tAPO~N At

tAPO~N At

LEMBAR PENGESAHAN
PENELITIAN PENINGKATAN ANGKUTAN PERINTIS DAERAH
TERISOLIR
(STUDI KASUS ANGKUTAN BUS)
LAPORAN AKHIR (FINAL REPORT)
Klaster
Judul Penelitian
Nama LembagajInstitusi
Alamat
Nama Koordinator Peneliti
Personalia
Transportasi Darat
Penelitian Peningkatan Angkutan
Perintis Daerah Terisolir (Studi Kasus
Angkutan Bus)
Badan Penelitian dan Pengembangan
Perhubungan
Kementerian Perhubungan
JI. Merdeka Timur NO.5 Jakarta Pusat
Besar Setyabudi, SIP, MM
9 (Sembilan) orang Peneliti
Biaya Kegiatan Rp. 249.995.000,-
Tahun Pelaksanaan 2010
Jakarta, Nopember 2010
.
Kepala
Badan Penelitian Dan Pengembangan
_ . Perhubungan
~~/._r c~"~
':
..
' :/
)1
t< . ~
/ . Ir. L. DENNY SlAHAAN, Ms.Tr., APU
, . . "_ - P~Rlj?fn'a Utama (IV/e)
. - __ ~: :~tpdgS20327 197803 1 003
Koordinator Peneliti
BESA SETYABUDI, SIP, MM
NIP. 19530816 197703 1 001

ABSTRAK
Permasalahan utama dalam menghubungkan antar wilayah di Indonesia
adalah kondisi geografis negara dengan karakteristik daratan yang
mempunyai gunung, lembah dan sungai serta kepulauan dengan penyebaran
penduduk yang tidak merata, sehingga menyebabkan adanya beberapa
daerah yang terisolir dengan jumlah penduduk yang relatif sedikit
dibandingkan dengan daerah lainnya yang memerlukan angkutan dan
aksesibilitas untuk dapat menjangkau daerah-daerah lain untuk kegiatannya.
Dengan adanya perbedaan jumlah penduduk ini maka timbul daerah-daerah
yang terisolasi (memiliki aksesibilitas rendah) atau yang disebut daerah
terpencil dengan aktifitas perekonomian yang minim yang mengakibatkan
perkembangan daerah tersebut tertinggal jika dibandingkan dengan daerahdaerah
yang memiliki aksesibilitas tinggi, sehingga kebutuhan akan angkutan
darat sebagai contoh bus dan infrastuktur jalan sangat diperlukan.
Untuk menjawab permasalahan tersebut diatas maka dilakukan "Penelitian
Peningkatan Angkutan Perintis Daerah Terisolir (Studi Kasus Angkutan Bus)"
guna menjangkau jaringan trayek angkutan jalan perintis pada 22 propinsi
yang dibutuhkan untuk melayani 146 daerah terpencil sesuai dengan
Keputusan Dirjen Perhubungan darat, Nomor SK. 4152/AJ.204/DRJD/2009,
tentang Penetapan Jaringan Trayek Angkutan Jalan Perintis Tahun 2010
dengan melakukan penelitian pada beberapa daerah yang akan menjadi
sampel, yaitu NTT, Jambi, dan Sulawesi Tenggara.
Dalam penelitian ini didapatkan beberapa variabel dalam menentukan kriteria
pemilihan trayek angkutan perintis di bidang jalan dengan menggunakan
metode analisis proses hirarki dengan hasil sebagai berikut untuk kapasitas
sebesar 0,168, keterasingan daerah sebesar 0,187, aksesibilitas sebesar
0,181, pemadu moda sebesar 0,15, efisiensi sebesar 0,126, kondisi sosial
sebesar 0,126 dan daya beli 1-:l3syarakat sebesar 0,016.
Kata Kunci: Angkutan bus perintis, Trayek, Daerah Terisolir

ABSTRACT
main problem is Indonesia to connect the region is
condition
as an archipelago country with uneven population distribution ca ng.
Furthermore, it worst with a
remote areas with relatively small population
in and which be
in reach areas activities. With the
population remote regions (low accessibility) with less economic
that resulted low
and infrastructure is
in such area, land transportation requirement
To solve that matter, government
effort in transportation by pioneer bus
that has the route to remote area. as study
case are Nusa Timur, Jambi, and East Sulawesi. Moreover,
datas by hyrarchy then found criteria on
score as follows : capacity with 0,168;
area
with 0,187; accessibility with 0, ; integrated with 0,15;
efficiency 0, . social condition with 0,126; and purchasing power with
0,016.
Keywords: Bus Pioneers Transportation, Route, Remote Area

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami ke hadirat Tuhan Maha kuasa, karena hanya
dengan limpahan nikmat, taufiq
hidayahnya-Nya kami selaku Tim dapat menyusun
n Akhir "Penelitian Pening Angkutan h
Angkutan Bus)" Kegiatan penel ini merupakan realisasi kerjasama antara
Kementerian dan dan Pengembangan
Perhubungan Departemen Perhubungan Tahun 2010.
Akhir in! merupakan penelitian yang telah secara akumulasi
ri laporan terdahulu lain dengan melakukan pengumpulan data
cara survey lapangan melalui berian kuisioner, wawancara, opini
pengguna operator umpulan data primer inventarisasi bukubuku
u studi yang lalu mendapatkan data mela
dengan memperhatikan beberapa kriteria
menghasilkan
prioritas angkutan jalan perintis.
Akhir kata kami sampaikan ucapkan terima kasih kepada
Badan Litbang
Perhubungan, ng n, la Puslitbang Perhubungan
Darat, Perhubungan Darat, Damri, dan
Angkutan Propinsi Jambi, Sulawesi telah
mendukung kegiatan penelitian ini dan juga diucapkan kasih kepercayaan
yang diberikan oleh
Riset Nasional Kementerian Riset dan Teknologi
Ja Nopember 2010
Tim Penyusun
1. Setyabudi, MM
2. Ir. Zulfikri, M DEA
3. Drs. Budi Prayitno,
Abdul Mutholib,
5. Feronika Sekar Puriningsih,
6. Fuad Sutiyanto SE
7. Suliyanti,
8. Tr. rdian Isibhi, ST, IVlIVlTr
9. Juanita M,

DAFTAR lSI
lEMBAR IDENTITAS DAN PENGESAHAN
ABSTRAK
PRAKATA
DAFTAR lSI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEl
v
vii
BAB I PENDAHUlUAN 1
A. LATAR 1
B. PERUMUSAN MASALAH 2
RUANG LINGKUP
3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4
KONSEP ANGKUTAN JALAN PERINTIS
4
B. PENGERTIAN-PENGERTIAN 10
BAB III TUJUAN DAN MANFAAT
A. TUJUAN
B. MANFAAT
BAB IV
METODOlOGI
A. POLA PIKIR 13
B. PIKIR 14
MODEL ANALISIS
14
D. RANCANGAN RISET 22
BAB V HASIl DAN PEMBAHASAN 25
PROPINSI JAMBI
1. Kondisi Daerah 25

• Letak geografis
• Luas wilayah
• Topografi
• Penduduk
• Potensi Daerah
• Perindustrian
• Perta mbanga n
• PDRB
25
27
28
29
30
31
31
31
2. Kondisi Transportasi 32
• Jarak Jalan
• Jarak Antar Kota
32
33
3. Jaringan Trayek Angkutan Perintis 34
B. NUSA TENGGARA TIMUR 35
l. Kondisi Daerah 35
• Letak geografis
• Luas wilayah
• Topografi
• Penduduk
• Potensi Daerah
• PDRB
35
36
39
39
41
43
2. Kondisi Transportasi 45
• Sarana
• Prasarana
• Kinerja Angkutan Perintis DAMRI
45
46
48
ii

C. SULAWESI TENGGARA 52
1. Kondisi Daerah 52
• Letak geografis
52
• Luas wilayah
• Penduduk
• Potensi Daerah
• PDRB
53
54
55
56
2. Kondisi Transportasi 56
• Prasarana
• Trayek/Rute
56
59
3. Jaringan Trayek Angkutan Perintis 61
4. Opini 62
D. Hasil Survey 64
E. Hasil Fokus Group Diskusi 85
F. Analisis Kriteria Prioritas Angkutan Jalan Perintis 86
1. Analisis Kriteria Prioritas Angkutan Jalan
Perintis Propinsi Jambi
86
2. Analisis Kriteria Prioritas Angkutan Jalan
Perintis Propinsi NTT
87
3. Analisis Kriteria Prioritas Angkutan Jalan
Perintis Propinsi Sultra
90
4. Analisis Kriteria Prioritas Angkutan
Jalan Perintis
92
5. Pembahasan Masukan Dari Opini 94
ii i

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
101
A. KESIMPULAN 101
B. SARAN 102
DAFTAR PUSTAKA
IV

DAFTAR GAMBAR
Gambar
Gambar
Gambar
bar
Gambar
Gambar
Gambar
Gam
Gambar
Gambar
Gambar
Gam
Gambar
1 Pola Pikir Penelitian
2 Alur Pikir Penel 14
3 Multi Kriteria 16
4 Peta Propinsi mbi
5 Peta Timur 35
6 52
7 Trayek dan Di Propinsi Sultra
8 Responden Hasll Kelamin 63
9 Responden Pendidl n 64
10 Responden Pekerjaan
11 Responden Hasil Survei Ian 66
Responden Jurrilah Keluarga 67
Responden Perjalanan 68
14 Responden Hasil rak Tujuan 69
Responden Survei Jarak Kesekolah 70
16 Responden I Survei Jarak Pasar 71
17 Responden I Survei ke
18
Menggunakan Ankutan Umum 73
Responden Survei Pergantian Angkutan
Gambar
Gambar
Gambar
21
23
24
HasH Survei Waktu Tempuh Tujuan
Responden Hasil Biaya Tem Tujuan 76
Responden
Tarif Angkutan
Responden HasH Survei Kebutuhan Trayek
Hasfl Survei Tambahan Baru 79
v

Gambar 25 Responden Hasil Survei Kecukupan Jumlah Armada 79
Gambar 26 Responden Hasil Survei Menuju Simpul Transportasi 80
Garnbar 27 Responden Hasil Survei Menuju Pelayanan Umum 81
Gambar 28 Responden Hasil Survei Kenyamanan Angkutan Perintis 8
Garnbar 29 Responden Hasil Survei Kepentingan Angkutan Perintis 83
vi

DAFTAR TABEl
1
bel 2
Tabel 3
Perkembangan Angkutan Perintis 9
Kriteria Pemodelan
Penilaian Kinerja Usulan Angkutan Jalan Perintis 18
Tabel 4
Antar Kriteria
Angkutan Perintis
5
Tabel 6
Penilaian Antar Kriteria 20
Wilayah KabupatenjKota Tahun 2008
Propinsi
bi
Tabel 7
Luas Wilayah Menurut KabupatenjKota, 2008 26
Tabel 8
Jambi
Nama Sungai & Nama Gunung
KabupatenjKota
Tahun
Propinsi
Tabel 9
Panjang jalan Menurut KabupatenjKota
Pemerintahan
2008 Propinsi Jambi
10
Nama Ibu Kota k Ibukota
Propinsi
mbi
Tabel 11
Jaringan
Propinsi Jambi
Angkutan Jalan Perintis
WI Admi Di Propi 35
Tenggara Timur
Daerah Nusa Timur Menurut lau 36
Daerah
Menurut Kabupaten
15
Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin Diperinci
Menurut Kabupaten hun Propinsi NIT
Vii

Tabel 16
Jumlah Penduduk, Luas Oaerah, Kepadatan Penduduk
Menurut Kabupaten Oi NTT Tahun 2007
39
Tabel 17 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan Indeks 43
Kemahalan Produksi (IKK)
Tabel 18 Jumlah Armada Angkutan Umum per Trayek AKOP 44
Propinsi NTT
Tabel 19 Jalan Negara Per Kabupaten Propinsi NTT 45
Tabel 20 Jalan Propinsi Per Kabupaten Propinsi NTT 46
Tabel 21 Terminal Transportasi Jalan Propinsi NTT 47
Tabel 22 Kinerja Oamri Kupang NTT 49
Tabel23 Trayek Angkutan Perintis Pada Wilayah Penelitian NTT 50
Tabel 24 Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk Sulawesi 53
Tenggara Menurut Kabupaten/ Kota
Tabel 25 Kondisi Prasarana Terminal 56
Tabel 26 Jaringan Trayek Angkutan Jalan Perintis Sulawesi 60
Tenggara
Tabel 27 Kinerja Oamri Oi Sulawesi Tenggara 60
Tabel 28 Jumlah Trayek, Rit dan Bus Oamri Oi Sulawesi 61
Tenggara
-~bel 29 Responden Hasil Survei Jenis Kelamin 63
-abel 30 Responden HasH Survei Pendidikan 64
Tabel 31 Responden Hasil Survei Pekerjaan 65
abel 32 Responden Hasil Survei Penghasilan 66
Tabel 33 Responden HasH Survei Jurnlah Keluarga 67
Tabel 34 Responden Hasil Survei Frekuensi Perjalanan 68
viii

Tabel 35 Responden Hasil Survei Jarak Tujuan 69
Tabel 36 Responden Hasil Survei Jarak Kesekolah 70
Tabel 37 Responden Hasil Survei Jarak Ke Pasar 71
Tabel 38 Responden Hasil Survei Jarak ke Puskesmas 72
Tabel 39 Responden Hasil Survei Menggunakan Ankutan Umum 73
Tabel 40 Responden Hasil Survei Pergantian Angkutan 74
Tabel 41 Responden Hasil Survei Waktu Tempuh Ke Tujuan 75
Tabel 42 Responden Hasil Survei Biaya Ke Tempat Tujuan 76
Tabel 43 Responden Hasil Survei Tarif Angkutan 77
Tabel 44 Responden Hasil Survei Kebutuhan Trayek 78
Tabel 45 Responden Hasil Survei Tambahan Rute Baru 79
Tabel 46 Responden Hasil Survei Kecukupan Jumlah Armada 80
Tabel 47 Responden Hasil Survei Menuju Simpul Transportasi 81
Tabel 48 Responden Hasil Survei IVJenuju Pelayanan Umum 82
Tabel 49 Responden Hasil Survei Kenyamanan Angkutan Perintis 83
Tabel 50 Responden Hasil Survei Kepentingan Angkutan Perintis 84
IX

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
DaJam pembangunan transportasi, Pemerintah mempunyai peranan sebagai pembina,
sehingga berkewajiban untuk menyusun rencana dan me rumuskan kebUakan,
mengendalikan dan lllen gaw8 si perwujudan tran spol1asi. Salah satu kevvajiban dimaksud
adal ah menetapkan jaringan prasarana transpol1asi dan jaringan peJayanan. Di samping itu
juga berkewajiban untuk melaksanakan tugas pembangunan sarana dan prasa ran a
transpol1asi yng tidak diusahakan , dengan prioritas daerah-daerah yang berkembang,
terisolir, terpinggir, pedesaan dan terluar.
Sektor transportasi merupakan dambaan bagi semua orang ban yak untuk melakukan
kegiatan pergerakan dari tempat asal ke tempat tujuan untuk orang, barang dan jasa
sehingga tran sportas i memiliki peranan vital dalam hubungan terhadap sektor-sektor lain
dalam meningkatkan kesehjateraan masyarakat (soscial welffare). Peran penting tersebut
akan terlihat dengan jelas jika ditinjau secara geografis, bahwa Indonesia adalah negara
kepulauan terbesar di dunia dengan jumlah pulau kurang lebih dari 17.500 pulau
terbentang dari sabang sampai maurauke, dimana untuk menghubungkan pulau-pulau
atau wilayah yang satu dengan lainnyadiperlukan saran a transportasi. Sektor transportas i
memegang peranan vital sebagai saran a untuk memenuhi kebutuhan pokok yaitu
aksesibilitas untuk aktivitas mas yarakat yang tidak tergantikan (irreplaceable). Oleh
karena itu identifikas i permasalahan dalam sektor transportasi dari sisi permintaaan
mau pun penawaran menjadi kunci penyelesaian sehingga didapatkan suatu kebijakan
kebutuhan tran sportasi yang tep a!.
Sementara itu kondisi geografis di Indonesia sebagai negara kepuJauan dengan
penyebaran penduduk ya ng tidak merata menyebabkan adanya beberapa daerah yang
terisoJir dengan jumlah penduduk yang relatif sedikit dibandingkan dengan daerah
lainnya. Dengan adanya perbedaanjumlah penduduk ini maka timbul daerah-daerah yang
terisolasi (memiliki aksesibilitas rendah) atau yang disebut daerah terpencil dengan
aktifitas perekonomian ya ng minim yang men gak ibatkan perkembangan daerah tersebut
1

tertinggal jika dibandingkan dengan daerah-daerah yang memiliki aksesibilitas tinggi,
sehingga kebutuhan akan angkutan darat dan infrastuktur jalan sangat diperlukan.
Pada umumnya daerah-daerah terisolasi teljadi adanya ketidakseimbangan an tara
tarip/harga yang ditetapkan oleh operator (pemberi jasa transportasi dengan harga yang
dibayar oleh konsumen dikarenakan adan}a ketidak seimbangan antara permintaan
dengan penawaran, sementara kebutuhan akan angkutan sangat dibutuhkan walaupun
dalam kondisi merugi, sehingga apabi la diserahkan kepada sektor swasta tidak dapat
diharapkan untuk memberikan jasa layanantransportasi bagi wilayah yang terisolasi
karena apabila dilakukan akan merugi dan tidak ada keuntungan (profit oriented).
Berdasarkan data sementara untllk an gklltan darat pada 22 propinsi trayek yang
dibutuhkan yang harus dilayani beljumlah 146 daerah terisolasi dengan jarak paling dekat
5 km di Propinsi Nangroe Aceh Darussalam (Terminal Keudah-Terminal Baloh) dan
paling jauh dengan jarak 483 km di Propinsi Kalimantan Barat(Pontianak-Tayan­
Ketapang) oleh karena itu lIntuk menunjang perkembangan daerah-daerah
terisolasi/terpencil ini, pemerintah perlu menyediakan sarana dan prasarana transportasi
darat dengan kebijakan angkutan perintis untuk menghubungkan daerah-daerah terisolasi
tersebut dengan daerah-daerah lainnya guna meningkatkan aksesibilitas masyaraktnya
dengan harapan dapat memacu perkembangan perekonom ian daerah terpenci I yang lebih
maju, sehingga pad a gi lirannya dapat meningkatkan pemberdayaan masyarakat pengguna
jasa transp0l1asi darat di daerah tersebut.
Untuk menjawab permasalahan tersebut diatas maka dilakukan " Penelitian Peningkatan
Angkutan Perintis Daerah Terisolir" untuk dapat mengoptimalkan kebijakan dalam
penyediaan jasa angkutan tersebut perlu dilakukan pengembangan angkutan perintis yang
ada khusu snya ti'ansporta si darat.
2

B. PERUMUSAN MASALAH
Adapun perumusan masalah ya ng akan di lakukan dalam penelitian ini sebagai ruang
lingkup nya daerah penelitian adalah propinsi Jambi , NTT dan Sulawesi Tenggara
dengan memperhatikan gambaran sebagai berikut :
1. Bagaimanakah gamba ran pelaksanaan dan kinerja angkutan perintis transportasi darat
di daerah penelitian propinsi tersebut.
2. Baga imanakah pala pengelalaan angkutan perintis transportasi darat ya ng efisien
dengan mem perh at i kan kem un gk i nan keterl i batan sektar s\vasta
3. Bagaimana kriteria penilaian tin gkat laya nan angkutan perintis tt'anbspartasi darat
pada daerah penelitian prapinsi tersebut.
c. RUANG LINGKUP
Ruan g lingkup studi ini dilakukan pada 3 (tiga) Prapinsi yai tu Prapinsi Jambi, Sulawesi
Tenggara dan Nu sa Tenggara Timur, dengan memperhatikan dari beberapa aspe k ya itu :
I. Inventarisasi peraturan-peraturan yang terkair dengan keperintisan jalan;
2. Inventarisasi daerah-daerah terisal ir;
3. Identifikasi kriteria angkutan perintis jalan;
4. identifikasi penyebab kurangnya atau tidak ada aksesibilitas di daerah terisalir;
5. Anali sa dan evaluasi;
6. Kesimpu Ian dan saran.
3

TINJA1J
II
PCST,£\KA
KONSEP ANGKUTAN JALAN PERINTIS
Salah satu infrastruktur
mobil
akses
kemiskinan struktural
sarana
II bungkan resources
dan
terperangkap
ini belum
karena secara ekol1olllis lahap (1\\al tidak b' IS,
mau masuk
itu
peranan pemerintah menciptakan angkutan untuk
remote areas. sarana transportasi di wilayah
III I. lIntuk Illelllblika Illasyarakat
terhadap
dan berkontribusi
proses di U, serta men hasil-hasil pembangunan
akhirnya meningkatkan dan itas h
1. Kcbijakan Transportasi
yang d disini bungan 1
kebijakan
I tingkat tertentu . 1 ini akan
cI an . studl ini.
a. pembuatan
kebijakan transportasi (1 ) melaku jasa layanan
di
lasi oleh pemer!
b. ti I' di ilikan J8sa layanan
terdapat la } tasi ( I) mbangan privatisasi
investasi d sernua sarana dimil
4
Pe

dan Pertimbangan peran ilikan
ikan Jasa terutama untuk
ktur misaln a.la apl. labuhan bandar
c. Pertimbangan
1) Mel1nd natural monopoli
yaitu dengan t i Il1gga diperlukan
1m tari r all uran angkutan perl dan
h sedikit.
2) antar sesama ia jasa transportasi
dengan k Insentif umlah tertentu/hari untuk
set paten di i) .
3) daerah -d aerah secara
ekonomi secara komersil,
4) I, m
onal
')
Manfaat Ekonomi Angkutan
Angkutan perintis hubungan antar terutama
antara wi
h Illas
intemasional). laya
lIstri, terutama transportasL akan
menjadi rendah
angklltan bisa efisien hal jarak,
an
nnya. mgga
men ingkatkan sal prodllk-produk itll, perintis
tidak
akan
men ingkatkan dititi atau
man
melailli anal
perh
. ~vl all dili sumbangan
5

setiap moda transpoltasi pada sektor perhubungan dalam pembentukan nilai PORB di
setiap wilayah. Sementara manfaat tidak langsung diperoleh dari keterkaitan transportasi
dalam pembentukan nilai tam bah bruto produk angkutan di sektor-sektor perekonomian
wilayah lainnya seperti perdagangan, dan pariwisata.
:,:,
3. Alasan Pemberian Subsidi Angkutan Perintis
Oalam hal terjadinya kegagalan pasar dimana harga tidak mampu menyeimbangkan
kekuatan penawaran dan permintaan, biasanya campur tangan pemerintah dalam
perekonomian dapat dibenarkan. Selain itu harga juga tidak mampu menciptakan
alokasi sumber daya yang efisien. Teori ekonomi menyebutkan penyebab terjadinya
kegagalan pasar ini diantaranya adalah pengelompokan kekuatan pasar, eksternalitas,
pembedaan an tara public and private goods, dan asymmetric information, Campur
tangan pemerintah tersebut dapat dalam bentuk pengatllran (regulasi) maupun secara
langsung terlibat dalam kegiatan perekonomian. Keterlibatan pemerintah secara tak
langsung, selain dalam bentuk reglli as i. dapat berupa pengenaan atau perubahan
tingkat pajak dan pemberian subsidi sarana dan prasaranajalan.
Subsidi dapat diberikan langsung kepada Badan Hukum yang membutuhkan dan dapat
pula diberikan kepada barang atau jasa yang dikonsumsikan. Meskipun pemberian
dalam bentuk terakhir ini sering kali salah arah dan menimbulkan in-efisiensi.
Pemberian subsidi pada angkutan perintis biasanya dengan pertimbangan 3 (tiga) hal
mendasar yaitu : adanya daya monopolistik, timbulnya dis sentralitas ekonomi
pendidikan, pemerintahan dan transportasi sebagai kebutuhan sosial.
Pemberian subsidi ini tidak harus di lakllkan secara terus menerus. Apabila pembukaan
!sol asi daerah dengan an gk utan perintis ini tel ail dapa r meningkatkan pendapatan
daerah dan masyarakat dari angkutan swasta sudah masuk, maka subsidi dapat dicabut
dan dialihkan ke daerah lain yang masih membutuhkan. Tetapi jika peningkatan
pendapatan dan daya beli tadi teljadi secara tidak merata, maka pemberian si.lbsidi
dapat digantikan dengan subsidi silang.
6

Kebijakan subsidi dipantau 2 kali setahun oleh Tim Dit. LLAJ Perhubungan Darat dan
dikaji ulang, karena umumnya intervensi pemerintah dalam bentuk regulasi ini amat
rentan terhadap kegiatan rent-seeking para pelaku yang berkepentingan .
.t.
Kriteria Pemberian Subsidi Penyelenggaraan Subsidi Angkutan Penumpang Umum
di Jalan
a. Pemberian subsidi penumpang umum di jalan terdiri dari :
I) angkutan penumpang umum di daerah terisol ir, belum berkembang dan/atau
wilayah perbatasan yang selanjutnya disebut angkutan jalan perintis bersubsidi;
2) angkutan penumpang umum di daerah perkotaan I pedesaan yang selanjutnya
disebut angkutankpta I pedesaan bersubsidi.
b. Angkutan jalan perintis diselenggarakan berdasarkan kriteria sebagai berikut:
I) menghubungkan wilayah terisolir, belum berkembang dan/atau
wilayah perbatasan dengan kawasan perkotaan yang belum ada
pelayanan angkutan umum dan mendorong pertumbuhan
ekonomi:
2) menghubungkan wi layah perbatasan dan /atau wilayah lainnya
yang karena pertimbangan aspek sosial-politik harus dilayani;
3) sebagai stabilisator pada suatu daerah/trayek tertentu dan/atau
angkutan pelajar/mahasisvva dengan tari f yang lebih rendah dari
tarifyang berlaku:
4) sebagai angkutan pemadu moda, melayani perpindahan
penumpang nari angkutan sungal , danau dan penyeberangan,
perintis/angkutan laut perintis/ . angklltan udara perintis/angkutan
kereta api bersubsidi:
5) sebagai pendorong tlll11buhnya pelayanan angkutan kota yang
belum dilayani oleh angkutan umum;
6) melayani daerah-daerah potensial (daerah transm igrasi) dengan
kawasan pekotaan;
7

7) pemulihan daerah pasca bencana alam:
8) Mendorong peningkatan dan kemudahan mobilitas ma syalctkat di kawasan
perkotaan;dan/atau
9) Memberikan pelayanan angkutan umum yang te~jangkau oleh masyarakat yang
daya belinya masih rendah.
c. Angkutan kota I pedesaan bersubsidi diselenggarakan berdasarkan kriteria sebagai
beri kut:
\) mendorong tersedianya pelayanan angkutan umutn yang terj angkau oleh
daya bel i masyarakat;
2) sebagai stabi lisator pada suatu daerah/trayek tertentu dan/atau
angkutan pelajar/mahasi s'vva dengan tarif yang lebih rendah dari
tarif yang berlaku;
3) sebagai pendorong tumbuhnya pelayanan angkutan kota I
pedesaan yang belum dilayani oleh angkutan umum :
4) pemulihan daerah pasca bencana alam .
d. Kendaraan yang digunakan untuk angkutan penumpang umum di dan bersubsidi
harus memenuhi persyaratan:
\) persyaratan tekni s dan laikjalan ;
2) menggunakan mobil bus dan/atau mobil penumpang dengan plat
tanda nom or warna dasar kuning tulisan hitam ;
3) nama perusahaan dan nomor urut kendaraan yang dicantumkan
pada si si kiri , kanan dan be lak ang kendaraan:
4) papan trayek yang memuat asal dan tujuan yan g dilalui derigan
warna dasar putih tulisan hitam yang ditempatkan di bagian depan
dan belakang kendaraan ;
5) diberi tanda atau tuhsan khu sus yang menun.iukkan sebagai
angkutan jalan perintis atau angkutan kotaJpedesaan bersubsidi;
8

6) jati diri pengemudi ditempatkan pada dashboard dan dikeluarkan
oleh masing-masing perusahactJl:
7) khusus untuk angkutanjalan perintis. kendaraan dapat dilengkapi
dengan fasilitas bagasi sesuai kebutuhan:
8) daftar tarif yang berlaku.
5. Perkembangan Angkutan Perintis
Perkembangan 10 tahun angkutan perill iis sam illi di Indonesia untuk angkutan Bus mulai
dari tahun 200 I sampai dengan tahun 20 10 Illengalailli kenaikan , dikarenakan banyak
daerah daerah terisolir meillbutuhkan cmgkutan umum seiring juga dengan
pengembangan infrastruktur yang juga berkembang di daerah pedesaan. daerah terisolir
dan daerah tertinggal , per'kembangan ter'se but dapat terlihat pada tabel I terse but :
Tabel I : Perkembangan Angkutan Perintis
.'
." .~. ". v",
'JUMLAH ' . JUMLAH '
.
JUMLAH JUMLAH · . SUBSIDr SUB.SIDI
..
NO " ~rAHUN PROVTNST TRAYEK BUS QPERASI
;>,
1 2001 12 I 74 - 4.589.79 I .224
2 2002 12 83 - 8.694.980.000
..,
J
2003 14 92 - 15.013 .365.000
4 2004 15 I 92 5 18.913.239.000
I
5 2005 18 100 10 18.185.000.000
6 2006 18 99 19 26.352. 120.000
7 2007 17 104 30 30.182.830.000
I
I
8 2008 20 12.+ 31 35.163.000.000
9 2009
I
21 138 78 47.882.551.000
to 2010 22 146 I 37 48.239.000.000
9

B. PENGERTIAN-PENGERTIAN
1. Angkutan perintis aclalah me l"upaka ll pemberian jasa laya nan transportasi dimana
tCl"j acl i camrur tan gall pemcl'in tah ya ng bcrhcntui< pe mhc l"ia n suhsid i karcna terjadi
kel idakseilllba nga n anlara pCI"!1linlaan ciengan penavvaran. Ang ku lan peri ntis ini teljadi
di dacl"ah-dacrall Icrpcllcil di illan Cl ctlcC li\c purchasi ng power mas yal"akat bcrada di
11:1\\'3h taripjasa trans pOI'l asi )

telekomunikasi, aIr, peru mahan karyawan . pelayanan kesehatan, sekolah, tempat
peribadatan, pasar dan kebutuhan sosial lainn ya, ya ng memerlukan biaya yang besar.
7. Subsidi adalah bantu an dana yang diberikan oleh pemerintah kepada pengguna jasa
angkutan melalui jasa angkutan jalan.
11

BAB III
TUJUAN DAN MANFAAT
A. TUJUAN
Tujuan studi ini ada /ah untuk mengeva/uasi keberadaan angkutan perintis di daerah teriso/ir
dan merumuskan kriteria angkutan jalan perintis sebagai bahan masukan da/am rangka
meningkatkan angkutan jaJan perinti s.
B. MANFAAT
Manfaat dari pene/itian ini adalah sebaga i berikut :
a. Mengetahui poten si dan kondisi daerah perintis yang tersurvei ;
b. Mengetahui kapabi/itas DAMRJ sebagai operator angkutan perintis:
c. Mengetahui persepsi pengguna terhadap /ayanan angkutan perintis:
d. Mendapatkan mas ukan dari instansi terkait mengenai ang kutan perintis;
e. Tersusunnya pedoman penentuan angkutan perintis untuk moda angkutan darat.
12

BABI\'
METODOLOGI
A. POLA PIKIR
Gambar I Alur Pikir Pen ingkatan :\ngkutan Perinti s Daerah Terisolir
INSTRUMENTAL INPUT
1. UU No. 22 Thn 2009 tentang Lalu Lintas
dan Angkutan Jalan ;
2. PP No . 41 Thn 1993 tentang Angkutan
Jalan;
3. PP No. 44 Thn 1993 tentang Kendaraan
I INPUT I
I OUTPUT I
OUTCOME
Kon disi
Angku tan
:::>erintis
Jaerah
Terisol ir
Saat Ini
SUBYEK
1. Ditjen Perhub ungan
Darat
rl2.DAMRI
L(, OPPC"900d,
4. Pemda
OBYEK METODE
Tersedianya
1. Pengguna Analisis Meningkatnya
Jasa angkulan
Kuantila lil dan tingkat
Angk utan
perintis pad a
keg iatan
2. Aparat Oeskriptil
dae rah
Pemda
masyarakat
kualitatil
terisolir
3. Operator
secara umum
4. Regulator
ENVIRONMENTAL INPUT
1. Kondisi Sos ial Ekonomi
2. Kond isi Lingkunga:l
-=
(Umpan Balik)
; ,
13

B. ALUR PIKIR
Gambar 2 Alur· Pikir Peningkatan Angkutan Per·intis Daerah Terisolir
Potensi Permintaan terhadap
angkutan perintis
PaJa PengeJaJaan
efektif
Angkutan Komersial
Usulan Trayek Baru
belum efektif
Seleksi :
Multi Criteria Analysis
Kriteria Penilalan penyelenggaraan
Angkutan Peri ntis
Program Prioritas Angkutan
Perintis
yIODEL ANALISIS
Pen yediaan transportasi untuk masyarakat di daerah terisolasi diharapkan dapat
rn enciptakan mobilitas sosial dan ekonomi yang tergantung pada potensi daya beli
masyarakat. Beberapa angkutan perintis sudah d iselenggarakan d i beberapa kota di
Indonesia. Akan tetapi penyediaan angkutan perintis yang ada tersebut harus disesuaikan
;:ula dengan potens! permintaan dari
masyarakat pengguna. Dalam kondisi yang
14

demikian swasta tidak clapat diharapkan untuk menyediakan jasa layanan transportasi
bagi masyarakat pada daerah terisolasi karena secara ekonomis tidak menguntungkan
operator.
Penyelenggaraan angkutan perintis eksisting yang sudah efektif dapat ditingkatkan
menjadi angkutan komersial sehingga tidak diperlukan lagi subsidi dari pemerintah.
Selanjutnya, jllllliah sllbsidi yang ada dapat climanfaatkan untuk pengembangan/usulan
angkutan perintis yang baru.
Sebelum ditetapkan rute baru, perlu adanya usulan dari masing-masing pemerintah
daerah mengenai rute tersebut, terkait dengan kriteria penilaian tingkat peleayanan
angkutan perintis. Untuk usulan rute yang baru. cligunakan kriteria-kriteria yang dapat
mewakili kondisi sosio-ekonomi masyarakat yang menjadi sasaran penyelenggaraan
angkutan perintis yang dillsulkan. Selain batasan normatif juga terdapat batasan teknis
yang harus dipertimbangkan seperti kebutuhan pel~jalanan, biaya penyediaan/operasi, dan
besarnya menfaat ekonomi yang ditimbulkan dari usulan yang diajukan . Disamping itu,
untuk konteks pengembangan \\ilayah. angkulan perintis harus pula ditinjau kinerjanya
dalam pengembangan kawasan yang itetapkan. Ketepatan pemilihan kriteria-kriteria akan
sangat menentukan tercapainya penyelenggaraan operasi angkutan perintis. Dalam
pendekatan ini digunakan analisis multi kriteria dalam menentukan kriteria yang
mendukung penilaian tersebut.
1) Analisis Multi Kriteria
Analisis Multi-Kriteria (AMK) adalah sebuah pengambilan keputu san yang
dikembangkan untuk masalah kompleks. Analisi s ini digunakan pada situasi di
mana beberapa kl'iteria yang mengalallli pellillgkatan kebingungan dapat muncul
secara logis, jika proses pengambilan keputusan ini tidak diikuti. Kesulitan lain
dalam pengambilan keputusan adalah bahwa pencapaian kesepakatan dapat sangat
sulit dicapai. Dengan menggunakan AMK, peneliti tidak harus sepakat mengenai
pentingnya kriteria atau tingkatan alternatif Peneliti tinggal membuat
pendapatnya sendiri , lalLi membuat pel'beclaan, sehingga dapat diidentifikasi
bersama-sama untuk membuat kesimpulan. Dengan menggunakan AMK, dapat
15

digabungkan sejumlah kriteria dengan besaran yang berbeda (multi variable) dan
dalam persepsl pihak terkait yang , bermacam (multi facet. Dalam penelitian ini
teknis anal isis multi kriteria digunakan untuk menganalisis kriteria penilaian
penyelenggaraan angkutan perintis sehingga didapatkan program prioritas
angkutan perintis.
Bagan alir anal isis multi kriteria disajikan pada gambar berikut:
Gambar 3 Proses Analisis Multi kriteria
Kebutuhan
angkutan peri ntis
I ndi kator Kine rja
Penilaian Kinerja
r
Penilaian
Pakar
Analisis Multi
Kriteria
1
Ra ngki ng/ Prioritas
..--
Penyelenggaraan Angkutan
-
Konsep
penyelenggaraan
a ngkuta n perintis
l
sasaran dan kriteria
pe nyelengga raan
angkutan perintis
t
Bobot antar kriteria
i
Persepsi
Pihak
"•
Melalui proses anal isis multi kriter'ia akan dipero leh peringkat antar prioritas
sesuai dengan kemampuannya dalam memenuhi tingkat kepentingan kriteria yang
dikembangkan,
16

a. Spesifikasi Kriteria
Hasil permodelan transportasi hanya memberikan indikasi kinerja secara
teknis dari setiap alternatif usulan yang diajukan. Oalam kontek s
penyelenggaraan angkutan perintis yang Juas , maka indikasi kinerja secara
teknis tidak cukllp untuk menllnjukkan dampak adanya perubahan terhadap
masyarakat.
Kriteia penyelenggaraan angkutan perintis dapat dispesifikasikan dari
sasaran penye lenggaraan angkutan perintis ya itll terpau , efektif, dan efisien
dalam menunjang pengembangan wilayah. Oar'i sasaran tersebut dapat
dikembangkan sejumlah krite ria se bagai beri kut :
Tabel2 : Spesifikasi Kriteria Pemodelan Transportasi
INo ,
to;
'. f,
' Kl:iteria Keterangan 'Sub Kriteri.a
I .~
1 . Kapasitas Kapasitas ! a. Kapasitas peJayanan (pnp­
Ter-a ngkut i km /th)
b. Volume pelayanan (p npkm/th)
c. Faktor muat (vol/kpstas)
2 Ak ses ibilit Keterjangkaua a. Sumbangan bagi mobilitas
as n dan mobi I itas penduduk
antar wi layah b. Kondisi Prasa rana jalan (km)
c. Panj ang tra yek (k m)
d. Keberadaan pelayan an
angkutan (Km )
3 Efisiensi Biaya
a. Biaya pengadaan (R p)
pengadaan dan b. Biaya operasi (Rp)
operasr
,.
4 I Pemadu lntegrasi a. Termin al yang Oihubungkan
Moda
Antarmoda (km)
b. Jarak Menuju Bandara (km)
c. Jarak Menuju ASOP (km)
d. Jarak Me nuju Pel abuhan
(km )
5 Keterasing Akses
a. Jar-ak Te rdekat (km)
an penghubung ke b. Jarak ke Perkotaan (km)
Fasilitas c. Jarak ke Wilayah
17

6
I
:
I
Kebutuhan
Tingkat
Sosial
Umum
Kondisi Sosia l
daerah
Perbatasan (km)
d. Waktu Tempuh (km/jam)
e. Simpul Kegiatan yang
Dihubullgkan (PKN ,PKW,
PKL)
a. % jumlah pelajar
b. % jumlah pekerja
c. % jumlah orang miskin
cl. %J u m I a h
(manula)
nonprodukti
7
Keterjangk Kemampuan a. pendapatan rata-rata
auan un tu k penduduk (Rp)
I
membayar/
daya beJi b. Tingkat ekonomi Wilayah
I masyarakat (Rp)
c. UMR (Rp)
d. Kontribusi Transportasi
Daerah (org/ km)
b. Penilaian Kinerja Usulan .Angkutan Perintis
Den ga n menggunakan kriteria tersebut diatas, dapat dinil ai kinerja usulan
penyelenggaraan angkutan perinti s sec3I'a komprehensif. Penilaian
dilakukan den ga n memberikan nilai untuk masing-masin g usu lan terhadap
kriteri a tersebut. Untuk perbandingan bobot relatif (relative weighting)
antar kriteria dihasilkan dari sUl've i wawancara kepada wak il dari instans i
terka it.
18

Tabel3 : PeniJaian Kinerja Usulan Angkutan Jalan Perintis
Usulan
Ktriteria
-e

Data pembobotan ini diperolah dengan menganalisis hasil survel
wawancara imana respond en yang dipilih dihadapkan pad a pertanyaan
yang mengarah kepada perbandingan tingkat kepentingan antar kriteria.
Secara sederhana. ha sil perbandingan antar kriteria tersebut adlaah
sepertimatrik pernandingan berikut.
Tabel4 : Bobot antar Kriteria Penetapan Angkutan perin tis Jalan
Kriteria
'" ~
"""
'" CIl
c:...
CIl
~
~
"0
0
~
== "0
~
E

comparison matrix seperti d iperl ihatkan pada tabel d iatas. N i lai bobot
antara kriteria (Xij) diskalakan dnegan nilai an tara 1 s.d 9 dimana inasing
masing angka akan memberikan relatifitas tingkat kepentingan seperti
yang disaj ikan pada tabael 2.4
2) Hitung rata rata geometrik setiap baris den ga n persamaan : Xa =
3) Jumlah seluruh rata-rata geometrik dari langkail b:
Xi = Xa + X b .... . + Xn
4) Normalisasi jumlah rata-rata geometrik setiap baris hasil lan gkah b dengan
membaginya dengan jumlah total rata-rata geometrik hasil langkah c
untuk mendapatkan bobot relati f setiap kriteria:
Xa (relatif) = Xa/X I
Tabel5 : Skala Penilaian Antar Kriteria
. l?e}1'ila'ian Definisi Pe~)elasan
relatTf Penilafan
(XYj)
-
1 Sama penting Oua parameter (i dan j) memiliki
tingkat kepentingan terhadap efektifitas
pemenuhan tujuan yang sama
3 Relati f lebih Parameter i sedikit lebih pentingiefektif
penting dibandingkan parameter.j dalam
I memenuhi tujuan
5 Lebih penting , Parameter i mem iii ki ti ngk at
kepentingan yang cukup besar
dibandingkan parameter j dalam
memenuhi tujuan
7 Sangat penting Parameter i memiliki tingkat
kepentingan yang sangat besar
dibandingkan parameter; sa lam
I i Illemen u h i IUj Llan
9 Jauh lebih Param eter i memiliki tingkat
penting kepentingan yang jauh lebih besar
dibandingkan parameter i dalam
memenuhi tujuan
2,4,6 ,8 Nilai antara Peni laian diantara nilai t'elatif lainnya
.",
21

d. Responen dan Pelaksanaan Survei
Survei dilakukan den ga n meiliberikan form mengenai kriteria tingkat
kepentingan penanganan angklltan perintis untuk perse psi kepentingannya
sesuai sasaran. yaitu kapasitas. keterpaduan. aksesibilitas, efisiensi,
keterasingan daerah. pen ge mbangan daerah, keblltllhan sosial dan
keterjangkauan oleh seti ap ['esponden berdasarkan tingkat kebutuhan
provinsi atau kabllpaten dimna respnden tersebut berada.
Sedangkan lIntuk re s p onde nn~ a iharapkan berasa l dari pejabat pembuat
kebijakan dari instan si terkait seperti dari Universitas, Dishub, Bappeda,
Kimpraswil ,dan lain lain. Survei ini diharapkan lebih cenderung terhadap
kualitas yang iperoleh dari masing masing re sponden. Walau tidak dapat
dapat ipungkiri bahwa kuantitas ['esponden yang berkualitas juga akan
sangat menukullg ha sil ~allg lebih baik.
RANCANGAN (DESIGN) RISET
I. Data sekunder
Data sekunder diperoleh dengan Illenghubungi instansi terkait yang dapat
memberikan informasi sesliai dengan penelitian yaitu Kementerian Perhubungan,
Kementeri an PU , Dinas Perhubungan Provinsi, Bappeda, BPS, Pemda adalah
sebagai berikut :
,:No; ;; Jeni s Data Sumber
a.
b.
Kebijakan Nas ion al
Kebijakan daerah
• Rencana pengembangan jaringan jalan
• Rencana pengem bangan pela yanan
transportas i
Kementerian
Perhubungan (Ditjendat)
Dinas Perhubungan
Bappeda masing daerah
c.
• Kebijakan daerah (visi. misi dan sasaran
pengembangan daerah)
Kondi si wi layah
Pemerintah Daerah
• Kondisi geografis
BPS
• Potensi daerah (sumber daya miheral. Bappeda Illasing-masing
r:>ertanian pe[·kebullan. [aut dan daerah
- .
22

pariwisata)
• Peluang vvilayah
• Luas vvilayah
d. Kondisi sosio ekonomi
I I. Kependudukan
Pemerintah Daerah
. BPS
- Jumlah penduduk Bappeda masing-masing
- Kepadatan penduduk daerah
i - Jumlah usia sekolah
- Us ia kerja
I - Usia lanj ut/jompo
• APBD
• Alokasi APBN
• PDRB
I
e. Kondisi Transportasi eksisting Dinas Perhubungan
i • Demand transportasi (pe numpang dall Prov i ns i/kab .lkota
barang)
Kementerian PU
• Jaringan peJayanan
• Jaringan prasarana
• Permasalahan awal
• Jaringan jalan
• Rencana pengembanga n
• Jumlah trayek an gk utan perilltis
• Kapasitas angkutan perintis
• Keterpadu an
• Aksesibilitas
• Efisiensi
• Keterasingan daerah
2. Data Primer
Data primer diperoleh dengan mel ak ukan surve l.
Survei dilakukan dengan
memberikan fo rm mengenai k,'ireria till gkat kepentinga n penanganan angkutan
perintis untuk persepsi kepenllngannya sesual sasaran , ya itu kapasitas,
keterpaduan, aksesi bilitas, efi siensi, kondisi sosial dan daya beli masya rakat o!eh
setiap responden berdasarkan tingkat kebutuhan provinsi atau kabupaten dimana
responden terseb ut berada.
Sedangkan untu k respondenn~ a diharapkan berasa l dari pejabat pembuat
kebij akall dari instansi terka it
se perti dari Dishub, 8appeda, operator, dan
pengguna jasa da ri masyarakat setempat. Survei ini diharapkan lebih cenderung
23

terhadap kualitas yang diperoleh dari masing masmg responden. WaJau tidak
dapat dapat dipungkiri bahwa kuantitas responden yang berkualitas juga akan
sangat mendukung hasil yang lebih baik.
24

BABIV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. PROVINSI JAMBI
Gambar 4 : Peta Propinsi lambi
I..{l.\l
". '.: ~ ;
"'.: ',! 't ( '­ ~..... ".' ! .~ f ~ '..
1. Kondisi Daerah
a. Letak g~ografis
Provinsi lambi secara geografis terletak antara 00 451 sampai 20451 lintang selatan
dan antara1010 101 sampai 1040 551 bujur timur. Sebelah utara berbatasan dengan
Provinsi Riau dan Kepulauan Riau, Sebelah Timur dengan Laut Cina Selatan, sebelah
selatan berbatasan dengan Provinsi Sumatera Selatan dan sebelah barat berbatasan
25

- Kabupaten Kerinci 3 808,5 Km2 (7 , 13%)
- Kabupaten Merangin 6.380 Km2 ( 11 .94%)
- Kabupaten Sarolangun 7.820 Km 2 ( 14,63%)
- Kabupaten Batanghari 4.983 Km2 (9,33%)
- Kabupaten Muaro Jambi 6.147Km2 (II ,SO%)
- Kabupaten Tanjung Jabung Timur S.330 Km2 (9,97%)
- Kabupaten Tanjung Jabung Barat 4.870 Km2 (9,11%)
- Kabupaten Tebo 6.340 Km2 (11,86%)
- Kabupaten Bungo 7.160Km2 ( 13 ,40%)
- Kota lambi 205 Km2 (0,38%)
- Kota Sungai Penuh 391.5 Km2 (0.73%)
Tabel6: Batas-batas Wilayah Kabupaten/Kota Jambi 2008
'. 'I(a b u pat.c·nJ Wilayah B~d~sWilayah
Kota
Kerinci I. Utara I Kec. Pesisir Bllkit Kota Sllngai Penuh
2. Selatan Kec. Kumun Debai Kota SllngaiPenuh
...,
J. Timur Kec. Hamparan Rawang Kota
4. Barat SungaiPenuh
Provo Sumatera Barat & Bengkulu
Merangin I. Utara Kab. Bllngo
2. Selatan Provo Bengkulu
3. Timur Kab. Sarolanglln
4. Barat Kab. Kerinci
Sarolanglln 1. Utara I Kab. Tebo
2. Selatan Provo Sllmatera Selatan
3. Timur Kab. Batang Hari
4. Barat Kab. Merangin
Batang Hari I. Utara Kab. Tanjab Barat
2. Selalan . PrO\. Sumalera Selatan
3. Timur I Kab. Muaro Jambi
4. Barat Kab. Tebo & Sarolangun
Muaro
1. Utara Kab. Tanjab Timllr & Barat
Jambi 2. Selatan Provo Sumatera Selatan
3. Timur Kab. Tanjab Ti rnur
4. Barat Kab. Balan,Q Hari
-
26
,

Tanjab I. Utal'a Selat Berhala Lalit Cina Selatan
Timur 2. Selatan I Kab. Mual'o Jambi
..,
.J. Timur Selat Berhala Lalit Cina SeJatan
4. Barat 1 Kab. Tanjab Barat
Tanjab Barat I. Utara I Kab . Indragiri Ilir (Riau)
2. Selatan Kab. Batanghari & Mllaro Jambi
..,
.J. Ti I11l11" Kab. Tanjab Timur
4. Barat Kab. lebo
Bungo I. Utara Pro\.. Sumatera Barat
2. Selatan Kab. Merangin
..,
.J. Timur Kab. Kerinci
4. Barat I Provo Sumatera Barat
Tebo l. Utara Kab. Indragiri Hulu (Riau)
2. Selatan · Kab. Sarolangun & Meran gin
.J. Timllr Kab. Satang Hari
4. Barat · Tanj ab Barat & Provo Sumatera Barat
Kota Jambi I. Utara Kab. Mllaro Jambi
2. Selatan I Kab. Muaro Jambi
3. Timur Kab. Muaro Jambi
4. Barat Kab. Mllaro .Iamb;
Slingai Penuh I. Utara · Kec. Siulak. Kec. Depati TlIjuh & Kec Air
2. Se latan ; Hangat Timur KabKerinci
..,
.J. Timur Kec. Keliling Danau Kab Kerinci
4. Barat I Kec Sitinjau Laut Kab Kerinc;
Kab Pesisir Selatan Prov Sumatera Barat
lambi Dalam Angka 2008
b. Luas Wilayah
Tabel7 : Luas Wilayah Menurut Kabupaten IKota Jambi Tahun 2008
Kabupaten/Kota' :
Kerinci
Merangin
Sarolangun
Muaro .fambi
Kecamatan
Batang Hari I . 8
D. ~sal
Kelurahan
Luas
(km2}
Persentase
'"
(%)
12 207/2 3808,5 7,13
24 203/10 6380
11 ,94
10
8
I
121 /6 7820 14,63
129/4 4983 9,33
100/13 6 147
'
11,50
27

Tanjung Jabun g Timur I II 75/17 5330 9,97
Tanjung Jabung Barat 13 56/14 4870 9, II
Tebo 12 100/5 6340 1/,86
Bungo 17 1 123 / 13 7 160 13 ,40
Kota Jambi 8 -/62 205 0,38
Kota Sun ga i Penuh 5 65/4 391,5 0,73
Jumlah 128 11791153 53435 100,00
Jambi Dalam Angka 2008
c. Topografi
Tabel 8
Nama-Nama Sungai yang Melintasi Kabupatenl Kota dan Nama-nama Gunung
Menurut Kabupatenl Kota Tahun 2008
..
-
", ... Kabupatlm/ l(ota . Nama Sungai
.. Na,ma Gunu6g ..
,
:. ., -:.
'.~ . ....
Kerinci
Me rangin
Sarolangun
Batang Hari
- Batang Merangin
- Sun ga i Siulak Deras
- Batan g Me ran gin
. - Batang Tabir
- Batang Limun
- Batang Tembesi
-Batang Hari
- Batang Tembesi
Muaro Jambi -Batang Hari I
Tanjab
- Batang Hari
Timur
- Batang Berbak
- Batan g Mendahara
- Batang Lagan
- Batang Air Hitam
Tanjab Barat
- Sungai Pengabuan
28
G. Kerinci,
G. Terimbun
G. Kerocon g
G. Terasih
G. Kunyit
G. Patah Tiga
G. Bungku
G. Raya
G. Senggiri

Bungo
Tebo
Kota Jambi
Jambi Da/am Angka 2008
- S ungai Betara
- Barang Bungo
- Batang Tebo
- Batang Pelepat
- Batang Tebo
- Batang Hari
- Batang Hari
d. Penduduk
Data kependudukan yang disajikan pada Jambi Dalam Angka 2008 merupakan hasil
proyeksi Survei Penduduk Antal' Sensus (SUPAS) 2005. Jumlah penduduk Provinsi
Jambi tahun 2008 sebanyak 2.788.269 jiwa, pada tahun 2007 sebanyak 2.742.196.
Selama kurun waktu tersebut teljadi pertumbuhan sebesar 1,68 %. Dilihat dari
kepadatan penduduk tahun 2008 menurut Kabupaten!Kota:
- Kabupaten Kerinci 74orang/km2
- Kabupaten Merangin 45 orang/km2
- Kabupaten Sarolangun 27 orang/km2
- Kabupaten Batanghari 44 orang/km2
- Kabupaten Muaro Jambi 51 mang/km2
- Kabupaten Tanjab Timur 40 orang / km2
- Kabupaten Tanjab Barat 51 orang/km2
- Kabupaten Tebo 40 orang! km2
- Kabupaten Bungo 37 orang! k11l2
- KOla Jambi 2.275 orang/ km2
29

e. Potensi Daerah
I) Pertan i an
Tanaman Pangan lahan di PrOvinsi .lambi pada tahull 2008 seluas 5.356.279
hektar, terdiri dari lahan sawah 179.828 hektar (3,36 persen), luas pertanian bukan
sawah 3.151.868 hektar (58,84 persen) dan lahan bukan pertanian 2.024.583
hektar (37,80 persen). Hal ini menunjukkan bahwa Provinsi .lambi merupakan
wilayah potensi tanaman pangan. Lahan sawall terluas di Provin si lambi terdapat
di Kabupaten Tanjung Jabung Timur (58.161 hektar), diikuti oleh Kabupaten
Tanjung Jabung Barat dan Kabupaten Muaro Jambi masing masing 22.328 hektar
dan 20.740 hektar, sedangkan paling sedikit di Kota Jambi 1.576 hektar. Padi
Sawah Provinsi Jambi tahun 2008 naik sebesar 0,77 % dibandingkan dengan
produksi tahun sebelumnya. Padi lading turun I 1.74 % sehingga total produksi
padi mengalami penurunan sebesar 0,84 %. Palawija : Produksi palawija seperti
ubi kayu turun 17,61 %, jagung naik 15,28 %, ubi jalar turun 39,98 %, dan
kedelai naik 38,29 %.
2) Perkebunan
Perkebunan daerah Jambi pada umumnya adalah Perkebunan Rakyat. Produksi
perkebunan rakyat yang erbesar adalah karet memiliki luas tanaman 643.338
hektar dengan produksi 265.875 ton pada tahun 2008. Komoditas andalan lainnya
yaitu kelapa sawit dengan produksi 1.156.414 ton serta kelapa dalam 116.714 ton.
3) Kehutanan
Hasil kehutanan Provinsi lambi yang terbesar adalah Pulp. produksi 13hun 2008
adalah 506.084 m3 atau turun 24,92 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
Komoditi kedua terbesar adalah kayu bulat sebesar 108.722 ton, hasil hutan ini
mengalami penurunan produksi sebesar 68,06 persen.
30

4) Peternakan
Ternak sapi masih mendominasi ,ienis ternak besar yaitu dcngan jumJah popolasi
sebesar 149,042 ekor atau meningkat 19,12 persen dari tahun sebelumnya dengan
jumlah populasi terbanyak berada di Kabupaten Bungo. Sedangkan ternak kecil
terbanyak adalah hewan kambing sebesar 22 8.147 ekot, dengan populasi di
Kabupaten Tebo. Adapun ternak ungga s terbesar adalah ayam pedaging sebesar
6.910.116 ekor.
f. Perindustrian
Perindustrian di Provinsi Jaillbi dmi rahun 1997-~008 mengalami peningkatan baik
dari unit usaha, tenaga kerja, investasi dan produksinya. Jumlah Perusahaan Industri
Pengolahan Besar dan Sedang di Provinsi Jambi pada Tahun 2008 sebanyak 96 dan
angka ini menunjukkan peningkatan sebesar 7,29 % dari tahun sebelumnya, Jumlah
tenaga kerja sebesar 27.567 orang.
g. Pertarnbangan
Perkembangan perlistrikan di Provinsi Jambi juga meningkat sesuai dengan laju
perkembangan pembangunan. Listl'ik yang terjual dikelompokkan menurut 6 (enam)
golongan: yaitu osial/sekolah, rumahtangga: perdagangan: industri, pemerintahan dan
penerangan jalan.
h. PDRB
Produk Oomestik Regional Bruto (PORB) tahun 2008 Atas Oasar Harga Konstan
tahun 2000 mengalami kenaikan sebesat' 7,16 persen. Kenaikan ini merupakan
pertumbuhan perekonomian secara riil dimana faktor inflasi/deflasi sudah
dihilangkan. Sektor keuangan. t'eal estate clan jasa peru mahan memiliki laju
pertumbuhan tertinggi sebesar 23.88 persen, disusul oleh sector pertambangan
31

.
sebesar 14,70 persen, sektor bangunan sebesar 10,28 persen, sector 1 istrik 7,28
persen, sektor industri 6, 15 persen, sektor pengangkutan dan komunikasi 5,47 persen,
sektor pertanian 4.99 persen. sektor jasa-jasa 4,99 persen , dan terendah sektor
perdagangan 3.86 persen.
2. Kondisi Transportasi
a. Jarak Jalan
Jalan merupakan prasarana untuk memperlancar kegiatan perekonomian. Peningkatan
pembangunan diiringi dengan peningkatan pembangunan jalan untuk memudahkan
mobilitas penduduk dan mempe rla ncat· perdagangan antar daerah. Panjang jalan di
Provinsi Jambi pada tahun 2008 adalah 2.387,08 km terdiri dari jalan kondisi baik
91 1,35 km , jalan sedang 776,62 km, rusak 473,55 km dan rusak be rat 226,55 km.
Proporsi jalan dapat dilihat pada tabel 4.
Jumlah kendaraan bermotor menurut jenisnya dari tahun 2004-2008 mengalami
kenaikan. Jenis kendaraan terbanyak adalah sepeda motor 498.537 buah , mobil
penumpang 51. J 40 buah , mobil baran g 22.438 buah dan mobil bus 9.538 buah.
Tabel9
Panjang Jalan menurut Kabupaten/Kota dan
Pemerintahan yang Berwenang Table Mengelolanya (km)
Provinsi Jambi Tahun 2008
Kabupaten/Kota
'
Kerinci
.. '
Negara
Provinsi
, . Kabupate".}
Jumlah
- 231.32 - 231.32
Merangin 78.89 229.99
- 309.88
Sarolangun
Batang Hari
168.06 190.89
- 358.95
123.0 I 179.80
- 302.81
Muaro Jambi
116.29 69.67 - 185.96
Tanjung Jabung Timur - \30.05 - 130.05
32

ITanjllng Jabllng Barat 93.95 262.26 - 356.21
Tebo 70.~8 141 .08 - 211.56
BlIngo 146.01 90.33 - 236.34
Kota Jambi
I
22.71 41.29 - 64.00
JumiahITotal2008 820.40 I. 566.68 - 2.387.08
2007 , 820.40 I. 566 .67 - 2 .387.08
2006 820.40 I. 566.67 -I 2. 387.08
2005 820.40 1 .566.67 - 2. 387.08
2004 820.40 1 .566.67 - 2.387.08
lambi Dalam Angka 2008
b. Jarak Antar Kota
TabellO
Nama Ibukota Kabupaten/Kota dan Jarak ke Ibukota Provinsi Menurut
Kabupaten/Kota Tahun 2008
KabupaJenl NamaIbu kota; Jara¥Ke
Kota Ka bu Itaten/.I(ota I~ukotaProvinsj (Km)
.. ' . ,-
Kerinci SlIngai Penllh 419,21
Merangin Bangko 255 ,03
Sarol angun Sarolangun 179,29
Mllaro Jambi Sengeti 58,93
Batang Hari Mllara BlIlian 27 ,00
Tanjab Timur Mllara Sabak 129.44
Tanjab Barat Kuala TUI1?kal 130,78
-,
Tebo Mual'a l ebo 205,80
BlIngo Mllara Bungo 251 ,60
Kota Jambi Kota Barll 0
SlIngai Penllh SlIngai Penllh 418
l ambi Dalam Angka 2008
33

~
3. Jaringan Trayek Angkutan Jalan Perintis
Tabel 11
Jaringan Trayek Angkutan JaJan Perin tis
~NO
TRAYEK Y ANG oDILAYANI
JARAK(:kM)"
J Terminal Alam Barajo-Sungai Bahar (Tanjung Lebar) 110
2 Bangko-Pamenang- Jal atan-TT K D A 92
3 Jambi-Petaling 60
4 Bangko-Tanah Garau 90
5 Terminal Alam Barajo-Muara Tebo-Kuamang Kining 190
6
7
Bangko-air Jernih
Taman Alam Barajo-Sungai Bahar-Johor (PT Asiatic)
,
40
130
lambi Dalam Angka 2008
34

B. NUSA TENGGARA TIMUR
Gambar 5 : Peta Propinsi Nusa Tenggara Timur
1. Kondisi Daerah
a. Letak Geografis
Propinsi Nusa Tenggara Timur (NIT) terletak di selatan katulistiwa pada posisi 8 0 _
12 0 Lintang Selatan dan 118 0 - 125 0 Bujur Timur.
Batas-batas wilayah :
• Sebelah Utara berbatasan dengan Laut Flores
• Sebelah Selatan dengan Samudera Hindia
• Sebelah Timur dengan Negara Timor Leste
35

NTT merupakan wilayah kepulaua n yang terdiri dari 566 pulau, 43 2 pulau
diantaran ya sudal1 l11el11punyai nama dan si sanya sampai saat ini belum mempunyai
nama. Diantara 432 pulau yang sudah bernama terdapat 4 pulau besar: Flores, Sumba,
Timor dan Alor (F LOBAMORA) dan pulau-puJau kecil antara Jain: Adonara, Babi,
Lomblen, Pamana BesaL Pan ga Batang, Parm ah an , Rusah, Samhila, Solor (masuk
wilayah Kab upaten Flotiml Lel11bata). Pula u Bata ng, Ki su, Lapang, Pura, Rusa,
Trweng (Kabupaten Alol'), Pulau Dana. 000, Landu Manifon, Manuk, Pamana,
Raijna, Rote, Sarvu, Sem au (Kabupaten Kupangl Rote Ndao), Pulau Loren , Komodo,
Rinca, Sebabi , Sebayur Kecil , Sebayur Besar Serayu Besar (Wilayah Kabupaten
Manggarai), Pul au Untelue (Kabupaten Ngada), Pulau Halura (Ka bupaten Sumba
TimUL dll. Dari selul'uh pulau ya ng ada . 42 pulau telah berpengh un i sedangkan
sisan ya belum berpenghuni. Terdapat tiga pulau besar, yaitu pulau Flores, Sumba dan
Timor, se lebihnya adalah pulau-pulau kec il ya ng letaknya terse bar, komoditas yang
dimiliki sangat terbatas dan sangat dipengaruhi oleh iklim.
b. Luas WiJayah
Luas wilayah daratan 47.349,90 km : atau 2,49% luas Indonesia dan luas wilayah
perairan ± 200.000 km 2 diluar perairan Zo na Ekonomi Eksklusif Indonesia (ZEEI).
Secara rinci ILlas wi layah menul'ut Kabupatenl Kota adalah sebagai berikut:
m' !:t1M1I~n~m~mm
Tabel 12
WiJayah Administratif
Di Provinsi Nusa Tenggara Timur
l~i~!ld!lm . [JD
I~tttttt i!ffi
I Kupa ng 30 ~ 1 8
22
2 Timor Ten gah Selatan 32 228 12
3 Timor Tengah Utara 9 140 34
4 Belu 24 196 12
5 Alol' 17 158 17
6 Fl ores TimLlr 18 209 17
7 Si kka 21 14 7 13
8 Ende 20 191 23
36

9 Ngada 9 78 16
10 Manggarai 9 132 17
11 Sumba Timur 22 140 16
12 Sumba Bara! 6 45 8
13 Lembata 9 137 7
J4 Rote Ndao 8 73 7
15 Manggarai Barat 7 116 5
16 Nagekeo 7 84 16
17 Sumba Tengah 4 43 -
18 Sumba Bara! Daya 8 94 2
19 Manggarai Timur 6 104 10
20 Kota Kupang 4 - 49
21 Sabu Raijua 6 42 5
Jumlah 285 2.469 300
NTT Do/am Angko 2008
Tabel 13
Luas Daerah Nusa Tenggara Timur Menurut Pulau
. """ '. ~-" ' ~"'.. ,
N~
'} , Puial) , LuasD~erah Persent~se .
I Sumba 11.040,00 23,30
2 Sabu 421 ,70 0,90
3 Rote 1.214,30 2,60
4 Semau 261 ,00 0,60
5 Timor 14. 394,90 30,40
6 Alor 2.073,40 3,40
7 Pan tar 711 ,80 1,50
8 Lomblen J .266,00 2,70
9 Adonara 518 ,80 1, 10
10 Solor 226,20 0,50
1 J Flores 14 .23 1.00 30,00
12 Rinea 212.50 0,40
13 Komodo 33 2,40 0,70
14 Lain-Iainn ya 445,90 0,90
NTT 47.349,90 100,00
Sumber. Proviinsi NTT do/am Angko Tohun 2008 - BPS ProvoNTT
37

Tabel 14
Luas Daerah Nusa Tenggara Timur Menurut Kabupaten
No }(~PlJPJlte. !1 .. . , ".. ~ , -"
-.
LuasDaerah
Persentase
1 Sumba Barat 737,42 1,56
2 Sumba Timur 7.000,50 14,78
3 Kupang 5.898,26 12,46
4 TTS 3.947,00 8,34
5 TTU 2.669 ,66 5,64
6 Belu 2.445,57 5,16
7 Alor 2.864,60 6,05
8 Lembata 1.266,38 2,67
9 Flotim 1.812,85 3,83
10 Sikka 1.73 1,92
3,66
11 Ende 2.046,62 4,32
12 Ngada 1.620,92 3,42
J 3 Manggarai 4.188,90 8,85
14 Rote Ndao 1.280,00 2,70
15 Manggarai Barat 2.947,5 0
6,22
Sumba Barat
15 1.445,32 3,05
Oaya
15 Sumba Tengah 1.869,18 3,95
J 5 Nagekeo 1.416,96
2,99
16 Manggarai Tim ur -
-
16 Kota Kupang 160,34 0,34
NTT
47.349 ,90 100,00
Sumber: Buku Provinsi N TT da/am Angka Tahun 2008, BPS Provo
NTT
.,'
Hampir semua pulau di wilayah NTT terdiri dari pegunungan dan perbukitan kapur.
Dari sejumlah gunung yang ada terdapat gunung berapi yang masih aktir Oi pulau
Flores, Sumba dan Timor terdapat kawa:;an padang rumput (savana) dan stepa yang
luas.
38

c. Topografi
Apabila dilihat dari topografinya, maka wilayah NTT dapat dibag; atas 5 bagian
besar, yaitu :
• Agak berombak dengan kemiringan 3- 16 %.
• Agak bergelombang dengan kemiringan 17-26 %.
• Bergelombang dengan kemiringan 27-50 %.
• Berbukuti-bukit bergunung dengan kem iringan lebih besar dari 50 %.
• Dataran banjir dengan kemiringan 0-30 %.
Keadaan topografi demikian mempullyai pengaruh pula terhadap pola kehidupan
penduduk, an tara lain pola pemukiman digunung-gunung, sehingga terdapat
variasi adat dan tipologi kehidupan yang sangat besar antara suatu daerah dengan
daerah lainnya.
d. Penduduk
Penduduk yang mendiami sel uruh wilayah Provinsi NTT ini terdiri dari berbagai suku
bangsa, diantaranya Timor. Rote. Sabu. Sumba. Helong. Flores, Alor dan lain-lain.
Setiap suku memiliki corak buclaya y

Alor
89029 89.935 178.964
Lembata
49.271 55 169 104.440
Flores Timur
108.771 121.147 229.918
Sikka
132.274 145.353 227.627
Ende
108.589 129.45 I 238.040
Ngada
64093 67 .3 72 131.465
Manggarai
251.573 252.590 504.163
Rote Ndao
58.4 15 54.138 112.553
Manggarai Sarat 99.606 101.523 201.129
'Sumba Sarat Daya 132.907 123.054 255.961
Sumba Tengah
30.616 28.348 58.964
Nagekeo
58.942 64.232 123 . 147
Manggarai TimuJ'
Kota Kupang
141.915 144.384 286 .299
Jumlah 2.213.608 2.235.265· 4.488.873
NTT Dalam Angka. 2008
Tabel 16
Jumlah Penduduk, Luas Daerah, dan Kepadatan Penduduk
Menurut Kabupaten Tahun 2008
Kabupaten
Sumba Barat
Sumba Timur
Kupang
TTS
TTU
Selu
'Alor
Lembata
Flores TimLiI'
'Sikka
Jumlah
Penduduk
Luas
Daerah
104.383 737,42
223.116 7000,50
373.663 5898 .26
415.660 3947.00
211 .350 2669,66
418.004 2445,57
178.964 . 2864,60
104.440 1266.38
229CJI8 1812.85
277.627 1731,92
40
Ke .padatan
Pendud.:uk
% Pellduduk
K;ab. Thdp
Pendu dukNTT
141,55
2,35
31,87
5,02
63.35
8,58
105,31
9,34
79,17
4,75 i
170,92 · 9,40 .
62,47 4,02
82,47 2,35
126,83 5,17 .
160,30 624 , '

Ende 238.040 . 2046,62 116,31 5,35
Ngada 131.465 1620,92 81,11
1
294 , .
. ..... .. ...
Manggarai 504.163 4188,90 120,36 11,33 1
. Rote Ndao 112.553 1280,00 87,93 2,53
,
Manggarai !
201.129 2947,50 68,24 . 4,52 :
Barat
_. -
Sumba Barat
255.961 1445,32 136,94 5,75
Oaya
Sumba Tengah 58.964 1869,18 40,80 1,33
Nagekeo 123.1 74 1416,96 86,93 2,77
Manggarai
Timur
Kota Kupang 286.299 160,34 . 1785,57 . 6,44
Jumlah 4.448.873 47 .349.90 93.96 100,00.
Sumber : NTT dalam Angka Tahull 2008
e. Potensi Daera h
I) Peluang Usaha Sektor Perkebunan
a) Tanaman Kelapa
Luas lahan yang tersedia adalah 154.232,37 ha. Luas lahan yang beJum
diusahakan (disiapkan untuk pihak investor adalah 50.386,67ha) untuk
pengembangan dan tersedia lokasi di 16 Kabupaten/kota se-NTT, dengan
dukungan sarana dan prasarana penunjang yang memadai. Tanah merupakan
milikl'ak yat.
b) Tanaman Jambu Mete
Luas lahan potensi sebesar 134.997,24 ha. Luas lahan yang belum
diusahakanl dikembangkan oleh investor sebesar 73.821,37 ha dengan lokasi
terbesar di 16 Kabupaten! kota se-NTT dengan dukungan saran a dan
prasarana penunjang yang memadai , status tanah milik rakyat.
41

c) Tanaman Kopi
Luas lahan untuk pengembangan tanaman Kopi di NTT seluas 64 .300,21 ha,
sedangkan lahan yang belum diusahakan atau yang dipersiapkan kepada pihak
investor seluas 23.804,37 ha dan terbesar di Kabupaten Manggarai, Manggarai
Barat, Ngada, Sumba Barat dan Kabupaten Ende. Sarana dan prasarana cukup
tersedia, status tanah milik rakyat.
d) Tanaman Kakao
Luas lahan tersedia seluas 37.883,02 ha, sedangkan lahan yang masih
tersed ia bagi pengembangan tanaman Kakao seluas 15.280,57 ha, tersedia di
Kabupaten Kupang, Belu , Ngada, Manggarai, Sumba Barat dan Flores
Timur, dengan dukungan sarana sampai pada desa-desa.
e) Tanaman Kemiri
Lahan yang terdiri bagi pengeillbangan tanaman kemiri seluas 74.972,92 Ha
sedangkan lahan yang belum diusahakanl tersedia untuk investor 39.936,23
Ha dan tersedia 16 Kabupaten/Kota se-NTT, sarana dan prasarana penunjang
cukup tersedia sampal ke desa-desa, status tanah miJik rakyat.
f) Tanaman Cengkih
Lahan yang tersedia bagi pengembangan tanaman Cengkeh seJuas 11.579,81
Ha, sedangkan Jahan yang belum diusahakanl disiapkan kepada investor
seillas 5.106,35 ha loka

tanah adalah masyarakat dan tersebar di Kabupaten Ngada, Sikka, Sumba
Barat dan Kupang.
h) Tanaman Jarak
Lahan yang tersedia adalah 3.424 lahanl lokasi yang belum diusahakan adalah
119,20 ha, status kepemilikan adalah tanah masyarakat dan terse bar di J 6
Kabupaten/Kota se- Nusa Tenggara Timur.
2) Pertambangan
Potensi pertambangan di Provinsi Nusa Tenggara Timur cukup besar yang
meliputi berbagaijenis gal ian Golongan A, B dan C. Untllkjenis galian Golongan
A dan B baru merupakan perkiraan karena belum dilakukan penelitian dan
pemetaan secara seksama, namlln lIntuk bahan galian golongan C sudah dilakukan
pemetaan Semi Mikro.
Jenis pertambangan yang dihasilkan adalah nikel, em as, tembaga, timah, mangan,
besi, timbel, dan lain lain.
3) Perikanan
Jenis perikanan yang dihasilkan adalah paperek, kerapll, kakap, kembung, ikan
pari, tenggiri, cakalang, teri, tongkol, tuna, cumi, udang, teripang, dan lain-lain
f. PDRB
Produk Domestik regioanal Bruto(PDRB) adalah indikator yan mengggambarkan
keadaan perekonomian penduduk di suatll wilayah/daerah . Ukuran yang dapat di
hasilkan dari penghitungan PDRB antara lain adalah rata-rata pendapatan perkapita,
struktllr ekonomi dan pertllmbllhan ekonomi
43

PDRB atas dasar harga berlaku teru s meningkat dari 14.8 10 trilyun rupiah pada tahun
2006 da n meningkat lagi Illell.jadi 19.1 37 tl'il) Lin r'uppiah pada tahun 2007 berasal dari
sektor pertanian
Tabel17
Indeks Pembangunan Manusia (lPM) dan Indeks Kemahalan Produksi
([KK)
.Nu. ·
..
~BUPATEN
IPM
(2005)
IKK
(2006)
'Sumba Barat 59,8 156,99
2 Sumba Timur 59,6 155,42
..,
-' Kupang 62,0 153 ,67
4 Timor Tengah Selatan 62,7 155,33 '
5 Timor Tengah Utara 63, I 154,51.
6 tBelu 61,2 155 ,24 •
7 Alar 65.4 157,38
8 Lembata 65,1 157,49 .
9 Flores Timur 64,7 156,01 •
..
10 Sikka 64,6 . 156,34 .
II Ende 64 ,6 155,67
12 Ngada 66.0 157 ,27
13 Manggarai 65,2 157,09
14 Rate Ndao 62,1 152 ,63·
IS Manggarai Barat 63,2 156,50 .
16 Kota Kupang 74.5 151 ,2 5
NTT Oa1am Angka , 2008
63,6 155 ,46
44

2. Kondisi Transportasi
a. Sarana
Tabel 18 : Jumlah Armada Angklltan Umllm per Trayek AKDP
~
.rulVILAH
JUMLAHARMA.DA
NO URA.IAN TRAYEK TERDAFTAR AKTffl
(UNIT) ( UNIT)
KUPANG - SOE PP 14 12
2 KUPANG - KEFA PP 29 25
3 KUPA NG - A TB PP 0 2
4 KPG - A TB - BETUN PP 0 3
KPG - A YOTUPAS - BSKM
5 PP 2
6 SOE - KPG PP "" JJ 27
7 SOE - KEFA PP 0 2
8 SO E - A TB PP 0 I
9 KEFA - KPG PP 13 10
10 KEFA - SOE PP 0
II KEFA - ATB PP 15 12
12 ATB - KPG PP 66 60
13 ATB-K EFAPP 3 4
14 ATB - SOE PP 0 3
15 ATB - BTN - KPG PP J" 3
BSKM - A YOTUPAS - KPG
16 PP 19 16
17 WNGP - WKBK PP 6 7
WNGP - WKBK - WKLO
18 PP 9 7
19 WKBK - WNGP PP 7 6
WKLO - WKBK - WNGP
20 PP 5 5
21 END E - B./W PP 14 12
22 ENDE - RUT EN G PP II 10
23 ENDE - LBJO PP 3 3
24 ENDE - MME PP 19 16
25 ENDE - L TK PP 10 8
45

26 BJW - RTG PP
27 BJW - LBJO PP
48 47
'")
J 3
28 BJW - ENDE PP 23 23
29 BJW - MME PP 5 5
30 BJW - LTK PP 2 2
3 1 RTG - LBJO PP 27 27
32 RTG - BJW PP 15 15
33 RTG - ENDE PP 12 12
34 RTG - MME PP 3 3
35 RTG - LTK PP 4 4
36 ;LBJO - RTG PP 5 5
'")
37 ,LBJ - BJW PP J
38 LBJO - ENDE PP
'")
J 3
39 LBJO - MME PP 4 4
; 40 LBJO - LTK PP 4 4
.. ". - -,,,--1
: 41 MME - " LTK PP 17 17
"
42 MME - ENDE PP 24
43 MME - B.lW PP 3
44 MME - RTG PP
45 MME - LBJ PP 3
46 MME - MBAY PP 4
NTT Dalam Angka, 2008
'")
J
24
3
3 3
3
4
b. Prasarana
Tabel19 : Jalan Negara Per Kabupaten
Kabupaten
Panja1ui Jalan .
(l(lVl) .
Kondisi
Kota Kupang
36,85 Baik
Kabupaten Kupang 109,81 Baik
Kabupaten T T S 100,63 Baik
Kabupaten T T U 45,99 Baik
Kabupaten Belu
91,80 Baik
Kabupaten Alor
99,59 Baik
46

Kabupaten Lembata
;Kabupaten Flores Timur
Xabupaten Sikka
Kabupaten Ende
Kabupaten Ngada
Kabupaten Manggarai
:Kabupaten Manggarai Barat
iKabupaten Sumba Barat
Kabupaten Sumba Timur
Kabupaten Rate Ndao
Jumlah
100, 16 Baik
50,45 Baik
178, 13 Baik
67,49 Baik
253,99 Baik
98,26 Baik
76.63 Baik
1.309,78 .
NTT Dalam Angka, 2008
Tabel 20 : JaJan Provinsi per Kabupaten
Kabupaten
Kota Kupang
Kabupaten Kupang
Kabupaten T T S
Kabupaten T T U
Kabupaten Belu
Kabupaten Alar
Kabupaten Lembata
Kabupaten Flores Timur
Kabupaten Sikka
Kabupaten Ende
Kabupaten Ngada
Kabu paten rVlanggarai
Kabupaten Manggarai Barat
Kabupaten Sumba Barat
Kabupaten Sumba Timur
Kabupaten Rote Ndao
0
" Jumlah
NTT Dalam Angka, 2008
ianjang Jalan
(:KJVI)
Kondisi
10,40 Baik
404,82 Baik
297,34 Baik
150,99 Baik
165,79 Baik
68 ,33 Baik
52,45
176,89 Baik
109,90 Bail

Tabel 21 : Terminal Transportasi Jalan
No Nama Terminal Lokasi
Tipe
Terminal
Luas Terminal:
(]\tP)
l. ·Oebobo Kota B 2.268
2. Noelbaki Kupang B
1.800 '
3. :Haumeni Xupang B 2.613
4. Xefamenanu TTS B 1.500
5. Fatubenao TTU B 4.400
6. Kadelang Belu C 810
7. Lewoleba Alor C 2.000
8. Lamawalang Lembata B 1.800
9. :Madawat Flores B 2.000
10. Lokarya Timur B 1.350
] 1. Ndao Sikka B 3.760
12. Watujaji Sikka B 2.400
13. Mena Ende B 3.000
14. Iteng Ngada C 2.500
15. Nggorang Manggarai B 3.200 ,
16. Kawangu Manggarai C 1.200
17. ;Lambanapu Manggarai B 6.000
18. Waikelo Barat B
2.200
19. Waikabubak Sumba B
3.200
20. Terminal Lintas Timur A 10000
Batas
Negara (Motaain)
NTT Dalam Angka, 2008
Sumba
Timur
Sumba
Barat
Sumba
Barat
Belu
3. Kinerja angkutan perintis DAMRI
Permasalahan di Perum DAiVlRI KLipang antal'a lain:
I) Kondisi Geografis
a) Dataran
b) Perbukitan
c) Pegullungan
48

2) Kondisi Jalan
a) AspaJ
b) Pengerasan
c) Berbatu dan
d) Berlubang
e) Melalui 23 sungai ( I sungai jaraknya ±8 km)
3) Keamanan Pelayanan
a) Dapat diterima oleh Illasyarakat
b) Tidak dapat diterima oleh pengu sa ila/kendaraan angkutan yang bersinggungan
dengan DAMRI oleh karena masalah tariff: DAMRI melayani trayek
Lologama Rp 20.000.- swasta tarifnya Rp 35.000,­
4) Kendaraan
a) Tidak sesuai dengan kondi si geografis, kondisi jalan
b) Sudah berusia diatas 10 tahun
c) Yang dibutuhkan kendaraan merk ISUZU, Toyota Dina Rina 120 PS dan Hino
Dutro
d) Pada Kendaraan Bus angkutan perintid diberikan/dilengkapi dengan bagasi
e) Hyundai tidak dapat melayani angkutan perintis dan daerah terisolir karena
(1) Pada tanjakan terjal tidak mampu malampaui.
(2) Mudah terjadi kerusakan pada verseneling dan kronwil.
5) Kondisi Tn:n sp ortasi
a) Penumpang dan barang/demand transportasi disatukan
b) Jaringan pelayanan tidak optimal
49

Tabel 22 : Kinerja Darnri Kupang NTT
No. Kriteda I Satuan .. Jrayek 1 Trayek 2 Tray~k~
...­ (l,(umfotu) (Lelqsbma) '. (NakljuJ
A. Kinerja
-
Operasional
l. Jumlah liwaltrayek 15 15 12
penumpang tiap
trayek
I
2. Kapasitas seat sea t 24 24 24
..,
.Y . Frekuensi Rit 2 2 2
perjalanan
4. Jadwal I Rutin
perjalanan
5. Jumlah bus tiap I Bus I 2 1
trayek (siap
operasi)
6. Jumlah bus tiap Bus 1 2 1
trayek (siap
guna)
7. lumlah bus tiap I Bus I 2 1
trayek (siap guna
operasi)
B. Kinerja Finasial I
l. Pendapatan tiap Rp 250.000 300.000 250.000
trayek harian
2. Subsisi per rit Rp
per trayek
3. Tari f tiap trayek Km /jumlah 35.000 35.000 40.000
penduduk
Kondi si Baik, Buruk Buruk Buruk
prasarana jalan sedang,
buruk
Panjang trayek Km r 138 178 176
Keberadaan .Ada/t idak i Ada Ada Ada
pelayanan
angkutan umum
(frekuensi)
I
I
. ­
4. Pemadu Moda
a. Terminal A,S ,C Noelbaki Noelbaki Noelbaki
yang
I
I
dihubun gka n
I
-
I
b. Jarak men uj u km 12 12 12
bandara
50
I

terdekat
c. Jarak menuju
akses ASDP
terde kat
d. Jarak menuju
pelabuhab
terdekat
5. Efisien si
a. Biaya
pengadaan/un
it
b. Biaya
operasi/bu Ian
/bus
km 29 29 29
km 25 25 25
Rp 135juta 135 juta
-­ -:-­
140juta
Rp 5 juta 6 juta 4 juta
INo .
. .
I.
2.
Tabel 23 : Trayek Angkutan Perin tis pada Wilayah Penelitian
. .. ..
Rlite Panjang leni's Alokasi Tarif(Rp) Jenis
Trayek (km) Kenda bus (unit)
.. Pelayan'an _
raan
(AKDP/Ang
I
",
d~s/Angkot)
Leloga 178 lsuzu 2 40.000 Angdes
ma
Kuanfat 138 ISlIzu 1 35.000 AKDP
1I
3. Naikliu 176 I lsu zu 1 40.000 Angdes
S1

C. SULAWESITENGGARA
Gombar 6 : Peta Propinsi Sulawesi Tenggara
1.'"
·A. '; J ••~::\ ~~.'7~~...::-..:?
,.~
-;....~:--;...­
••
.......
-:~ \t ',;t!:;-:;0
CJ
I),
WOW[)NI
.~
POI"4E).
.-....
;>-8"t~IfO . T . •
~. ~. '
P. ,BUTON
~ P, ·9;urUNGI .
1. Kondisi Daerah
a. Letak geografis
Provinsi Sulawesi Tenggara dilihat dari peta pulau Sulawesi di lazirah Tenggara.
Akan tetapi bila dilihat dari sudut geografis, maka Provinsi Daerah Tingkat I
Sulawesi Tenggara terletak di bagian Selatan garis Khatulistiwa yang memanjang dari
" Utara ke Selatan diantara 3 derajat L.S sampai 6 derajat L.S dan melebar dari Barat
ke Timur diantara 120 0 45' Bujur Timur sampai 124 0 60' Bujur Timur.
52

selatan dan Provinsi Sulawesi Tengah, di sebelah Selatan berbatasan dengan Laut
Flores. Sedangkan di sebelah Timur btl batasan dengan Laut Banda dan di sebelah
Barat Berbatasan dengan Teluk Bone
b. Luas Wilayah
Provinsi Sulawesi Tenggara yang mencakup \vi layah daratan (Jazirah) dan kepulauan
memiliki wilayah seluas kurang lebih 38.140 km2. Sedangkan wilayah perairan
(Laut) diperkirakan seluas kurang lebih 114.876 km2.
Selain jazirah Tenggara Pulau Sulawesi yang menjadi daratan terluas Provinsi
Sulawesi Tenggara, di propinsi ini juga terdapat pulau-pulau yang tersebar di masing­
masing kabupaten, Yaitu :
I) Pulau-pulau yang terdapat di Kabupaten Buton yaitu : Pulau Buton, Pulau
Siompu, Pulau Talaga Besar. Pulau Talaga Keci I, Pulau Sagori , Pulau Domalawa,
Pulau Batu Atas, Pulau Tambake, Pulau Kadatua.
2) Pulau-pulau yang terdapat di Kabupaten Muna yaitu : Pulau Muna, Pulau Tobea
Besar, Pulau Tobea Kecil, Pulau Wataitonga, Pulau Koholifano, Pulau Bakealu,
Kepulauan Tiworo (Pulau Maginti , Pulau Balu, Pulau Katela, Pulau Mandike,
Pulau Bero, Pulau Rangku, Pulau Maloang, Pulau Gola, Pulau Kayuangin dan
Pulau Tobuan).
3) Pulau-pulau yang terdapat di Kabupaten Konawe yaitu : Pulau Wawonii, Pulau
Labengki, Pulau Karama. Pulau Bawulu . Pulau Bokori, Pulau Saponda Darat,
Pulau Saponda Laut. Pulau Hari. Pulau Campada.
4) Pulau-pulau yang terdapat di Kabupaten Kolaka yaitu : PlIlall Padamarang, Pulau
Lambasina Besar, Pulau Lambasina Kecil , Pulau Maniang, Pulau Buaya, Pulau
Lemo,
5) Pulau-pulau yang terdapat di Kabupaten Konawe Utara yaitu Pulau Karama,
Pulau Labengki , Pulau Bawulu,
6) Pulau-pulau yang terdapat di Kabupaten Kab. Bombana yaitu : Pulau Masaloka,
Pulau Kabaena
53

7) Pulau-pulau yang terdapat di Kabupaten Kab. Wakatobi yaitu : Pulau Wangiwdl1gi
- Pulau Kawi-Ka\vi. Pulall Kompona One - Pulau Sampara, Pulau Lentea
Kiwolu, Pulau Kaledllpa. Plilau Hoga, Pulau Lentea Langge, Pulau Binongko,
Pulau Tomia, Pulau Runduma, Pulau iVloromaho, Pulau Kapota, Pulau Lentea
Tomia.
8) Pulau-pulau yang terdapat di Kabupaten Kab. Buton Utara yaitu Pulau Tanah
iVlerah. Pulall Langgel·e.
c. Penduduk
Tahun 1990 jumlah penduduk Sulawesi Tenggara sekitar 1.349.619 jiwa, sepuluh
tahun kemlldian yaitu tahun 2000 meningkat menjadi 1.776.292 jiwa, dan
berdasarkan hasil pencatatan terakhil·. melailli Survei Penduduk Antar Sensus (Supas)
BPS tahun 2008, adalah 2.074.974 jiwa. Dengan demikian , laju pertumbuhan
penduduk Sulawesi Tenggara pada kurun \Vaktu tahun 1990-2000
adalah 2,79 persen per tahun dan pada kurun waktu tahun 2007-2008 menjadi 2,14.
Tabel24
Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk Sulawesi Tenggara menu rut
Kabupaten/Kota
KAHUPAl'ENI PENPUDUK 2008
KOTA >( Jiwa )
LAID PERTUMBUHAN
Tabun 2007 - 2008
(%)
Kabupaten Konawe 228,706 1.94
Kabupaten Kolaka 281,450 0.94
Kabllpaten Buton 279,546 1.41
Kabupaten Muna 246,004 1.07
Kabupaten Konavve
Selatan
240,053 0.90
Kabupaten Kolaka
:' , Utara
111,418 17.91
Kabupaten
Bombana
109,883 1.53
Kabupaten
Wakatobi
101,475 1.99
54

Kabupaten Konawe
Utara
Kabupaten Buton
Utara
Kota Kendari
Kota Bau-Bau
Provinsi Sulawesi
Tenggara
45 ,760 1.94
48 ,700 1.07
254,236 1.10
127,743 2.52
2,074,974 2.14
(Sumber BPS Sultra / Sultra Dalam Angka 2009
d. Potensi Daerah
Bahan makanan yang diusahan di Sulawesi tenggara hanya delapan tanaman yang
utama yaitu; padi sawah, padi lading, jagung, ubi kayu, ubi jalar, kacang tanah ,
kacang kedelai, dan kacang hijau.
Produktivitas padi yang tertinggi terdapat di Kabupaten Kona'vve yaitu mencapai
124.247 ton atau 35.56 persen dari produksi padi di seluruh wilayah Provinsi
Sulawesi Tenggara, Sedangkan untuk Kabupaten kolaka, Konawe Selatan, Bombana,
Buton dan Muna masing-masing sebesar 85.625 ton ( 24,51 persen), 69.734 (
19,96%),3\.998 ton (9.16 persen), 12.725 ton (3,64 persen) dan 9.26 ton (2.63
persen)
Tanaman buah-buahan yang diusahan di Sulawesi Tenggara antara lain, alpukat,
rambutan, langsat, jeruk, jambu biji , jambu air, durian, papaya, pisang nenas, salak,
nangka, sawo, sukun, belimbing dan sirsak.
Jenis tanaman perkebunan rakyat meliputi. kelapa. kapuk. kopi, lada, pala, cengkeh,
jambu mete, kemiri . coklat. enau, p;" nili. pinang, asam jawa, tembakau, kelapa
hibryda, kapas rakayat, tebu, jahe dan sagu
Jenis populasi ternak yang dikembangkan di Provinsi Sulawesi Tenggara terdiri dari
, ternak besar dan ternak kecil dan ternak unggas. Jenis ternak besar terdiri dari sapi,
kerbau dan kuda, Ternak keci I terdiri dari kambing, domba dan babi, dan jebnis
unggas terdiri dari ayang ras, ayam kampong, dan itik manila.
55

Kegiatan penangkapan ikan dilaksnakan melalui perikanan laut dan perikanan darat
(perairan umum, tambak dan kolam)
Produksi ikan di Sulawesi Tenggara tahun 2006 tercatat sebanyak 217.693,9 ton
(senilai 1.524,50 milyar). Jumlah produksi ikan tersebut terdiri dari produksi
perikanan laut sebanyak 213.610.3 ton dan produksi perikanan darat sebanyak
4.083.6 ton .
Kawasan hutan menurut fungsinya terdiri dari lima jenis, yaitu hutan produksi biasa,
hutan produksi terbatas, hutan lindung, hutan wisataiPPA dan hutan produksi yang
dapat dikonversi.
e. PDRB
Pertumbuhan PDRB 2006 ditunjang oleh seluruh sector perekonomian yang
menunjukkan angka pertumbuhan positif, kecuali sector pertambangan dan
penggalian. Sektor pertanian tumbuh sebesar 4,57 persen, sector pertambangan turun
5,69 persen, sector industry tumbuh sebesar 8. 59 persen, sector listrik dan air bersih
tumbuh sebesar 7,61 persen, sector konstruksi tumbuh sebesar 8,83 persen. Sektor
perdagangan, hotel dan restoran tumbuh sebesar 4,69 persen, sector angkutan dan
komunikasi, tumbuh tumbuh sebesar 9,16 persen, sector keuangan tumbuh sebesar
21,47 persen dan sector jasa tumbuh sebesar 6,61 persen.
2. Kondisi Transportasi
a. Prasarana
Jaringan prasarana angkutan jalan adalah berupa jalan dan terminal. Jalan prasarana
angkutqn darat yang s8.ngat penting dalam memperlancar kegiatan hubungan
perekonomian. baik antara satu kota dengan kota yang lain. maupun antara kota
dengan desa dan antara desa dengan desa lainnya. Kondisi jalan yang baik akan
memudahkan mobilitas penduduk dalam mengadakan hubungan perekonomian dan
kegitan sosial lainnya.
56

1) Jalan
• Panjang Jalan 8.422,77 km terdiri dari Jalali Nasional 1.328,92 km, Jalan
Provinsi 489 km, Jalan Kabupaten 6.604,85 km
• Diaspal 4.439,89km. sisan ya 3.982.88 km belunl diaspal.
• Kondisi Baik 2.562.35 km sisan)a 5.860.'-f2 km !'lIsak.
2) Terminal
Moda transportasi darat di Provinsi Sulawesi Tenggara adalah berupa angkutan
umum seperti Bus yangjaringan pelayanannya selain di dalam wilayah perkotaan
juga di wilayah pedesaan. Angkutan umum yang tersedia di Provinsi Sulawesi
Tenggara umumnya didominasi oleh jenis angkutan roda empat (mobil) dan roda
dua (sepeda motor).
Salah satu prasarana yang menun.lang kelancaran operasional transportasi
angkutan umum adalah terminal dengan kapasitas yang memadai dan sistem
operasional yang sesuai dengan kondisi yang ada. Terminal angkutan umum di
Sulawesi Tenggara terdiri dari beberapa type yaitu A, B, dan C. Berdasarkan
sebarannya, pada wilayah daratan kabupaten/kota di Provinsi Sulawesi Tenggara
telah memiliki terminal. Terminal induk terdapat di Kota Kendari (tipe B) dan
terminal pembantu, sedangkan terminal darat tipe C terdapat pada semua
kabupaten.
Tabel 25 : Kondisi Prasarana Terminal
Kabup'aten/Kd'ta Terminal . ~
" t, Kondisi
:
Kota Kendari 4 terminal dibangun Baik.
tahun tahun 1975 - 1984
Kab. Kona\,ve I terminal dibangun Baik.
Tahun 1990
Kab, Kolaka 3 terminal dibangun Baik
Tahun 1981 - 1983
Kab, Muna 4 terminal dibangun rusak ,
Kota Bau Bau
Tahun 1991 - 1997
I Terminal dibangun
Tahun 1997
I rusak
57

Kab. Buton
Kab. Kolut dan
Konsel
Konut
Bombana
Butur
12 terminal dibangun
tahun 1997
belum ada terminal
belum ada terminal
belum ada terminal
belum ada terminal
belum ada terminal
rusak.
3) Aspek Keselamatan Transportasi jalan
Dalam rangka mewujudkan keselamatan Angkutan lalan secara
berkesinambungan setiap tahun terus diadakan penambahan dan perawatan
fasilitas keselamatan Lalu Lintas Angkutan Jalan.
Khususnya di Jalan Nasional secara konsisten setiap tahun terus dilaksanakan
pekerjaan pemasangan marka jalan, pagar pengaman jalan ; rambu-rambu lalu
lintas jalan dan Alat Pengatur lsyarat Lalu Lintas (APILL) berupa traffic light.
Pengadaan dan Pemasangan Fasilitas Perlengkapan lalan 5 (lima) Tahun Terakhir
(2005 - 2009) :
• Marka Jalan
: 266.990 m
• Pagar Pengaman Jalan
5.920 m
• Rambu Rambu LLJ
1.200 Buah
• RPPJ
54 Buah
• Cermin Tikungan
30 Buah
• LPJU
50 Buah
• Delineator
1.662 Buah
• Paku Marka Jalan
2.600 Buah
58

. TrayekIRute
Gambar 7 : Trayek dan Rute di Propinsi Sulawesi Tenggara
LEGENDA:
Prop. Sui· Sel Prop. Sul·Teng Batas Provinsi
SIs. Prov. Sulsel
Batas KabUjlaten
Ibukota Provinsi
•
lbukota Kabupaten
lbukota Keeamatan
Kota Lainnya
Jala nNegara
Jatan Provinsl
Jalan Rencana
~ ~\ '.
i Rencana Jembatan
"'\- KAB. KOlAKA :~~
Tona (Buton Muna)
:; ~) "".!....
-.;;:..
KAB. IIU 111M.!?,"""1
LAUT BANDA
LAUT FLORES
. ..\ .ij KAB.~~~ ON
KOTA BA~ '!~~SARWAJO
, BAU-8AU~
? 1(..;.:J..z, •• '" .
-fry:
1) Trayek Angkutan Umwn
• lumlah Trayek AKDP 57 trayek.
• lumlah Trayek AKAP 3 trayek.
59

2) Keterangan Trayek Kendaraan AKDP Tahun AHUN 2008 :
a) Terminal Puwatu
Wawotobi - Taipa - lemobajo - Tinobu - Asera - Lemonae - Rate Rate -
Larumbalangi - Pomalaa.
b) Terminal Baruga
Ambaipua - Amoito - Boro Boro - Landono - Mowila - Motaha - Tanea
- Punggaluku - Lainea - Torobulu - Palangga - Alangga - Tinanggea­
Kasipute- Bambaeya - Boepinang.
c) Terminal Baruga
Raha (Via Penyeberangan) - Bau Bau (Via Penyeberangan).
d) Terminal Wua Wua
Moramo - Kolono
e) Terminal Lasandara
LL. Meeto - Bondoala
f) Terminal Sentral Kota
Toronipa - Soropia
g) Terminal Raha
Lombe - Mawasangka - Tolandona - Waara.
h) Terminal Latambaga
Lambai - Lasusua - Pakue - Batu Putih
i) Terminal Pomalaa
Boepinang - Bambaeya - Kasipute
j) Terminal Bau Bau
Kapontori - Kambowa - Pure - Ronta - Ereke - Pasar Wajo - Batauga -
Sampolawa - Todanga - Lasal imu - Kamaru - Lawele
k) Lambuya - Motaha
60

3. laringan Trayek Angkutan Jalan Perintis
Tabel26
Jaringan Trayek Angkutan Jalan Perin tis Sulawesi Tenggara
NO
J
2
TRAYEK YANG DfLAYANI
. /
'.
Kendari - Benua
Kendari - Lamonae
- JARAK(KM)
3 Kendari - Sumber Sari 58
! 101
240
4 Kendari - Mawasangka 215
5 Kendari - Tondasi I 170
6 Kendari - Bungku 400
Tabel27
Kinerja DAMRI di Sulawesi Tenggara
No. i Kriteria .' Satuan . Trayek 1 Trayek 2 Trayek TrayctK4 Trayek -S ~
... 3 ;1
(Benua) (Lamonae);,. • (Bungku) .' (ToU9

B
kinerja
finansial
pendapatan
tiap trayek
harian
rp.
I
I
28.693. ,
70
326.488. 387,5 I 5
97 . .97
680.356.
46 804,362.91
subsidi per
ri t per trayek
tarik tiap
trayek
rp.
rp.
611,668 I
.22 i
I
20.000.
00 .
714,785. 857.939
56 .95
50.000.0 i 90.000.
0 00
916,056.
72
60,000.0
0
690,862.91
75,000.00
Tabel28
Jumlah Trayek, Rit dan Bus DAMRI Di Sulawesi Tenggara
Bus
No Trayek Rit
Yg Mefa.yani
1 Benua - ! 2
2 Lamonae 312 I
3 Bun gku 312 I
I
4 Tondasi
I
624 2
5 Mawasangka 624 2
Jumlah 1.872 8
4. Opini
Berdasarkan wawancara dengan beberapa pejabat biro krasi di propin si Sulawesi
Ten ggara an tara lain oleh Pemerintah Daera h, Dinas Perhubungan. Organda Daerah dan
Masyarakat Setempat/LSM sehingga mendapat masukan antara lain adalah sebagai
berikut :
a. Pen yediaan Bus Damri untuk angkutan pedesaan
b. Agar prasarana trans portasi dan sarana mendapat perhatian kepada masyarakat
yang berad a di daerah teri so las i
c. Keringanan kebijakan tarif angkutan penyeberangan (Perintis)
d. Bantuan pengadaan armada disesuaikan dengan kondisi daerah terutama
menyangkut pengadaa n spare part.
62

. Agar prasarana transportasi dan sarana mendapat perhatian kepada masyarakat
yang berada di daerah terisolasi
c. Keringanan kebijakan tarif angkutan penyeberangan (Perintis)
d. Bantuan pengadaan armada disesuaikan dengan kondisi daerah terutama
menyangkut pengadaan spare part.
D. HASIL SURV AI
1 Jenis Kelamin
Dari hasil survai terhadap jenis kelamin respoden dapat isampaikan bahwa sebanyak 53%
berjenis laki-Iaki dan yang berjenis kelarnin perempuan sebanyak 47%.
Tabel29
Jenis Kelamin
laki-laki
'Jenis kelarnin
'"
"
Fteqli~nyy
.,
..
. . - .1
-. .~ , Percent ,0.
, .. -- ., -.,
83 52.87
perempuan 74 47.13
Total
100.00
" '.
Gambar 8: Jenis Kelamin
Jenis Kelamin
PCfCIll Pll~n
47u~,
I
I.
63

2. Pendidikan Terakhir
Dari aspek pendidikan responden, pendidikan SL T A menempati urutan terbesar yaitu 52
%, yang berpendidikan lain-lain sebesar 22 %, yang berpendidikan srujana sebesar 13 %,
pendidikan diploma menempati urutan terkahir 11 %.
Tabel30
Pendidikan Terakhir
.' PendidlIQuiTerakhir ., +· 1'" Frequency.'
.. .. ... ",. .'. . .;,
SLTA 82
52.23
Diploma 18 11.46
Srujana
20 12.74
lain-lain 35
22.29
Total 157 100.00
Gambar 9: Pendidikan Terakhir
pendidikan terakhir
SLl rj ill) ,,)
13~o
3. Pekerjaan
Di lihat dari pekeIjaan responck:r., petani menempati urutan tertinggi yaitu sebesar
34 %, urutan selanjutnya adalah pedagang sebesar 27 %, adapun, adapun
PNS/TNVPOLRI sebesar 21 %, dan yang pekeIjaannya lain-lain sebesar 17 %.
64

-
,
-.
. -
Tabel31
Pekerjaan
Peke­..ja~n
.'
c­ .~~
. Fr~uencY P¢rcent
~ :L,..:"
'~"'.: ~ 7 ....[ . , " ','
PNS/TNIIPO LRI 33 21.02
Petani 54 34.39
Pedagang 43 27.39
lain-lain 26 16_56
157 100_00
Gambar 10: Pekerjaan
pekerjaan
Ii PNS/TN I/POLRI
• PetJni
pcdJgJng
.lain-IJin
4. Penghasilan per bulan
Dilihat dari aspek penghasilan per bulan, yang berpenghasilan kurang dari satu
juta menempati uturan terbesar yaitu sebanyak 57 %, disusul dengan yang
berpenghasilan 1 sampai dengan 2 juta sebesar 27 %, yang berpenghasilan tiga
juta ke atas sebesar 8 %, terakhir adalah yang berpenghasilan 2 juta sampai
dengan 3 juta sebesar 7 %.
65

Tabel32
Penghasilan Per Bulan
, i¥~~Pengllasilan'petbulan
,( ;.' :.' ~i~' :' -.~.'..:~ . . : '~.," .
< 1 juta
,~ .<
- , . Frequency
' . >c
90
. Percent
57.32
1 juta - 2 juta
43
27.39
2 juta - 3 juta
11
7.01
> 3 juta
12
7.64
157
100.00
Gambar 11 : Penghasilan Per Bulan
penghasilan perbulan
I
I
L
• < 1 juta
.1 jutL) - 2 jllla
, 2 JutL) - 3 jllla
.>3jllta
5. Jumlah Keluarga
Dilihat dari aspek jumlah keluarga responden, keluarga yang berjumlah 2 sampai
dengan 3 orang menempati urutan tertinggi yaitu sebesar 35 %, keluarga yang
berjumlah lebih dari 4 orang sebesar 32 %, Jumlah keluarga antara 4 sampai
dengan 5 orang sebesar 8 %, adapun jumlah keluarga 1 orang menempati urutan
terakhir yaitu sebesar 4 %.
66

Tabe133
Jumlah Keluarga
,Ju.pllah keluarga ' , F'reqlleiJ~Y" ....
." '
1 orang
2 - 3 orang
4-5 orang
> 4 orang
"J?c'-i
" ....P.~!f.~' t ' .;
I:,. ,~'""'''' , ' .. --,,: ..
7 4.46
55 35.03
44 28.03
51 32.48
Total 157 100.00
I
'
Gambar 12: Jumlah Keluarga
jumlah keluarga
.1orJng
.2 .. 3 orJng
.. 4·5 orJng
• > 4 orclng
6. Frekuensi perjalanan menggunakan angkutan umum
Dilihat dari frekuensi perjalanan menggunakan angkutan umum, sebesar 35 %
menngunakan angkutan umum setiap hari, sebesar 27 % menggunakan angkutan
umum seminggu sekali, sebesar 21 % menggunakan angkutan umum 2 kali
seminggu, dan lain-lain sebesar 16 %.
67

Tabel34
Frekuensi perjalanan menggunakan angkutan umum
setiap hari 55 35.03
2x seminggu 33 21.02
seminggu sekali 43 27.39
lain-lain 25 15.92
Total 157 100.00
Gambar 13: Frekuensi Perjalanan Menggunakan Angkutan Umum
frekuensi perjalanan
menggunakan angkutan umum
iii setlJp han
• 2x scminggll
scmll1ggu sckali
.'cllll-'ain
7. Jarak Sampai ke Tempat Tujuan
Dilihat dari aspek jarak sampai ke tempat tujuan, jarak lebih dari 20 km
menempati urutan terbesar yaitu sebanyak 60 %, adapun jarak sampai ke tempat
tujuan sepanjang 5 samapi dengan 10 km sebc·~a r 17 %, jarak kurang dari 5 km
sebesar 12 km, dan yang terakhir yang berjarak antara 10 sampai dengan 20 km
sebesar 11 %.
68

Tabel35
Jarak Sampai Ke Tempat Tujuan
"'] "j aliaksampai. ke: temRlit tp:j~ al1 ~%±~'
I ''.'''
:JlImlah~~.
, ~ ';., ,/, Percent '
' , I- -~ir~' ,~,~ !'1,\ ,>,,\ , ~ ,:, ,~ ,_ '-,' .-,. ,
I"', "~ , > " " ",: !"',, ,)" "", ~ t;: ,,- j/ ~1!' " '"
20km 94 59.87
Total 157 100.00
"
Gambar 14: Jarak Sampai Ke Tempat Tujuan
jarak sampai ke tempat
tujuan
12%
• < 5 km
.S·10km
10·20 km
• > 20 km
8. Jarak tempat tinggal dengan sekolah
Dilihat d2ri jarak tempat tinggal dengan sekolah, jarak kurang dari 5 km sebesar
33 %, jarak antara 5 km sampai dengan 10 km sebesar 31 %, jarak antara 10
sampai dengan 20 km sebesar 19 km, dan jarak lebih dari dari 20 km sebesar
16%,
69

Tabel36
Jarak Tempat Tinggal Dengan Sekolah
-;
Jumlab .P¢rcent­
< 5 km 52 33.12
5 - 10 km 48 30.57
10 - 20 km 30 19.11
> 20km 25 15.92
Total 157 100.00
1
Gambar 15: Jarak Tempat Tinggal Dengan Sekolah
jarak tempat tinggal
dengan sekolah
. 20klll
9. Jarak tempat tinggal dengan pasar
Dilihat dari aspek jarak tempat tinggal dengan pasar, terlihat bahwa jarak lebih
dari 20 km menempati urutan tertinggi yaitu sebesar 39%, jarak antara 5 sampai
dengan 10 km sebesar 25%, jarak antara 10 km sampai dengan 20 km sebesar
18%, adapu yang berjarak kurang dari 5 km sebesar 17%.
70

Tabel37
Jarak Tempat Tinggal Dengan Pasar
, "", " 'jar~kfeJnpat &ggal (JeiIg~lipasar .J~w.i~ti ·~c ' .Ii~ Pert~~f$~: '
-: '. ~ . " ' . . ' . 20 km
10. Jarak tempat tinggal dengan puskesmas
Dilihat dari aspek jarak tempat tinggal dengan puskesmas, jarak antara 5 km
sampai dengan 10 km menempati urutan terbesar yaitu sebanyak 36 %, jarak
kurang dari 5 km sebesar 35 %, jarak antara 10 sampai dengan 20 km sebesar
20%, adapun yang berjarak lebih dari 20 km sebesar 10%.
71

Tabel38
Jarak Ternpat Tinggal Dengan Puskesrnas
Jar~~'jemp~-ttui~ga~ d.elIgan ' J?1isk~sU1ll · ;:'
I ;i~ -{Io ~percen t i~~J
/j .._--F: _. _ 1_~~~i!i14~ . ~~~~ §:: ~~ c,. ;.~· ., -
< 5 krn 55 35.03
5 ­ lOkrn 56 35.67
10 - 20 krn 31 19.75
>20krn 15 9.55
Total 157 100.00
Garnbar 17: Jarak Ternpat Tinggal Dengan Puskesrnas
jarak tempat tinggal dengan
puskesmas
B

Tabel39
Preferensi Kendaraan Sebelum Menggunakan Angkutan Umum
sepeda 14 8.92
sepeda motor 78 49.68
langsung angkutan umum 58 36.94
lain - lain 7 4.46
Total 157 100.00
Gambar 18: Preferensi Kendaraan Sebelum Menggunakan Angkutan Umum
preferensi penggunaa n
kendaraan sebelum
menggunakan angkutan umum
4% 9%
• sepeda
I
1­
• sepeda motor
IJngslIng JngklltJ.Il_._ I'
lImllnl
-- . -- . -. ­
I
12. Frekuensi pergantian angkutan umum ke tujuan
Dilihat dari aspek freku~nsi pergantian aIlgkutan umum ke tujuan, langsung
menggunakan angkutan umum sebesar 49 %, yang melalu pergantian sebanyak 2
kali sebesar 26%, yang mengalami pergantian satu kali sebesar 19%, dan yang
melalui pergantian lebih dari 2 kali menempati urutan terkekcil yaitu sebesar 6%.
73

Tabel40
Frekuensi Pergantian Angkutan Umum Ketujuan
. . Jqm~b Percent
'.
langsung 77 49.04
1 x 30 19.11
2x 41 26.11
>2x 9 5.73
Total 157 100.00
Gambar 19 : Frekuensi pergantian angkutan umum ke tujuan
'---1
frekuensi pergantian angkutan
I umum ke tujuan
II
6%
.1 x
2 x
13. Waktu tempuh ke tujuan
Waktu tempuh ke tujuan selama 30 memt sebesar 17%, selama 1 jam sebesar
16%, 2 jam 17%, dan lain-lain sebesar 36%.
74

Tabel41
Waktu Tempuh Ke Tujuan
rgfii tempUhke.tujuan

Tabel42
Biaya Sampai Ke Tempat Tujuan
~
.;;; ".
Mahal
16 10.19
Cukup
Murah
Total
Tabel43
Persepsi Terhadap Tarif Angkutan
70 44.59
70 44.59
157 100.00
76

Gambar 22: Persepsi terhadap tarif angkutan
persepsi terhadap tarif
angkutan
• rnahill
• cukup
rnurilh
16. Persepsi rute trayek dalam mencukupi kebutuhan
Persepsi rute trayek dalam mencukupi kebutuhan sebesar 53% menyatakan cukup,
yang menyatakan kurang sebesar 43%, lain-lain sebesar 3%, dan yang
menyatakan berlebih sebesar 1 %.
Tabel44
Persepsi rute trayek dalam mencukupi kebutuhan
Kurang
67 42.68
Cukup
84 53.50
Berlebih 2 1.27
lain-lain
4 2.55
Total
157 100.00
77

Gambar 23 : Persepsi rute trayek dalam mencukupi kebutuhan
persepsi rute trayek dalam
mencukupi kebutuhan
1% 3%
• Cllkup
: ber lebih
a lJln·IJin
17. Persepsi tambahan rute baru
Dilihat dari persepsi tambahan rute baru, sebesar 49% menyatakan perlu, 33%
menyatakan sangat periu, 17% menyatakan tidak periu, dan yang menyatakan
lain-lain sebesar 1 %.
Tabel45
Persepsi Tambahan Rute Baru
tidak perlu 26 16.56
perlu 77 49.04
sangatperlu 52 33.12 ·
---- ----------------~--------------------~----------~
lain-hin 2 1.27
Total
157 100.00
78

Gambar 24 : Persepsi Tambahan Rute Baru
Persepsi tambahan rute b~ru
000, o v, ~
~ ticlJk perlu
• perlll
" :Oj 3; 16% '
, ."," ',
\iJllga t perlll
Il liJill·lalil
18. Tingkat Kecukupan Jumlah Armada
Dilihat dari aspek tingkat kecukupan jumlah armada, sebesar 52% menyatakan
kurang, 44% menyatakan cukup, 3% menyatakan berlebih, dan 1 % menyatakan
lain-lain.
Tabel46
Tingkat Kecukupan Jumlah Armada
kurang 81
51.59
berlebih 5
3.18
lain-lain 2 1.27
Total 157
100.00
79

Gambar 25 : Tingkat Kecukupan Jumlah Armada
Tingkat Kecukupan Jumlah Armada
3 183'" 1.27,1%
." ~ J
• cukup
• kurang
;- bcrlebih
.IJin-IJl o
19. Persepsi pelayanan angkutan perintis untuk menuju simpul transportasi
Dilihat dari aspek persepsi pelayanan angkutan perintis untuk menuju simpul
transportasi, sebesar 79% menyatakan sudah membantu, 16% menyatakan biasa
saja, dan yang menyatakan tidak membantu sebesar 5%.
Tabel47
Persepsi Pelayanan Angkutan Untuk Menuju Simpul Transportasi
sudah membantu 78.98
biasa saja 25 15.92
Tidak membantu 8 5.10
Total 157 100.00
80

Gambar 26: Persepsi Pelayanan Angkutan Untuk Menuju Simpul
Transportasi
persepsi pelayanan angkutan perintis
untuk menuju simpul transportasi
8, 5%
• SlIdJh mE'll1bJnlu
• biasJ SJja
lidak mcmbJrllll
20. Persepsi pelayanan angkutan perintis menuju pelayanan umum
Dilihat dari aspek persepsi pelayanan angkutan perintis menuju pelayanan umum,
sebesar 74% menyatakan sudah membantu, sebesar 19% menyatakan biasa saja,
dan yang menyatakan tidak membantu sebesar 7%.
Tabel48
Persepsi Pelayanan Angkutan Perintis Menuju Pelayanan Umum
sudah membantu 116 73 .89
biasa saja
Tidak membantu
Total
30 19.11
11 7.01
157 100.00
81

Gambar 27 : Persepsi Pelayanan Angkutan Perintis Menuju Pelayanan
Umum
Persepsi pelayanan angkutan perintis
menuju pelayanan umum
7.01, 7%
• >udah l11embJn tli
• br as" su jJ
f" trd ok mCl11 bJntli
21. Persepsi kenyamanan angkutan perintis
Dilihat dari aspek persepsi kenyamanan angkutan perintis, sebesar 61 % mentakan
sudah membantu, sebesar 25% menyatakan biasa saja, dan yang menyatakan
tidak mambantu sebesar 13%.
Tabel49
Persepsi Kenyamanan Angkutan Perintis
sudah membantu 61.15
biasa saja 40 25.48
tidak membantu 21 13 .3 8
Total 157 100.00
82

Gambar 28: Persepsi Kenyamanan Angkutan Perintis
persepsi kenyamanan angkutan
perintis
7.01,7%
I
I!i/ SU0Ji1 IllCrniJJlltu
• biJSJ SJjJ
I
L
22. Persepsi kepentingan angkutan perintis
Dilihat dari aspek persepsi kepentingan angkutan perintis, sebesar 96%
menyatakan perlu, adapun yang menyatakan tidak perlu sebesar4%.
Tabel50
Persepsi Kepentingan Angkutan Perintis
Perlu
tidak perlu 6 3.82
Total 155 100.00
83

Gambar 29 : Persepsi kepentingan angkutan perintis
------ -------------- -----
r
persepsi kepentingan angkutan
perintis
4'" -,
a ~crlu
• tlGJk ~crlll
84

E. HASIL FOKUS GROUP DISKUSI
Berdasarkan hasil Foku s Group Diskusi (FGD) beberapa butir masukan yaitu sebagai
berikut:
1. Deskripsi Angkutan Perin tis
Angkutan Perintis adalah angkutan yang menghubungkan daerah terisolir maupun daerah
tertinggal yang belum teljangkau oleh akses transportasi sehingga dapat mengembangkan
potensi wilayah terhubung sebagai upa ya dalam pemerataan pembangunan di seluruh
wilayah Indonesia.
2. Kriteria penentuan angkutan perin tis
Dalam menentukan layaknya penyelenggaraan angkutan perintis perlu ditetapkan terlebih
dulu beberapa kriteria yaitu sebagai berikut :
a) Menghubungkan daerah tertinggal atau terisolir dengan beberapa akses yaitu
sebagai berikut:
1 ) Akses sosial
2) Akses pendidikan
3) Akses keagamaan
4) Akses kesehatan
b) Menghubungkan daerah terisolir dan tertinggal menuju akses transportasi antar
kota maupun antar propinsi;
c) Belum terdapat angkutan swasta maupun pemerintah yang melayani;
d) Memiliki potensi wilayah yang dapat dikembangkan ;
e) Dapat meningkatkan mobilitas masyarakat di daerah terhubung;
f) Memberikan akses bagi masyarakat berpendapatan rendah dengan harga
terjangkau
3. Sarana dan prasarana yang menunjang angkutan perintis
Untuk mendukung angkutan perintis diperlukan beberapa sarana dan prasarana yang
mendukung yaitu sebagai berikut:
A) Bus yang memiliki spesifikasi yang mjenyesuaikan dengan daerah perintis,
misalnya jarak antara roda dan body agak tinggi mengingat medn yang berliku
85

dan jalan yang sering rusak se hingga menambah kenyamanan dan keawetan
armada;
B) Bus yang digunakan merupakan armada yang gampang dalam mendapatkan
onderdil dan dengan harga terjangkau sehingga memudahkan operator dalam
perawatan;
C) Akses jalan, terminal, serta dermaga lebih baik sehingga menambah kenyamanan
perjalanan.
F. ANALISIS KRITERIA PRIORITAS ANGKUTAN JALAN PERINTIS
1. Pembahasan Masukan Dari Opini
Berikut adalah masukan dari beberapa ahli dari masing-masing propinsi survey yaitu:
a. Propinsi Jambi
Sebelum menggali mengenal angkutan perinti s dengan lebih mendalam, perlu di
perjelas asumsi untuk daerah terisolir karena hal ini dianggap masih rancu karena
daerah teri so lir bi sa juga merupakan daerah ynag tidak memiliki akses fisik sarna
sekali .
Selanjutnya dalam penentuan angkutan perintis, perlu diperiksa pula spesifikasinya
den gan men yesuaikan pada kondisi jalan yang ada. Contohnya di Propinsi lambi
den gan sumber daya sawi t yang sangat tinggi sehingga mobilitas untuk hasilnya pun
sangat tinggi dan kebanyakan menggunakan transportasi darat yang rutenya juga di
lalui pula oleh angkutan perintis. Hal ini ITenyebabkan kondi si jalan yang sangat rusak
sehingga mengganggu aksesibilitas angkutan perintis.
Untuk mendukun g angkutan perintis, diperlukan akses transportasi menuJu perkotaan
lebih dipermudah mengingat sem ua pusat kegiatan berada di perkotaan . Selanjutnya
jika daerah perinti s tersebut sudah dilayani oleh angkutan umum, maka diharapkan
subsidi untuk angkutan perintis dapat diberikan ke rute perintis baru lain ya ng
membutuhkan subsidi.
86

Selain tersebut diatas, berdasarkan opini dari DAMRI sebagai pelaku angkutan perintis
di lapangan mengungkapkan perlunya armada yang sesuai dnegan kondisi medan dari
trayek angkutan perintis karena dirasa armada yang sekarang tidak layak digunakan
untuk rute berat dan terjal pada angkutan perintis. Selain itu, diperlukan pengamanan
yang intensif dari pemerintah dan kepolisian pada trayek angkutan perintis karena
banyaknya angkutan ilegal dan preman yang dapat mengurangi kapabilitas angkutan
perintis.
b. Propinsi NTT
• kesenjangan antar wilayah/daerah dengan sub indikator kesulitan akses informasi
dan fasil itas layanan umum, pemerataan pembangllnan, dan pertllmbuhan
wilayah;
• penyediaan prasarana dan sarana transportasi untuk memprioritaskan daerah atau
wilayah tertinggal, khususnya pengadaan kapaJ perintis;
• penyediaan kapaJ dengan kecepatan yang sesuai ;
• adanya fasilitas kapal yang sesuai lIntlik melayani perjalanan;
• perlu diperhatikan kelayakan sarana dan prasarana angkutan perintis daerah
terisolir;
• pelayanan angkutan perintis disesuaikan dengan tingkat ekonomi penggunanya;
• untllk kondisi daerah perintis ynag terdiri dari kepulauan , diperlukan sarana dan
prasarana yang menunJang.
c. Propinsi Sulawesi Tenggara
Yang yaling dirasakan perlu untuk angkutan oerintis di proplllsi Sulawesi Tenggara
adalah perlunya sarana dan prasarana transportasi pada angkutan perintis karenahal
tersebut sangat diblltuhkan untllk mendukung mobilitas transportasi angkutan perintis.
Terutama adalah armada yang sesuai dengan medan yang dihadapi dengan pengadaan
spare part yang mudah didapat.
87

2. Analisis kriteria Prioritas Angkutan Jalan Perin tis Propinsi Jambi
Berikut adalah pembobotan untuk Propinsi Jambi sebagai sa lah satu wi layah survey
Tabel V.I : Pembobotan Kriteria Prioritas Angk utan Perinti s Jalan Propinsi Jambi
Kapasitas 0,153
1
a. Kapasitas pelayanan
b. volume pelayanan
0,412
0,4) 5
c. faktor muat 0. ) 73
KETERASINGAN DAERAH 0,185
a. jarak terdekat dengan fasiiita s umum 0,260
2
b. jarak ke perkotaan terdekat
c. jarak ke wi layah perbatasan
0,263
0,207
d. waktu tempuh menuju akses transportasi utama 0,187
e. simpul kegiatan yang dihubungkan (PKN,PK W,PKL) 0,084
AKSESIBILITAS 0,192
a. sumbangan bagi mobilitas penduduk 0,170
')
.) b. Kondi si prasarana jalan 0,093
c. panjang trayek 0,065
d. keberad aan pelayanan angkutan umum 0,017
PEMADUMODA 0,159
4
a. terminal yang dihubungkan
b. jarak menuju bandara terdekat
0,341
0,284
c. jarak menuju akses ASDP terdekat 0,256
d. jarak menuju peiabuhan terdekat
EFISIENSI
0,119
0,132
I
5
a. biaya pengadaan
0, )78
b. biaya operasi 0,282
88

KONDISI SOSIAL 0,122
a. jumlah usia sosial 0,328
6 b. jumlah usia kerja 0,311
c. jumlah orang miskin 0,246
d. jumlah usia lanjut 0,115
DAY A BELl MASYARAKAT 0,057
a. pendapatan rata-rata penduduk 0,323
7 b. tingkat ekonomi wilayah 0,311
c. UMR 0,256
-
d. kontribusi transportasi daerah 0,110
Untuk pembobotan prioritas angkutan jalan perintis Propinsi Jambi, yang dianggap paling
berpengaruh dalam penentuan trayek angktan perintis adalah indikator aksesibilitas dengan bobot
0,192. Sub indikator yang pal ing prioritas adaJah sumbangan angkutan perintis bagi mobilitas
penduduk bagi daerah yang terlayani.
Tingkatan prioritas selanjutnya adalah keterasingan daerah dengan sub indikator yang paling
dominan adalahjarak ke perkotaan terdekat danjarak terdekat dengan fasilitas umum.
SeJanjutnya adalah pemadu moda dengan terminal yang dihubungkan sebagai sub indikator yang
paling prioritas lalu indikator kapasitas dengan kapasitas dan volume pelayanan sebagai sub
indikator yang paling dominan.
Untuk prioritas dengan urutan ter·ba\\ah bagi Pr-opinsi .lambi adalah efisiensi dan kondisi sosial.
Sedangkan daya beli masyarakat dianggap indikator yang kurang penting daJam penentuan
al!gkutan perintis.
89

3. Analisis kriteria Prioritas Angkutan Jalan Perintis Propinsi NTT
Berikut adalah pembobotan untuk Propinsi Jambi sebagai salah satu wilayah survei
Tabel V.2 : Pembobotan Kriteria Prioritas Angkutan Perintis lalan Propinsi NTT
Kapasitas 0,196
1
a. Kapasitas pelayanan
b. volume pelaya nan
0,495
0,347
c. faktor muat 0, 158
KETERASINGAN DAERAH 0,179
a. jarak terdekat dengan fasilitas umum 0,243
2
b. jarak ke perkotaan terdekat
c. jarak ke wilayah perbatasa n
0,216
0,J97
d. waktu tempuh menuju akses transportasi utama 0,134
e. simpul kegiatan yang dihubungkan (PKN,PK W,PKL) 0,043
AKSESIBILITAS 0,163
a. sumbangan bagi mobilitas penduduk 0,343
3 b. Kondisi prasa rana jalan 0,266
c. panjang trayek 0,275
d. keberadaan pel aya nan angkutan umum 0,116
PEMADU MODA 0,158
a. terminal yang dihubungkan 0,329
4 b. jarak menuj u bandara terdekat 0,278
c. jarak menuju akses ASDP terdekat 0,277
d. jarak menuju pelabuhan terdekat 0,116
EFISIENSI 0,125
5 a. biaya pengadaan 0,675
b. biaya operasi 0,325
90

KONDISI SOSIAL 0,115
6
a. jumlah usia sosial
b. jumlah usia kerja
c. jumlah orang miskin
d. jumtah usia lanjut
0,374
0,277
0,224
0,125
DA Y A BELl MASY ARAKA T 0,064
7
a. pendapatan rata-rata penduduk
b. tingkat ekonomi wi layah
c.UMR
d. kontribusi transportasi daerah
0,323
0,298
0,274
0,106
Lain hatnya bagi Propinsi NTT, indikator yang dianggap paling penting adaJah indikator
kapasitas yang memiliki bobot sebesar 0,196 dan kapasitas serta volume pelayanan memiliki
nilai pembobotan untuk sub indikator tertinggi .
Selanjutnya adalah dengan bobot sebesar 0.179 yaitll keterasingan daerah dengan sub indikator
jarak terdekat dengan fasilitas lImum dan jarak ke perkotaan terdekat dengan sub indilator paling
dominan. Untuk aksesibilitas merupakan prioritas ketiga tertinggi untuk Propinsi NTT dengan
sumbangan angkutan perintis bagi mobilitas penduduk menjadi sub indikatomya yang tertinggi.
Prioritas selanjutnya adalah pemadu moda yang terdiri dari terminal yang dihubungkan , jarak
menuju bandara terdekat, dan jarak menuju akses ASDP sebagai tolak ukurnya.
Seperti pembobotan pad a Propinsi Jambi, pembobotan di Propinsi NTT juga menenpatkan
efisiensi dan kondisi sosial di prioritas bavvah. Seperti halnya pula pada Propinsi Jambi , untuk
daya beli masyarakat dianggap faktor yang tidak pcnting sebagai penentuan kriteria angkutan
·i
perin tis di Propinsi NTT.
91

4. Analisis kriteria Prioritas Angkutan Jalan Perin tis Propinsi Sulawesi Tenggara
Berikut adalah pembobotan ulltuk Propinsi .lambi sebaga i salah satLi wilayah survei
Tabel Y.3 : Pembobotan Kriteria Prioritas Angkutan Perintis Jalan Propinsi Sulawesi Tenggara
1
Kapasitas
a. Kapasitas pelayanan
b. vol ume pe layanan
0,164
0,445
0,376
c. faktor muat 0,179
KETERASINGAN DAERAH 0,189
2
a. jarak terdekat dengan fasilitas umum
b. jarak ke perkotaan terdekat
c. jarak ke wilayah perbatasan
d. waktu tempuh menuj u akses transportas i utama
e. simpul kegiatan yang dihubungkan (PKN,PK W,PKL)
0,3 02
0,278
0,214
0,155
0,051
AKSESIBILITAS 0,185
a. sumbangan bagi mobilitas penduduk 0,368
3 b. Kondisi prasarana jalan 0,291
c. panjang trayek 0.211
d. keberadaan pelayanan angkutan umum 0,130
PEMAnU MODA 0,139
4
5
a. terminal yang dihubungkan
b. jarak menuju bandara terdekar
c. jarak menuju akses ASDP terdekat
d. jarak menuju pelabuhan terdekat
EFISIENSI
a. biaya pengadaan
0,322
0,289
0,257
0, 132
0,124
0,607
b. biaya operasi 0,333
92

6
7
KONDISI SOSIAL
a. jumlah usia sosial
b. jumlah usia kerja
c. jumlah orang miskin
d. jumlah usia lanjut
DAYA BELl MASYARAKAT
a. pendapatan rata- rata penduciuk
b. tingkat ekonomi wilayah
c. UMR
d. kontri busi transportasi daerah
0,134
0,276
0,327
0,260
0,137
0,064
0,312
0,31 J
0,261
0,116
Untuk pembobotan di Propin si Sulawesi Tenggara sebagai sa lah saru lokasi survei, indikator
keterasingan daerah dianggap sebagai faktor yang paling prioritas dalam menentukan angkutan
perinti s. Jarak terdekat den ga n fasilitas umum , jarak ke perkotaan terdekat, dan jarak ke wilayah
perbatasa n merupakan faktor pendukung untuk indikator terpenting ini .
Dengan bobot ynag tidak terlalu berbeda dengan prioritas utam a. aksesibilitas dengan nilai 0,185
menempati prioritas kedua dalam menentukan angkutan perintis. Faktor pendukungnya yang
memiliki point tel1inggi yaitu sumbangan bagi mobilitas penduduk, kondisi parasaranajalan, dan
panjang tra ye k.
Selanjutnya, dengan nilai ya ng tidak terlalu banyak berbeda, ya itu pemadu moda, efisiensi, dan
kondi si sos ial memiliki bobot den gan nilai ba'v\ah. Seperti pul a yang terjadi di dua propinsi
lokasi survey ya ng lain, daya beli rnasyarakat merupakan indilator terakhir yang diperhitungkan
dalam menentukan trayek angkutan perinti s.
5. Analisis kriteria Prioritas Angkutan Jalan Perintis
Dalam proses pembobotan pad a kriteria angkutan jalan perintis sepel·ti yang telah dijeJaskan
sebelumnya digunakan analisis multi keriteria. Penilaian ini diambil dari pendapat dari para
pakar (expert) yang menguasa i dan mengetahuidengan baik kondisi angkutan perintis bidang
jalan di Indonesi a. Para pakar yang terlibat dalarn pernhoboran ini adalah dari bid ang LLAJ
93

Ditjen Darat Kementerian Perhubungan. Pusat Penelitian Darat Badan Litbang Perhubungan,
Dinas Perhubungan dari beberapa propinsi ya ng telah di survei . Serta dari DAMRI yang
menangani langsung angku tan keperintisan. Mengenai pembobotan untuk masing-masing
kriteria beserta sub indikatornya menggunakan Analytical Hierarchy Process (AHP) seperti
terlihat dalam tabel berikut.
Tabel V.4 : Pembobotan Kriteria Prioritas Angkutan Perintis Jalan
Kapasitas 0.168
1
a. Kapasitas pelayanan 0.446
b. vo lum e pelayanan 0.379
c. faktor muat o 175
KETERASINGAN DAERAH
0.187
a. jarak terdekat dengan fasilitas umum 0.290
2
b. jarak ke perkotaan terdeka[ 0.258
c . .iarak ke wilayah perbatasan 0.212
d. wakt ll templlh menlljll akses transportasi utama 0.158
e. simpul kegiatan ya ng dihllbllngkan (PKN,PK W,PKL) 0.054
AKSESIBILITAS 0.181
a. sllmbangan bagi mobilitas pendudllk 0.319
3 b. Kondisi prasarana jalan
c. panjang trayek
d. keberadaan pelayanan angkutan umum
PEMADU MODA
a. terminal ya ng dihubungkan
0.265
0.202
J.104
0.150
0.340
4 b. jarak menuju bandara terdekat
0.284
c. jarak menuju akses ASDP terdekat
d. jarak menuju pelabuhan terdekat
0.254
0. 122
94

EFISIENSI 0.126
5
6
7
a. biaya pengadaan
b. biaya operasi
KONDISI SOSIAL
a. jumlah usia sosial
b. jumlah usia kerja
c. jumlah orang miskin
d. jumlah usia lanjut
DAYA BELl MAS YARA KAT
a. pendapatan rata-rata penduduk
b. tin gkat ekonomi wilayah
c. UMR
0.661
0.319
0.126
0.329
0.298
0.238
0.134
0.061
0.325
0.308
0.255
d. kontribusi transportasi daerah 0.112
Dari tabel diatas da pat di simpulkan bahwa untllk kr iteria ya ng pal ing berpengaruh dalam
penentuan angkutan perintis adalah keterasi nga n dael-ah den ga n nilai bobot tertinggi ya itu
sebesar 0, 187. Untuk keterasingan daerah sendiri terdisi dari beberapa subkriteria yaitu jarak
terdekat ke fasilitas umum dengan bobot tertinggi , di susul dengan angka pembobotan
dibawahnya yaitu jarak ke perkotaan te rde kat, jarak ke wi layah perbatasan, waktu tempuh
menuju akses transportasi utama, dan simp ul kegiatan yang di hublln gka n.
Kriteria dengan tingkat pembobotan selanjutnya ada lah akses ibilitas dengan bobot yang tidak
terlalu jauh dengan keterasingan daerah yai tu sebesar 0, 181. indikator tertin gg i untuk
aksesibilitas adalah sumbangann ya bagi mobilitas penduduk. hal ini terkai t dengan peran akses
jalan per in tis tersebut terhadap mobil itas pendlldllknya.
Selanjutnya adalah kriteria ka pasitas dengan kapasi tas pelayanan sebagai sub indikator
tertingg inya. Di susul ind i kator pemadu moda dengan sub ind i kator term ina I yang
dihubungakan memili ki bobot tertinggi. Sedangkan kriteria efisiensi dan kondisi sos ial
95

merupakan kriteria yang dianggap sma pentingnya namun berada di posisi yang kurang begitu
dominan. Oi sisi yang lain , daya beli masyarakat dianggap merupakan indikator yang tldak
penting dalam menentukan trayek angklltan perintis.
6. APLIKASI PEMBOBOTAN
Oari pembobotan yang telah dihitllng tersebut diatas. selanjlltnya digunakan untllk
mendapatkan nilai total terbobot dari setiap usulan trayek perinti s jalan sebagaimana yang
akan ditunjukkan pada tabel berikut. Nilai total terbobot menunjukkan tingkat prioritas atall
ranking yang akan digunakan untuk menetapkan trayek angkutan perintis jalan yang akan
dilayani berdasarkan urutan prioritas sesuai dengan alokasi dana yang tersed ia.
Dari ketiga lokasi survey. pada tabel berikut hanya disajikan perbandingan untllk Propinsi
Nusa Tenggara Timur Kabupaten Timur Tengah Utara. Untuk 8 trayek ya ng ada, terdapat 5
trayek prioritas utama yaitu:
I. Kefa - Inbate;
2. Kefa - Moresu;
3. Kefa - Sipi - Bokis;
4. Kefa - Motad ik;
5. Kefa - Oekolo.
Untuk perhitungan lebih jelasnya adalah sebagai berikut:
96

Tabel V.S Aplikasi Pembobotan Provinsi NTT Kabupaten Timur Tengah Utara ............ (I)
PENELITIAN ANGKUTAN PERINTIS PROVINSI NTT
SU B KRITERIA Tra yek 1 Trayek 2 Trayek 3 Tra ye k 4
NO 8080T (Kefa·lnbale) (Kefa,S,pl·8okis) (Kefa·Unimor) (Kefa·Mo!adik)
Ni!ai Nilai Nilai N'dal Nilai Ni!ai N!LA! NILAI
URAIAN 8080T 8080T Ni!ai Nilai Nilai Nilai
Indeks Terbobo! Indeks TerbObO! !ndeks TerbobO! INDEKS TER8080T
1 a. Kapasi!as pelayanan 0.446 0.075 345,600 100.00 7.493 345.600 10000 7.493 345000 100.00 7493 345.600 100.00 749
-
KAPASITAS 0.168 b. VOlume pl~ I , l yana n 0 379 0.064 19.008 100.00 6.367 8,870 2900 1846 15624 76.00 4.839 4 725 000 000
c. Faklof muat 0 175 0029 33 000 0.000 33 0.00 0.000 35 10000 2.940 33 0.00 0.00
- 'r-­
a. Jar i:l~ k:roc kf:ll dengan la silllils
--­ - !­
029 0.054 8 10000 54 23 2 000 0.000 ,
umum
1700 0922 5 50.00 2,'1
b Jarak ke perkolaan 1erdekat 0 258 0048 2 1700 0.820 7 10000 4.825 ( 1700 0.020 3 33.00 1 59
2
KETERASINGAN
DAERAH
0.187
c Jafak ke witayah perba!asan 0.212 0.040 9 100 00 3.964 7 67. 00 2.656 ] 000 0.000 4 1700 067
d Waklu lempuh menu)u akses
transportasl ulama
0158 0.030
2 17.00 0502 7 100.00 2.955 2 1700 0.502 3 3300 0. 98
e. Simput kegla!an yang
dihubungkan (PKN, PKW, PKL )
0.054 0010
9 100.00 1 010 5 3300 0333 3 000 0000 5 3300 0.33
3 AKSESIBILITAS 0.181
a. Sumbang an bag' mobiti!as
penduduk
0.319 0.058 0.000 0000 0.000 0.00
b. Kondisi pras arana jalan 0.265 0.048 sedang 50 00 2.398 sedang 50.00 2.398 balk 100.00 4.797 baik 100.00 4.80
c. Panjang ~ayek 0.202 0037 54 44 .00 1.609 54 44.00 1.609 15 000 0.000 100 97.00 3.55
97
I

d. Ke be radaan pelayanan
0.104 0.019
IlRgkutan umum
lidak ada 100.00 1.882 tidak ada 100.00 1.882 ada 000 0000 lidak ada
I
100.00 1 88
i
a. Terminal yang dihubungkan 0.34 0.051 B 50.00 2.550 B 5000 2.550 B 50.00 : 2550 B 5000 255
b Jarak menuju ba ndara terdeka t 0.284 0.0 43 58 43.00 1832 59 4400 187 4 21 0.00 0000 106 9900 422
4 PEMADU MODA 0.150
c. Jarak menuju akses ASDP
terdekat
0254 0.038
59 4700 1 791 "8 46.00 I 753 17 0.00 0000 102 96 00 3.66
d. Jarak menuJu peJabuhan
terdekat
0122 0.018 0.000 0000 () UOO 0. 00
5 EFISIEN SI 0. 126
-
a. Biaya pengadaan 0.66 1 0.083 177.059.520 100.00 8329 82.627,776 31 00 2 582 40.427. 100 000 0 000 81.97 2. 000 30 41 ( ~3
b Blaya operasi 0.319 0040 226.399.260 76.52 3076 107.561 .863 15.44 0 6/ 1 272.095.377 100 00 ~ 019 154.234.408 39 43 1 58
6 KONDISI
SOSIAL'
I
I 0.126
I
I
a Jum!ah uSia sosial 0.329 004 1 12.384 100.00 4 145 12.384 10000 4 145 5.213 000 , 0 000 7.4 49 31 18 1.29
b. Jumlah uSia keqa 0.298 0038 42.823 100.00 3 755 42.823 100.00 1 7~ ~ ) 20.766 000 0000 28.579 35 42 1.33
c Jumlah orang nllskl n 0.238 0.030 12124 100.00 1999 12,124 10000 2999 4.191 000 0000 5.263 1J ') 1 0 41
d. Jumlah usia lanjut 0.134 00 17 3 149 100.00 1 688 3.149 10000 1688 1,297 000 0000 2,054 40 8/ 0.69
NILAI TOTAL 61 633 47. 964 28882 42.26
i
I
-
~
----­
RANGKJNG I III VI IV
Sumbe! Timo! Tengah Ulafa dalam angka 2008
98

Tabel V.S Aplikasi Pembobotan Provinsi NTT Kabupaten Timur Tengah Utara............(II)
PENELITIAN ANGKUTAN PE RIN TI S PROVINSI NTT
SUB KRITERIA Trayek 5 Tra yek 6 Trayek 7 Trayek 8
NO BOBOT (Kela·Winrnopu) (KEFA-N OELMUTI ·OELFAUT ) (Kela·Moresu) (Kela-Oekolo)
Nrlar Nilai Nilai Nilar Nllar Nilar NILAI Nil AI
URAIAN BOBOT BOBOT Nil al Nilai Nilai Nrlar
Indeks Terbobol Indeks Terbobol Indeks Terbobol INDEKS TERROflOI
.­
I a Kapasrlas pelayanan 0 446 0.075 273,600 000 000 34 5,600 100.00 74 9 345,600 100 00 7.49 27},600 0.00 noo
KAPASITAS 0.168 b VOlume pela yanan 0 379 0064 7,85 2 2189 I 39 9.792 3548 2.26 9.821 36.00 2.29 7,524 19.60 1 25
c Fakior mual U 175 0.029 33 0 00 0.00 34 5000 1 47 33 0.00 0.00 33 000 000
a Jarak I~rdekal dengan la sllrlas
umu m
n29 0054
4
] 3 00 1 79
:,
so 00 271
7
83.00 4 50
7
83.00 4 50
b Jarak ke perkolaan lerdekal 0 258 0048 1 0 00 000 2 17 00 0.82 6 83.00 4.00 I 0.00 000
2 KETERASINGAN c Jarak ke wilayah perbalasan 0 212 0.040
0.187
9 Il10 00 3.96 5 3300 1.31 6 50.00 198 9 100.00
DAERAH
396
d Waklu lempuh menuju ak ses
1
0.158 0.030
2
000 0.00
6 I
[ransponasi ulama 17 00 0.50 83.00 2.45 0.00 0 00
e. Simpul kegialan yang
dihubungkan (PKN, PKW, PKL)
0.054 0.010 3300 0.33
5
0.00 0.00
3
5000 050
6 7
67 00 0.68
a. Sumoangan bagl moblhlas
penduduk
0.319 0058 0.00
3 AKSESIBIUTAS 0.181
b Kondrsi prasarana lalan 0265 0048 sedang 50.00 2.40 SEDANG 50.00 2.40 SEDANG 50.00 2.4 0 SEDANG 50.00 240
c. Panjang Irayek 0202 0.037 90 8500 3. 11 36 24 .00 0,88 50 40.00 146 103 10000 366
d. Keberadaan pelayanan
angkulan umum
0.104 0.019 100.00 1.88
tidak ada
100.00 1.88
tidak ada
100.00 1,88
lidak ada TIDAK ADA
100.00 1.88
99

Tabel V.S Aplikasi Pembobotan Provinsi NIT Kabupaten Timur Tengah Utara............{II)
-
PENELI TI AN ANG KUT AN PERIN TI S PROVINSI NTT
SUB KRITERIA Trayek 5 Trayek 6 Trayek 7 Trayek 8
NO BOBOT (Kela Wlnlnopu) (KEFA·NOE LMUTI ·OELFAU T) (Kefa·Moresu) (Kela·Oekolo)
Nllal Nilal Ni lai Nllal N,la, Nilal NILAI NII I\I
URAIAN BOBOT BOBOT Nilai Nilal Nllal Nilal
Indeks Terbobol Indeks Terbobol Indeks Terbobol INDE KS TE RBOBOT
1 a Kapasltas pelayanan 0446 0.075 273.600 000 0.00 345.600 10000 749 345.600 10000 749 273.600 000 000
KAPA SITAS 0.168 b Vo lume pela yanan 0 379 0.064 7.852 2189 1 39 9.792 35.48 2.26 9.82 1 3600 2.29 7.524 1960 1 25
c Faklor muat 0 175 0. 029 33 000 0.00 34 5000 1 47 33 000 0.00 33 000 000
r­ -
a larak lerdek.atdengan faslillas 4 5 7 7
029 0.054 3300 179 5000 2.7 1 83.00 450 83 00 4 50
UnlUfIl
b Jarak ke perkOlaan te rdekal 0 258 0048 1 0.00 0.00 2 1700 0.82 6 8300 4.00 1 000 0 00
2 KETERASINGAN c Jarak ke wilayah perbalasan 0 212 0040 9 10000 3.96
0.187
OAERAH
d Waktu tempuh menuJu akses
lra nsponasl Ulama
0 158 0.030
1
000 0.00
5 33.00 131 6 5000 1.98 9 100.00 J 95
2
1700 0.50
6
8300 245
1
000 0 0l)
e Simpul kegiatan yang
dillubu ngkan (PKN . PKW, PKL)
0.054 0010 3300 0.33 000
5
0.00
3
5000 0.50
6 7
67.00 0.68
a. Sumbangan bagi mobi litas
penduduk
0.319 0.058 000
3 AKSE SIBILITAS 0.181
b. Ko ndlsi prasarana jalan 0265 0.048 sedang 50.00 2.40 SEDANG 5000 2.40 SEDANG 50.00 2.40 SEDANG 50.00 2.40
c. Panjang trayek 0202 0.037 90 8500 3. 11 36 2400 0.88 50 40.00 146 103 100.00 366
d. Keberad aan pelayanan
angku tan umum
0.104 0.019 100.00 1.88
tid ak ada
10000 1.88
tidak ada
100.00 1.88
tidak ada TIDAK ADA
10000 1.88
99

a.~.Termin al ya ng dihubungkan 0.34 0051 B 50.00 2.55 B 50 00 2.55 B 50.00 2. 55 B 50.00 2.55
b. Jarak menuju bandara terdekat 0.284 0.043 57 42.00 1.79 42 24.00 1.02 57 4200 1.79 107 100.00 4.26
4 PEMADU MODA 0. 150 c. Jarak menuiu akses ASOP
53
0.254 0038
54
41 .00 156
57
42.00 1.60
106
lerd ekat 45.00 1.71 100.00 3.81
d. Jarak menuju pelabuhan
lerdekat
0122
0.018 0.00
5 EFISIENSI 0126
a. Blaya pe ngadaan 0.661 0.083 67 .4 90.280 1981 1.65 60.808.320 14 92 1.24 84.704.400 32.41 2 70 133.682.670 68 52 511
b Biaya operasi 0.3 19 0.040 110.493.594 1695 068 77.514.132 0.00 0.00 109.788.586 16.59 0.67 215.455.589 70 89 2.85
a. Jumlah usia sosial 0.329 0. 041 7.467 31.4 3 1 JO 5.2 13 0.00 000 12.384 10000 4.15 7.467 31 43 1
6
KONOISI
SOSIAL'
0.126
b. Jumlah uSia kefJa 0298 0.038 7.8.0 75 33 14 1 24 20166 0 00 0.00 42.823 100.00 315 28.075 33.14 1
c Jumlah orang miskin 0.238 0.030 5. 106 1153 035 4.1 91 0.00 0.00 12. 124 100.00 3 00 5.106 11 .53 0
d Jumlah usia lilnjut 0134 0.017 2.061 41. 25 01 0 1,297 000 0.00 3. 149 10000 1.69 2.061 41 25 1
-
NILAI TOTAL 2669 28 t4 50.98 41
RANG KING VIII VII II V
--- Sumbel T' IIIOf Tcngilh Ulilfil dil /am angkil 2008
100

BABVI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPVLAN
1. Melihat potensi dan kondisi daerah Jambi, NTT dan Sulawesi Tenggara pada antara
lain sektor2 Pertanian, Perkebunan, Kehutanan dan Perternakan Rakyat mempunyai
masa depan yang cerah ini terlihat dari data potesi daerah an tara lain pertumbuhannya
7-9% pertahun;
2. Pelayan angkutan perintis yang masih dominan untuk daerah terisolir dilakukan oleh
Perum DAMRI sampai dengan ketingkat pedesaan sepanjang masih dapat dilalui oleh
kendaraan, walau pun ada angkutan lain seperti mobil bak yang diberi terpal tetapi
komunitasnya hanya sedikit dan mahal, selanjutnya penumpang meneruskan
ketempat asal masing-2 dengan berjalan kaki, menggunakan kuda dan sepeda motor;
3. Berdasarkan hasil survey kepada respond en pengguna angkutan DAMRI asal
pedesaan ke perkotaan aspek yang menjadi perhatian adalah, perlunya tambahan rute
baru ke pedesaan sebesar 49,04%, Kurangnya jumlah armada yang melayani sebesar
51,59%, persepsi pelayanan angkutan perin tis terhadap pelayanan umum sudah
membantu sebesar 73,89%, persepsi kenyamanan angkutan perintis sudah membantu
sebesar 61,15%, Perlunya kepentingan angkutan perintis sebesar 94,90%.
4. Berdasarkan opini yang didapat dari lnstansi Pemerintah Pusat, Daerah, Damri,
Bappeda dan LSM untuk angkutan perintis pada daerah terisolir an tara lain,
peningkatan sistem keamanan, peningkatan aksesibilitas, melayani daerah-2 yang
belum terlayani, kelayakan sarana dan jalan, tetap dalam tarif yang murah,
penyediaan angkutan pedesaan, penyediaan bus disesuaikan dengan kemudahan
pembelian sparepart.
5. Berdasarkan hasil Fokus Group Diskusi (FGD) antara lain, Deskripsi Angkutan
Perintis, Kriteria penentuan angkutan perintis dan Sarana dan prasarana yang
menunjang angkutan perintis
102

6. Dari hasil analisis dengan Analisis Multi Kriteria (A i'v1K), variabel
yang digunakan untuk angkutan perintis berdasarkan
pembobotan prioritas adalah se()aQ.;al berikut:
a. Keterasingan Daerah (0,187)
b. Aksesibilitas (0,]81)
c. Kapasitas (0,168)
d. Pemadu Moda (0,150)
e. (0,126)
f. 126)
g. Beli Masyarakat (0,0161).
7. hasil perhitungan aplikasi pembobotan terbobot setiap usulan
terutama untuk Propinsi Nusa
didapatkan prioritas
rute berikut:
a. In bate
b. Moresu
c. Sipi - Bokis
d. Motadik
e. - Oekolo
B.
1. dari berbagai sektor agar dapat mengantisipasi
di daerahnya sehingga tidak sia-sia atau terjadi
...,,,,,,,.,,,,, tidak adanya dukungan sektor transportasi
sarana (kendaraan) atau Prasarana (jalan).
Pemerintah
lebih banyak memfokuskan
prasarana dan sarana transportasi dalam mengangkut barang dan penumpang lebih
dalam
perlu diperbaiki dan diperlebar jalan
akses

3. Adanya peningkatan perintis yang selama dilakukan Damri
kedaerah terisolir untuk dapat akan kebutuhan dari segala
dikarenakan angkutan tidak mampu kepedalaman.
4. Pada prinsipnya pendapat para pakar untuk diantisipasi oleh pemerintah pusat
dan daerah angkutan pada daerah an tara adanya
peningkatan-peningkatan sebagai peningkatan keamanan,
peningkatan
terlayani, keJayakan sarana
dan jalan, daJam tarif murah, penyediaan angkutan pedesaan, penyediaan
bus dengan kemudahan sparepart.
5. Perlunya pemerintah pusat dan pemerintah daerah melakukan, prioritas-prioritas
pembengunan untuk hal-hal sangat penting hingga cukup penting
Keterasingan Daerah daerah terbuka, pembangunan jaJan dengan
kelasnya Aksesibilitas dapat terwujud, adanya peningkatan angkut
dilihat dari volume dan muat, diperlukan Moda untuk
angkutan terusan dengan terminal, bandara, pelabuhan, angkutan
dan
oJeh Kondisi Sosial dan terjangkau untuk Daya Beli
terhadap transportasi khususnya angkutan
6. Berdasarkan hasil penghitungan skala pembobotan terhadap angkutan
di Timur sejumlah 8 diperlukan penanganan
terhadap 5 seperti dalam kesimpulan oleh Pemerintah Pusat,
Pemerinrah Daerah dan Operator Penyelenggara Perintis di Nusa
104

DAFTAR PUSTAKA
1. Buku Pengantar Teknik Dan Perencanaan Transportasi, Edward K. Morlok,
Editor Yani Sianipar, Tahun 1991, Penerbit Erlangga, Jakarta;
2. Buku Perencanaan, Pemodelan, dan Rekayasa Transportasi, Teori, Contoh
Soal dan Aplikasi, Ofyar Z Tamin, Tahun 2008, Penerbit ITB;
3. Buku Sistem Transportasi Nasional (Sistranas), Deparetemen Perhubungan,
Jakarta, Tahun 2005;
4. Propinsi Jambi Dalam Angka, Badan Pusat Statistik, Jakarta, Tahun 2010;
5. Propinsi Nusa Tenggara Timur Dalam Angka, Badan Pusat Statistik, Jakarta,
Tahun 2010;
6. Propinsi Sulawesi Tenggara Dalam Angka, Badan Pusat Statistik, Jakarta,
Tahun 2010;
7. Laporan Akhir Studi Peningkatan Kinerja Transportasi di 33 Propinsi,
Badan Litbang Perhubungan, Tahun 2008;
8. Studi Evaluasi Tatrawil dan Tatralok serta Legalitasnya, Sekretariat Badan
Litbang Perhubungan, Jakarta Tahun 2008;
9. Studi Prioritas Pembangunan Jaringan Pelayanan dan Prasarana Transportasi
di Pulau Jawa;
10. Keputusan Dirjen Perhubungan Darat, Nomor SK.4152jAJ.204jDRJDj2009,
tentang Penetapan Jar ~ ngan Trayek Angkutan Jalan Perintis Tahun 2010;
11 . Propinsi Dalam Angka , Badan Pusat Statistik, jakarta, Tahun 2010.

FOTO-FOTO DAMRI SEBAGAI ANGKUTAN PERINTIS DAN
PERMASALAHAN NYA
Foto 1 : Perbaikan per dan Rem
~~
Foto 2 : Perbaikan Ban
Foto 3 : Jalan Pedesaan Rusak

Foto 4 : Jalan Pedesaan Berlubang dan Tergenang
Foto 5 Jembatan yang Mulai Rapuh
Foto 6 : Muatan Penumpang dan Barang Menjadi Satu

Foto 7 : Angkutan Pedesaan yang Menjadi Pesaing
Foto 8 : Angkutan Perintis yang Melewati Sungai

Foto 9 : Kondisi Mobil dan Jalan yang jelek
Foto 10 : Menyeberangi Sungai apabila sudah surut

LAPORAN RINGKAS HASIL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
(Sesuai PP. No. 20 Tahun 2005)
PROGRAM INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN
PEREKAYASA TAHUN ANGGARAN 2010
Identitas Lembaga Penelitian dan Pengembangan
Nama Lembaga
Litbang
Pimpinan
Alamat
Badan Penelitian dan Pengembangan Perhubungan
Kementerian Perhubungan
Ir. L. Denny Siahaan, Ms.Tr, APU
JI. Merdeka Timur No.5 Jakarta Pusat
Identitas Kegiatan
Judul
Abstraksi
Penelitian Peningkatan Angkutan Perintis Daerah Terisolir
(Studi Kasus Angkutan Bus)
Permasalahan utama dalam menghubungkan antar wilayah di
Indonesia adalah kondisi geografis negara kepulauan
menyebabkan adanya beberapa daerah terisolir yang memerlukan
angkutan dan aksesibilitas untuk dapat menjangkau daerah-daerah
lain untuk kegiatannya .
Untuk menjawab permasalahan terse but diatas maka dilakukan
"Penelitian Peningkatan Angkutan Perintis Daerah Terisolir" guna
menjangkau jaringan trayek angkutan jalan perintis pada 22
propinsi yang dibutuhkan untuk melayani 146 daerah terpencil
dengan melakukan penelitian pad a beberapa daerah yang akan
menjadi sampel, yaitu NTT, Jambi, dan Sulawesi Tenggara.
Dalam penelitian ini didapatkan beberapa variabel dalam
menentukan kriteria pemilihan trayek angkutan perintis di bidang
jalan yaitu kapasitas, keterasingan daerah, aksesibilitas, pemadu
moda, efisiensi, dan kondisi sosial dengan masing-masing kriteria
tersebut terdapat sub kriteria yang mendukung.
Tim Peneliti
1 Besar Setyabudi, SIP, MM,
,
2 Ir. Zulflkri, M.Sc, DEA
3 Drs. Budi Prayitno, MMTr
4 Abdul Mutholib, SE
5 Feronika Sekar P. , SS
6 Fuad Sutiyanto E., SE
7 Rini Suliyanti, S.Sos
8 Fardian Isibhi, ST, MMTr
9 Prima Juanita R. ST, M.Sc
Koordinatorl
Peneliti Utama
Anggota
Anggota
Anggota
Anggota
Anggota
Anggota
Anggota
Anggota
JI. Merdeka Timur No 5 Jakarta Pusat
JI. Merdeka Timur No 5 Jakarta Pusat
JI. Merdeka Timur No 5 Jakarta Pusat
JI. Merdeka Timur No 5 Jakarta Pusat
JI. Merdeka Timur No 5 Jakarta Pusat
JI. Merdeka Timur No 5 Jakarta Pusat
JI. Merdeka Timur No 5 Jakarta Pusat
JI. Merdeka Timur No 5 Jakarta Pusat
JI. Merdeka Timur No 5 Jakarta Pusat

Waktu Pelaksanaan
Publikasi
01 Februari 2010 - 30 Nopember 2010 (10 Bulan)
Dipublikasikan di Warta Penelitian Perhubungan
(Terakreditasi L1PI), Tahun 201 ~
Identitas Kekayaan Intelektual dan Hasil Litbang
Ringkasan Kekayaan Intelektual
A Perlindungan Kekayaan Intelektual -
B Nama Penemuan Baru -
C Nama Penemuan Baru Non Komersial -
0 Cara Alih Teknologi
4. Publikasi Akan dipublikasikan di Warta
Penelitian Perhubungan
(Terakreditasi L1PI).
Ringkasan Hasil Penelitian dan Pengembangan
1
Hasil Penelitian dan Pengembangan
KESIMPULAN
1. Melihat potensi dan kondisi daerah Jambi, NTT dan Sulawesi Tenggara
pada antara lain sektor2 Pertanian, Perkebunan, Kehutanan dan
Perternakan Rakyat mempunyai masa depan yang cerah ini terlihat dari
data potesi daerah antara lain pertumbuhannya 7-9% pertahun;
2. Pelayan angkutan perintis yang masih dominan untuk daerah terisolir
dilakukan oleh Perum DAMRI sampai dengan ketingkat pedesaan sepanjang
masih dapat dilalui oleh kendaraan, walau pun ada angkutan lain seperti
mobil bak yang diberi terpal tetapi komunitasnya hanya sedikit dan mahal,
selanjutnya penumpang meneruskan ketempat asal masing-2 dengan
berjalan kaki, menggunakan kuda dan sepeda motor;
3. Berdasarkan hasil survey kepada responden pengguna angkutan DAMRI
asal pedesaan ke perkotaan aspek yang menjadi perhatian adalah, perlunya
tambahan rute baru ke pedesaan sebesar 49,04%, Kurangnya jumlah
armada yang melayani sebesar 51,59%, persepsi pelayanan angkutan
perintis terhadap pelayanan umum sudah membantu sebesar 73,89%,
persepsi kenyamanan angkutan perintis sudah membantu sebesar 61,15%,
Perlunya kepentingan angkutan perintis sebesar 94,90%.
4. Berdasarkan opini yang didapat dari Instansi Pemerintah Pusat, Daemh,
Damri, Bappeda dan LSM untuk angkutan perintis pada daerah terisolir
antara lain, peningkatan sistem keamanan, peningkatan aksesibilitas,
melayani daerah-2 yang belum terlayani, kelayakan sarana dan jalan, tetap
dalam tarif yang murah, penyediaan angkutan pedesaan, penyediaan bus
disesuaikan dengan kemudahan pembelian spare part.
2

5. Berdasarkan hasil Fokus Group Diskusi (FGD) antara lain, Deskripsi
Angkutan Perintis, Kriteria penentuan angkutan perintis dan Sarana dan
prasarana yang menunjang angkutan perintis
6. Dari hasil anc!isis dengan menggunakan Analisis Multi Kriteria (AMK),
variabel yang digunakan untuk menentukan kriteria angkutan perintis
berdasarkan pembobotan prioritas adalah sebagai berikut:
a. Keterasingan Daerah (0,187)
b. Aksesibilitas (0,181)
c. Kapasitas (0,168)
d. Pemadu Moda (0,150)
e. Efesiensi (0,126)
f. Kondisi Sosial (0,126)
g. Daya Beli Masyarakat (0,0161).
7. Berdasarkan hasil perhitungan aplikasi pembobotan dari nilai terbobot setiap
usulan trayek perintis, terutama untuk Propinsi Nusa Tenggara Timur
didapatkan prioritas rute sebagai berikut:
a. Kefamenanu - Inbate
b. Kefamenanu - Moresu
c. Kefamenanu - Sipi - Bokis
d. Kefamenanu - Motadik
e. Kefamenanu - Oekolo
SARAN
1. Pemerintah Pusat dan Daerah dari berbagai sektor agar dapat
mengantisipasi potensi pertumbuhan ekonomi di daerahnya sehingga tidak
sia-sia atau terjadi pembusukan, penundaan transaksi dikarenakan tidak
adanya dukungan sektor transportasi baik sarana (kendaraan) atau
Prasarana Ualan).
2. Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah lebih banyak memfokuskan
pembangunan prasarana dan sarana transportasi dalam mengangkut
barang dan penumpang lebih dalam lagi kearah pedesaan sehingga perlu
diperbaiki dan diperlebar jalan akses-akses yang terdalam,
3. Adanya peningkatan angkutan perintis yang selama ini dilakukan oleh Damri
kedaerah terisolir untuk dapat meningkatan akan kebutuhan angkutan dari
segala aspek, dikarenakan angkutan lainnya tidak mampu sampai
kepedalaman .
4. Pada prinsipnya pendapat para pakar untuk dapat diantisipasi oleh
pemerintah pusat dan pemerintah daerah agar angkutan perintis pada
daerah terisolir antara lain adanya peningkatan-peningkatan sebagai berikut ,
, peningkatan sistem keamanan, peningkatan aksesibilitas, melayani daerah
yang belum terlayani, kelayakan sarana dan jalan, tetap dalam tarif yang
murah, peilyediaan angkutan pedesaan, penyediaan bus disesuaikan
dengan kemudahan pembelian sparepart.
5. Perlunya pemerintah pusat dan pemerintah daerah melakukan, prioritasprioritas
pembengunan untuk hal-hal yang sangat penting hingga cukup
penting yaitu Keterasingan Daerah menjadi daerah yang terbuka,
pembangunan jalan sesuai dengan kelasnya agar Aksesibilitas dapat
3

terwujud, adanya peningkatan kapasitas angkut dilihat dari pelayanan,
volume dan faktor muat, diperlukan Pamadu Moda untuk angkutan terusan
dengan terminal, bandara, pelabuhan, angkutan bus yang Efesiensi dan
terjangkau oleh Kondisi Sosial dan terjangkau untuk Daya Beli Masyarakat
terhadap transportasi khususnya angkutan bus;
6. Berdasarkan hasil skala pembobotan terhadap trayek angkutan perintis di
Nusa Tenggara Timur sejumlah 8 rute, diperlukan penanganan prioritas
terhadap 5 trayek seperti tersebut dalam kesimpulan diatas oleh Pemerintah
Pusat, Pemerinrah Daerah dan Operator Penyelenggara Angkutan Perintis
di Nusa Tenggara Timur.
2 Produk, spesifikasi, dan pemanfaatannya
Hasil dari penelitian ini akan dimanfaatkan oleh sektor terkait seperti Direktorat
IJenderal Perhubungan Darat, Dinas-Dinas Perhubungan Propinsi, PT. DAMRI,
ORGANDA, Pimpinan di lingkungan Perhubungan sebagai bahan pertimbangan
dalam pengambilan keputusanl kebijakan .
3
Gambarl Photo Produk Hasil Penelitian dan Pengembangan
Perbaikan Bus Perintis per dan Rem
Jalan Perintis di Pedesaan Rusak
4

Perbaikan Ban Bus Perintis
Angkutan Pedesaan yang Menjadi Pesaing Bus Perintis
Bus Perintis Menyeberangi Sungai Bila Sudah Surut
5

•
Pengelolaan
A
Sumber Pembiayaan Penelitian dan Mitra Kerja
1. APBN
2. APBD
3. Mitra Kerja
Rp. 249.995.000,­
Rp . --
Rp. -­
2 Pemanfaatan Sarana dan Prasarana Penelitian
1. Sarana
2. Prasarana
3. Lain-lain Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan data primer
maupun sekunder serta kondisilrealisasi di lapangan
diberbagai lokasildaerah dengan obyek penelitian sarana
dan prasarana transportasi, pengguna transportasi (user),
operator dan regulator yang secara komprehensif
dianalisis untuk menghasilkan suatu penelitian.
3
Pendokumentasian
Pendokumentasian penelitian ini dalam CD.
Jakarta,
Nopember 2010
KEPALA
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
PERHUBUNGAN
Ir. L. DENNY SIAHAAN, Ms.Tr., APU
NIP. 195203271978031 003
"'- .
I
6