LAPORAN HASIL PENELITIAN - KM Ristek

· -
",
"
'.
:
,:'~!
LAPORAN HASIL PENELITIAN
SUMBER DANA PROGRAl\1 INSENTIF DIKTI TAHUN 2010
BALAI PENELITIAN KEHUTANAN CIAMIS
...
TEKNIK PENANAMAN DAN POLA T ANAM NYAMPLUNG (Calophylum
inophylum) PADA LAHAN PANTAI
Oleh:
Aditya Hani, S.Hut.
Wuri Handayani, M.Si, M.P.
Ir. M. Yamin Mile, M.Sc.
Edy Junaidi, S.Hut. M.Si.
Anas Bardunasar, Amd.
Rusdi
BALAI PENELITIAN KEHUTANAN CIAMIS
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KEHUTANAN
DEPARTEMEN KEHUTANAN
CIAMIS, 2010

·-
LAPORAN H_ASIL PENELITIAN
SUMBER DANA PROGRAM INSENTIF DLKTI TAHUN 2010
BALAI PENELITIAN KEHUT ANAN CIAMIS
TEKNIK PENANAMAN DAN POLA TANAM NYAMPLUNG (CaJophyJum
inophylum) PADA LAHAN PANTAI
Oleh:
Aditya Bani, S.But.
Wuri Handayani, M.Si, M.P.
lr. M. Yamin Mile, M.Sc.
Edy Junaidi, S.But. M.Si.
Anas Bardunasar, Amd.
Rusdi
BALAI PENELITIAN KEHUT ANAN ClAMIS
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KEHUT ANAN
DEP AR TE1vfEN KEHUT ANAN
CIAMIS, 2010

· ­
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN BASIL PENELITlAN
SUMBER DANA INSENTIF RlSET DIKTI T AHUN 2010
TEKNlK PENANAMAN DAN POLA TANAM NYAMPLUNG (Calophylum
inophy/um) PADA LABAN PANTAI
ClAMIS, November 2010
Peneliti U tama,
fi
Aditya Hani, S.Hut.
NIP. 19810223 200511 005
MENGESAHKAN

DAFTARISI
Hal am an
LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................. .
DAFTAR lSI.......................................................................................................
II
DAFTAR T ABEL..... ...... .......... .................... ....... ............................. .................. HI
DAFTAR GAMBAR.............................................................................. .. ..........
lV
1. RINGKASAN ............................................................................................... 1
II. PENDAHULUAN ..........................................................................................
2
A. Latar Belakang ........................................................................................ 2
B. Tujuan Penelitian ......................... .................................................. ......... 4
C. Sasaran Penelitian ....................... ............... ...... ... ........................... ......... 4
D. Output Penelitian....... ............ .................................................................. 4
II. TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................
flr. IV1ETO.DE PENELITIAN ..............................................................................
5
6
A. Lokasi Penelitian .................................... .. ............................... ............... 6
B. Bahan dan Alat .......................................................... ............................. 6
C. Prosedur penelitian .................... ............................. ...................... ......... 6
D. Analisis Data .......................................................................................... 7
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................................
8
A. Pertumbuhan Tanaman Nyamplung .. .... ......... ....................................... 8
B. Kondisi Tanab dan lklim pada Laban Penanaman ................................. 12
C. Produksi Tanaman Semusim .................................................................. 22
V. KESIMPULAN DAN SARAN... ............................................. ........ .............. 24
A. Kesimpulan.................... ..... ......... .......................................................... 24
B. Saran .................... .. .. .. ............................................................................. 25
DAFTAR PUSTAKA
ii

DAFTAR T ABEL
Halamao
Tabel 1. HasH analisis varian pertumbuhan tanaman...................................... 8
Tabe12. Hasil Uji Duncan Perbedaan Blok Perlakuan ................................... 9
Tabel 3. Hasil Uji Duncan Perbedaan Jenis Mulsa ................................ ......... 9
Tabe14. Hasil prediksi kesuburan tanah sebelum penanaman
Nyamplung (tahun 2009) dan setelah penanaman (blok I
pada tahun 2010) berdasarkan paramaeter karakteristik
fisika, kimia dan biologi.................................................................... 13
Tabel 5.
Tabe16.
Tabe1 7.
Hasil Prediksi kesuburan kimia tanah di lokasi penelitian
pengaruh pemberian perJakuan mulsa............. ............................ ...... 16
Data hujan, suhu dan kelembapan udara rata-rata di Lokasi
Penelitian... .............................. .... ............................ .... ....... ......... ...... 19
Data Suhu dan KeJembapan Udara rata-rata pagi, siang dan
sore hari .................... ......................................................................... 20
Tabel 8. Evapotranspirasi Potensial Bulanan di Lokasi Penelitian ...... ........... 21
Tabel9. Produksi Kacang Panjang pad a JaJur PerIakuan Mulsa .................... 23
Tabel 10. Produksi Semangka pada Jalur Perlakuan Mulsa ...... ..... .................. 23
iii

· -
DAFTARGAMBAR
Halaman
Gambar 1. Tanaman nyamplung yang ditanam dibawah kacang panj ang..... ..... 10
Gambar 2. Hujan (P), Suhu Udara (T) dan Kelembapan Udara (RH)
bulan Agustus hingga Oktober 201 0 di Lokasi Penelitian............ .... 19
Gambar 3. Tanah Lembap di bawah Mulsa Plastik Pada Siang Hari ................. 21
iv

TEKNIK PENANAMAN DAN POLA TANAM NYAMPLUNG (Calophylum inophylum)
PADA LABAN PANTAI
1. RINGKASAN
Garis pantai yang dimiliki Negara Indonesia sepanjang 81.000 km saat ini belum
dikelola secara optimal. Padahal terdapat berbagai manfaat yang dapat diperoleh dari
pengelolaan laban pantai misalnya sebagai hutan pantai dapat menyediakan pangan bagi
masyarakat, melindungi atau menahan kerusakan daerab pesisir oleh abrasi (fungsi
konservasi). Pembangunan hutan pantai memerlukan waktu yang eukup lama disamping juga
resiko kegagalan yang eukup tinggi. Hal ini disebabkan daerah pantai mempunyai kondisi
iklim mikro dan tempat tumbuh yang lebih ekstrim dibandingkan di daratan. Sinar matahari
yang panas, terpaan gel om bang air laut pasang, angin keneang, uap air garam serta unsur
hara dan biologi tanab yang sangat rendah menjadi tantangan dalam pembangunan hutan
pantai. Penelitian ini dilakukan unruk menjawab tantangan tersebut dengan mencoba
memanfaatkan laban pantai sebagai lahan budidaya melalui pola agTOfrestry tanaman
Nyamplung dan tanaman semusim yang dapat memenuhi kebutuhan masyarakat akan pangan
dan energi. Tanaman nyamplung berpotensi sebagai tanaman bahan baku enerj i/ biodiesel
(enerji terbaharukan) dan tanaman semusim sebagai penyedia pangan.
Tujuan penelitian adalah untuk memperoleh data dan informasi teknik penananam dan
pola tanam Nyamplung yang tepat pada laban pantai. Pengukuran dan pengamatan penelitian
dilakukan terhadap perturnbuhan tanaman yang meliputi tinggi, diameter, prosentase hldup,
produksi tanaman sebagai hasil respon terhadap perlakuan media tanam dan pota tanam
(kombinasi jenis). Data tersebut selanjutnya dianalisis varians (kuantitatif). Pengaruh
terhadap kondisi ekologi akibat teknik dan pola tanam yang diujicobakan juga diukur melalui
parameter tanah dan ikJim. HasiJ yang diharapkan dari peneJitian ini adaJah tersedjanya
IPTEK mengenru altematif pemanfaatan lahan pantai, yang hingga kini yang masih rendah
pemanfaatannya sebagai lahan budidaya.
Hasil penelitian menunjukkan teknik penanaman melalui kombinasi tanaman
nyampJung + pandan + kacang panjang dengan sistem jaJur memberikan pertumbuhan terbaik
dengan paramater penambaban tinggi dan penambahan diameter yairu 22,51 em dan 0,54 em.
Penggunaan mulsa plastik hitam perak dapat memberikan penambaban! pertumbuhan tinggi
dan diamater terbaik, yairu 22,68 em dan 0,5 em. Prediksi tingkat kesuburan tanah aktual
lokasi penelitian rendah, dengan pemberian bahan organik dan mulsa (platik hitam perak dan
jerami), terjadi perubahan relatif kesuburan kimia tanah yang menguntungkan. Curah hujan
yang tinggi menghasilkan kondisi iklim yang menguntungkan bagi pertumbuhan tanaman
Nyamplung dan kacang panjang. Suhu udara rata-rata bulanan menjadi relatif stabil akibat
pertumbuhan tanaman yang muIai tinggi dan rapat menutup tanah. Perlakuan pemberian
rr\ulsa plastik hitam perak dapat meningkatkan produksi tanaman semusim.
Kata kunci : Lahan panta;' agrojorestry pantai. energy terbarukan dan pangan
1

· -
II. PENDAHULUAN
.A..
Latar 8elakang
Indonesia merupakan negara kepulauan (17.508 pulau) dan salah satu negara yang
...
memiliki garis pantai terpanjang di dunia (81.000 km) dengan luas lautan sekitar 3 1 juta km
atau 70% dari wilayah Indonesia (Dahuri dkk. 1996). Namun sampai saat ini wilayah pesisir
belum dimanfaatkan secara optimal dan lestari serta pengelolaan yang be1um berjalan dengan
baik. Perubahan ildim yang teIjadi sebagai dampak pemanasan global telah dirasakan
darnpaknya. Indonesia sebagai negara kepulauan rnerupakan negara yang mempunyai resiko
paling besar sebagai darnpak dari adanya perubahan iklim. Menurut Intergovernmental Panel
on Climate Change (JPCC) dalarn Hairiah dan Widianto (1997). kenaikan suhu rata-rata
tahunan di Indonesia berkisar antara 0.2-1 derajat Ce1cius yang dapat mengakibatkan (a)
penurunan produksi pangan sebingga bisa merungkatkan resiko bencana kelaparan, (b)
peningkatan kerusakan pesisir akibat banjir dan badai, (c) peningkatan kasus gizi buruk dan
diare, serta (d) perubahan pola distribusi hewan dan serangga sebagai vektor penyakit.
Kerusakan pesisir akibat banjir, badai, air pasang air laut serta kualitas air tanah di daerah
pesisir menjadi air yang tidak layak konsumsi te1ah rnenjadi ancaman yang serius didaerah
peSlslf.
Upaya konservasi tanah dan air di daerah pesisir pantai dapat dilakukan dengan cara
teknis (pembuatan tanggul, pemecab ombak, pengurugan pantai) maupun cara vegetatif
(pembuatan jalur hijau pantai). Cara teknis diupayakan untuk mencegahJmemperbaiki
kerusakan pantai yang memerlukan waktu yang cepat sedangkan cara vegetatif untuk
antisipasi dalam jangka panjang. Hutan pantai dapat dijadikan salah satu upaya pencegahan
dan mengurangi darnpak kerusakan yang teIjadi di daerah pesisir. Salah satu bentuk kegiatan
yang seringkali menjadi ancaman terhadap kerusakan lingkungan pantai adalah pemanfaatan
hutan pantai untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka dalam bentuk pengambiJan kayu
untuk berbagai keperluan seperti kayu bakar dan bahan bangunan.
Pembangunan hutan pantai selain untuk menyelamatkan kondisi ekosistem pesisir laut
dapat dijadikan
upaya pemberdayaan ekonomi masyarakat. Hutan pantai dapat dikelola
dengan melibatkan masyarakat tanpa rnengurangi fungsi utamanya. Pemenuhan kebutuhan
pangan dan energi dari laban pantai dapat dilakukan dengan rnengembangkan pola
agroforestry lahan pantai. Tujuan dari sistem ini adalah untuk memenuhi berbagai kebutuhan
2

. -
antara lain : a) Memberi altematif pekerjaan selain sebagai nelayan terutama apabila
menghadapi musim pacekHk/ombak besar sehingga nelayan tidak dapat rnelaut b). Mencegah
kerusakan kawasan pesisir dari terjangan ombak besar/abrasi pantai c). Mencegah intrusi air
lautlkonservasi air tanah d) memenuhi kebutuhan energi seperti kayu bakar atau energi
...
altematifyang salah satunya berasal dari buah tanaman nyampJung (Callophylum inophy/um)
e) Meningkatkan nilai gizi keluarga melalui penanaman berbagai jenis tanaman semusim.
Pengelolaan lahan pantai yang menerapkan fungsi lindung dan budidaya
telah
dilakukan oleh masyarakat pesisir pantai di Kabupaten Kulonprogo. Propinsi Daerah
Istimewa Y ogyakarta. Masyarakat mengolah laban pantai yang beIjarak 50 meter dari garis
pantai. Hasil yang diperoleh pada lahan seluas 500 meter persegi berupa cabai 1-1,5 kuintal
sekali petik padahal satu musim selama lima bulan bisa 15-20 kali petik sehingga selama satu
musim seorang petani dapat memperoleh penghasilan sedikitnya Rp. 10.5 juta. Disamping itu
ditanami pula tanaman sawi diseJa-sela tanaman cabai yang dapat menghasilkan tanaman 2
juta-2,5 juta yang cukup untuk biaya produksi tanaman cabai dan sawi sekaligus (Kompas,
2008).
Kontribusi agroforestry terhadap upaya mitigasi gas rumah kaca di udara cukup besar
melalui banyaknya C tersirnpan dalam sistem tersebut. Besamya C tersimpan pada sistem
agroforestry tidak dapat menyerupai hutan alam, tetapi masih jauh lebib baik dari pada
pertanian monokultur. Tetapi yang lebih penting adalah agroforestry dapat memperkecil
aneaman terjadinya alih fungsi lahan dirnasa yang akan datang. karena dengan pengelolaan
yang benar dan pemilihan jenis pohon serta didukung dengan kebijakan pasar yang tepat.
agroforestry dapat melindungi pendapatan petani (Hairiah dan Widianto, 2007)
Pohon nyampJungibintangur (Calophylum inophylum). dengan ketinggian mencapai
10-30 m, turnbuh pada habitat pantai berpasir, hingga ketinggian 200 m dpl. Sebaran
alaminya terdapat di seluruh Indonesia. Mempunyai kegunaan sebagai bahan pewarna,
minyak, kayu dan obat-obatan (Noor, dkk 1999). Potensi buah Calophylum inophylum
sebagai bahan biokerosin semakin mencuat setelah adanya kenaikan bahan bakar minyak:
dunia. Buah nyamplung basah mengandung 40-45% minyak dan pada buah kering
. mengandung 70-73% minyak (ITB, 2001 ). Hasil penelitian Aditya & Rahman (2007).
memberikan hasil bahwa biji nyamplung dapat menghasilkan alkohol 96% dan setiap 1 m1
memiliki daya bakar dua kali lebib lama (11,8 menit) dibandingkan minyak tanah (5,6 menit)
dan setiap 1 kg biji nyamplung kering dapat menghasilkan 0,5 liter rninyak nyamplung.
3

B. Tujuao Peoelitiao
Pene1itian ini bertujuan untuk rnemperoleh data dan infonnasi teknik penananam dan
pola tanam Nyamp]ung yang tepat pada laban pantai.
C. Sasaran Peoelitiao
1. Menyediakan data dan infonnasi teknik penanarnan nyamplung pada laban pantai
2. Menyediakan data dan infonnasi pola tanam nyamplung pada laban pantai.
3. Menyediakan data dan informasi pengaruh pemanfaatan lahan pantai dengan pola tanam
nyamplung terhadap lingkunganJ ekologi.
4. Menyediakan rekomendasi teknik dan pola tanam nyamplung pada laban pantai
D. Output Peoelitian
1. Tersedianya data dan informasi teknik penanaman nyamplung pada laban pantai
2. Tersedianya data dan infonnasi pola tanam nyamplung pada lahan pantai.
3. Tersedianya data dan informasi pengaruh pemanfaatan laban pantai dengan pola tanam
nyamplung terhadap lingkunganJ ekologi.
4. Tersedianya rekomendasi teknik dan pola tanam nyamplung pada laban pantai
4

III. TINJAUAN PUSTAKA
Pohon nyamplunglbintangur (Calophylum inophylum), dengan ketinggian mencapai
10-30 m, tumbuh pada habitat pantai berpasir, hingga ketinggian 200 m dpl. Sebaran
alaminya terdapat di seluruh Indonesia. Mempunyai kegunaan sebagai bahan pewarna,
...
minyak, kayu dan obat-obatan (Noor, dkk. 1999).
Buah nyampJung basah mengandung 40-45% rninyak dan pada buah kering mengandung 70­
73% minyak (ITB 2001 ). Hasil penelitian Aditya & Rahman (2007), memberikan hasil
bahwa biji nyampluog dapat mengbasilkan alkohol 96% dan setiap 1 ml memiliki daya bakar
dua kali Iebih lama (11,8 menit) dibandingkan minyak tanah (5,6 memt) dan setiap ] kg biji
nyamplung kering dapat mengbasilkan 0,5 liter minyak nyamplung.
Kontribusi agroforestry terhadap upaya mitigasi gas rumah kaca di udara cukup besar
melalui banyaknya C tersimpan dalam sistem tersebut. Besamya C tersimpan pada sistem
agroforestry tidak dapat menyerupai hutan aJam tetapi masih jauh Iebih balk dari pad a
pertanian monokultur. Tetapi yang lebih penting adalah agroforestry dapat memperkeciI
ancaman terjadinya alih fungsi laban dimasa yang akan datang, karena dengan pengelolaan
yang benar dan pemilihan jenis pohon serta didukung dengan kebijakan pasar yang tepat,
agroforestry dapat melindungi pendapatan petani (Hairiah dan Widianto, 2007)
PengeJoIaan lahan pantai yang menerapkan fungsi lindung dan budidaya
telah
dilakukan oleh masyarakat pesisir pantai di Kabupaten Kulonprogo, Propinsi Daerah
Istimewa Y ogyakarta. Masyarakat mengolah laban pantai yang berjarak 50 meter dari garis
pantai. Hasil yang diperoleh pada laban seluas 500 meter persegi berupa cabai 1-1,5 kuintal
sekaH petik padabal satu musirn selama lima bulan bisa 15-20 kali petik sehingga selama satu
musim seorang petani dapat memperoleh penghasilan sedikitnya Rp. 10,5 juta. Disamping itu
ditanami pula tanaman sawi disela-sela tanaman cabai yang dapat menghasilkan tanaman 2
juta-2,5 juta yang cukup untuk biaya produksi tanaman cabai dan sawi sekaligus (Kompas,
2008).
Stevenson, 1981 do/am Subagyono, 2007 mengatakan babwa konservasi air dapat
dikembangkan melalui pengelolaan kelengasan tanah dengan cara meningkatkan kemampuan
\
t:anah menahan air. Kegiatan ini dapat dilakukan melalui aplikasi bahan organik dan bahan
pembenah tanah (soil conditioner). Bahan organik dapat meningkatkan kemampuan tanah
menahan air melalui pengikatan molekul air lewat gugus fungsionalnya dan pengisian pori
mikro tanah akibat agregasi yang lebih baik.
5

· ..
IV. METODE PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sindangjaya, Kecamatan Cikaiong, Kabupaten
...
Tasikmalaya, Provinsi Jawa barat. Lokasi penelitian merupakan harim lautfsempadan pantai
dengan lahan berpasir dan vegetasi utama pandan laut.
B. Bahan dan AJat
Bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian adalah Bibit tanaman Nyampltmg
berumur 5- 12 bulan, benih dan bibit tanaman semusim, peta kawasan, kompas, meteran,
GPS, kamera, cangkul, terrnometer, penakar hujan dan alat tulis.
C. Prosedur Penelitian
1. Pengumpulan Data
Jenis data yang dikumpulkan berupa data sekunder (hujan, temperatur udara.
kelembaban) dan primer. Data sekunder diperoleh dari instansi terkait yang digunakan
sebagai informasi kondisi iklim yang lebih luas (pembanding). Data primer diperoleh dari
hasil pengukuran dan pengamatan.
a). Pengumpulan data tanaman
Data tanaman yang diukur meliputi produktivitas tanaman pertanian serta pertumbuhan
tanaman nyamplung (c. inophylum) yang meliputi prosentase hidup, tinggi dan diameter
tanaman.
b). PengumpuJan data ekologi/ lingkungan
Perubahan kondisi ekologi yang dihasilkan dari pola tanam campuran antara
NyampJung dengan tanaman bawah diarnati melalui pencatatan terhadap parameter iklim
mikro (curah hujan, temperatur udara, kecepatan angin) dan paramater tanah (kesuburan
tanah, kelengasan tanah), melalui pengambilan sampel tanah.
c). Pengumpulan data nilai ekonomi
Pengumpulan data nilai ekonomi dari produksi tanaman semusirn, diukur berdasarkan
hasil produksi tanaman. Selain itu akan dihitung biaya produksi yang telah dikeluarkan
meliputi biaya penanaman, pemeliharaan hingga produksi tanaman semusim.
6

· -
2. Rancangan Riset
Rancangan penelitian menggunakan rancangan Faktorial. Faktor ke-l yaitu perlakuan
media tanam berupa pupuk kandang+zeolith, pupuk kandang+akroso1. pupuk kandang.
Faktor kedua yaitu kombinasi tanaman, berupa biok 1 kombinasi tanaman
...
nyamplung+pandan, blok 2 kombinasi nyarnplung+pandan+kacang panjang, blok 3
kombinasi nyamplung+pandan+semangka. Faktor ke-3 yaitu perlakuan pemberian mulsa,
berupa mulsa plastik, mulsa jerami, dan tanpa mulsa Masing-masing blok luasnya 1 ha,
sehingga totalluas adalah 3 ha
D. Analisis Data
Data diolah dan dianalisis berdasarkan kategori data yang diperoleh sebagai berikut :
1) Data produksi tanaman di konversi ke harga pasar yang berlaku di Iokasi untuk
mendapatkan nilai ekonomi.
2) Data pertumbuhan tanaman dianalisis menggunakan analisis varians dengan alat bantu
program SPSS . Apabila ada perbedaan nyata maka dilanjutkan dengan uji lanjut
Duncan.
3) Data pengaruh penanaman dan penerapan pola tanam terhadap lingkungan khususnya
untuk parameter tanah (sampeJ tanah) dianalisis di laboratorium.
7

· -
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Pertumbuhan Tanaman Nyamplung (c. inophylum)
Hasil pengukypn selama 6 bulan setelah perlakuan menunjukkan bahwa pertumbuhan
tanaman dipengaruhi oleh perbedaan perlakuan. HasH analisis varian eli sajikan pada Tabel 1.
Hasil analisis menunjukkan bahwa perlakuan penambahan media tanam (akrosol, zeolith dan
kootroI) tidak memberikan perbedaan penambahan tinggi dan penambahan diameter pada
setiap jenis media tanam. Perlakuan pemberian mulsa (mulsa plastik, mulsa jerami dan
kontro) memberikan perbedaan yang nyata pada parameter peoambahan diameter namun
tidak memberikan perbedaan terhadap penambahan/ pertumbuhan tinggi. Perlakuan blok
penanaman adalah kombinasi pandan + oyampung deogan sistem jaIur; kombinasi pandan +
nyampJung + kacang panjang deogan sistem jalur; dan kombinasi pandan + nyamplung +
semangka dengan sistem jaIur. Perlakuan yang memberikan penambahan/ pertumbuhan yang
berbeda nyata (blok penanaman dan pemberian mulsa) dilanjutkan dengan uji Duncan untuk
mengetahui jenis perlakuan yang terbaik (Tabe! 2 dan Tabel 3).
Tabel 1. Hasil Analisis Varian Pertumbuhan Tanaman
Sumber Parameter JumJah Derajat Kuadrat F hit. Sig.
Variasi (Parameter) Kuadrat Bebas Tengah (F calc.)
(Source of (Sum (Degrees (Mean
Variation) square) offreedom square)
media Tinggi 1040,870 2 520,435 1,243 0,290
Diameter 0,194 2 0,097 0,8] 6 0,443
Mulsa Tinggi 4530,765 2 2265,383 5,410 0,005**
Diameter 0,503 2 0,252 2,116 0,122
Blok Tinggi 6600,792 2 3300,396 7,882 0,000**
Diameter 1,793 2 0,897 7,543 0,001 **
Error Tinggi 114726,632 274 418,710
Diameter 32,572 274 0,119
Total Tinggi 243342,930 281
Diameter 85,379 281
Keterangan (Remarks) tarafkepercayaan (level ofconfidence) 95%
** perbedaan yang sangat nyata (highly significant)
8

. ­
Tabel2. Hasil Uji Duncan Perbedaan Biok Perlakuan
Blok Diameter Tinggi
Blok 2 0,54 a 22,51 a
Blok 3 0,39 b 21,79 b
Blok 1 0,27 e 10,2] e
Keterangan
Blok 1
Biok 2
Blok 3
: kombinasi tanaman nyampLung + pandan
: kombinasi nyamplung + pandan + kacang panjang
: kombinasi nyarnpJ ung + pandan + semangka
Tabel 3. Hasil Uji Duncan Perbedaan Jenis Mulsa
Jenis Mulsa Diameter Tinggi
Plastik 0,50 a 22,68 a
Kontrol 040 be 2],77 ab
Jerami 0,3 7 c ] 5,61 e
Blok penanaman dengan kombinasi pandan + nyamplung + kaeang panjang dengan
sistem jaJur memberikan penambahanl pertumbuhan tinggi dan diameter terbaik (22,51 em
dan 0,54 em) dibandingkan kombinasi pandan + nyamplung + semangka dengan sistern jaJur
(21,79 em dan 0,39 ern). Tanaman nyamplung yang ditanam dengan pola kombinasi pandan
dan kaeang panjang, memberikan pertumbuhan paling baik karen a adanya naungan dari
turus sebagru media rambat kaeang panjang, seperti terlihat pada Gambar 1. Naungan
diperiukan bagi nyamplung untuk mengurangi intensitas sinar matahari serta pengaruh angin
laut. Kondisi daerah pantai yang ekstrim dengan suhu siang hari sangat tinggi, kelembapan
siang hari menurun, intensitas eahaya sangat tinggi, adalah hal yang umum, sehingga
tanaman yang dapat tumbuh di laban pantai adalah tanaman-tanaman tertentu yang tahan
. terhadap kondisi tersebut.
9

Gambar ]. Tanaman nyamplung yang ditanam dibawah kacang panjang
Nyamplung merupakan jenis yang kurang tahan terhadap kondisi yang terlalu ekstrim,
sehingga seringkaJi penanaman nyamplung pada lahan terbuka di pantai akan banyak
mengalami kegagalan berupa kematian. Temperatur tinggi menyebabkan tanaman mengalami
kehilangan banyak air melaluj proses transpirasi (penguapan), sehingga tanaman menjadi
layu dan jika terjadi kekurangan air terns menerus pada akhirnya tanaman akan mati. Jadi
kurangnya ketersediaan air adalah penyebab utama dari kematian tanaman. Untuk mengatasi
masalah tersebut maka penanaman nyamp\ung dapat dilakukan dengan eara ditanam diantara
pohonltanarnan yang sudah tinggi yang dapat berfungsi sebagai penaung dan windbreak.
Kombinasi pandan sebagai windbreak dan kaeang panjang sebagai penaung merupakan salah
satu teknik tanam yang memberikan hasil yang baik bagi nyamplung.
Penggunaan mulsa plastik memberikan hasil pertumbuhan tanaman nyamplung Iebih
baik dibandingkan dengan kontrol maupun menggunakan mulsa jerami, dengan
-penambahanJ pertumbuhan tinggi dari yang tertinggi ke terendah: 22,68 em; 21 77 em; dan
15,61 em. Penggunaan mulsa plastik diharapkan dapat menekan pertumbuban tanaman
pengganggu/gulma sebingga tidak menimbuJkan persaingan daJam memperoleh unsur hara
Pemberian mulsa plastik pada tanaman kubis monokrop mampu menekan erosi dan
10

-ehilangan hara tanah (C organik, N, P dan K), meningkatkan pertumbuhan tanaman
_ musim (Rosliani, 2001). Kondisi ternpat tumbuh yang berpasir dengan porositas yang
-ggi rnenyebabkan unsur hara dan air sangat mudah larut kebawah terutama dengan adanya
.air hujan/penyiraman. Mulsa plastik diharapkan dapat mengurangi benturan lallgsung air
...
':"'ujan ke pasir sehingga unsur hara tidak mudah larut.
Pemberian mulsa organik cenderung meningkatkan serangan harna dikarenakan mulsa
organik menjadi sarang bagi beberapa jenis harna. Pada lokasi penelitian hama yang
ditemukan adalah semut dan jangkrik yang mellyerang tanaman semusim. Sementara itu
mulsa organik di pertanian menyebabkan berkembangnya penyakit bengkak akar (Rosliani,
_001 ).
Penanaman dengan sistem jaJur dimaksudkan untuk rnemberikan ruang tumbuh yang
optimal bagi tanaman nyamplung dan tanaman semusim. Selain itu adanya jalur juga untuk
mengurangi persaingan memperoleh hara dan air antara pandan dan tanaman nyarnpJung
serta tanaruan semusirn. Tanaman pandan mempunyai akar lateral yang cukup panjang
sehingga merupunyai kemampuan memperoleh WlSur hara dengan radius yang cukup lebar.
Adanya jalur-jalur tanarnan nyarnplung dan tanarnan
semusim diharapkan untuk
rnenyediakan ruang bagi kegiatan tumpangsari. Dengan adanya tumpangsari diharapkan
tanaman nyamplung akan ikut terpelihara baik dalam pengendalian gulma maupun adanya
pernupukan dan penyirarnan.
Penambahan bahan pada media tanam selain pemberian pupuk kandang (akrosol dan
zeolith) tidak memberikan perbedaan pertumbuhan yang nyata. Sebingga pemberian pupuk
kandang sebanyak 5 kg per lubang tanam sudah rnencukupi kebutuhan tanarnan. Pupuk
kandang merupakan salah satu bahan aleomerant yang berfungsi untuk memperbaiki sifat
fisik tanah sehingga lebih mampu mengikat unsur hara dan air. Selain itu dimungkinkan
faktor yang paling berpengaruh pada tanaman nyarnplung adalah faktor iklim (suhu
kelembaban dan curah hujan). Berbeda dengan hasil penelitian pada budidaya tanaman
bawang pad a lahan pasir. Penarnbahan bahan aleomeriant yaitu zeolith sebanyak 450 kglha,
tanah liat 50 ton/ha, pupuk organik 10 tonlha mampu meningkatkan produktivitas laban .
Hasil panenan bawang rnerah dapat mencapai 20 tonJha (Setyono & Surandal, 2009).
11

· -
B. Kondisi Tanab dan Ikllm pada Lahan Penanaman
1. Kondisi Tanah
a. Kesuburan Tanah Pasir di Lokasi Penelitian
Kesuburan tanah adalah mutu sebuah tanah untuk bisa ditumbuhi oleh tanaman yang
.A
ditentukan o)eh interaksi dari beberapa karakteristik fisika, kimia dan biologi tanah terse but.
Kesuburan tanah tidak dapat diukur, tetapi dapat diprediksi. Terdapat dua pengertian
kesuburan tanah, (1) kesuburan tanah aktual yaitu kesuburan tanah yang masih asli (almiah)
dan (2) kesuburan tanah potensial yaitu kesuburan tanah maksimum yang masih bisa dicapai
oleh tanah melalui penerapan teknologi yang mengoptimaikan semua faktor
(Notohadiprawiro et. al., 2006).
Lokasi penelitian pada awalnya hanyalah lahan pantai berpasir yang ditumbuhi
dengan pandan laut. Pada kondisi awal demikian atau sebelum dilakukan penanaman
Nyamplung, diambil sampel tanahnya. Pengambilan sampel tanah asli ini dilakukan pada
tahun 2009. Setelah dilakukan penanaman dengan berbagai perlakuan (faktor percobaan),
maka pada tahun 2010 diambil kembali sampel tanahnya untuk diperbandingkan. Maksud
perbandingan yang pertama adalah untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh dari penanaman
tanaman Nyamplung (Tabe14), yaitu komparasi antara sampel tanah asli (tahun 2009) dengan
sampel tanah pada biok I (pandan + Nyamplung). Perbandingan yang kedua dilakukan untuk
mengetahui ada tidaknya pengaruh pemberian perlakuan dan pemeliharaan, yaitu komparasi
antar blok (Tabel 5).
Pada tanah pasir pantai asli di lokasi penelitian diprediksi besarnya kesuburan tanah
aktual berdasarkan karakteristik fisika, kimia dan biologi tanah (Tabel 4). Untuk parameter
kesuburan fisika menggunakan parameter kelas tekstur. Sedangkan parameter kesuburan
kimia menggunakan 5 parameter, yaitu kandungan bahan organik tanah, kandungan hara
makro (N total, P20S tersedia dan K20 tersedia), KTK (kapasitas tukar kation), KB
(kejenuhan basa) dan pH tanah. Untuk parameter kesuburan biologi menggunakan parameter
jurnlah mikroba tanah.
12

Tabel 4. Hasil prediksi kesuburan tanah sebelum penanaman Nyampltmg (tahun 2009) dan
setelah penanaman (blok I pada tahun 2010) berdasarkan parameter karakteristik
fisika, kimia dan bioJogi
I
Parameter Kesuburarr"
Analisis tanah aslj
(tahun 2009)
Analisls tanah setelah
penanaman Nyamplung
(blok I) tahun 2010
N total (%) 0,021 0,030
Bahan Organik (%) 0,240 0,584
P205 tersedia (ppm) 1,654 1,082
K20 tersedia (me %) 0, 100 0,032
I KTK (me%) 1,297 1,605
Kejenuhan bas a (%) 54,939 19,377
l ~H H2O 7,010 5,520
Kelas tekstur Pasir -­
ITotal mikroba (cfufgr) 4,949 x 10 6
Sumber : analisis laboratorium sampel tanah lokasi penelitian
Prediksi tingkat kesuburan tanah pasir berdasarkan parameter fisika yang disajikan
pada Tabel 4, menunjukkan kelas tekstur tennasuk pasir, karena kandungan fraksi pasir
mencapai 99,86 %, fraksi debu mencapai 0,1 %, dan fraksi liat mencapai 004%. Pada
umurnnya tanah yang bertekstur pasir memiliki proporsi pori makro yang cukup besar dan
penneabilitas yang cepat sehingga retensi lengas tanah dan hara menjadi rendah. Hal iill
menyebabkan secara fisika tingkat kesuburan tanah kurang.
Bahan organik tanah berharkat sangat rendah baik pada tanah sebelum maupun
setelah penanaman tanaman NyampJung. Hal ini menunjukkan tingkat dekomposisi bahan
organik cukup rendah meskipun di sekitar tempat pengambilan sampel ditumbuhi tanaman
pandan laut. Komparasi bahan organik pada kedua sampel tanah, menunjukkan terjadi
kenaikan kandungan bahan organik dari 0,240% sebelum ada penanaman menjadi 0,584%
setelah ditanam Nyamplung dan perlakuan media tanam. Hal ini disebabkan pengaruh
perlakuan yang dicobakan pada penelitian tahun 2010 mampu meningkatkan dekomposisi
k'andungan organik tanah.
Tanah pada lokasi penelitian mempunyai kandungan N total tanah yang sangat rendah
baik pada tanah sebelum dan setelah penanaman tanaman Nyamplung. Hal ini dipengaruhi
oleh kandungan bahan organik yang berharkat sangat rendah. Kandungan bahan organik
13

anah merupakan sumber nitrogen tanah yang sangat potensial. Peran bahan organik terhadap
ketersediaan hara dalam tanah tidak terlepas dengan proses mineralisasi yang merupakan
rahap akhir dari proses perombakan bahan organik. Pada proses mineralisasi akan dilepas
mineraI-mineral hara tanaman yang lengkap, dan nitrat merupakan proses mineralisasi bentuk
..
terakhir dari baban organik menjadi N. Penyebab rendahnya kandungan N total tanah adalah
tingginya pencucian N dalam bentuk nitrat. Tanah pasir di lokasi penelitian berdrainase dan
beraerasi sangat baik sehingga nitriftkasi sangat intensif, jumlah N dalam bentuk nitrat yang
cukup besar mudah tercuci, selain itu sifat tanah yang didominasi pori makro juga semakin
mempermudah terjadinya proses pencucian tersebut.
P tersedia pada tanah di lokasi penelitian baik pada tanah sebelum penanaman (tanah
asli) maupun pada tanah setelah dilakukan penanaman Nyamplung, berharkat sangat rendah.
Hal itu disebabkan keberadaan P pada tanah pasir bel urn tersedia. Demikian untuk K tersedia
) ang sangat rendah pada kedua sampel tanah, yang umumnya disebabkan oleh adanya
pencucian. Dimana pencucian K dipicu oleh rendalmya kandungan koloid tanah, sehingga
dengan drainase tanah yang sangat baik maka K mudah tercuci.
Kapasitas tukar kation (KTK) menunjukkan kemampuan tanah untuk menahan
kation-kation dan mempertukarkan kation-kation yang terdapat koloid tanall dengan kationkation
dalam larutan tanah. Kation yang ditukarkan termasuk termasuk kation hara tanaman.
KTK penting untuk kesuburan tanah. Semakin tinggi kandungan KTK menunjukkan
kesuburan kinlla tanab meningkat. Berdasarkan hasil analisa tanah pasir di lokasi peneiitian,
harkat KTK tanah pada kedua sampel tanah berada pada kisaran sangat rendah. Menurut
Syukur et. al. (2008), rendahnya harkat KTK pada tanah pasir disebabkan oleh beberapa hal
antara lain : (1) rendahnya fraksi lempung yang merupakan sumber muatan negatif baik: pada
kisi mineral maupun pinggir mineral yang dapat mengadsorbsi kation-kation, (2) kandungan
baban organik yang rendah menyebabkan rendahnya nilai KTK tanah juga dan (3) fraksi
pasir dan debu menampilkan ikatan negatif yang tidak begitu baik, tetapi menyebabkan
permukaan spesifik yang rendah mereka menyumbang sedikit K TK pada sebagaian besar
tanah..
Nilai pH tanah menunjukkan sifat kemasaman atau alkalinitas tanah. Nilai pH
menunjukkan banyaknya konsentrasi ion hidrogen (H) di dalam tanah. Makin tinggi kadar
ion W didalam tanah, semakin masam tanah tersebut. HasiI analisis untuk pH tanah tahun
2009 menunjukkan nilai yang netral. Sedangkan hasil analisis untuk tahun 2010, pH tanah
14

· -
pada kriteria agak masam. Nilai pH yang agak masam mengindikasikan bahwa tanah pasir
pantai termasuk tanah salin. Nilai pH tanah pada tanah pasir yang agak masam menjadi faktor
pembatas pada budidaya tanaman, karena dengan semakin masamya pH tanah kernungkinan
terjadi toksisitas unsur rnikro tertekan. Penurunan pH tanah juga berpengaruh terhadap
...
kandungan kejenuhan basa (KB). Nilai KB mencenninkan akumuJasi susunan kation.
Semakin tinggi kandungan KB suatu tanah menunjukkan kandungan basa dapat ditukar
cukup tinggi, sebingga menunjukkan tanah masih dalam tahap perkembangan.
Berdasakan hasil prediksi parameter kesuburan kimia untuk tanah pasir di lokasi
penilitian berdasarkan 5 parameter (kandungan bahan organik tanah, kandungan hara makro
(N total, P 2 0 S tersedia dan K 2 0 tersedia), KTK (kapasitas tukar kation), KB (kejenuhan basa)
dan pH tanah) menunjukkan basil pada kriteria sangat rendah. Dapat disimpuJkan tanah pasir
dilokasi penelitian mempunyai kesuburan kimia yang kurang.
Untuk parameter kesuburan biologi, didasarkan pada parameter kandungan rnikroba
totaL Nilai kandungan mikroba total tanah pasir dilokasi penelitian sekitar 4,949 x 10 6
cuf/gram. Nilai kandungan hara ini masih sang at sedikit dibandingkan tanah mineral pada
umumnya, sebingga berdasarkan parameter kesuburan biologi tanah, tanah pasir di lokasi
penelitian mempunyai kesuburan biologi yang kurang.
Menurut ketiga parameter kesuburan fisika, kimia dan biologi tanah yang telah
dibahas di atas, tanah pasir pada lokasi penelitian dapat diprediksi mempunyai tingkat
kesuburan aktual yang kurang. Untuk meningkatkan kesuburan potensial perlu dilakukan
pemanfaatan masukan teknologi. Salah satu teknologi yang diterapkan dalam penelitian ini
adalah dengan penambahan bahan organik tanah yang berasal dari pupuk kandang. Jumlah
pupuk kandang yang diberikan selama penelitian berlangsung sebanyak 12 toni ha. Pengaruh
pemberian bahan organik terhadap kesuburan kimia tanah antara lain meningkatkan KTK,
memperbaiki pH tanah dan meningkatkan kandungan hara tanah.
h. Pengarub Pemanfaatan Teknologi terhadap Peningkatan Kesuburan Potensial
Kimia dan Biologi Tanah
Pada penelitian ini, pamanfaatan teknologi yang digunakan untuk meningkatkan
kesuburan potensial tanah selain dengan penambaban pupuk organik juga dilakukan
pemberian mulsa pada bidang olab. Mulsa yang digunakan pada penelitian ini adalah mulsa
15

: erami dan mulsa plastik hitam perak. Manfaat utama dari pemberian mulsa ~ .:­
memperbaiki suhu mikro tanah sehingga mengurangi pori makro tanah. Pengurangan pori
makro ini akan mempengaruhi proses dekomposisi bah an organik tanah dan mengurangi
proses pencucian bara tanah.
A
Tabel 5. Hasil prediksi kesuburan kimia tanah di lokasi penelitian pengarub pemberian
perlakuan mulsa
I
No
Perlakuan
Blok 1
Blok2
Blok3
Parameter (nyamplung+ (nyamplung + pandan + kacang
(nyamplung+pandan+ semangka)
Kesuburan Kimla pandan) panjang)
Tanpa Tanpa Mulsa Mulsa Tanpa Mulsa Mulsa
pemellharaan mulsa Jerami Plastlk mulsa Jerami Plastik
1 N total (%) 0,030 0, 031 0,028 0, 016 0, 006 0, 01 8 0,014
2 Bahan Organik (%) 0,584 0,643 0,500 0,338 0,167 0, 349 0, 364
3 P205 tersedia (ppm) 1,082 1,205 1,236 1,513 1,572 1,337 1,823
4 K20 tersedia (me %) 0,032 0,036 0,049 0,052 0,047 0,032 0,043
5 KTK{me%) 1,605 1,514 1,906 1,500 1,303 1,811 0,805
6 Kejenuhan basa (%) 19,377 21, 598 17,996 23,867 26,401 16,510 38,385
7 pH H20 5,520 5,980 5,930 6, 220 6,260 6,380
8 Total mikroba (cfu/gr) 4,949x1 OS 2,798x1OS 2,801x10 6 3,123x1 OS 2,342x10 6 2,603x106 1,512x1 06
Sumber: anaJisis laboratorium sampel tanah lokasi penelitian
Secara wnum pemberian mulsa berpengarub terhadap perubahan kenaikan parameter
kandungan P tersedia, K tersedia, KTK KB dan pH tanah. Terhadap parameter kimia tanah
kandungan N total dan bahan organik, pemberian mulsa berpengaruh menurunkan.
Secara umum penurunan kandungan N total pada tanah perlakuan (pemberian mulsa),
disebabkan N terserap oleb tanaman semusim dan tanaman nyamplung. Hal ini dapat dilihat
pada perlakuan tanpa mulsa yang juga mengalami penurunan N. Penurunan terbesar terjadi
pada perlakuan tanaman semusim semangka, sebingga dapat disimpulkan bahwa tanaman
semangka memerlukan hara N lebih besar dibandingkan tanaman kacang panjang.
Pembandingan perlakuan mulsa jerami dengan mulsa plastik, menunjukkan kandungan N
total pada mulsa jerami umumnya lebm besar daripada perlakuan mulsa plastik. Hal ini
disebabkan pada perlakuan mulsa plastik lebih bersifat unaerob, sehingga proses nitratasi
agak terhambat. Pada perlakuan pemberian mulsa plastik, kandungan N total hanya berasal
dari mineralisasi bahan organik pada proses anlonifikasi dan nitrifikasi. Sedangkan pada
perlakuan pemberian mulsa jerami, kandungan N total berasal dari mineralisasi bahan
organik pada proses amonifikasi, nitrifikasi dan nitratasi.
16

· -
Pengaruh peningkatan pH tanah akibat pembarian bahan organik dan perlakuan
mulsa, menurut Syukur et. al. (2008) disebabkan penambahan bahan organik dapat memicu
dekomposisi oleh mikrobia menghasilkan C03- dan OR" yang meningkatkan pH H2O. Hasil
proses dekomposisi oleh mikroorganisme antara lain menghasilkan ion C03- dan OH­
~..
sehingga menunjang pada peningkatan kebasaan, yang selanjutnya meningkatkan pH tanah.
Peningkatan pH tanah lebih tinggi pada perlakuan mulsa plastik hitam perak.
Peningkatan P tersedia dan K tersedia tanah akibat pemberian bahan organik dan
perlakuan mulsa, hal ini disebabkan pemberian bahan organik akan menambah kandungan P
mineral (p04 3-) dan kandungan K+ yang berasal dari pelepasan proses mineralisasi. Proses
ini akan meningkatkan kandungan P tersedia dan K terserua. Pada umumnya peningkatan
kandungan P tersedia dan K tersedia tanah lebih tinggi pada perlakuan mulsa plastik hitam
perak.
Penambahan bahan organik. akan meningkatkan muatan negatif sebingga akan
meningkatkan KTK. Bahan organik memberikan konstribusi yang nyata terhadap KPK tanah,
hal ini disebabkan sekitar 20 - 70 % KTK pada wnumnya bersumber pada koloid humus,
sehingga terdapat korelasi antara bahan organik dengan KPK tanah (Stevenson, 1982). Pada
umumnya KTK tanah meningkat pada perlakukan mulsa jerami.
Secara umum pemberian bahan organik dan perlakuan pemberian mulsa (baik mulsa
jerami dan mulsa plastik hitam perak) memberikan pengaruh menguntungkan terhadap
perubahan kesuburan kimia tanah pasir pada lokasi penelitian.
Sedangkan pengaruh terhadap kesuburan biologi tanah, pemberian pemberian bahan
organik dan perlakuan pemberian mulsa (bail mulsa jerami dan mulsa pJastik hitam perak)
akan menurunkan kandungan mikroba total tanah. Pengaruh penurunan jumlah mikroba total
ini belum dapat disimpulkan menguntungkan atau merugikan, karena tidak diketahui yang
menurun jumlah mikroba yang merugikan ataU menguntungkan.
Pada perlakuan pemberian mulsa, ada hal yang perlu diperhatikan, khususnya
pemberian mulsa jerami, yang temyata justru mengundang hama sehingga terjadi serangan
hama pada tanaman semusim dan tanaman nyamplung yang ditanam. Untuk mengurangi
pengarub yang merugikan ini perlu ada perlakuan khusus sebelurn jerami diberikan sebagai
mulsa pad a laban.
17

• o .
Kondisi Iklim
Paramater iklim yang diamati meliputi eurah hujan, suhu udara (pagi, siang dan sore,
serta rata-ratanya), dan kelembapan (pagi siang dan sore, serta rata-ratanya), serta prediksi
evapotranspirasi potensial. Hujan merupakan parameter yang penting dalam pertanianJ
..
budidaya tanaman, karena merupakan sumber air untuk memenuhl kebutuhan air pada
kehidupan! pertumbuhan tanaman, terlebih di laban pantai yang mrujinal. Suhu yang tinggi
dapat menyebabkan evaporasi dan transpirasi (penguapan) berlebihan pada tanaman hingga
dapat menyebabkan tanaman layu. Kelembapan yang eukup tinggi menandakan di udara
terdapat kandungan uap air (molekul-molekul air) yang eukup ban yak, sehingga dapat
menurunkan laju transpirasi tanaman dan laju evaporasi pennukaan tanah. Prediksi
evapotranspirasi potensial diperoleh dari pendekatan suhu rata-rata udara untuk
menggambarkan potensi terjadinya penguapan dari permukaan tanah dan penguapan oleh
tanaman. Sebenarnya dilakukan juga pengukuran evapotranspirasi aktual dari tanaman
Nyamplung dengan perlakuan mulsa plastik, mulsa jerarru dan tanpa mulsa, dengan eara
menirnbang perubahan berat per waktu pada tiap pot. Namun alat yang digunakan tampaknya
tidak mampu membaea perubahan yang sangat keeil dari perubahan berat akibat bilangnya air
(penguapan).
Pencatatan data hujan dimulai dari tanggaJ 18 Juni 2010 hingga tanggal 11 November
2010. Pencatatan data suhu dan keIembapan udara dimulai dari tanggal 20 Juli 2010 hingga
tanggal 11 November 2010. Pada Tabel 6 disajikan data hujan, suhu dan kelembapan ratarata
bulanan.
Hujan (P) yang terjadi pada waktu penelitian tampaknya menunjukkan adanya
anomali iklim, dimana terjadi musim penghujan yang lebih panjang dari pada normalnya.
Sejak pertengahan Juni hingga akhir Oktober, jumlall hujan bulanan sangat tinggi (sangat
basah), dengan hujan bulanan tertinggi terjadi pada bulan Juli sebesar 1.021 mm. Hujan
maksimum harian selama 5-6 bulan pencatatan juga menunj ukkan nilai yang tinggi, yaitu di
atas 100 mm kecuali pada bulan Oktober (98,3 mm). Musim penghujan yang panjang dengan
jumlah hujan yang tinggi pada setiap bulannya akan sangat membantu upaya pemeliharaan
laban dan pertumbuhan tanaman.
18

. -
Tabel 6. Data hujan, Suhu dan Kelembapan Udara Rata-rata eli Lokasi Penelitian
Bulan
Hujan Suhu udara Kelembapan
Jml (mm) Hari Hujan Pmab (mm) Pmln (mm) (ot) udara (%)
Juni* 849,3 11 181,0 4,6 - -
Juli** 1.021 ,0 A 17 172,4 4,0 34 71
Agust 554,3 13 132,2 3,6 35 73
Sep 91 3,8 15 166,6 9,8 35 76
Okt 754,9 19 98,3 4,1 36 65
Nop*** 79,8 3 51 ,7 10,3 36 64
Sumber
: data primer
Keterangan : * pencatatan data hujan dimulai tanggaJ 18/6/20 I 0
** pencatatan data suhu dan kelembapan dimulai dimuJai tanggaJ 20/7/2010
*** pencatatan data hujan, suhu dan kelembapao berakhirtanggall 111112010
Suhu dan kelembapan udara rerata bulanan eli lokasi penelitian tennasuk tinggi,
dengan nilai suhu Jebih dari 30°C dan kelembapan lebih dari 60%. Hujan yang tinggi selama
waktu penelitian tampaknya mempengaruhi distribusi suhu (T) dan kelernbapan udara (RH)
rata-rata bulanan. Pada rekaman data suhu yang lengkap yaitu bulan Agustus hingga Oktober,
tampak suhu udara rerata bulanan relatif stabil (Gambar 2), yaitu 3SoC pada bulan Agustus,
3SoC pada bulan September dan 36°C pada bulan Oktober. Pada rekaman data kelembapan,
distribusi hujan bulanan berbanding lurus dengan kelembapan udara rerata bulanan. Kenaikan
hujan bulanan akan menyebabkan kelernbapan udara meningkat dan sebaliknya penurunan
hujan bulanan akan menyebabkan kelembapan udara
rnenurun (Gambar 2). Hal ini
disebabkan meningkatnya jumlah hujan akan menyebabkan udara sangat basah atau
kandungan uap air di udara bertambah banyak, dan sebaliknya menurunnya jumlah hujan
akan menyebabkan kandungan uap air di udara juga berkurang.
1000,0 100
900,0
800,0
700,0
600,0
'10--:
L
SO r
a:
70 ~
"::J
GO G
500,0 50 ~
400,0
300,0 3 0
- P
200,0 20
--.r- T
100,0 10
- . RII
0,0 0
.>;f(l
Gambar 2. Hujan (P), Suh u Udara (T) dan Kelembapan Udara (RH)
bulan Agustus hingga Oktober 20 I 0 di Lokasi Penelitian
19

· -
Sebagai gambaran iklim mikro, SullU udara yang cenderung stabil. juga dapat
dimungkinkan dipengaruhi oleh adanya tanaman yang mulai tumbuh tinggi dan rapat
menutup permukaan tanah. Tanaman yang mulai rapat dapat mengurangi penguapan
langsung permukaan tanah oleh penyinaran matahari yang terik di lahan pantai. Selain itu
A
tanaman yang telah tumbuh tinggi dan rapat dapat mengurangi laju hembusan angin
(windbreak), yang selanjutnya akan mengurangi laju penguapan.
Suhu udara pada pagi hari rata-rata Iebih rendah daripada siang dan sore hari, akibat
penyinaran matahari selama siang hingga sore hari. Suhu udara pagi hari rata-rata 30°C,
meningkat menjadi rata-rata 40°C pada siang hari dan kembali menurun menjadi rata-rata
35°C pada sore hari. Kebalikan dengan kelembapan udara di lokasi penelitian, pada pagi hari
kelembapan rata-rata mencapai 79%, menurun menjadi rata-rata 59% pada siang hari dan
meningkat kembali menjadi rata-rata 77% pada sore hari.
Tabel 7. Data Suhu dan Kelembapan Udara Rata-Rata pada Pagi, Siang dan Sore Hari
I
Bulan
Suhu udara (T) °c
Kelembapan (RH) %
Pagi Siang Sore Pagi Siang Sore
Juli 29 37 33 89 57 67
Agust 29 38 36 81 59 79
I Se p
30 40 34 83 64 83
Okt 32 43 34 73 54 68
Nop 32 43 34 67 51 73
1Rerata bin Juli sid Nop 30 40 34 79 57 74
Rerata bin Agt sid Okt 30 40 35 79 59 77
Tinggjnya suhu udara pad a siang hari dapat menyebabkan tanaman mengalami
puncak kehilangan air melalui penguapan (transpirasi). Pemberian pedakuan mulsa plastik
dan jerami dapat membantu mengurangi laju kehilangan air pada permukaan tanah
(evaporasi), sehingga dapat menahan air tersimpan dalam tanah yang dapat digunakan oleh
tanaman. Ditambah dengan penanaman kacang panjang yang menggunakan turus akan
rnenaungi tanaman nyarnplung yang berada di bawahnya, sehingga dapat membantu
mengurangi Iaju kehilangan air pada proses transpirasi tanaman Nyamplung.
20

Gambar 3. Tanah Lembap di bawah Mulsa Plastik Pada Siang Hari
Hasil pengukuran kehilangan air dengan cara menimbang perubaban berat per interval
waktu, tidak menghasilkan perubahan berat per waktu yang berbeda nyata antar perlakuan
pemberian mulsa (plastik, jerami) maupun tanpa perlakuan, pada tanaman Nyamplung. Oleh
karena itu dibuat prediksi evapotranspirasi potensial berdasarkan data suhu udara rata-rata
bulanan seperti disajikan pada Tabel 8. Tampak bahwa nilai evapotranspirasi potensial masih
jauh lebih rendah daripada jumlah hujan bulanan, sehingga masih terdapat sisa air hujan
(hujan netto) yang cukup besar, yang akan membantu tanaman terhindar dari kematian akibat
kekurangan air. Sayangnya tanah di lokasi penelitian adalah pasir pantai yang bersifat sangat
porous, maIm sisa air hujan tersebut akan segera lolos jauh ke dalam tanah hingga tidak dapat
dimanfaatkan lagi oleh akar tanaman. Namun jika dilihat dari hujan harian dapat diketahui
bahwa hari hujan setiap bulan cukup banyak (berkisar dari 13 haril bulan hingga 19
hari/bulan), diibaratkan hampir tiada hari tanpa hujan, sehingga hujan harian netto yang 1010s
ke dalam tanah dan tidak dapat dimanfaatkan tanaman akan digantikan dengan hujan netto
hari berikutnya
Tabel 8. Evapotranspirasi Potensial Bulanan di Lokasi Penelitian
Bulan
Evapotranspirasi potensial (PET) mm
I Juli 161,9
:Agustus 182,0
September 179,7
Oktober 210,4
November 209,1
Sumber : basil perhitungan
21

· -
C. Produksi Tanaman Semusim
Jenis tanaman semusim yang ditanam untuk memperoieh hasil antara selama menanti
tanaman nyamplung tumbuh besar dan siap dipanen, adalah kacang panjang dan semangka.
Pertumbuhan kacang panjang cukup bagus, karena hujan yang relatif turon terus menerus
dengan jumlah yang banyak. Namun sebaliknya dengan pertumbuhan semangka yang
rnenjadi kurang baik karen a adanya hujan berlebih.
Penanaman semangka dan kacang panjang dimulai sejak bulan Agustus, sedangkan
data produksi (panen) kacang panjang dan semangka yang tersedia, hanya untuk bulan
Agustus dan September (Tabel 10 dan Tabel 11 ). Seperti terlihat pada tabel dibawah, kacang
panjang dapat diproduksiJ dipanen setiap 3 - 4 hari sekali. Produksi kacang panjang
terbanyak dihasilkan dari jalur perlakuan mulsa plastik, diikuti dengan tanpa mulsa dan
terakhir mulsajerami dengan produksi total masing-masing 97,5 kg, 76,5 kg dan 15 kg. Hal
ini disebabkan perJakuan mulsa plastik dapat menjaga kelembapan tanah, sehingga tanaman
mendapat suplai air yang cukup bail< untuk pertumbuhannya, dibanding dengan perlakuan
yang lain. Perlakuan mulsa jerami meskipun dapat menjaga kelembapan tanah lebih baik
dibanding tanpa mulsa, tetapi jerami mengundang hama yang dapat menyerang tanaman
seperti semut, kutu, dan lain sebagainya, sebingga menghambat produksi tanaman semusim
bahkan perlahan menyebabkan kematian. Oleh karena itu diperlukan perlakuan tambahan
pada jerami sebelum ditaburl ditutupkan ke permukaan lahan budidaya.
Demikian pula dengan produksi semangka, terbanyak dihasilkan dari jalur perlakuan
dengan mulsa plastik, diikuti tanpa mulsa dan mulsa jerami. Produksi semangka tidak sebaik
produksi kacang panjang, karena seperti telah disebutkan sebelumnya, hujan yang berlebih
rnenjadi penyebab pertumbuhan semangka menjadi kurang bail

· -
Tabel 9. Produksi Kacang Panjang pada Jalur Perlakuan Mulsa
Tanggal
panen
Produksi Kacang Panjaog (kg)
Tanpa mulsa Mulsa Jerami Mulsa plastik
10/08/2010
13/08/2010 6
1410812010 4
16/08/2010
8
17/08120 ]0 4,5 10,5
20108/2010 10 9,5
22/08/2010 2,5
23/08/2010 30
25/08/2010 5
27/08/2010 4
29108/2010
3 2 12
~ 30108/20 I 0 2
01/09/2010 4 7
07/09/2010 2,5 1
1
08/09/2010 2,5 4 6
,
10109/2 01 0 2,5
I 11/09/2010
3 5
13109/2010 2 1
2
16/09/2010
22/09/2010
4
4
28/09/2010 5,5
Jumlah 76,5 12
97,5
Sumber: data pengukuran
-A 16
Tabel 10. Produksi Semangka pada Jalur Perlakuan Mulsa
TanggaJ
panen
Panen Semangka
Tanpa mulsa Mulsa Jerami Mulsa Plastik
butir berat (kg) butir berat(kg) butir berat (kg)
23/08/2010 26 40
04/09/201 0 6 6 3 6 10 15
08/0912010 18 23,5
10/09/2010 16 8
Total 6 6 3 6 70 86,5
Sumber : data pengukuran
23

· -
A. Kesimpulan
V1. KESIMPULAN DAN SARAN
1. Teknologi penanaman melalui kombinasi penanaman pandan+nyamplung+kacang
panjang dengan sistem jalur memberikan pertwnbuhan terbaik dengan parameter
~A
penambahan tinggi dan penambahan diameter yaitu 22,51 em dan 0,54 em.
2. Penggunaan mulsa plastik perak hitam dapat memberikan perturnbuhan tinggi dan
pertumbuhan diameter terbaik yaitu 22,68 em dan 0,50 em.
3. Berdasarkan paramater fisika, kimia dan biologi tanah, diprediksi tingkat kesuburan
tanab aktuallokasi penelitian rendah.
4. Pemberian bahan organik (pemupukan) dan pemberian mulsa (mulsa jerami dan mulsa
plastik hitam perak) secara umurn memberikan pengaruh menguntungkan terhadap
perubahan kesuburan kimia tanah pasir pada lokasi peneJitian.
5. Curah hujan di lokasi penelitian sangat tinggi, menyebabkan kondisi iklim yang basab
dan mempengaruhi suhu udara dan kelembapan udara rerata bulanan di Lokasi
peneiitian, sebingga tereipta kondisi
pertumbuhan tanaman.
iklim yang relatif menguntungkan bagi
6. Subu udara rata-rata bulanan di lokasi peneiitian cenderung stabil, selain dipengaruhi
oleh hujan, juga dipengarubi oleh tanarnan yang mulai tinggi dan rapat menutup tanah,
sehingga dapat mengurangi penguapan air dari permukaan tanab.
7. Prediksi evapotranspirasi potensiallokasi penelitian cukup tinggi berkisar dari 182 mm
bingga 210 mm.
8. Perlakuan pemberian mulsa plastik hitam perak dapat meningkatkan produksi tanaman
semusim kaeang panjang dan semangka.
9. Perlakuan pemberian mulsa jerarni mernicu datangnya hanta yang menyerang tanaman
semusim dan menurunkan produksi, sehingga diperlukan perlakuan tambahan sebe1um
diberikan ke laban budidaya
10. Produksi tanaman sernusim belurn memberikan keuntungan ekonomis, tetapi dengan
pedakuan yang tepat dapat dimanfaatkan untuk memproduksi tanaman semusim dan
peningkatan produktivitas laban (perbaikan kondisi tanah).
24

· -
B. Saran
U ntuk lebib meningkatkan peluang keberbasilan pengembangan tanaman
nyampJung pada Jahan pantai berpasir, sebaiknya sosialisasi terhadap ragam manfaat
tanaman nyamplung dan nilai ekonominya segera dilakukan pada semua stakeholders
...
terkait, agar nyamplung mendapat perhatian yang proporsional di masyarakat.
25

· ­
DAFTAR PUSTAKA
Notohadiprawiro. T., Soekadarmodjo, S. dan Sukana, E., 2006. Pengelolaan Kesuburan
Tanah dan Peningkatan Efisiensi Pemupukan. Repro: Ilmu Tanah UGM. UGM.
Yogyakarta
Rosliani, R. 2001. Perbaikan Kultur Teknis Pada Sistem Pertanaman Sayuran Dataran Tinggi
Untuk Pengendalian Erosi. Kumpulan Hasil Penelitian. Balai Penelitian Tanaman
Sayuran. Lembang.
Setyono, B. & Suradal. 2009. Agribisnis Bawang Merah di Lahan Pasir Pantai Melalui
Penerapan Teknologi Ameliorasi di Kabupaten Bantu! Propinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta. Makalah Seminar Nasional. Peningkatan Daya Saing Agribisnis
Berorientasi Kesejahteraan Petani. Pusat Analisa Sosial Ekonomi dan Kebijakan
Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Bogor.
Stevenson, FJ., Alanah Fitch. ] 997. Kimia pengkomplekan ion logam dengan organik
larutan tanah.ln Interaksi Mineral Tanah dengan Bahan Organik Dan Mikrobia. (Ed
Huang P.M. and Schnitzer, M.) ( Transl. Didiek Hadjar Goenadi), pp. 41-76. Gadjah
Mada University Press, Yogyakarta.
Stevenson, F.T., 1982. Humus Chemistry. John Wiley and Sons, Newyork.
Syukur, A dan Harsono, E. S., 2008. Pengaruh Pemberian Pupuk Kandan dan NPK terhadap
beberapa Sifat Nimia dan Fisica Tanah Pasir Pantai Samas Bantul. Jumal nmu
Tanah dan Lingkungan Vol. 8, No 2 (2008) p: 138-145. UOM. Yogyakarta
26