERMENTASI SEBAGAI SUMBER PROTEIN DALAM<br />
FORMULAS! PAKAN IKAN NILA<br />
Abstraksi<br />
Tim Peneliti<br />
Penelitian yang bertujuan memanfaatkan sumber protein hewani<br />
local (tepung ikan dan <strong>maggot</strong>) dalam formulasi pakan telah<br />
dilakukan dalam upaya menekan harga pakan ikan nila. Oalam<br />
penelitian ini dilaksanakan beberapa tahap kegiatan meliputi<br />
teknologi perbaikan <strong>kualitas</strong> bahan dengan menggunakan kapang<br />
dan teknologi fermentasi. Fermentsi akan mengurangi kadar lemak<br />
yang tinggi yang umum dikandtmg dalam tepung ikan local dan<br />
<strong>maggot</strong>. Manfaat dari penelitian ini adalah menekan bahan baku<br />
import, sehingga harga pabm ikan tidak terlalu tinggi atau<br />
sebanding dengan ha:rga jual ibm nila Penelitian diJakukan dalam<br />
sekala laboratorium mulai dari proses perbai.kan bahan baku,<br />
kemudian dilak'Ukan uji substirusi b2han baku (tepung ikan local<br />
dan <strong>maggot</strong>) dalam ranstml tnka:n ii.:a.TI.: diteruskan dengan uji<br />
managemen unsure l:.ara ~ 6::1 P dengan tuj uan meningkatkan<br />
efisiensi pakan dan me::~~ k>..:::!.!TI:!s lingk'Uilgan. bersamaan<br />
dlakukan juga uji !::::; : er..~-... ~ ~;:.:m.l:.,.,;an pakan formulasi<br />
substitusi dibanangbn den~ ~ tomersil yang ber<strong>kualitas</strong><br />
dan urnurn di pakan ..,.,_~.... ....,\~<br />
34
1. Koordinator!Peneliti Utama<br />
2. Alamat Koordinator<br />
Dr. Zafril Imran Azwar<br />
Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar Bogor, Jl. Sempur 1<br />
Bogor.<br />
3. Nama Anggota Peneliti<br />
Ir. Ningrum Suhenda MSi<br />
Ir. Lies Setijaningsih MSi<br />
N myadi, SPi<br />
W aktu Pelaksanaan<br />
Mei-November<br />
Publikasi<br />
I. Perbaikan <strong>kualitas</strong> tepung <strong>maggot</strong> melalui fermentasi sebagai<br />
sumber protein dan uji formulasi pakan untuk ikan nila<br />
2. Perbaikan <strong>kualitas</strong> tepung ikan lokal dengan fermentasi sebagai<br />
sumber protein dan uji formulasi pakan untuk ikan nita<br />
3. Implementasi pakan formulasi pakan substitusi tepung <strong>maggot</strong><br />
dan tepung ikan lokal<br />
4. Peningkatan <strong>kualitas</strong> air dengan penerapan pakan yang<br />
ber<strong>kualitas</strong> hasil uji difokuskan pada pengelolaan unsur hara N<br />
dan P.<br />
Di Publikasi di Jurnal Riset Akuakultur (2011)<br />
~<br />
35
Lampiran 3.b<br />
LAPORAN HASIL PENEUTJAN DAN PENGEMBANGAN<br />
ldentifikasi Kekayaan lntelektual dan Hasil Litbang<br />
Ringkasan Kekayaan lntelektual<br />
A. Perlindungan Kekayaan lntelektual<br />
1. Paten Waktu Pendaftaran:-<br />
2. HakCipta Waktu Pendaftaran:-<br />
3. Merek Waktu Pendaftaran:-<br />
4. Desain lndustri Waktu Pendaftaran:-<br />
5. DesainTata letak Sirkuit Terpadu Waktu Pendaftaran:-<br />
6. Varietas Tanaman Waktu Pendaftaran:<br />
B. Nama Penemuan Baru<br />
C. Nama penemuan baru Non Komersial<br />
D. Cara Alih Teknologi<br />
1. Lisensi,<br />
2. Kerjasama,<br />
3. Pelayanan jasa lptek,<br />
4. Publikasi.<br />
~<br />
Ringkasan Hasil Penelitian dan Pengembangan<br />
1. Hasil Penelitian dan Pengembangan<br />
2. Produk, Spesifikasi, dan Pemanfaatannya_.<br />
3. Gambar/Photo Produk Hasil penelitian dan pengembangan<br />
36
Ue!lJ19Uad u e ~e ! 69>j O~OJ-Q~O.::J<br />
ueJ!dWel
..<br />
·Ue:>fed<br />
eo ue4eq uede!Auad<br />
~uede:>f-eqOJ:>f!W :>f:>OlS
jueeqo<br />
:>Jad ~edwa~ 4eseq wnpo~eJoqe1