04.11.2014 Views

analisis distribusi tegangan termal dengan program ase ... - KM Ristek

analisis distribusi tegangan termal dengan program ase ... - KM Ristek

analisis distribusi tegangan termal dengan program ase ... - KM Ristek

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Prosiding Semiloka Teknologi Simulasi dan Komputasi serta Aplikasi 2005<br />

ANALISIS DISTRIBUSI TEGANGAN TERMAL DENGAN<br />

PROGRAM ASE 2.1 DAN ATE 2.1<br />

U t a j a<br />

P2PN-BATAN<br />

Abstrak<br />

Tegangan <strong>termal</strong> (thermal stress) adalah salah satu <strong>tegangan</strong> yang banyak dijumpai<br />

pada persoalan fisika dan teknik. Analisis <strong>tegangan</strong> <strong>termal</strong> secara analitik sulit<br />

dilakukan, untuk itu <strong>analisis</strong> dilakukan <strong>dengan</strong> metoda numerik dan untuk ini dipakai<br />

metoda elemen hingga. Penyelesaian <strong>dengan</strong> metoda elemen hingga hanya mungkin<br />

dilakukan <strong>dengan</strong> komputer dan untuk itu diperlukan <strong>program</strong> komputer. Makalah ini<br />

menguraikan <strong>analisis</strong> <strong>distribusi</strong> <strong>tegangan</strong> <strong>termal</strong> <strong>dengan</strong> <strong>program</strong> ASE 2.1 dan ATE<br />

2.1 yang dikembangkan di P2PN BATAN. Kedua <strong>program</strong> komputer ini berbasis<br />

elemen hingga <strong>dengan</strong> elemen segi tiga dan fungsi parameter linier. Analisis<br />

<strong>tegangan</strong> <strong>termal</strong> dilakukan dalam dua tahap. Pertama <strong>analisis</strong> <strong>distribusi</strong> suhu <strong>dengan</strong><br />

<strong>program</strong> ASE 2.1, yang menghasilkan <strong>distribusi</strong> suhu dari benda yang di<strong>analisis</strong>.<br />

Selanjutnya dilakukan <strong>analisis</strong> <strong>distribusi</strong> <strong>tegangan</strong> <strong>termal</strong> <strong>dengan</strong> <strong>program</strong> ATE 2.1<br />

berdasar suhu hasil <strong>analisis</strong> tahap pertama. Persoalan yang di<strong>analisis</strong> dibatasi pada<br />

persoalan dua dimensi, yaitu <strong>tegangan</strong> <strong>termal</strong> pada poros pompa, <strong>tegangan</strong> <strong>termal</strong><br />

pada lapisan tipis oksida dan <strong>tegangan</strong> pada bahan bakar reaktor nuklir. Hasil <strong>analisis</strong><br />

dibandingkan <strong>dengan</strong> <strong>analisis</strong> <strong>dengan</strong> <strong>program</strong> komputer lain atau <strong>dengan</strong> <strong>analisis</strong><br />

lain yang pernah dilakukan, <strong>dengan</strong> hasil sebagai berikut. Pada <strong>analisis</strong> <strong>distribusi</strong><br />

suhu, hasil dari <strong>program</strong> ASE 2.1 mempunyai perbedaan kurang dari 1% dari hasil<br />

<strong>analisis</strong> <strong>program</strong> ANSYS 5.4, sedangkan hasil <strong>analisis</strong> <strong>program</strong> ATE 2.1 mempunyai<br />

perbedaan sampai <strong>dengan</strong> 5% <strong>dengan</strong> hasil <strong>analisis</strong> <strong>program</strong> ANSYS 5.4<br />

Abstract<br />

THERMAL STRESS DISTRIBUTION ANALYSIS BY ASE 2.1 AND ATE 2.1<br />

SOFTWARE.<br />

Thermal stress is a stress which frequenly be found in physical or technical problems.<br />

The analytical thermal stress analysis is done difficulty, so that the thermal stress<br />

analysis will be done numerically that is by finite element method. The finite element<br />

solution can be done effectively by computer, so the software is needed. This paper<br />

discribes the thermal stress analysis by ASE 2.1 and ATE 2.1 set up at P2PN BATAN.<br />

These two softwares are b<strong>ase</strong>d on finite element with triangular element and linier<br />

parametric function. The analysis will be done on two steps. The first step was<br />

temperature distribution analysis by ASE 2.1, where the temperature distribution of the<br />

object will be found. The next step is thermal stress distribution analysis by ATE 2.1<br />

with the temperature distribution of the first step result. The problem analized is of two<br />

dimension problem only, those are the thermal stress of pump shaft and the thermal<br />

stress of oxide thin layer and the thermal stress of the nuclear fuel. The result will be<br />

compared to the other software result or by other analysis, as follow. On the<br />

temperature distribution analysis, the ASE 2.1 result have different less then 1% from<br />

the ANSYS 5.4 result, and the ATE 2.1 result have different to 5 % from ANSYS 5.4<br />

result.<br />

PENDAHULUAN<br />

Pengaruh suhu pada struktur merupakan<br />

proses fisika yang banyak dijumpai pada<br />

berbagai persoalan teknik karena sukar<br />

ditentukan secara teliti. Berbagai peralatan teknik<br />

disambung <strong>dengan</strong> proses suhu, seperti pada<br />

sambungan las dan sambungan susutan, tetapi<br />

peralatan ini bekerja pada suhu yang berbeda<br />

dari suhu semula. Distribusi suhu pada peralatan<br />

yang dibangun <strong>dengan</strong> cara tersebut akan<br />

memberikan <strong>tegangan</strong> tambahan bila peralatan<br />

dioperasikan pada beban kerja, atau memberikan<br />

<strong>tegangan</strong> sisa pada peralatan yang tidak<br />

mengalami pembebanan. Bentuk peralatan dan<br />

119


Prosiding Semiloka Teknologi Simulasi dan Komputasi serta Aplikasi 2005<br />

<strong>distribusi</strong> suhu umumnya komplek sehingga<br />

sukar dihitung secara manual.<br />

Makalah ini membahas penentuan<br />

<strong>tegangan</strong> <strong>termal</strong> <strong>dengan</strong> <strong>program</strong> komputer ASE<br />

2.1 dan ATE 2.1, dua <strong>program</strong> komputer berbasis<br />

elemen hingga yang dikembangkan di P2PN-<br />

BATAN. Program ASE 2.1 dan ATE 2.1 berbasis<br />

elemen segi tiga <strong>dengan</strong> fungsi parameter linier,<br />

<strong>program</strong> ASE 2.1 untuk menentukan <strong>distribusi</strong><br />

suhu sedangkan <strong>program</strong> ATE 2.1 untuk<br />

menentukan <strong>distribusi</strong> <strong>tegangan</strong>.<br />

Program komputer berbasis elemen<br />

hingga semacam itu sudah banyak dijumpai<br />

misal NISA, ANSYS, ABACUS dan sebagainya.<br />

Program komputer seperti itu umumnya<br />

merupakan <strong>program</strong> multiguna, artinya dapat<br />

dipakai untuk berbagai ilmu <strong>dengan</strong><br />

menggunakan berbagai bentuk elemen dan<br />

berbagai tingkat ketelitian. Akibatnya <strong>program</strong><br />

komputer tersebut berukuran besar dan <strong>dengan</strong><br />

sendirinya harganya akan mahal. Program<br />

komputer seperti itu umumnya juga dipakai<br />

secara parsial, artinya hanya untuk<br />

menyelesaikan satu persoalan <strong>dengan</strong> satu<br />

pendekatan elemen dan ketelitian. Sedangkan<br />

<strong>program</strong> ASE 2.1 dan ATE 2.1 merupakan<br />

<strong>program</strong> komputer untuk penyelesaian satu<br />

persoalan <strong>dengan</strong> satu pendekatan.<br />

Penyelesaian <strong>dengan</strong> metoda elemen<br />

hingga selalu didahului <strong>dengan</strong> diskretisasi<br />

geometri, dimana bentuk yang di <strong>analisis</strong> dibagi<br />

menjadi sejumlah segi tiga. Untuk <strong>analisis</strong><br />

<strong>tegangan</strong> <strong>termal</strong>, jumlah dan posisi segi tiga<br />

pada <strong>analisis</strong> <strong>distribusi</strong> suhu harus sama <strong>dengan</strong><br />

saat <strong>analisis</strong> <strong>tegangan</strong>. Selanjutnya pemberian<br />

data material dan pembebanan. Pada <strong>analisis</strong><br />

<strong>distribusi</strong> suhu pembebanan berupa panas yang<br />

masuk atau keluar sedangkan pada <strong>distribusi</strong><br />

<strong>tegangan</strong> beban berupa gaya atau tekanan dan<br />

suhu. Proses dilanjutkan <strong>dengan</strong> pemberian<br />

syarat batas, pada <strong>distribusi</strong> suhu berupa<br />

prescribe suhu pada <strong>tegangan</strong> berupa tumpuan<br />

dan kemudian dilakukan <strong>analisis</strong>.<br />

Hasil <strong>analisis</strong> <strong>distribusi</strong> suhu dipakai<br />

sebagai beban pada <strong>analisis</strong> <strong>tegangan</strong>. Pada<br />

<strong>distribusi</strong> <strong>tegangan</strong> disajikan data perubahan<br />

bentuk (displacement), data <strong>tegangan</strong> baik data<br />

<strong>tegangan</strong> elemen maupun <strong>tegangan</strong> pada simpul<br />

(node). Distribusi <strong>tegangan</strong> dapat di tampilkan<br />

dalam bentuk kontur berwarna <strong>dengan</strong> informasi<br />

<strong>tegangan</strong>nya.<br />

Dengan ASE 2.1 dan ATE 2.1 yang<br />

dioperasikan secara berurutan, <strong>analisis</strong> <strong>tegangan</strong><br />

<strong>termal</strong> dapat dilakukan. Program ASE 2.1 dan<br />

ATE 2.1 masih dapat dikembangkan lebih lanjut<br />

untuk tujuan penelitian di bidang software atau<br />

dikembangkan ke arah komersial.<br />

TEORI DASAR ELEMEN HINGGA<br />

Distribusi suhu.<br />

Distribusi suhu dua dimensi pada benda<br />

padat dinyatakan <strong>dengan</strong> [ 1, 2 ]<br />

⎧ ∂T<br />

⎫ ⎧ ∂T<br />

⎫<br />

∂⎨kt<br />

⎬ ∂⎨kt<br />

⎬<br />

⎩ ∂x<br />

⎭ ⎩ ∂y<br />

⎭<br />

'"<br />

+ + h(T − Tf ) + tQ = 0 ..... 1)<br />

∂x<br />

∂y<br />

<strong>dengan</strong>:<br />

k = konduktivitas benda (kkal/m.jam. o C)<br />

t = tebal benda (meter)<br />

h = koefisien konveksi pada permukaan<br />

benda (kkal/m 2 .jam o C)<br />

T f = suhu keliling ( o C)<br />

Q’” = sumber panas volumetrik<br />

(kkal/m 3 .jam)<br />

T = suhu di dalam benda ( o C)<br />

Benda yang di<strong>analisis</strong> dibagi menjadi sejumlah<br />

elemen yang berbentuk segi tiga dan pada setiap<br />

elemen terdapat tiga buah simpul. Elemen<br />

i<br />

k<br />

T<br />

Gambar 1. Suhu T di dalam sebuah elemen<br />

<strong>dengan</strong> tiga simpul<br />

<strong>dengan</strong> ketiga simpulnya dapat dilihat pada<br />

Gambar 1, dimana T adalah suhu salah satu titik<br />

di dalam elemen.<br />

Menurut teori elemen hingga, suhu di dalam<br />

elemen dinyatakan <strong>dengan</strong> persamaan [1]<br />

T = N i T i + N j T j + N k T k ............................................ 2)<br />

<strong>dengan</strong>:<br />

T i , T j dan T k = suhu pada simpul i, simpul j<br />

dan simpul k<br />

N i , N j dan N k = fungsi parameter yang<br />

diandaikan atau dipaksakan,<br />

berupa fungsi linier dari x dan y<br />

Ni = N(c 1 ,c 2 X,c 3 Y),<br />

N j = N(c 4 ,c 5 X,c 6 Y),<br />

N k = N(c 7 ,c 8 X,c 9 Y)<br />

Persamaan 2) dapat ditulis dalam bentuk matrik:<br />

T = N.a e ................................................. 2a)<br />

<strong>dengan</strong>:<br />

N = [ N i N j N k ];<br />

j<br />

120


Prosiding Semiloka Teknologi Simulasi dan Komputasi serta Aplikasi 2005<br />

a e<br />

= [ T i T j T k ] T<br />

Karena suhu seperti dinyatakan dalam<br />

persamaan 2) atau 2a) hanyalah suhu<br />

pendekatan, maka substitusi persamaan 2) ke<br />

dalam persamaan 1) akan menghasilkan residu:<br />

( Na) ⎫⎤<br />

⎡ ⎧∂( Na)<br />

⎡ ⎧∂<br />

⎫⎤<br />

∂⎢kt⎨<br />

⎬ ⎢kt<br />

⎥<br />

x<br />

⎥ ∂ ⎨ ⎬<br />

y<br />

R(x, y,c<br />

⎣ ⎩ ∂ ⎭⎦<br />

⎣ ⎩ ∂ ⎭⎦<br />

+<br />

∂x<br />

∂y<br />

'"<br />

1...c<br />

9<br />

) =<br />

+<br />

+ h(Na − Tf<br />

) tQ<br />

....3)<br />

Persoalan utama pada penyelesaian persamaan<br />

3) adalah mencari harga residu (sisa) yang<br />

terkecil yang mungkin dicapai. Penyelesaian<br />

persamaan 3) akan membawa ke persamaan<br />

matrik:<br />

K a = f ......................................................4)<br />

<strong>dengan</strong>:<br />

K = adalah matrik kekakuan berbentuk<br />

matrik bujur sangkar <strong>dengan</strong> n x n<br />

N = adalah jumlah derajat kebebasan<br />

(jumlah simpul)<br />

a = matrik kolom (vektor kolom) dari suhu<br />

di setiap simpul yang dicari<br />

f = matrik kolom beban panas yang<br />

diberikan<br />

Penyelesaian persamaan 4) akan memberikan<br />

informasi suhu di setiap simpul benda yang<br />

di<strong>analisis</strong>.<br />

Distribusi <strong>tegangan</strong>.<br />

Distribusi <strong>tegangan</strong> pada suatu benda dapat<br />

dinyatakan sebagai [ 1 ].<br />

ε σ u bd<br />

u s u f<br />

T<br />

T<br />

T<br />

T<br />

( δ ) dV + ( δ ) V + ( δ ) dS + ( δ ) = 0 ...5)<br />

∫ ∫ ∫ ∑<br />

ve ve s<br />

<strong>dengan</strong>:<br />

ε = matrik regangan<br />

σ = matrik <strong>tegangan</strong><br />

u = matrik perpindahan = [ u v ] T<br />

b = matrik beban inertia<br />

s = matrik tekanan<br />

f p = gaya terpusat<br />

Seperti pada <strong>distribusi</strong> suhu, <strong>analisis</strong> <strong>distribusi</strong><br />

<strong>tegangan</strong> <strong>dengan</strong> metoda elemen hingga<br />

didahului <strong>dengan</strong> diskretisasi geometri.<br />

k<br />

u,v<br />

p<br />

Pergeseran (displacement) titik pada setiap<br />

elemen seperti pada Gambar 2 dinyatakan<br />

<strong>dengan</strong>:<br />

u = N i (x,y) u i + N j (x,y) u j + N k (x,y) u k<br />

(perpindahan arah x) ............................... 6)<br />

v = N i (x,y) v i + N j (x,y) v j + N k (x,y) v k<br />

(perpindahan arah y)<br />

U = N a e ................................................. 6a)<br />

<strong>dengan</strong>:<br />

u i,j,k = pergeseran simpul i,j,k ke arah x<br />

v i,j,k = pergeseran simpul i,j,k ke arah y<br />

N<br />

N =<br />

i<br />

0 Nj<br />

0 Nk<br />

0<br />

0 Ni<br />

0 Nj<br />

0 Nk<br />

U = [ u v ] T , a e = [ | u i v i | u j v j | u k v k | ] T<br />

Beberapa harga pada persamaan 5) dapat<br />

dinyatakan <strong>dengan</strong>:<br />

ε = Ba e , σ = D(ε - ε 0 ) + σ 0<br />

<strong>dengan</strong>:<br />

B = matrik konversi<br />

D = matrik sifat material<br />

1<br />

E<br />

µ<br />

2<br />

(1− µ<br />

0<br />

µ<br />

1<br />

0<br />

0<br />

0<br />

0.5(1 − µ )<br />

ε = [ε xx ε yy ε xy ] T ,<br />

ε xx = ∂u/∂x,<br />

ε yy = ∂v/∂y,<br />

ε xy = ∂u/∂y + ∂v/∂x<br />

ε 0 = regangan akibat suhu = [ α ∆T α ∆T 0 ] T<br />

σ 0 = <strong>tegangan</strong> sisa<br />

α = muai panjang (1/ o C),<br />

∆T = beda suhu<br />

E = Modulus Young,<br />

µ = Poisson ratio<br />

Substitusi persamaan 6) ke dalam persamaan 5)<br />

akan menghasilkan persamaan perpindahan<br />

setiap bagian dalam benda yang dinyatakan<br />

<strong>dengan</strong>:<br />

K a = f...................................................... 7)<br />

<strong>dengan</strong>:<br />

K = ∫ ve B T DB dV = matrik kekakuan<br />

A = vektor perpindahan simpul<br />

f = vektor gaya<br />

Penyelesaian persamaan 7) memberikan<br />

informasi perpindahan pada setiap node (U), dan<br />

dari perpindahan ini dapat ditentukan <strong>tegangan</strong><br />

<strong>termal</strong> <strong>dengan</strong>:<br />

σ = D(Ba e - ε o ) ......................................... 8)<br />

i<br />

Gambar 2. Pergeseran titik di dalam<br />

elemen <strong>dengan</strong> tiga simpul<br />

j<br />

Harga ∆T untuk menyelesaiakan regangan ε o<br />

dan <strong>tegangan</strong> σ didapat dari penyelesaian<br />

<strong>distribusi</strong> suhu dan suhu acuan (misal suhu<br />

awal).<br />

121


Prosiding Semiloka Teknologi Simulasi dan Komputasi serta Aplikasi 2005<br />

PROGRAM KOMPUTER ASE 2.1 dan ATE 2.1<br />

Program komputer ASE 2.1 dan ATE 2.1<br />

atau <strong>program</strong> komputer lain berbasis elemen<br />

hingga, mempunyai tiga sub <strong>program</strong> seperti<br />

pada blok diagram berikut.<br />

4. Daerah tampilan gambar<br />

Program ASE 2.1 dan ATE 2.1 hanya berbeda<br />

pada material, beban dan syarat batas.<br />

PRE PROCESSOR<br />

*Diskretisasi geometri<br />

*Pemberian beban<br />

*Pemberian syarat batas<br />

Hasil: File data<br />

PROCESSOR<br />

*Pembentukan matrik<br />

*Penyelesaian matrik<br />

Hasil: Data<br />

POST PROCESSOR<br />

*Pembacaan data hasil<br />

*Interpretasi hasil<br />

Gambar 3. Blok diagram <strong>program</strong> berbasis elemen hingga<br />

PRE PROCESSOR<br />

Pada <strong>program</strong> ini dilakukan diskretisasi<br />

bentuk yang di<strong>analisis</strong>, menjadi sejumlah elemen<br />

dan simpul. Elemen didefenisikan oleh tiga buah<br />

simpul dan masing-masing simpul memiliki data<br />

kordinat. Selanjutnya diberikan data material<br />

sesuai kebutuhan dan dilanjutkan <strong>dengan</strong><br />

pemberian beban. Pada <strong>program</strong> <strong>distribusi</strong> suhu<br />

terdapat tujuh beban dan satu syarat batas, pada<br />

<strong>distribusi</strong> <strong>tegangan</strong> terdapat tiga macam beban<br />

dan satu syarat batas. Pada akhir proses semua<br />

data di atas dituliskan pada sebuah file data.<br />

Semua proses dapat diikuti di layar monitor<br />

<strong>dengan</strong> tampilan seperti pada Gambar 4.<br />

PROCESSOR<br />

Pada <strong>program</strong> ini dilakukan pembacaan<br />

file data dari PRE PROCESSOR, diikuti <strong>dengan</strong><br />

optimasi yang terdiri dari renumbering simpul dan<br />

penyusunan variabel kunci.<br />

Matrik kekakuan seperti dituliskan pada<br />

persamaan 4) dan 7) akan bersifat spars, simetri<br />

dan banded. Renumbering dilakukan agar<br />

banded dari matrik kekakuan lebih beraturan,<br />

sedangkan variabel kunci (ada empat variabel)<br />

dipakai untuk optimasi penyelesaian matrik.<br />

Salah satu variabel kunci dipakai untuk<br />

mengatasi timbulnya suffer fillin yang umum<br />

dijumpai pada penyelesaian matrik spars. Pada<br />

Bentuk<br />

benda dan<br />

diskretisasi<br />

Material,<br />

beban dan<br />

syarat batas<br />

Daerah tampilan<br />

gambar<br />

Pengolahan<br />

file data<br />

Tampilan PRE PROCESSOR dapat dibagi<br />

menjadi empat bagian:<br />

1. Daerah pembentukan benda dan diskretisasi<br />

2. Daerah pemasukan material, beban dan<br />

syarat batas<br />

3. Daerah penanganan file data<br />

Gambar 4. Tampilan <strong>program</strong> PRE PROCESSOR<br />

progarm ASE 2.1 dan ATE 2.1 dipakai metoda<br />

dekompisisi LU untuk menyelesaikan persamaan<br />

matrik. Hasil penyelesaian pada ASE 2.1 berupa<br />

informasi suhu pada setiap simpul sedangkan<br />

pada ATE 2.1 berupa informasi perpindahan<br />

122


Prosiding Semiloka Teknologi Simulasi dan Komputasi serta Aplikasi 2005<br />

Informasi<br />

selama run<br />

time<br />

Nama file<br />

Data file yang di<br />

eksekusi<br />

Data pokok<br />

file<br />

Eksekusi<br />

Gambar 5. Tampilan <strong>program</strong> PROCESSOR<br />

setiap simpul. Tampilan <strong>program</strong> PROCESSOR<br />

dapat dilihat pada Gambar 5.<br />

Tampilan PREPROCESSOR dibagi menjadi<br />

empat daerah<br />

1. Data file yang akan dieksekusi<br />

2. Nama file yang diproses<br />

3. Data pokok file<br />

4. Informasi selama run time<br />

Setelah ditentukan nama file data yang akan<br />

diproses (data berasal dari PRE PROCESSOR),<br />

isi data dapat ditampilkan pada daerah data file.<br />

Proses eksekusi data dilakukan <strong>dengan</strong> klik ikon<br />

bergambar shuttle, dan langkah proses<br />

ditampilkan pada daerah informasi selama run<br />

time. Hasil yang didapat ditampilkan pada<br />

halaman lain.<br />

POST PROCESSOR<br />

Pada <strong>program</strong> ini dilakukan interpretasi<br />

hasil dari <strong>program</strong> PROCESSOR. Ini dilakukan<br />

agar hasil yang sudah ditulis dapat dibaca dan<br />

di<strong>analisis</strong> <strong>dengan</strong> mudah. Pada <strong>program</strong> ASE<br />

2.1, hasil <strong>distribusi</strong> suhu dapat ditayangkan<br />

dalam kontur warna atau dalam grafik. Pada<br />

ATE2.1 hasil perpindahan simpul ditayangkan<br />

pada gambar superposisi sedangkan <strong>distribusi</strong><br />

<strong>tegangan</strong> ditayangkan dalam kontur warna.<br />

Tampilan <strong>program</strong> POST PROCESSOR ASE 2.1<br />

dapat dilihat pada Gambar 6<br />

Kontur warna<br />

Grafik,<br />

isotermis, panas<br />

masuk atau<br />

keluar<br />

Daerah tampilan<br />

gambar<br />

Gambar 6. Tampilan POST PROCESSOR ASE 2.1<br />

123


Prosiding Semiloka Teknologi Simulasi dan Komputasi serta Aplikasi 2005<br />

Superposisi dan<br />

animasi<br />

Kontur elemen<br />

Kontur simpul<br />

Kontur <strong>tegangan</strong><br />

rincipal<br />

Daerah tampilan<br />

gambar<br />

Gambar 7. Tampilan POST PROCESSOR ATE 2.1<br />

T =<br />

313 o C<br />

Pompa gigi,<br />

T= 200 o C<br />

T = 50 o C<br />

Patah<br />

Power<br />

Sumbu poros<br />

Gambar 8. Poros pompa polimer <strong>dengan</strong> beberapa keadaan<br />

Untuk POST PROCESSOR ATE 2.1, tampilan<br />

dapat dilihat pada Gambar 7.<br />

Perbedaan utama antara POST<br />

PROCESSOR ASE 2.1 <strong>dengan</strong> ATE 2.1 adalah<br />

pada perintah tampilan. Pada ASE 2.1 tampilan<br />

menyangkut suhu dan panas sedangkan pada<br />

ATE 2.1 tampilan menyangkut pergeseran yang<br />

dinyatakan <strong>dengan</strong> superposisi, animasi, kontur<br />

<strong>tegangan</strong> pada elemen dan kontur <strong>tegangan</strong><br />

pada simpul. Program ASE 2.1 dan ATE 2.1<br />

ditulis <strong>dengan</strong> bahasa pemrograman Visual Basic<br />

5.0 [ 3 ]<br />

HASIL DAN BAHASAN.<br />

Analisis <strong>distribusi</strong> <strong>tegangan</strong> stress<br />

dikenakan pada dua macam benda<br />

1. Tegangan <strong>termal</strong> pada poros pompa polimer<br />

2. Tegangan pada lapisan tipis oksida<br />

1. Tegangan <strong>termal</strong> pada poros pompa polimer<br />

Gambar penampang setengah bagian<br />

poros <strong>dengan</strong> pompa (pompa gigi) sperti Gambar<br />

8. Pada bagian gigi suhu 200 o C dan pada<br />

bantalan suhu 313 o C. Poros diputar dari sebelah<br />

kanan (power), tetapi poros patah pada sisi idel<br />

didekat bantalan kiri. Poros berupa hollow shaft,<br />

dibagian dalam didinginkan <strong>dengan</strong> air (suhu<br />

bagian dalam kira kira 50 o C ).<br />

Diskretisasi bentuk pada Gambar 8,<br />

diperlihatkan pada Gambar 9, dimana terdapat<br />

1216 elemen dan 667 simpul.<br />

Kontur warna <strong>distribusi</strong> suhu dari ASE 2.1<br />

dapat dilihat pada Gambar 10 dan untuk ANSYS<br />

5.4 pada Gambar 11. Kedua gambar memiliki<br />

kontur yang mirip, harga suhu maksimum dan<br />

minimum sama karena syarat batas yang<br />

diberikan sama. Kontur tidak tepat sama karena<br />

ANSYS 5.4 dioperasikan pada elemen segi<br />

empat, sedang ASE 2.1 <strong>dengan</strong> elemen segi<br />

tiga.<br />

124


Prosiding Semiloka Teknologi Simulasi dan Komputasi serta Aplikasi 2005<br />

Gambar 9. Diskretisasi bentuk menjadi 1216 elemen dan 667<br />

Gambar 10. Kontur <strong>dengan</strong> ASE 2.1 Gambar 11. Kontur <strong>dengan</strong> ANSYS 5.4<br />

Gambar 12. Kontur <strong>tegangan</strong> <strong>dengan</strong> ATE 2.1<br />

Kontur <strong>tegangan</strong> dapat dilihat pada Gambar 11<br />

dan 12.<br />

Dari Gambar 12 dan 13 dapat dilihat<br />

<strong>tegangan</strong> maksimum dari ATE 2.1 dan ANSYS<br />

5.4 berbeda 300 kg/cm2 atau sebesar 5%.<br />

Perbedaan ini dikarenakan perbedaan bentuk<br />

elemen yang dipakai, dimana ASE 2.1 memakai<br />

bentuk segi tiga sedangkan ANSYS 5.4 memakai<br />

bentuk segi empat.<br />

2. Tegangan pada lapisan tipis oksida Al 2 O 3 .<br />

Suatu oksida Al 2 O 3 pada FeCrAl dibentuk<br />

<strong>dengan</strong> cara memanaskan sampai suhu 1200 o C,<br />

selama tiga jam kemudian didinginkan pada suhu<br />

ruang secara perlahan. Tebal lapisan sebesar<br />

satu mikron. Bagian yang di<strong>analisis</strong> seperti pada<br />

Gambar 14. Bagian substrat setebal 50 mikron<br />

dan lebar 2,38 mikron. Kontur permukaan oksida<br />

dianggap berbentuk sinus. Hasil <strong>analisis</strong> <strong>dengan</strong><br />

ASE 2.1 dan ATE 2.1 dibandingkan <strong>dengan</strong><br />

125


Prosiding Semiloka Teknologi Simulasi dan Komputasi serta Aplikasi 2005<br />

Gambar 13. Kontur <strong>tegangan</strong> <strong>dengan</strong> ANSYS 5.4<br />

Gambar 14. Model <strong>analisis</strong> untuk oksida tipis [ 4 ]<br />

B<br />

A<br />

C<br />

E<br />

D<br />

F<br />

Gambar 15. Distribusi <strong>tegangan</strong> <strong>dengan</strong> ASE 2.1 dan ATE 2.1<br />

informasi dari acuan. [ 4 ], dan didapat seperti<br />

pada Gambar 15 dan Gambar 16. Tegangan<br />

maksimum hasil <strong>analisis</strong> ATE 2.1 sebesar<br />

0.525.Gpa sedangkan te-gangan maksimum dari<br />

acuan sebesar 0.5 GPa. Hasil ini berbeda 5%.<br />

Selain itu posisi <strong>tegangan</strong> tekan (titik B pada<br />

Gambar 16) juga terjadi pada posisi yang<br />

sama pada Gambar 15, dimana derah ini<br />

berada pada daerah puncak substrat. Daerah<br />

C pada Gambar 16 agak tergeser ke arah kiri<br />

pada Gambar 15, demikian pula daerah F.<br />

Hal ini memerlukan penelitian lebih lanjut.<br />

126


Prosiding Semiloka Teknologi Simulasi dan Komputasi serta Aplikasi 2005<br />

Gambar 16. Distribusi <strong>tegangan</strong> lapisan tipis oksida [ 4 ]<br />

KESIMPULAN<br />

Program ASE 2.1 bersama-sama <strong>dengan</strong><br />

ATE 2.1 dapat dipakai untuk <strong>analisis</strong> <strong>tegangan</strong><br />

<strong>termal</strong> karena memberikan hasil cukup baik<br />

sesuai <strong>dengan</strong> hasil verifikasi <strong>dengan</strong> <strong>program</strong><br />

ANSYS 5.4 maupun <strong>dengan</strong> hasil <strong>analisis</strong> dari<br />

referensi.<br />

UCAPAN TERIMA KASIH.<br />

Kami sampaikan terima kasi kepada KPTF<br />

P2PN yang telah membantu menyempurnakan<br />

makalah kami.<br />

ACUAN<br />

1. FRANK L. STASA, “ Applied Finite Element<br />

Analysis for Engineers”, CBS College<br />

Publishing, New York 1981<br />

2. TIRUPATHI R. CHANDRUPATLA at all,<br />

“Introduction to Finite Element in<br />

Engineering”, Pristice Hall, Englewood Cliff,<br />

New Jersey, 1981<br />

3. EVANGELOS PETROUTSOS, “Mastering<br />

Visual Basic 5”, Sybec, San Fransisco, USA,<br />

1997<br />

4. J.K WRIGHT at all, “Residual stresses in<br />

convolut oxide scales”, Elsevier, Idaho USA,<br />

1999<br />

127

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!