30.10.2014 Views

Klik Disini - KM Ristek

Klik Disini - KM Ristek

Klik Disini - KM Ristek

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

1<br />

. .. <br />

I<br />

LAPORAN AKHIR<br />

KEGIATAN PROGRAM INSENTIF RISET PENELITI<br />

BADAN PENEllTIAN DAN PENGEMBANGAN KELAUTAN DAN PERIKANAN<br />

Judul Penelitian<br />

/<br />

PEMANFAATAN HASIL SAMPING BIJI NYAMPlUNG MENJADI BIOPELLET <br />

SEBAGAI BAHAN BAKAR PENGGANTI MINYAK TANAH <br />

01 KAWASAN PESISIR <br />

,~--------------------------------------------------~/ <br />

Jenis Insentif<br />

Fokus Bidang<br />

Produk Target<br />

: Riset Terapan<br />

: Energi Baru dan Terbarukan<br />

: Teknologi Proses Industri<br />

(Paket Data dan Infonnasi<br />

Karakteristik Fisika-Kirnia Biopellet<br />

dari Arnpas Biji Nyarnplung)<br />

Peneliti Uta rna<br />

Tuti Wahyunl, M.Si<br />

Anggota peneliti . 1. Urni Anissah, S.Si<br />

2. Riza Zulkarnain, ST<br />

/<br />

PUSAT PENGKAJIAN DAN PEREKA YASAAN TEKNOLOGI KELAUTAN DAN PERI KANAN <br />

BADAN PENEllTIAN DAN PENGEMBANGAN KELAUT AN DAN PERI KANAN <br />

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERI KANAN <br />

2010


·..<br />

LAPORAN AKHIR<br />

KEGIATAN PROGRAM INSENTIF RISET PENELITI<br />

BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KELAUTAN DAN PERIKANAN<br />

Judul Penelitian<br />

PEMANFAATAN HASIL SAM PING BI..II NYAMPLUNG MENJADI BIOPELLET <br />

SEBAGAI BAHAN BAKAR PENGGANTI MINYAK TANAH <br />

DI KAWASAN PESISIR <br />

Jenis Insentif<br />

Fokus Bidang<br />

Produk Target<br />

: Riset Terapan<br />

: Energi Baru dan Terbarukan<br />

: Teknologi Proses Industri<br />

(Paket Data dan Informasi<br />

Karakteristik Fisika-Kimia Biopellet<br />

dari Ampas Biji Nyamplung)<br />

Peneliti Utama<br />

Anggota peneliti<br />

Tuti Wahyuni, M.Si<br />

1. Umi Anissah, S.Si<br />

2. Riza Zulkarnain, ST<br />

PUSAT PENGKAJIAN DAN PEREKAYASAAN TEKNOLOGI KELAUTAN DAN PERIKANAN <br />

BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KELAUTAN DAN PERIKANAN <br />

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN <br />

2010


·"<br />

LEMBAR IDENTITAS DAN PENGESAHAN<br />

Judul Kegiatan Penelitian : Pemanfaatan Hasll Samping Biji l\lyamplung<br />

Menjadi Biopellet Sebagai Bahan Bakar<br />

Pengganti Minyak Tanah Di Kawasan Pesisir<br />

Jenis Insentif<br />

Bidang Fokus<br />

Satuan Kerja<br />

: Riset Terapan<br />

: Sumber Energi Baru dan Terbarukan<br />

: Pusat Pengkajian dan Perekayasaan Teknologi<br />

Kelautan dan Perikanan<br />

Peneliti Pengusul/<br />

Penanggung Jawab<br />

Pang kat Jabatan<br />

Fungsional Peneliti<br />

Anggota<br />

: Tuti WahyunL M.Si<br />

: Peneliti Muda<br />

: 1. Umi Anissah, S.Si<br />

2. Riza Zulkarnain, ST<br />

Total Biaya Penelitian : Rp. 78.634.310<br />

Jakarta, 22 Nopember 2010<br />

Mengetahui<br />

Kepala Pusat Pengkajian dan Perekayasaan<br />

Teknologi Kelautan dan Perikanan<br />

Peneliti Pengusul<br />

Dr. Aryo Hanggono, DEA<br />

Tuti WahyunL M.Si<br />

NIP. 19650723 199001 1002 NIP. 197606122006042001


PEMANFAATAN HASll SAMPING BIJI NYAMPLUNG MENJAOI BIOPEllET <br />

SEBAGAI BAHAN BAKAR PENGGANTI MINYAK TANAH 01 KAWASAN PESISIR <br />

Jyamplung (Colophyl/um inophyllum) adalah tanaman yang tumbuh di<br />

doerah peisisir. Nyamplung merupakan sumber biofueL dimana proses<br />

pengolahan nyamplung menjadi biofuel dihasilkan hasil samping berupa<br />

imbah ampas. Ampas dari biji nyamplung soot ini belum banyak<br />

dikembangkan untuk diolah lagi menjadi suatu yang lebih bermanfaat. Maka<br />

oada penelitian ini dilokukan karakterisasi fisika-kimia ampas biji nyamplung<br />

jan karakterisasi fisika-kimia biopellet dari ampas biji nyamplung sehingga<br />

jiperoleh data potensi ampas biji nyamplung menjadi biopellet sebagai<br />

:::>ohan bakar pengganti minyak tanah khususnya di kawasan pesisir.<br />

Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil samping pengolahan biji<br />

nyamplung yang berupa ampas biji nyamplung memilki potensi menjadi<br />

biopellet sebagai bahan bakar pengganti minyak tanah di kawasan pesisir.<br />

Hasil uji korakteristik biopelet menunjukkan biopellet ampas biji nyamplung<br />

memerlukon bohon pendukung yoitu dedok dengon perbondingon (%)<br />

50:50 sehingga formula tersebut dapat digunakan poda pembuatan<br />

biopellet sebagai bahan bakar pengganti minyak tanah di kawason pesisir<br />

yang memiliki sumber daya alam tanaman nyamplung khususnya untuk<br />

daerah pesisir yang belum mendapatkan program konversi minyak tanah ke<br />

gas seperti di daerah pulau-pulau kecil.


·..<br />

Seiring makin berkurangnya energi fossil sebagai sumber energi tak<br />

terbarukan maka harga bahan bakar minyak (BBM) makin tinggi dan<br />

suatu saat keberadaan BBM akan habis. Kenaikan harga BBM tentunya<br />

sangat memberatkan bagi masyarakat pesisir yang pada umumnya<br />

mereka berprofesi sebagai nelayan. Nelayan selain membutuhkan BBM<br />

(seperti bahan bakar diesel) untuk berlayar, mereka juga membutukan<br />

BBM (seperti bahan bakar minyak tanah) untuk keperluan rumah tangga.<br />

Minyak tanah di Indonesia selama ini disubsidi oleh pemerintah sehingga<br />

menjadi beban yang sangat berat dalam pengeluaran anggaran<br />

negara. Untuk mengurangi beban subsidi maka pemerintah mengalihkan<br />

subsidi secara langsung kepada masyarakat miskin yaitu bantuan<br />

langsung tunai (BLT) dan konversi minyak tanah ke gas (elpiji). Namun<br />

konversi minyak tanah ke elpiji masih belum merata ke seluruh masyarakat<br />

khususnya masyarakat pesisir di daerah terpencil dan di pulau-pulau kecil<br />

sehingga mereka masih banyak yang menggunakan minyak tanah dan<br />

kayu bakar (menebang tanaman mangrove) untuk keperluan bahan<br />

bakar domestik.<br />

Kami sebagai peneliti dari Pusat Riset T eknologi Kelautan berusaha<br />

mencari solusi mengatasi ketergantungan masyarakat pesisir terhadap<br />

penggunaan minyak tanah dan pemakaian kayu bakar dari tanaman<br />

mangrove. Upaya kami adalah memanfaatkan hasil samping<br />

pengolahan biji nyamplung yang terdapat di Kecamatan Kroya,<br />

Kabupaten Cilacap, Jawa tengah. Hasil sam ping tersebut berupa ampas<br />

biji nyamplung, hasil penelitian menunjukkan bahwa ampas biji<br />

nyamplung berpotensi untuk dijadikan biopellet sebagai bahan bakar<br />

pengganti minyak tanah khususnya di kawasn pesisir mengingat tanaman<br />

nyamplung adalah tanaman yang dapat tumbuh di daerah pesisir (kering<br />

dan berpasir).<br />

Tim peneliti mengucapkan terima kasih kepada Pusat Pengkajian dan<br />

Perekayasaan Teknologi Kelautan dan Perikanan dan Surfactant and


Bioenergy Research Center (SBRC) - Institut Pertanian Bogor (IPBj-Bogor,<br />

Bapak Samino (ketua pengolahan minyak biji nyamplung di Kroyaj serta<br />

semua pihak yang telah membantu secara langsung maupun tidak<br />

langsung dalam kegiatan penelitian. Semoga informasi yang disajikan<br />

dalam laporan akhir penelitian ini bermanfaat dan dapat digunakan<br />

dengan baik.<br />

Jakarta, 22 Nopember 2010<br />

--Tim Penefiti-­


·';,.<br />

[)afta.- lsi <br />

LEMBAR IDENTITAS DAN PENGESAHAN<br />

RINGKASAN<br />

PRAKATA<br />

DAFTAR lSI<br />

DAFTAR TABEL<br />

DAFTAR GAMBAR<br />

Halaman<br />

BAB I<br />

BAB II<br />

BAB III<br />

BAB IV<br />

BAB V<br />

BAB VI<br />

PENDAHULUAN<br />

1.1 Lator Belakang 1 <br />

1.2 Perumusan Masalah 3 <br />

TlNJAUAN PUSTAKA<br />

2.1 Minyak Tanah 4 <br />

2.2 Nyamplung 5 <br />

2.3 Biopellet 8 <br />

2.4 Hipotesa 10 <br />

2.5 Rancangan Penelitian 10 <br />

TUJUAN DAN MANFAAT<br />

3.1 Tujuan Penelitian 11 <br />

3.2 Manfaat Penelitian 11 <br />

METODOLOGI<br />

4.1 Alat dan Bahan Penelitian 12 <br />

4.2 Metoda Kerja 12 <br />

HASIL DAN PEMBAHASAN<br />

5.1 Korakteristik Fisiko Kimia Bahan Baku Biopellet 15 <br />

Ampas Biji Nyamplung <br />

5.2 Korakteristik Biopellet Ampas Biji Nyamplung 18 <br />

5.2.1 Nilai Kalor 18 <br />

5.2.2 Korakter Pembakaran 20 <br />

5.3 Aplikasi Biopellet Ampas Biji Nyamplung 23 <br />

KESIMPULAN DAN SARAN<br />

6.1 Kesimpulan 26 <br />

6.2 Saran 26 <br />

DAFTAR PUSTAKA<br />

27


[)afta.- T abel <br />

Halaman<br />

Tabel 1. Penggunaan minyak tanah di indonesia tahun 2000-2006<br />

Tabel 2. Karakteristik ampas biji nyamplung<br />

Tabel 3. Karakteristik serbuk gergaji kayu dan dedak<br />

Tabel 4. Nilai kalor biopellet ampas biji nyamplung<br />

Tabel 5. Nilai kalor bahan bakar<br />

Tabel 6. Karakter pembakaran biopellet<br />

Tabel 7. Nilai ekonomis kompor berbahan bakar biopellet<br />

4 <br />

16 <br />

17 <br />

18 <br />

19 <br />

20 <br />

25


Holomon<br />

Gombar 1. Pohon. koyu. bungo. doun. buoh dan biji nyomplung <br />

Gombar 2. Peto sebaron tonomon nyomplung<br />

Gombar 3. Biopellet ompos biji nyomplung 100% dan uji cobo<br />

mendidihkon air<br />

Gombar 4. Biopellet ompos biji nyomplung 75% + dedok 25% dan<br />

uji coba mendidihkon air <br />

Gombar 5. Biopellet ompos biji nyomplung 50% + dedok 50% dan<br />

uji cobo mendidihkon air <br />

Gombar 6. Biopellet ompas biji nyomplung 25% + dedok 75% dan<br />

uji cobo mendidihkon air <br />

2 <br />

21 <br />

21 <br />

22 <br />

22


BABI.PENDAHULUAN <br />

1.1 lATAR BElAKANG<br />

Kebutuhan minyak tanah untuk memasak dalam skala rumah tangga masih<br />

eukup besar meskipun soot ini sudah dijalankan program konversi minyak tanah<br />

ke gas tetapi di daerah terpeneil terutama pulau-pulau kecil, program konversi<br />

minyak tanah ke gas belum dilaksanakan. Mereka yang tinggal di pulau-pulau<br />

kecil masih menggunakan minyak tanah sebagai bahan bakar untuk memasak<br />

padahal minyak tanah merupakan bahan bakar yang tidak dapat diperbaharui<br />

(unrenewable). Selain minyak tanah, mereka menggunakan kayu bakar dari<br />

tanaman bakau dengan eara menebang hutan bakau sehingga penebangan<br />

hutan bakau tersebut sangat menggangu ekosistem pantai dan merusak<br />

lingkungan. Oleh sebab itu, perlu adanya usaha untuk mendapatkan sumber<br />

bahan bakar yang dapat diperbaharui (renewable).<br />

Nyamplung (Ca/ophyllum inophyllum) adalah tanaman yang tumbuh di daerah<br />

bertanah pasir dan daerah pesisir pantai berudara panas. Di Indonesia<br />

tanaman nyamplung tersebar luas mulai dari pulau Jawa, Kalimantan,<br />

Sumatera, Sulawesi dan Papua, peta sebarannya pada di Gombar 2. Menurut<br />

Prof. Dr. H. Sudrajat. M.Se pakar bioenergi Puslitbang hasil hutan Departemen<br />

Kehutanan, biji nyamplung (Calophyllum inophyllum L) yang telah diolah<br />

menjadi biokerosin dapat diolah lebih lanjut menjadi biodeisel (Trubusonline.eo.id,2008)<br />

Sumber: Pusot Penelition don Pengembongon Hosil hut on, 2008<br />

Gombar 1. Pohon, koyu, bungo, doun, buoh dan biji nyomplung<br />

1


.f i.-_ . '<br />

.,<br />

.<br />

...~~ , ~~ fi ';, ,<br />

. , ~<br />

,<br />

I .....<br />

~1.: .< .- ~ .t""<br />

................... <br />

-<br />

I<br />

'I<br />

....11'1<br />

1,." '. 01 '0<br />

~<br />

~- -;.... c.. ... ~ '-- • ~ "t.<br />

o ..... ­ ••~\J.~...<br />

_-'--~!1 :-...;.-:-~-::;: .. . :<br />

- ,<br />

:-. . rnh:I- . . ! I. f \·I.1 t I .!:..... ! --:-- ~· I!I . L : d , ~. ~. , . 1. .n. 1I1 .<br />

12, 1 ": ..1 I \ ,' \ :! I L r..~ . ,\ h.I, j · 11i'.t " .. t ~ J I I d I Ki' ~ l \ - . :\[. II"I";"I-==- Ill. a- 'I n.:~ f· ·" , I..:,-" j ~ ! \.~.<br />

Gombar 2. Peto sebaron tonomon nyomplung<br />

Di Cilacap kecamatan Kroya telah dikembangkan pengolahan biji nyamplung<br />

menjadi bahan baku biofuel (minyak nyamplung) dengan kapasitas 600 kg/hari.<br />

Untuk mendapatkan 1 Liter minyak nyamplung dibutuhkan 2,5 kg biji nyamplung<br />

kering. Minyak nyamplung tersebut diolah lagi menjadi biokerosin (minyak tanah<br />

dari biomassa) dan biodiesel.<br />

Proses pengepresan biji nyamplung selain menghasilkan minyak nyamplung juga<br />

menghasilkan hasil samping berupa limbah ampas. Ampas dari biji nyamplung<br />

saat ini belum banyak dikembangkan untuk diolah lagi menjadi suatu yang lebih<br />

bermanfaat. Dengan demikian pada penelitian ini akan diuji coba pembuatan<br />

biopellet dad ampas biji nyamplung untuk dijadikan biopellet sebagai bahan<br />

bakar pengganti minyak tanah di kawasan pesisir mengingat tanaman<br />

nyamplung merupakan tanaman yang tumbuh di daerah pesisir.<br />

2


1.2 PERUMUSAN MASALAH<br />

Pada penelitian ini akan dilakukan karakterisasi fisika-kimia ampas biji<br />

nyamplung sebagai bahan baku biopellet dan karakterisasi fisika-kima biopellet<br />

dari ampas biji nyamplung sehingga akan diperoleh data potensi ampas<br />

nyamplung menjadi biopellet. Biopellet ampas biji nyamplung diharapkan<br />

mampu dijadikan sebagai sumber energi alternatif yaitu pengganti bahan<br />

bakar minyak tanah khususnya di daerah pesisir yang memiliki potensi tanaman<br />

nyamplung.<br />

3


BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA <br />

2.1 MINYAK TANAH<br />

Minyak tanah, solar, bensin, avtur (bahan bakar pesawat) merupakan produk<br />

minyak bumi yang berintikan hidrokarbon (tersusun atas atom hidrogen dan<br />

karbon) serta sejumlah lOt lain, seperti nitrogen, oksigen, sulfur dan sejumlah kecil<br />

unsur logam. Minyak tanah (light kerosene) memiliki rentang rantai karbon dari<br />

C 1O-C 15 dan memiliki daerah titik didih 150-300 °C (sumber: Hardjono, 2001).<br />

Perbedaan minyak tanah dengan kerosene untuk bahan bakar pesawat<br />

adalah pada minyak tanah masih terdapat banyak unsur pengotor, baik skala<br />

molekuler ataupun partikel (debris). Dengan kata lain minyak tanah adalah<br />

kerosene dengan mutu rendah. Penggunaan utama minyak tanah adalah<br />

bahan bakar kompor do/am rumah tangga dan bahan bakar lampu<br />

penerangan.<br />

Tabel1. PENGGUNAAN MINYAK TANAH DIINDONESIA TAHUN 2000-2006<br />

Tahun<br />

Jumlah Konsumsi (kiloliter)<br />

2000 12.458<br />

2001 12.280<br />

2002 11.676<br />

2003 11.753<br />

2004 11.846<br />

2005 11.370<br />

2006 10.018<br />

Sumber: Ditjen Migos, 2007 dolom Pnhondono 2008


Di Indonesia minyak tanah pada umumnya digunakan sebagai bahan bakar<br />

untuk memasak khususnya untuk daerah yang belum terjangkau oleh program<br />

pemerintah yaitu program konversi minyak tanah ke gas, seperti di daerah pesisir<br />

dan pulau-pulau keci!. Mengingat minyak tanah merupakan produk minyak<br />

bumi yang lidak dapat dapat diperbarui maka makin lama keberadaan minyak<br />

tanah makin langka dan harganya tentu makin mahal sehingga perlu dipikirkan<br />

suatu bahan bakar alternatif sebagai pengganti minyak tanah. Dalam<br />

penelitian ini, dilakukan pembuatan biopellet sebagai bahan bakar pengganti<br />

minyak tanah dengan memanfaatkan hasil sam ping pengolahan biji<br />

nyamplung (ampas nyamplung) yang terdapat di wilayah pesisir. Hasil penelitian<br />

ini untuk membantu masyarakat nelayan dan pesisir khususnya di daerah yang<br />

belum terjangkau oleh program minyak tanah ke gas sehingga mereka dapat<br />

mengatasi kenaikan harga dan kelangkaan minyak tanah dengan<br />

memanfaatkan ampas biji nyamplung sebagai bahan bakar untuk keperluan<br />

domesHk.<br />

2.2 NY AMPLUNG<br />

Nyamplung (Ca/ophyl/um inophyl/um) termasuk dalam margo Callophylum yang<br />

mempunyai sebaran cukup luas di dunia yaitu Madagaskar, Afrika Timur, Asia<br />

Selatan dan Tenggara, Kepulauan Pasifik, Hindia Barat, dan Amerika Selatan. Di<br />

Indonesia, pohon ini dikenal dengan sebutan EYOBE (Enggano), PUNAGA<br />

(Minangkabau dan Makasar), PENAGO (Lampung), CAMPLONG (Madura, Bali,<br />

dan Timor), MANTAN (Bima), DII\lGKALRENG (Sangir), DONGKALAN<br />

(Mongondow), DUNGALA (Gorontalo), PUDE (Bugis), HATAN (Ambon), dan<br />

FITAKO (Ternate). Tanaman nyamplung berbuah sepanjang tahun dan mulai<br />

berbuah pada umur tujuh tahun. Musim buah umumnya pada bulan Agustus<br />

sampai September. Pohon masih berproduksi sampai umur 58 tahun, jumlah biji<br />

kering per kilogram sebanyak 100-150 butir.<br />

Beberapa keunggulan nyamplung ditinjau dari prospek pengembangan dan<br />

pemanfaatan lain, antara lain adalah<br />

1. tanaman nyamplung tumbuh dan tersebar merata secara alami di<br />

Indonesia;<br />

5


.,<br />

2. regenerasi mudah dan berbuah sepanjang tahun menunjukkan daya<br />

survival yang tinggi terhadap lingkungan;<br />

3. tanaman relatif mudah budidayakan baik tanaman sejenis (monoculture)<br />

atau hutan campuran (mixed-forest);<br />

4. cocok di daerah beriklim kering, permudaan alami banyak, dan berbuah<br />

sepanjang tahun; hampir seluruh bagian tanaman nyamplung<br />

berdayaguna dan menghasilkan bermacam produk yang memiliki nilai<br />

ekonomi;<br />

5. tegakan hutan nyamplung berfungsi sebagai pemecah angin (wind<br />

breaker) untuk tanaman pertanian dan konservasi sempadan pantai;<br />

6. pemanfaatan biofuel nyamplung dapat menekan laju penebangan<br />

pohon hutan sebagai kayu bakar;<br />

7. dalam pemanfaatannya tidak berkompetisi dengan kepentingan<br />

pangan.<br />

8. produktivitas biji lebih tinggi dibandingkan jenis lain<br />

• Jarak pagar 5 ton/ha;<br />

• sawit 6 ton/ha;<br />

• nyamplung 20 ton/ha.<br />

Manfaat lain dari bagian tanaman nyamplung adalah<br />

1. kayunya yang termasuk kayu komersial, dapat digunakan untuk bahan<br />

pembuatan perahu, balok, tiang, papan lantai dan papan pada<br />

bangunan perumahan dan bahan kontruksi ringan;<br />

2. getahnya dapat disadap untuk mendapatkan minyak yang diindikasikan<br />

berkhasiat untuk menekan pertumbuhan virus HIV.<br />

3. Daunnya mengandung senyawa costato/ide-A, saponin dan acid<br />

hidrocyanic yang berkhasiat sebagai obat oles untuk sakit encok, bahan<br />

kosmetik untuk perawatan kulit, menyembuhkan luka seperti luka bakar<br />

dan luka potong.<br />

4. Bunganya dapat digunakan sebagai campuran untuk mengharumkan<br />

minyak rambut.<br />

6


5. Bijinya setelah diolah menjadi minyak bermanfaat untuk pelitur, minyak<br />

rambut dan minyak urut. berkhasiat juga untUk obat urus-urus dan<br />

rematik.<br />

Budidaya tanaman nyamplung tidak memerlukan investasi yang besar.<br />

Ketersediaan lahan yang potensial untuk pengembangan tanaman nyamplung<br />

juga tersebar di seluruh Indonesia. Bila seluruh kebutuhan biodiesel disuplai dari<br />

nyamplung, akan dibutuhkan biodiesel sebanyak 720.000 kilo liter atau setaro<br />

dengan 5.1 juta ton biji nyamplung, dengan asumsi bahwa 2.5 kg biji nyamplung<br />

akan menghasilkan 1 liter minyak nyamplung; dengan demikian akan diperlukan<br />

luasan panen tanaman nyamplung minimal 254.000 hektar pada tahun 2025.<br />

Dengan polo yang soma dengan kajian analisis ekonomi pada pembangunan<br />

Hutan Tanaman Rakyat (HTR) yang menyebutkan bahwa dalam 1 ha diperlukan<br />

1 orang tenaga kerja, pengusahaan tanaman nyamplung seluas 254 ribu hektar<br />

akan dapat menyerap 254 ribu tenaga kerja. Dengan berbagai potensi<br />

keunggulannya tanaman nyamplung merupakan tanaman yang memberikan<br />

multifungsi dan manfaat kepada manusia dan lingkungan. Multifungsi dan<br />

manfaat itu meliputi potensi nyamplung sebagai tanaman rehabilitasi hutan dan<br />

lahan, sebagai alternatif biofuel. serta meningkatkan pemberdayaan<br />

masyarakat.<br />

DATA dan FAKTA<br />

• Di Cilacap, nyamplung dikembangkan o/eh masyarakat di kecamatan<br />

Patimuan, Kroya dan Adipala untuk keperluan bahan baku pembuatan<br />

Perahu Nelayan. Seperti di daerah pesisir lain, pantai Cilacap memang<br />

memiliki banyak tanaman nyamp/ung yang buahnya berserakan, tidak<br />

termanfaatkan. Setidaknya, pohon nyamp/ung tersebar di area pantai<br />

seluas 350 hektare.<br />

• Pada 2007, Pemkab Cilacap menanam 148.225 pohon di area 135<br />

hektare milik TNI Angkatan Darat. Bupati Ci/acap Probo Yulastoro<br />

mengungkapkan penanaman nyamp/ung meliputi area Kecamatan<br />

Adipala seluas 130 hektare, Binangun 50 hektare dan Nusawungu 170<br />

7


.,'"<br />

hektare.Pada tahun ini, direncanakan penanaman 330.000 pohon di<br />

area 300 hektare.<br />

• Tak hanya di Cilacap Perum Perhutani KPH Banyumas Barat berencana<br />

menanam 400.000 pic pada tanah sengketa (Tenurial) di RPH Cikujang<br />

dan RPH Rawa Apu BKPH Rawa Barat seluas 1.000 hektare.<br />

Biji nyamplung dapat diproduksi menjadi biokerosin, meski masih bisa<br />

ditingkatkan lagi menjadi biodiesel. Salah satu proses pembuatan biokerosin dari<br />

biji nyamplung adalah proses pengepresan biji nyamplung. Pengepresan biji<br />

nyamplung selain menghasilkan minyak nyamplung yaitu menghasilkan limbah<br />

berupa ampas biji nyamplung. Pada Penelitian ini berusaha untuk<br />

memanfaatkan hasil samping pengolahan biji nyamplung (ampas biji<br />

nyamplung) menjadi biopellet sebagai bahan bakar pengganti minyak tanah di<br />

kawasan pesisir.<br />

2.3 BIOPELLET<br />

Mengacu pada Obernberger dan Thek, 2005 menyatakan bahwa biopellet<br />

merupakan salah satu bentuk energi biomassa, diproduksi pertama kali di<br />

Swedia pada tahun 80-an. Biopellet digunakan sebagai pemanas ruang skala<br />

kecil dan menengah. Biopellet dibuat dari hasil sam ping terutama serbuk kayu<br />

dengan ukuran diameter 6-12 mm dan panjang 10-20 mm. Biopellet memiliki<br />

kador air rendah (10%) sehingga dapat meningkatkan efektfitas pembakaran.<br />

Biopellet kayu digunakan sebagai penghasil panas bagi pemukiman atau<br />

industri skala kecil.<br />

Biopellet merupakan hasil pengempaan biomassa yang memiliki tekanan besar <br />

(Stockinger dan obernberger, 1998). Bahan bakar biopellet memiliki diameter 3­<br />

12 mm dan panjang bervariasi antara 6 - 25 mm. Biopellet diproduksi oleh suatu <br />

alat dengan mekanisme pemasukan bahan secora terus-menerus serta <br />

mendorong bahan yang telah dikeringkan dan termampatkan melewati <br />

, lingkaran baja dengan beberapa lubang yang memiliki ukuran tertentu, proses <br />

pempatan ini akan menghasilkan bahan yang padat dan akan paton ketika <br />

mencapai panjang yang diingikan.<br />

8


Dalam pembuatannya, biopellet biasanya menggunakan bahan tambahan<br />

sebagai perekat (pengikat). Bahan yang bisa digunakan sebagai bahan<br />

perekat biopellet adalah pati, molase, dan Coconut palm Oil (CPO). Bahan<br />

tambahn lain yang dapat berfungsi sebagai perekat pada biopleet adalah<br />

lignosulfonat, bentonit, selulosa termodifikasi, dan protein. Jumlah bahan<br />

perekat yang digunakan untuk pembuatan biopellet adalah 0,5 - 5% dari total<br />

berat campuran.<br />

Biopellet bisa dibuat dari bahan baku yang mengalami proses karbonisasi<br />

maupun tanpa karbonisasi. Karbonisasi merupakan proses perlakuan<br />

pemanasan suatu bahan bakar padat dalam ruang terisolasi dengan<br />

mengontrol udara. Karbonisasi dapat mengurangi zat terbang bahan bakar dan<br />

meningkatkan kadar karbon tetap [fixed carbon).<br />

Bahan bakar yang dibuat dari limbah biomassa terkarbonisasi memiliki kelebihan<br />

tersendiri, diantaranya nilai kalori yang dihasilkan lebih tinggi dan emisi yang<br />

!ebih sedikit. Namun terdapat kekurangan dalam proses pembuatannya yaitu<br />

kebutuhan akan perekat yang cukup tinggi jika dibanding dengan bahan baku<br />

yang tidak dikarbonisasi. Banyaknya jumlah kebutuhan bahan perekat<br />

disebabkan karena pada soot karbonisasi terjadi penguraian selulosa dan lignin<br />

di dalam bahan baku. Untuk meminimalkan penggunaan bahan perekat, bisa<br />

dilakukan dengan penambahan bahan lain yang mengandung serat dan lignin.<br />

Biopellet sebagai bahan bakar memiliki beberapa keuntungan karena<br />

densitasnya yang tinggi, biopellet mudah dalam penyimpanan dan<br />

penanganan. Bahan baker padat ini cukup efisien, bersih dan bias diandalkan<br />

dibandingkan dengan bahan baker padat lainnya. Fungsinya sebagai bahan<br />

bakar kompor sebagai pengganti minyak tanah dan gas dapat menjadi solusi<br />

kelangkaan bahan bakar minyak yang dialami oleh masyarakat maupun<br />

pengusaha terutama di daerah pedesaan.<br />

' Pada penelitian ini dilakukan pembuatan biopellet dari bahan baku ampas biji<br />

'lyamplung mengingat tanaman nyamplung merupakan biomassa yang bisa<br />

-Jmbuh di daerah kering/pesisir. Biji nyamplung menghasilkan minyak<br />

nyamplung dan diolah lebih lanjut menjadi biokerosin dan biodiesel, sedangkan<br />

9


·..<br />

hasil sampingnya berupa ampas biji nymaplung sehingga dapat dimanfaatkan<br />

menjadi biopllet sebagai bahan bakar pengganti minyak tanah di wilayah<br />

pesisir. Pembuatan biopellet pada penelitian ini diproses tanpa karbonisasi<br />

sehingga proses pembuatannya lebih mudah dilakukan oleh masyarakat pesisir.<br />

2.4 HIPOTESA<br />

Berdasarkan tinjauan pustaka di atas, dalam penelitian ini dapat dirumuskan<br />

hipotesa yaitu ampas biji nyamplung masih mengandung minyak sehingga<br />

kondisi fisik ampas biji nyamplung dalam keadaan lunak karena mengandung<br />

minyak (Iemak) sehingga pembuatan biopellet dari ampas nyamplung (hasil<br />

samping pengolahan biji nyamplung) masih memerlukan bahan baku<br />

tambahan seperti serbuk gergaji kayu dan dedak.<br />

2.5 RANCANGAN PEN ELITIAN<br />

Untuk memverifikasi berlakunya hipotesis maka dilakukan percobaaan<br />

laboratorium yang dilaksanakan dalam 2 tahap, yaitu: (1) karakterisasi fisikakimia<br />

ampas nyamplung, serbuk gergaji kayu, dan dedak, (2) pembuatan<br />

biopellet dan karakterisasi fisika-kimia biopellet.


BAlI 3. TUJUiL~ DAN MA..~FL"T<br />

3.1 TUJUAN PENElITIAN<br />

Tujuan penelitian ini adalah<br />

a. Memanfaatkan hasil samping biji nyamplung yaitu ampas biji nyamplung<br />

menjadi biopellet sebagai bahan bakar pengganti minyak tanah yang<br />

bernilai kalor tinggi. murah, dan ramah lingkungan.<br />

b. Mendapatkan data dan informasi tentang karakteristik fisika-kimia ampas biji<br />

nyamplung sebagai bahan baku biopellet sehingga dapat diketahui potensi<br />

hasil samping biji nyamplung (ampos biji nyamplung) menjadi biopellet<br />

sebagai sumber energi alternatif untuk pengganti bahan bakar minyak<br />

tanah di kawasan pesisir.<br />

3.2 MANFAAT PENELITIAN<br />

Manfaat Penelitian ini adalah membantu meningkatkan kesejahteraan nelayan<br />

dengan memberikan solusi dalam mengatasi kenaikan harga dan kelangkaan<br />

minyak tanah yaitu berupa teknologi tepat guna pembuatan biopellet dari<br />

ampos biji nyamplung sebagai bahan bakar pengganti minyak tanah.


• 'I..<br />

BAB 4. METODOLOGI <br />

4.1 ALAT DAN BAHAN PENELITIAN<br />

a. Alat yang digunakan pembuatan biopellet adalah<br />

• Mesin penghancur (hammer mill)<br />

• Mesin pencetak pellet (pellet mill)<br />

• Bak pengering<br />

• Bak Pengaduk<br />

• Bak Penampung produk<br />

• Pengayak<br />

• Saringan diameter 3, 5, dan 10 mm<br />

• Timbangan 100 kg<br />

• Rak penyimpan produk (biopellet)<br />

b. Bahan yang digunakan pembuatan biopellet adalah<br />

• Ampas biji nyamplung sebagai bahan baku utama<br />

• Serbuk gergaji kayu<br />

• Dedak<br />

4.2 METODA KERJA<br />

c. Karakterisasi Fisika-Kimia Bahan Baku Biopellet<br />

Karakterisasi ampas biji nyamplung sebagai bahan baku utama dan serb uk<br />

gergaji kayu dan dedak terdiri dari:<br />

• Nilai kalori<br />

• Kadar air<br />

• Kadar lOt terbang<br />

• Kadar abu<br />

• Kadar karbon terikat<br />

• Kadar serat kasar<br />

• Kadar lemak kasar


• ',»<br />

b. Pembuatan Biopellet<br />

Tahap pembuatan biopellet sebagai berikut:<br />

1. Pengecilan ukuran<br />

Pengecilan ukuran ampas biji nyamplung dan dedak dilakukan<br />

menggunakan hammer mill yang bertujuan untuk mendapatkan ukuran<br />

partikel bahan baku yang seragam sehingga bisa dipeletkan dengan baik.<br />

Partikel yang kurang halus dapat mengakibatkan kerusakan pada mesin<br />

pellet dan biopellet tidak terbentuk dengan sempurna. Dalam hal ini setelah<br />

dilakukan penghancuran dengan hammer mill bisa dibantu dengan proses<br />

pengayakan kemudian dilanjutkan dengan penyaringan untuk<br />

mendapatkan ukuran partikel yang lebih kecil dan seragam.<br />

2. Formulasi biopellet<br />

Dalam tahap ini dilakukan formulasi penambahan dedak 75%, 50%, dan<br />

25%.<br />

3. Pencetakan biopellet<br />

Pencetakan biopellet dilakukan dengan menggunakan mesin pellet vertikal<br />

(pellet mill).<br />

Diameter biopellet =8 - 10 mm<br />

Panjang Biopellet = 15 - 20 mm<br />

4. Pengeringan<br />

Pengeringan bertujuan untuk menghilangkan uap panas biopeUet pada<br />

soot keluar dari mesin pellet. Pengeringan dilakukan di dalam bak<br />

pengering yang dilengkapi dengan blower kurang lebih 1 jam atau bisa<br />

juga dilakukan pengeringan menggunakan sinar matahari. Setelah benarbenar<br />

kering, biopellet ampas biji nyamplung bisa dijadikan sebagai bahan<br />

bakar untuk memasak (pengganti minyak tanah) dengan menggunakan<br />

kompor biopellet.


.,<br />

C. Karakterisasi fisika-Kimia Biopellet Ampas Biji Nyamplung<br />

Karakterisasi fisika-kimia biopellet ampas biji nyamplung 100%, 75%, 50% dan 25%<br />

terdiri dari:<br />

• Nilai Kalori<br />

• Karakter pembakaran


BAB 5. BASIL DAN PEMBAHASAN <br />

Nyamplung (Ca/ophyl/um inophyl/um) adalah salah satu spesies tanaman yang<br />

memiliki peranan penting bagi makhluk hidup. Habibat tanaman ini adalah di<br />

daerah tanah berpasir yang terdapat di tepi sungai dan pesisir pantai berudara<br />

panas. Di Indonesia nyamplung (Calophyllum inophyllum L) tersebar luas mulai<br />

dari daerah pulau Jawa, Kalimantan, Sulawesi. Sumatera dan Papua.<br />

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa minyak biji nyamplung<br />

(Calophyllum inophyllum L) dapat digunakan sebagai sumber bahan bakar<br />

nabati yang memiliki nilai ekonomis lebih tinggi daripada minyak tanah dan<br />

minyak biji jarak. Pada proses pengolahan biji nyamplung menjadi biokerosin<br />

salah satunya melalui tahap proses pngepresan biji nyamplung, hasil<br />

sampingnya yaitu berupa ampas biji nyamplung. Untuk meningkatkan nilai<br />

tambah dan mengurangi hasil samping tersebut maka perlu dilakukan uji coba<br />

pembuatan biopellet dari ampas biji nyamplung sehingga dapat dimanfaatkan<br />

sebagai bahan bakar pengganti minyak tanah khususnya di kawasan pesisir.<br />

5.1 KARAKTERISTIK FISIKA KIMIA BAHAN BAKU BIOPEllET AMPAS BIJI NYAMPLUNG<br />

Pada penelitian ini dilakukan pembuatan biopellet berbahan baku ampas biji<br />

nyamplung. Dalam proses pengolahan biji nyamplung menjadi minyak<br />

(biokerosin dan biodiesel), menghasilkan limbah berupa ampas biji nyamplung.<br />

Karakteristik ampas biji dapat dilihat pada Tabel 2, kuantitas yang demikian<br />

besar sangat prospektif untuk dimanfaatkan selain juga untuk mengurangi<br />

limbah ampas biji nyamplung.


Tabel 2. KARAKTERISTIK AMPAS BIJI NYAMPLUNG<br />

Parameter Uji<br />

Kadar air<br />

Kadar lOt terbang<br />

Kadar abu<br />

Kadar karbon terikat<br />

Kadar serat kasar<br />

Kadar lemak kasar<br />

Nilai kalor<br />

Ampas Biji<br />

Nyamplung<br />

4,57 %<br />

90,76 %<br />

2,15%<br />

7,09 %<br />

3,34%<br />

76,48 %<br />

4268,00 kal/g<br />

Ampas Biji<br />

NyampJung Rendah<br />

Lemak<br />

7,57 %<br />

86,27 %<br />

4,36%<br />

9,37 %<br />

1,29%<br />

53,37 %<br />

6067,00 kal/g<br />

Pada tabel diatas dapat diketahui bahwa ampas biji nyamplung memiliki<br />

potensi untuk d ijadikan sebagai biopellet karena memilki kadar abu yang<br />

rendah sehingga dapat diartikan bahwa ampas biji nyamplung mudah<br />

menyala dalam proses pembakaranya.<br />

Ampas biji nyamplung memiliki kadar air yang cukup rendah sehingga<br />

memudahkan dalam proses densifikasi (pengempaan) pada soot pembuatan<br />

biopellet. Kandungan air dalam bahan baku biopellet merupakan faktor<br />

penting dalam menentukan kualitas biopellet. Air di dalam bahan dapat<br />

bertindak sebagi bahan pengikat (binding agent) dan pelumas rlubricant).<br />

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kekuatan dan daya tahan biopellet<br />

akan meningkat dengan naiknya kandungan air hingga jumlah yang optimal<br />

(Kaliyan dan Morey, 2008 dalam SBRC, 2009). Jumlah kandungan air optimal<br />

dalam bahan biopellet adalah 10-23%. Jika kandungan air lebih besar dari 25%<br />

maka air akan mengurangi kesempurnaan proses densifikasi dan bahkan dapat<br />

melarutkan bahan pengikat alami dalam bahan hingga keluar dari bahan.<br />

Nilai kalor pada ampas biji nyamplung cukup tinggi khususnya pada ampas biji<br />

nyamplung setelah dilakukan pengepresan berulang sampai 3 kali. terjadi


· ""<br />

peningkatan nilai kalor. Peningkatan nilai kalor pada ampas biji nyamplung<br />

rendah lemak terjadi karena adanya peningkatan kadar karbon terikat.<br />

Meningkatkannya kadar karbon maka semakin baik fungsi bahan tersebut<br />

sebagai bahan bakar (Abdullah et 01, 1991 dalam SBRC, 2009).<br />

Namun demikian, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu ampas biji<br />

nyamplung memiliki kadar lOt terbang cukup tinggi sehingga pada proses<br />

pembakaran akan menghasilkan asap yang tebal yang dapat menyebabkan<br />

sesak napas bagi konsumen dan menimbulkan jelaga yang menempel pada<br />

peralatan memasak sehingga secara estetika kurang baik dengan demikian<br />

memerlukan bahan tambahan untuk menurunkan kadar lOt terbangnya. Selain<br />

itu, ampas biji nyamplung masih memilki serat yang rendah sehingga daya<br />

rekatnya masih kurang karena serat dalam jumlah yang tepat memiliki<br />

pengaruh yang positif terhadap daya tahan biopellet dengan demikian perlu<br />

dilakukan penambahan bahan baku lainnya, pada penelitian ini dilakukan<br />

penambahan serbuk gergaji kayu atau dedak.<br />

Tabel 2 menunjukkan bahwa ampas biji nyamplung masih mengandung lemak<br />

yaitu 76,48% pada ampas biji nyamplung hasil proses pengepresan pertama<br />

dan 53,37% setelah mengalami proses pengepresan sampai 3 (tiga) kali.<br />

Dengan demikian ampas biji nyamplung masih bersifat lunak sehingga pada<br />

penelitian ini perlu dilakukan formulasi pembuatan biopellet dari ampas<br />

nyamplung dengan bahan baku tambahan seperti serbuk gergaji kayu dan<br />

dedak. Tabel 3 menginformasikan karakteristik serbuk gergaji kayu atau dedak.<br />

Tabel 3. KARAKTERISTIK SERBUK GERGAJI KAYU dan DEDAK<br />

Parameter Uji<br />

Serbuk Gergaji<br />

Kayu<br />

Dedak<br />

Kadar air 10,62% 10,75 %<br />

Kadar zat terbang 81,45 % 75,31 %<br />

Kadar abu 1,38% 10,75 %


·..<br />

Kadar karbon terikat 17, 17 % 13,95%<br />

Kadar serat kasar 1,50% 1,33%<br />

Kadar lemak kasar 3,38% 0,32%<br />

Niloi kalor 4441,67 kal/g 4190,00 kal/g<br />

Karakteristik fisika-kimia serbuk gergaji kayu dan dedak menunjukkan bahwa<br />

data yang diperoleh mempunyai nilai kelebihan dan kekurangan pada setiap<br />

parameter uji. Dari Tabel 3, dipilih data yang sangat membantu dalam proses<br />

pembuatan biopellet ampas biji nyamplung yaitu kadar lemak kasar dedak<br />

lebih rendah dibanding serbuk gergaji kayu sehingga dedak memiliki sifat lebih<br />

kering dibandingkan serbuk gergaji kayu dan berpotensi besar bahwa dedak<br />

dapat menyerap lemak yang terdapat pada ampas biji nyamplung dengan<br />

demikian proses densifikasi pembuatan biopellet ampas biji nyamplung lebih<br />

'lludah sehingga pada penelitian ini dilakukan formulasi penambahan dedak<br />

8ada proses pembuatan biopellet ampas biji nyamplung.<br />

5.2 KARAKTERISTIK BIOPELLET AMPAS BIJI NYAMPLUNG<br />

S.2.1 NI LAI KALOR<br />

'asil uji karakter biopellet pada Tabel 4 menunjukkan semakin rendah kadar<br />

:Jmpas biji nyamplungnya maka nilai kalornya semakin rendah.<br />

-abel 4. ~IILAI<br />

KALOR BIOPELLET AMPAS BIJI NYAMPLUNG<br />

Sampel biopellet<br />

ampas blji nyamplung + dedak (%)<br />

Nilai kalor<br />

(kaljg)<br />

100 6214,00<br />

75: 25 5881,00<br />

50: 50 5122,00<br />

25: 75 4751,00


... <br />

Biopellet kandungan ampas biji nyamplung 100% memiliki nilai kalor yang lebih<br />

tinggi dibandingkan biopellet dengan kandungan ampas biji nyamplung 75%,<br />

50% dan 25%. Hal ini bisa dimungkinkan dari faktor penambahan bahan baku<br />

pendukung yaitu semakin banyak menggunakan campuran dedak pada<br />

pembuatan biopellet ampas biji nyamplung maka menurunkan kadar karbon<br />

terikat dan kadar lemak kasar sehingga nilai kalornya semakin rendah.<br />

Namun demikian, menurut Pellet Fuel Institute (PFI, 2007 dalam SBRC, 2009)<br />

menyatakan bahwa standar mutu biopellet memiliki nilai kalor > 19,08 J/g yang<br />

setaro dengan > 4558,27 kal/g, sehingga biopellet ampas biji nyamplung<br />

menggunakan bahan tambahan dedak dapat dikategorikan memiliki standar<br />

mutu biopellet yang bogus karena memiliki nilai kalor > 4558,27 kal/g.<br />

Pada Tabel 4, menunjukkan nilai kalor dari berbagai jenis bahan bakar, ternyata<br />

nilai kalor biopellet ampas biji nyamplung (kadar 25 %-100%) lebih nnggi dari nilai<br />

kalor kayu kering.<br />

Tabel 5. NILAI KALOR BAHAN BAKAR<br />

Bahan Bakar<br />

Nilai Kalor (kaljg)<br />

Minyak Tanah (0) 10.8411,12<br />

Gas Alam (0) 9.755,89<br />

Batu Bara (0) 6.999,52<br />

Kayu Kering (a) 4.491,16<br />

Bioetanol Sing kong (b) 5.180,81<br />

Biopellet Bungkil Jarak (b) 4.606,28<br />

Biopellet Tongkol Jagung (b) 4.117,55<br />

..<br />

0) Yunus, S.R .. 2010 di www.medialndonesla.com<br />

0) Hasil peneli!ian Pusa! Rise! Teknologi Kelautan, 2009


Pada umumnya masyarakat di wilayah pesisir yang belum terjangkau oleh<br />

program konversi minyak tanah ke gas masih menggunakan kayu kering<br />

sebagai bahan bakar untuk keperluan rumah tangga. Mengingat potensi<br />

ampas biji nyamplung menjadi biopellet sebagai bahan bakar sangat besar<br />

yaitu nilai kalornya lebih tinggi dari kayu kering maka diharapkan hasil penelitian<br />

ini nantinya dapat diterapkan untuk daerah pesisir yang memiliki kekayaan<br />

sumber daya alam tanaman nyamplung dapat memanfaaIkan tanaman<br />

nyamplung sebagai penghasil biofuel dan ampas biji nyamplung hasil samping<br />

(Iimbah) proses pembuatan biofuel tersebut dapat dimanfaatkan menjadi<br />

biopellet sebagai bahan bakar untuk keperluan rumah tangga.<br />

5.2.2 KARAKTER PEMBAKARAN<br />

Karakter pembakaran biopellet ampas biji nyamplung pada penelitian ini<br />

dilakukan dengan cara uji coba mendidihkan air seperti yang tertera pada<br />

Tabel 6. Pada soot memasak menggunakan biopellet ampas biji nyamplung<br />

masih memerlukan minyak tanah dalam jumlah 5 ml (sekitar 5 tetes) supaya<br />

proses penyalaannya lebih mudah dan cepat.<br />

~ abel 6. KARAKTER PEMBAKARAN BIOPELLET<br />

Sampel Massa Berat Jumlah lama Berat Berat Fuel<br />

Biopellet air Biopellet Minyak Pendidihan Biopellet Biopellet Consumption<br />

nyamplung + awol awol (g) Tanah (menit) TIdak Terpakai Rate<br />

dedak (g) (ml)<br />

Terbakar (g) (g/menit)<br />

(%)<br />

(g)<br />

5,0 6,14 316 84 13,68<br />

100 2000 400 "<br />

75: 25 2000<br />

50: 50 2000<br />

400 5,0 7,00 312 88 12,57<br />

400 5,0 7,32 308 92 12,56<br />

25: 75<br />

2000 400 5,0 9,20 307 93 10,10<br />

;)ada Tabel 6 menunjukkan bahwa semakin rendah kadar ampas biji nyamplung<br />

aka semakin lama waktu yang dibutuhkan untuk mendidihkan air dan<br />

\ 20


·.. <br />

biopellet yang terpakai semakin banyak. Sedangkan laju pembakarannya (Fuel<br />

Consumption Rate) menunjukkan bahwa semakin tinggi kadar ampas biji<br />

nyamplung maka laju pembakarannya semakin cepat berarti semakin tinggi<br />

kadar ampas biji nyamplungnya maka semakin banyak jumlah biopellet yang<br />

dikonsumsi dalam setiap menitnya untuk membakar.<br />

Dari data Tabel 6, biopellet ampas biji nyamplung 100% paling cepat<br />

mendidihkan air karena ampas biji nyamplung 100% dimungkinkan adanya lOt<br />

terbang (lOt volatil) pada ampas biji nyamplung kadar 100% sangat tinggi maka<br />

lOt volatil bereaksi dengan oksigen pada proses pembakaran sehingga<br />

meskipun lebih cepat mendidihkan air, biopellet ampas biji nyamplung berkadar<br />

100% menghasi/kan asap dan je/aga yang tebal seperti yang terlihat pada<br />

Gombar 3(b).<br />

(a)<br />

Gambar 3. Biope!!et ampas biji nyamp!ung 100% dan uji coba mendidihkan air <br />

(b) <br />

(a)<br />

Gambar 4. Biopellet ampas biji nyamp!ung 75% + dedak 25% dan<br />

uji coba mendidihkan air<br />

(b)


Begitupun juga pada pendidihan air menggunakan biopellet ampas biji<br />

nyamplung berkadar 75% masih menghasilkan asap tebal dan jelaga seperti<br />

yang terlihat pada Gambar 4(b) .<br />

(a)<br />

Gombar 5. Biopellet ampas biji nyomplung 50% + dedak 50% dan<br />

uji cobo mendidihkon air<br />

(b)<br />

(a)<br />

Gombar 6. Biopellet ampas biji nyamplung 25% + dedak 75% dan<br />

uji coba mendidihkan air<br />

(b)<br />

=:=, d idihan air menggunakan biopellet ampas biji nyamplung berkadar 50% dan<br />

~ 5~, asap dan jelaga yang dihasilkan berkurang secara signifikan karena<br />

: "Iungkinkan kadar zat terbang (zat volatil) semakin berkurang dengan


adanya penambahan dedak. Tabel 6, menunjukkan biopellet ampas biji<br />

nyamplung berkadar 50% membutuhkan waktu lebih cepat dibanding berkadar<br />

25% untuk mendidihkan air, dengan demikian biopellet ampas biji nyamplung<br />

menggunakan bahan pendukung dedak perbandingan 50:50 dapat digunakan<br />

sebagai bahan bakar pengganti minyak tanah di kawasan pesisir yang<br />

mempunyai potensi sumber daya alam tanaman nyamplung, khususnya di<br />

daerah pulau-pulai kecil yang belum terjangkau oleh program konversi minyak<br />

tanah ke gas.<br />

5.3 APLIKASI BIOPELLET AMPAS BUI NYAMPLUNG<br />

Ji negara Eropa, pellet banyak digunakan sebagai bahan bakar boiler dimana<br />

teknologi pellet dikembangkan dari teknologi boiler berbahan bakar chip kayu.<br />

Jiantara tiga bentuk bahan bakar kayu, yaitu batang kayu, chip dan pellet,<br />

::>ellet paling cocok digunakan sebagai bahan bakar pada system pemanasan<br />

: ala kecil untuk pemakaian rumah tangga.<br />

Ji Indonesia, desain kompor pellet telah dilakukan oleh Mercy Corps Indonesia<br />

j an sudah diproduksi secara massa!. Hasil uji coba pada kompor biopellet yang<br />

....d a (Mercy Corps Indonesia) menunjukkan performa yang cukup seperti yang<br />

::isajikan pada Gambar 7.


·'"<br />

Gombar 7. Kompor biopellet<br />

-1'asil penelitian biopellet dari ampas biji nyamplung ini diharapkan nantinya<br />

j apat diaplikasikan sebagai biopellet untuk rumah tangga pada masyarakat<br />

:)esisir yang di daerahnya memiliki potensi sumber daya alam tanaman<br />

yamplung dan khususnya di daerah yang belum mendapatkan program<br />


Tobel 7. NILAI EKONOMIS KOMPOR BERBAHAN BAKAR BIOPELLET<br />

Jenis Bahan Konsumsi Bahan Bokor Horgo Energi Cost<br />

Bokor (1 KK =5 orang) Bahan Bokor<br />

Biopellet 30 kg/bulan Rp. 1.800/kg Rp. 66.000/bulon (O J<br />

Minyok tonoh 28 Liter/bulan Rp. 6.000/Liter (subsidi) Rp. 140.000/bulon<br />

Gas (LPG) 2 tobung 3kg/bulon Rp 14.000/tobung 3kg Rp. 28.000/bulon<br />

Keterangan:<br />

Pada pemakaian bahan bakar biopellet masih memerlukan minyak tanah untuk<br />

memudahkan menyalakan biopellet yaitu 2 Liter minyak tanah/bulan sehingga total<br />

energy cost penggunaan bahan bakar biopeliet adalah Rp. 66.000/bulan.<br />

Podo Tobel 7 menunjukkon bohwo bioyo yang dikeluarkon setiop bulonnyo<br />

dolom sotu rumoh tonggo yang menggunokon kompor berbohon bokar<br />

:)iopellet jouh lebih hemot dibandingkon menggunokon bohan bokar minyak<br />

:onoh. Memang dolom hal ini penggunoan gas (LPG) bioyonyo lebih muroh<br />

dibondingkon biopellet don minyok tonah tetopi tujuon penelition ini odoloh<br />

Jntuk mosyarakot yang tinggol di daeroh pesisir seperti kowason pulou-pulou<br />

(ecil don memiliki potensi sumber doyo olom tonomon nyomplung khususnyo<br />

Goeroh yang belum terjongkau oleh program konversi munyok tonah ke gas<br />

::Jihoropkon mereka mampu mengoloh biji nyomplung menjadi biofuel berupo<br />

erosin dan solar, hasil somping proses pengolahon tersebut berupa ampas biji<br />

- yomplung yang dapot d imonfaotkan menjodi biopellet sebogai bohan bokar<br />

:)mpor untuk keperluon rumoh tanggo mereka sehari-hari.<br />

_~ap~or_~ ' ___ A_~' __~P~~ ____'_~<br />

__~B_~~~ ____ A_mp~~~~B_4~v_N_Y~~ __~~ __~____________ ~\ 25


BAB 6. KESIMPULAN DAN SABAN <br />

6.1 KESIMPULAN<br />

Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil sam ping pengolahan biji nyamplung<br />

yang berupa ampas biji nyamplung memilki potensi menjadi biopellet sebagai<br />

bahan bakar pengganti minyak tanah di kawasan pesisir. Hasil uji karakteristik<br />

biopelet menunjukkan biopellet ampas biji nyamplung memerlukan bahan<br />

pendukung yaitu dedak dengan perbandingan (%) 50:50 sehingga formula<br />

lersebut dapat digunakan pada pembuatan biopellet untuk bahan bakar<br />

oengganti minyak tanah di kawasan pesisir.<br />

6.2 SARAN<br />

::lada penelitian ini perlu dilakukan penelitian lanjutan tentang desain kompor<br />

:)iopellet untuk mengatasi asap dengan cara memanfatkan asap tersebut<br />

~ebagai sumber gas untuk menambah niloi kalor dari biopellet yong terpakci<br />

~80t memosok menggunokcn Kampor biopeiiet.<br />

-l ,~s!! pene!iTiQ(; if!; rJihmapkan dapat diterapkan langsung ke masvarakat oesisi'<br />

:]sngon me!ibotkon berbogoi pih ok (pemerintoh, swasto, don penguscho<br />

:srempot).


· '. <br />

Hardjono, 2001, Teknologi Minyak Bumi, Gadjah Mada University Press,<br />

Jogjakarta.<br />

http://prapanca21.wordpress.com/, 31 Oktober 2008, Nyamplung sebagai<br />

Bahan Baku Biofuel.<br />

http://www.sinarharapan.co.id/berita/26 Oktober 2008, Mengolah Limbah<br />

Menjadi Biomassa .<br />

Mousdale, D.M., 2008, BIOFUELS: Biotechnology, Chemistry, and Sustainable<br />

Development, CRC Press, New York.<br />

Obernberger, I., Thek, G., 2005, Herstellung und Nutzung von Pellets, volume 5 of<br />

Thermal Biomass Utilization series, Institute for Resource Efficient and<br />

Sustainable System, Graz University of Technology, Austria .<br />

Prihandana, R., dkk., 2008, Bioetanol Ubi Kayu: Bahan Bakar Masa Depan, PT.<br />

Argomedia Pustaka, Jakarta.<br />

Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan, 2008, Pembuatan Biodiesel<br />

dari Biji Nyamplung, Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan,<br />

Bogor.<br />

Pusat Riset Teknologi Kelautan, 2009, Pemanfaatan Biomassa di Wilayah Pesisir<br />

Sebagai Bahan Bakar pengganti Minyak Tanah "Uji Coba Sklala<br />

Laboratorium", Badan Riset Kelautan dan Perikanan, Jakarta.<br />

SBRC, 2009, Pemanfaatan Limbah Pertanian sebagai Bahan Baku Pembuatan<br />

Bahan Bakar Biopellet, Pusat Penelitian Surfaktan dan Bioenergi, IPB, Bogor.<br />

Schlager, N., Weisblatt, J., 2006, Alternative Energy, Volume Three Thomson Gale,<br />

Farmington Hills.<br />

Sjaak van Loo, Koppejan, J., 2008, The Handbook of Biomass Combustion and<br />

Co-firing, Earthscan, London.<br />

Stockinger, H., Obernberger, I., 1998, Systemanalyse der Nahwarmeversorgung<br />

mit Biomasse, volume 2 in Thermische Biomassenutzung series, dbv-Verlag<br />

der Tec hnischen Universitat Graz, Graz, Austria.<br />

Van Loo, S., Koppejan, J., 2008, The Handbook of Biomass Combustion and Cofiring,<br />

Earthscan, London.


· ...<br />

Wijaya, R., Kurniajati. S., 2009, Tugas Akhir: Pengambilan Minyak Biji Nyamplung<br />

Secara Mekanis dan Kimia dengan Menggunakan Alat Pressing dan Labu<br />

Ekstraksi serta Tangki Ekstraktor Berpengaduk, Teknik Kimia, Universitas<br />

Diponegoro, Semarang.<br />

www.koran-jakarta.com. 28 Nopember 2009, Digunakan Sejak Zaman<br />

Majapahit.<br />

www.liputan6.com. 14 Maret 2009, Pohon Nyamplung Sumber Energi Alternatif<br />

Baru.<br />

www.mediaindonesia.com. 27 Mei 2010, Yunus, S.R., 2010, Biobriket Coklat<br />

sebagai Solusi Penanganan Limbah Kulit Buah Coklat.<br />

www.trubus-online.co.id, 17 Oktober 2008, Kilang Nyamplung dari Kroya.


· ..


Estimasi Biaya Produksi Biopellet<br />

Kebutuhan peralatan investasi awol untuk produksi biopellet<br />

No.<br />

Jenis<br />

perlengkapan<br />

Jumlah Spesifikasi Harga (Rp)<br />

l. Hammer mill 1 unit<br />

Kapasitas =300 kg/jam<br />

Daya = 7,5 HP<br />

Putaran = 1450 rpm<br />

Saringan = 1 mm<br />

12.000.000<br />

2. Mesin peneetak<br />

pelet<br />

1 unit<br />

Kapasitas =300 kg/jam<br />

Ukuran dies =3 mm, 8<br />

mm, 9 mm<br />

160.000.000<br />

nilai investasi (I)<br />

172.000.00C<br />

No.<br />

Jenis<br />

perlengkapan Jumlah Spesifikasi Harga per unit<br />

(Rp)<br />

Total Harga<br />

(Rp)<br />

l. Saringan<br />

hammer mill<br />

3 unit<br />

Diameter saringan<br />

=3, 5, 10 mm 250.000 750.000<br />

2. Mixer 1 unit<br />

3.<br />

Mesin<br />

pengayak<br />

getar<br />

1 unit<br />

Kapasitas = 400<br />

kg/jam<br />

Bentuk<br />

vertikal<br />

-<br />

= drum<br />

30.000.000 30.000.000<br />

8.000.000 8.000.000<br />

4. Bak pengering<br />

biopelet<br />

2 unit - 2.000.000 4.000.000<br />

5. Mesin penjahit<br />

karung<br />

1 unit Panjang 1 m<br />

Lebar 50 em<br />

Tinggi 1 m<br />

Lengkap<br />

konveyor<br />

1.500.000 1.500.000


·....<br />

6. Timbangan<br />

100 kg<br />

1 unit<br />

-<br />

1.500.000 1.500.000<br />

7. Timbangan 50<br />

kg<br />

1 unit<br />

-<br />

1.000.000 1.000.000<br />

8. Troli 2 unit - 500.000 1.000.000<br />

9. Borduduk 1 unit<br />

Panjang mota bor<br />

= 13mm<br />

Oaya = 180 watt<br />

Putaran = 1420 rpm<br />

700.000 700.000<br />

10. Amper meter 1 unit - 350.000 350.000<br />

1l.<br />

Rak<br />

penyimpan<br />

produk<br />

2 unit<br />

Rangka besi<br />

Lima tingkat 750.000 1.500.000<br />

perkiraan investasi (II) 50.300.000<br />

Total investasi awal (I) +(11) =Rp. 222.300.000<br />

Estimasi Biaya Produksi Biopelet <br />

Kapasitas produksi per bulan<br />

26.000 kg <br />

Komposisi<br />

baku:<br />

bahan<br />

Jumlah Harga per kg<br />

(kg) (Rp) Total (Rp)<br />

Ampas biji nyamplung 13.000 500 6.500.000 <br />

Oedak 13.000 1.500 19.500.000 <br />

Total biaya bahan baku (Rp) B 26.000.000<br />

Komponen biaya operasional lainnya<br />

Biaya tenaga kerja<br />

Biaya transportasi bahan baku<br />

Biaya (Rp)<br />

600.000 <br />

2.000.000


·....<br />

Biaya packaging 500.000<br />

Biaya listrik dan air 250.000<br />

Lain-lain 200.000<br />

Total biaya operasional (Rp) A 3.550.000<br />

Total biaya (A + B) 29.550.000<br />

Biaya pokok produksi =total blaya / kapasitas produksi = Rp. 1.137/kg


."<br />

Foto Kegiatan <br />

Tempat pengolahan biji nyamplung menjadi biofuel di Kroya, Jawa Tengah<br />

Biji dan kulit nyamplung kering


· ,.<br />

Ampas biji nyamplung<br />

Ampas biji nyamplung berkadar lemak rendah


...<br />

Hammer mill<br />

Mesin pencetak pellet

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!