29.10.2014 Views

LAPORAN AKHIR PROGRAM RISET INSENTIF 2010 - KM Ristek

LAPORAN AKHIR PROGRAM RISET INSENTIF 2010 - KM Ristek

LAPORAN AKHIR PROGRAM RISET INSENTIF 2010 - KM Ristek

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

----~- ---<br />

• a.<br />

.~<br />

<strong>LAPORAN</strong> <strong>AKHIR</strong> <br />

<strong>PROGRAM</strong> <strong>RISET</strong> <strong>INSENTIF</strong> <strong>2010</strong> <br />

(RIPP)<br />

JUDUL <br />

Rekayasa Genetik Azospirillum U nggul uotuk Menurunkan <br />

Penggunaan Pupuk Nitrogen Sebesar 30% dan Penggunaan <br />

Pupuk Fosfat Sebesar 15% dari Standar Pemupukan untuk <br />

Padi Sawah <br />

Peneliti Utama<br />

Eny Ida Riyanti, PhD<br />

BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN <br />

BALAl BESAR PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN <br />

BIOTEKNOLOGI DAN SUMBERDAYA GENETIK <br />

PERTANIAN <br />

Jl. Tentara Pelajar 3A, Bogor 16111, Telp. 0251-8337975, Faks. 0251-8338820 <br />

Email: borif@indo.net.id.biogen@litbang.deptan.go.id


• a.<br />

<strong>LAPORAN</strong> <strong>AKHIR</strong><br />

<strong>PROGRAM</strong> <strong>RISET</strong> <strong>INSENTIF</strong> <strong>2010</strong><br />

(RIPP)<br />

JUDUL <br />

Rekayasa GenetikAzospirillum Unggul untuk Menurunkan <br />

Penggunaan Pupuk Nitrogen Sebesar 30% dan Penggunaan <br />

Pupuk Fosfat Sebesar 15% dari Standar Pemupukan untuk <br />

Padi Sawah <br />

Peneliti Utama<br />

Eny Ida Riyanti, PhD<br />

BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN <br />

BALAI BESAR PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN <br />

BIOTEKNOLOGI DAN SUMBERDAYA GENETIK <br />

PERTANIAN <br />

JI. Tentara Pelajar 3A, Bogor 16111, TeJp. 0251-8337975, Faks. 0251-8338820 <br />

Email: borif@indo.net.id.biogen@litbang.deptan.go.id


· .. <br />

<strong>LAPORAN</strong> <strong>AKHIR</strong><br />

<strong>PROGRAM</strong> <strong>RISET</strong> <strong>INSENTIF</strong> <strong>2010</strong><br />

(RIPP)<br />

JUDUL <br />

Rekayasa Genetik Azospirillum Unggul untuk Menurunkan <br />

Penggunaan Pupuk Nitrogen Sebesar 300/0 dan Peoggunaan <br />

Pupuk Fosfat Sebesar 15% dari Staodar Pemupukan uotuk <br />

Padi Sawah <br />

Tim Peneliti <br />

Eny Ida Riyanti, PhD <br />

Dr. Toto Hadiarto <br />

Dwi Ningsih Susilowati, MSi <br />

BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN <br />

BALAI BESAR PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN <br />

BIOTEKNOLOGI DAN SUMBERDAYA GENETIK <br />

PERTANIAN <br />

JI. Tentara Pelajar 3A, Bogor 16111, Telp. 0251-8337975, Faks. 0251-8338820 <br />

Email: borif@indo.net.id.biogen@litbang.deptan.go.id <br />

ii


·.. <br />

LEMBAR IDENTITAS DAN PENGESAHAN<br />

l. Judul Penelitian Rekayasa Genetik Azospirillum Unggul<br />

untuk ~enurunkan Penggunaan Pupuk<br />

Nitrogen Sebesar 30% dan Penggunaan<br />

Pupuk Fosfat Sebesar 15% dari Standar<br />

Pemupukan untuk Padi Sawah<br />

2. Program Penelitian Insentif Tahun ke-2<br />

3. Program Riset Insentif Terapan<br />

4. Bidang Ketahanan Pangan<br />

5. Topik Penelitian Pupuk Hayati<br />

6. Peneliti Utama<br />

Nama Lengkap<br />

Eny Ida Riyanti, PhD<br />

Jenis kelamin<br />

Peremguan<br />

7. Lama Penelitian 2 tahun<br />

Tahun Dimulai 2009<br />

I<br />

Tahun Berakhir <strong>2010</strong> I<br />

8. Surat Perjanjian<br />

Nomor 79.7/LB.620/1 12/20 10<br />

Tanggal 12 Pebruari <strong>2010</strong> i<br />

9. Biaya Tahun <strong>2010</strong> Rp 165.000.000,-<br />

Tahap I (30%)<br />

, Rp.49.500.000,-<br />

Tahap II (50%) Rp. 82.500.000,-<br />

Tahap III (20%)<br />

Rp.33.000.000,­<br />

30<br />

KEP ALA BALAI BESAR PENELITIAN Bogor, Nopember <strong>2010</strong><br />

DANPENGEMBANGAN<br />

Peneliti Utama<br />

BIOTEKNOLOGI DAN<br />

SUMBERDA YA GENETIK<br />

PERTANIAN ~<br />

Dr. Karden Mulya<br />

Eny Ida Riyanti, PhD<br />

NIP 19601109 198603 1 002 NIP. 19650202 1992032001<br />

PRAKATA<br />

iii


• •<br />

RINGKASAN <br />

Rekayasa Genetik Azospirillum Unggul untuk Menurunkan Penggunaan Pupuk Nitrogen<br />

Sebesar 30% dan Penggunaan Pupuk Fosfat Sebesar 15% dari Standar Pemupukan untuk<br />

Padi Sawah. Eny Ida RiyaDti, Toto Hadiarto, D. N. Susilowati. Pertanian modem di<br />

Indonesia sangat tergantung dengan penggunaan pupuk kimia N, P dan K. Penggunaan<br />

Azospirillum sp yang multi fungsi sebagai penambat N dan pelarut P dan menghasilkan<br />

hormone tumbuh akan sangat membantu pertanian di Indonesia. Penelitian peningkatan<br />

mutu genetik dengan sifat superior terhadap penambatan N dan pelarutan P sangat<br />

diperlukan agar Azospirillum ini efektif untuk petani. Dari hasil penelitian tahun 2009 telah<br />

diisolasi dan dipilih sebanyak 22 isolat Azospirillum dengan fungsi ganda sebagai penambat<br />

N dan pelarut P serta menghasilkan hormone tumbuh Indole Acetic Acid (IAA). Tiga isolat<br />

telah dipilih, Aj 18.3.1, Aj 5251 , dan Aj Bandung 6.4.2.1 dengan kombinasi kemampuan<br />

pelarutan P, aktivitas nitrogenase dan produksi IAA tertinggi. Telah dimonitor kemampuan<br />

melarutkan P secara kuantitatif, dan diidentifikasi secara molekular dengan 165 rD?\ A.<br />

Isolat Aj Bandung 6.4.1.2 telah dipilih untuk penelitian pada tahun ke 2 (<strong>2010</strong>) karena<br />

menunjukkan kemampuan pelarutan P paling tinggi dibandingkan dengan yang lain dan<br />

juga dari isolat komersial TGH. Pada tahun <strong>2010</strong> ini dilakukan peningkatan mutu genetik<br />

strain lokal terpilih dengan EMS 1.5%, pengaruh mutasi terhadap aktivitas nitrogenase dan<br />

produksi IAA, serta uji stabilitas mutan. Beberapa konsentrasi EMS (0, 0,5, 1, 1,5 dan 2<br />

%) dengan beberapa waktu inkubasi (0, 15, 30, 45, 60, dan 90 menit) telah dilak'Ukan.<br />

Perlakuan yang sesuai untuk mutasi adalah pada konsentrasi 1.5% dengan waktu inkubasi<br />

selama 45 menit. Telah diperoleh 138 isolat mutan berdasarkan zona beningnya. Sudah<br />

dilakukan penentuan killing curve dari isolat terpilih terhadap konsentrasi EMS dan lama<br />

inkubasi pada larutan EMS. Dari 13 8 isolat (disimpan 53 mutan) dan dipilih 10 isolat<br />

untuk dilakukan pengukuran nitrogenase dan produksi IAAnya untuk mengetahui pengaruh<br />

mutasi terhadap kedua parameter tersebut. Hasil menunjukkan bahwa terjadi variasi<br />

peningkatan kemapuan pelarutan P, produksi nitrogenase dan IAA setelah dimutasi. Isolat<br />

mutan AzM1.7.2.12 dan AzM 3.7.1.14 dipilih untuk uji stabilitas dengan sub kultur selama<br />

10 hari dibandingkan dengan isolat alam Aj Bandung 6.4.1.2. Dari pengukuran indeks P,<br />

kemampuan melarutkan P, aktivitas nitrogenase dan produksi IAAnya, kedua mutan<br />

bersifat stabil sampai hari ke 10 untuk ketida sifat terse but.<br />

,Kata kunci: Azospirillum, nitrogenase, pelarut P, IAA, mutagenesis<br />

v


·.. <br />

SUMMARY <br />

Genetic engineering of superior Azospirillum for lowering demand of chemical fertilizer of<br />

30% of N and 15% P from standard application for lowland rice. Riyanti, E.l., D.N.<br />

Susilowati, and Toto Hadiarto. Modern agriculture is highly depending on chemical<br />

fertilizers i.e. N, P and K. The use of superior engineered Azospirillum sp which has multi<br />

functions: fixing N 2 , solubilize P and producing Indole Acetic Acid (IAA) hormone could<br />

substitute chemical fertilizers application. Previous result (2009), 22 chosen isolates have<br />

been determines as multi function Azospirillum sp, capable of fixing N 2 , solubilizing P, and<br />

producing plant growth hormone lAA. Three isolates (Aj 18.3.1, Aj 5.2.5.1, and Aj<br />

Bandung 6.4.2.1) have been chosen among 22 isolates which have superior performances<br />

for nitrogenase production, capability for P solubilization and production of lAA. These<br />

three isolates have been monitored for the capability of P solubilization in liquid culture<br />

compared to conunercial strain, and have been identified using 16S rDNA. Based on the<br />

result in 2009, isolate Aj Bandung 6.4.1.2 have been chosen for material in <strong>2010</strong>. The<br />

objectives of this research are: strain improvement using EMS mutagenesis, investigation<br />

the effect of mutation to the nitrogenase activity and the production of lAA, and the<br />

stability of mutans. Mutagenesis using EMS at various concentration (0, 0,5, 1, 1,5 and ::::<br />

%) at various time of incubation time (0, 15, 30, 45, 60 and 90 minutes) have been<br />

performed. Concetration of 1.5% of EMS with the incubation time at 45 minutes sho\\·s the<br />

most suitable combination for mutagenesis proses for this isolate. About 138 mutans have<br />

been chosen according to the clear zones which are developed. The killing curves of this<br />

isolate have also been determined. Secondly, the mutagenesis have influenced on the<br />

production of nitrogenase and lAA at various levels. The increase on nitrogenase levels is<br />

not accompanied by the increase of IAA productions" it may due to the biochemistry<br />

balance on the cells. Both the two chosen mutans (AzM1.7.2.12 and AzM 3.7.1.14) have<br />

stable characters on nitrogenase production, lAA production and capacity on solubilizing P<br />

compared to the wildtype (Aj Bandung 6.4.1.2).<br />

Key words: Azospirillum, nitrogenase, P solubilizer, lAA, mutagenesis<br />

vi


• •<br />

DAFTARISI<br />

Halaman <br />

LEMBAR IDENTIT AS DAN PENGESAHAN<br />

KATAPENGANTAR<br />

III <br />

IV <br />

RINGKASAN<br />

DAFTAR lSI<br />

DAFTAR T ABEL<br />

DAFTAR GAMBAR<br />

V <br />

vii <br />

Vlll <br />

LX <br />

BABI<br />

PENDAHULUAN <br />

BAB II TINJAUAN PUST AKA 4 <br />

2.1. Azospirilum sebagai mikroba penambat N2 , produksi IAA 4 <br />

dan pelarut fosfat <br />

2.2. Rekayasa genetik pada Azospirilum 5 <br />

2.3. Proses Mutagenesis untuk Perbaikan genetik strain 6 <br />

Azospirillum <br />

BAB III TUJUAN DAN MANFAAT 7 <br />

BAB IV METODOLOGI 8 <br />

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 14 <br />

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 27 <br />

BAB VII PERK IRAAN DAMP AK PENELITIAN 28 <br />

DAFTAR PUSTAKA<br />

29 <br />

vii


. .. <br />

DAFTAR TABEL <br />

Tabel Judul Halaman<br />

Tabel 1 J adwal Palang Kegiatan Penelitian Tahun <strong>2010</strong> 13 <br />

Tabe12 Daftar isolat yang dipilih dan disimpan untuk penelitian 16 <br />

selanjutnya. <br />

Tabe13 Sepuluh isolat mutan Azospirilum yang terpilih untuk 20 <br />

analisis nitrogenase dan produksi IAA <br />

viii


• •<br />

DAFTAR GAMBAR<br />

Gambar<br />

Gambar 1<br />

Judul<br />

Pemilihan koloni mutan dengan zona sangat terang diantara<br />

koloni bakteri yang lain.<br />

Halaman<br />

15<br />

Gambar 2<br />

Pemilihan mutan dengan zona bening yang lebar dan terang 15<br />

Gambar 3<br />

Pengaruh konsentrasi<br />

Azospirillum.<br />

EMS terhadap viabilitas sel 18<br />

Gambar 4<br />

Gambar 5<br />

Gambar 6<br />

Gambar 7<br />

Gambar 8<br />

Gambar 9<br />

Gambar 10<br />

Gambar 11<br />

Kurva viabilitas isolat alam Aj Bandung 6.4.1.2 terhadap<br />

lama inkubasi EMS 1.5% untuk waktu inkubasi 0, 15, 30,<br />

45, 60 dan 90 menit.<br />

Indeks P isolat mutan AzM l.7.l.12, AzM 3.7.l.14 dan<br />

isolat alam Aj Bandung 6.4.1.2 selama sub kultur selama 10<br />

hari.<br />

Pengaruh mutasi terhadap aktivitas nitrogenase.<br />

Pengaruh mutasi terhadap produksi IAA<br />

Indeks P isolat mutan AzM l.7 .1.12, AzM 3.7.1.14 dan<br />

isolat alam Aj Bandung 6.4.1.2 selama sub kultur selama 10<br />

hari<br />

Kemampuan pelarutan P isolat mutan AzM 1.7.1.12 dan<br />

AzM 3.7.1.14 dibandingkan isolat wild type / kontrol Aj<br />

Bandung 6.4.1.2.<br />

Pengaruh mutasi terhadap produksi IAA isolat mutan AzM<br />

1.7.1.12 dan AzM 3.7.1.14 dibandingkan isolat wild type /<br />

kontrol: Az Bandung 6.4.1.2<br />

Pengaruh mutasi terhadap aktivitas nitrogenase<br />

19<br />

20<br />

21<br />

22<br />

23<br />

24<br />

25<br />

25<br />

ix


• •<br />

BAB I.<br />

PENDAHULUAN<br />

Pertanian modem sangat tergantung pada penggunaan pupuk dan pestisida sintetis<br />

untuk dapat meningkan produktivitas hasil pertanian, akan tetapi hal ini jika dilakukan<br />

terus menerus dalam jangka panjang akan berdampak negatif bagi lingkungan. Pertanian<br />

yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan adalah kunci bagi pembangunan pertanian<br />

di abad 21, dalam hal ini sejumlah mikroba akan berperan penting sebagai bahan aktif<br />

sarana produksi pertanian. Plant Growth Promoting Rhizobacteria (PGPR) merupakan<br />

kelompok bakteri yang hidup di daerah rizosfer yang memiliki kemampuan dalam<br />

meningkatkan pertumbuhan tanaman, sehingga dapat berperan dalam peningkatan hasil<br />

produksi pertanian. Salah satu kelompok bakteri PGPR adalah Azospirillum sp yang dapat<br />

digunakan sebagai pupuk hayati sebagai substitusi pupuk kimia.<br />

Azospirillum sp adalah bakteri-non simbion yang dilaporkan dapat meningkatkan<br />

pertumbuhan dan hasil beberapa spesies tanaman pertanian dan berguna baik dari segi<br />

agronomi maupun ekologi. Kemampuan bakteri ini adalah dapat menghasilkan beberapa<br />

macam fitohonnon, dan membantu penyerapan beberapa mineral penting untuk<br />

perturnbuhan tanaman sehingga meningkatkan hasil tanaman dan meningkatkan<br />

produktivitas tanaman (Dobbelaere et al. 2001).<br />

Inokulasi Azospirillum pada tanaman serealia dan non-sereal dilaporkan dapat<br />

mempengaruhi beberapa hal, antara lain: meningkatkan bobot kering brangkasan dan<br />

m~lai, jumlah anakan, mempercepat pembungaan, meningkatkan jumlah malai dan butir<br />

per malai, meningkatkan berat biji, tinggi batang dan ukuran daun, dan meningkatkan<br />

perkecambahan (Warembourg et al. 1987; Yahalom et al. 1984). Selanjutnya dilaporkan<br />

pula bahwa inokulasi dapat meningkatkan perturnbuhan perakaran, seperti panjang akar<br />

dan volume akar (Kapulnik et al. 1983). Pengaruh inokulasi Azospirilum terhadap hasil<br />

tanaman dilaporkan berkisar antara 10-30% (Kapulnik et al. 1981 c, 1987; Rao et al. 1983;<br />

Watanabe<br />

1


• •<br />

and Lin 1984). Peningkatan yang sedangpun akan menjadi masukan yang sangat berguna<br />

untuk pertanian modern j ika pengaruhnya konsisten.<br />

Penelitian Azospirillum lokal Indonesia untuk mengetahui kemampuan menambat N2,<br />

melarutkan fosfat tak tersedia, dan produksi AlA dalam mempengaruhi pertwnbuhan<br />

tanaman dan perkembangan akar pada tanaman pangan sangat diperlukan. Pemilihan dan<br />

perbaikan genetik strain-strain lokal Indonesia untuk mendapatkan strain unggul sangat<br />

diperlukan untuk menekan kebutuhan pupuk kimia N dan P bagi pertanian tanaman pangan.<br />

Kemungkinan overekspresi gen-gen yang bertindak untuk melarutkan fosfat dan kemampuan<br />

menambat N2 akan sangat bermanfaat dalam penyediaan nutrien untuk tanah pertanian,<br />

karena akan menghindari penggunaan campuran mikroba inokulan penyubur tanah lain<br />

seperti penambat nitrogen dan lain-lain (Bashan et ai., 2004).<br />

Sebanyak 89 isolat Azospirillum spp multi fungsi hasil penelitian tahun 2009 Balai<br />

Besar Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian hasil isolasi tahun 2009 telah<br />

diseleksi kemampuannya dalam melarutkan fosfat dan menambat N2. Seleksi kemampuan<br />

melarutkan fosfat dilakukan dengan metode Seshadri et ai. , 2000 dan seleksi kemampuan<br />

menambat N2 dilakukan dengan metoda Asai Reduksi Asetilen (ARA) (FAO, 1983). Tiga<br />

isolat terpilih dengan kemampuan penambatan N2 dan pelarutan fosfat tertinggi kemudian<br />

dikarakterisasi secara molekular, meliputi identifikasi spesies dengan 16S rDNA. Satu dari<br />

tiga isolat tersebut yaitu Aj Bandung 6.4.2.1.mempunyai kemampuan melarutkan P paling<br />

tinggi dibandingkan dengan dua isolat terpilih lainnya dan isolat komersial TGH dengan cara<br />

monitoring P terlarut selama 18 hari. Pada tahun ke 2 (<strong>2010</strong>) akan dilakukan perbaikan<br />

genetik strain dengan metode mutasi secara kimiawi untuk memperoleh strain yang lebih<br />

baik dalam kemampuan menambat N2 dan kemampuan melarutkan fosfat. Pada tahap akhir,<br />

yaitu tahun ke 3 (2011), akan dilakukan pengujian secara molekular strain hasil perbaikan<br />

genetik dan percobaan pot untuk mengetahui kemampuan menurunkan penggunaan pupuk N<br />

dan P dengan melakukan aplikasi strain hasil perbaikan genetik ke tanaman padi sawah.<br />

Tujuan dari penelitian tahun ini adalah perbaikan genetik Azospirilum terpilih hasil<br />

tahun 2009 dengan mutasi kimiawi EMS, mendapatkan informasi pengaruh mutasi dengan<br />

kemampuan melarutkan P, produksi nitrogenase dan lAA serta tingkat kestabilan mutan.<br />

Akhir dari penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan Azospirilum unggul hasil rekayasa<br />

2


• •<br />

genetik untuk menurunkan penggunaan pupuk nitrogen sebesar 30% dan penggunaan pupuk<br />

fosfat sebesar 15% dari standar pemupukan untuk padi sawah.<br />

3


• •<br />

BAB II.<br />

TINJAUAN PUSTAKA <br />

Manipulasi pertanian dengan rhizobia simbiotik dan non-simbiotik untuk<br />

meningkatkan pertumbuhan tanaman merupakan hal yang penting pada praktek pertanian<br />

modern di beberapa negara (Bashan dan Holquin 1998). Untuk keperluan ini hubungan<br />

tanaman-bakteria yang paling ban yak diketahui adalah simbiotik tanaman leguminosa<br />

dengan Rhizobium dan bakteri non simbiotik nonlegum Azospirillum, Pseudomonas,<br />

Bacillus, dan Azotobacter (Dobereiner and Pedroza 1987).<br />

2.1. Azospirilum sebagai mikroba penambat N 2 , produksi lAA dan pelarut fosfat<br />

Azospirillum merupakan genus Rhizobakteria, subklas cr-Proteobakter yang<br />

digunakan untuk peningkatan pertumbuhan tanaman di dunia (Bashan et af. 2004). Mulamula<br />

genus Azospirillum diketahui terdiri dari 2 spesies Azospirillum lipoferum dan<br />

Azospirillum brasilense (Tarrand et af.,1978), yang diisolasi dari akar rumput-rumputan,<br />

serealia, tanaman pangan dan tanah-tanah tropis, subtropik dan terperate di seluruh dunia.<br />

Kemudian ditemukan spesies-spesies baru menjadi 7 spesies seperti Azospirillum<br />

amazonense , Azospirillum hafopraeferens (Reinhold et af., 1987) dan Azospirillum<br />

irakense, Azospirillum fargimobile (Sly dan Stackebrandt 1999) dan A. doebereinerae<br />

(Eckert et af. 2001). Bakteri ini telah dilaporkan mempunyai kemampuan: (a) mengikat<br />

nitrogen di udara pada kondisi mikroaerophilik; (b) mengkolonisasi jaringan dalam dari<br />

tanaman golongan Graminae seperti endophytic Rhizobacteria.<br />

Azospirillum brasilense merupakan kelompok diazothroph yang telah<br />

dilaporkan dapat memperbaiki produktivitas tanaman serealia, termasuk padi, jagung dan<br />

gandum di wilayah tropis melalui penyediaan N2 atau melalui stimulasi hormon (Tien et<br />

af. 1979, Lestari et at., 2007). Hasil penelitian Fallik dan Okon (1996) mendapatkan<br />

bahwa Azospirillum mampu meningkatkan hasil panen tanaman pada berbagai jenis tanah<br />

dan iklim dan menurunkan kebutuhan pupuk nitrogen. Pada penelitian lain inokulasi A.<br />

lipoferum pada tanaman jagung dapat menyebabkan peningkatan hasil panen sekitar 10%<br />

(Madigan et af. 1997). Di samping itu, Azospirillum dapat meningkatkan jumlah serabut<br />

akar padi (Gunarto et af. 1999), tinggi tanaman (Okon dan Kapulnik 1986), dan<br />

menambah konsentrasi fitohormon asam indol asetat (AlA) dan asam indol butirat (AlB)<br />

4


·.. <br />

bebas di daerah perakaran (Fallik et al. 1988). Telah dilaporkan pula bahwa strain<br />

Azospirillum halopraeferans yang tumbuh pada tanah salin di Brazil dapat melarutkan<br />

fosfat (P) tidak tersedia menjadi tersedia bagi tanaman selain dapat menambat N2<br />

(Seshadri et al., 2000).<br />

2.2. Rekayasa genetik pada Azospirilum<br />

Pendekatan modem dengan teknik genetika molekular dapat digunakan untuk<br />

memperbaiki sifat genetik suatu strain. Untuk mengurangi kekhawatiran terhadap<br />

perpindahan gen di rhizosphere yang tidak diinginkan, transfer gen ke dalam kromosom<br />

merupakan pili han yang dipilih. Tetapi hal itu tidak mudah karena kemungkinan system<br />

yang berbeda dalam hal cell machinery dan mekanisme regulasinya antara sel donor dan<br />

sel resipien.<br />

Laporan menmgenai perbaikan genetik pada Azospirillum dengan rekayasa<br />

genetik masih terbatas, yaitu pada tahap mutasi dengan kimiawi atau transposon, metode<br />

deteksi dengan gen gfp dan penelitian tentang marka gen untuk deteksi.<br />

Perbaikan genetik dari Azospirillum ini telah dilaporkan dengan menggunakan<br />

konstruksi mutan dengan transposon Tn5. Pengubahan pada open reading frame (ORF)<br />

pada 840 bp dan 280 asam amino (ORF280) pada mutan Tn5 pada A. brasilense<br />

menghasilkan fenotipe pleiotrophik yang mempunyai kemampuan menambat N2 lebih<br />

bagus dibandingkan dengan wild-type. Analisis fusi nifH-gusA pada mutan dan wild-type<br />

memperlihatkan bahwa mutasi pada ORF280 akan meningkatkan tingkat ekspresi nifHgusA<br />

(Ramos et al. 2002; Xi et al. 1999).<br />

Manipulasi genetik untuk mendeteksi bakteri telah dilaporkan pula oleh Liu et<br />

al (2003). Gen gfp, pengkode protein green fluorescent, telah dimasukkan ke dalam<br />

kromosom beberapa Azospirillum spp., untuk metode deteksi bakteri pada akar-akar<br />

jagung. Gen gusA, pengkode enzim ~-glucuronidase telah digunakan pada A. brasilense<br />

Sp7 untuk mengevaluasi pengaruh O 2 pada ekspresi gen (Sun et al. 2001), dan untuk studi<br />

kolonisasi pada akar padi dan gandum oleh A. /ipoferum (Chebotar et al. 1999; Steenhoudt<br />

et al. 2001). Double-tagging dari gen gfp, dikombinasikan dengan gen gusA pada<br />

transposon mini-Tn5, telah diinsersikan pada beberapa PGPB (Bakteri penghasil honnon<br />

pertumbuhan), tennasuk A. brasilense. Metode doble-tagging ini dilaporkan merupakan<br />

5


• •<br />

cara yang bagus untuk studi ekspresi gen pada Azospirillum dan lingkungannya pada tahap<br />

kolonisasi akar (Ramos et al. 2002; Xi et af. 1999). Marker kromosom yang stabil<br />

pengkode enzim ~-galactozidase, In5 - lacZ, telah diinsersikan ke strain A. brasilense<br />

yang dapat tumbuh pada suhu rendah. Marker lacZ-nifA telah diinsersikan ke A.<br />

brasilense Cd untuk studi kolonisasi perakaran dibawah kondisi stres garam (Fischer et al.<br />

2000) dan kolonisasi endofit dari kecambah gandurn yang telah diperlakukan dengan 2,4­<br />

D (kolonisasi para-nodule) (Kennedy et al. 1998).<br />

2.3. Proses Mutagenesis untuk Perbaikan genetik strain Azospirillum<br />

Mutagen adalah suatu bahan, bisa berupa fisik atau kimiawi, yang dapat<br />

mengubah sifat genetik (dengan mengubah komposisi DNA) dari suatu organisme. Mutasi<br />

genetik pada sekuen nukleotida meliputi substitusi pada pasangan basa dan insersi dan<br />

delesi dari satu atau lebih sekuen DNA. Cara kerja dari mutagen dapat digolongkan ke<br />

dalam beberapa kategori sebagai berikut: (1). Beberapa mutagen berfungsi sebagai basa<br />

analog yang dapat disisipkan ke rantai DNA pada proses replikasi. (2). Beberapa<br />

mutagen bereaksi dengan DNA yang menyebabkan perubahan struktur dan menyebabkan<br />

kesalahan mengkopi templat DNA pada waktu proses replikasi, dan (3). Beberapa<br />

mutagen menyebabkan sel mensintesa bahan kimia yang menyebabkan efek mutasi.<br />

EMS merupakan mutagen potensial untuk menghasilkan mutasi poin yang<br />

menyebabkan pergantian OIC menjadi AlI, delesi atau rearrangement kromosom<br />

(Anderson, 1995). Delesi atau rearrangement pada beberapa gen dapat pula disebabkan<br />

oleh formaldehyde (Moerman dan Baillie, 1981). Mutasi dengan EMS pada inkubasi 4<br />

jam pada Serratia marcescens OPS-5 dilaporkan dapat menghasilkan mutan yang<br />

meningkatkan atau menurunkan kemampuan melarutkan P (Iripura et al., 2007).<br />

Hasil penelitian tahun lalu sudah didapatkan 89 isolat Azospirillum dari<br />

berbagai daerah seperti Bandung, Surakarta, Purwakarta. Dari 89 iso1at Azospirillum itu<br />

telah dipilih 22 isolat Azospirillum yang berperan ganda sebagai pelarut P, menghasilkan<br />

enzim nitrogenase dan memproduksi lAA. Dari ke-22 isolat tersebut telah dipilih Aj<br />

Bandung 6.4.2.1 karena mempunyai kemampuan melarutkan P, aktivitas nitrogenase dan<br />

produksi lAA yang relatif tinggi dibandingkan isolat yang lain. Ketiga isolat tersebut telah<br />

diidentifikasi molekular berdasarkan sekuen 16s rDNA (Susilowati et al., in prep.) dan<br />

6


• •<br />

sudah dimonitor kemampuan melarutkan P secara kuantitatif selama 16 hari pada media<br />

cair Pikovskaya (Riyanti et al., in prep.). Isolat Aj Bandung 6.4.1.2 merupakan isolat<br />

paling bagus dalam melarutkan P dibandingkan dengan isolat lain dan isolat komersial<br />

TOH.<br />

Oleh sebab itu, tujuan dari penelitian tahun ini adalah untuk melakukan<br />

perbaikan genetik isolat Azospirillum lokal Indonesia terpilih tahun 2009 dengan cara<br />

mutagenesis dengan EMS untuk menghasilkan Azospirillum lokal unggul. Pada tahun<br />

selanjutnya, akan dilakukan pengujian strain Azospirillum hasil perbaikan genetik<br />

terhadap pertumbuhan tanaman padi sawah. Tahap akhir penelitian akan dihasilkan strain<br />

Azospirillum hasil rekayasa genetik yang dapat menurunkan penggunaan pupuk N sebesar<br />

30% dan pupuk P sebesar 15% dari pemupukan padi sawah.<br />

Penelitian tahap lanjut diharapkan petani dapat melakukan perbanyakan stra.ir.<br />

Azospirillum hasil perbaikan genetik sendiri pada skala petani, dan dapat digunakan untuk<br />

mensuplai kebutuhan pupuk P dan N sehingga dapat meningkatkan penghasilan petani dan<br />

menurunkan subsidi pemerintah untuk penyediaan pupuk N dan P.<br />

BAB III. TUmAN DAN MANFAAT<br />

Tujuan dari penelitian tahun ini adalah perbaikan genetik Azospirilum terpilih hasil<br />

tahun 2009 dengan mutasi kimiawi EMS, mendapatkan informasi pengaruh mutasi dengan<br />

kemampuan pelarutan P, produksi enzim nitrogenase dan lAA serta tingkat kestabilan mutan.<br />

Manfaat akhir dari penelitian ini adalah dihasilkannya Azospirilum sp unggul hasil<br />

rekayasa genetik untuk dapat menurunkan penggunaan pupuk nitrogen sebesar 30% dan<br />

penggunaan pupuk fosfat sebesar 15% dari standar pemupukan padi sawah untuk dapat<br />

digunakan petani untuk meningkatkan pendapatannya. Dalam skala nasional, penggunaan<br />

pupuk hayati unggul yang dapat diperbanyak oleh petani akan menurunkan subsidi pupuk<br />

dan dapat mewujudkan swasembada pangan.<br />

7


• •<br />

BAB IV.<br />

METODOLOGI <br />

Rekayasa genetik Azospirillum unggul untuk menurunkan penggunaan pupuk nitrogen<br />

sebesar 30% dan penggunaan pupuk fosfat sebesar 15% dari stan dar pemupukan untuk padi<br />

sawah dilakukan di Laboratorium Biologi Molekular dan Laboratorium Bank Oen di Balai<br />

Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Oenetik P ertani an,<br />

Bogor.<br />

a. Materi yang digunakan<br />

Mikroba yang digunakan dalan penelitian ini adalah isolat Azospirillum terpilih<br />

indigenus Indonesia yang dapat berfungsi ganda melarutkan P, mempunyai aktivitas<br />

nitrogenase, dan memproduksi lAA hasil isolasi dan koleksi Laboratorium Mikrobiologi,<br />

Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik<br />

Pertanian (BB-Biogen) yang diisolasi, dan diidentifIkasi pada tahun 2009. Penelitian iill<br />

terdiri dari 3 kegiatan: (1) Perbaikan genetik strain Azospirillum dengan mutagenesis<br />

EMS; (2) Pengaruh mutasi kimiawi Azospirillum terhadap aktivitas nitrogenase dan<br />

produksi lAA, dan (3) Kestabilan sifat Azospirillum hasil mutasi terhadap kemampuan<br />

pelarutan P dan produksi nitrogenase.<br />

Tahap penelitian yang akan dilakukan diuraikan sebagai berikut:<br />

b. Peremajaan isolat Azospirilum sp<br />

Tiap-tiap koloni tunggal diambil dengan jarurn ose dan digoreskan ke dalam media<br />

okon dalam cawan petri (per 500 ml media terdiri atas: 3 g K2HP04, 2 g KH2P04, 2,5 g<br />

DL-malic acid, . 1,5 g NaOH, 0,25 g yeast extract, 2,5 ml MgS04.7H20 2%, 2,5 ml NaCl<br />

1%,2,5 ml CaCh 0,2%, 2,5 ml FeCI3.6H20 0,17%, 2,5 ml Na2Mo04.2H20 0,02%, pH<br />

6,8, 10 g bacto agar). Inkubasi dilakukan 1 sampai 2 hari.<br />

8


· ~<br />

Kegiatan 1. Perbaikan genetik strain Azospirillum dengan mutagenesis EMS (Pj. Ir.<br />

Eny Ida Riyanti, MSi, PhD).<br />

a. Mutagenesis dengan EMS<br />

Azospirilum ditumbuhkan pada media cair selama semalam, kemudian diinkubasi<br />

pada es selama 30 menit.<br />

Kemudian sel diendapkan dengan cara disentrifugasi pada<br />

10.000 rpm selama 10 menit kemudian dicuci dengan buffer A (mengandung 600mM<br />

K2HP04, 33 mM KH2P04, 7.6 mM (N~)2S04' dan 1.7 mM sodiwn citrate, pH 7.3)<br />

sebanyak 2 kali, kemudian diresuspensikan dengan buffer yang sama ditambah<br />

dengan EMS 1.4%. Sampel diambil tiap 15 menit selama 1 jam, kemudian dicuci<br />

dengan buffer yang sarna sebanyak dua kali, kemudian diresuspensikan pada setengah<br />

volwne buffer yang sarna. Kemudian bakteri ditanam pada media Pikovskaya dengan<br />

pengenceran berseri 10- 3 ,10-4. sampai dengan 10- 7 • Setelah inkubasi selama 7 hari<br />

pad a 28°C, mutan dengan zona bening besar diisolasi dan dimumikan sebagai mutan<br />

dengan peningkatan pelarutan P. Selanj utnya akan dianalisis untuk kegiatan 2 dan 3 ..<br />

b. Penentuan Killing Curve Azospirillum terhadap mutagen kimia<br />

Azospirilum ditwnbuhkan pad a media cair selama semalam, kemudian diinkubasi<br />

pada es selama 30 menit. Kemudian sel diendapkan dengan cara disentrifugasi pad a<br />

10.000 rpm selama 10 menit kemudian dicuci dengan buffer A (mengandung 600mM<br />

K2HP04, 33 mM KH2P04, 7.6 mM (NlL)2S04, dan 1.7 mM sodiwn citrate, pH 7.3)<br />

sebanyak 2 kali, kemudian diresuspensikan dengan buffer yang sama ditambah<br />

dengan EMS konsentrasi 0, 0.5; 1, 1.5 dan 2%. Sampel diinkubasi selama 1 jam,<br />

kemudian dicuci dengan buffer yang sama sebanyak dua kali, kemudian<br />

diresuspensikan pada setengah volume buffer yang sama. Kemudian bakteri ditanam<br />

pada media Pikovskaya dengan pengenceran berseri 10- 1 , 10- 2 , 10- 3 ,10_ 4 . Percobaan<br />

diulang 3 kali. Data banyaknya koloni yang tumbuh vs waktu inkubasi mutagen<br />

sehingga semua sel bakteri mati di plot ke dalam suatu kurva killing curve.<br />

9


• •<br />

c. Skrining mutan berdasarkan pembentukan zona bening.<br />

Strain Azospirillum setelah diperlakukan dengan mutagen EMS dicuci dengan buffer<br />

A. Dengan serial pengenceran, hasil mutasi ditanam pada media Pikovskaya (per liter<br />

media terdiri atas: 109 Glukosa, 5 g Ca5(P04)30H, 0,2 g NaCI, 0,2 g KCI, 0,1 g<br />

MgS04.7H20, 2,5 mg MnS04.H20, 2,5 mg FeS04.7H20, 0,5 g yeast extract, 0,5 g<br />

(NH4)2S04; pH 6,8 15 g bacto agar). Inkubasi dilakukan selama 2 sampai 6 hari.<br />

Pelarutan fosfat ditandai dengan terbentuknya zona bening di sekeliling koloni dan<br />

dilakukan pengukuran diameter zona bening dan diameter koloni untuk menghitung<br />

angka indeks kelarutan P.<br />

1ndeks kelarutan P<br />

Zona bening menandakan fosfat yang terlarut. Indeks kelarutan diukur berdasarkan <br />

rasio total diameter (koloni+zona) dan diameter koloni (EI-Azouni, 2008). <br />

Kemampuan melarutkan P dicirikan dengan adanya zona bening disekitar koloru . <br />

Efisiensi kemampuan melarutkan P diukur dengan rumus E (indeks pelarutan) = <br />

diameter zona (S) / diameter koloni (G) x 100%. <br />

Media yang digunakan untuk mengetahui adanya fosfat terlarut mengandung (gil): <br />

glucose (10), fruktosa (10), ~N03 (0.373), MgS04 (0.41), KCI (0.295), NaCI <br />

(0.2), FeCl) (0.003), Ca3(P04)2 (0.7) dan agar (15). <br />

Mutan dengan indeks kelarutan P yang lebih tinggi dari isolat alam dipindahkan ke <br />

media Pikovskaya baru, kemudian diukur pengaruhnya terhadap aktivitas <br />

nitrogenase dan produksi IAAnya untuk kegiatan 2. <br />

Kegiatan 2. Pengaruh mutasi kimiawi Azospirillum terhadap aktivitas nitrogenase<br />

dan produksi 1AA (PJ. D.N. Susilowati, M.P, MSi)<br />

Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan penambatan nitrogen yang diukur<br />

dengan aktivitas nitrogenase dan kemapuan menghasilkan hOlmon tumbuh mutan<br />

Azospirillum yang mempunyai kemampuan melarutkan P lebih baik dari pada isolat alamo<br />

Mutan-mutan dengan indeks pelarutan fosfat lebih besar atau lebih jemih dibandingkan<br />

10


• •<br />

dengan isolat alam akan dipilih dan diukur aktivitas nitrogenase dan produksi IAAnya.<br />

Dua mutan dengan indeks pelarutan P, aktivitas nitrogenase dan produksi IAA yang tinggi<br />

akan dipilih untuk melihat tingkat kestabilan mutan dibandingkan dengan isolat wild type<br />

(kegiatan 3).<br />

Metode analisis aktivitas nitrogenase dan analisis produksi 1AA akan diuraikan<br />

sebagai berikut:<br />

a. Metode analisis aktivitas nitrogenase metode Asai Reduksi Asetilen (ARA)<br />

dengan perangkat Kromatografi Gas (GC)<br />

Koloni isolat mutan diambil satu mata ose isolat Azospirillum sp. dan dimasukkan<br />

ke dalam tabung Eppendorf steril yang telah berisi 50 III air steril kemudian<br />

dihomogenkan menggunakan alat vortex. Diambil suspensi bakteri sebanyak 50 ,ul.<br />

Diinokulasikan ke dalam media NfB semi-pad at. Diinkubasi selama 7 - 10 hari<br />

hingga terbentuk pelikel.<br />

Isolat-isolat yang membentuk pelikel dipisahkan dan<br />

sumbat kapas diganti dengan sum bat karet. Diambil udara di dalam tabung<br />

sebanyak 10% dari total volume udara menggunakan mikro syringe kemudian<br />

digantikan dengan gas asetilen. Diinkubasi selama dua jam. Diambil sebanyak<br />

10% total volume udara tabung (asetilen telah tereduksi menjadi etilen).<br />

Diinjeksikan ke dalam alat gas kromatografi.<br />

Didapatkan luas area etilen sampel dan standar.<br />

Diinjeksikan pula standar etilen.<br />

b. Metode analisis kadar Indol Acetic Acid (IAA) yang dihasilkan Azospirillum<br />

sp. secara spektrofotometri<br />

Koloni isolat mutan diambil satu mata ose Azospirillum sp. dari kultur<br />

agar miring dan diinokulasikan ke dalam 10 ml media NfB cair di dalam tabung<br />

reaksi masing-masing berisi 9 ml (per liter media terdiri atas: 5 g DL-malic acid, 4 g<br />

KOH, 0,5 g K2HP0 4 • 0,1 g MgS04.7H20, 0,01 g MnS0 4 .H20, 0,05 g FeS04.7H20,<br />

0,02 g NaCI, 0,0 I g CaCI2, 0,002 g Na2Mo04.2H20, 1 g N~CI, 0,05 g yeast<br />

extract, pH 6,8), ditambahkan 1 ml L-tryptophan 2% steril, diinkubasi di atas mesin<br />

pengocok pada suhu ruang selama satu hari. Selanjutnya kultur cair dipindahkan ke<br />

dalam tabung Eppendorf steril sebanyak 3 ml, disentrifus pada kecepatan 10.000<br />

11


• •<br />

rpm dengan suhu 4°C selama 10 menit. Supernatan dipipet dan deret standar (0; 1;<br />

5; 10; 20; 40; 60; 80; 100 ppm) sebanyak 2 ml. Dimasukkan ke dalam tabung<br />

reaksi dan ditambahkan 4 ml pereaksi Salkowski (20 ml FeCl3. 6H 2 0 : 400 ml<br />

H 2 S0 4 (P) : 580 ml aquadest) ke dalam sam pel dan deret standar. Dihomogenkan<br />

menggunakan alat vortex dan dibiarkan selama ± 1 jam. Selanjutnya diukur<br />

absorbansinya menggunakan spektrofotometer pada A = 530 nm.<br />

Kegiatan 3. Kestabilan sifat mutan Azospirillum dalam kemampuan melarutkan P<br />

dan aktivitas nitrogenase (Pj. Dr. Toto Hardiarto).<br />

Dua mutan Azospirillum terpilih diuji stabilitasnya dibandingkan dengan isolat<br />

wild type. Dua mutan terpilih dan kontrol ditumbuhkan pada media okon cair sebanyak<br />

100m!' Tiap hari disubkultur dengan perbandingan inokulan: media = 1: 10 selama 6 han.<br />

Sebanyak 50 III kultur tiap-tiap subkultur dtumbuhkan pad a media P padat dan<br />

perkembangan indeks pelarutan P diukur setelah 6 han inkubasi selarna 6 kali subkultur.<br />

Percobaan diulang sebanyak 3 kali. Masing-masing subkultur diukur kemampuan<br />

melarutkan P secara kuantitatif, aktivitas nitrogenase dan kadar lAAnya. Metode<br />

pengukuran P secara kuantitatif dilakukan menurut metode Pierzynski (2000), sedangkan<br />

pengukuran indeks kelarutan P, aktivitas nitrogenase dan produksi lAA dilakukan seperti<br />

metode di atas. Mutan dengan stabilitas tinggi akan dipilih untuk percobaan tahun ketiga,<br />

yaitu pengaruh strain mutan terhadap pertumbuhan tanaman padi sawah.<br />

12


• •<br />

Tabell. Jadwal Kegiatan Penelitian Tahun <strong>2010</strong><br />

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10<br />

1.1. Mutasi Azospirillum secara kimiawi X x x<br />

untuk meningkatkan kemampuan <br />

pelarutan P <br />

a. Peremajaan isolat<br />

b. Mutasi Azospirillum dengan EMS<br />

c. Penentuan killing curve <br />

Azospirillum terhadap mutagen <br />

EMS <br />

e. Analisis data<br />

l.2. Pengaruh mutasi kimiawi x x x x<br />

Azospirillum terhadap aktivitas<br />

nitrogenase dan produksi IAA<br />

a. Peremajaan isolat<br />

b. Pengukuran aktivitas nitrogense <br />

mutan-mutan Azospirillum <br />

c. Pengukuran produksi IAA mutanmutan<br />

Azospirillum <br />

d. Pemilihan mutan Azospirilum <br />

dengan sifat superior kombinasi <br />

(pelarut P, aktivitas nitrogenase <br />

dan produksi IAA relatif lebih <br />

tinggi) <br />

1.3. Tingkat kestabilan sifat<br />

Azospirillum hasil mutasi terhadap<br />

kemampuan pelarutan P dan<br />

produksi nitrogenase<br />

a. Peremajaan isolat<br />

b Kestabilan mutan terhadap <br />

kemampuan melarutkan P <br />

d. Kestabilan aktivitas nitrogenase <br />

mutan <br />

e. Kestabilan produksi lAA mutan<br />

d. Analisis data<br />

1.4. Analisis data dan pembuatan<br />

laporan<br />

x<br />

x x x x<br />

x<br />

x x x x<br />

I<br />

13


• •<br />

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN<br />

Hasil dari penelitian ini akan diuraikan dalam tiap kegiatan.<br />

Kegiatan 1. Perbaikan genetik strain Azospirillum dengan mutagenesis EMS (Pj. Ir.<br />

Eny Ida Riyanti, MSi, PhD).<br />

Telah dilakukan perbaikan genetik isolat-isolat terpilih hasil seleksi tahun 2009<br />

secara mutasi kimiawi dengan EMS. Percobaan pertama dilakukan mutasi dengan dosis<br />

EMS 1.4% sesuai literatur untuk bakteri yang lain, tetapi hasil skrining pada media<br />

Pikovskaya tidak menunjukkan zona pelarutan P yang baik. Kemudian dilakukan<br />

pepenelitian dengan variasi dosis EMS dari 0, 0,5, 1, 1,5 sampai 2%. Hasil eksperimen<br />

mendapatkan bahwa dosis 2% terlalu tinggi untuk isolat. karena tidak ada koloni yang<br />

turnbuh, sedangkan kontrol (tanpa perlakuan EMS bakteri tetap tumbuh). Percobaan ke 3<br />

dilakukan dengan menggunakan dosis EMS 1.5%, dengan waktu inkubasi selama 0, 15, 30,<br />

45, 60, dan 90 menit, serta kontrol tanpa perlakuan dengan EMS. Setelah perJakuan sel<br />

dicuci dengan buffer A untuk menghilangkan efek mutagen. Kemudian sel diendapkan<br />

dengan sentrifugasi dan diresuspensikan pada buffer A. Penanaman dilakukan pada media<br />

Pikovskaya padat pada pengenceran 10- 5 dan 10- 7 , dengan tiga ulangan untuk masing<br />

perlakuan, dan diinkubasi pada suhu 29°C selama 6 hari. Percobaan ini mendapatkan<br />

mutan-mutan yang mempunyai zona bening yang sangat terang. Gambar 1 menunjukkan<br />

cara pemilihan kQloni mutan dengan zona terang pada media Pikovskaya padat.<br />

14


• •<br />

II<br />

Gambar 1. Pemilihan koloni mutan dengan zona sangat terang diantara koloni<br />

bakteri yang lain. Tanda panah menunjukkan koloni dengan zona bening<br />

lebih terang dibanding dengan koloni lain. Tanda panah menunjukkan<br />

koloni yang akan dipilih karena menghasilkan zona yang cerah.<br />

Sebanyak 138 koloni-koloni hasil mutasi yang mempunyai zona lebih terang dibandingkan<br />

dengan koloni yang lain dipindahkan ke media Pikovskaya yang baru, dengan cara koloni<br />

diambil dan diresuspensikan pada air steril dan dittunbuhkan dengan cara diteteskan ke<br />

media Pikovskaya baru sebanyak 5 0~1.<br />

Kemudian koloni yang sudah ditanam k mbali ini<br />

diinkubasi pada suhu 29°C selama 6 hari. Masing masing koloni dilihat zona beningn 'a<br />

dan dilakukan pengukuran indeks Pnya, juga dilakukan pengamatan terhadap kejem ihan<br />

zona yang dibentuk.<br />

mutan.<br />

Gambar 2 menunjukkan macam-macam zona yang dibentuk oleh<br />

f ,<br />

Gambar 2. Pcmilihan mutan dengan zona bening yang lebar dan terang. A. dan B.<br />

Koloni mutan dengan zona bening yang luas, melebar tetapi tidak terlaJu<br />

terang, C. Koloni dengan zona bening yang sangat terang tetapi<br />

penyebarannya tidak terlalu luas, D media Pikovskaya tanpa zona yang<br />

berwarna putih susu.<br />

15


· ~<br />

Dari hasil pengamatan mutan setelah penanaman kembali pada media Pikovskaya seperti<br />

diterangkan pada paragraf sebelumnya, maka dilakukan pemilihan mutan-mutan dengan<br />

zona bening yang luas dan yang sangat terang sebanyak 53 isolat untuk dilakukan<br />

pengamatan dan penelitian selanjutnya. Zona luas menunjukkan enzim pelarut dimana P<br />

yang dihasilkan mudah menyebar ke media yang mengandung fosfat terikat dan kemudian<br />

melarutkan fosfat, sedangkan zona yang sangat terang menunjukkan efektivitas<br />

pelarutannya lebih tinggi dibandingkan dengan koloni lain.<br />

Tabel2. Daftar isolat yang dipilih dan disimpan untuk penelitian selanjutnya<br />

No<br />

Nama isolat<br />

Rata-rata<br />

D koloni<br />

(cm)<br />

Rata-rata D<br />

zona<br />

bening<br />

(cm)<br />

Indeks<br />

P (%)<br />

1 AzM 1.5.1.5 0.9 1.6 1.8<br />

2 AzM 1.5.1.6 1 1.8 1.8<br />

3 AzM 1.5.1.7 1 1.4 1.4<br />

4 AzM 1.5.1.8 0.9 1.6 1.8<br />

5 AzM 1.5.1.9 1 1.8 1.8<br />

6 AzM 1.5. 1.1 0 0.9 1.5 1.7<br />

7 AzM 1.5.1.11 0.9 1.5 1.7<br />

8 AzM 1.5.1.12 0.9 1.6 1.8<br />

9 AzM 1.5.1.13 1 1.6 1.6<br />

10 AzM 1.5.1.14 1 1.8 1.8<br />

11 AzM 1.5.1.15 1 1.8 1.8<br />

12 AzM 1.5.1.16 1 1.7 1.7<br />

13 AzM 1.7.2.9 0.8 1.9 2.4<br />

14 AzM 1.7.2.10 0.6 1.4 2.3<br />

15 AzM 1.7.2.11 0.9 1.7 1.9<br />

16 AzM 1.7.2.12 0.8 2 2.5<br />

17 AzM 2.7.3.2 0.8 1.7 2.1<br />

18 AzM 2.7.3.3 0.9 1.4 1.6<br />

19 AzM 2.7.3.4 0.8 1.5 1.9<br />

20 AzM 2.7.3.5 0.9 1.9 2.1<br />

21 AzM 2.7.3.6 0.8 1.8 2.3<br />

22 AzM 2.7.3.7 0.9 1.9 2.1<br />

23 AzM 2.7.3.8 0.8 1.8 2.3<br />

24 AzM 2.7.3.9 0.9 1.8 2.0<br />

25 AzM 2.7.3.10 0.9 1.8 2.0<br />

16


• •<br />

26 AzM 2.7.3.11 1 1.8 1.8<br />

27 AzM 2.7.3.12 1 1.9 1.9<br />

28 AzM 2.7.3.13 1 2 2.0<br />

29 AzM 2.7.3 .14 1 1.9 1.9<br />

30 AzM 2.7.3.15 1 2.3 2.3<br />

31 AzM 2.7.3.16 1 1.8 1.8<br />

32 AzM 3.7.1.1 1 2 2.0<br />

33 AzM 3.7.1.2 1 1.7 1.7<br />

34 AzM 3.7.1.3 0.9 1.8 2.0<br />

35 AzM 3.7.1.4 0.8 1.8 2.3<br />

36 AzM 3.7.1.13 1 2 2.0<br />

37 AzM 3.7.1.14 0.9 4 4.4<br />

38 AzM 3.7.1.15 1 1.9 1.9<br />

39 AzM 3.7.1.16 1 1.9 1.9<br />

40 AzM 5.7.1.1 0.8 1.9 2.4<br />

41 AzM 5.7.1.2 0.9 1.7 1.9<br />

42 AzM 5.7.2.9 0.9 1.9 2.1<br />

43 AzM 5.7.2.10 1 1.9 1.9<br />

44 AzM 5.7.2.11 1 2 2.0<br />

45 AzM 5.7.2.12 1 2 2.0<br />

46 AzM 6.7.1.1 0.7 1.8 2.6<br />

47 AzM 6.7.1.2 0.7 1.7 2.4<br />

48 AzM 6.7.1.3 0.9 ·1.6 1.8<br />

49 AzM 6.7.1.4 0.8 1.7 2.1<br />

50 AzM 6.7.1.5 0.7 1.5 2.1<br />

51 AzM 6.7.1.6 0.8 1.5 1.9<br />

52 AzM 6.7.1.7 0.9 1.9 2.1<br />

53 AzM 6.7.1.8 0.6 1.4 2.3<br />

Keterangan: data dlambd dari rata-rata 3 ulangan<br />

Dari 53 isolat yang disimpan dipilih 10 isolat (huruf tebal) untuk dilihat aktivitas<br />

nitrogenasenya dan produksi IAAnya uotuk kegiatan 2 dan 2 isolat dipilih untuk kegiatan 3<br />

uotuk uji stabilitas mutan pada kegiatan 3 (Isolat AzM 1.7.2.12 dan AzM 3.7.1.14).<br />

Penentuan killing curve<br />

Penentuan killing kurve dilakukan dengan melakukan percobaan berbagai<br />

konsentrasi EMS dari 0, 0,5, 1, 1,4, 1,5 dan 2 % dalam buffer A. Sel diendapkan dengan<br />

sentrifugasi, kemudian dicuci dengan buffer A 500111 sebanyak 3 kali. Kemudian<br />

17


• •<br />

diinkubasi dengan larutan EMS dalam buffer A dengan konsentrasi yang berbeda selama<br />

15 menit pada suhu ruang. Kemudian sel dicuci dengan buffer Alkali dan diendapkan<br />

dengan sentrifugasi. Sel kemudian ditanam pada media agar Pikovskaya pada pengenceran<br />

10. 3 , 10. 5 dan 10. 7 dengan masing-masing 3 ulangan. Hasil viabilitas sel terhadap<br />

konsentrasi dapat dilihat pada Gambar 3.<br />

4E il2<br />

3.5E112<br />

3[112<br />

E<br />

:::: 25[112<br />

(!) <br />

(/) <br />

.t: 2[112<br />

co<br />

1.5[ ~<br />

E<br />

12<br />

:J<br />

J 1[112<br />

5E~ 11<br />

0<br />

o 0.50% 140% 1.50" ~ 2",'<br />

.''..'<br />

Konsentrasi EMS (%)<br />

Gambar 3. Pengaruh konsentrasi EMS terhadap viabilitas sel Azospirillum. Keterangan:<br />

Angka 4E+12, dst =4xl 0 12 sel/ml<br />

Pada konsentrasi 2% semua sel tidak ada yang hidup kembali setelah ditumbuhkan.<br />

Sedangkan pada konsentrasi EMS 1.4 % zona bening yang diharapkan tidak memuaskan<br />

(zona sangat kecil dan tidak terlalu terang). Konsentrasi EMS 1.5% memberikan hasil yang<br />

baik. Oleh sebab itu konsentrasi ini dipilih untuk menentukan waktu inkubasi yang tepat<br />

untuk aplikasi EMS.<br />

Dari data penghitungan jumlah sel tiap milliliter kultur didapatkan bahwa lama<br />

inkubasi EMS 1.5% rnempengaruhi viabilitas sel. Waktu inkubasi EMS 1.5% selama 90<br />

menit masih terdapat selsel yang tumbuh walaupun menurun tajam dari jumlah sel tanpa<br />

perlakuan (sekitar 4x 10 12 sellml menjadi 50 sel/ml) (Gambar 4).<br />

18


· .. <br />

j::­<br />

4[ 112 <br />

3.5[ f12 <br />

3[112<br />

E<br />

';;::­<br />

Q) 2.5[112<br />

VI<br />

.t::.<br />

r.l 2[+12<br />

E<br />

....<br />

::J<br />

1.5[j 12<br />

1E~ 12 <br />

--JumIJh scl/ml<br />

5[ 111 <br />

0<br />

0 15 30 45 60 90<br />

Waktu inkubasi EMS 1.5%(Menit)<br />

Gambar 4. Kurva viabilitas isolat alam Aj Bandung 6.4.1.2 terhadap lama inkubasi<br />

EMS 1.5% untuk waktu inkubasi 0, 15, 30, 45, 60 dan 90 menit.<br />

Keterangan: angka 4.5E+ 12 = 4.5xl 0 12 sellml)<br />

Kurva ini dapat digunakan untuk mengetahui lama inkubasi EMS yang dapat<br />

mematikan sel Azospirilim yang diuji. Lama inkubasi 90 menit atau sedikit di atas 90<br />

menit inkubasi pada EMS 1.5% dapat menyebabkan sel tidak viable lagi. Dan setengah<br />

dari lama waktu tersebut (45 menit) diharapkan merupakan waktu yang efektif untuk<br />

inkubasi EMS 1.5%.<br />

Kegiatan 2. Pengaruh mutasi kimiawi Azospirillum terhadap aktivitas nitrogenase<br />

dan produksi lAA (PJ. D.N. Susilowati, MSi)<br />

Sepuluh isolat terpilih hasil mutasi genetik dengan EMS 1.5 % telah dipilih dari<br />

kegiatan 1. Sepuluh isolat tadi sekarang sedang diukur aktivitas nitrogenase dan produksi<br />

IAAnya. Dari hasil pengukuran kedua parameter tadi diharapkan akan didapatkan<br />

hubungan perubahan nilai antara indeks P, nitrogenase dan produksi IAA. Sepuluh isolat<br />

terpilih tersebut dapat dilihat pada Tabel 2 dan Gambar 5.<br />

19


• •<br />

Tabel 3. Sepuluh isolat mutan Azospirilum yang terpilih untuk analisis nitrogenase dan<br />

produksi lAA<br />

No . Nama isolat Indeks P (%)<br />

1 AzM 1.5 .l.14 1.80<br />

2 AzM 1.7.2.9 2.38<br />

3 AzM 1.7.2.12 2.50<br />

4 AzM 2.7.3.2 2.13<br />

5 AzM 2.7.3.4 l.88<br />

6 AzM 3.7.1.14 4.44<br />

7 AzM 3.7.1.15 1.90<br />

8 AzM 3.7.1.16 1.90<br />

9 AzM 5.7.2.11 2.00<br />

10 AzM 6.7.1.4 2.13<br />

5<br />

4 .5 •<br />

Indcks P<br />

4<br />

3.5<br />

a.. 3<br />

VI<br />

..::.:: 2 .5<br />

Q)<br />

"C<br />

s::<br />

1. S<br />

0 .5<br />

Nama Mutan<br />

Gambar 5.<br />

Pengaruh mutasi terhadap indeks P<br />

Azospirillum sp. Keterangan: isolat Az<br />

6.4.1.2 = isolate wild type sebagai<br />

kontrol. Isolat mutan = AzM 2.7.3.4,<br />

AzM 3.7.1.16, AzM 6.7.1.4, AzM<br />

5.5.2.11, AzM 1.5.1.14, AzM2.7.3.2,<br />

AzM 3.7.1.15, AzM 1.7.2.12 dan AzM<br />

3.7.1.14<br />

20


• a.<br />

Sepuluh isolat (9 mutan terpilih Azospirillum sp dengan kontrol wild type Aj Bandung<br />

6.4.1.2) tersebut diukur aktivitas nitrogenasenya dengan metode ARA. Masing masing<br />

data merupakan rata-rata dari 3 kali pengukuran. Data yang diperoleh disajikan pada<br />

Gambar 6.<br />

Mutan AzM 1.5.1.14 dan 3.7.1.15 mempunyai aktivitas nitrogenase yang<br />

menonjol, meningkat sampai 33,5 ppm dan 25,7 ppm dibandingkan isolat wild type sekitar<br />

1,7 ppm<br />

40<br />

E 35<br />

0­<br />

0-<br />

30 <br />

(I) <br />

II> <br />

/';l<br />

c<br />

(I)<br />

25 <br />

~<br />

0 20<br />

....<br />

'c 15<br />

2 10<br />

:~ ....<br />

.:;,t;<br />

5<br />

'" • Nilrop'C" ~ 2SC<br />


-E<br />

120<br />

c...<br />

c... 100<br />

«<br />

80<br />

~<br />

CJ) 60<br />

~<br />

:::J<br />

'0<br />

40<br />

0....<br />

a.. 20<br />

.IAA<br />

140<br />

0<br />

Gambar 7. Pengaruh mutasi terhadap produksi lAA. Keterangan: isolat Az 6.4.1.2<br />

= isolat wild type sebagai kontrol. Isolat mutan =: AzM 2.7.3.4, AzM<br />

3.7.1.16, AzM 6.7.1.4, AzM 5.5.2.11, AzM 1.5.1.14, AzM2.7.3.2, Az\1<br />

3.7.1.15, AzM 1.7.2.12 dan AzM 3.7.1.14<br />

Dari percobaan di atas, mutan dengan peningkatan aktivitas nitrogenase paling tinggi, Aztvf<br />

1.5.1.14 tidak menunjukkan peningkatan paling tinggi untuk produksi IAA maupun indek<br />

Pnya (walaupun masih menunjukkan peningkatan). Dan peningkatan indek P paling tinggi<br />

pada mutan AzM 3.7.1.14 tidak dibarengi dengan peningkatan yang maksimum dari<br />

aktivitas nitrogenase dan dan IAAnya.<br />

Hal ini kemungkinan disebabkan oleh<br />

keseimbangan metabolisme dari mutan-mutan untuk menuju keseimbangan metabolism sel.<br />

Dari hasil diatas, dipilih dua mutan yang menonjol yaitu mutan AzM 1.7.2.12 dan AzM<br />

3.7.1.14 untuk menguji tingkat kestabilan kemampuan melarutkan P, produksi IAA dan<br />

aktivitas nitrogenasenya.<br />

Kegiatan 3. Kestabilan sifat mutan Azospirillum dalam kemampuan melarutkan P<br />

dan aktivitas nitrogenase (Pj. Dr. Toto Hardiarto).<br />

Telah dilakukan uji stabilitas mutan AzM 1.7.2.12 dan AzM 3.7.1.14 dengan<br />

kontrol Aj Bandung 6.4.1.2 pada media okon cair (tanpa kandungan Fosfat) dan media<br />

Pikovskaya (mengandung trikalsiumfosfat ) pad a kocok kultur cair lOOml pada suhu ruang.<br />

Kultur-kultur terse but di pindahkan pada media yang baru setiap hari selama 10 hari. Setiap<br />

22


• •<br />

hari diambil sampel kultur untuk diukur aktivitas nitrogenase, IAA dan indeks Pnya.<br />

Indeks P selama sub kultur 10 hari disajikan pada Gambar 8.<br />

2.00<br />

Stabilitas Indeks P<br />

* CL<br />

V><br />

""" ~<br />

"0<br />

-=<br />

1.80<br />

1.60<br />

1.40<br />

1.20<br />

1.00<br />

0.80<br />

0.60<br />

0.40<br />

0.20<br />

0.00<br />

1 2 3 4 5 6 7 8


• •<br />

500<br />

450<br />

400<br />

E<br />

c..<br />

350<br />

c.. 300<br />

-::J 250<br />

-.<br />

~ -+-1.7.2.12<br />

ro 200<br />

~<br />

3.7 .1.14<br />

-150<br />

(l)<br />

0- --......6.4.12<br />

100<br />

50 • * • • * • .-. • •<br />

0<br />

1 2 3 4 5 6 7 8


• •<br />

140 <br />

120 <br />

E<br />

.­ ~ " - ~. --<br />

a. Ja. - - oJ(<br />

" - ~ - -<br />

a. 100<br />

.<br />

- '.-.'<br />


· ~<br />

Dari hasil pengujian stabilitas kemampuan pelarutan P, produksi nitrogenase dan IAA<br />

mutan terpilih, kedua mutan tersebut relatif stabil sampai subkultur ke 10.<br />

26


• •<br />

BAB VI.<br />

KESIMPULAN DAN SARAN<br />

A. KESIMPULAN<br />

1. Telah diperoleh 138 mutan (disimpan 53 mutan) Azospirillum hasil perbaikan<br />

genetik dari isolat Azospirilum terpilih hasil penelitian tahun 2009 secara kimiawi<br />

dengan EMS. Telah ditentukan pula killing kurve dari isolat Aj Bandung 6.4.1.2<br />

(terpilih hasil 2009) terhadap konsentrasi EMS dan waktu inkubasi terhadap EMS.<br />

2. Mutasi berpengaruh terhadap kemampuan melarutkan P, aktivitas nitrogenase dan<br />

produksi lAA yang bervariasi.<br />

3. Uji stabilitas mutan dari 2 mutan dipilih (AzM 1.7.1.12 dan AzM 3.7.1.14) telah<br />

dilakukan dibandingkan dengan isolat wild type (Aj Bandung 6.4.1.2). Kedua<br />

mutan bersifat relatif stabil baik terhadap kemampuan melarutkan P, aktivitas<br />

nitrogenase dan produksi lAA.<br />

B. SARAN<br />

Dengan dihasilkan mutan Azospirillum yang bersifat stabil dan lebih baik dari isolat alam<br />

dengan multi fungsi (penambat N, pelarut P dan produksi IAA), disarankan bahwa isolat<br />

mutan ini dapat diteruskan untuk diteliti dengan mengaplikasikan pada tanaman padi pad a<br />

percobaan pot dan selanjutnya pada percobaan di lapang.<br />

Dalam aplikasinya, mutan-mutan ini dapat digunakan sebagai inokulan tunggal maupun<br />

inokulan campuran dari berbagai sifat superior yang dimiliki oleh beberapa isolat.<br />

27


• •<br />

BAB VII. PERKIRAAN DAMPAK HASIL KEGIA TAN <br />

Dengan diperolehnya mutan yang stabil dan multi fungsi sebagai penambat N, pelarut P<br />

dan produksi lAA, diharapkan pada waktu yang akan dating petani dapat memperbanyak<br />

dan mengaplikasikan sendiri pada tanaman padi atau tanaman lain sebagai substitusi atau<br />

pupuk kimia, sehingga Negara dapat menghemat subsidi pupuk.<br />

28


· ~ DAFT AR PUST AKA <br />

Anderson, P. 1995. Mutagenesis. Methods Cell Biology. 48:31-58.<br />

Bashan, Y., and G. Holguin. 1998. Proposal for the division of plant growth promoting<br />

rhizobacteria into two classifications: biocontrol-PGPB (plant growth promoting<br />

bacteria) and PGPB. Soil BioI Biochem 30:1225-1228.<br />

Bashan, Y., G. Holguin, L. de-Bashan. 2004. Azospirillum-plant relationships:<br />

physiological, molecular, agricultural, and environmental advances (1997-2003).<br />

Can J Microbiol 50:521-577.<br />

Chebotar, V., Y. Nakayama, D.G. Kang, E. EI-Gaali and S. Akao. 1999. Use of reporter<br />

gus-gene to study the colonization of rice roots by Azospirillum lipoferum. Soil<br />

Microorganisms 53: 13-18.<br />

Dobereiner, 1. and F. Pedroza. 1987. Nitrogen-fixing bacteria in nonleguminous crop<br />

plants. Science Tech, Madison, WI, pp 1-155.<br />

Dobbelaere, S., Croonenborghs, A., Thys, A., Ptacek, D. Vanderleyden, 1., Durto, P.,<br />

Labandera-Gonzalez, c., Caballero-Mellado, J., Aguirre, 1.F., Kapulnik, Y. ,<br />

Brener, S., Burdman, S.,Kadouri, D., Sarig, S., and Okon, Y. 200l. Responses of<br />

agronomically important crops to inoculation with Azospirillum. Aust. 1. Plant<br />

Physiol. 28: 871-879.<br />

Eckert, B., O.B. Weber, G. Kirchhof, A. Halbrirter, M. Stoffels, and A. Hartmann.<br />

200l. Azospirillum doebereinerae sp. Nov., a nitrogen-fixing bacterium<br />

associated with the C4-grass Miscanthus. Int J Syst Evol Microbio!' 51: 17-26.<br />

Fallik, E., Y. Okon, Y. Epstein, A. Goldman, and M. Fischer. 1988. Identification and<br />

qualification of lAA and IBA Azospirillum brasilense inoculated maize roots.<br />

Soil BioI Biochem. 21:147-153.<br />

Fischer, S., V. Rivarola and G. Mori. 2000. Colonization of wheat by Azospirillum<br />

brasilense Cd is impaired by saline stress. Plant Soil 225: 187-19l.<br />

Gunarto, L., K. Adachi, and T. Senbuko. 1999. Isolation and selection of indigenous<br />

Azospirillum sp. And other rizhosphere bacteria. Symbiosis 2:341-346.<br />

Kapulnik, Y., S. Sarig, I. Nur, Y. Okon, 1. Kigel and Y. Henis. 1981. Yield increases in<br />

summer cereal crops of Israeli fields inoculated with Azospirillum. Exp. Agric.<br />

17: 179-187.<br />

Kapulnik, Y., S. Sarig., 1. Nur, and Y. Okon. 1983. Effect of Azospirillum inoculation<br />

on yield of field-grown wheat. Can. J. Microbiol. 29: 895-899.<br />

Kapulnik, Y., Y. Okon, and Y. Hems. 1987. Yield response of spring wheat cultivars<br />

(Triticum aestivum and T. turgidum) to inoculation with Azospirillum brasilense<br />

under field conditions. Bio!. Fertil. Soils 4: 27-35 .<br />

Kennedy, R.W., and K.L. Chellapillai. 1998. Synergistic effect of V AM, Azospirillum,<br />

and phosphobacteria on growth response and nutrient uptake of choal tree<br />

species. Indian 1. For. 21: 308-312.<br />

29


Lestari, P, D.N. Susilowati, dan E.!. Riyanti. 2007. Pengaruh hormon asam indol<br />

asetat yang dihasilkan Azospirillum sp terhadap perkembangan akar padi. Jurnal<br />

AgroBiogen 3(2):66-72.<br />

Liu, Y, S-F Chen and J-I Li. 2003. Colonization pattern of Azospirillum brasilense<br />

yu62 on maize roots. Acta Bot. Sin. 45: 748-752.<br />

Madigan, M.T., J.M. Martinko, and 1. Parker. 1997. Brock, the Biology of<br />

Microorganisms. 8 th Prentice Hall. Upper saddle River, New Jersey.<br />

Moerman, D.G., dan D.L. Baillie. 1981. Formaldehyde mutagenesis in the nematode C.<br />

Elegans. Mutat Res. 80:273-279.<br />

Okon, Y., and Y Kapulnik. 1986. Development and function of Azospirillum<br />

inoculated roots. Plant Soil 90:3-16.<br />

Pierzynski, G.M. 2000. Method for P Analysis. Methods of Phosphorus Analysis for<br />

Soils, Sediments, Residuals, and Waters Southern Cooperative Series Bulletin<br />

No. # 396 http://wvvw.soil.ncsu.edu/sera17/publicationslsera17-2/pmcover.htm<br />

North Carolina State University.<br />

Rao, V.R., D.N. Nayak, P.B.B.N. Charyulu and T.K. Adhay. 1983. Yield responses of<br />

rice to root inoculation with Azospirillum. J. Agric. Sci. 100: 689-691.<br />

Ramos, H.J.O., L.D.B. Roncato-Maccari, E.M. Souza, 1.R.L. Soares-Ramos, M.<br />

Hungria, and F.O. Pedrosa. 2002. Monitoring Azospirillum-wheat interactions<br />

using the gfp and gusA genes constitutively expressed from a new broad-host<br />

range vector. J Biotechnol. 97: 243-252.<br />

Reinhold, B., T. Hurek, I. Fendrik, B. Pot, M. Gillis, K. Kersters, S. Thielemans and 1.<br />

De Ley. 1987. Azospirillum halopraeferens sp. Nov., a nitrogen-fixing organism<br />

associated with roots of Kallar Grass (Leptochloa fusca (L.) Kunth). Int J Syst<br />

Bacteriol. 37:43-51.<br />

Riyanti, E.I., D.N. Susilowati, dan B.A. Husain. Monitoring pelarutan P oleh isolat<br />

baru Azospirillum. In prep<br />

Seshadri, S., R. Muthukumarasamy, C. Lakshminarasirnhan, and S. Ignacimuthu. 2000.<br />

Solubilization of inorganic phosphates by Azospirillum halopraeferans. CUIT Sci.<br />

79: 565-567.<br />

Sly, L.I., and E. Stackebrandt. 1999. Description of Skermanella parooensis gen. nov.,<br />

sp. Nov. to accommodate Conglomeromonas largomobilis subsp. Parooensis<br />

following the transfer of Conglomeromonas largomobilis subsp. Largomobilis to<br />

the genus Azospirillum. Int J Syst Bacteriol. 49:541-544.<br />

Steenhoudt, 0., V. Keijers, Y Okon and 1. Vanderleyden. 2001. Identification and<br />

characterization of a peri plasmic nitrate reductase in Azospirillum brasilense<br />

Sp245. Arch Microbiol. 175: 344-352.<br />

Sun, J., Smets, 1., Bernaerts, K., van Impe, 1., Vanderleyden, 1., and Marchal, K. 2001.<br />

Quantitative analysis of bacterial gene expression by using the gusA reporter<br />

gene system. Appl Environ Microbiol. 67: 3350-3357.<br />

30


Lestari, P, D.N. Susilowati, dan E.!. Riyanti. 2007. Pengaruh hormon asam indol<br />

asetat yang dihasilkan Azospirillum sp terhadap perkembangan akar padi. Jurnal<br />

AgroBiogen 3(2):66-72.<br />

Liu, Y., S-F Chen and J-I Li. 2003. Colonization pattern of Azospirillum brasilense<br />

yu62 on maize roots. Acta Bot. Sin. 45: 748-752.<br />

Madigan, M.T., J.M. Martinko, and J. Parker. 1997. Brock, the Biology of<br />

Microorganisms. 8 th Prentice Hall. Upper saddle River, New Jersey.<br />

Moerman, D.G., dan D.L. Baillie. 1981. Formaldehyde mutagenesis in the nematode C.<br />

Elegans. Mutat Res. 80:273-279.<br />

Okon, Y , and Y Kapulnik. 1986. Development and function of Azospirillum<br />

inoculated roots. Plant Soil 90:3-16.<br />

Pierzynski, G.M. 2000. Method for P Analysis. Methods of Phosphorus Analysis for<br />

Soils, Sediments, Residuals, and Waters Southern Cooperative Series Bulletin<br />

No. # 396 http://wvvw.soil.ncsu.edu/seraI7/publications/seraI7-2/pm cover.htm<br />

North Carolina State University.<br />

Rao, Y.R., D.N. Nayak, P.B.B.N. Charyulu and T.K. Adhay. 1983. Yield responses of<br />

rice to root inoculation with Azospirillum. J. Agric. Sci. 100: 689-691.<br />

Ramos, H.J.O., L.D.B. Roncato-Maccari, E.M. Souza, J.R.L. Soares-Ramos, M.<br />

Hungria, and F.O. Pedrosa. 2002. Monitoring Azospirillum-wheat interactions<br />

using the gfp and gusA genes constitutively expressed from a new broad-host<br />

range vector. J Biotechnol. 97: 243-252.<br />

Reinhold, B., T. Hurek, 1. Fendrik, B. Pot, M. Gillis, K. Kersters, S. Thielemans and 1.<br />

De Ley. 1987. Azospirillum halopraeferens sp. Nov., a nitrogen-fixing organism<br />

associated with roots of Kallar Grass (Leptochloa fusca (L.) Kunth). Int J Syst<br />

Bacteriol. 37:43-51.<br />

Riyanti, E.!., D.N. Susilowati, dan B.A. Husain. Monitoring pelarutan P oleh isolat<br />

baru Azospirillum. In prep<br />

Seshadri, S., R. Muthukumarasamy, C. Lakshminarasimhan, and S. Ignacimuthu. 2000.<br />

Solubilization of inorganic phosphates by Azospirillum halopraeferans. CUIT Sci.<br />

79: 565-567.<br />

Sly, L.1., and E. Stackebrandt. 1999. Description of Skermanella parooensis gen. nov.,<br />

sp. Nov. to accommodate Conglomeromonas largomobilis subsp. Parooensis<br />

following the transfer of Conglomeromonas largomobilis subsp. Largomobilis to<br />

the genus Azospirillum. Int J Syst Bacteriol. 49:541-544.<br />

Steenhoudt, 0., V. Keijers, Y Okon and J. Vanderleyden. 2001. Identification and<br />

characterization of a periplasmic nitrate reductase in Azospirillum brasilense<br />

Sp245. Arch Microbiol. 175: 344-352.<br />

Sun, J. , Smets, 1., Bernaerts, K., van Impe, J., Vanderleyden, J., and Marchal, K. 2001.<br />

Quantitative analysis of bacterial gene expression by using the gusA reporter<br />

gene system. Appl Environ Microbiol. 67: 3350-3357.<br />

30


· ~<br />

Tarrand, J. J., N.R. Krieg and 1. Dobereiner. 1978. A taxonomic study of the Spirillum<br />

lipoferum group, with descriptions of a new genus, Azospirillum gen. nov., and<br />

two species, Azospirillum lipoferum (Beijerinck) comb. Nov. and Azospirillum<br />

brasilense sp. Nov. Can J Microbiol. 24:967-980.<br />

Tien, T.M., H. Gaskins, and D.H. Hubbell. 1979. Plant growth substances produced by<br />

Azospirillum brasilense and their effect on the growth of pearl millet (Pennisetum<br />

americanum L.). App Environ Microbiol. 37:1016-1024.<br />

Tripura, C., B Sasidar dan A.R. Podille. 2007. Ethyl Methanesulfonate Mutagenesis­<br />

Enhanced mineral phosphate solubilization by groundnut-associated Serratia<br />

marcescens GPS-5. Curr Mikrobiol 54(2):79-84.<br />

Watanabe, 1. and C. LIN. 1984. Response of wetland rice to inoculation with<br />

Azospirillum lipoferum and Pseudomonas sp. Soil Sci. Plant Nutr. 30: 117-124.<br />

Warembourg, F. R., R. Dreesen, K. Vlassak, and F. Lafont. 1987. Peculiar effect of<br />

Azospirillum inoculation on growth and nitrogen balance of winter wheat<br />

(Triticum aestivum). BioI. Fertil. Soils, 4: 55-59.<br />

Xi, c., M. Lambrecht, 1. Vanderleyden, and 1. Michiels. 1999. Bifunctional gfp- and<br />

gusA-containing mini-Tn5 transposon derivatives for combined gene expression<br />

and bacterial localization studies. J Microbiol Methods 35: 85-92.<br />

Yahalom, E., Y. Kapulnik and Y. Okon. 1984. Response of Setaria italica to<br />

inoculation with Azospirillum brasilense as compared to Azotobacter<br />

chroococcum. Plant Soil, 82: 77-85.<br />

31


· .. <br />

Lampiran 1. Daftar Isolat mutan Azospirillum sp<br />

Ratarata<br />

Rata-rata Indeks<br />

Nomer Nama isolat D D zona P<br />

koloni<br />

(cm)<br />

bening<br />

(cm) (%)<br />

1 AzM 1.5.1.1 0.9 1.4 1.6<br />

2 AzM 1.5.1.2 0.8 1.4 1.8<br />

3 AzM 1.5.1.3 0.9 1.5 1.7<br />

4 AzM 1.5.1.4 0.9 1.5 1.7<br />

5 AzM 1.5.1.5 0.9 1.6 1.8<br />

6 AzM 1.5.1.6 1 1.8 1.8<br />

7 AzM 1.5.1.7 1 1.4 1.4<br />

8 AzM 1.5.1.8 0.9 1.6 1.8<br />

9 AzM 1.5.1.9 1 1.8 1.8<br />

10 AzM 1.5.1.10 0.9 1.5 1.7<br />

11 AzM 1.5.1.11 0.9 1.5 1.7<br />

12 AzM 1.5.1.12 0.9 1.6 1.8<br />

13 AzM 1.5.1.13 1 1.6 1.6<br />

14 AzM 1.5.1.14 1 1.8 1.8<br />

15 AzM 1.5.1.15 1 1.8 1.8<br />

16 AzM 1.5.1.16 1 1.7 1.7<br />

17 AzM 1.5.1.17 0.8 1.4 1.8<br />

18 AzM 1.5.1.18 0.9 1.6 1.8<br />

19 AzM 1.5.1.19 0.9 1.4 1.6<br />

20 AzM 1.5.1.20 0.9 1.5 1.7<br />

21 AzM 1.7.2.1 0.9 1.3 1.4<br />

22 AzM 1.7.2.2 0.9 1.3 1.4<br />

23 AzM 1.7.2.3 1 1.4 1.4<br />

24 AzM 1.7.2.4 1 1.6 1.6<br />

25 AzM 1.7.2.5 0.9 1.4 1.6<br />

26 AzM 1.7.2.6 0.9 1.8 2.0<br />

27 AzM 1.7.2.7 0.9 1.5 1.7<br />

28 AzM 1.7.2.8 0.9 1.35 1.5<br />

29 AzM 1.7.2.9 0.8 1.9 2.4<br />

30 AzM 1.7.2.10 0.6 1.4 2.3<br />

31 AzM 1.7.2.11 0.9 1.7 1.9<br />

32 AzM 1.7.2.12 0.8 2 2.5<br />

33 AzM 1.7.2.13 0.9 1.5 1.7<br />

34 AzM 1.7.2.14 0.9 1.4 1.6<br />

32


• •<br />

35 AzM 1.7.2.15 0.9 1.4 1.6<br />

36 AzM 1.7.2.16 1 1.6 1.6<br />

37 AzM 1.7.2.17 1 2 2.0<br />

38 AzM 1.7.2.18 0.9 1.8 2.0<br />

39 AzM 1.7.2.19 1 1.6 1.6<br />

40 AzM 1.7.2.20 1 1.7 1.7<br />

41 AzM 2.7.3.1 0.8 1.5 1.9<br />

42 AzM 2.7.3.2 0.8 1.7 2.1<br />

43 AzM 2.7.3.3 0.9 1.4 1.6<br />

44 AzM 2.7.3.4 0.8 1.5 1.9<br />

45 AzM 2.7.3.5 0.9 1.9 2.1<br />

46 AzM 2.7.3.6 0.8 1.8 2.3<br />

47 AzM 2.7.3.7 0.9 1.9 2.1<br />

48 AzM 2.7.3.8 0.8 1.8 2.3<br />

49 AzM 2.7.3.9 0.9 1.8 2.0<br />

50 AzM 2.7.3.10 0.9 1.8 2.0<br />

51 AzM 2.7.3.11 1 1.8 1.8<br />

52 AzM 2.7.3 .12 1 1.9 1.9<br />

53 AzM 2.7.3.13 1 2 2.0<br />

54 AzM 2.7.3.14 1 1.9 1.9<br />

55 AzM 2.7.3.15 1 2.3 2.3<br />

56 AzM 2.7.3.16 1 1.8 1.8<br />

57 AzM 2.7.3.17 1 2 2.0<br />

58 AzM 2.7.3.18 1 1.8 1.8<br />

59 AzM 2.7.3.19 1 1.8 1.8<br />

60 AzM 2.7.3.20 1 1.8 1.8<br />

61 AzM 3.7.1.1 1 2 2.0<br />

62 AzM 3.7.1.2 1 1.7 1.7<br />

63 AzM 3.7.1.3 0.9 1.8 2.0<br />

64 AzM 3.7.1.4 0.8 1.8 2.3<br />

65 AzM 3.7.1.5 0.9 1.9 2.1<br />

66 AzM 3.7.1.6 0.9 1.9 2.1<br />

67 AzM 3.7.1.7 1 1.8 1.8<br />

68 AzM 3.7.1.8 1 1.7 1.7<br />

69 AzM 3.7.1.9 1 1.8 1.8<br />

70 AzM 3.7.1.10 0.8 1.9 2.4<br />

71 AzM 3.7.1.11 0.9 1.9 2.1<br />

72 AzM 3.7.1.12 0.8 1.7 2.1<br />

73 AzM 3.7.1.13 1 2 2.0<br />

74 AzM 3.7.1.14 0.9 4 4.4<br />

75 AzM 3.7.1.15 1 1.9 1.9<br />

33


• •<br />

76 AzM 3.7. 1.16 1 1.9 1.9<br />

77 AzM 3.7.1.17 1.3 1.6 1.2<br />

78 AzM 3.7.1.18 1.1 1.5 1.4<br />

79 AzM 3.7.1.19 0.8 1.4 1.8<br />

80 AzM 3.7.1.20 0.8 1.3 1.6<br />

81 AzM 4.7.3.1 0.9 1.7 1.9<br />

82 AzM 4.7.3.2 0.8 1.8 2.3<br />

83 AzM 4.7.3.3 1 1.6 1.6<br />

84 AzM 4.7.3.4 1 1.7 1.7<br />

85 AzM 4.7.3.5 0.9 1.6 1.8<br />

86 AzM 4.7.3.6 0.9 1.5 1.7<br />

87 AzM 4.7.3.7 0.9 1.4 1.6<br />

88 AzM 4.7.3.8 0.9 1.4 1.6<br />

89 AzM 4.7.3.9 0.9 1.8 2.0<br />

90 AzM 4.7.3.10 1 1.6 1.6<br />

91 AzM 4.7.3 .11 0.9 1.9 2.1<br />

92 AzM 4.7.3.12 1 2 2.0<br />

93 AzM 4.7.3.13 0.9 1.7 1.9<br />

94 AzM 4.7.3.14 0.7 1.4 2.0<br />

95 AzM 4.7.3.15 1 1.6 1.6<br />

96 AzM 4.7.3.16 0.7 1.6 2.3<br />

97 AzM 4.7.3.17 1 1.6 1.6<br />

98 AzM 4.7.3.18 0.9 1.7 1.9<br />

99 AzM 4.7.3.19 0.9 1.8 2.0<br />

100 AzM 4.7.3.20 0.9 1.8 2.0<br />

101 AzM 5.7.1.1 0.8 1.9 2.4<br />

102 AzM 5.7.1.2 0.9 1.7 1.9<br />

103 AzM 5.7.1.3 1 1 1.0<br />

104 AzM 5.7.1.4 0.9 1.8 2.0<br />

105 AzM 5.7.1.5 1 1.7 1.7<br />

106 AzM 5.7.1.6 0.8 1.8 2.3<br />

107 AzM 5.7.2.1 0.9 1.5 1.7<br />

108 AzM 5.7.2.2 0.9 1.6 1.8<br />

109 AzM 5.7.2.3 0.6 1.9 3.2<br />

110 AzM 5.7.2.4 0.9 1.5 1.7<br />

111 AzM 5.7.2.5 1 1.8 1.8<br />

112 AzM 5.7.2.6 0.9 1.6 1.8<br />

113 AzM 5.7.2.7 1 1.7 1.7<br />

114 AzM 5.7.2.8 0.9 1.6 1.8<br />

115 AzM 5.7.2.9 0.9 1.9 2.1<br />

116 AzM 5.7.2.10 1 1.9 1.9<br />

34


117 AzM 5.7.2.11 1 2 2.0<br />

118 AzM 5.7.2.12 1 2 2.0<br />

119 AzM 6.7.1.1 0.7 1.8 2.6<br />

120 AzM 6.7.1.2 0.7 1.7 2.4<br />

121 AzM 6.7.1.3 0.9 1.6 1.8<br />

122 AzM 6.7.1.4 0.8 1.7 2.1<br />

123 AzM 6.7.1.5 0.7 1.5 2.1<br />

124 AzM 6.7.1.6 0.8 1.5 1.9<br />

125 AzM 6.7.1.7 0.9 1.9 2.1<br />

126 AzM 6.7.1.8 0.6 1.4 2.3<br />

127 AzM 6.7.1.9 0.9 2 2.2<br />

128 AzM 6.7.1.10 1 1.8 1.8<br />

129 AzM 6.7.3 .1 1 1.8 1.8<br />

no AzM 6.7.3.2 1 1.8 1.8<br />

131 AzM 6.7.3.3 1 1.8 l.8<br />

132 AzM 6.7.3.4 1 l.8 1.8<br />

133 AzM 6.7.3.5 0.9 l.6 1.8<br />

134 AzM 6.7.3 .6 0.9 l.8 2.0<br />

135 AzM 6.7.3.7 0.9 l.8 2.0<br />

136 AzM 6.7.3 .8 0.9 l.9 2.1<br />

137 AzM 6.7.3.9 0.9 l.5 1.7<br />

138 AzM 6.7.3.10 0.8 l.5 1.9<br />

35

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!