01.12.2014 Views

pendayagunaan mineral untuk menjadi permata - Pusat Sumber ...

pendayagunaan mineral untuk menjadi permata - Pusat Sumber ...

pendayagunaan mineral untuk menjadi permata - Pusat Sumber ...

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

MAKALAH ILMIAH<br />

PENDAYAGUNAAN MINERAL UNTUK MENJADI PERMATA<br />

Oleh :<br />

Danny Z . Herman<br />

Penyelidik Bumi Madya<br />

Museum Geologi, Badan Geologi, Jl. Diponegoro No. 57 Bandung<br />

S A R I<br />

Batu mulia atau <strong>permata</strong> adalah suatu <strong>mineral</strong> menarik yang ketika disayat dan dipoles dapat<br />

digunakan <strong>untuk</strong> perhiasan. Namun terdapat juga batuan-batuan dan bahan-bahan organik tertentu<br />

yang digunakan sebagai perhiasan sering dianggap sebagai <strong>permata</strong>. Sebagian besar <strong>permata</strong> yang<br />

berasal dari <strong>mineral</strong> ikutan dan <strong>mineral</strong> pembentuk batuan dikenal karena kekerasannya tetapi<br />

beberapa <strong>mineral</strong> lunak dapat juga didayagunakan karena kilapnya atau sifat-sifat fisik lainnya yang<br />

memiliki nilai-nilai estetika. Kelangkaan ditemukannya di alam merupakan karakteristik lainnya yang<br />

membuat <strong>permata</strong> <strong>menjadi</strong> sangat bernilai/berharga.<br />

Pemahaman tentang geologi, mula jadi dan keterdapatan sumber-sumber <strong>mineral</strong> <strong>permata</strong><br />

seharusnya <strong>menjadi</strong> persyaratan; sehingga eksplorasi terhadap <strong>mineral</strong> tersebut di seluruh wilayah<br />

Indonesia dapat dilakukan secara tepat sasaran.<br />

Kata kunci : Mineral, disayat dan dipoles, <strong>permata</strong><br />

ABSTRACT<br />

Precious stone or gemstone is a piece of attractive <strong>mineral</strong>, which as being cut and polished<br />

enable for jewelry. However, certain rocks and organic materials used for jewelry are often considered<br />

to be gemstones as well. Most gemstones originated from accessory and rock forming <strong>mineral</strong>s were<br />

recognized due to their hardness but some soft <strong>mineral</strong>s are also utilized in jewelry because of their<br />

lustre or physical properties which have aesthetic values. Their natural rarity is another characteristic<br />

which makes gemstones to be very precious.<br />

Understanding of the geology, origin and occurrence of gem-<strong>mineral</strong>s sources should be<br />

prerequirement, though <strong>mineral</strong> exploration throughout the Indonesia region could be done precisely.<br />

Keywords : Mineral, cut and polished, gemstone<br />

PENDAHULUAN<br />

Mineral-<strong>mineral</strong> di dalam batuan (beku,<br />

malihan, sedimen) dan sebagai komponen<br />

rombakan dapat didayagunakan <strong>menjadi</strong><br />

<strong>permata</strong> berdasarkan sifat-sifat fisika yang<br />

dimilikinya antara lain terutama kekerasan,<br />

kilap dan warna. Beberapa <strong>mineral</strong> yang<br />

didayagunakan sebagai <strong>permata</strong> atau<br />

perhiasan dapat bernilai ekonomi sangat tinggi<br />

karena kelangkaan penemuan di alam, bentuk<br />

kristal dan memiliki sifat lainnya yang berkaitan<br />

dengan nilai-nilai estetika.<br />

Permata diidentifikasi oleh para ahli gemologi<br />

melalui pemerian karakteristiknya dengan<br />

menggunakan terminologi spesifik gemologi.<br />

Susunan kimia adalah karakteristik awal yang<br />

digunakan oleh ahli gemologi <strong>untuk</strong><br />

mengidentifikasinya, yang kemudian<br />

dikembangkan <strong>menjadi</strong> klasifikasi berdasarkan<br />

sistem kristal.<br />

Karya tulis dibuat sebagai tinjauan (overview)<br />

dalam upaya memahami arti <strong>permata</strong> atau batu<br />

mulia dan mula jadinya, sehingga dapat<br />

dijadikan acuan penyelidikan sumber asalnya<br />

dan kemungkinan <strong>pendayagunaan</strong> <strong>mineral</strong><strong>mineral</strong><br />

tertentu <strong>untuk</strong> <strong>menjadi</strong> <strong>permata</strong>.<br />

Mula jadi <strong>mineral</strong> dan <strong>permata</strong><br />

Penamaan <strong>permata</strong> dapat identik dengan nama<br />

asli <strong>mineral</strong> tetapi sebagian besar ternyata<br />

berbeda karena didasarkan kepada kilap dan<br />

karakteristik fisika yang memiliki nilai estetika<br />

setelah melalui pengolahan. Di bawah ini<br />

disebutkan beberapa <strong>mineral</strong> penting yang<br />

mempunyai potensi <strong>untuk</strong> dijadikan <strong>permata</strong>,<br />

kemungkinan sumber asal <strong>mineral</strong>-<strong>mineral</strong><br />

dimaksud dan jenis-jenis <strong>permata</strong> yang<br />

dihasilkan.<br />

● Beryl (Be 3 Al 2 Si 6 O 18 ) terbentuk sebagai kristal<br />

prismatik berukuran besar (sistem heksagonal)<br />

2 Buletin <strong>Sumber</strong> Daya Geologi Volume 3 Nomor 3 – 2008 2


MAKALAH ILMIAH<br />

di dalam batuan granitik dan pegmatite<br />

(Gambar 1); juga di dalam cebakan-cebakan<br />

hidrotermal bersuhu tinggi (greisen);<br />

berasosiasi dengan kuarsa, spodumen,<br />

kasiterit, kolumbit, tantalit dan <strong>mineral</strong>-<strong>mineral</strong><br />

jarang lainnya. Beryl juga ditemukan pada uraturat<br />

kalsit hasil segregasi metamorfisme dan<br />

sekis biotit berfasies menengah-tinggi. Karena<br />

kekerasan (7,5 – 8) dan resistan terhadap<br />

proses kimiawi, maka beryl tetap tidak terubah<br />

di dalam endapan aluvial (A Macdonald Orbis<br />

Book, 1987).<br />

Permata yang termasuk ke dalam spesies ini di<br />

antaranya adalah zamrud (emerald)<br />

merupakan salah satu <strong>permata</strong> bernilai tinggi,<br />

warna hijau disebabkan oleh adanya<br />

kandungan kromium (Cr) atau kemungkinan<br />

vanadium (V), dengan kisaran rona menengah<br />

terang atau menengah gelap dari warna hijau<br />

kebiruan hingga hijau kekuningan (Bates drr.,<br />

1980).<br />

Aquamarin adalah <strong>permata</strong> transparan dari<br />

spesies beryl yang dibagi lagi <strong>menjadi</strong><br />

beberapa jenis berdasarkan warna, antara lain :<br />

aquamarin chrysolit (biru kehijauan), aquamarin<br />

safir (biru pucat safir), aquamarin topaz (hijau<br />

topaz) dan aquamarin turmalin (biru pucat atau<br />

biru kehijauan pucat turmalin).<br />

Morganit merupakan <strong>permata</strong> yang disebut<br />

juga vorobievit, yaitu spesies beryl berwarna<br />

merah, merah keunguan atau merah muda.<br />

Warna-warna tersebut disebabkan pengotoran<br />

unsur cesium (Cs) di dalamnya.<br />

● Felspar alkali adalah kelompok felspar<br />

bersistem kristal triklin dengan susunan kimia<br />

campuran atau campuran kristal silikat<br />

mengandung aneka rasio K, Ca dan Na;<br />

mempunyai kekerasan 6 – 6,5. Terbentuk di<br />

dalam batuan-batuan granitik pegmatit dan<br />

malihan dari jenis genes (Gambar 2). Mineral<strong>mineral</strong><br />

dari kelompok tersebut yang dapat<br />

dijadikan <strong>permata</strong> antara lain : mikroklin dan<br />

ortoklas (terutama dari jenis adularia). Mikroklin<br />

(KAlSi 3 O 8 ) berwarna putih, merah muda,<br />

merah, kekuningan atau biru-hijau; setelah<br />

disayat <strong>menjadi</strong> <strong>permata</strong> berbentuk kubah<br />

(cabochon) disebut amazonit. Sementara<br />

adularia (KAlSi 3 O 8 ) yang disayat berupa<br />

<strong>permata</strong> berbentuk kubah dinamakan batu<br />

bulan (moonstone; http://www.gemstone.org/<br />

gem-by-gem/english. html, 2008).<br />

● Garnet adalah kelompok <strong>mineral</strong> dengan<br />

susunan kimia A 3 BB2(SiO 4 ) 3 dimana A = Ca, Mg,<br />

+2 +2 +3 +3 +3<br />

Fe dan Mn ; B = Al, Fe , Mn , V dan Cr.<br />

Kelompok <strong>mineral</strong> ini memiliki kekerasan 7 –<br />

7,5; transparan – semi transparan dengan<br />

warna beraneka ragam terdiri atas almandin<br />

(Fe-Al), andradit (Ca-Fe), grosular (Ca-Al),<br />

pyrop (Mg-Al), spesartin (Mn-Al), uvarovit (Ca-<br />

Cr) dan goldmanit (Ca-V). Mineral terbentuk<br />

sebagai <strong>mineral</strong> ikutan di dalam aneka batuan<br />

beku, sebagai <strong>mineral</strong> pengotor (gangue) pada<br />

jenis <strong>mineral</strong>isasi skarn, tetapi sangat umum<br />

ditemukan berupa kristal isometris euhedral di<br />

dalam batuan-batuan malihan (genes, sekis,<br />

eklogit) (Gambar 3).<br />

Dari jenis grosular sangat terkenal <strong>permata</strong><br />

bernama tsavorit, berwarna hijau transparan;<br />

dan dari jenis andradit dikenal dengan nama<br />

demantoid, berwarna hijau terang transparan;<br />

sementara garnet mandarin merupakan<br />

<strong>permata</strong> berwarna jingga transparan berasal<br />

dari jenis spesartin.<br />

● Intan merupakan <strong>mineral</strong> yang disusun oleh<br />

hanya unsur karbon (C) dengan sistem kristal<br />

isometrik, memiliki kekerasan 10 pada skala<br />

Mohs; terdiri atas beraneka jenis dari tidak<br />

berwarna hingga berwarna kuning, bayangbayang<br />

merah (shades of red), jingga, hijau,<br />

biru dan coklat – hitam. Intan terbentuk berupa<br />

karbon kristalin alamiah di dalam batuanbatuan<br />

ultrabasa terutama breksi kimberlit<br />

(salah satu jenis peridotit, Gambar 4) dan<br />

sebagai bahan rombakan di dalam endapan<br />

placer sungai dan pantai di sekitar sumbernya.<br />

Inklusi kristal di dalam intan yang biasa<br />

ditemukan adalah peridot, garnet (jenis pyrop),<br />

diopsid krom dan juga karbon hitam.<br />

● Korundum merupakan <strong>mineral</strong> ikutan<br />

bersistem kristal heksagonal-rombohedral di<br />

dalam batuan sienit/sienit nefelin dan batuan<br />

malihan tingkat tinggi yang miskin kandungan<br />

silika tetapi kaya aluminium (marmer, sekis<br />

mika dan granulit; Gambar 5). Ditemukan juga<br />

di dalam eklogit dan kadang-kadang rodingit,<br />

serta sebagai rombakan pada endapan aluvial<br />

dan pasir laut (A Macdonald Orbis Book, 1987).<br />

Permata yang termasuk ke dalam spesies<br />

korundum di antaranya yaitu ruby berasal dari<br />

jenis korundum berwarna merah, transparansemi<br />

opaque, warnanya berkaitan erat dengan<br />

kandungan kromium (Cr). Sedangkan safir<br />

adalah jenis korundum berwarna biru,<br />

transparan-semi opaque; warna biru terkait erat<br />

dengan adanya sedikit kandungan oksida<br />

kobalt (Co), kromium (Cr) dan titanium (Ti).<br />

● Krisoberyl (BeAl 2 O 4 ) umumnya berupa<br />

kristal transparan berwarna kuning kehijauan,<br />

bersistem ortorombik, biasanya berbentuk<br />

tabular dan juga kembar melingkar (cyclic<br />

twins), memiliki kekerasan 8,5; terbentuk<br />

sebagai <strong>mineral</strong> ikutan di dalam batuan granitik,<br />

pegmatit dan sekis mika (Gambar 6) tetapi<br />

dapat ditemukan bersama <strong>mineral</strong>-<strong>mineral</strong><br />

Buletin <strong>Sumber</strong> Daya Geologi Volume 3 Nomor 3 – 2008 3


MAKALAH ILMIAH<br />

<strong>permata</strong> lainnya di dalam endapan aluvial.<br />

Aleksandrit adalah nama <strong>permata</strong> berasal dari<br />

jenis krisoberyl dengan pleokroisme kuat<br />

berwarna merah, jingga dan hijau disebabkan<br />

mengandung sedikit kromium (Cr). Penamaan<br />

<strong>permata</strong> ini diambil berdasarkan nama Czar<br />

Alexander II dari Rusia (Hurlbut et al, 1979).<br />

● Kuarsa (SiO 2 ) bersistem kristal heksagonalrombohedral,<br />

merupakan <strong>mineral</strong> pembentuk<br />

batuan yang melimpah dan terbentuk sebagai<br />

<strong>mineral</strong> primer dan sekunder di dalam batuan<br />

beku, sedimen dan malihan (Gambar 7).<br />

Karena kekerasannya (7 pada skala Mohs),<br />

sedikit belahan dan mempunyai stabilitas<br />

kimiawi maka kuarsa memiliki ketahanan<br />

terhadap pelapukan serta ditransport jarak jauh<br />

sebagai komponen lepas di dalam placer<br />

sungai dan pantai.<br />

Kuarsa sebagai <strong>mineral</strong> <strong>permata</strong> (gem <strong>mineral</strong>)<br />

dibagi <strong>menjadi</strong> dua kelompok, yaitu : bentuk<br />

kristalin berbutir kasar dan berbutir halus/mikro<br />

kristalin. Meskipun demikian semuanya<br />

mempunyai kesamaan susunan kimia dan<br />

struktur kristal; perbedaannya terletak pada<br />

metode pembentukan, ukuran butir dan<br />

pengotoran yang membuat kuarsa <strong>menjadi</strong><br />

beraneka warna (Hurlbut et al, 1979).<br />

Kelompok kristalin berbutir kasar antara lain<br />

yaitu : kristal batuan (rock crystal), amethyst,<br />

citrine, kuarsa asap (smoky quartz), kuarsa<br />

mawar (rose quartz), kuarsa susu (milky<br />

quartz), kuarsa dengan inklusi (rutil, turmalin,<br />

serat asbestos, goetit, mika). Kristal batuan<br />

berupa kuarsa tidak berwarna yang umum<br />

dimanfaatkan sebagai <strong>mineral</strong> <strong>permata</strong>, yang<br />

berukuran kecil kadang-kadang disebut “intan” ;<br />

sedangkan berukuran besar digunakan <strong>untuk</strong><br />

mengukir obyek-obyek seni dan dibuat bolabola<br />

kristal. Amethyst adalah kuarsa berwarna<br />

ungu (lembayung – violet) disebabkan<br />

pengotoran oleh Fe atau kehadiran inklusi<br />

oksida Fe (goetit), dapat terbentuk di dalam<br />

rongga-rongga pada aliran lava tetapi<br />

umumnya pada urat-urat. Citrine adalah kuarsa<br />

berwarna kuning pucat – kuning tua, kadangkadang<br />

tertukar dengan topaz sehingga sering<br />

disebut kuarsa topaz atau topaz kuarsa. Kuarsa<br />

asap (smoky quartz) berwarna dari hampir<br />

hitam, berubah coklat hingga berangsur<br />

<strong>menjadi</strong> kuning; diyakini bahwa penampakan<br />

serupa asap dihasilkan oleh hadirnya kristal<br />

batuan hingga bahan radioaktif. Kuarsa mawar<br />

(rose quartz) berwarna merah muda pucat<br />

hingga merah tua disebabkan mengandung<br />

sejumlah kecil titanium (Ti), biasanya turbid dan<br />

jarang transparan; pada beberapa kristal<br />

kuarsa ini teridentifikasi jarum-jarum<br />

mikroskopis rutil, dapat ditemukan di dalam<br />

pegmatit. Kuarsa susu (milky quartz)<br />

merupakan kuarsa berwarna putih karena di<br />

dalamnya mengandung inklusi-inklusi fluida,<br />

terbentuk sebagai urat yang berasosiasi<br />

dengan emas (Au) dan disayat berikut emas<br />

sebagai <strong>permata</strong> berbentuk kubah (cabochons).<br />

Kuarsa dengan inklusi-inklusi (quartz with<br />

inclusions) <strong>mineral</strong> lain : Inklusi rutil di dalam<br />

kuarsa (rutilated quartz) berupa jarum-jarum<br />

berwarna coklat kemerahan hingga keemasan<br />

yang terorientasi acak atau sesuai struktur<br />

kuarsa; inklusi serat-serat aktinolit hijau dan<br />

asbestos, turmalin hitam dan goetit; inklusi mika<br />

membentuk kuarsa bernama aventurin,<br />

dimana mika mengandung Cr dapat membuat<br />

warna hijau dan sementara warna coklat<br />

kemerahan disebabkan oleh inklusi lembaran<br />

Cu.<br />

Kelompok kuarsa mikrokristalin secara<br />

terminologi umum disebut kalsedoni, warna asli<br />

kuning madu hingga abu-abu dan translucent.<br />

Namun karena berporositas maka kalsedoni ini<br />

dapat menyerap larutan kimiawi seperti asam<br />

belerang, oksida besi ferosianida potassium,<br />

sulfat Fe, asam hidoklorik atau asam kromik.<br />

Beberapa jenis kalsedoni berwarna antara lain :<br />

Carnelian adalah kalsedoni merah yang<br />

dihasilkan karena pewarnaan oleh hematit atau<br />

goetit; sedangkan kalsedoni hijau apel atau<br />

krisopras merupakan hasil pewarnaan oleh<br />

larutan mengandung Ni. Jenis lain dari<br />

kalsedoni adalah agate, yang umumnya<br />

disusun oleh selang-seling lapisan berbeda<br />

ketebalan, warna dan porositas sehingga<br />

cenderung sejajar dengan dinding ruang tempat<br />

pengendapannya. Perlapisan pada kebanyakan<br />

agate terbentuk secara konsentris dan mengisi<br />

keseluruhan lubang; warna alamiah biasanya<br />

putih, susu atau abu-abu tetapi juga dapat<br />

berwarna coklat kekuningan, coklat-merah dan<br />

jarang berwarna biru, lavender serta hijau.<br />

Onyx termasuk jenis kalsedoni dan menyerupai<br />

agate, tetapi terdiri atas selang-seling lapisan<br />

sejajar berwarna hitam dan putih; sementara<br />

sardonyx terdiri atas selang-seling lapisan<br />

merah hingga jingga dengan putih atau hitam.<br />

Jasper dan rijang (chert) termasuk ke dalam<br />

kelompok kuarsa mikrokristalin dari jenis<br />

granular, disusun oleh dominan butir<br />

mikrokristalin kuarsa berukuran sama<br />

(equidimensial); keduanya dapat diidentifikasi<br />

berdasarkan perbedaan warnanya : yang<br />

pertama berwarna coklat kemerahan karena<br />

kaya kandungan oksida Fe (hematit),<br />

sedangkan yang kedua biasanya berwarna<br />

abu-abu karena mengandung sedikit<br />

pengotoran (Hurlbut et al, 1979). Terdapat juga<br />

kuarsa yang memiliki ciri-ciri microgranular<br />

4 Buletin <strong>Sumber</strong> Daya Geologi Volume 3 Nomor 3 – 2008 4


MAKALAH ILMIAH<br />

maupun microfibrous disebut sebagai plasma,<br />

agak opaque dan berwarna hijau; termasuk ke<br />

dalam jenis ini adalah bloodstone (heliotrope),<br />

berwarna hijau dengan bintik-bintik merah.<br />

Jasper dan rijang juga dapat disebut batuan<br />

sedimen yang telah mengalami proses<br />

diagenesis, disusun oleh mikrokristalin kuarsa,<br />

terdiri atas interlocking kristal kuarsa/silika<br />

(opal) berukuran diameter


MAKALAH ILMIAH<br />

mengandung Sn atau greisen (Gambar 11).<br />

Mineral ini mempunyai kekerasan 8,0 pada<br />

skala Mohs, bentuk kristal prismatik (bersistem<br />

ortorombik), transparan-translucent, tidak<br />

berwarna hingga berwarna kuning, biru, hijau,<br />

violet atau kemerahan-kuning. Topaz berwarna<br />

biru dan hijau merupakan <strong>permata</strong> paling<br />

popular.<br />

●Turmalin [(Na,Ca)(Mg,Fe +2 ,Fe +3 ,Al,Li) 3 Al 6<br />

(BO 3 ) 3 Si 3 O 18 (OH) 4 ] merupakan salah satu<br />

<strong>mineral</strong> ikutan di dalam batuan pegmatit<br />

granitik, tersebar luas di dalam batuan-batuan<br />

beku asam dan malihan (Gambar 12) serta<br />

dapat ditemukan sebagai bahan rombakan di<br />

dalam batuan sedimen. Kelompok turmalin<br />

terdiri atas : elbait (kaya kandungan Na, Li, Al),<br />

schorl dan buergerit (kaya Na, Fe), dravit (kaya<br />

Na, Mg), uvit (kaya Ca, Mg) dan liddikoatit<br />

(kaya Ca, Li, Al). Mineral ini mempunyai<br />

kekerasan 7,0 pada skala Mohs, berbentuk<br />

kristal prismatik (sistem heksagonal),<br />

transparan-translucent, tidak berwarna hingga<br />

berwarna hijau, merah, biru, kuning, coklathitam<br />

atau coklat. Setelah diolah <strong>menjadi</strong><br />

<strong>permata</strong> memiliki aneka nama, yaitu : turmalin<br />

rubellit (rubellite), turmalin hijau (green),<br />

turmalin paraiba, turmalin kuning (yellow),<br />

turmalin biru (blue) atau turmalin multi warna<br />

(multicolored).<br />

● Turquoise [CuAl 6 (PO 4 ) 4 (OH) 8 .5H 2 O] adalah<br />

<strong>mineral</strong> dengan sistem kristal triklin, merupakan<br />

isomorf dengan kalkosiderit, kekerasan 5 – 6<br />

skala Mohs, berwarna biru (mengandung jejak<br />

Cu), biru-hijau (mengandung jejak Fe dan Cr)<br />

atau hijau kekuningan. Mineral ini merupakan<br />

<strong>mineral</strong> sekunder yang ditemukan di dalam<br />

urat-urat tipis pada batuan volkanik dan dalam<br />

zona ubahan batuan-batuan yang kaya<br />

kandungan Al (Gambar 13).<br />

● Zirkon (ZrSiO 4 ) adalah <strong>mineral</strong> ikutan<br />

berbentuk kristal prismatik (sistem tetragonal)<br />

yang dapat ditemukan di dalam batuan-batuan<br />

beku kaya silika, batugamping kristalin, sekis<br />

dan genes (Gambar 14), serta bahan rombakan<br />

di dalam placer sungai dan pantai. Mineral ini<br />

mempunyai kekerasan 7,5 skala Mohs,<br />

transparan hingga opaque, tidak berwarna<br />

hingga berwarna kuning, merah, coklat, abuabu<br />

atau hijau.<br />

Pengolahan <strong>untuk</strong> pengembangan <strong>permata</strong><br />

Permata sering diolah <strong>untuk</strong> pengembangan<br />

warna atau kebersihannya. Tergantung kepada<br />

jenis dan luasnya pengolahan, sehingga dapat<br />

berpengaruh terhadap nilai batu mulia.<br />

Beberapa pengolahan digunakan secara luas<br />

karena menghasilkan <strong>permata</strong> yang stabil,<br />

sementara yang lainnya tidak diterapkan<br />

karena warna batu tidak stabil dan tergantung<br />

jenis batunya.<br />

● Pemanasan. Pemanasan dapat menyempurnakan<br />

warna dan kebersihan <strong>permata</strong>.<br />

Sebagian besar citrine dibuat dengan cara<br />

memanaskan amethyst, dan pemanasan<br />

parsial menghasilkan ametrine dengan gradien<br />

kuat – sebagian amethyst dan sebagian citrine.<br />

Kebanyakan aquamarin yang dipanaskan <strong>untuk</strong><br />

membuang rona kuning, mengubah warna hijau<br />

<strong>menjadi</strong> warna biru lebih menarik atau<br />

mengembangkan warna biru <strong>untuk</strong> <strong>menjadi</strong><br />

lebih murni biru.<br />

Hampir semua tanzanit dipanaskan pada suhu<br />

rendah <strong>untuk</strong> menghilangkan warna coklat dan<br />

memberikan warna biru/ungu yang lebih<br />

menarik. Sebagian tertentu dari safir dan ruby<br />

diolah dengan cara pemanasan <strong>untuk</strong><br />

menyempurnakan warna dan kebersihannya.<br />

Ketika perhiasan terdiri atas intan-intan yang<br />

dipanaskan (<strong>untuk</strong> perbaikan), intan harus<br />

diproteksi dengan asam borak; selain itu<br />

dibakar permukaannya atau bahkan seluruhya<br />

dibakar. Ketika perhiasan terdiri atas safir dan<br />

ruby dipanaskan (<strong>untuk</strong> perbaikan) maka tidak<br />

harus dilapis oleh asam borak atau zat lainnya,<br />

ini dapat digosok (etch) permukaannya; tidak<br />

harus diproteksi layaknya intan.<br />

● Radiasi. Sebagian besar topaz biru, yang<br />

lebih terang dan berwarna bayang-bayang biru<br />

gelap seperti biru London; telah diradiasi <strong>untuk</strong><br />

mengubah warna putih <strong>menjadi</strong> biru. Beberapa<br />

<strong>permata</strong> yang tidak ditangani selayaknya dan<br />

tidak melalui jalur hukum resmi kemungkinan<br />

menghasilkan sedikit sisa radiasi; maka<br />

<strong>permata</strong> impornya dikenakan peringatan kuat<br />

<strong>untuk</strong> memperhatikan keselamatan<br />

masyarakat. Sebagian kuarsa hijau (Oro Verde)<br />

juga diolah dengan cara radiasi <strong>untuk</strong><br />

menghasilkan warna kuning-hijau.<br />

● Membalur dengan lilin/minyak. Zamrud<br />

yang secara alamiah mengandung rekahan<br />

kadang-kadang dibalur dengan lilin atau minyak<br />

<strong>untuk</strong> penyamaran. Lilin dan minyak ini juga<br />

pewarna <strong>untuk</strong> membuat zamrud nampak<br />

memiliki warna lebih baik sebaik<br />

kebersihannya. Turquois juga biasanya diolah<br />

secara sama layaknya intan.<br />

● Pengisian rekahan. Pengisian rekahan telah<br />

digunakan terhadap intan, zamrud dan safir.<br />

Baru-baru ini di tahun 2006, ruby dengan<br />

pengisian gelas banyak memasyarakat. Ruby<br />

kandungan >10 karat (2 gram) dijual terutama<br />

di pasar Asia, dengan rekahan besar yang diisi<br />

gelas secara dramatis menyempurnakan<br />

6 Buletin <strong>Sumber</strong> Daya Geologi Volume 3 Nomor 3 – 2008 6


MAKALAH ILMIAH<br />

penampilannya. Hasil penanganannya dapat<br />

dengan mudah dikenali.<br />

Permata sintetik dan buatan<br />

Beberapa <strong>permata</strong> dibuat <strong>untuk</strong> meniru<br />

<strong>permata</strong> lainnya. Sebagai contoh zirkonia<br />

kubus adalah intan sintetik, merupakan simulasi<br />

bersusunan zirkonium oksida. Imitasi<br />

merupakan upaya meniru penampilan dan<br />

warna <strong>permata</strong> yang sebenarnya, tetapi tidak<br />

memiliki sifat-sifat kimiawi maupun fisika.<br />

Permata hasil ciptaan laboratorium bukan<br />

imitasi; sebagai contoh : intan, ruby, safir dan<br />

zamrud telah diolah di laboratorium <strong>untuk</strong><br />

memiliki sifat-sifa kimiawi dan fisika yang<br />

serupa dengan aneka batu mulia alamiah.<br />

Korundum sintetis (buatan laboratorium),<br />

termasuk ruby dan safir sangat umum dan<br />

harganya hanya berbeda sedikit dari batu mulia<br />

alamiah. Intan sintetik berukuran lebih kecil<br />

telah dibuat dalam jumlah besar sebagai<br />

industri abrasif. Intan sintetis berukuran lebih<br />

besar bermutu terutama dengan aneka warna<br />

juga dibuat di pabrik.<br />

Apapun <strong>permata</strong> tersebut berupa alamiah atau<br />

buatan laboratorium (sintetis), memiliki<br />

kesamaan sifat. Permata buatan laboratorium<br />

cenderung memiliki warna beraneka, tidak<br />

mengandung pengotoran sehingga tidak<br />

berdampak kepada kebersihan atau warnanya.<br />

Namun <strong>permata</strong> alamiah masih dianggap lebih<br />

bernilai karena kelangkaannya yang relatif. Asal<br />

mula <strong>permata</strong> juga tidak mempengaruhi<br />

kategorisasi mulia atau semi-mulia. Ruby, safir<br />

dan zamrud selalu disebut batu mulia,<br />

sedangkan <strong>permata</strong> lainnya dianggap semimulia.<br />

Nilai <strong>permata</strong><br />

Tidak ada sistem penilaian secara universal<br />

yang diterima terhadap <strong>permata</strong> selain warna<br />

putih (tidak berwarna) dari intan. Intan dinilai<br />

kandungannya dengan menggunakan sistem<br />

Gemological Institute of America (GIA) pada<br />

awal tahun 1950-an. Sejarah menyatakan<br />

bahwa semua <strong>permata</strong> dinilai secara kasat<br />

mata. Sistem GIA termasuk suatu inovasi<br />

utama yang memperkenalkan 10 x perbesaran<br />

sebagai standard <strong>untuk</strong> derajat<br />

kebersihan/keterangan (clarity), sedangkan<br />

<strong>untuk</strong> lainnya dinilai secara kasat mata<br />

(http://en.wikipedia.org/wiki/Gemstone, 2008).<br />

Saat ini suatu alat pengenal (mnemonic device)<br />

empat kriteria yang terdiri atas warna, sayatan,<br />

kebersihan/keterangan dan karat (color, cut,<br />

clarity and carat = four C’s) dari <strong>permata</strong><br />

diperkenalkan <strong>untuk</strong> menolong konsumer<br />

memahami faktor-faktor yang digunakan <strong>untuk</strong><br />

menilainya. Dengan memodifikasi kategori ini<br />

maka dapat difahami semua tingkatan <strong>permata</strong>.<br />

Kriteria tersebut menunjukkan perbedaan berat<br />

tergantung kepada bagaimana mereka<br />

mengaplikasikan <strong>permata</strong> berwarna atau intan<br />

tak-berwarna. Sayatan pada intan merupakan<br />

penentu utama nilai diikuti oleh kebersihan dan<br />

warnanya. Intan diartikan sebagai<br />

mengeluarkan bunga api, memecah cahaya<br />

<strong>menjadi</strong> warna-warna pelangi dan<br />

mengirimkannya ke mata. Hal ini merupakan<br />

fungsi sayatan. Sebagai kristal kasar, intan<br />

tidak akan membentuk dispersi cahaya<br />

sehingga memerlukan penanganan dengan<br />

melakukan sayatan. Pada <strong>permata</strong> yang<br />

memiliki warna, termasuk intan berwarna;<br />

kemurnian dan keindahan warna merupakan<br />

penentu utama mutu/kualitasnya.<br />

Sifat-sifat fisika yang membuat <strong>permata</strong><br />

berwarna <strong>menjadi</strong> bernilai adalah warna,<br />

kebersihan hingga hal-hal terkecil (zamrud<br />

selalu mempunyai sejumlah inklusi), sayatan,<br />

fenomena optik tak biasa didalam <strong>permata</strong><br />

seperti zonasi warna, dan asteria (efek<br />

bintang).<br />

Salah satu faktor penentu nilai <strong>permata</strong> disebut<br />

water, yaitu terminologi yang mengacu kepada<br />

penggabungan warna dan transparansi yang<br />

digunakan secara hirarki, yaitu : first water<br />

(batu mulia dengan finest water), second water,<br />

third water, byewater.<br />

Permata dibagi <strong>menjadi</strong> batu mulia dan semimulia,<br />

karena definisi dapat berubah setiap<br />

waktu dan ragamnya tergantung budaya;<br />

merupakan hal yang selalu menyulitkan <strong>untuk</strong><br />

menentukan batu mulia tersebut. Disamping<br />

intan; ruby, safir, zamrud, mutiara dan opal<br />

telah dianggap sebagai batu mulia. Mengacu<br />

kepada penemuan amethyst di Brazil pada<br />

abad 19, maka amethyst ini dianggap sebagai<br />

batu mulia. Meskipun di abad terakhir batuanbatuan<br />

tertentu seperti aquamarin, peridot dan<br />

mata kucing (cat’s eye) telah popular disebut<br />

batu mulia. Permata yang jarang atau tak-biasa<br />

dan diartikan sebagai batu mulia di antaranya<br />

termasuk andalusit, axinit, kasiterit, klinohumit<br />

dan bixbit.<br />

Sayatan dan polesan<br />

Buletin <strong>Sumber</strong> Daya Geologi Volume 3 Nomor 3 – 2008 7


MAKALAH ILMIAH<br />

Sedikit <strong>permata</strong> yang digunakan dalam bentuk<br />

kristal atau bentuk lain, sebagian besar berupa<br />

hasil sayatan dan polesan. Dua klasifikasi<br />

utama adalah sayatan batu licin berbentuk<br />

kubah yang disebut cabochons, dan sayatan<br />

batu menggunakan mesin faceting; yang<br />

membentuk <strong>permata</strong> dengan sayatan<br />

berinterval dan bersudut tertentu.<br />

Permata opaque seperti opal, turquois, variscit<br />

dan lain-lain umumnya disayat membentuk<br />

cabochons, dirancang <strong>untuk</strong> menunjukkan<br />

warna batu atau sifat-sifat permukaan opal dan<br />

safir bintang. Roda penggosok dan pemoles<br />

digunakan <strong>untuk</strong> menggosok, membentuk dan<br />

memoles agar <strong>permata</strong> <strong>menjadi</strong> kubah licin.<br />

Permata transparan biasanya dibentuk facet,<br />

yaitu metode <strong>untuk</strong> menunjukkan sifat-sifat<br />

optik di dalamnya hingga upaya terbaik dengan<br />

memaksimalkan cahaya pantul sehingga<br />

terlihat serupa bunga api (sparkle). Bentuk<br />

facet harus dilakukan secara proporsional,<br />

dapat beraneka tergantung sifat optik <strong>permata</strong><br />

itu sendiri. Apabila sudut sayatan terlalu tajam<br />

atau landai, cahaya akan lewat dan tidak<br />

dipantulkan kembali.<br />

Warna <strong>permata</strong><br />

Warna merupakan penampakan yang paling<br />

nyata dan menarik dari <strong>permata</strong>. Warna setiap<br />

bahan disebabkan oleh cahaya alamiah batu itu<br />

sendiri. Cahaya siang hari sering disebut<br />

cahaya putih, sebenarnya merupakan<br />

campuran warna berbeda dari cahaya. Ketika<br />

cahaya melewati suatu bahan, beberapa<br />

daripadanya dapat diserap sementara sisanya<br />

melewatinya. Sebagian yang tidak diserap<br />

mencapai mata sebagai cahaya putih dikurangi<br />

warna-warna terserap. Sebuah ruby terlihat<br />

merah karena <strong>permata</strong> ini menyerap semua<br />

warna lain dari cahaya putih (biru, kuning, hijau<br />

dan lain-lain) kecuali merah.<br />

Bahan yang sama dapat memperlihatkan<br />

warna-warna berbeda. Sebagai contoh ruby<br />

dan safir mempunyai kesamaan susunan kimia<br />

(keduanya termasuk jenis korundum) tetapi<br />

menunjukkan perbedaan warna. Meskipun<br />

<strong>permata</strong> yang sama dapat terbentuk dalam<br />

warna berbeda : safir menunjukkan bayangan<br />

berbeda dari biru dan merah muda, sedangkan<br />

safir fancy memperlihatkan seluruh kisaran<br />

warna lain dari kuning hingga jingga-merah<br />

muda, dimana yang terakhir disebut safir<br />

padparadscha.<br />

Perbedaan warna ini didasarkan kepada<br />

struktur atom pembentuk batu mulia. Meskipun<br />

batu yang berbeda memiliki kesamaan susunan<br />

kimia, sebenarnya tidak sama. Saat ini dan<br />

kemudian, setiap atom diganti oleh seluruhnya<br />

oleh atom yang berbeda (dapat paling sedikit<br />

sejuta atom). Hal tersebut disebut pengotoran<br />

cukup menyerap warna-warna tertentu dan<br />

meninggalkan warna-warna lain yang tidak<br />

terpengaruh. Sebagai contoh : beryl yang tidak<br />

berwarna merupakan bentuk <strong>mineral</strong> murni,<br />

<strong>menjadi</strong> zamrud karena mengalami pengotoran<br />

oleh kromium (Cr). Apabila ditambahkan Mn<br />

sebagai pengganti Cr, maka <strong>menjadi</strong> morganit<br />

merah muda; sedangkan pengotoran oleh Fe<br />

akan <strong>menjadi</strong> aquamarin. Pengolahan terhadap<br />

beberapa <strong>permata</strong> menghasilkan kenyataan<br />

bahwa pengotoran tersebut dapat dimanipulasi<br />

sehingga mengubah warna <strong>permata</strong>.<br />

Diskusi<br />

Sebagian besar <strong>mineral</strong> yang berpotensi <strong>untuk</strong><br />

diberdayakan <strong>menjadi</strong> <strong>permata</strong>/batu mulia<br />

berasal dari <strong>mineral</strong>-<strong>mineral</strong> pembentuk batuan<br />

beku, malihan dan sedimen, sering juga<br />

ditemukan sebagai komponen rombakan di<br />

dalam endapan placer sungai atau pantai<br />

apabila <strong>mineral</strong>-<strong>mineral</strong> tersebut memiliki<br />

ketahanan terhadap proses pelapukan dan<br />

erosi.<br />

Batuan beku mempunyai aneka susunan<br />

<strong>mineral</strong> yang mencerminkan posisi magma<br />

ketika mengkristal sehingga penamaannya<br />

disesuaikan dengan posisi kristalisasi.<br />

Sebagian besar batuan beku memiliki <strong>mineral</strong><strong>mineral</strong><br />

utama pembentuknya antara lain<br />

kuarsa, felspar, nefelin, mika, amfibol, piroksen<br />

dan olivin. Dengan teridentifikasinya jumlah<br />

relatif dan keberadaan atau absennya <strong>mineral</strong><strong>mineral</strong><br />

tersebut di dalam batuan beku maka<br />

dibuat klasifikasinya. Meskipun granit dan<br />

basalt adalah batuan-batuan terpenting,<br />

beberapa jenis <strong>permata</strong> tidak selalu berasal<br />

dari <strong>mineral</strong>-<strong>mineral</strong> pembentuk kedua jenis<br />

batuan beku ini; bahkan secara genetika<br />

berkaitan dengan jenis-jenis batuan beku lain.<br />

Sebagai contoh kristal olivin (peridot) atau<br />

feldspar alkali (adularia/moonstone) berukuran<br />

besar kemungkinan terbentuk masing-masing<br />

di dalam batuan beku lelehan basa dan asam,<br />

yang dibebaskan oleh proses pelapukan dari<br />

batuan induknya.<br />

Kita tidak dapat memandang secara umum<br />

bahwa batuan beku lelehan/lava sebagai<br />

sumber signifikan bagi terbentuknya <strong>permata</strong>.<br />

Ketika lava secara cepat bergerak ke<br />

permukaan maka terjadi penurunan tekanan<br />

yang menyebabkan berkembangnya gas-gas,<br />

yang diikuti oleh terbentuknya rongga-rongga<br />

(cavities) di dalam batuan. Rongga-rongga<br />

8 Buletin <strong>Sumber</strong> Daya Geologi Volume 3 Nomor 3 – 2008 8


MAKALAH ILMIAH<br />

kemungkinan diisi oleh fluida hidrotermal <strong>untuk</strong><br />

membentuk cebakan <strong>mineral</strong> yang disebut<br />

geode. Mineral pengisi biasanya berupa kuarsa<br />

kristalin yang disebut kalsedoni, apabila<br />

cebakan kalsedoni ini membentuk lapisanlapisan<br />

melingkar (concentric) yang menutupi<br />

seluruh rongga maka disebut agate. Tetapi<br />

dapat juga bagian tengahnya tidak tertutup dan<br />

diisi oleh kristal-kristal kuarsa berukuran mikro<br />

dari jenis amethyst. Rongga-rongga serupa<br />

tidak hanya dapat terbentuk di dalam lava,<br />

bahkan kemungkinan juga ditemukan pada<br />

beberapa batuan sedimen.<br />

Sangat berbeda dengan batuan beku lelehan,<br />

proses-proses yang menyebabkan<br />

terbentuknya batuan beku berbutir kasar<br />

memainkan peran dalam pembentukan<br />

beberapa jenis <strong>permata</strong> penting. Selain<br />

<strong>mineral</strong>-<strong>mineral</strong> utama pembentuk batuan, di<br />

dalam batuan terobosan terdapat <strong>mineral</strong><strong>mineral</strong><br />

berjumlah sedikit yang disebut ikutan<br />

(accessory). Mineral ikutan ini dapat terbentuk<br />

berupa kristal berukuran cukup besar dan<br />

sempurna yang berpotensi dijadikan <strong>permata</strong><br />

antara lain zirkon, garnet dan korundum<br />

(safir); paling sering terakumulasi sebagai<br />

komponen di dalam pasir dan kerikil setelah<br />

dibebaskan dari batuan sumbernya oleh<br />

pelapukan. Apabila <strong>mineral</strong>-<strong>mineral</strong> ikutan<br />

tersebut terbentuk dalam jumlah yang bernilai<br />

ekonomis, maka dapat ditambang dalam skala<br />

besar. Intan adalah salah satu <strong>permata</strong> yang<br />

memiliki nilai komersil tertinggi berasal dari<br />

<strong>mineral</strong>-minerat ikutan di dalam batuan<br />

kimberlit (batuan peridotit alkali yang dominan<br />

disusun oleh fenokris olivin dan masa dasar<br />

kalsit dan olivin).<br />

Pegmatit merupakan suatu jenis khusus batuan<br />

beku yang disusun oleh <strong>mineral</strong> pembentuk<br />

batuan berupa kristal berukuran besar dan<br />

mengandung sejumlah besar unsur-unsur<br />

jarang dan tidak biasa. Batuan ini secara<br />

genetika berkaitan dengan batuan beku granitik<br />

bervolume besar dan dianggap sebagai bagian<br />

akhir dari fasa kristalisasi magma. Proses<br />

kristalisasi magma ini kadang-kadang<br />

menghasilkan kristal-kristal kuarsa dan feldspar<br />

berukuran raksasa (gigantic). Pegmatit dapat<br />

terbentuk berupa kantong-kantong (pockets)<br />

yang tidak menutup kemungkinan mengandung<br />

<strong>mineral</strong>-<strong>mineral</strong> jarang yang berpotensi <strong>untuk</strong><br />

jadi <strong>permata</strong> antara lain : beryl (beryllium) dari<br />

jenis aquamarine, morganit dan golden beryl;<br />

turmalin (mengandung boron dan litium)<br />

dengan aneka bayangan warna hijau, merah,<br />

kuning dan biru; topaz (mengandung fluorin)<br />

berupa kristal bening berwarna kuning, merah<br />

muda, biru atau hijau; spodumen<br />

(mengandung litium) yang tidak berwarna dan<br />

kuning atau berupa <strong>permata</strong> kunzit merah<br />

muda dan hiddenit hijau; krisoberyl<br />

(mengandung beryllium) berupa kristal kuninghijau;<br />

dan apatit (mengandung fosfor) dengan<br />

bayangan warna biru, kuning dan ungu. Kuarsa<br />

berbentuk kristal juga dapat ditemukan di dalam<br />

kantong-kantong pegmatit berupa kuarsa<br />

mawar (rose quartz) dan asap (smoky quartz);<br />

sementara felspar alkali berupa ortoklas<br />

kuning, mikroklin hijau (amazonstone), albit<br />

berjenis batubulan (moonstone), felspar<br />

mengandung inklusi-inklusi menciptakan<br />

refleksi warna jingga (sunstone) atau merah<br />

(aventurin).<br />

Banyak <strong>mineral</strong>-<strong>mineral</strong> berpotensi <strong>menjadi</strong><br />

<strong>permata</strong> yang berasal dari batuan sumber<br />

terbawa ke dalam sungai <strong>untuk</strong> <strong>menjadi</strong> bagian<br />

aluvium, bahkan terakumulasi sebagai endapan<br />

placer. Faktor-faktor yang mempengaruhi<br />

terjadinya akumulasi <strong>mineral</strong>-<strong>mineral</strong> <strong>permata</strong><br />

seperti intan, zirkon, korundum, garnet,<br />

turmalin, beryl, krisoberyl dan topaz di dalam<br />

endapan placer antara lain : ketahanan kimiawi,<br />

kekuatan mekanis, berat jenis relatif besar dan<br />

kekerasan tinggi. Melalui waktu geologi yang<br />

panjang, aluvium akan termampatkan dan<br />

tersemenkan <strong>menjadi</strong> batupasir dan<br />

konglomerat; yaitu batuan sedimen purba yang<br />

berperan sebagai tempat kedudukan <strong>mineral</strong><strong>mineral</strong><br />

<strong>permata</strong>.<br />

Mineral-<strong>mineral</strong> <strong>permata</strong> dapat juga berasal<br />

dari batuan-batuan malihan tertentu, yang<br />

terbentuk sebagai respon terhadap perubahan<br />

tekanan dan suhu. Batuan malihan itu sendiri<br />

dibagi <strong>menjadi</strong> dua jenis, yaitu : regional dan<br />

kontak.<br />

Jenis pertama terbentuk secara luas dan<br />

perubahan terjadi pada massa batuan<br />

berukuran besar, <strong>mineral</strong>-<strong>mineral</strong> asal<br />

mengkristal ulang <strong>menjadi</strong> <strong>mineral</strong>-<strong>mineral</strong> baru<br />

dan menghasilkan batuan-batuan malihan sekis<br />

dan genes. Jenis batuan malihan yang<br />

dihasilkan tergantung susunan kimiawi dari<br />

batuan asalnya dan kondisi tekanan-suhu<br />

tempat kristalisasi ulang terjadi. Batupasir<br />

dengan dominan terdiri atas kuarsa akan<br />

membentuk batuan malihan kuarsit yang<br />

membentuk interlocking butiran kuarsa.<br />

Batugamping murni yang disusun oleh kalsium<br />

karbonat/kalsit akan berubah <strong>menjadi</strong> marmer<br />

berbutir halus dengan susunan kimia yang<br />

sama dengan batuan asalnya. Apabila<br />

batugamping mengandung pengotoran Al,<br />

maka akan terjadi kristalisasi ulang akan<br />

menghasilkan ruby dan safir (aluminium oksida)<br />

serta spinel (magnesium aluminium oksida).<br />

Peningkatan intensitas pemanasan dan<br />

Buletin <strong>Sumber</strong> Daya Geologi Volume 3 Nomor 3 – 2008 9


MAKALAH ILMIAH<br />

tekanan secara berkesinambungan pada<br />

batuan serpih akan menghasilkan pertumbuhan<br />

ukuran butir dan peningkatan tingkat<br />

metamorfisme, <strong>untuk</strong> mengubahnya <strong>menjadi</strong><br />

batuan malihan sekis bertingkat metamorfisme<br />

tinggi darimana garnet dan krisoberyl dapat<br />

terbentuk di dalamnya.<br />

Jenis kedua dari batuan malihan terjadi ketika<br />

suatu batugamping diterobos magma, sehingga<br />

terjadi perubahan pada daerah kontak.<br />

Metamorfisme kontak ini disebabkan<br />

pemanasan oleh magma, menyebabkan<br />

rekristalisasi pada batuan samping. Apabila<br />

larutan dari magma memasukkan unsur-unsur<br />

tambahan, maka batuan disebut mengalami<br />

metasomatisme. Panas dan larutan dari<br />

magma dapat membentuk <strong>mineral</strong>isasi (skarn)<br />

yang menghasilkan <strong>mineral</strong>-<strong>mineral</strong> baru yang<br />

terdiri atas <strong>mineral</strong>-<strong>mineral</strong> bijih sulfida dan<br />

pengotor (gangue) yang kadang-kadang berupa<br />

kristal-kristal berkualitas <strong>permata</strong> di antaranya<br />

garnet.<br />

Beberapa <strong>mineral</strong> <strong>permata</strong> dapat juga terbentuk<br />

melalui proses kristalisasi dari fluida atau<br />

larutan hidrotermal, dapat dibedakan dengan<br />

<strong>mineral</strong>-<strong>mineral</strong> yang mengkristal dari<br />

peleburan magma dan yang terbentuk karena<br />

proses metamorfisme. Fluida hidrotermal<br />

bergerak ke arah permukaan bercampur<br />

dengan air meteorik yang merembes ke bawah<br />

melalui bukaan struktur pada kerak bumi, dapat<br />

menghasilkan <strong>mineral</strong>isasi epitermal yang<br />

ditandai oleh pembentukan urat-urat kuarsa<br />

mengandung <strong>mineral</strong>-<strong>mineral</strong> bijih yang sesuai<br />

dengan lingkungannya. Beraneka jenis kuarsa<br />

yang berpotensi dijadikan <strong>permata</strong> dapat<br />

terbentuk di daerah <strong>mineral</strong>isasi epitermal,<br />

antara lain : kuarsa asap, kuarsa susu,<br />

amethyst, kalsedoni dan opal serta<br />

kemungkinan adularia. Masih berkaitan dengan<br />

lingkungan yang melibatkan sistem hidrotermal<br />

adalah lapangan-lapangan panas bumi<br />

(geothermal fields), dimana salah satu indikator<br />

kegiatannya berupa manifestasi permukaan<br />

sinter silika yang berpeluang mengendapkan<br />

<strong>mineral</strong>-<strong>mineral</strong> <strong>permata</strong> seperti kalsedoni dan<br />

opal.<br />

Beberapa <strong>mineral</strong> sekunder sebagai hasil<br />

ubahan oleh proses hidrotermal juga mungkin<br />

dapat terbentuk, dimana jenisnya tergantung<br />

kepada unsur-unsur yang dikandung <strong>mineral</strong><br />

asalnya tetapi hanya sedikit jumlahnya.<br />

Turquoise merupakan salah satu <strong>mineral</strong><br />

sekunder yang dihasilkan oleh ubahan<br />

hidrotermal terhadap batuan beku yang kaya<br />

kandungan Al, terbentuk pada atau dekat<br />

permukaan bumi.<br />

Kesimpulan<br />

Indonesia terletak pada pertemuan lempeng<br />

tektonik atau batas lempeng konvergen<br />

(convergent plate boundaries) dikenal memiliki<br />

keragaman ciri geologi yang dibentuk oleh<br />

proses magmatisme, volkanisme, sedimentasi,<br />

metamorfisme dan deformasi. Seluruh proses<br />

tersebut berjalan sepanjang waktu geologi dan<br />

menghasilkan beragam litologi dan ubahannya<br />

dengan umur geologi berbeda, sehingga<br />

dimungkinkan membentuk aneka batuan<br />

sumber <strong>mineral</strong>-<strong>mineral</strong> yang berpotensi <strong>untuk</strong><br />

dijadikan <strong>permata</strong> atau batu mulia. Dengan<br />

mempelajari sekaligus memahami geologi,<br />

mula jadi dan keterdapatan batuan-batuan<br />

sumber <strong>mineral</strong> <strong>permata</strong> maka eksplorasi <strong>untuk</strong><br />

menemukan <strong>mineral</strong> dimaksud dapat dilakukan<br />

tepat sasaran. Penemuan sumber-sumber<br />

baru <strong>mineral</strong> <strong>permata</strong> memberikan peluang<br />

pengembangan pemberdayaannya sehingga<br />

diharapkan berdampak positif terhadap nilai<br />

ekonominya.<br />

Ucapan Terima kasih<br />

Disampaikan penghargaan setinggi-tingginya<br />

kepada setiap individu yang memberikan<br />

dorongan moril selama proses penyusunan<br />

karya tulis dan juga kepada tehnisi yang<br />

membantu membuat kelengkapan ilustrasi.<br />

10 Buletin <strong>Sumber</strong> Daya Geologi Volume 3 Nomor 3 – 2008 10


MAKALAH ILMIAH<br />

ACUAN<br />

A Macdonald Orbis Book, 1987. The Macdonald Encyclopedia of Rocks & Minerals, Macdonald & Co<br />

(Publishers) Ltd, Greater London House, hamstead Road, London NW1 7QX, 607 hal.<br />

Bates, R.L., and Jackson, J.A., 1980. Glossary of Geology, Second Edition, American Geological Institute,<br />

Falls Church, Virginia, 749 hal.<br />

http://en.wikipedia.org/wiki/Gemstone, 2008. Gemstone, 7 hal.<br />

http://www.gemstone.org/gem-by-gem/english.html, 2008.<br />

Hurlbut, C.S., and Switzer, G.S., 1979. Gemology, A Wiley-Interscience Publication, John Wiley & Sons,<br />

New York-Chichester-Brisbane-Toronto-Singapore, 243 hal.<br />

Buletin <strong>Sumber</strong> Daya Geologi Volume 3 Nomor 3 – 2008 11<br />

11


MAKALAH ILMIAH<br />

Gambar 1. Mineral beryl pada batuan sumber (Macdonald Orbis Book, 1987)<br />

a<br />

b<br />

Gambar 2. Mineral mikroklin (a) dan<br />

Adularia (b) di dalam batuan sumber<br />

12 Buletin <strong>Sumber</strong> Daya Geologi Volume 3 Nomor 3 – 2008 12


MAKALAH ILMIAH<br />

Gambar 3. Mineral garnet (andradit)<br />

di dalam batuan sumber<br />

(Macdonald Orbis Book, 1987)<br />

Gambar 4. Intan di dalam batuan sumber<br />

a<br />

b<br />

c<br />

Buletin <strong>Sumber</strong> Daya Geologi Volume 3 Nomor 3 – 2008 13<br />

13


MAKALAH ILMIAH<br />

Gambar 5. a. Kristal korundum; b dan c. Mineral korundum di dalam batuan sumber<br />

(Macdonald Orbis Book, 1987) (Macdonald Orbis Book, 1987)<br />

Gambar 6. Kristal Krisoberyl<br />

(Macdonald Orbis Book, 1987)<br />

a<br />

b<br />

Gambar 7.<br />

Krista-kristal<br />

a. Kuarsa bening<br />

b. Amethyst<br />

c. Kuarsa asap<br />

14 Buletin <strong>Sumber</strong> Daya Geologi Volume 3 Nomor 3 – 2008 14


MAKALAH ILMIAH<br />

c<br />

Gambar 8. Mineral olivin di dalam<br />

batuan sumber<br />

Buletin <strong>Sumber</strong> Daya Geologi Volume 3 Nomor 3 – 2008 15<br />

15


MAKALAH ILMIAH<br />

Gambar 9. Kristal piroksen<br />

dari jenis spodumen<br />

(Macdonald Orbis Book, 1987)<br />

Gambar 10.<br />

Mineral spinel di dalam<br />

Batuan sumber<br />

Gambar 11.<br />

Mineral topaz di dalam batuan sumber<br />

(Macdonald Orbis Book, 1987)<br />

16 Buletin <strong>Sumber</strong> Daya Geologi Volume 3 Nomor 3 – 2008 16


MAKALAH ILMIAH<br />

Gambar 12.<br />

Mineral turmalin di dalam batuan sumber<br />

Gambar 13.<br />

Mineral turquoise di dalam batuan sumber<br />

(Macdonald Orbis Book, 1987)<br />

Gambar 14.<br />

Kristal zirkon sebagai komponen rombakan<br />

di dalam aluvium<br />

Buletin <strong>Sumber</strong> Daya Geologi Volume 3 Nomor 3 – 2008 17<br />

17

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!