29.01.2015 Views

Peningkatan Kualitas Pembelajaran Matakuliah Jaringan Komputer ...

Peningkatan Kualitas Pembelajaran Matakuliah Jaringan Komputer ...

Peningkatan Kualitas Pembelajaran Matakuliah Jaringan Komputer ...

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

<strong>Peningkatan</strong> <strong>Kualitas</strong> <strong>Pembelajaran</strong> <strong>Matakuliah</strong> <strong>Jaringan</strong> <strong>Komputer</strong><br />

Menggunakan Teknik turnamen belajar<br />

Elfizar dan Alfirman………………………………..…………………..1-5<br />

<strong>Peningkatan</strong> Hasil belajar Matematika Siswa Kelas XI MAN 2 Model.<br />

PekanbaruMelalaui <strong>Pembelajaran</strong> berdasarkan Masalah dan Kooperatif Tipe<br />

Tai<br />

Susda Heleni, Zulkarnain…….…………………….............................6-12<br />

<strong>Pembelajaran</strong> yang Diawali dengan Pemberian Soal Cerita Untuk<br />

Meningkatkan Hasil Belajar Matematika siswa kelas V-A SDN 004 Rumbai<br />

Pekanbaru<br />

Zulkarnain…………………………………………………..………...13-18<br />

Pemetaan standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran bahasa<br />

inggris siswa SMA di kota Pekanbaru, Kab. Pelalawan, dan Siak<br />

Mahdum……………...………………………………………………..19-27<br />

Model controversial issue untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar<br />

matakuliah ekonomi pembangunan<br />

Henny Indrawati………………………………………………..…….28-34<br />

Pemetaan kompetensi dasar siswa mata pelajaran kimia dan alternative<br />

pemecahan masalah di provinsi riau<br />

Jimmy copriady………………….………………………………...…35-42<br />

Penggunaan media gambar untuk meningkatkan kemampuan menulis cerita<br />

fantasi mahasiswa PGSD FKIP Universitas Riau<br />

Otang Kurniawan dan Jismulatif………………………………...….43-51


JURNAL PENDIDIKAN<br />

JOURNAL OF EDUCATION<br />

Penanggung Jawab<br />

Prof. Dr. Usman M. Tang, MS<br />

(Ketua Lembaga Penelitian Universitas Riau)<br />

Ketua Dewan Editor<br />

Dr. Caska, M.Si<br />

Anggota Dewan Editor<br />

Prof. Dr. Almasdi Syahza, SE. MP.<br />

Prof.Dr. Zulfan Saam, MS<br />

Dr. Hasnah Fauziah, M.Hum<br />

Dr. Dudung Burhanuddin, M.Pd<br />

Dr..Henny Indrawati, SP,MM<br />

Dr. Gimin, M.Pd<br />

Editor Teknik<br />

Drs.Jismulatif,M.Hum<br />

Alamat Penerbit/Redaksi:<br />

Lembaga Penelitian Universitas Riau<br />

Kampus Binawidya Simpang Panam Pekanbaru<br />

Telp. (0761) 567093<br />

Fax (0761) 63279<br />

Email: ur_jurnal_pendidikan@yahoo.com<br />

Email: faizjis@yahoo.co.id<br />

Terbit 2 kali dalam satu tahun: April, Oktober


JURNAL PENDIDIKAN<br />

JOURNAL OF EDUCATION<br />

Penanggung Jawab<br />

Prof. Dr. Usman M. Tang, MS<br />

(Ketua Lembaga Penelitian Universitas Riau)<br />

Ketua Dewan Editor<br />

Dr. Caska, M.Si<br />

Anggota Dewan Editor<br />

Prof. Dr. Almasdi Syahza, SE. MP.<br />

Prof.Dr. Zulfan Saam, MS<br />

Dr. Hasnah Fauziah, M.Hum<br />

Dr. Dudung Burhanuddin, M.Pd<br />

Dr..Henny Indrawati, SP,MM<br />

Dr. Gimin, M.Pd<br />

Editor Teknik<br />

Drs.Jismulatif,M.Hum<br />

Alamat Penerbit/Redaksi:<br />

Lembaga Penelitian Universitas Riau<br />

Kampus Binawidya Simpang Panam Pekanbaru<br />

Telp. (0761) 567093<br />

Fax (0761) 63279<br />

Email: ur_jurnal_pendidikan@yahoo.com<br />

Email: faizjis@yahoo.co.id<br />

Terbit 2 kali dalam satu tahun: April, Oktober


Elfizar dan Alfirman<br />

Jurnal Pendidikan<br />

<strong>Peningkatan</strong> <strong>Kualitas</strong> <strong>Pembelajaran</strong> <strong>Jaringan</strong> <strong>Komputer</strong><br />

<strong>Peningkatan</strong> <strong>Kualitas</strong> <strong>Pembelajaran</strong><br />

<strong>Matakuliah</strong> <strong>Jaringan</strong> <strong>Komputer</strong><br />

Menggunakan Teknik Turnamen Belajar<br />

Elfizar dan Alfirman<br />

Program Studi Manajemen Informatika FMIPA Universitas Riau Pekanbaru<br />

Email : izars@yahoo.com<br />

ABSTRAK: <strong>Matakuliah</strong> <strong>Jaringan</strong> <strong>Komputer</strong> di Program Studi Manajemen Informatika FMIPA<br />

Universitas Riau adalah salah satu matakuliah inti yang harus dipahami dan dikuasai oleh mahasiswa.<br />

Sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan pemahaman mahasiswa, pada penelitian digunakan Teknik<br />

Turnamen Belajar sebagai salah satu metode yang akan digunakan dalam proses perkuliahan. Mahasiswa<br />

pertama kali dikelompokkan berdasarkan nilai Indeks Prestasi Kumulatif (IPK). Dalam suatu kelompok<br />

harus terdiri dari mahasiswa yang memiliki IPK tinggi, sedang dan rendah. Setelah diberikan materi<br />

yang harus didiskusikan, mahasiswa selanjutnya diuji dengan beberapa pertanyaan tertulis secara individu.<br />

Hasil individu ini dikumpulkan oleh masing-masing ketua kelompok untuk dihitung rata-ratanya yang<br />

selanjutnya disebut sebagai nilai kelompok. Keseluruhan langkah diatas disebut sebagai satu ronde.<br />

Penelitian ini melibatkan dua siklus yang masing-masingnya memiliki dua ronde. Evaluasi turnamen<br />

untuk setiap siklus ditentukan berdasarkan nilai UTS (untuk siklus I) dan nilai UAS (untuk siklus II).<br />

<strong>Kualitas</strong> pembelajaran diukur berdasarkan nilai akhir mahasiswa yang dihitung berdasarkan nilai ratarata<br />

kelompok, nilai UTS, dan nilai UAS. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa Teknik Turnamen<br />

Belajar mampu meningkatkan kualitas pembelajaran matakuliah ini dengan persentase nilai A dan B<br />

yang berhasil diperoleh mahasiswa jauh lebih besar dibandingkan dengan tahun akademis sebelumnya.<br />

Katakunci : <strong>Jaringan</strong> komputer, <strong>Kualitas</strong> pembelajaran, Turnamen Belajar.<br />

ABSTRACT:Computer network study in Manajemen Informatika, MIPA faculty, Riau University is<br />

one of essential study program that must be comprehended by students. As one of efforts to increase<br />

student comprehension, Tournament Study Technic is considere to be used in study process.As first,<br />

students will be grouped based on IPK. In a group consisting of students who gets high, average, and<br />

low IPK. After giving the exact material for discussion, students will be tested with some individual<br />

written question. The individual’s result submitted by each group leader to find the average score and<br />

then will be considered group score. All of phases above is regarded as first round. This research<br />

involves two cycles that each group has two rounds. The tournament’s evaluation for each cycles will<br />

be decided by UTS assessment (For first cycle) and UAS assessment (for second cycle). The learning<br />

quality measured by the final score of students will be grouped by the students’ average values, UTS<br />

values, and UAS values. The result of this reserch shows that the Tournament Study Technic is able to<br />

increase the learning quality in this subject with the value A and B percentage is increasing than the<br />

previous academic year.<br />

Keyword: Computer Network, Learning Quality, Tournament Study.<br />

1


Elfizar dan Alfirman<br />

Jurnal Pendidikan<br />

<strong>Peningkatan</strong> <strong>Kualitas</strong> <strong>Pembelajaran</strong> <strong>Jaringan</strong> <strong>Komputer</strong><br />

PENDAHULUAN<br />

<strong>Jaringan</strong> <strong>Komputer</strong> (MAI2202) merupakan<br />

salah satu matakuliah inti yang terdapat<br />

pada kurikulum Program Studi Manajemen<br />

Informatika Jurusan Matematika FMIPA Universitas<br />

Riau. <strong>Matakuliah</strong> ini harus dikuasai mahasiswa<br />

ketika setiap komputer yang ada dimanapun<br />

perlu berinteraksi dengan dunia luar (Internet).<br />

<strong>Matakuliah</strong> ini memiliki beban 3 SKS dan<br />

disajikan pada semester keempat. Adapun materi<br />

yang terkandung pada matakuliah ini adalah :<br />

Pengertian <strong>Jaringan</strong> <strong>Komputer</strong>, Model Arsitektur :<br />

ISO OSI dan TCP/IP, Topologi jaringan,<br />

Ethernet, Media Transmisi, Perancangan LAN,<br />

Pengalamatan IP, Subneting, dan Routing<br />

(Universitas Riau, 2009).<br />

Data nilai akhir mahasiswa yang mengambil<br />

matakuliah ini pada T.A. 2007/2008 dan<br />

T.A. 2008/2009 adalah sebagai berikut: pada T.A.<br />

2007/2008, prosentasi mahasiswa yang mendapatkan<br />

nilai A, B, C, dan D secara berturut-turut<br />

adalah 5,88%, 30,88%, 47,06%, dan 16,18%.<br />

Kemudian pada T.A. 2008/2009 prosentasi<br />

mahasiswa yang mendapatkan nilai A, B, C, dan<br />

D secara berturut-turut adalah 8,56%, 39,83%,<br />

41,53%, dan 10,08%. Berdasarkan data tersebut<br />

walaupun terdapat peningkatan namun masih<br />

sangat kecil. Artinya, dapat dikatakan bahwa<br />

kemampuan penguasaan materi oleh mahasiswa<br />

terhadap matakuliah ini relatif tidak merata dan<br />

hampir sebagian besar kemampuannya masih<br />

sangat rendah. Kemudian, jelas terlihat bahwa<br />

prosentasi mahasiswa lebih banyak tersebar pada<br />

nilai di bawah B, dan sedikit sekali mahasiswa<br />

yang mendapatkan nilai A.<br />

Untuk mengatasi masalah diatas, diperlukan<br />

inovasi yang mampu membuat perkuliahan<br />

menjadi lebih menarik dan disukai mahasiswa serta<br />

membangkitkan motivasi mahasiswa dalam<br />

berkompetisi sehingga terjadi peningkatan kualitas<br />

pembelajaran.<br />

Menurut Silberman (2006), pembelaja-<br />

ran melalui turnamen merupakan teknik pembelajaran<br />

yang menggabungkan belajar kelompok<br />

dengan kompetisi kelompok. Salah satu tahap<br />

yang terdapat pada teknik turnamen belajar ini<br />

adalah membagi mahasiswa menjadi beberapa<br />

kelompok yang beranggotakan 2 sampai 8 orang<br />

yang berkemampuan akademik tinggi, sedang dan<br />

rendah.<br />

Mahasiswa yang mempunyai kelebihan<br />

dengan ikhlas mau membantu mereka yang<br />

mempunyai kekurangan, sebaliknya mereka yang<br />

mempunyai kekurangan dengan rela hati mau<br />

belajar dari mereka yang mempunyai kelebihan<br />

tanpa ada rasa minder. Persaingan yang positif<br />

pun terjadi di perkuliahan dalam rangka untuk<br />

mencapai prestasi belajar yang optimal. Inilah<br />

yang diharapkan, yakni mahasiswa yang aktif,<br />

kreatif dan mandiri (Suparno, 2000).<br />

METODE PENELITIAN<br />

Penelitian ini dilaksanakan di Program<br />

Studi Manajemen Informatika FMIPA Universitas<br />

Riau. Waktu penelitian dilaksanakan pada<br />

semester genap tahun akademis 2009/2010.<br />

Subjek penelitian adalah mahasiswa Program<br />

Studi Manajemen Informatika yang mengambil<br />

<strong>Matakuliah</strong> <strong>Jaringan</strong> <strong>Komputer</strong> yang berjumlah<br />

33 orang, sedangkan objek penelitian adalah hasil<br />

belajar dan respon mahasiswa terhadap strategi<br />

yang digunakan.<br />

Penelitian dilakukan dalam dua siklus<br />

dimana setiap siklusnya meliputi tahap-tahap: (1)<br />

perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) evaluasi, dan<br />

(4) refleksi tindakan.<br />

HASIL DAN PEMBAHASAN<br />

Dari 33 orang mahasiswa yang mengambil<br />

matakuliah ini selanjutnya dibagi menjadi 7<br />

kelompok. Lima kelompok pertama beranggotakan<br />

5 orang, sedangkan dua kelompok<br />

berikutnya beranggotakan 4 orang. Anggota<br />

masing-masing kelompok ditentukan berdasarkan<br />

2


Elfizar dan Alfirman<br />

Jurnal Pendidikan<br />

<strong>Peningkatan</strong> <strong>Kualitas</strong> <strong>Pembelajaran</strong> <strong>Jaringan</strong> <strong>Komputer</strong><br />

VII<br />

VI<br />

Kelompok<br />

V<br />

IV<br />

III<br />

Sesi II Ronde 2<br />

Sesi II Ronde 1<br />

Sesi I Ronde 2<br />

Sesi I Ronde 1<br />

II<br />

I<br />

0 20 40 60 80 100 120<br />

Nilai<br />

Gambar 1. Perbandingan nilai kelompok untuk setiap ronde dan siklus<br />

nilai Indeks Prestasi Kumulatif (IPK).<br />

Setelah memberikan materi perkuliahan<br />

kepada kelompok untuk dipelajari bersama,<br />

turnamen dilaksanakan dengan cara memberikan<br />

beberapa pertanyaan kepada mahasiswa. Setiap<br />

mahasiswa harus menjawab pertanyaan secara<br />

individu (bukan diskusi kelompok).<br />

Lembar jawaban diatas langsung dikoreksi<br />

dengan cara saling menukarkannya kepada<br />

mahasiswa lain yang berbeda kelompok. Setelah<br />

dinilai lembar jawaban tadi diserahkan kembali<br />

kepada pemiliknya. Masing-masing ketua<br />

kelompok membuat rekapitulasi nilai setiap<br />

anggota kelompoknya. Rata-rata nilai anggota ini<br />

merupakan nilai untuk kelompok tersebut. Semua<br />

kegiatan yang dilakukan diatas disebut sebagai<br />

satu ronde dari turnamen belajar. Untuk lebih<br />

memahami materi yang diberikan, turnamen ini<br />

dilaksanakan dengan menggunakan dua ronde<br />

pada setiap siklus.<br />

Berdasarkan nilai yang diperoleh mahasiswa<br />

dalam setiap ronde dapat dilihat bahwa<br />

dalam satu kelompok nilai yang diperoleh oleh<br />

mahasiswa tidak jauh berbeda dengan mahasiswa<br />

lainnya yang berada dalam kelompok tersebut.<br />

Ini menunjukkan bahwa terjadi transfer kemampuan<br />

antar sesama anggota dalam satu kelompok.<br />

Perbandingan nilai yang diperoleh oleh<br />

kelompok dalam setiap ronde dan siklus dapat<br />

dilihat pada Gambar 1. Selanjutnya dari Gambar<br />

1 dapat diperhatikan bahwa terdapat kecenderungan<br />

bahwa nilai kelompok mengalami<br />

kenaikan pada setiap ronde untuk satu siklus,<br />

terutama nilai kelompok pada siklus II. Ini merupakan<br />

suatu indikator yang menunjukkan bahwa<br />

kemampuan mahasiswa mengalami peningkatan<br />

dengan melakukan diskusi kelompok.<br />

Evaluasi penggunaan metode turnamen ini<br />

dilihat berdasarkan dua hal. Pertama adalah<br />

berdasarkan nilai ujian tengah semester (UTS)<br />

untuk melihat keberhasilan metode pada siklus I<br />

dan berdasarkan nilai ujian akhir semester (UAS)<br />

untuk melihat keberhasilan pada siklus II. Kedua<br />

adalah berdasarkan nilai akhir yang diperoleh<br />

mahasiswa yang mengkombinasikan nilai turnamen,<br />

UTS, dan UAS untuk melihat keberhasilan<br />

mahasiswa secara menyeluruh.<br />

Dari data UTS dan UAS yang didapatkan<br />

mahasiswa, walaupun nilai UTS mahasiswa<br />

yang tertinggi masih terlalu jauh perbedaannya<br />

dengan nilai UTS mahasiswa yang terendah,<br />

namun jika dilihat nilai UTS ini perkelompok maka<br />

dapat dikatakan bahwa seluruh kelompok memiliki<br />

nilai yang variasinya kecil. Prestasi ini semakin<br />

baik untuk nilai UAS dimana mahasiswa<br />

memperoleh nilai tertinggi 95 dan nilai terendah<br />

75. Kemudian kalau dilihat nilai UAS ini<br />

perkelompok, maka nilai mahasiswa dalam satu<br />

kelompok cenderung sama (variansinya cukup<br />

kecil). Artinya kemampuan mahasiswa dalam satu<br />

kelompok semakin merata.<br />

Total nilai akhir mahasiswa untuk <strong>Matakuliah</strong><br />

<strong>Jaringan</strong> <strong>Komputer</strong> ini dihitung menggunakan<br />

rumus :<br />

3


Elfizar dan Alfirman<br />

Jurnal Pendidikan<br />

<strong>Peningkatan</strong> <strong>Kualitas</strong> <strong>Pembelajaran</strong> <strong>Jaringan</strong> <strong>Komputer</strong><br />

Total = (40%*UAS) +<br />

(30%*UTS)+(30%*NT i<br />

)<br />

dengan NT i<br />

adalah rata-rata nilai kelompok kei<br />

untuk 4 ronde yang dihitung dari rumus :<br />

( NK + NK + NK NK ) 4<br />

NT<br />

i<br />

=<br />

i11 i12<br />

i<br />

+<br />

21 i22<br />

dimana :<br />

NK<br />

i 11<br />

= Nilai Kelompok i pada Siklus I Ronde<br />

1<br />

NK<br />

i 12<br />

= Nilai Kelompok i pada Siklus I<br />

Ronde 2<br />

NK<br />

i 21<br />

= Nilai Kelompok i pada Siklus II<br />

Ronde 1<br />

NK<br />

i 22<br />

= Nilai Kelompok i pada Siklus II<br />

Ronde 2<br />

Nilai total diatas digunakan untuk<br />

menghitung nilai akhir mahasiswa menggunakan<br />

ketentuan yang terdapat pada Tabel 1. Ketentuan<br />

ini sama dengan ketentuan yang digunakan pada<br />

penilaian tahun akademis sebelumnya.<br />

Tabel 1. Kriteria penentuan nilai akhir<br />

Tabel 2. Penyebaran nilai akhir mahasiswa<br />

Jumlah mahasiswa yang<br />

Kelomp<br />

mendapatkan nilai akhir<br />

ok<br />

A B C D E<br />

I - 4 1 - -<br />

II - 5 - - -<br />

III 2 3 - - -<br />

IV 1 3 1 - -<br />

V 2 3 - - -<br />

VI 1 1 2 - -<br />

VII 1 2 1 - -<br />

Total 7 21 5 - -<br />

Persent<br />

ase<br />

21,21<br />

%<br />

63,64<br />

%<br />

15.15<br />

%<br />

- -<br />

4


Elfizar dan Alfirman<br />

Jurnal Pendidikan<br />

<strong>Peningkatan</strong> <strong>Kualitas</strong> <strong>Pembelajaran</strong> <strong>Jaringan</strong> <strong>Komputer</strong><br />

Berdasarkan total nilai dan nilai akhir yang<br />

diperoleh mahasiswa dapat dihitung penyebaran<br />

nilai untuk setiap kelompok seperti yang tertera<br />

pada Tabel 2. Jelas terlihat bahwa penyebaran nilai<br />

akhir mahasiswa lebih banyak terdapat pada nilai<br />

A dan B. Dibandingkan dengan tahun akademis<br />

sebelumnya jelas hasil ini mengalami peningkatan<br />

yang signifikan.<br />

KESIMPULAN<br />

Dari hasil penelitian dan pembahasan<br />

yang telah dilakukan dapat ditarik beberapa<br />

kesimpulan sebagai berikut:<br />

1. Teknik Turnamen Belajar berhasil diterapkan<br />

pada perkuliahan <strong>Jaringan</strong> <strong>Komputer</strong><br />

karena dapat memberikan kesempatan<br />

kepada mahasiswa dalam suatu<br />

kelompok untuk saling mentransfer<br />

pengetahuannya kepada yang lain dan<br />

saling berkompetisi dengan kelompok lain<br />

untuk menjadi yang terbaik.<br />

2. Teknik Turnamen Belajar yang diterapkan<br />

telah meningkatkan kualitas mahasiswa<br />

yang mengambil <strong>Matakuliah</strong> <strong>Jaringan</strong><br />

<strong>Komputer</strong> sehingga menghasilkan persentasi<br />

kelulusan 100% dengan nilai<br />

terendah C dan memiliki persentase terbanyak<br />

yaitu pada nilai A dan B.<br />

DAFTAR PUSTAKA<br />

Dimyati dan Mudjiono. 1999. Belajar dan<br />

<strong>Pembelajaran</strong>. Rineka Cipta. Jakarta.<br />

Kemp, J.E. 1994. Proses perancangan<br />

pengajaran. Penerbit ITB. Bandung<br />

Lammle, Todd. 2004. CCNA Study<br />

Guide. Sybex.<br />

Sardiman. 2001. Interaksi dan Motivasi Belajar<br />

Mengajar. Raja Grafindo Persada.<br />

Jakarta.<br />

Silberman, M. 2006. Active Learning: 101<br />

Strategi <strong>Pembelajaran</strong> Aktif.<br />

Terjemahan Raisul Muttaqien. Nusamedia.<br />

Bandung.<br />

Slavin, R. 1995. Cooperative Learning Theory<br />

Research and Practise. Allyn and<br />

Bacon. Boston<br />

Suparno, A. S. 2000. Membangun Kompetensi<br />

Belajar. Direktorat Jenderal Pendidikan<br />

Tinggi Departemen Pendidikan<br />

Nasional. Jakarta.<br />

Universitas Riau. 2009. Buku Pedoman Fakultas<br />

Matematika dan Ilmu Pengetahuan<br />

Alam Universitas Riau.<br />

Unri-Press. Pekanbaru.<br />

5


Susda Heleni, Zulkarnain<br />

Jurnal Pendidikan1<br />

<strong>Pembelajaran</strong> Masalah dan Kooperatif Tipe TAI<br />

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA<br />

KELAS X 1<br />

MAN 2 MODEL PEKANBARU MELALUI<br />

PEMBELAJARAN BERDASARKAN MASALAH<br />

DAN KOOPERATIF TIPE TAI<br />

Susda Heleni, Zulkarnain<br />

Program Studi Pendidikan Matematika FKIP UNRI<br />

Pekanbaru, Riau, Indonesia<br />

ABSTRAK: Tujuan pembelajaran matematika di Madrasah Aliyah (MA) yang tercantum dalam<br />

kurikulum 2004 adalah mengembangkan aktifitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi dan penemuan<br />

serta mengembangkan kemampuan memecahkan masalah (Depdiknas, 2004). Tujuan ini, tidaklah mudah<br />

dicapai oleh siswa MA. Madrasah Aliyah memiliki dua jenis mata pelajaran yaitu mata pelajaran yang<br />

sifatnya umum dan mata pelajaran agama. Namun pihak sekolah mengharapkan siswa mampu menguasai<br />

kedua jenis mata pelajaran ini dan mencapai hasil belajar yang tinggi. Kenyataan yang terjadi di lapangan<br />

menunjukkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran umum masih rendah terutama pada pelajaran<br />

matematika. Tuntutan dari tujuan pembelajaran matematika yang tercantum pada kurikulum 2004 ini<br />

sesuai dengan teori konstruktivisme. Teori ini menganjurkan keterlibatan siswa secara aktif dalam<br />

pembelajaran yang berpusat pada siswa. Salah satu model pembelajaran yang berdasarkan teori<br />

konstruktivisme adalah model pembelajaran berdasarkan masalah. Dari beberapa hasil penelitian, terlihat<br />

gejala dimana pada model pembelajaran berdasarkan masalah belum terciptanya rasa tanggung jawab<br />

setiap individu (siswa) dalam menemukan informasi dan siswa yang dikategorikan pintar belum mempunyai<br />

rasa tanggung jawab untuk membantu siswa yang lemah dalam kegiatan kelompok. Untuk mengatasi<br />

masalah ini salah satu model pembelajaran yang menekankan pada tanggung jawab individu/anggota<br />

kelompok dalam menemukan informasi dan penekanan pada aspek sosial.adalah model pembelajaran<br />

kooperatif (Slavin, 1995). Salah satu model pembelajaran kooperatif yaitu TAI (Team Asisted<br />

Individualization) yaitu pembelajaran dimana setiap siswa berfungsi sebagai asisten dalam kelompoknya<br />

(Slavin, 1995). Berdasarkan hal tersebut, peneliti menerapkan pembelajaran berdasarkan masalah<br />

dengan kooperatif tipe TAI. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “ Apakah pembelajaran<br />

berdasarkan masalah dan kooperatif tipe TAI dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa<br />

kelas X 1<br />

MAN 2 Model Pekanbaru. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK).<br />

Bentuk penelitian ini adalah PTK kolaboratif. Subjek penelitian adalah siswa kelas X 1<br />

MAN 2 Model<br />

Pekanbaru berjumlah 32 orang (9 siswa laki-laki, 23 siswa perempuan). Hasil yang diperoleh dalam<br />

penelitian ini adalah model pembelajaran berdasarkan masalah dan kooperatif tipe TAI dapat<br />

meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas X 1<br />

MAN 2 Model Pekanbaru pada materi pokok<br />

ruang dimensi tiga.<br />

Kata Kunci: Konstruktivisme, <strong>Pembelajaran</strong> berdasarkan masalah, Kooperatif, TAI<br />

6


Susda Heleni, Zulkarnain<br />

Jurnal Pendidikan1<br />

<strong>Pembelajaran</strong> Masalah dan Kooperatif Tipe TAI<br />

ENHANCING STUDENTS’ LEARNING RESULTS OF<br />

MATHEMATICS AT X 1<br />

MAN 2 MODEL PEKANBARU<br />

THROUGH THE TEACHING AND LEARNING BASED ON PROBLEMS AND<br />

COOPERATIVE TYPE TAI<br />

ABSTRACT: The aims of the teaching and learning mathematics in Madrasah Aliyah (MA) mentioned<br />

in the 2004 curriculum is to develop creative activity that includes imagination, intuition, and invention,<br />

as well as to develop the ability in solving problems (Depdiknas, 2004). This aim is not easy to be<br />

reached by MA students. Madrasah Aliyah has two kinds of subjects, they are, general subjects and<br />

religion subjects. The school hopes that the students can master these two kinds of subjects and get<br />

good learning results. The real situation shows that the learning results of the students in the general<br />

subjects is still low, particularly in mathematics subject. The demand of the aims of the teaching and<br />

learning mathematics included in the 2004 curriculum is in accordance with the Constructivism theory.<br />

This theory suggests the involvement of students actively in the teaching and learning process centred<br />

on students. One of the teaching and learning models based on the Constructivism theory is the teaching<br />

and learning model based on problems. From several research findings, there has been phenomenon at<br />

the teaching and learning model based on problems and the students who are categorized smart have<br />

not had sense of responsibility to help poor students in group activity. To overcome this problem, one<br />

of the teaching and learning models that focuses on individual’s or members of the group’s responsibility<br />

in getting information and the stresses on social aspect is cooperative teaching and learning model,<br />

(Slavin, 1995). One of the cooperative teaching and learning models is TAI (Team Assisted<br />

Individualization) where each student functions as assistant in his/her group (Slavin, 1995). Based on<br />

that fact, the writer applies teaching and learning activity based on problems with cooperative TAI type.<br />

Formulation of the problem in this research is “ Can the teaching and learning model based on problems<br />

and cooperative type TAI increase students’ learning results in mathematics of the tenth one grade at<br />

MAN 2 Model Pekanbaru This is Classroom Action Research (CAR).The form of the research is<br />

collaborative Classroom Action Research. The subject is the tenth one grade at MAN 2 Model Pekanbaru<br />

that consists of 32 students (9 male and 23 female). The result of this research is that teaching and<br />

learning model based on problems and cooperative type TAI can increase students’ learning results of<br />

mathematics at the tenth one grade at MAN 2 Model Pekanbaru in the topic of Three Dimension<br />

Space.<br />

Key Words: Constructivism, Teaching and Learning based on Problems, Cooperative, TAI<br />

PENDAHULUAN<br />

Tujuan pembelajaran matematika di Madrasah<br />

Aliyah (MA) yang tercantum dalam kurikulum<br />

2004 adalah (1) melatih cara berpikir dan menalar<br />

dalam menarik kesimpulan, (2) mengembangkan<br />

aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi<br />

dan penemuan, (3) mengembangkan kemampuan<br />

memecahkan masalah, (4) mengembangkan<br />

kemampuan menyampaikan informasi atau mengkomunikasikan<br />

gagasan (Depdiknas, 2004).<br />

Ketercapaian tujuan pembelajaran matematika ini<br />

dapat dilihat dari hasil belajar matematika.<br />

MAN 2 Model Pekanbaru merupakan<br />

sekolah yang memiliki mata pelajaran umum<br />

ditambah dan pelajaran agama. Pihak sekolah<br />

mengharapkan adanya keseimbangan antara<br />

pelajaran umum dan pelajaran agama. Kenyataan<br />

7


Susda Heleni, Zulkarnain<br />

Jurnal Pendidikan1<br />

<strong>Pembelajaran</strong> Masalah dan Kooperatif Tipe TAI<br />

yang diperoleh hasil belajar siswa dalam pelajaran<br />

umum masih tergolong rendah, terutama pada<br />

pelajaran matematika. Rendahnya hasil belajar<br />

matematika tersebut dapat dilihat pada tabel 1<br />

dan tabel 2 berikut.<br />

Tabel 1. Persentase Daya Serap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas X MAN 2 Model Pekanbaru<br />

Pada Semester Genap Tahun Pelajaran 2002 – 2005.<br />

Pekanbaru Pada Semester Genap Tahun Pelajaran 2002 – 2005.<br />

No Materi Pokok Persentase Daya Serap Hasil Belajar<br />

2002-2003 2003-2004 2004 - 2005<br />

1 Perbandingan dan FungsiTrigonometri 55% 55% 45%<br />

2 Logika Matematika 55% 60% 55%<br />

3 Ruang Dimensi Tiga 40% 45% 50%<br />

Tabel 2. Ketuntasan Klasikal kelas X MAN 2 Model Pekanbaru pada Materi Pokok Sebelum<br />

Ruang Dimensi Tiga Tahun Pelajaran 2005/2006<br />

Materi Pokok<br />

Persentase Ketuntasan Klasikal<br />

Kls X 1 Kls X 2 Kls X 3 Kls X 4 Kls X 5 Kls X 6 Kls X 7 Kls X 8<br />

Trigonometri 48 50 50 50 60 55 56 50<br />

LogikaMamatematika 50 55 60 50 62 58 58 58<br />

Sumber: Guru Mata Pelajaran Matematika MAN MAN 2 Model 2 Model Pekanbaru Pekanbaru<br />

Usaha yang telah dilakukan guru untuk<br />

meningkatkan hasil belajar siswa diantaranya<br />

membentuk kelompok belajar, sistem diskusi,<br />

siswa ke depan kelas mengerjakan soal dan tanya<br />

jawab. Namun usaha tersebut belum juga dapat<br />

meningkatkan hasil belajar matematika siswa.<br />

Tuntutan kurikulum 2004, siswa hendaknya<br />

berfikir dan menalar dalam menarik<br />

kesimpulan, mengembangkan kreativitas, mampu<br />

memecahkan suatu permasalahan, mampu<br />

mengkomunikasikan gagasannya. Tuntutan<br />

kurikulum 2004 ini sesuai dengan teori konstruktivisme.<br />

Prinsip teori konstruktivisme adalah<br />

siswa harus mampu membangun pengetahuan<br />

dalam pikirannya dengan menemukan atau<br />

Tabel 3. Tahap-Tahap <strong>Pembelajaran</strong> Berdasarkan Masalah<br />

menerapkan sendiri ide-ide untuk mencapai<br />

tingkat pemahaman yang tinggi (Nur dan<br />

Wikandari, 2000). Teori konstruktivisme<br />

menganjurkan keterlibatan siswa secara aktif<br />

dalam pembelajaran yang berpusat pada siswa.<br />

Salah satu model pembelajaran yang berdasarkan<br />

teori konstruktivisme adalah model pembelajaran<br />

berdasarkan masalah. Model ini merupakan<br />

model pembelajaran yang membantu siswa<br />

mengembangkan ketrampilan berpikir, ketrampilan<br />

pemecahan masalah yang autentik dan<br />

menjadi pembelajar yang mandiri (Ibrahim dan<br />

Nur, 2000). Ibrahim dan Nur (2000) mengemukakan<br />

ada lima tahap pembelajaran berdasarkan<br />

masalah, dapat dilihat pada tabel 3 berikut.<br />

No Tahap Kegiatan Guru<br />

1 Orientasi Siswa Menjelaskan tujuan pembelajaran, mengajukan maslah,<br />

Kepada Masalah hal-hal yang dianggap perlu & memotivasi siswa dalam<br />

2 Mengorganisasikan<br />

Siswa Dalam belajar<br />

3 Membimbing penyelidikan<br />

individual<br />

maupun kelompok<br />

4 Mengembangkan dan<br />

menyajikan hasil karya<br />

5 Menyajikan dan mengevaluasi<br />

proses pemecahan<br />

masalah<br />

melakukan kegiatan pemecahan masalah<br />

Membantu siswa dalam mendefinisikan &<br />

mengorganisasikan tugas-tugas yang berkaitan dengan<br />

masalah<br />

Mendorong siswa dalam engumpulkan informasi yang<br />

diperlukan, melaksanakan eksperimen & penyelidikan<br />

untuk menjelaskan serta menyelesaikan masalah.<br />

Membantu siswa dalam merencanakan & menyiapkan<br />

karya yang sesuai seperti laporan, & membantu mereka<br />

untuk menyiapkan penyajian<br />

Membantu siswa merefleksikan & mengevaluasi tahap<br />

penyelidikan yang digunakan siswa<br />

8


Susda Heleni, Zulkarnain<br />

Jurnal Pendidikan1<br />

<strong>Pembelajaran</strong> Masalah dan Kooperatif Tipe TAI<br />

Model pembelajaran berdasarkan<br />

masalah sebaiknya dimodifikasikan dengan model<br />

pembelajaran yang menekankan pada tanggung<br />

jawab individu /anggota kelompok dalam<br />

menemukan informasi dan penekanan pada aspek<br />

sosial yang disebut dengan model pembelajaran<br />

kooperatif (Slavin, 1995). Model pembelajaran<br />

kooperatif memiliki keunggulan memotivasi siswa<br />

belajar dalam kelompok yaitu dari segi penghargaan<br />

kelompok dan kerjasama kelompok. Salah<br />

satu tipe model pembelajaran kooperatif adalah<br />

tipe TAI (Team Assisted Individualization) yaitu<br />

pembelajaran dimana setiap siswa berfungsi<br />

sebagai asisten dalam kelompoknya (Slavin,<br />

1995).<br />

Model pembelajaran berdasarkan masalah<br />

dan kooperatif tipe TAI yang dimaksud<br />

dalam penelitian ini adalah model pembelajaran<br />

yang mengajak siswa untuk belajar melakukan<br />

pemecahan masalah matematika dengan berkelompok<br />

dimana setiap anggota kelompok diberi<br />

tanggung jawab untuk menjadi asisten dalam<br />

kelompoknya.<br />

Rumusan masalah dalam penelitian<br />

ini:”Apakah pembelajaran berdasarkan masalah<br />

dan kooperatif tipe TAI dapat meningkatkan hasil<br />

belajar matematika siswa kelas X 1<br />

MAN 2<br />

Model Pekanbaru”. Penelitian ini bertujuan untuk<br />

meningkatkan hasil belajar matematika siswa<br />

kelas X 1<br />

MAN 2 Model Pekanbaru melalui<br />

pembelajaran berdasarkan masalah dan kooperatif<br />

tipe TAI. Penelitian ini diharapkan bermanfaat<br />

bagi: (1) Siswa, untuk meningkatkan hasil belajar<br />

matematika siswa kelas X 1<br />

MAN 2 Model<br />

Pekanbaru terutama pada materi pokok Ruang<br />

Dimensi Tiga, (2) Guru matematika MAN 2<br />

Model Pekanbaru, sebagai bahan pertimbangan<br />

guru dalam memilih suatu model pembelajaran<br />

untuk meningkatkan aktivitas siswa, (3) Sekolah,<br />

dapat dikembangkan dalam proses pembelajaran<br />

di MAN 2 Model Pekanbaru.<br />

METODE PENELITIAN<br />

Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas<br />

(PTK). Menurut Suyanto (1997) PTK sebagai<br />

bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan<br />

melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat<br />

memperbaiki dan atau meningkatkan praktekpraktek<br />

pembelajaran di kelas secara lebih<br />

professional. Bentuk penelitian ini adalah PTK<br />

kolaboratif. Pelaksanaan tindakan dilakukan oleh<br />

peneliti, sedangkan guru sebagai pengamat.<br />

Tindakan yang dilakukan adalah pembelajaran<br />

berdasarkan masalah dan kooperatif tipe TAI.<br />

Subjek penelitian adalah siswa kelas X 1<br />

MAN 2 Model Pekanbaru berjumlah 32 orang<br />

terdiri dari 9 siswa laki-laki dan 23 siswa<br />

perempuan. Kelas ini dipilih karena mempunyai<br />

ketuntasan hasil belajar matematika secara<br />

klasikal paling rendah dibandingkan kelas X<br />

lainnya (lihat pada tabel 2).<br />

Instrumen dalam penelitian ini terdiri dari:<br />

(1) perangkat pembelajara: Skenario pembelajaran,<br />

Lembar kerja siswa (LKS), (2) Tes, terdiri<br />

dari placement tes, tes formatif dan tes unit, (3)<br />

Lembar pengamatan. Data yang diperlukan pada<br />

penelitian ini adalah data tentang aktivitas siswa<br />

selama proses pembelajaran berlangsung dan data<br />

hasil belajar.<br />

Teknik analisis data yang digunakan<br />

adalah analisis deskriptif yang bertujuan untuk<br />

mendeskripsikan data tentang aktivitas siswa<br />

selama proses pembelajaran dan data tentang<br />

ketuntasan hasil belajar matematika pada materi<br />

pokok ruang dimensi tiga. Analisis data tentang<br />

aktivitas siswa didasarkan dari hasil lembar<br />

pengamatan selama pelaksanaan tindakan.<br />

Analisis data tentang ketuntasan hasil belajar<br />

matematika diperoleh dari hasil tes formatif dan<br />

tes unit. Ketuntasan hasil belajar secara individu<br />

tercapai apabila seorang siswa mendapat skor e”<br />

60. Ketuntasan hasil belajar secara klasikal<br />

tercapai bila paling sedikit 85% siswa telah<br />

mencapai ketuntasan hasil belajar secara individu.<br />

Depdiknas (2004) menetapkan skor hasil belajar<br />

= 0,3 x rata-rata skor hasil penilaian kelas + 0,7<br />

x rata-rata skor ulangan blok. Dalam hal ini skor<br />

hasil penilaian kelas diambil dari nilai tes formatif<br />

dan skor ulangan blok diambil dari skor tes unit.<br />

9


Susda Heleni, Zulkarnain<br />

Jurnal Pendidikan1<br />

<strong>Pembelajaran</strong> Masalah dan Kooperatif Tipe TAI<br />

HASIL DAN PEMBAHASAN.<br />

Tahap pelaksanaan tindakan dalam penelitian ini<br />

adalah sebagai berikut.<br />

1) Tahap Persiapan<br />

Pada tahap ini dipersiapkan perangkat<br />

pembelajaran yang terdiri dari skenario pembelajaran,<br />

LKS, kisi-kisi tes formatif dan tes unit,<br />

soal tes formatif dan soal tes unit dan alternatif<br />

jawaban beserta skor penilaian tes formatif dan<br />

skor tes unit. Pada tahap ini peneliti juga membagi<br />

siswa dalam 6 kelompok belajar dan 16<br />

kelompok pengecekan. Pada tahap persiapan<br />

siswa diberikan tes awal (placement test).<br />

2) Tahap Pelaksanaan Tindakan<br />

Pelaksanaan tindakan dilakukan sebanyak<br />

6 kali pertemuan. Setiap pertemuan dimulai<br />

dengan tadarus (membaca ayat suci Alquran)<br />

selama 15 menit. Pada setiap pertemuan guru<br />

membagikan LKS. Kemudian guru mengajukan<br />

pertanyaan yang berhubungan dengan permasalahan<br />

yang ada pada LKS. Guru meminta<br />

tanggapan siswa tentang solusi dari permasalahan<br />

tersebut. Siswa mendiskusikan permasalahan<br />

tersebut pada kelompoknya masing-masing. Hasil<br />

diskusi setiap kelompok, ditulis pada karton yang<br />

telah disediakan Kemudian masing-masing<br />

perwakilan kelompok mempresentasikan hasilnya.<br />

Masing-masing kelompok diberikan waktu<br />

5 menit untuk mempresentasikan hasil kerja<br />

kelompoknya di depan kelas secara bergantian<br />

sesuai dengan nomor undian. Setelah peneliti<br />

bersama siswa menyimpulkan materi. Kemudian<br />

peneliti membagikan lembar tes formatif kepada<br />

masing-masing siswa. Soal tes formatif terdiri dari<br />

4 soal yang harus dikerjakan setiap siswa selama<br />

15 menit. Kemudian siswa diminta untuk saling<br />

menukarkan lembar jawabannya kepada pasangan<br />

yang menjadi teman kelompok pengecekannya.<br />

Peneliti membagikan lembar kunci<br />

jawaban tes formatif kepada setiap siswa untuk<br />

pengecekan. Siswa yang berhasil mendapatkan<br />

skor e” 50 dinyatakan lulus, sedangkan yang<br />

belum lulus diwajibkan untuk mengikuti tes<br />

formatif remedial yang dilaksanakan di luar jam<br />

pelajaran. Pada pertemuan keenam dilaksanakan<br />

tes unit. Hasil yang diperoleh setelah tindakan<br />

dilakukan adalah sebagai berikut<br />

1) Nilai Perkembangan Kelompok<br />

Penghargaan kelompok yang diperoleh<br />

siswa pada setiap sub materi pokok dalam matei<br />

pokok Ruang Dimensi Tiga dapat dilihat pada<br />

table 4 berikut.<br />

Tabel 4.<br />

Penghargaan Kelompok Melalui <strong>Pembelajaran</strong> Berdasarkan Masalah dan Kooperatif Tipe<br />

TAI Pada Materi Pokok Ruang Dimensi Tiga<br />

No Sub Poko Bahasan Predikat<br />

Super/klpk<br />

Predikat<br />

Hebat/klkp<br />

Predikat<br />

Baik/klpk<br />

1 Volume Kubus dan Balok A & F B, C, D & F -<br />

2 Volume Prisma dan Limas C, D, E & F A & B -<br />

3 Volume Tabung C, D, E & F A & B -<br />

4 Volume Kerucut & Bola C, E, F A, B & D -<br />

2) Ketuntasan Hasil Belajar matematika<br />

Berdasarkan skor untuk setiap indicator<br />

pada tes formatif yang dilakukan sebanyak empat<br />

kali dapat dilihat pada tabel 5 berikut.<br />

Tabel 5. Analisis Hasil Tes Formatif<br />

Tabel 5. Analisis Hasil Tes Formatif<br />

No Tes Formatif Jumlah siswa yang lulus Persentase Siswa Lulus<br />

1 Tes formatif – 1 11 34,38<br />

2 Tes formatif – 2 4 12,50<br />

3 Tes Formatif – 3 30 93,75<br />

4 Tes Formatif - 4 28 87,50<br />

10


Susda Heleni, Zulkarnain<br />

Jurnal Pendidikan1<br />

<strong>Pembelajaran</strong> Masalah dan Kooperatif Tipe TAI<br />

Berdasarkan skor untuk setiap indikator pada tes<br />

unit, diperoleh persentase ketuntasan sebagai<br />

berikut.<br />

Tabel 6. Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Pada Tes Unit Untuk Setiap Indikator<br />

No Indikator Soal Jmlh Siswa<br />

yg Tuntas<br />

Persentase Siswa<br />

yg Tuntas(%)<br />

1 Menentukan rusuk, diagonal sisi, diagonal 22 68<br />

ruang dan volume kubus<br />

2 Menentukan diagonal ruang dan Volume Balok 21 65<br />

3 Menentukan luas permukaan, tinggi dan volume 8 25<br />

4 Menentukan volume dan luas permukaan limas 22 68<br />

5 Menentukan luas permukaan tabung dari 28 87<br />

volume tabung yang diberikan<br />

6 Menentukan volume kerucut 25 78<br />

7 Menentukan luas dan volume bola 28 87<br />

Dari tabel 6 terlihat bahwa persentase jumlah siswa<br />

dengan skor ed 60 terdapat pada setiap indikator,<br />

kecuali pada indikator ketiga. Pada tes unit yang<br />

nilainya < 60 diadakan tes unit remedial dengan<br />

soal serupa.Jumlah siswa yang mengikuti tes unit<br />

remedi adalah 22 orang. Persentase ketuntasan<br />

hasil belajar pada tes unit remedi dapat dilihat<br />

pada tabel 7 berikut.<br />

Tabel 7. Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Pada Tes Unit Remedial Untuk Setiap Indikator<br />

No Indikator Soal Jmlh Siswa<br />

yg Tuntas<br />

Persentase Siswa<br />

yg Tuntas(%)<br />

1 Menentukan rusuk, diagonal sisi, diagonal 22 100<br />

ruang dan volume kubus<br />

2 Menentukan diagonal ruang dan Volume Balok 22 100<br />

3 Menentukan luas permukaan, tinggi dan volume 15 68<br />

4 Menentukan volume dan luas permukaan limas 20 90<br />

5 Menentukan luas permukaan tabung dari 19 86<br />

volume tabung yang diberikan<br />

6 Menentukan volume kerucut 22 100<br />

7 Menentukan luas dan volume bola 22 100<br />

Dari tabel 7, terlihat bahwa untuk setiap indikator,<br />

persentase jumlah siswa dengan skor e” 60 telah<br />

tercapai. Berdasarkan hasil tes formatif dan tes<br />

Tabel 8. Ketuntasan Hasil belajar Siswa<br />

unit diperoleh skor hasil belajar siswa. Skor hasil<br />

belajar dibandingkan dengan skor dasar dapat<br />

dilihat pada tabel 8 berikut.<br />

No Kode<br />

Siswa<br />

Skor<br />

Dasar<br />

Skor Hasil<br />

Belajar<br />

No Kode<br />

Siswa<br />

Skor Dasar Skor Hasil<br />

Belajar<br />

1 IA-01 58 73,5 17 IA-17 50 76,81<br />

2 IA-02 62 79,91 18 IA-18 79 82,6<br />

3 IA-03 70 81,33 19 IA-19 64 80,48<br />

4 IA-04 62 78,84 20 IA-20 50 79,41<br />

5 IA-05 65 79,45 21 IA-21 76,7 71,17<br />

6 IA-06 35 75,25 22 IA-22 66,7 82,25<br />

7 IA-07 45 76,59 23 IA-23 95 98,34<br />

8 IA-08 56,5 76,68 24 IA-24 96,5 94,97<br />

9 IA-09 80 83,33 25 IA-25 60 77,49<br />

10 IA-10 66 78,46 26 IA-26 75 77,65<br />

11 IA-11 50 76,84 27 IA-27 53 81,09<br />

12 IA-12 61,7 78,21 28 IA-28 80,2 82,67<br />

13 IA-13 42,5 77,16 29 IA-29 60,9 78,40<br />

14 IA-14 85 92,20 30 IA-30 78 83,95<br />

15 IA-15 74,5 78,53 31 IA-31 30 80,02<br />

16 IA-16 54,8 75,31 32 IA-32 50 88,61<br />

11


Susda Heleni, Zulkarnain<br />

Jurnal Pendidikan1<br />

<strong>Pembelajaran</strong> Masalah dan Kooperatif Tipe TAI<br />

Dari tabel disamping terlihat bahwa masih terdapat<br />

2 orang siswa yang skor hasil belajarnya lebih<br />

rendah dibandingkan dengan skor dasarnya, yaitu<br />

siswa dengan kode siswa IA-21 dan IA-24.<br />

KESIMPULAN<br />

Kesimpulan yang diperoleh: <strong>Pembelajaran</strong><br />

berdasarkan masalah dan kooperatif tipe TAI<br />

dapat meningkatkan hasil belajar matematika<br />

siswa kelas X 1<br />

MAN 2 Model Pekanbaru pada<br />

materi pokok Ruang Dimensi Tiga.<br />

DAFTAR PUSTAKA<br />

Depdiknas, 2004, Pedoman Pengembangan<br />

Instrumen dan Penilaian. Diperbanyak<br />

oleh Pusat Kurikulum Depdiknas,<br />

Jakarta Pusat<br />

Depdiknas, 2004. Kurikulum Berbasis<br />

Kompetensi (Mata Pelajaran Matematika:<br />

SMA. Diperbanyak oleh<br />

Pusat Kurikulum Depdiknas, Jakarta<br />

Pusat<br />

Ibrahim, M dan Nur, M. 2000. <strong>Pembelajaran</strong><br />

Berdasarkan Masalah, Unesa-University<br />

Press, Surabaya.<br />

Nur, M dan Wikandari, Prima Retno, 2000.<br />

Pengajaran berpusat Kepada Siswa<br />

dan Pendekatan Konstruktivis dalam<br />

Pengajaran, Universitas Negeri Surabaya,<br />

Surabaya.<br />

Slavin, Robert E. 1995. Cooperative Learning<br />

Theory and Practice, Second Edition,<br />

Allyn and Bacon Publisher, Boston<br />

Suyanto, 1996. Pedoman pelaksanaan Penelitian<br />

Tindakan Kelas (PTK), DIKTI,<br />

Yogyakarta<br />

12


Zulkarnain<br />

Jurnal Pendidikan<br />

Pemberian Soal Cerita dalam <strong>Peningkatan</strong> Hasil Belajar Matematika<br />

PEMBELAJARAN YANG DIAWALI DENGAN PEMBERIAN SOAL CERITA UNTUK<br />

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS V-A SDN 004<br />

RUMBAI PEKANBARU<br />

Zulkarnain<br />

Program Studi Pendidikan Matematika FKIP UNRI<br />

Pekanbaru, Riau, Indonesia<br />

ABSTRAK: Penelidikan ini bertujuan mengkaji penggunaan pengajaran dan pembelajaran matematik<br />

melalui soalan berayat berbentuk kontekstual dalam matematik di sekolah rendah. Penyelidikan mengkaji<br />

impak daripada penggunaan pengajaran dan pembelajaran matematik melalui soalan berayat berbentuk<br />

kontekstual, iaitu: (1) pencapaian matematik pelajar, (2) perbezaan sikap pelajar terhadap matematik<br />

sebelum dan setelah pengajaran dan pembelajaran matematik melalui soalan berayat berbentuk<br />

kontekstual, dan (3) perbezaan motivasi pencapaian pelajar terhadap matematik sebelum dan setelah<br />

pengajaran dan pembelajaran matematik melalui soalan berayat berbentuk kontekstual. Kaedah kajian<br />

yang digunakan ialah penyelidikan tindakan yang dilakukan sebanyak tiga pusingan. Penyelidikan tindakan<br />

dilakukan secara kolaboratif antara penyelidik dan seorang guru matematik, serta subjek pelajar sebanyak<br />

21 orang pelajar tahun V (umur 10-11 tahun) di sebuah sekolah rendah di Pekanbaru, Riau, Indonesia.<br />

Kaedah pengumpulan data dilakukan melalui pemerhatian, ujian pra dan pos pencapaian matematik,<br />

dan soal selidik untuk mengukur: motivasi pencapaian dan sikap pelajar terhadap matematik. Hasil<br />

penyelidikan menunjukkan bahawa pembelajaran matematik melalui soalan berayat berbentuk<br />

kontekstual dapat mewujudkan peningkatan pencapaian matematik pelajar, motivasi pencapaian pelajar,<br />

sikap pelajar terhadap matematik.<br />

Kata Kunci: Soalan berayat, Pengajaran dan pembelajaran, kontekstual<br />

ABSTRACT: This study aims to examine the teaching and learning of mathematics through the use of<br />

contextual type of questions in a primary schools in Riau Province, Indonesia. This research study the<br />

impact of the use of the teaching and learning of mathematics through the use of contextual type of<br />

questions on: (1) student mathematics achievement, (2) student attitudes towards mathematics before<br />

and after the teaching and learning of mathematics through the use of contextual type of questions, and<br />

(3) achievement motivation of students of mathematics before and after the teaching and learning of<br />

mathematics through the use of contextual type of questions. The study used action research, conducted<br />

in three cycles. The actions research is implemented collaboratively; the researcher and a teacher of<br />

mathematics. 21 students from years V (age 10-11 years) were involved in this study. Methods of data<br />

collection is done through observation, interviews, video recording, audio recording, analytical memos,<br />

mathematics achievement tests, and questionnaires: to measure the achievement motivation and attitudes<br />

towards mathematics. The research results show that can increase student mathematics achievement,<br />

student achievement motivation and student attitudes towards mathematics<br />

Key words: Word problems, teaching and learning, contextual, motivation, attitude<br />

PENDAHULUAN<br />

Hasil belajar matematika siswa dapat dilihat dari<br />

kemampuannnya menyelesaikan soalan matematika<br />

yag terdiri dari soal non uraian (cerita) dan<br />

soal uraian (cerita). Soal cerita adalah soal yang<br />

disajikan dalam bentuk cerita dan berkaitan<br />

13


Zulkarnain<br />

Jurnal Pendidikan<br />

Pemberian Soal Cerita dalam <strong>Peningkatan</strong> Hasil Belajar Matematika<br />

dengan keadaan yang dialami siswa dalam<br />

kehidupan seharian. Sebagaimana tertera dalam<br />

buku panduan Umum Matematika sekolah<br />

(1994) bahwa ilmu hitung yang disiswai siswa<br />

harus berguna bagi mereka dalam kehidupan seharian.<br />

Oleh sebab itu, kepada siswa diajarkan<br />

soalan-soalan yang diambil daripada hal-hal yang<br />

terjadi dalam pengalaman-pengalaman siswa atau<br />

kehidupan seharian. Soal-soal yang demikian<br />

disebut soal cerita. Untuk menyelesaikan soalan<br />

cerita diperlukan langkah-langkah, yaitu menentukan<br />

hal yang diketahui, menentukan hal yang<br />

ditanya, membuat model matematika, melakukan<br />

perhitungan, dan menentukan jawab akhir sesuai<br />

dengan kehendak soal.<br />

Pemberian soal cerita merupakan suatu<br />

upaya mencapai tujuan pengajaran matematika<br />

yang bersifat formal dan material. Menurut<br />

Soedjadi (1990), tujuan pengajaran Matematika<br />

sekolah adalah terdiri daripada tujuan yang<br />

bersifat formal, iaitu berfokus pada pembentukan<br />

cara berfikir siswa dan pembentukan sikap<br />

peribadi. Seterusnya tujuan yang bersifat material<br />

yaitu berfokus pada (1) penguasaan bahan<br />

matematika, (2) penggunaan dan penerapan<br />

matematika, dan (3) keterampilan. Daripada<br />

tujuan di atas, aspek formal adalah aspek yang<br />

lebih menekankan pada pembentukan cara<br />

berfikir dan tercermin dengan adanya langkahlangkah<br />

dalam menyelesaikan soal cerita. Aspek<br />

material lebih menekankan kepada keterampilan<br />

menyelesaikan soal atau memecahkan masalah<br />

termasuk penggunaan matematika, dalam hal ini<br />

terlihat pada soal cerita yang disajikan dalam<br />

dalam bentuk cerita dan berkaitan dengan<br />

keadaan seharian.<br />

Mengembangkan kemampuan siswa dalam<br />

menyelesaikan soal cerita merupakan salah satu<br />

tujuan pengajaran matematika yang penting di<br />

sekolah, karena soal cerita dapat meningkatkan<br />

kemampuan pemecahan masalah. Keterampilan<br />

pemecahan masalah harus dimiliki siswa,<br />

sebagaimana dinyatakan oleh Soedjadi (1985)<br />

bahwa melalui kegiatan pemecahan masalah<br />

diharapkan pemahaman materi matematika akan<br />

lebih baik dan kreativitas siswa dapat ditimbulkan.<br />

Di sudut lain sekarang ini, matematika ialah<br />

salah satu mata siswaan yang kurang disukai siswa<br />

sejak mereka berada di sekolah rendah dan<br />

penguasaan siswa terhadap matematika juga<br />

rendah (Offner 1978; Pejabat Wilayah Departemen<br />

Pendidikan Nasional Riau 2004; Wirasto<br />

1987). Menteri Pendidikan dan Kebudayaan<br />

Indonesia Djojo negoro (1993) mengatakan<br />

bahwa penelitian di Indonesia menunjukkan<br />

tingkat penguasaan siswa terhadap matematika<br />

baru mencapai lebih kurang 34 %, begitu pula<br />

dengan hasil purata Nilai Ebtanas Murni (NEM)<br />

matematika masih rendah, iaitu purata 38,5.<br />

Seterusnya, hasil pencapaian pada ujian akhir<br />

nasional tahun 2003 didapati purata nilai<br />

matematika pada peringkat pendidikan asas<br />

sekitar 5.13 dan dari lima sub tema soalan ujian<br />

akhir nasional yang memuat soal cerita diperoleh<br />

nilai purata 5.03. Walaupun ada peningkatan nilai<br />

dari tahun 1993 ke tahun 2003, namun peningkatan<br />

nilai yang sudah dicapai belum mencukupi<br />

standad belajar minimal.<br />

Sementara itu, dari pengamatan penulis<br />

terhadap siswa sekolah dasar, siswa sekolah<br />

menengah, bahkan mahasiswa didapati bahwa<br />

pada umumnya mereka yang tidak biasa menyelesaikan<br />

soalan cerita. Padahal jika soalan tersebut<br />

diberikan dalam bentuk non cerita, mereka dapat<br />

menyelesaikannya. Clement (1982) dalam<br />

penelitiannya dengan sampel berukuran 150<br />

mahasiswa tahun pertama jurusan mesin, diperoleh<br />

hasil 65 % mahasiswa membuat kesalahan dalam<br />

mengubah kalimat sehari-hari yang sederhana ke<br />

dalam kalimat matematika. Mac Gregor dan<br />

Stacey (1993) juga mengadakan penelitian yang<br />

sama dan memberikan hasil yang tidak jauh<br />

berbeda.<br />

Selanjutnya, juga melalui pengamatan pada<br />

guru-guru sekolah dasar yang penulis jumpai saat<br />

pelatihan guru-guru kelas sekolah rendah di Riau<br />

sejak akhir tahun 1999 sampai 2003 dijumpai<br />

bahwa guru-guru tersebut banyak yang tidak<br />

memberikan dan mengajarkan secara menyeluruh<br />

penyelesaian soal cerita. Hal yang sama juga<br />

14


Zulkarnain<br />

Jurnal Pendidikan<br />

Pemberian Soal Cerita dalam <strong>Peningkatan</strong> Hasil Belajar Matematika<br />

dijumpai pada guru matematika sekolah lanjutan<br />

dan menengah yang penulis jumpai pada saat<br />

memberikan penataran dan saat mereka kuliah<br />

kembali di FKIP UNRI. Hal ini disebabkan oleh<br />

letak soalan-soalan berayat pada suatu latihan<br />

pada nomor-nomor akhir dan juga disebabkan<br />

oleh kemampuan guru yang masih kurang dalam<br />

menyelesaikan soal cerita.<br />

Purwoto (1987) menyatakan bahwa<br />

penerapan sistem penilaian dengan cara ujian<br />

objektif, dari tahun ke tahun membuat minat siswa<br />

untuk mengerjakan soalan matematika berbentuk<br />

ayat atau memecahkan soalan pembuktian makin<br />

berkurang. Siswa cenderung untuk memsiswai<br />

matematika dengan cara menghafal contohcontoh<br />

soalan atau memsiswai soalan yang telah<br />

ada pemecahannya atau kunci jawabannya.<br />

Kualiti guru mengajar masih perlu dipertingkatkan,<br />

walaupun projek pelatihan telah<br />

dijalankan ke atas pembinaan guru, akan tetapi<br />

kemahiran guru mengendalikan pengajaran dan<br />

pembelajaran belum menunjukkan hasil yang<br />

maksimum terhadap pengembangan sumber<br />

manusia. Terutama guru-guru di peringkat sekolah<br />

rendah dengan latar belakang pengetahuan dan<br />

kemahiran mereka yang terhad, sesetengah<br />

mereka masih menjalankan tugas relatif monotomi.<br />

Menurut Heuvel-Panhuizen dan Nur<br />

(2000) pengajaran dan pembelajaran kontekstual<br />

menekankan pada konteks sebagai awal pengajaran<br />

dan pembelajaran, sebagai ganti dari<br />

pengenalan konsep secara abstrak. Dalam<br />

pengajaran dan pembelajaran yang kontekstual<br />

proses pengembangan konsep-konsep dan<br />

gagasan-gagasan matematika bermula dari dunia<br />

nyata. Dunia nyata tidak hanya bererti konkrit<br />

secara fisik atau kasat mata, namun juga termasuk<br />

hal-hal yang dapat dibayangkan oleh alam fikiran<br />

siswa karena sesuai dengan pengalamannya. Hal<br />

ini berarti masalah-masalah yang digunakan pada<br />

awal pengajaran dan pembelajaran matematika<br />

yang kontekstual dapat berupa masalah-masalah<br />

yang sungguh-sungguh ada dalam kehidupan<br />

siswa atau masalah-masalah yang dapat dibayangkan<br />

sebagai masalah nyata oleh siswa.<br />

Sementara itu, Suwarsono (2002) menyatakan<br />

bahwa pembelajaran kontekstual dalam matematika<br />

sangat bermanfaat untuk menunjukkan<br />

beberapa hal kepada siswa, antara lain keterkaitan<br />

antara matematika dengan dunia nyata, kegunaan<br />

matematika bagi kehidupan manusia, dan matematika<br />

merupakan suatu ilmu yang tumbuh dari<br />

situasi kehidupan nyata.<br />

Berdasaran uraian di atas terlihat bahwa<br />

ketidakmampuan dan/atau kelemahan siswa dalam<br />

menyelesaikan soal cerita disebabkan oleh<br />

penerapan sistem penilaian yang kurang tepat dan<br />

kurang atau tidak diajarkannya cara menyelesaikan<br />

soal cerita oleh guru. Akibatnya jika siswa tidak<br />

mampu menyelesaikan soalan matematika yang<br />

berbentuk ayat maka siswa tersebut akan kesulitan<br />

dalam melanjutkan dan memsiswai matematika<br />

yang ada pada siswaan lain seperti Ekonomi, Fisika,<br />

dan Kimia. Sehingga dirasa perlu untuk mengadakan<br />

penelitian guna meningkatkan kemampuan<br />

siswa dalam menyelesaikan soal cerita.<br />

METODE PENELITIAN<br />

Penelitian ini menggunakan desain penelitian<br />

tindakan kolaboratif secara berterusan di dalam<br />

kelas selama tiga siklus. Kemmis dan Mc. Taggart<br />

(1988) menyatakan bahwa penelitian tindakan<br />

adalah penelitian tindakan kolaboratif, iaitu yang<br />

dilakukan oleh sekelompok peneliti melalui kerja<br />

sama dan kerja bersama. Dalam pelaksanaannya,<br />

penyelidik bekerja sama dengan seorang guru yang<br />

mengajar matematika pada siswa tahun V di<br />

sebuah sekolah rendah. Penelitian tindakan dipilih<br />

karena: pertama, intervensi yang dilakukan<br />

penyelidik pada pengajaran matematika untuk<br />

melakukan renovasi pengajaran dan pembelajaran<br />

yang membabitkan guru sebagai pengamal dalam<br />

penelitian. Kedua, kolaborasi antara penyelidik<br />

dan guru bagi merancang pelaksanaan pengajaran<br />

kontekstual dalam bilik darjah. Ketiga, penglibatan<br />

penyelidik adalah sebagai pemerhati dalam<br />

tindakan kelas kemudian melakukan refleksi<br />

bersama guru secara berterusan ke atas tindakan.<br />

Tindakan dilakukan dalam tiga siklus<br />

(Arikunto 2006; Kemmis dan Taggart 1988;<br />

15


Zulkarnain<br />

Jurnal Pendidikan<br />

Pemberian Soal Cerita dalam <strong>Peningkatan</strong> Hasil Belajar Matematika<br />

Suyanto 1997; Subahan Mohd Meerah et al.<br />

2000), supaya guru boleh melakukan perbaikan<br />

dan perubahan yang jelas dan nyata dalam<br />

pembelajaran matematika yang diawali dengan<br />

pemberian soal cerita. Seterusnya, guru tidak lagi<br />

menghadapi masalah dalam menjalankan tindakan<br />

kelas. Merujuk kepada desain penelitian diatas,<br />

subjek penelitian diambil secara bertujuan<br />

(purposive). Penelitian tindakan tidak menggunakan<br />

perkataan populasi, disebabkan penelitian<br />

ini tidaklah memerlukan sampel acak yang<br />

digenaralisasikan kepada populasi. Subjek yang<br />

diambil adalah siswa kelas V-a SDN 004 Rumbai<br />

Pekanbaru, Riau.<br />

Pada pelaksanaan tindakan, penyelidik<br />

bersama-sama guru sebagai pelaksana tindakan<br />

mengumpulkan data yang berhubungan dengan<br />

pembelajaran matematika yang diawali dengan<br />

pemberian soal cerita. Penyelidik bertindak<br />

sebagai pengamat sewaktu tindakan pembelajaran<br />

matematika yang diawali dengan pemberian<br />

soal cerita. Pada akhir setiap siklus<br />

tindakan dilakukan refleksi keatas hasil pelaksanaan<br />

tindakanyang dilakukan, bagi mengetahui<br />

perubahan dan peningkatan tindakan atau<br />

masalah yang terjadi. Perubahan atau masalah<br />

yang timbul adalah sebagai pertimbangan bagi<br />

merancang tindakan siklus berikutnya. Pelaksanaan<br />

tindakan dimulai pada tanggal 18-07-2008<br />

dan berakhir pada tanggal 21-11-2008 dapat<br />

dilihat pada Jadual 1.<br />

Pengambilan data dilakukan dengan cara<br />

melakukan pengamatan selama tindakan dilaksanakan<br />

dan memberikan ujian pra dan pos hasil<br />

belajar setiap siklus dan pemberian angket sikap<br />

sebelum dan sesudah penelitian tindakan. Angket<br />

sikap siswa terhadap matematika bersumberkan dari<br />

Aiken (1996). Teknik analisis data yang digunakan<br />

adalah analisis deskriptif yang bertujuan untuk<br />

mendeskripsikan data tentang aktivitas siswa selama<br />

proses pembelajaran. Penganalisisan data yang<br />

berkaitan dengan produk penggunaan pengajaran<br />

dan pembelajaran matematika melalui soalan berayat<br />

berbentuk kontekstual dianalisis secara “inferensi”.<br />

Jadual 1. Pelaksanaan Penelitian Tindakan<br />

No Kegiatan Siklus I Siklus II Siklus III<br />

1 Pre-test 18 - 07 - 2008 13 - 10 - 2008 03 - 11 - 2008<br />

2 Pertemuan I 21 - 07 - 2008 17 - 10 - 2008 07 - 11 - 2008<br />

3 Pertemuan II 25 - 07 - 2008 20 - 10 - 2008 10 - 11 - 2008<br />

4 Pertemuan III 28 - 07 - 2008 24 - 10 - 2008 14 - 11 - 2008<br />

5 Pertemuan IV 01 - 08 - 2008 27 - 10 - 2008 19 - 11 - 2008<br />

6 Post-test 04 - 08 - 2008 31 - 10 - 2008 21 - 11 - 2008<br />

Catatan: (1) Pretest angket sikap dilaksanakan<br />

pada tanggal 18-07-2008; dan (2) postest<br />

angket sikap pada tanggal 21-11-2008<br />

PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN<br />

Tahap pelaksanaan tindakan dalam enelitian ini<br />

adalah sebagai berikut:<br />

1. Tahap Persiapan - Pada tahap ini dipersiapkan<br />

perangkat pembelajaran yang terdiri dari<br />

rencana pelaksanaan pembelajaran, lembar<br />

tugas siswa, alat peraga, dan kisi-kisi tes<br />

ulangan harian. Selain itu juga dipersiapkan alat<br />

untuk mengumpulkan data sikap siswa terhadap<br />

matematika, yaitu angket sikap.<br />

2. Tahap Pelaksanaan Tindakan - Pelaksanaan<br />

tindakan dilakukan sebanyak tiga siklus dengan<br />

empat kali pertemuan setiap siklus. Setiap<br />

pertemuan dimulai dengan pemberian soal<br />

cerita diawal pembelajaran. Kemudian guru<br />

bersama siswa menyelesaikan soal cerita<br />

dengan menggunakan langkah-langkah<br />

penyelesaian soal cerita. Pada saat membuat<br />

model matematika, guru menjelaskan materi<br />

yang sedang disiswai.<br />

Dari hasil pengamatan selama pembelajaran<br />

berlangsung diperoleh bahwa ada perubahan<br />

16


Zulkarnain<br />

Jurnal Pendidikan<br />

Pemberian Soal Cerita dalam <strong>Peningkatan</strong> Hasil Belajar Matematika<br />

sikap siswa selama pengajaran berlangsung.<br />

Memang pada mulanya siswa masih merasa<br />

canggung dengan pengajaran yang diberikan guru,<br />

dikarenakan siswa sebelumnya belum pernah<br />

mendapat pengajaran seperti yang disenariokan.<br />

Pada akhir siklus pertama, sebahagian besar<br />

siswa sudah menunjukkan perubahan sikap, iaitu<br />

sikap mulai menyukai siswaan matematika. Hal<br />

ini, ditunjukkan oleh perilaku siswa yang mau aktif<br />

dalam proses pengajaran dan mau mengerjakan<br />

latihan soal yang diberikan guru ke papan tulis.<br />

Namun masih ada beberapa siswa yang belum<br />

memberikan respon yang baik sewaktu pengajaran<br />

berlangsung.<br />

Pada siklus kedua dan ketiga, makin terlihat<br />

respon yang baik diberikan sebahagian besar<br />

siswa terhadap siswaan yang diberikan guru. Para<br />

siswa sangat suka dan mau aktif bekerja pada<br />

saat guru memberikan alat bantu yang dikerjakan<br />

dalam proses menemukan konsep-konsep yang<br />

sedang disiswai saat itu. Siswa dengan senang hati<br />

dan mau mengangkat tangan sewaktu guru<br />

meminta siapa yang mau mengerjakan soal ke<br />

papan tulis. Tetapi, walaupun guru sudah berusaha<br />

memberikan motivasi dalam pengajaran dengan<br />

baik, masih ada juga beberapa siswa yang masih<br />

kurang perhatian pada saat pengajaran. Siswasiswa<br />

ini terkadang masih bermain dengan alat<br />

peraga yang masih ada di atas meja mereka,<br />

walaupun guru sudah meminta untuk berhenti<br />

bekerja. Mereka juga terlihat masih suka<br />

berbicara dengan teman sebangku sewaktu guru<br />

menjelaskan materi siswaan. Setelah diselidiki<br />

tentang latar belakang orang tua mereka, ternyata<br />

orang tua mereka berlatar belakang pendidikan<br />

yang rendah dan mereka juga termasuk keluarga<br />

miskin. Sehingga orang tua kurang memberikan<br />

perhatian kepada anaknya karena sibuk bekerja<br />

untuk mendapatkan penghasilan yang lebih<br />

banyak. Malahan mereka seringkali tidak makan<br />

pagi sewaktu berangkat sekolah, sehingga<br />

mereka terlihat kurang bersemangat sewaktu<br />

belajar, walaupun guru sudah berusaha untuk<br />

membangkitkan semangat mereka dengan<br />

pelbagai cara.<br />

Hasil belajar dari segi kognitif merujuk<br />

kepada hasil belajar siswa pada tajuk “operasi<br />

bilangan bulat”, “luas bidang datar”, dan “volum<br />

bangun ruang” . Pengukuran hasil pencapaian<br />

siswa menggunakan soal pra dan pos yang dibina<br />

oleh penyelidik dan guru. Hasil pencapaian siswa<br />

dianalisis menggunakan SPSS12. Hasil olahannya<br />

mendapatkan (1) t-tes pada materi “bilangan<br />

bulat” adalah 6.63; (2) t-tes materi “luas bidang<br />

datar” adalah 8.56; dan (3) t-tes materi “volum<br />

bangun ruang” adalah 8.68. Dari hasil t-tes ketiga<br />

materi diperoleh bahwa perbedaan antara pra dan<br />

pos hasil belajar matematika siswa yang<br />

menggunakan pembelajaran matematika yang<br />

diawali dengan pemberian soal cerita adalah<br />

signifikan pada alpha 0.05. Hal ini berarti terdapat<br />

peningkatan hasil belajar matematika siswa<br />

setelah penggunaan pembelajaran matematika<br />

yang diawali dengan pemberian soal cerita.<br />

Pencapaian dari segi afektif merujuk<br />

kepada sikap siswa terhadap matematika selepas<br />

menggunakan pembelajaran matematika yang<br />

diawali dengan pemberian soal cerita. Pengukuran<br />

sikap siswa terhadap matematika menggunakan<br />

angket sikap dari Aiken (1996) dengan empat<br />

skala dan 20 item. Hasil angket pra dan pos diuji<br />

menggunakan ujian tanda yang dianalisis menggunakan<br />

SPSS12, hasil olahannya memberikan<br />

“exact signifikan” 0.007. Hal ini berarti terdapat<br />

perbezaan sikap siswa terhadap Matematika<br />

sebelum dan setelah pengajaran dan pembelajaran<br />

matematika melalui soalan berayat berbentuk<br />

kontekstual. Hal ini bermakna adanya<br />

perubahan sikap siswa menuju arah yang positif<br />

selama menggunakan pembelajaran matematika<br />

yang diawali dengan pemberian soal cerita.<br />

DAFTAR PUSTAKA<br />

Arikunto, Suharsimi, dkk, (2006). Penelitian<br />

Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.<br />

Clement, John. (1982). Algebra World Problem<br />

Solutions: Thought Processes Underlying<br />

A Common Miss Conception.Journal<br />

for Reseach in<br />

17


Zulkarnain<br />

Jurnal Pendidikan<br />

Pemberian Soal Cerita dalam <strong>Peningkatan</strong> Hasil Belajar Matematika<br />

Mathematics Education 13, 16 - 31.<br />

Depdikbud. (1994). Pedoman Umum Matematika<br />

Sekolah. Jakarta:<br />

Depdikbud Dinas Pendidikan Provinsi Riau.<br />

(2004). Data dan Informasi Pendidikan<br />

Provinsi Riau tahun 2003.<br />

Pekanbaru.<br />

Heuvel-Panhuizen & Nur, Muhammad. (2000).<br />

Realistic Mathematics Education.<br />

Makalah dalam seminar Tentang<br />

Contextual Learning Dalam Pendidikan Matematika<br />

di Unesa Surabaya.<br />

Kasbollah, K. (1999). Penelitian tindakan<br />

kelas. Jakarta: Direktorat Pendidikan<br />

Tinggi Departemen Pendidikan dan<br />

Kebudayaan Indonesia.<br />

Kemmis, S. & Taggart, Mc. (1988). The action<br />

research planner. Victoria: Deakin University.<br />

Mac Gregor, M. E & Stacey, K. (1993).<br />

Cognitive Models Underlying Students<br />

Formulation of Simple Linier<br />

Equations.Journal for Reseach in<br />

Mathematics Education 24, 217 - 232.<br />

Macinntyre, C. (2000). The art of action<br />

research in the classroom. London:<br />

David Fulton Publishers.<br />

Mc Kernan, J. (1996). Curriculum action<br />

research: a handbook of methods and<br />

resources for the reflectivbe practitioner.<br />

Ed. ke-2. London: Kogan<br />

Page. Offner, C. D. (1978). Back-tobasic<br />

in mathematics: an educational<br />

Frud. Mathematics Teacher: 211-<br />

217.<br />

Purwoto. (1987). Faktor-Faktor yang Berpengaruh<br />

terhadap Pengembangan<br />

Kemampuan Matematis. Makalah<br />

Disampaikan pada seminar Nasional<br />

Pendidikan Matematika di IKIP Sanata<br />

Dharma Yogyakarta.<br />

Soedjadi, R. (1985). Mencari Strategi Pengelolaan<br />

Pendidikan Matematika Menyongsong<br />

Tinggal Landas Pembangunan<br />

Indonesia. (Suatu upaya<br />

mawas diri). Surabaya: idto pengukuhan<br />

guru besar IKIP Surabaya.<br />

Soedjadi, R. (1990). Matematika Untuk<br />

Pendidikan Dasar 9 Tahun. (Suatu<br />

Analisis Global Menyongsong Era<br />

Tinggal Landas). Surabaya: PPS IKIP<br />

Surabaya.<br />

T. Subahan Mohd Meerah, Mohamed Amin<br />

Embi, Alias Baba & Nor Azizah Salleh.<br />

(2000). Asas-asas Penelitian Tindakan.<br />

Bangi: Penerbit Universiti<br />

Kebangsaan Malaysia.<br />

Sunhadji, A. (1994). Teknik observasi dan<br />

dokumentasi dalam penelitian kualitatif.<br />

Kertas kerja Persidangan<br />

Kualitatif Tingkat Lanjut Angkatan III. Lembaga<br />

Penelitian Ilmu Keguruan dan Pendidikan<br />

Malang,<br />

Malang, 24-29 Desember.<br />

Suwarsono, St. (2002). Teori-teori Perkembangan<br />

Kognitif Dalam Proses<br />

Pengajaran yang Relevan untuk<br />

Pengajaran Matematika. Makalah<br />

tidak dipublikasikan pada pelatihan<br />

Terintegrasi Berbasis Kompetensi untuk<br />

Guru<br />

Mata Siswaan Matematika SMP tanggal 4 - 17<br />

Februari 2001 di PPPG Matematika<br />

oleh Direktorat SMP Jakarta.<br />

Suyanto. (1997). Pedoman Pelaksanaan Penelitian<br />

Tindakan Kelas (PTK). Yogyakarta:<br />

DIKTI<br />

Wardiman, J. (1993). Pidato pengukuhan guru<br />

besar pada fakultas MIPA Universitas<br />

Pajajaran Bandung. Kompas, 15<br />

september 1993<br />

Winter, R. (2001). A handbook for action<br />

research in health and social care.<br />

London: Routledge.<br />

Wirasto. (1987). Beberapa Penyebab Kemerosotan<br />

Pendidikan Matematika<br />

di Negara Kita. Makalah disampaikan<br />

pada seminar Nasional Pendidikan Matematika<br />

di IKIP Sanata Dharma<br />

Yogyakarta.<br />

18


Mahdum Adnan<br />

Jurnal Pendidikan<br />

Pemetaan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Bahasa Inggris<br />

PEMETAAN STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR MATA<br />

PELAJARAN BAHASA INGGRIS SISWA SMA DI KOTA PEKANBARU,<br />

KAB. PELALAWAN, DAN SIAK<br />

Mahdum<br />

Dosen Prodi Bahasa Inggris FKIP UR Pekanbaru<br />

Email: mahdum1211@gmail.com<br />

ABSTRAK: Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang (a) profil peta<br />

ketuntasan dan ketidaktuntasan standar kompetensi (sk) dan kompetensi dasar (kd) tiap pokok bahasan<br />

mata pelajaran bahasa Inggris yang di uji dalam ujian nasional; (b) faktor penyebab sehingga siswa<br />

tidak menguasai sk dan kd; (c) rumusan alternatif pemecahan untuk meningkatkan kompetensi siswa;<br />

(d) model implementasi pemecahan masalah. Sampel penelitian terdiri dari tiga unit SMA yang dipilih di<br />

Kabupaten Siak sebagai wakil dari sekolah Binaan, Kabupaten Pelalawan wakil dari sekolah berkualitas<br />

menengah, dan Kota Pekanbaru wakil dari sekolah unggul. Objek penelitian ini diarahkan pada mata<br />

pelajaran Bahasa Inggris. Pengumpulan data penelitian ini dikumpulkan melalui (a) Studi dokumentasi,<br />

untuk memperoleh data-data ujian nasional mata pelajaran bahasa Inggris; (b) Wawancara (Indepht<br />

Interview), untuk memperoleh faktor-faktor yang menyebabkan ketidaktuntasan siswa dalam<br />

menyelesaikan soal ujian nasional; (c) Kuesioner, untuk memperoleh data standar pelayanan pendidikan;<br />

dan (d) Focus Group Discussion (FGD), untuk menyamakan persepsi dan mengungkap permasalahan<br />

ketidaktuntasan penguasaan standar kompetensi lulusan dari mata pelajaran bahasa Inggris. Pemecahan<br />

masalah yang dirancang dalam penelitian ini menggunakan “Model Lesson Study”, model ini merupakan<br />

model alternatif pemecahan masalah dari guru untuk guru, dimana guru membuat perencanaan, guru<br />

melaksanakan pembelajaran dan guru rekan sejawat berasal dari Kabupaten/Kota lain melakukan<br />

pengamatan dan memberikan pendapat untuk perbaikan, pengamatan juga dilakukan kepala sekolah,<br />

selanjutnya guru dan kepala sekolah menyusun laporan sebagai bahan untuk melakukan DISKUSI<br />

PANEL guru Sekolah Menengah Atas Kota Pekanbaru, Kabupaten Siak, Kabupaten Palalawan.<br />

Kata Kunci : Standar kompentensi dan kompetensi dasar, Bahasa Inggris, FGD<br />

ABSTRACT: This research’s aim is to get the clear description of (a) the profile map of the success<br />

rate of passing and failing in achieving standard competence and basic competence in each English<br />

discussion tried on final examination (b) the reasons why students are not able to master the standard<br />

competence and basic competence (c) the formulated of alternative solution to increase students<br />

competence (d) the implemented model of grouping current problems. This research’s sample consist<br />

of three units of SMA that chosen in Siak Regency as delegation of founded school, Pelalawan regency<br />

as the delegation of average quality school, and Pekanbaru City as the delegation of excellent school.<br />

The research’s subject refers to English subject. This research submitted by (a) documentation study,<br />

to get the data of final examination of English subject (b) Indepth interview, to get the main reason of the<br />

students’ failures in finishing final examination (c) Questionnaire, to get the data of education standard<br />

service (d) Focus Group Discussion (FGD), to making similarity perception and showing up the problems<br />

of standard competence mastery in English subject. Problem solving in this research will use “Model<br />

Lesson Study”. It is an alternative model of problem solving from teacher to teacher, whereas the<br />

teachers make a plan, teachers do the study and other teachers from another regency/city monitor and<br />

give opinion for remedical. The monitoring is also done by headmaster, and then the teachers and<br />

headmaster arrange the report as a object in doing PANEL DISCUSSION of Senior High School’s<br />

teachers in Pekanbaru city, Siak Regency and Pelalawan Regency.<br />

Key Word : Standard competence and basic competence, English, FGD<br />

19


Mahdum Adnan<br />

Jurnal Pendidikan<br />

Pemetaan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Bahasa Inggris<br />

PENDAHULUAN<br />

Pengukuran dan penilaian kompetensi<br />

peserta didik merupakan tujuan dari diselenggarakannya<br />

ujian nasional (Peraturan<br />

Pemerintah Nomor 46 Tahun 2010). Ujian<br />

Nasional (UN) dan dapat pula dijadikan standar<br />

baku pencapaian standar kompetensi lulusan.<br />

Selain itu ujian nasional juga dapat membantu<br />

pemerintah daerah khususnya Kota Pekanbaru,<br />

Kabupaten Pelalawan, dan Kabupaten Siak<br />

Propinsi Riau dalam mengambil arah kebijakan<br />

dalam pendidikan. Hasil ujian nasional dapat<br />

dijadikan tolak ukur pemerintah daerah untuk<br />

meningkatkan kualitas dan mutu pendidikan serta<br />

dapat meningkatkan peran serta masyarakat<br />

dalam memajukan dunia pendidikan.<br />

Maman (2009:7) menyebutkan bahwa<br />

ujian nasional merupakan informasi potensial yang<br />

berperan sebagai pendorong (motivator) bagi<br />

siswa, guru, sekolah dan pelaku pendidikan<br />

lainnya dalam meningkatkan prestasi belajar siswa<br />

di sekolah karena dapat digunakan untuk<br />

membandingkan prestasi antarsiswa, sekolah,<br />

kabupaten kota dan antarpropinsi. Secara<br />

konseptual ujian nasional juga dapat menyediakan<br />

informasi kepada masyarakat tentang prestasi<br />

belajar yang dicapai peserta didik, sekolah,<br />

kabupaten/kota, propinsi dan prestasi nasional<br />

secara keseluruhan.<br />

Berdasarkan rerata nilai mata pelajaran<br />

Bahasa Inggris hasil ujian nasional untuk<br />

kelompok IPA tingkat SMA tahun ajaran 2006/<br />

2007 adalah Kota Pekanbaru 8,25; Kabupaten<br />

Pelalawan 7,34; Kabupaten Siak 7,54;<br />

Provinsi 7,69; Nasional 7,84. Tahun ajaran<br />

2007/2008 adalah Kota Pekanbaru 8,05;<br />

Kabupaten Pelalawan 6,26; Kabupaten Siak<br />

7,04; Provinsi 7,24; Nasional 7,32. Tahun<br />

ajaran 2008/2009 Kota Pekanbaru 8,62;<br />

Kabupaten Pelalawan 7,08; Kabupaten Siak<br />

7,46; Provinsi 7,76; Nasional 7,81. Tahun<br />

ajaran 2009/2010 Kota Pekanbaru 9,06;<br />

Kabupaten Pelalawan 8,11; Kabupaten Siak<br />

8,78; Provinsi 8,64; Nasional 7,69.<br />

Hasil mata ujian nasional kelompok IPS<br />

tahun ajaran 2006/2007 Kota Pekanbaru 7,56;<br />

Kabupaten Pelalawan 6,43; Kabupaten Siak 6,8;<br />

Provinsi 6,94; Nasional 7,13. Tahun ajaran 2007/<br />

2008 adalah Kota Pekanbaru 7,27; Kabupaten<br />

Pelalawan 5,84; Kabupaten Siak 6,04; Provinsi<br />

6,58; Nasional 6,74. Tahun ajaran 2008/2009<br />

Kota Pekanbaru 8,37; Kabupaten Pelalawan<br />

6,72; Kabupaten Siak 7,14; Provinsi 7,28; Nasional<br />

7,25. Tahun ajaran 2009/2010 Kota Pekanbaru<br />

8,64; Kabupaten Pelalawan 7,62; Kabupaten<br />

Siak 8,38; Provinsi 8,17; Nasional 7,22.<br />

Perbedaan pencapaian rerata hasil ujian<br />

nasional mata pelajaraan Bahasa Inggris antara<br />

satu kabupaten/kota dengan kabupaten/kota lainnya<br />

tentunya dapat dijadikan acuan pengambilan<br />

keputusan oleh pemerintah untuk meningkatkan<br />

kualitas dan mutu pendidikan di daerahnya<br />

masing-masing tentunya dapat pula dijadikan<br />

sarana penghubung antara pemerintah dan<br />

masyarakat untuk saling membantu dalam upaya<br />

pencapaian hasil ujian nasional yang lebih baik.<br />

Berdasarkan data tersebut, perlu dilakukan<br />

pengkajian dan penelitian secara kontinu untuk<br />

memberikan masukan yang berarti bagi peningkatan<br />

mutu pendidikan. Penelitian ini diarahkan<br />

untuk memotret berbagai faktor penyebab<br />

ketuntasan atau ketidaktuntasan SK dan KD mata<br />

pelajaran Bahasa Inggris di Kota Pekanbaru,<br />

Kabupaten Pelalawan, dan Kabupaten Siak<br />

Provinsi Riau.<br />

Tujuan penelitian ini adalah (a) Untuk<br />

mengetahui profil peta ketuntasan dan ketidaktuntasan<br />

standar kompetensi maupun kompetensi<br />

dasar peserta didik SMA di Kota Pekanbaru,<br />

Kabupaten Pelalawan, dan Kabupaten Siak<br />

Provinsi Riau tiap pokok bahasan mata pelajaran<br />

bahasa Inggris yang di uji dalam ujian nasional;<br />

(b) Untuk mengetahui faktor penyebab sehingga<br />

peserta didik Kota Pekanbaru, Kabupaten<br />

Pelalawan, dan Kabupaten Siak Provinsi Riau<br />

tidak menguasai standar kompetensi maupun<br />

kompetensi dasar tertentu; (c) Membuat rumusan<br />

alternatif pemecahan untuk meningkatkan<br />

kompetensi peserta didik SMA di Kota Pekanbaru,<br />

Kabupaten Pelalawan, dan Kabupaten Siak<br />

20


Mahdum Adnan<br />

Jurnal Pendidikan<br />

Pemetaan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Bahasa Inggris<br />

Provinsi Riau; (d) Untuk mengetahui model<br />

implementasi pemecahan masalah dengan<br />

menyertakan berbagai institusi terkait.<br />

Penelitian ini diharapkan menghasilkan<br />

luaran sebagai berikut (a) Data tentang standar<br />

kompetensi/kompetensi dasar yang belum dikuasai<br />

peserta didik mata pelajaran bahasa Inggris<br />

di SMA yang diuji secara nasional; (b) Faktorfaktor<br />

penyebab peserta didik belum menguasai<br />

standar kompetensi/ kompetensi dasar pada mata<br />

pelajaran bahasa Inggris di SMA yang diuji secara<br />

nasional terutama menyangkut: sistem manajemen,<br />

guru, sarana dan prasarana pendidikan, dan<br />

budaya siswa; (c) Model peningkatan mutu pendidikan<br />

yang valid dan siap diimplementasikan<br />

secara konkrit di Kota Pekanbaru, Kabupaten Pelalawan,<br />

dan Kabupaten Siak Provinsi Riau.<br />

Landasan Teori<br />

Mutu pendidikan mencakup dua dimensi<br />

yaitu yang berorientasi akademis dan yang<br />

berorientasi ketrampilan hidup. Mutu yang berorientasi<br />

akademis berarti menjanjikan prestasi<br />

akademis anak sebagai tolak ukurnya sedangkan<br />

yang berorientasi ketrampilan hidup adalah<br />

pendidikan yang membuat anak itu bisa layak<br />

hidup di kehidupan nyata. Untuk melihat mutu<br />

akademis pemerintah sudah melakukan Ujian<br />

Nasional sebagai alat ukur penentu seorang siswa<br />

lulus dengan standar nasional.<br />

Pendapat yang dikemukakan oleh Umaedi<br />

(1999) bahwa ada dua faktor yang dapat<br />

menjelaskan mengapa upaya perbaikan mutu<br />

pendidikan selama ini kurang atau tidak berhasil.<br />

Pertama strategi pembangunan pendidikan selama<br />

ini lebih bersifat input oriented. Strategi yang<br />

demikian lebih bersandar kepada asumsi bahwa<br />

bilamana semua input pendidikan telah dipenuhi,<br />

seperti penyediaan buku-buku (materi ajar) dan<br />

alat belajar lainnya, penyediaan sarana pendidikan,<br />

pelatihan guru dan tenaga kependidikan<br />

lainnya, maka secara otomatis lembaga pendidikan<br />

(sekolah) akan dapat menghasilkan output<br />

(keluaran) yang bermutu sebagai mana yang<br />

diharapkan. Kedua, pengelolaan pendidikan<br />

selama ini lebih bersifat macro-oriented, diatur<br />

oleh jajaran birokrasi di tingkat pusat.<br />

Pengertian kualitas atau mutu dapat dilihat<br />

juga dari konsep secara absolut dan relatif Edward<br />

& Sallis (2004). Dalam konsep absolut sesuatu<br />

(barang) disebut berkualitas bila memenuhi standar<br />

tertinggi dan sempurna. Artinya, barang tersebut<br />

sudah tidak ada yang melebihi. Bila diterapkan<br />

dalam dunia pendidikan konsep kualitas absolut<br />

ini bersifat elitis karena hanya sedikit lembaga<br />

pendidikan yang akan mampu menawarkan<br />

kualitas tertinggi kepada peserta didik dan hanya<br />

sedikit siswa yang akan mampu membayarnya.<br />

Sedangkan, dalam konsep relatif, kualitas berarti<br />

memenuhi spesifikasi yang ditetapkan dan sesuai<br />

dengan tujuan (fit for their purpose).<br />

Dalam meningkatkan mutu pendidikan di<br />

daerah, khususnya di kabupaten, hendaklah dikaji<br />

lebih dulu kondisi obyektif dari unsur-unsur yang<br />

terkait pada mutu pendidikan, Sutikno (2006)<br />

menjelaskan seperti: (1) Kondisi gurunya yakni<br />

penyebaran, kualifikasi, kompetensi penguasaan<br />

materi, kompetensi pembelajaran, kompetensi<br />

sosial-personal, kesejahteraan; (2) Kurikulum ;<br />

(3) Bahan belajar yang dipakai oleh siswa dan<br />

guru; (4) Rujukan sumber belajar oleh guru dan<br />

siswa, (5) Kondisi prasarana belajar yang ; dan<br />

(6) kondisi iklim belajar<br />

Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan<br />

Menengah (2002) menyebutkan bahwa pembelajaran<br />

kontekstual merupakan konsep belajar<br />

yang membantu guru yang mengaitkan antara<br />

bahan yang diajarkan dengan situasi dunia nyata<br />

siswa dan menyokong siswa membuat hubungan<br />

antara pengetahuan yang dimilikinya dengan<br />

penerapan dalam kehidupan mereka seharian.<br />

<strong>Pembelajaran</strong> kontekstual merupakan<br />

model pembelajaran yang membantu pihak guru<br />

menghubungkan kegiatan dan bahan ajar<br />

dengan situasi nyata yang dapat memotivasi<br />

siswa untuk menghubungkan pengetahuan dan<br />

diterapkan dalam kehidupan sehari-hari siswa<br />

sebagai anggota keluarga di mana dia tinggal<br />

Kasbullah (2002).<br />

Mengikut Briner (1999), pembelajaran<br />

21


Mahdum Adnan<br />

Jurnal Pendidikan<br />

Pemetaan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Bahasa Inggris<br />

secara konstruktivisme berlaku di mana siswa<br />

membina pengetahuan dengan menguji idea dan<br />

pendekatan berdasarkan pengetahuan dan<br />

pengalaman yang mereka miliki, mengimplikasikannya<br />

pada satu situasi baru dan mengintegerasikan<br />

pengetahuan baru yang diperoleh<br />

dengan binaan intelektual. Menurut Mc Brien dan<br />

Brandt (1997) konstruktivisme adalah satu<br />

pendekatan pembelajaran berdasarkan kepada<br />

penelitian tentang bagaimana manusia belajar.<br />

Kebanyakan peneliti berpendapat setiap individu<br />

membina pengetahuan dan bukannya hanya<br />

menerima pengetahuan dari orang lain.<br />

Ide dari teori ini, siswa aktif membangun<br />

pengetahuannya sendiri. Pemikiran siswa dianggap<br />

sebagai mediator yang menerima masukan dari<br />

dunia luar dan menentukan apa yang akan<br />

dipelajari Astuti (2000). Menurut Soedjadi dalam<br />

Widada (1999), pendekatan konstruktivisme<br />

dalam pembelajaran adalah pendekatan di mana<br />

siswa secara individual menemukan dan menyesuaikan<br />

informasi yang kompleks, memeriksa<br />

dengan aturan yang ada dan memeriksa kembali<br />

jika perlu. Selain itu, Bell (1993) mengemukakan<br />

pengertian konstruktivisme memandang siswa<br />

datang ke kelas dengan membawa persiapan<br />

mental dan kognitifnya.<br />

Brooks dan Books (1993) menyatakan<br />

konstruktivisme terjadi apabila siswa membina<br />

makna tentang dunia dengan menggabungkan<br />

pengalaman baru kepada apa yang mereka telah<br />

fahami sebelumnya. Siswa membina sendiri<br />

konsep dan membuat penyelesaian kepada masalah<br />

Sushkin (1999).<br />

METODE PENELITIAN<br />

Sampel penelitian terdiri dari tiga unit SMA<br />

yang dipilih secara purposif berdasarkan kualitas<br />

yang ditetapkan yakni Kabupaten Siak sebagai<br />

wakil dari sekolah Binaan, Kabupaten Pelalawan<br />

sebagai wakil dari sekolah berkualitas menengah,<br />

dan Kota Pekanbaru sebagai wakil dari sekolah<br />

unggul. Objek penelitian ini diarahkan pada mata<br />

pelajaran Bahasa Inggris.<br />

Pengumpulan data penelitian ini (a) Studi<br />

dokumentasi, untuk memperoleh data-data ujian<br />

nasional mata pelajaran bahasa Inggris; (b) Wawancara<br />

(Indepht Interview), untuk memperoleh<br />

faktor-faktor yang menyebabkan ketidaktuntasan<br />

siswa dalam menyelesaikan soal ujian nasional;<br />

(c) Kuesioner, untuk memperoleh data standar<br />

pelayanan pendidikan; dan (d) Focus Group<br />

Discussion (FGD), untuk menyamakan persepsi<br />

ketidaktuntasan penguasaan standar kompetensi<br />

lulusan dari mata pelajaran bahasa Inggris.<br />

Teknik analisis data yang digunakan dalam<br />

penelitian ini adalah analisis deskriptif, dimana<br />

kondisi sampel yang diamati diasumsikan relatif<br />

sama dengan kondisi populasi. Untuk menilai<br />

indikator-indikator standar pelayanan pendidikan<br />

yang diamati, langkah-langkah analisis yang<br />

dilakukan adalah sebagai berikut: (a) Penghitungan<br />

rata-rata skor setiap butir indikator, untuk<br />

meninjau kondisi lapangan pada butir indikator<br />

dimaksud; (b) Penghitungan jumlah skor sekolah<br />

sampel dari setiap komponen standar pendidikan,<br />

untuk meninjau kondisi sekolah; dan (c) Pengkategorian<br />

setiap butir indikator yang diamati<br />

ditentukan berdasarkan skor rata-rata dari ketiga<br />

sekolah sampel penelitian.<br />

Sebagai acuan dalam menetapkan kesimpulan<br />

penelitian, kriteria-kriteria yang ditetapkan<br />

adalah sebagai berikut: (a) Penilaian kondisi dari<br />

standar pendidikan yang diamati ditentukan oleh<br />

skor rata-rata pada setiap indikator yang diamati<br />

dari sekolah sampel penelitian. Dalam hal ini,<br />

indikator standar pendidikan dinyatakan<br />

bermasalah jika rata-rata skor berada pada<br />

kategori cukup atau kurang; (b) Kondisi rata-rata<br />

standar pelayanan pendidikan pada sekolah<br />

sampel diasumsikan identik dengan kondisi pada<br />

populasi penelitian.<br />

HASIL DAN PEMBAHASAN<br />

Kompetensi dasar siswa yang rendah<br />

(f”60) dalam menyelesaikan soal ujian nasional<br />

mata pelajaran bahasa Inggris jurusan IPS tahun<br />

ajaran 2007/2008 untuk Kota Pekanbaru<br />

terdapat 14 soal, 27 soal untuk Kabupaten<br />

Pelalawan dan 24 soal untuk Kabupaten Siak.<br />

22


Mahdum Adnan<br />

Jurnal Pendidikan<br />

Pemetaan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Bahasa Inggris<br />

Secara umum KD yang rendah tersebut meliputi<br />

1) Menentukan info tersirat dr teks, 2) Menentukan<br />

makna kata, 3) Menentukan gamb.umum dr<br />

teks, 4) Menentukan gambaran umum isi<br />

percakapan, 5) Menentukan info tersirat dr<br />

pengumuman, 6) Menentukan informasi tertentu<br />

dr teks, 7) Menentukan ungkapan kesetujuan/<br />

ketidaksetujuan, 8) Menentukan informasi rinci<br />

tersurat dr lowongan kerja, 9) Menentukan<br />

informasi dr teks monolog pendek, 10) Menentukan<br />

informasi rinci tersurat dr teks, 11)<br />

Menentukan informasi tertentu dr percakapan,<br />

12) Menentukan informasi rinci yg tersurat dlm<br />

percakapan, 13) Menentukan jawaban informasi<br />

tertentu, 14) Menentukan ungkapan tawaran jasa,<br />

dan 15) Menentukan pikiran utama suatu<br />

paragraph.<br />

Pada tahun ajaran 2008/2009 jurusan IPS<br />

bidang studi Bahasa Inggris, terdapat penguasaan<br />

kompetensi dasar yang rendah, di mana Kota<br />

Pekanbaru terdapat 8 soal, Kabupaten Pelalawan<br />

15 Soal dan Kabupaten Siak 9 Soal. Hal ini<br />

menunjukkan terdapat peningkatan penguasaan<br />

KD antara tahun ajaran 2007/2008 dengan<br />

2008/2009. Namun masih terdapat KD yang<br />

belum dapat dikuasai oleh peserta didik. Secara<br />

umum KD yang belum dapat dikuasai tersebut<br />

meliputi 1) Menentukan infor dlm percakapan<br />

interpersonal, 2) Menentukan tujuan komunikatif,<br />

3) Menentukan info dr isi teks monolog, 4)<br />

Menentukan infor tersirat dr teks, 5) Menentukan<br />

info tersurat dr teks, 6) Menentukan respon yg<br />

menyatakan simpati, 7) Menentukan pesan moral<br />

dr bacaan, 8) Membandingkan teks esei tertulis,<br />

9) Menentukan gbran umum dr isi teks.<br />

Kompetensi dasar siswa yang rendah<br />

dalam menyelesaikan soal ujian nasional mata<br />

pelajaran bahasa Inggris jurusan IPS tahun 2009/<br />

2010 paket soal A dan paket soal B adalah: Pada<br />

paket soal A tahun ajaran 2009/2010 terdapat<br />

beberapa soal dengan KD yang rendah, di mana<br />

untuk Kota Pekanbaru terdapat 2 soal, Kabupaten<br />

Pelalawan 10 Soal, sedangkan untuk<br />

Kabupaten Siak tidak terdapat KD yang rendah<br />

(f”60) atau dengan kata lain seluruh KD dapat<br />

dikuasai oleh siswa. Pada paket soal B terdapat<br />

kompetensi dasar yang rendah pada tiap<br />

kabupaten kota, di mana terdapat 4 soal untuk<br />

Kota Pekanbaru, 5 soal untuk Kabupaten<br />

Pelalawan dan 7 Soal untuk Kabupaten Siak. Hal<br />

ini menunjukkan terdapat perbedaan penguasaan<br />

kompetensi dasar untuk paket soal A dengan<br />

paket soal B. Secara umum KD yang rendah<br />

tersebut meliputi 1) Menentukan gambaran umum<br />

teks esei tertulis, 2) Menentukan pikiran utama<br />

paragraf teks, 3) Menentukan informasi tersurat<br />

dari teks esei, 4) Menentukan informasi dari teks<br />

esei tertulis, 5) Menentukan gambaran isi teks<br />

fungsional, dan 6) Menentukan respon percakapan<br />

pendek yg menyatakan simpati<br />

Kompetensi dasar yang rendah pada<br />

tahun ajaran 2007/2008 terdapat 6 soal untuk<br />

Kota Pekanbaru, 20 soal untuk Kabupaten<br />

Pelalawan dan 13 soal untuk Kabupaten Siak.<br />

Secara umum KD tersebut meliputi 1) Menentukan<br />

gambaran umum dr teks news item, 2)<br />

Menentukan informasi tersirat dr teks naratif, 3)<br />

Menentukan makna kata, 4) Menentukan<br />

informasi tersirat dr suatu pengumuman, 5)<br />

Menentukan gambaran umum isi percakapan, 6)<br />

Menentukan informasi dr teks monolog pendek,<br />

7) Menentukan informasi rinci tersurat dr<br />

lowongan kerja, 8) Menentukan informasi rinci<br />

tersurat dr teks news item, 9) Menentukan<br />

informasi tertentu dr teks naratif, 10) Menentukan<br />

informasi rinci tersurat dr teks discussion, 11)<br />

Menentukan informasi rinci yg tersurat dr dlm<br />

percakapan, 12) Menentukan gambaran umum<br />

teks teks monolog, 13) Menentukan informasi<br />

tersirat dr teks hortary exposition, 14) Menentukan<br />

informasi rinci tersirat dr teks recount, 15)<br />

Menentukan informasi rinci tersirat dari teks<br />

discussion, 16) Menentukan jawaban yang menggunakan<br />

ungkapan kesetujuan/ketidaksetujuan,<br />

17) Menentukan gagasan utama suatu paragraph,<br />

dan 18) Menentukan informasi rinci tersurat dr<br />

teks review.<br />

Pada tahun ajaran 2008/2009 terdapat 4<br />

soal dengan penguasaan kompetensi dasar yang<br />

rendah, 14 untuk Kabupaten Pelalawan, dan 8<br />

23


Mahdum Adnan<br />

Jurnal Pendidikan<br />

Pemetaan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Bahasa Inggris<br />

untuk Kabupaten Siak. Jika dilihat perbandingan<br />

tingkat penguasaan KD antara tahun 2007/2008<br />

dengan 2008/2009 terdapat peningkatan<br />

penguasaan KD di mana jumlah KD ditiap<br />

kabupaten/kota semakin sedikit yang tidak<br />

dikuasai peserta didik. Secara umum KD yang<br />

masih rendah pada tahun ajaran 2008/2009<br />

antara lain 1) Menentukan informasi dlm<br />

percakapan interpersonal, 2) Menentukan tujuan<br />

komunikatif dr sebuah teks esei, 3) Menentukan<br />

respon yg tepat yang menyatakan simpati, 4)<br />

Membandingkan paragraf sebuah teks esei , 5)<br />

Menentukan pesan moral dr bacaan, 6) Menentukan<br />

informasi tersirat dr bacaan, 7) Menentukan<br />

informasi tersirat sesuai konteks, 8) Menentukan<br />

informasi rinci dr isi teks monolog, 9) Menentukan<br />

informasi rinci dr isi percakapan, 10)<br />

Menentukan informasi rinci tersurat dr teks<br />

fungsional, 11) Menentukan gbran umum dr isi<br />

teks monolog, dan 12) Menentukan informasi rinci<br />

tersurat dr sebuah teks esei.<br />

Kompetensi dasar siswa yang rendah<br />

dalam menyelesaikan soal ujian nasional mata<br />

pelajaran bahasa Inggris jurusan IPA tahun ajaran<br />

2009/2010 paket soal A dan paket soal B adalah:<br />

paket soal A, untuk Kota Pekanbaru dan<br />

Kabupaten Siak tidak terdapat KD yang rendah<br />

atau penguasaan KD (> 60), sedangkan untuk<br />

Kabupaten Pelalawan terdapat 9 KD yang rendah<br />

antara lain 1) Menentukan gambaran umum teks<br />

esei tertulis 2) Menentukan pikiran utama paragraf<br />

teks esei, 3) Menentukan informasi dari teks esei<br />

tertulis, 4) Menentukan pikiran utama paragraf<br />

dari teks, 5) Menentukan informasi tersurat dari<br />

teks esei, 6) Menentukan gambaran umum isi teks<br />

fungsional, 7) Menentukan gambaran isi teks<br />

fungsional pendek, 8) Menentukan pikiran utama<br />

paragraf dlm teks, dan 9) Menentukan info di dlm<br />

teks esei tertulis.<br />

Pada paket soa B terdapat masingmasing<br />

4 soal di tiap kabupaten/kota dengan<br />

penguasaan kompetensi dasar yang rendah,<br />

secara umum kompetensi dasar yang rendah<br />

tersebut meliputi 1) Menentukan pikiran utama<br />

paragraf teks esei tertulis, 2) Menentukan<br />

informasi dari teks esei tertulis, 3) Menentukan<br />

gambaran umum isi teks fungsional, dan 4)<br />

Menentukan informasi dari teks tertulis<br />

Kelompok IPS - Kota Pekanbaru; Mata<br />

pelajaran Bahasa Inggris terdapat 14 soal yang<br />

tidak tuntas pada tahun 2007/2008, 8 soal untuk<br />

tahun ajaran 2008/2009, 2 soal untuk tahun ajaran<br />

2009/2010 paket soal A dan 4 soal untuk tahun<br />

ajaran 2009/2010 paket soal B. Kabupaten<br />

Pelalawan; Mata Pelajaran Bahasa Inggris<br />

terdapat 27 soal tidak tuntas pada tahun ajaran<br />

2007/2008, selanjutnya terjadi peningkatan<br />

penguasaan soal/KD di mana penurunan jumlah<br />

soal/KD yang tidak tuntas yaitu 15 soal pada<br />

tahun ajaran 2008/2009, 10 soal pada tahun<br />

ajaran 2009/2010 paket soal A dan 5 soal pada<br />

tahun ajaran 2009/2010 paket soal B. Kabupaten<br />

Siak; Pada mata pelajaran Bahasa Inggris terdapat<br />

24 soal/KD yang tidak tuntas pada tahun<br />

ajaran 2007/2008, 9 soal pada tahun ajaran<br />

2008/2009, sedangkan pada tahun ajaran 2009/<br />

2010 paket soal A seluruh soal/KD dapat dikuasai<br />

oleh siswa, dan pada tahun ajaran 2009/2010<br />

terdapat 7 soal yang tidak tuntas/tidak dikuasai<br />

oleh siswa.<br />

Kelompok IPA – Kota Pekanbaru; Mata<br />

pelajaran Bahasa Inggris terdapat 6 soal yang<br />

tidak tuntas pada tahun 2007/2008, 4 soal untuk<br />

tahun ajaran 2008/2009, pada tahun ajaran 2009/<br />

2010 paket soal A seluruh soal/KD dapat dikuasai<br />

oleh siswa, dan 4 soal untuk tahun ajaran 2009/<br />

2010 paket soal B. Kabupaten Pelalawan; Mata<br />

Pelajaran Bahasa Inggris terdapat 20 soal tidak<br />

tuntas pada tahun ajaran 2007/2008, selanjutnya<br />

terjadi peningkatan penguasaan soal/KD di mana<br />

penurunan jumlah soal/KD yang tidak tuntas yaitu<br />

14 soal pada tahun ajaran 2008/2009, 9 soal pada<br />

tahun ajaran 2009/2010 paket soal A dan 4 soal<br />

pada tahun ajaran 2009/2010 paket soal B.<br />

Kabupaten Siak; Pada mata pelajaran Bahasa<br />

Inggris terdapat 13 soal/KD yang tidak tuntas<br />

pada tahun ajaran 2007/2008, 8 soal pada tahun<br />

ajaran 2008/2009, sedangkan pada tahun ajaran<br />

2009/2010 paket soal A seluruh soal/KD dapat<br />

dikuasai oleh siswa, dan pada tahun ajaran 2009/<br />

24


Mahdum Adnan<br />

Jurnal Pendidikan<br />

Pemetaan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Bahasa Inggris<br />

2010 paket soal B terdapat 4 soal yang tidak<br />

tuntas/tidak dikuasai oleh siswa.<br />

Hasil temuan instrument penelitian<br />

menunjukkan a) Standar Isi pada responden<br />

ketiga Kota/Kabupaten menyatakan berada pada<br />

tingkat tinggi (lebih baik), b) Standar Proses<br />

responden Kota Pekanbaru dan Kabupaten Siak<br />

menyatakan pada tingkat tinggi (lebih baik) dan<br />

Kabupaten Pelalawan menyatakan pada tingkat<br />

sedang (baik), c) Standar Kompetensi Lulusan<br />

responden Kota Pekanbaru dan Kabupaten Siak<br />

menyatakan pada tingkat tinggi (lebih baik) dan<br />

Kabupaten Pelalawan menyatakan pada tingkat<br />

sedang (baik), d) Standar Kompetensi Pendidik<br />

dan Tenaga Kependidikan responden Kota Pekanbaru<br />

dan Kabupaten Siak menyatakan pada<br />

tingkat tinggi (lebih baik) dan Kabupaten<br />

Pelalawan menyatakan pada tingkat sedang<br />

(baik). e) Standar Sarana Prasarana dan f)<br />

Standar Pengelolaan responden menyatakan<br />

pada tingkat tinggi (lebih baik). g) Standar<br />

Pembiayaan responden Kota Pekanbaru dan<br />

Kabupaten Siak pada tingkat sedang (baik)<br />

dan responden Kabupaten Pelalawan menyatakan<br />

pada tingkat tinggi (lebih baik), dan<br />

h) Standar Penilaian menyatakan pada tingkat<br />

tinggi (lebih baik).<br />

Wawancara tim peneliti bersama guruguru<br />

di Kota Pekanbaru, Kabupaten Pelalawan<br />

dan Kabupaten Siak diperoleh informasi sebagai<br />

berikut (a) Beban mengajar guru di Kota<br />

Pekanbaru < 24 jam; (b) Guru-guru di Kota<br />

Pekanbaru menyatakan bahwa telah menguasai<br />

materi yang akan diajarkan pada setiap pokok<br />

bahasan; (c) Di Kota Pekanbaru seluruh siswa<br />

sudah memiliki buku teks yang sesuai dengan<br />

KTSP. Kabupaten Pelalawan dan Kabupaten<br />

Siak sebagian besar memiliki buku teks hanya saja<br />

buku tersebut dipinjamkan oleh pihak perpustakaan<br />

ketika akan melangsungkan proses belajar<br />

mengajar; (d) KKM yang ditentukan berdasarkan<br />

musyawarah guru bidang studi untuk Kota<br />

Pekanbaru KKM yang telah ditentukan berkisar<br />

70 – 80. Kabupaten Pelalawan dan Kabupaten<br />

Siak masih relative rendah yaitu berkisar 65 –<br />

70; (e) Dalam menghadapi Ujian Nasional di tiap<br />

kabupaten/kota mengadakan latihan yang intensif<br />

agar siswa mampu menjawab soal-soal yang akan<br />

diujikan; (f) Guru-guru di Kota Pekanbaru<br />

menyatakan bahwa sebagian besar siswa telah<br />

mampu menguasai materi yang telah diajarkan<br />

selain itu siswa juga termotivasi untuk belajar.<br />

Kabupaten Pelalawan dan Siak menyatakan masih<br />

terdapat materi yang belum dikuasai siswa.<br />

Hasil analisis FGD (Forum Group<br />

Discussion) bersama guru-guru bidang studi yang<br />

mengajar pada mata pelajaran bahasa Inggris di<br />

Kota Pekanbaru, Kabupaten Pelalawan dan<br />

Kabupaten Siak diperoleh informasi sebagai<br />

berikut: (a) Tiap kabupaten/kota menyatakan<br />

bahwa nilai UN yang diperoleh oleh siswa sudah<br />

mewakili kemampuan siswa. Hanya saja masih<br />

terdapat kompetensi dasar yang belum dikuasai<br />

oleh siswa; (b) Kompetensi dasar yang belum<br />

dikuasai oleh siswa disebabkan minimnya sarana<br />

dan prasarana pendukung untuk mencapai kompetensi<br />

tersebut seperti bahan rujukan yang bisa<br />

digunakan (buku, internet dan lain-lain) untuk<br />

memahami suatu kompetensi dasar tertentu,<br />

minimnya alat-alat dan bahan laboratorium yang<br />

dapat digunakan untuk mendukung pencapaian<br />

kompetensi dasar, dan untuk materi-materi yang<br />

bersifat hapalan siswa cenderung malas untuk<br />

menghapal sehingga pencapaian UN rendah.<br />

KESIMPULAN<br />

Profil peta ketuntasan dan ketidaktuntasan<br />

standar kompetensi maupun kompetensi dasar<br />

peserta didik SMA di Kabupaten Kuansing,<br />

Kabupaten Indra Giri Hulu, dan Kabupaten<br />

Indragiri Hilir Provinsi Riau untuk mata pelajaran<br />

Bahasa Inggris 5,84 sampai 9,06.<br />

Faktor penyebab sehingga peserta didik<br />

tidak menguasai Standar Kompetensi dan<br />

Kompetensi Dasar dari 8 standar Mutu Pendidikan<br />

adalah: a) Standar Isi: Kurang singkronnya<br />

urutan pengajaran materi ajar yang saling<br />

berhubungan antara satu mata pelajaran dengan<br />

mata pelajaran lainnya. Ada materi ajar tertentu<br />

pada silabus yang tidak diajarkan sehingga<br />

25


Mahdum Adnan<br />

Jurnal Pendidikan<br />

Pemetaan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Bahasa Inggris<br />

mengakibatkan siswa menghadapi kesulitan<br />

memahami materi tertentu. Guru masih mengandalkan<br />

silabus, RPP dan LKS yang sudah ada<br />

dipasaran, tanpa di sesuaikan dengan kebutuhan<br />

siswa serta situasi dan kondisi setempat; b)<br />

Standar Proses: Kurangnya motivasi dan minat<br />

siswa dalam belajar. Relatif sukar memahami soal<br />

yang diberikan. Beban belajar di kelas I jauh lebih<br />

besar dari beban belajar di kelas II dan III.<br />

Kesempatan belajar dan praktik relatif rendah di<br />

labor. Penguasaan materi relatif rendah; c)<br />

Standar Kompetensi Lulusan: Relatif belum<br />

mempunyai pemahaman terhadap kemampuan<br />

berpikir logis, kritis, kreatif, inovatif, dan analitis<br />

selama pembelajaran; d) Standar Pendidik dan<br />

Tenaga Kependidikan: Sebahagian guru masih<br />

belum menerapkan strategi pembelajaran inovatif,<br />

melainkan menggunakan metode ceramah dan<br />

bersifat “teacher center”, sehingga siswa kurang<br />

berperan dan kurang banyak latihan; e) Standar<br />

Sarana dan Prasarana: Kurangnya bahan<br />

bacaan yang tersedia, baik dalam bentuk buku<br />

maupun kamus ataupun buku-buku panduan<br />

menghadapi UN. Media pembelajaran yang<br />

kurang tersedia, mengakibatkan minat belajar<br />

siswa rendah. Kurang optimalnya pemanfaatan<br />

laboratorium; f) Standar Pengelolaan: Perlu<br />

peningkatan SDM dengan kualifikasi yang sesuai<br />

dengan mata pelajaran yang diasuhnya; g)<br />

Standar Pembiayaan: Relatif kurangnya biaya<br />

pengembangan pendidik dan tenaga<br />

kependidikan berdasarkan RKA-S; h) Standar<br />

Penilaian: Kurang relevannya teknik penilaian<br />

pada silabus dengan indikator pencapaian KD<br />

dan kesesuaian instrumen dan pedoman penilaian<br />

dengan bentuk dan teknik penilaian.<br />

Model alternatif pemcahan masalah<br />

yang dirancang dalam penelitian ini menggunakan<br />

“Model Lesson Study”, model ini merupakan<br />

model alternatif pemecahan masalah dari guru<br />

untuk guru, dimana guru membuat perencanaan,<br />

guru melaksanakan pembelajaran dan guru rekan<br />

sejawat berasal dari Kabupaten/Kota lain<br />

melakukan pengamatan dan memberikan<br />

pendapat untuk perbaikan, pengamatan juga<br />

dilakukan kepala sekolah, selanjutnya guru dan<br />

kepala sekolah menyusun laporan sebagai bahan<br />

untuk melakukan DISKUSI PANEL guru<br />

Sekolah Menengah Atas Kota Pekanbaru,<br />

Kabupaten Siak, Kabupaten Palalawan.<br />

DAFTAR PUSTAKA<br />

Ace Suryadi, 2002, Pendidikan, Investasi SDM,<br />

dan Pembangunan: Isu, Teori dan Aplikasi.<br />

Jakarta: Balai Pustaka.<br />

Bell. Beverly.1993. Children’s science, Contructivism<br />

and learning in science.<br />

Australia: Deakin University.<br />

Briner, M. 1999. [online] Avalaible: http://<br />

carbon.cudenver.edu/mryder/itc_data<br />

Contructivism.htm1.<br />

Brooks & Books (1993). In search of understanding:<br />

The cases for constructivist<br />

classroom. Alexandria Firginia US.<br />

Association for Supervision and<br />

curriculum development.<br />

Cresswell, J.W., 1994, Research Design:<br />

Qualitative and Quantitative Approach,<br />

London: SAGE Publication,<br />

International Educational and Professional.<br />

Davey, K.J., 1988, Pembiayaan<br />

Pemerintahan Daerah: Praktek dan<br />

Relevansi bagi Dunia Ketig. Jakarta:<br />

Universitas Indonesia.<br />

Departemen Pendidikan Nasional, 2006, Rencana<br />

Strategis Pendidikan Nasional:-<br />

Konferensi Nasional Revitalisasi<br />

Pendidikan. Jakarta: Sesjen Depdiknas.<br />

Dinas Pendidikan Provinsi Riau, 2001, Masterplan<br />

Percepatan Mutu Pendidikan<br />

Dasar dan Menengah Propinsi Riau,<br />

Dinas Pendidikan Propinsi Riau, Pekanbaru.<br />

Diknas Republik Indonesia, 2002, Undangundang<br />

Sisdiknas, Departemen Pendidikan<br />

Nasional. Depdiknas, Jakarta.<br />

Departemen Pendidikan Nasional, 2003, Baru<br />

28 Persen Anak Usia Dini Memperoleh<br />

Layanan Pendidikan: /www.depdiknas.go.id/publikasi/Buletin/Padu/<br />

26


Mahdum Adnan<br />

Jurnal Pendidikan<br />

Pemetaan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Bahasa Inggris<br />

Perdana/padu.00.htm, Balitbang –<br />

Depdiknas, 25 Nov 2007<br />

Departemen Pendidikan Nasional, 2003, Perlu<br />

Gerakan Usia Dini, http://www.depdiknas.go.id/publikasi/Buletin/Padu/<br />

Perdana/padu 00.htm, Balitbang –<br />

Depdiknas, 25 Nov 2007<br />

Departemen Pendidikan Nasional, 2003, Visi dan<br />

Misi Pendidikan Nasional http://www.depdiknas.go.id/publikasi/Buletin/<br />

Padu/Perdana/padu_00.htmBalitbang –<br />

Depdiknas, diakses tanggal 1 Desember<br />

2007.<br />

Driyer, R. & Bell, B (1986). Student thinking<br />

and learning of science: a constructivist<br />

view. Journal. Scool Science Review. 67<br />

(240), 443-456.<br />

Fasli Jalal, 2003, “Problematik Pendidikan Luar<br />

Sekolah/Dikmas di Indonesia”, Makalah,<br />

Pertemuan V Sentra Pemberdayaan dan<br />

<strong>Pembelajaran</strong> Siswa (SPPM). Lembang-<br />

Jawa Barat, 27-31 Januari 2003.<br />

Fandy Tjiptono, 2007, Total Quality<br />

Manajemen. Andi, Yogyakarta.<br />

Kasbullah, K. 1999. Penelitian tindakan kelas.<br />

Jakarta: Direktorat Pendidikan Tinggi Departemen<br />

Pendidikan dan Kebudayaan<br />

Indonesia.<br />

Maswood, Javed, 2000, International Political<br />

Economy and Globalization. London:<br />

World Scientific Publishing Co.<br />

Margono Slamet, 1999, <strong>Pembelajaran</strong><br />

Bermutu, <strong>Peningkatan</strong> Mutu Proses<br />

Pemebelajaran dengan Pendekatan<br />

Manajemen Mutu Terpadu, Head<br />

Project-Depdikbud. Jakarta.<br />

McBrien, J.L & Brandt, R.S (1997. The<br />

language of learning : A Guide to<br />

education terms. Alexandrian, VA.<br />

Association for Supervisian and Curriculum<br />

Develompemnt.<br />

Pemerintah Kabupaten Bengkalis, Rencana<br />

Pembangunan Jangka Menengah Tahun<br />

2006-2010.<br />

Nataatmadja, Hidajat, 1982, Krisis Global Ilmu<br />

Pengetahuan dan Penyebuhannya (Al-<br />

Furqon). Bandung: Penerbit Iqro.<br />

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor:<br />

129a/U/2004 tentang Standar Pelayanan<br />

Minimum Pendidikan<br />

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor:<br />

23 Tahun 2006 tentang Standar<br />

Kompetensi Lulusan untuk Satuan<br />

Pendidikan Dasar dan Menengah.<br />

Petunjuk Pelaksanaan Sistem Pendidikan<br />

Nasional 2003, Jakarta: CV. Ekajaya.<br />

Sepandji, Kosasih Taruna, 2000, Manajemen<br />

Pemerintahan Daerah: Era Reformasi<br />

Menuju Pembangunan Otonomi<br />

Daerah. Bandung: Penerbit Universal.<br />

SPPM, 2003, Membangun Siswa Pembelajar:<br />

Panduan Metodologi Pendidikan Non-<br />

Formal untuk Fasilitator Lapang.<br />

Bandung: Studio Driya Media.<br />

Soejadi. 1999. Kiat pendidikan matematika di<br />

Indonesia. Kostansi keadaan masa kini<br />

menuju harapan masa depan. Ditjen<br />

Dikti: Jakarta.<br />

Sushkin, N, 1999 [online] Avalaible :http://<br />

carbon.cudenver.edu/mryder/itc_data<br />

Contructivism.htm1.<br />

Tim BBE Depdiknas, 2001, Konsep Pendidikan<br />

Kecakapan Hidup (Life Skills<br />

Education), Buku I. Jakarta: Direktorat<br />

Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah.<br />

Umaedi, 1999, Manajemen <strong>Peningkatan</strong> Mutu<br />

Berbasis Sekolah, Direktorat Pendidikan<br />

Dasar dan Menengah<br />

Undang-Undang Nomor: 20 Tahun 2003 tentang<br />

Sistem Pendidikan Nasional.<br />

27


Henny Indrawati<br />

Jurnal Pendidikan<br />

Model Controversial Issues Untuk Meningkatkan Aktivitas<br />

Dan Hasil Belajar <strong>Matakuliah</strong> Ekonomi Pembangunan<br />

MODEL CONTROVERSIAL ISSUES UNTUK<br />

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR<br />

MATAKULIAH EKONOMI PEMBANGUNAN<br />

Henny Indrawati<br />

Dosen Pendidikan Ekonomi FKIP Universitas Riau<br />

Email: pku_henny@yahoo.com<br />

ABSTRAK: Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengetahui aktivitas belajar mahasiswa dengan<br />

menerapkan model Isu Kontroversial (controversial issues); dan (2) mengetahui hasil belajar mahasiswa<br />

dengan menerapkan model Isu Kontroversial (controversial issues). Penelitian dilakukan pada<br />

mahasiswa yang mengambil mata kuliah Ekonomi Pembangunan semester genap 2007/2008 pada<br />

program studi PPKn FKIP Universitas Riau, yang berjumlah 55 orang. Desain dan metode penelitian<br />

menggunakan pola penelitian tindakan kelas (classroom action research). Prosedur penelitian tindakan<br />

kelas ini yaitu (1) perencanaan (planning); (2) pelaksanaan tindakan kelas (action); (3) observasi<br />

(observation); dan (4) refleksi (reflection).<br />

Berdasarkan hasil observasi pada siklus I, kemampuan dosen dalam menerapkan model pembelajaran<br />

isu kontroversial (controversial issues) kurang baik. Aktivitas belajar yang dilakukan mahasiswa<br />

berada pada kategori kurang baik, sehingga hasil belajar yang diperoleh juga berada pada kategori<br />

cukup. Pada siklus II, kemampuan dosen dalam menerapkan model pembelajaran isu kontroversial<br />

(controversial issues) sudah sangat baik. Aktivitas belajar mahasiswa meningkat baik dari pertemuan<br />

pertama, hingga pertemuan terakhir pada siklus II, sehingga hasil belajar yang dicapai mahasiswa juga<br />

lebih baik dibandingkan dengan hasil belajar pada siklus I.<br />

Kata Kunci: controversial issues, aktivitas dan hasil belajar, ekonomi pembangunan<br />

ABSTRACT: This study is aimed to: (1) know the exact learning activities of students by implementing<br />

a model of Controversial Issues, and (2) understand student’s learning outcomes by applying the<br />

Controversial Issues learning model. The study was conducted on students who take courses in Economy<br />

Development 2007/2008 semester from Civil Education study program of Faculty of Teachers Training<br />

and Education from University of Riau, which numbered 55 people. Design and methods of action<br />

research studies will use (classroom action research). This class action research procedures includes<br />

(1)planning, (2) implementation of a class action(action), (3) observations, and (4)reflection. Based on<br />

the results of observations on the first cycle by the lecturers in applying the model of learning controversial<br />

issues, the first cycle end up with result that is considered poor. Student learning activities performed<br />

less well, so the study results obtained in the category is average. In the second cycle however, the<br />

ability of lecturers in applying the model of learning controversial issues has been satisfactory. The<br />

student activity increases better than the first meeting, until the last meeting on the second cycle, thus the<br />

learning outcome is better than the first cycle.<br />

Keywords: controversial issues, activity and learning outcomes, development of economics<br />

PENDAHULUAN<br />

Berdasarkan hasil observasi terhadap<br />

proses pembelajaran Ekonomi Pembangunan di<br />

kelas, teridentifikasi beberapa masalah nyata<br />

sebagai berikut: (1) mahasiswa kurang mampu<br />

mengemukakan pendapat secara sistematis, baik<br />

lisan maupun tulisan; (2) mahasiswa tidak terbiasa<br />

berbeda pendapat, berdebat, dan mengambil<br />

28


Henny Indrawati<br />

Jurnal Pendidikan<br />

Model Controversial Issues Untuk Meningkatkan Aktivitas<br />

Dan Hasil Belajar <strong>Matakuliah</strong> Ekonomi Pembangunan<br />

keputusan yang terbaik bagi dirinya dan orang<br />

lain; (3) dosen berorientasi pada target hasil<br />

penguasaan materi, sehingga seringkali mengabaikan<br />

bagaimana proses belajar menuju penguasaan<br />

materi; (4) keaktifan mahasiswa hanya sebesar<br />

30 persen saja, sehingga mengakibatkan rata-rata<br />

hasil belajar masih rendah, yaitu 60. Dampaknya<br />

terhadap mahasiswa adalah rendahnya penguasaan<br />

konsep dan keterampilan mahasiswa<br />

terhadap mata kuliah Ekonomi Pembangunan.<br />

Permasalahan tersebut sangat penting dan<br />

mendesak untuk dipecahkan, serta bisa diatasi<br />

melalui kemauan keras dosen untuk memperbaiki<br />

desain dan strategi pembelajaran, sehingga<br />

mampu memperbaiki kondisi tersebut. Menurut<br />

Margono (2001), kurang lebih 85 persen dari<br />

pembelajaran dikendalikan oleh pengajar dan<br />

hanya 15 persen oleh mahasiswa. Ini artinya<br />

pengajar sebagai penggerak proses belajar<br />

mengajar mempunyai peranan yang sangat besar<br />

dalam mendorong mahasiswa untuk belajar.<br />

Berdasarkan uraian di atas, maka<br />

rumusan masalah dalam penelitian ini adalah<br />

bagaimana aktivitas dan hasil belajar mata kuliah<br />

Ekonomi Pembangunan Mahasiswa PPKn FKIP<br />

Universitas Riau dengan menerapkan model Isu<br />

Kontroversial (controversial issues) Adapun<br />

tujuan dilakukan penelitian ini adalah: (1)<br />

mengetahui aktivitas belajar mahasiswa dengan<br />

menerapkan model Isu Kontroversial (controversial<br />

issues); (2) mengetahui hasil belajar<br />

mahasiswa dengan menerapkan model Isu<br />

Kontroversial (controversial issues).<br />

Untuk memecahkan masalah peningkatan<br />

aktivitas dan hasil belajar mahasiswa dalam mata<br />

kuliah Ekonomi Pembangunan, model Isu Kontroversial<br />

(controversial issues) dijadikan sebagai<br />

alternatif pemecahan masalah, dengan asumsi<br />

bahwa model pembelajaran ini mampu mengatasi<br />

akar penyebab masalah yang dihadapi, karena:<br />

1. <strong>Pembelajaran</strong> melalui isu kontroversial dalam<br />

Pendidikan Ilmu Sosialtermasuk Ekonomi<br />

Pembangunan dianggap sangat penting. Isu<br />

kontroversial merupakan sesuatu yang dapat<br />

dijumpai dalam banyak kasus mengenai teori<br />

atau pendapat dalam ilmu-ilmu sosial. Teoriteori<br />

yang dibangun berdasarkan data<br />

lapangan tertentu seringkali dianggap tidak<br />

mewakili kenyataan lapangan di berbagai<br />

tempat tertentu. Kenyataan yang demikian<br />

selalu hidup dalam ilmu sosial dan oleh karena<br />

itu isu kontroversial adalah sesuatu yang<br />

alamiah dalam pendidikan ilmu-ilmu sosial<br />

(Hasan, 2006).<br />

2. Melalui pendapat yang berbeda, secara tidak<br />

langsung dapat meningkatkan aktivitas mahasiswa.<br />

Mahasiswa dapat mengembangkan<br />

pendapat baru yang lebih baik. Di sini terjadi<br />

proses analogis dan sintesis dalam berpikir.<br />

Atas dasar perbedaan pendapat ini, dinamika<br />

kehidupan akademik dan sosial terjamin<br />

dengan baik. Mahasiswa akan terbiasa<br />

dengan kondisi semacam itu ketika mereka<br />

menjadi anggota masyarakat.<br />

3. Model pembelajaran Isu Kontroversial<br />

(controversial issues) akan melatih: (a)<br />

keterampilan akademis mahasiswa untuk<br />

membuat hipotesis, mengumpulkan evidensi,<br />

menganalisis data, dan menyajikan hasil<br />

inkuiri; (b) menghadapi kehidupan sosial yang<br />

kompleks dengan keterampilan berkomunikasi,<br />

menanamkan rasa empati, mempengaruhi<br />

orang lain, toleran, bekerja sama, dan<br />

lain-lain; (c) isu-isu yang dibahas berguna<br />

untuk mempelajari studi kasus dengan<br />

memahami penggunaan konsep, generalisasi,<br />

dan teori-teori Ekonomi Pembangunan.<br />

Keberhasilan penggunaan model pembelajaran<br />

controversial issues telah ditunjukkan<br />

oleh Novita (2011) yang menemukan bahwa<br />

penerapan model pembelajaran controversial<br />

issues dapat meningkatkan motivasi siswa sebesar<br />

25 persen dan hasil belajar siswa sebesar 20<br />

persen. Adapun langkah-langkah pembelajaran<br />

dengan menggunakan model Isu Kontroversial<br />

(controversial issues) pada penelitian ini merujuk<br />

pada pendapat Wiriaatmadja (2001) sebagai<br />

berikut: (1) melakukan brainstorming dengan<br />

29


Henny Indrawati<br />

Jurnal Pendidikan<br />

Model Controversial Issues Untuk Meningkatkan Aktivitas<br />

Dan Hasil Belajar <strong>Matakuliah</strong> Ekonomi Pembangunan<br />

mahasiswa mengenai isu-isu kontroversial yang<br />

akan dibahas, (2) secara berkelompok memilih<br />

salah satu kasus untuk dikaji; (3) mahasiswa<br />

melakukan inkuiri, membaca buku, mengumpulkan<br />

informasi lain; (4) mahasiswa menyajikan/<br />

mendiskusikan hasil inkuiri, mengajukan argumentasi,<br />

mendengarkan counter argument atau<br />

opini lain; (5) mahasiswa menerapkan konsep,<br />

generalisasi, teori ilmu Ekonomi Pembangunan<br />

untuk secara akademis menganalisis permasalahan.<br />

Berkaitan dengan proses belajar mengajar,<br />

pada prinsipnya belajar adalah berbuat, tidak<br />

ada belajar jika tidak ada aktivitas. Itulah<br />

mengapa aktivitas merupakan prinsip yang sangat<br />

penting dalam interaksi belajar mengajar<br />

(Sardiman, 2005). Aktivitas belajar adalah<br />

seluruh aktivitas anak didik dalam proses belajar,<br />

mulai dari kegiatan fisik sampai kegiatan psikis.<br />

Kegiatan fisik berupa ketrampilan-ketrampilan<br />

dasar sedangkan kegiatan psikis berupa ketrampilan<br />

terintegrasi. Ketrampilan dasar yaitu<br />

mengobservasi, mengklasifikasi, memprediksi,<br />

mengukur, menyimpulkan dan mengkomunikasikan.<br />

Sedangkan ketrampilan terintegrasi terdiri<br />

dari mengidentifikasi variabel, membuat tabulasi<br />

data, menyajikan data dalam bentuk grafik,<br />

menggambarkan hubungan antar variabel,<br />

mengumpulkan dan mengolah data, menganalisis<br />

penelitian, menyusun hipotesis, mendefinisikan<br />

variabel secara operasional, merancang penelitian<br />

dan melaksanakan eksperimen.<br />

Aktivitas belajar yang baik diharapkan<br />

dapat meningkatkan hasil belajar.Hasil belajar<br />

merupakan suatu puncak dari proses belajar.<br />

Menurut Oemar Hamalik (2005), hasil belajar<br />

merupakan perubahan tingkah laku sebagai<br />

akibat dari proses belajar yang dapat diamati dan<br />

diukur dalam bentuk perubahan pengetahuan,<br />

sikap dan keterampilan. Kokom (2010) juga<br />

mengatakan bahwa hasil belajar adalah kemampuan<br />

aktual yang diukur secara langsung. Hasil<br />

pengukuran belajar inilah akhirnya akan mengetahui<br />

seberapa jauh tujuan pendidikan dan<br />

pengajaran yang telah dicapai. Hasil belajar<br />

digunakan untuk dijadikan ukuran atau kriteria<br />

dalam mencapai suatu tujuan pendidikan. Hal ini<br />

dapat tercapai apabila anak didik sudah<br />

memahami belajar dengan diiringi oleh perubahan<br />

tingkah laku yang lebih baik lagi.<br />

METODE PENELITIAN<br />

Mata kuliah Ekonomi Pembangunan<br />

disajikan pada semester genap. Subjek dalam<br />

perbaikan pembelajaran ini adalah mahasiswa<br />

yang mengambil mata kuliah Ekonomi<br />

Pembangunan semester genap 2007/2008 pada<br />

program studi PPKn FKIP Universitas Riau, yang<br />

berjumlah 55 orang mahasiswa.<br />

Desain dan metode penelitian menggunakan<br />

pola penelitian tindakan kelas (classroom<br />

action research). Hopkin dalam Kokom (2010)<br />

merumuskan penelitian tindakan kelas sebagai<br />

penelitian yang mengkombinasikan prosedur<br />

penelitian dengan tindakan substantif, suatu<br />

tindakan yang dilakukan dalam disiplin inkuiri, atau<br />

suatu usaha seseorang untuk memahami apa yang<br />

sedang terjadi, sambil terlibat dalam sebuah<br />

prosedur perbaikan dan perubahan. Prosedur<br />

penelitian tindakan kelas ini yaitu (1) perencanaan<br />

(planning), yaitu mempersiapkan segala sesuatu<br />

yang diperlukan untuk pelaksanaan tindakan dan<br />

obervasinya; (2) pelaksanaan tindakan kelas<br />

(action), yaitu melaksanakan pembelajaran<br />

dengan pedoman indikator variabel penggunaan<br />

model pembelajaran isu kontroversial; (3)<br />

observasi (observation), yaitu pengumpulan data<br />

pada saat pelaksanaan tindakan;dan (4) refleksi<br />

(reflection), yaitu melakukan analisis pelaksanaan<br />

tindakan serta menyusun rencana tindakan siklus<br />

berikutnya untuk penyempurnaan pelaksanaan<br />

tindakan dan hasilnya.<br />

Pengumpulan data tentang aktivitas dosen<br />

dan mahasiswa dilakukan melalui lembar<br />

observasi. Aktivitas dosen diukur melalui kegiatan:<br />

(1) melakukan brainstorming mengenai isuisu<br />

yang akan dibahas; (2) mengarahkan<br />

mahasiswa untuk membentuk kelompok: (3)<br />

30


Henny Indrawati<br />

Jurnal Pendidikan<br />

Model Controversial Issues Untuk Meningkatkan Aktivitas<br />

Dan Hasil Belajar <strong>Matakuliah</strong> Ekonomi Pembangunan<br />

mengarahkan mahasiswa untuk membaca buku<br />

dan mengumpulkan informasi lain; (4)mengarahkan<br />

mahasiswa untuk menyajikan hasil inkuiri,<br />

mengajukan argumentasi dan mendengarkan opini<br />

dari kelompok lain; (5) mengarahkan mahasiswa<br />

untuk menerapkan konsep untuk secara akademis<br />

menganalisis permasalahan.<br />

Aktivitas belajar diukur melalui kegiatan:<br />

(1) mengemukakan pertanyaan yang relevan; (2)<br />

menanggapi pertanyaan; (3) mengemukakan<br />

pendapat; (4) memberikan ide dan pilihan variasi<br />

dalam penyelesaian isu kontroversial; (5)<br />

menyimpulkan isu kontroversial dengan mempertimbangkan<br />

kelemahan dan keunggulan<br />

masing-masing.<br />

Sedangkan hasil belajar mahasiswa<br />

dikumpulkan dengan mengadakan evaluasi setiap<br />

akhir pokok bahasan (kuis), ujian tengah<br />

semester, ujian akhir semester, tugas terstruktur<br />

dan tugas mandiri dengan bobot penilaian masingmasing:<br />

kuis (10%), tugas (20%), UTS (35%)<br />

dan UAS (35%).<br />

HASIL DAN PEMBAHASAN<br />

Penelitian dilakukan sebanyak 2 siklus<br />

karena pada siklus kedua sudah menampakkan hasil<br />

pembelajaran yang diharapkan. Adapun gambaran<br />

kegiatan pembelajaran dari hasil pembelajaran pada<br />

setiap siklus adalah sebagai berikut:<br />

1. Siklus I<br />

a. Perencanaan<br />

Sebelum memulai kegiatan penelitian,<br />

penulis menyiapkan dan membagi materi ke<br />

dalam beberapa pertemuan pembelajaran.<br />

Skenario pembelajaran model isu kontroversial<br />

siklus I merujuk pada pendapat Hasan (2006)<br />

bahwa isu kontroversial dapat diambil dari sumber<br />

yang resmi beredar di masyarakat ataupun<br />

berdasarkan apa yang sudah ada dalam masyarakat.<br />

b. Pelaksanaan Tindakan Kelas<br />

Siklus I dilaksanakan dalam 2 pertemuan.<br />

Sebelum masuk kelas, dilakukan pengecekan<br />

terhadap kelengkapan dan kesiapan pelaksanaan<br />

tindakan. Tahap ini merupakan kegiatan utama<br />

penelitian, yaitu dilaksanakannya skenario<br />

pembelajaran yang telah direncanakan sesuai<br />

silabus dan skenario pembelajaran yang telah<br />

dibuat peneliti.<br />

c. Observasi<br />

Pengamatan yang dilakukan adalah<br />

aktivitas dosen yang terdiri dari kegiatan<br />

melakukan brainstormingmengenai isu-isu yang<br />

akan dibahas, mengarahkan mahasiswa untuk<br />

membentuk kelompok, mengarahkan mahasiswa<br />

untuk membaca buku dan mengumpulkan<br />

informasi lain, mengarahkan mahasiswa untuk<br />

menyajikan hasil inkuiri, mengajukan argumentasi<br />

dan mendengarkan opini dari kelompok lain, dan<br />

mengarahkan mahasiswa untuk menerapkan konsep<br />

untuk secara akademis menganalisis permasalahan.<br />

Aktivitas belajar terdiri dari kegiatan<br />

mengemukakan pertanyaan yang relevan,<br />

menanggapi pertanyaan, mengemukakan pendapat,<br />

memberikan ide dan pilihan variasi dalam<br />

penyelesaian isu kontroversial,dan menyimpulkan<br />

isu kontroversial dengan mempertimbangkan<br />

kelemahan dan keunggulan masing-masing.<br />

Hasil observasi aktivitas dosen pada<br />

siklus I masih jauh dari harapan, karena masih<br />

termasuk ke dalam kategori kurang baik, yaitu<br />

memperoleh skor aktivitas 12 dari 20 skor<br />

maksimalnya. Dari 5 unsur aktivitas, hanya 2<br />

aktivitas yang mendapat skor 3 (baik) yaitu<br />

aktivitas melakukan brainstormingmengenai isuisu<br />

yang akan dibahas dan mengarahkan<br />

mahasiswa untuk membentuk kelompok. Aktivitas<br />

mengarahkan mahasiswa untuk membaca<br />

buku dan mengumpulkan informasi lain, mengarahkan<br />

mahasiswa untuk menyajikan hasil inkuiri,<br />

mengajukan argumentasi dan mendengarkan opini<br />

dari kelompok lain, dan mengarahkan mahasiswa<br />

untuk menerapkan konsep untuk secara akademis<br />

menganalisis permasalahan mendapatkan skor<br />

masing-masing 2 (kurang baik).<br />

Hasil observasi aktivitas belajar mahasiswa<br />

pada siklus I dapat dilihat pada Tabel 1.<br />

31


Henny Indrawati<br />

Jurnal Pendidikan<br />

Model Controversial Issues Untuk Meningkatkan Aktivitas<br />

Dan Hasil Belajar <strong>Matakuliah</strong> Ekonomi Pembangunan<br />

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Aktivitas Belajar Mahasiswa pada Siklus I<br />

No. Kategori Skor Mahasiswa<br />

Jumlah %<br />

1 Sangat baik 26 – 32 0 0,0<br />

2 Baik 20 – 25 15 27,3<br />

3 Kurang baik 14 – 19 35 63,6<br />

4 Tidak baik 8 – 13 5 9,1<br />

Jumlah 55 100,00<br />

Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa secara<br />

umum aktivitas belajar mahasiswa kurang baik.<br />

Hal ini ditunjukkan 35 orang mahasiswa (63,6<br />

persen) mendapatkan skor kurang baik. Kurang<br />

baiknya aktivitas belajar mahasiswa bukan<br />

disebabkan karena belum melakukan aktivitas<br />

belajar, melainkan mahasiswa baru pertama kali<br />

menerapkan model pembelajaran isu kontroversial<br />

ini, sehingga mahasiswa merasa kurang jelas<br />

aktivitas apa yang harus dilakukan.<br />

Hasil belajar mahasiswa ditentukan dari<br />

hasil kuis yang diperoleh mahasiswa, yang dapat<br />

dilihat pada Tabel 2.<br />

Tabel 2. Hasil Belajar Mahasiswa pada Siklus I<br />

Secara umum, terdapat 74,5 persen hasil<br />

belajar mahasiswa yang masih berada pada<br />

kategori cukup.Sementara itu, mahasiswa yang<br />

memperoleh nilai baik baru sebesar 25,5 persen.<br />

d. Refleksi<br />

Berdasarkan hasil observasi diperoleh<br />

bahwa kemampuan dosen dalam menerapkan<br />

model pembelajaran isu kontroversial kurang baik.<br />

Hal ini dapat dijelaskan bahwa pada siklus I,<br />

pembelajaran kurang mampu melibatkan seluruh<br />

mahasiswa dalam berdikusi, karena dosen lebih<br />

menitikberatkan pada penguasaan mahasiswa<br />

terhadap materi. Aktivitas belajar yang dilakukan<br />

mahasiswa berada pada kategori kurang baik,<br />

sehingga hasil belajar yang diperoleh juga berada<br />

pada kategori cukup.<br />

2. Siklus II<br />

a. Perencanaan<br />

Perencanaan pada siklus II meliputi:<br />

menyiapkan dan membagi materi kuliah, serta<br />

menyusun soal kuis. Kepada mahasiswa lebih<br />

ditekankan lagi setiap pertemuan akan diakhiri<br />

dengan kuis.<br />

b. Pelaksanaan Tindakan Kelas<br />

Siklus II juga dilaksanakan sebanyak 2<br />

pertemuan. Pelaksanaan tindakan kelas pada<br />

siklus II ini memperbaiki kelemahan-kelemahan<br />

yang terdapat pada pelaksanaan tindakan I sesuai<br />

dengan hasil refleksi. Berdasarkan pada kelemahan<br />

yang ditemui pada siklus I, maka pada siklus<br />

II ini dosen semaksimal mungkin membimbing dan<br />

memperhatikan mahasiswa, dan lebih menga-<br />

32


Henny Indrawati<br />

Jurnal Pendidikan<br />

Model Controversial Issues Untuk Meningkatkan Aktivitas<br />

Dan Hasil Belajar <strong>Matakuliah</strong> Ekonomi Pembangunan<br />

rahkan mereka kepada langkah-langkah pembelajaran<br />

model isu kontroversial.<br />

c. Observasi<br />

Aktivitas dosen pada siklus II ini sudah<br />

sangat baik, yang dapat dilihat dari perolehan skor<br />

aktivitas sebesar 17 dari 20 skor maksimalnya.<br />

Dari 5 unsur aktivitas, 2 unsur memperoleh skor<br />

4 (sangat baik) dan 3 unsur memperoleh skor 3<br />

(baik). Aktivitas yang sudah sangat baik adalah<br />

melakukan brainstorming mengenai isu-isu yang<br />

akan dibahas dan mengarahkan mahasiswa untuk<br />

membentuk kelompok. Secara umum dapat<br />

dikatakan bahwa penggunaan model isu kontroversial<br />

telah dapat dilakukan dosen dengan baik.<br />

Hasil observasi aktivitas belajar mahasiswa<br />

pada siklus II dapat dilihat pada Tabel 3.<br />

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Aktivitas Belajar Mahasiswa pada Siklus II<br />

No. Kategori Skor Mahasiswa<br />

Jumlah %<br />

1 Sangat baik 26 – 32 43 78,2<br />

2 Baik 20 – 25 12 21,8<br />

3 Kurang baik 14 – 19 0 0<br />

4 Tidak baik 8 – 13 0 0<br />

Jumlah 55 100,00<br />

Aktivitas belajar mahasiswa pada siklus II<br />

menjadi lebih baik. Aktivitas belajar mahasiswa<br />

secara umum sudah tergolong sangat baik. Terdapat<br />

78,2 persen mahasiswa yang memperoleh<br />

skor pada kategori sangat baik. Sedangkan<br />

sisanya sebesar 21,8 persen memperoleh skor<br />

pada kategori baik. Kenyataan ini menunjukkan<br />

bahwa mahasiswa terlibat cukup aktif dalam<br />

diskusi kelompok dan diskusi kelas. Mahasiswa<br />

bertanggung jawab terhadap keputusan pro<br />

kontra dirinya dan kelompoknya terhadap isuisu<br />

kontroversial yang dibahas, sehingga berusaha<br />

mempertahankan keputusan dengan mengemukakan<br />

alasan yang jelas berdasarkan sumber<br />

yang lebih kaya.<br />

Untuk hasil belajar mahasiswa pada siklus II dapat<br />

dilihat pada Tabel 4. Dari Tabel 4 dapat dilihat<br />

bahwa secara umum terjadi peningkatan hasil<br />

belajar mahasiswa pada siklus II. Terdapat 72,7<br />

persen hasil belajar mahasiswa yang masih berada<br />

pada kategori baik. Sementara itu, mahasiswa<br />

yang memperoleh nilai cukup hanya 15 persen<br />

saja. <strong>Peningkatan</strong> ini disebabkan oleh beberapa<br />

hal, antara lain:(1) mahasiswa sudah memahami<br />

model pembelajaran isu kontroversial sehingga<br />

bisa melaksanakan aktivitas belajar dengan baik,<br />

dan akhirnya hasil belajar meningkat; (2) kuis yang<br />

dilaksanakan setiap selesai pemberian materi<br />

akan sangat membantu peningkatan daya serap<br />

mahasiswa, sehingga dapat meningkatkan hasil<br />

belajar.<br />

Tabel 4. Hasil Belajar Mahasiswa pada Siklus II<br />

No. Kategori Hasil Belajar Mahasiswa<br />

Jumlah %<br />

1 Sangat baik ≥ 80 - 100 0 0,0<br />

2 Baik ≥ 70 - < 80 40 72,7<br />

3 Cukup ≥ 60 - < 70 15 27,3<br />

4 Kurang ≥ 50 - < 60 0 0,0<br />

5 Kurang sekali < 50 0 0,0<br />

Jumlah 55 100,0<br />

33


Henny Indrawati<br />

Jurnal Pendidikan<br />

Model Controversial Issues Untuk Meningkatkan Aktivitas<br />

Dan Hasil Belajar <strong>Matakuliah</strong> Ekonomi Pembangunan<br />

d. Refleksi<br />

Berdasarkan pada proses pembelajaran<br />

pada siklus II ditemukan hal-hal sebagai berikut:<br />

(1) aktivitas belajar mahasiswa meningkat baik<br />

dari pertemuan pertama, hingga pertemuan<br />

terakhir pada siklus II; (2) hasil belajar yang<br />

dicapai mahasiswa juga lebih baik dibandingkan<br />

dengan hasil belajar pada siklus I.<br />

KESIMPULAN<br />

Dari hasil penelitian dan pembahasan yang<br />

telah dikemukakan, dapat diambil kesimpulan<br />

bahwa model pembelajaran isu kontroversial<br />

(controversial issues) dapat meningkatkan<br />

aktivitas dan hasil belajar mahasiswa. <strong>Peningkatan</strong><br />

ini disebabkan karena mahasiswa sudah memahami<br />

model pembelajaran isu kontroversial<br />

sehingga bisa melaksanakan aktivitas belajar<br />

dengan baik, dan akhirnya hasil belajar meningkat;<br />

DAFTAR PUSTAKA<br />

Hasan, 2006, Pendidikan Ilmu Sosial, Proyek<br />

Pendidikan Tenaga Akademik Dirjen Dikti<br />

Depdikbut, Jakarta.<br />

Kokom Komalasari, 2010, <strong>Pembelajaran</strong><br />

Kontekstual; Konsep dan Aplikasi, PT.<br />

Refika Aditama, Bandung.<br />

Margono Slamet, 2001, Prinsip-Prinsip Belajar<br />

Mengajar dan Mengajar Efektif, dalam<br />

<strong>Peningkatan</strong> Mutu Proses <strong>Pembelajaran</strong><br />

dengan Pendekatan Manajemen<br />

Mutu Terpadu di Perguruan Tinggi.<br />

Direktorat Jenderal Perguruan Tinggi<br />

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,<br />

Jakarta.<br />

Novita Verdiantika, 2011, Penerapan Model<br />

<strong>Pembelajaran</strong> Controversial Issues untuk<br />

Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar<br />

Siswa SMA di Kota Malang. Jurnal Ilmu<br />

Pendidikan, No. 5 Volume 5 Juli 2011,<br />

LPTK dan ISPI, Malang.<br />

Oemar Hamalik, 2005, Perencanaan <strong>Pembelajaran</strong><br />

Berdasarkan Pendekatan Sistem,<br />

Bumi Aksara, Jakarta.<br />

Sardiman. 2005. Interaksi dan Motivasi Belajar<br />

Mengajar, Rajawali Pres, Jakarta.<br />

Wiriaatmaja, R. 2001, Isu Kontroversial dalam<br />

<strong>Pembelajaran</strong> Sejarah, Makalah dalam<br />

Seminar <strong>Pembelajaran</strong> Sejarah, FIPS, UPI<br />

Bandung.<br />

34


Jimmi Copriady<br />

Jurnal Pendidikan<br />

Pemetaan Kompetensi Dasar Siswa dan Alternatif Pemecahan Masalah<br />

PEMETAAAN KOMPETENSI DASAR SISWA MATA<br />

PELAJARAN KIMIA DAN ALTERNATIF PEMECAHAN<br />

MASALAH DI PROVINSI RIAU<br />

Jimmi Copriady<br />

Dosen Pendidikan Kimia FKIP Universitas Riau<br />

ABSTRAK:Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kompetensi dasar siswa menyelesaikan Ujian<br />

Nasional pada mata pelajaran kimia di Sekolah Menengah Atas (SMA) Provinsi Riau. Dalam penelitian<br />

ini juga mengkaji aspek penyebab rendahnya kompetensi dasar siswa dan mencari alternatif<br />

pemecahahan masalah untuk meningkatkan kompetensi dasar siswa. Sampel penelitian 46 orang tenaga<br />

pendidik dan tenaga kependidikan SMA Kota Pekanbaru, Kabupaten Siak dan Kabupaten Palalawan,<br />

sedangkan data penelitian hasil ujian nasional tahun ajaran 2007-2009, angket, observasi dan wawancara.<br />

Hasil penelitian ditemukan 22 soal tahun ajaran 2007/2008, 8 soal tahun ajaran 2008/2009 dan 23<br />

soal tahun ajaran 2009/2010 soal Paket A serta 8 soal tahun ajaran 2009/2010 soal paket B. Hasil<br />

penelitian juga menunjukkan ada beberapa aspek dari Delapan Standar Nasional Pendidikan yang<br />

belum berjalan secara efektif sehingga perlu adanya pembenahan.<br />

Kata kunci : Kompetensi Dasar, Penilaian, Ujian Nasional<br />

ABSTRACT:<br />

The aim of this research is to know students’ basic competence in finishing final examination in Chemistry<br />

subject at Senior High School of Riau Province. This research will also investigate the main aspect of<br />

what causing students’ low basic competence and at the same time finding alternative solution to increase<br />

students’ basic competence. As samples there are 46 people teachers SMA in Pekanbaru city, Siak<br />

regency and Pelalawan regency, whereas the data of research result of final examination will be taken<br />

from academic year 2007-2009’s final examinations, questionnaire, observations, and interviews. The<br />

result of this research found 22 questions in academic year 2007/2008, 8 questions in academic year<br />

2008-2009, and 23 questions in academic year 2009/2010 A packets of questions along with 8 questions<br />

in academic years 2009/2010 B packets questions. The research’s result also indicates that some of<br />

the aspects from Eighth National Standard of Education is not effective thus need improvements.<br />

Keyword: Basic Competence, Assessment, Final Examination<br />

A. PENDAHULUAN<br />

Ujian Nasional sebagai acauan pemerintah<br />

terhadap pelaksanaan pengajaran dan pembelajaran<br />

secara keseluruhan untuk menilai kemampuan<br />

siswa, menilai pencapaian pengajaran dan<br />

pembelajaran serta penilaian terhadap kemampuan<br />

guru dalam melaksanakan pengajaran dan<br />

pembalajaran. Dalam Materi Sosialisasi dan<br />

pelatihan kurikulum tingkat satuan pendidikan<br />

(KTSP) Departemen Pendidikan Nasional<br />

(2007), di nayatakan bahwa: Penilaian hasil ujian<br />

nasional digunakan sebagai salah satu pertimbangan<br />

untuk pembinaan dan pemberian bantuan<br />

kepada satuan pendidikan dalam upaya untuk meningkatkan<br />

mutu pendidikan. Berdasarkan hasil<br />

Ujian Nasional tahun ajaran 2007 – 2010 mata<br />

pelajaran Kimia Kota Pekanbaru, Kabupaten<br />

Pelalawan dan Kabupaten Siak secara<br />

umumnya nilai rata-rata yang diperoleh di atas<br />

35


Jimmi Copriady<br />

Jurnal Pendidikan<br />

Pemetaan Kompetensi Dasar Siswa dan Alternatif Pemecahan Masalah<br />

6 atau diatas batas ketuntasan seperti tabel di<br />

bawah ini :<br />

Tabel 1 Hasil Ujian Nasional Mata Pelajaran Kimia<br />

Kota/Kab<br />

Tahun<br />

2007/2008 2008/2009 2009/2011<br />

Pekanbaru 8.52 9.14 8.66<br />

Pelalawan 6.9 8.68 8.62<br />

Siak 7.65 8.72 8.29<br />

Tabel Tabel 1 menunjukkan hasil Ujian<br />

Nasional<br />

Nasional tahun ajaran tahun 2007 ajaran – 2010 2007 kota Pekanbaru,<br />

Pekanbaru, Kabupaten Kabupaten Pelalawan dan Pelalawan Kabupaten dan Siak<br />

Kabupaten berada diatas Siak ketuntasan. berada diatas Namun ketuntasan. untuk<br />

Namun mengetahui untuk secara mengetahui keseluruhan pencapaian<br />

ketuntuntasan tersebut perlu di lakukan<br />

penelitian dan kajian yang mendalam.<br />

Penilaian pengajaran dan Penilaian merupakan<br />

aktivitas sejauh mana pelaksanaan pengajaran dan<br />

pembelajaran dapat dilaksanakan, menilai<br />

kemampuan siswa sebagai indikator mengetahui<br />

kemampuan guru dalam melakukan pengajaran<br />

dalam kelas. Aktivitas penilaian yaitu menilaian<br />

seberapa jauh tujuan yang rencanakan tercapai<br />

sesuai dengan rancangan yang disusun sebelumnya<br />

setelah aktivitas pengajaran di sekolah (Davies,<br />

2001). Menurut Djamarah (2006:105) mengatakan<br />

bahwa fungsi penilaian ialah untuk mem--<br />

berikan umpan balik kepada guru dalam rangka<br />

memperbaiki proses pembelajaran dan melaksanakan<br />

program remedial bagi pelajar yang<br />

belum berhasil sehingga ia mampu meningkatkan<br />

prestasinya. Penilaian pembelajaran menurut<br />

Sanjaya (2007:59) berfungsi untuk melihat<br />

keberhasilan pelajar dalam proses pembelajaran,<br />

tetapi juga berfungsi sebagai umpan balik kepada<br />

guru atas kinerjanya dalam pengelolaan pembelajaran.<br />

Ralph Tyler 1950 dalam Suharsimi<br />

(2003:3) penilaian merupakan sebuah proses<br />

pengumpulam data untuk menentukan sejauhmana,<br />

dalam hal apa dan bahagian mana tujuan<br />

pendidikan sudah tercapai Dari pandangan<br />

beberapa pakar diatas dapat disimpulkan<br />

pentingnya penilaian dalam pembelajaran untuk<br />

menilaia secara keseluruhan terahdap pelakasnaan<br />

pengajaran dan pembelajaran, penilaian<br />

merupakan indikator keberhasilan pengajaran dan<br />

pembelajaran.<br />

Dalam penilaian pengajaran dan pembelajaran<br />

yang menjadi objek penilaian adalah<br />

kemampuan siswa sebagai indikator keberhasilan<br />

pengajaran dan pembalajaran. Indikator utama<br />

dalam penilaian adalah kemampuan (kompetensi)<br />

siswa baik pengetahuai, sikap dan keterampilan.<br />

Kompetensi didefinisikan sebagai keupayaan,<br />

keterampilan dan pengetahuan yang digunakan<br />

untuk melakukan sesuatu kerja (Corbin,1993<br />

dalam Fathiah, 2007). Sedangkan penilaian<br />

berguna untuk mengukur dan menilai sejauhmana<br />

tujuan instruksional telah tercapai, melihat<br />

seberapa peningkatan hasil pengajaran dan<br />

pembelajaran, dan bagaimana tingkat keberhasilan<br />

itu dibandingkan dengan tujuan instruksional<br />

tersebut yang ditetapkan semula (Hamalik,<br />

2000). Dapat disimpulkan bahwa penilaian<br />

pengajaraan dan pembelajaran menilai terhadap<br />

kemampuan siswa setelah mengikuti proses<br />

pengajaran dan pembelajaran.<br />

B. METODOLOGI PENELITIAN<br />

Dalam dunia penelitian hasil penelitian<br />

ditentukan oleh metode dan rancangan penelitian<br />

dan tujuan penelitian, oleh karena itu peneliti harus<br />

membuat perencanaan penelitian yang sesuai<br />

dengan tujuan penelitian, (Chua Ya Piaw, 2006).<br />

Menurut Cresswell (2002) prosedur untuk<br />

mengumpulkan, menganalisis, dan membuat<br />

laporan dalam penelitian kuantitatif dan kualitatif<br />

36


Jimmi Copriady<br />

Jurnal Pendidikan<br />

Pemetaan Kompetensi Dasar Siswa dan Alternatif Pemecahan Masalah<br />

disebut rancangan penelitian (perencanaan<br />

penelitian). Sedangkan Mc Millan And<br />

Schumacher (2001) mengatakan rancangan<br />

penelitian adalah tata tara pengolahan data yang<br />

dikumpul berdasarkan perencanaan khusus dan<br />

sistematik yang melibatkan rangkaian variable<br />

dalam penelitian yang berkaitan.<br />

Rancangan penelitian ini menggunakan<br />

pendekatan penelitian survey untuk memetakan<br />

kondisi riil keteracapaian standar kompetensi dan<br />

kompetensi dasar siswa SMA di Kota Pekanbaru,<br />

Kabupaten Pelalawan dan Kabupaten Siak<br />

Provinsi Riau melalui usaha mengamati, mengumpulkan,<br />

menganalisis, menginterpretasi data<br />

mengenai hubungan antar berbagai gejala sehingga<br />

mampu menjawab masalah penelitian, penelitian<br />

survey adalah prosedur penelitian kuantitatif di<br />

mana peneliti menyusun kuesioner untuk sampel<br />

atau populasi seluruh orang dalam rangka untuk<br />

menggambarkan sikap, pendapat, perilaku, atau<br />

ciri-ciri penduduk, Creswell (2002). Menurut<br />

Nana Syaodih (2010) Ada tiga ciri utama kajian<br />

survey 1) informasi dikumpulkan dari kelompok<br />

besar orang untuk mendeskripsikan beberapa<br />

aspek atau karakteristik tertentu seperti:<br />

kemampuan, sikap, kepercayaan, pengetahuan<br />

dari populasi, 2) informasi dikumpulkan melalui<br />

pegajuan pertanyaan (umumnnya tertulis dan lisan)<br />

dari populasi, 3) informasi diperoleh dari sampel<br />

bukan dari populasi.<br />

Teknik pengumpulan data dan instrumen<br />

pada penelitian ini terdiri dari: a) Studi dokumentasi,<br />

b) Wawancara (Indepht Interview), c)<br />

Kuesioner, d) Focus Group Discussion (FGD).<br />

Secara detail rancangan (design) penelitian dapat<br />

digambarkan sebagai berikut:<br />

Kegiatan Penelitian<br />

Pemetaan Kompetensi<br />

siswa SMA dalam menyelesaikan soal<br />

ujian nasional tiap standar<br />

kompetensi/kompetensi dasar mata ujian<br />

nasional<br />

Metode Yang<br />

Digunakan<br />

1. Dokumentasi Data UN dari BSNP<br />

Tahun 2006/2007 – 2010/2011<br />

2. Data Pendukung Lainnya<br />

Hasil Penelitian<br />

Tersedianya Peta Kompetensi<br />

Siswa SMA Tiap Standar<br />

Kompetensi/ Kompetensi dasar<br />

Pada Mata Pelajaran UN<br />

Identifikasi<br />

Faktor-Faktor Penyebab<br />

Metode Yang<br />

Digunakan<br />

1. FGD<br />

2. Indepht Interview<br />

3. Dokumentasi<br />

4. Angket/kuesioner<br />

Hasil Penelitian<br />

Teridentifikasi Faktor-Faktor<br />

Penyebab Ketidaktuntasan<br />

Standar Kompetensi Lulusan<br />

Siswa SMA Pada Mata Pelajaran<br />

UN<br />

Identifikasi<br />

Alternatif Pemecahan<br />

Metode Yang<br />

Digunakan<br />

1. FGD<br />

2. MGMP Mata<br />

Pelajaran<br />

3. Try out<br />

Hasil Penelitian<br />

Teridentifikasi Alternatif dan Model<br />

Pemecahan diantaranya:<br />

1. Pembinaan Siswa dan Guru<br />

Berdasarkan Tingkat Kompetensi<br />

secara berkelanjutan<br />

2. MGMP Berbasis Lesson Study Mata<br />

Pelajaran UN<br />

3. Penambahan Waktu/Jam (Kuantitas)<br />

Belajar Mata Pelajaran UN<br />

4. Tersedianya Bank Soal Tingkat<br />

Kabupaten/Kota Mata Pelajaran UN<br />

37


Jimmi Copriady<br />

Jurnal Pendidikan<br />

Pemetaan Kompetensi Dasar Siswa dan Alternatif Pemecahan Masalah<br />

C. HASIL PENELITIAN<br />

Setelah dilakukan penelitian di Kota Pekanbaru,<br />

Kabupaten Pelalawan da Kabupaten Siak di<br />

dapatkan temuan penelitian tentang deskriptif<br />

kompetensi Dasar yang rendah, pemetaan standar<br />

Kab/kota Jumlah Soal yang tidak tuntas (< 60)<br />

2007/2008 2008/2009 2009/2010<br />

Paket Soal A<br />

2009/2010<br />

Paket Soal B<br />

Pekanbaru 3 3 7 3<br />

Siak 13 3 9 2<br />

Palalawan 6 2 7 3<br />

Tabel 2 menunjukkan jumlah soal yang tidak<br />

tuntas<br />

Tabel<br />

Ujian<br />

2 menunjukkan<br />

nasional tahun ajaran 2007 – 2010.<br />

Tahun ajaran 2007/2008 kabupaten Siak lebih<br />

banyak soal ujian yang tidak tuntas yakni 13<br />

soal, dan kabuparen Pelalawan 6 soal serta kota<br />

Pekanbaru 3 soal. Pada tahun ajaran 2008/2009<br />

menunjukkan perubahan lebih baik dimana<br />

berkurangnya soal yang tidak tuntas dan jumlah<br />

tidak berbeda jauh antara kabupaten/kota, kota<br />

Pekanbaru dan Kabupaten Siak 3 jumlah soal<br />

dan Kabupaten Pelalawan 2 soal. Selanjutnya<br />

isi, standar proses, standar penilaian serta hasil<br />

wawancara dengan guru tentang pelaksanaan<br />

pengajaran dan pembelajaran.<br />

1. Pemetaan Jumlah Soal Ujian Nasional<br />

Tabel 2. Jumlah Soal Kompetensi Dasar Ujian Nasional Mata<br />

Pelajaran Kimia Tahun Ajaran 2007-2009<br />

2. Pemetaaan Standar Isi, Proses dan Penilaian<br />

pada tahun ajaran 2009/2010 ada dua paket<br />

soal Ujian Nasional, soal paket A lebih banyak<br />

soal yang tidak tuntas berbanding soal paket B.<br />

Soal paket A Kabupaten Siak 9 soal, Kota<br />

Pekanbaru dan Kabupaten Pelalawan 7 soal<br />

yang tidak tuntas sedangkan soal paket B Kota<br />

Pekanbaru dan Kabupaten Pelalawan 3 soal,<br />

Kabupatens Siak 2 butir soal. Secara umum<br />

dapat disimpulkan bahwa terdapat perubahan<br />

lebih baik setiap tahun, tetapi terdapat perbezaan<br />

antara soal paket A dan B.<br />

Tabel 3. Pemetaan Standar Isi Kompetensi Pengajaran Kimia<br />

KOMPONEN INDIKATOR PEKANBARU PELALAWAN SIAK<br />

Pengembangan<br />

69 Tinggi 24 Sedang 22 Sedang<br />

KTSP<br />

Penyusunan<br />

46 Sedang 36 Tinggi 22 Sedang<br />

silabus<br />

ISI<br />

Beban<br />

23 Rendah 36 Tinggi 22 Sedang<br />

mengajar<br />

Ketuntasan<br />

23 Rendah 12 Rendah 11 Rendah<br />

mata pelajaran<br />

Tabel 3 menunjukkan tentang pemetaan Standar<br />

Isi Tabel pengajaran 3 mata pelajaran Kimia yang perlu<br />

dilakukan usaha memperbaiki kualitas dalam<br />

pengajaran Kimia. Indikator yang perlu di<br />

tingkatkan yaitu 1) Pengembangan KTSP, 2)<br />

Penyusunan Silabus, 3) beban mengajar yang<br />

tidak seimbang, 4) beban mengajar yang tidak<br />

seimbang. Dari 4 empat indikator yang tersebut<br />

perlu dilakukan usaha untuk meningkatkan<br />

standar isi dengan program yang tepat.<br />

38


Jimmi Copriady<br />

Jurnal Pendidikan<br />

Pemetaan Kompetensi Dasar Siswa dan Alternatif Pemecahan Masalah<br />

Tabel 4. Pemetaan Standar Proses Kompetensi Pengajaran Kimia<br />

Tabel 4. Tentang pemetaan standar proses<br />

kompetensi pengajaran Kimia menunjukkan<br />

terdapat perbedaan satandar proses pengajaran<br />

kimia antara kota dan kabupaten. Namun<br />

beberapa indikator yang perlu di tingkatkan secara<br />

keseluruhan sehingga mempunyai standar proses<br />

yang sama antara kota dan kabupaten. Indikator<br />

yang perlu di tingkatkan yaitu : 1) Pemantauan<br />

proses pembelajaran Kepala Sekolah, 2)<br />

Implementasi tindak lanjut hasil supervise, 3)<br />

Pendekatan pembelajaran konstruktivistik dan<br />

behavioristic, 4) Model pembelajaran, 5) Implementasi<br />

cooperative learning, 6) Media<br />

pembelajaran, 7) Media pembelajaran buatan<br />

berbasis IT atau tidak berbasis IT, 8) <strong>Pembelajaran</strong><br />

berbasis IT, Tidak berbasis IT atau yang<br />

tergolong Blended Learning. Secara umum dapat<br />

disimpulkan dalam pengajaran Kimia perlunya pengawasan<br />

dan supervisi kepala sekolah, pendekatan<br />

pengajaran yang variatif dan penggunaan<br />

media pembelajaran, alat dan bahan laboratorium<br />

serta IT dalam menunjang pengajaran.<br />

Tabel 5.Pemetaaan Standar Penilaian Pengajaran Kimia<br />

39


Jimmi Copriady<br />

Jurnal Pendidikan<br />

Pemetaan Kompetensi Dasar Siswa dan Alternatif Pemecahan Masalah<br />

Tabel 5 menunjukkan standar penilaian pengajaran<br />

kimia yang masih perlu untuk di perbaiki<br />

pada beberapa indikator : 1) Informasi rancangan<br />

kriteria penilaian pada silabus, kepada para siswa<br />

di awal semester, 2) Macam asesmen tergolong<br />

asesmen autentik atau asesmen non autentik, 3)<br />

Macam tes tertulis yang digunakan: essay ata<br />

multiple choice, 4) Tingkat taksonomi Bloom yang<br />

digunakan pada tes tertulis, 5) Ada atau tidaknya<br />

lebih dari satu teknik penilaian, 6) Ada atau<br />

tidaknya laporan hasil belajar siswa kepada dinas<br />

pendidikan kabupaten/kota.<br />

3. Hasil Wawancara<br />

Berdasarkan hasil wawancara tim peneliti<br />

dengan guru-guru di Kota Pekanbaru, Kabupaten<br />

Pelalawan dan Kabupaten Siak diperoleh<br />

informasi sebagai berikut:<br />

1. Beban mengajar guru di Kota Pekanbaru <<br />

24 jam hal ini berarti guru masih memiliki waktu<br />

yang cukup untuk melakukan pengembangan<br />

keterampilan siswa, misalnya pada bidang<br />

ekstrakurikuler. Sedangkan untuk beban<br />

mengajar guru di Kabupaten Pelalawan dan<br />

Kabupaten Siak relatif tinggi e” 24 jam<br />

sehingga guru harus dapat mengatur waktu yang<br />

tepat agar dapat terlibat dalam proses pengembangan<br />

keterampilan siswa.<br />

2. Guru Kimia di Kota Pekanbaru menyatakan<br />

bahwa telah menguasai materi yang akan<br />

diajarkan pada setiap pokok bahasan sehingga<br />

guru menyediakan konsep yang tepat untuk<br />

menyajikan materi agar dapat dikuasai oleh<br />

siswa. Sedangkan guru di Kabupaten Pelalawan<br />

dan Kabupaten Siak menyatakan bahwa<br />

kurang menguasai seluruh materi yang akan<br />

diajarkan kepada siswa. Hal ini tentu akan<br />

berpengaruh terhadap proses belajar mengajar<br />

dan penguasaan materi siswa terhadap pokok<br />

bahasan yang tidak dikuasai oleh guru<br />

tersebut.<br />

3. Di Kota Pekanbaru seluruh siswa sudah<br />

memiliki buku teks yang sesuai dengan KTSP,<br />

buku tersebut bersumber dari penerbit, selain<br />

itu siswa juga diarahkan untuk memperoleh<br />

informasi dari internet maupun buku-buku yang<br />

ada di perpustakaan. Sedangkan untuk siswa<br />

di Kabupaten Pelalawan dan Kabupaten Siak<br />

sebagian besar memiliki buku teks hanya saja<br />

buku tersebut dipinjamkan oleh pihak perpustakaan<br />

ketika akan melangsungkan proses<br />

belajar mengajar.<br />

4. KKM yang ditentukan berdasarkan musyawarah<br />

guru bidang studi untuk Kota<br />

Pekanbaru KKM yang telah ditentukan<br />

berkisar 70 – 80 sedangkan untuk Kabupaten<br />

Pelalawan dan Kabupaten Siak masih relative<br />

rendah yaitu berkisar 65 – 70.<br />

5. Dalam menghadapi Ujian Nasional di tiap<br />

kabupaten/kota mengadakan latihan yang<br />

intensif agar siswa mampu menjawab soal-soal<br />

yang akan diujikan. Latihan tersebut berupa<br />

terobosan, try out maupun latihan intensif di<br />

mana siswa diberikan soal-soal yang umumnya<br />

dimunculkan pada soal ujian nasional sehingga<br />

ketika siswa dihadapkan pada soal-soal<br />

tersebut siswa mampu menjawabnya.<br />

6. Guru-guru di Kota Pekanbaru menyatakan<br />

bahwa sebagian besar siswa telah mampu<br />

menguasai materi yang telah diajarkan selain<br />

itu siswa juga termotivasi untuk belajar<br />

dikarenakan lingkungan belajar siswa yang<br />

mendukung di mana tingkat persaingan<br />

pencapian hasil belajar yang tinggi. Sedangkan<br />

untuk Kabupaten Pelalawan dan Siak menyatakan<br />

masih terdapat materi yang belum<br />

dikuasai oleh siswa hal ini dikarenakan siswa<br />

kurang termotivasi untuk belajar dan terpengaruh<br />

dengan lingkungan belajar di mana<br />

tingkat persaingan tidak menjadi pemicu agar<br />

siswa termotivasi belajar lebih baik lagi.<br />

D. PEMBAHASAN<br />

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan<br />

bahwa secara umumnya hasil Ujian Nasional<br />

tahun ajaran tahun 2007 – 2010 baik, namun<br />

masih ada beberapa soal-soal ujian nilai<br />

ketuntasan < 60. Untuk perlu dilakukan usaha<br />

40


Jimmi Copriady<br />

Jurnal Pendidikan<br />

Pemetaan Kompetensi Dasar Siswa dan Alternatif Pemecahan Masalah<br />

untuk meningkatakan kemampuan siswa dalam<br />

menyelesaikan soal ujian dengan baik. Soal ujian<br />

tidak hanya terbatas hanya kepada pengetahuan<br />

saja, tetapi juga memfokuskan pada penilaian<br />

keterampilan siswa. Menurutu Lefrancois, (2002)<br />

Apabila aktivitas belajar-mengajar dilakukan oleh<br />

guru memfokuskan pada keterampilan, penilaiannya<br />

juga harus mengukur tingkat keterampilan<br />

pelajar, bukannya aspek pengetahuan saja.<br />

Dalam pelaksanaan pembelajaran guru<br />

harus memberikan pengalaman aspek ilmu. sikap,<br />

keterampilan secara keseluruhan. Pengalaman<br />

lebih dalam pelaksanaan pengajaran dan<br />

pembelajaran disebabkan oleh proses belajar yang<br />

berkualitas. Menurut Rocklin dalam Slavin (1994)<br />

mengatakan bahwa belajar adalah perubahan<br />

disebabkan karena adanya pengalaman (change is<br />

an individual caused by experience).<br />

Hasil penelitian tentang pemetaaan<br />

standar isi Kota Pekanbaru, Kabupaten<br />

Pelalawan dan Kabupaten Siak, secara umum<br />

standari isi baik, namun ada beberapa indikator<br />

yang perlu perbaikan baik pengembangan silabus,<br />

pengaturan beban mengajar dan mencapai<br />

ketuntasan pembelajaran. Berdasarkan Peraturan<br />

Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun<br />

2005 Pasal 1 Tentang Standar Nasional Pendidikan,<br />

Standar Isi adalah ruang lingkup materi dan<br />

tingkat kompetensi yang dituangkan dalam kriteria<br />

tentang kompetensi tamatan, kompetensi bahan<br />

kajian, kompetensi mata pelajaran dan silabus<br />

yang harus dipenuhi oleh peserta didik pada<br />

jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Peraturan<br />

pemerintah tersebut memberikan arahan tentang<br />

standar isi yang harus di penuhi peserta didik,<br />

tetapi pemenuhan tersebut dilakukan oleh guru<br />

dalam PBM.<br />

Hasil pemetaan tentang standar proses menunjukkan<br />

secara keseluruhan proses PBM dapat<br />

menenuhi standar, namun ada beberapa aspek<br />

yang masih rendah dan sedang perlu dilakukan<br />

perbaikan yaitu pembinaan oleh kepala sekolah,<br />

penggunaaan stategi pembelajaran dan penggunaan<br />

media pembelajaran. Kepala Sekolah<br />

sebagai Pembina harus melakukan fungsi<br />

pengawasan dan pembinaan kepada guru dengan<br />

melakukan monitoring kegiatan PBM dan melakukan<br />

pembinaan. Hal ini sesuai dengan<br />

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor<br />

19 Tahun 2005 Pasal 1 Tentang Standar Nasional<br />

Pendidikan, Standar proses adalah standar<br />

nasional pendidikan yang berkaitan dengan<br />

pelaksanaan pembelajaran pada satuan pendidikan<br />

untuk mencapai standar kompetensi lulusan.<br />

Selanjutnya dalam Pasal 19 (1) Proses pembelajaran<br />

pada satuan pendidikan diselenggarakan<br />

secara interaktif, inspiratif, menyenangkan,<br />

menantang, memotivasi peserta didik untuk<br />

berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang<br />

cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian<br />

sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan<br />

fisik serta psikologis peserta didik. (2) Selain<br />

ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),<br />

dalam proses pembelajaran pendidik memberikan<br />

keteladanan. (3) Setiap satuan pendidikan<br />

melakukan perencanaan proses pembelajaran,<br />

pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil<br />

pembelajaran, dan pengawasan proses<br />

pembelajaran untuk terlaksananya proses<br />

pembelajaran yang efektif dan efisien. Peraturan<br />

pemerintah sebagai panduan bagi guru dalam<br />

pelaksanaan PBM harus memenuhi standar<br />

peraturan tersebut, sehinggan dapat mencapai<br />

tujuan pengajaran dan pembelajaran.<br />

Berdasarkan hasil pemetaan standar<br />

penilaian ada beberapa indikator yang perlu<br />

dilakukan pembenahan sehingga penilai dapat<br />

mencapai sasaran sesuai apa yang diukur dengan<br />

menggunakan alat ukur yang tepat sehingga<br />

penilaian memiliki makna yang berarti. Suharsimi<br />

Arikunto (1997:6) menjelaskan makna penilaian<br />

terdiri dari tiga iaitu: makna penilaian bagi siswa,<br />

makna penilaian bagi guru dan makna penilaian<br />

bagi sekolah. Penilaian merupakan alat ukur<br />

terhadap semua komponen pembelajaran<br />

kemampuan siswa, keterampilan guru melakukan<br />

PBM, keterampilan guru menggunakan media<br />

41


Jimmi Copriady<br />

Jurnal Pendidikan<br />

Pemetaan Kompetensi Dasar Siswa dan Alternatif Pemecahan Masalah<br />

dan menggunakan metode pembelajaran dan<br />

ketepanan menggunakan alat ukur, sedangkan<br />

bagi sekolah sejauhmana PBM dapat mencapai<br />

tujuan institusional.<br />

Hasil temuan wawancara perlu adanya<br />

standar beban mengajar guru, standar penggunaan<br />

buku teks pembelajaran dan standar sarana<br />

prasarana masing-masing daerah sehingga tidak<br />

terdapat perbedaan nyata antara masing-masing<br />

daerah Kota dan Kabupaten. Dalam hasil<br />

wawancara juga ditemukan bahwa kegiatan<br />

keilmuan di perkotaan lebih banyak karena lebih<br />

mudah mendapatkan akses komunikasi dan<br />

banyak lembaga pendidikan memberikan pelatihan-pelatihan<br />

kepada siswa, untuk mengurangi<br />

perbedaan signifikan alternatif yang perlu dilakukan<br />

guru adalah melakukan kegiatan keilmuan<br />

dan ekstra kurikuler di sekolah untuk mengembangkan<br />

pengetahuan dan keterampilan siswa.<br />

DAFTAR PUSTAKA<br />

Depdiknas.(2003). Undang Undang No. 20<br />

Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan<br />

Nasional. Jakarta.<br />

________. (2005). Undang Undang No. 14<br />

tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen<br />

sebagai Tenaga Profesi. Jakarta.<br />

________. (2005). Peraturan Pemerintah No. 19<br />

tahun 2005 Standar Nasional Pendidikan.<br />

Jakarta.<br />

Departemen Pendidikan Nasional. (2007). Materi<br />

Sosialisasi dan pelatihan kurikulum<br />

Tingkat satuan pendidikan (KTSP)<br />

Departemen Pendidikan Nasional.<br />

Chua Yan Piaw. 2006. Kaedah dan Statistik<br />

Penyelidikan., Kaedah Penyelidikan. Mc<br />

Graw Hill Education. Malaysia<br />

Creswell, J.W. 2002. Educational research:<br />

Planning, conducting and evaluating quantitative<br />

and qualitative research. Upper<br />

Saddler River, New Jersey: Merrill<br />

Prentice Hall.<br />

Edward dan Sallis, 2004, Manajemen <strong>Kualitas</strong><br />

Total Dalam Pendidikan (Total Quality<br />

Managementin Education) Penerjemah<br />

: Kambey Daniel C., Manado :<br />

Program Pascasarjana Universitas<br />

Negeri Manado<br />

Maman, 2009, Revitalisasi Ujian Nasional.<br />

Jurnal Ilmiah Kreatif Vol. VI No. 1 Januari<br />

2009.<br />

McMillan, J .H., & Schumacher, S. (2001).<br />

Research in education: A conceptual introduction<br />

(5th Edition). New York:<br />

Longman.<br />

Nana Syaodih Sukamadinata. 2010. Metode<br />

Penelitian Pendidikan. Cetakan keenam.<br />

PT Remaja Rosdakarya Bandung Bekerjasama<br />

dengan Universitas Pendidikan<br />

Indonesia.<br />

Nurkholis, 2003, Manajemen Berbasis Sekolah,<br />

Teori, Model dan Aplikasi, Jakarta: PT.<br />

Gramedia Widiasarana Indonesia<br />

Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang<br />

Standar Nasional Pendidikan Pasal 66<br />

ayat (1)<br />

Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 2010 tentang<br />

Ujian Nasional<br />

Samsuri, Istamar, 2010, <strong>Peningkatan</strong> Kompetensi<br />

Guru Untuk Meningkatkan<br />

Minat Siswa Pada Bidang MIPA. Lokakarya<br />

MIPA, IPB Bogor<br />

Santyasa, I Wayan, 2009, Implementasi Lesson<br />

Study Dalam <strong>Pembelajaran</strong>. Universitas<br />

Pendidikan Ganesha.<br />

Suharsimi Ari kunto. 2003. Dasar-Dasar Penilaian<br />

Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.<br />

Umaedi, 1999, Manajemen <strong>Peningkatan</strong> Mutu<br />

Berbasis Sekolah, Direktorat Pendidikan<br />

42


Otang Kurniaman dan Jismulatif<br />

Jurnal Pendidikan<br />

PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN<br />

MENULIS CERITA FANTASI MAHASISWA PGSD FKIP UNIVERSITAS RIAU<br />

PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN<br />

MENULIS CERITA FANTASI MAHASISWA PGSD FKIP UNIVERSITAS RIAU<br />

Otang Kurniaman 1 dan Jismulatif 2<br />

1. Jurusan Ilmu Pendidikan FKIP UNRI<br />

2.Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni FKIP UNRI<br />

ABSTRAK: Tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah untuk meningkatkan kemampuan menulis cerita<br />

fantasi mahasiswa PGSD Universitas Riau. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dalam menulis<br />

cerita fantasi dengan menggunakan media gambar dalam pembelajaran menulis mempunyai potensi<br />

yang baik dalam meningkatkan kemampuan menulis cerita fantasi, hal ini terlihat dari perbedaan ratarata<br />

pada siklus I. 60,58, siklus II. 70,9, sedangkan pada siklus III dengan rata-rata 75,75. Perbedaan<br />

peningkatan rata-rata sangat signifikan pada siklus I dan II dengan peningkatan rata-rata 0,21, sedangkan<br />

peningkatan dari siklus II ke-siklus III dengan rata-rata peningkatan 0,3.<br />

Kata Kunci : Media Gambar, Cerita Fantasi<br />

ABSTRACT: The purpose of this classroom action research is to increase the student’s ability of<br />

PGSD Riau University to write fantasy story by using picture media. Based on the result the research<br />

shows that picture media can improve writing story fantasy of the student. We can see the different<br />

average of mean ability to cycle I 60,58, cycle II 70,9, while at cycle III mean 75,75 the different mean<br />

ability very signifikan at cycle I and II improvement mean 0,21 while on the cycle II and III improvement<br />

mean is 0,3.<br />

Keyword: Picture media, Story of fantasy<br />

PENDAHULUAN<br />

Keterampilan menulis merupakan keterampilan<br />

berbahasa yang sangat kompleks dan<br />

sukar dikuasai, karena bila dibandingkan dengan<br />

keterampilan menyimak dan berbicara. Tarigan<br />

(1993: 8) menganggap keterampilan bahasa yang<br />

relatif sukar adalah membaca dan menulis.<br />

Meskipun demikian keterampilan menulis<br />

sangatlah penting untuk dikuasai. Sekarang ini<br />

semakin jarang guru memberikan tugas tersebut<br />

dalam kegiatan pembelajaran terutama pada<br />

anak-anak sekolah dasar. Demikian pula halnya<br />

dengan menilai tugas mengarang, tentunya tidak<br />

bisa hanya mengukur panjang atau pendek tulisan<br />

yang dibuat siswa, tetapi guru harus membaca isi<br />

dan sistematika karangan, termasuk jalan pikiran<br />

peserta didik. Hal ini tentu sulit dilakukan<br />

manakala guru tidak mempunyai waktu lagi untuk<br />

mengkoreksi pekerjaan murid.<br />

Hambatan dalam menulis adalah: (1)<br />

mahasiswa kesulitan mengungkapkan pendapatnya<br />

dalam bentuk tulisan. (2) mahasiswa<br />

umumnya sangat miskin dengan bahan yang akan<br />

mereka tulis. (3) kurang memadainya kemampuan<br />

kebahasaan yang dimiliki oleh mahasiswa. (4)<br />

kurang pengetahuan mahasiswa tentang kaidahkaidah<br />

menulis, (5) mahasiswa kurang kesadaran<br />

akan pentingnya latihan menulis.<br />

Peneliti memandang dari kelima jenis di<br />

atas diprediksi narasi yang paling banyak<br />

peminatnya karena dari segi penggalian sumber<br />

ide hanya narasi yang menerima unsur imajinatif<br />

43


Otang Kurniaman dan Jismulatif<br />

Jurnal Pendidikan<br />

PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN<br />

MENULIS CERITA FANTASI MAHASISWA PGSD FKIP UNIVERSITAS RIAU<br />

hal tersebut terlepas benar atau tidak, masuk akal<br />

atau sebaliknya. Dalam wadah narasi, siswa tidak<br />

dibebani oleh segala macam batasan atau aturan<br />

yang pada kenyataanya lebih sering membelenggu<br />

kreativitas siswa.<br />

Kenyataan di lapangan tidak semua<br />

peserta didik dapat menulis narasi dengan baik.<br />

Tidak semua cerita yang dihasilkan mampu<br />

mempengaruhi pembaca sehingga tulisan tersebut<br />

paling tidak dapat dikatakan memiliki muatan<br />

sastra. Ketidakmampuan peserta didik dalam<br />

membuat narasi tentu akan berimbas pada mutu<br />

proses dan hasil belajar.<br />

Secara khusus penelitian ini bertujuan<br />

sebagai berikut : (1) untuk mengetahui pelaksanaan<br />

model pembelajaran menulis cerita fantasi<br />

dengan pendekatan penggunaan bermainan media<br />

gambar. (2) untuk mengetahui kendala yang<br />

dihadapi mahasiswa dan dosen dalam pembelajaran<br />

cerita fantasi anak-anak dengan pendekatan<br />

penggunaan bermainan media gambar. (3) untuk<br />

mengetahui hasil kemampuan menulis cerita fantasi<br />

oleh mahasiswa dengan pendekatan penggunaan<br />

bermainan media gambar.<br />

Gambaran di atas tampak upaya yang<br />

harus segera dilakukan untuk meningkatkan<br />

kemampuan dan keterampilan menulis peserta<br />

didik adalah perbaikan pendekatan dan metode<br />

pembelajaran. Kegiatan pembelajaran menulis<br />

diupayakan mampu menarik perhatian dan minat<br />

peserta didik, mendukung kegiatan peserta didik<br />

berkreasi dan berekspresi dalam mengemukakan<br />

ide secara tertulis dan mampu memberi motivasi<br />

dengan rangsangan yang tidak membosankan.<br />

Berhasil tidaknya pembelajaran sastra Indonesia,<br />

khususnya dalam kecakapan menulis sangat<br />

tergantung pada sistem pembelajaran. <strong>Pembelajaran</strong><br />

sebagai sistem, adalah keseluruhan<br />

pertautan kegiatan yang memungkinkan dan<br />

berkenaan dengan terjadinya interaksi belajar<br />

mengajar. Pertautan tersebut adalah pertautan<br />

komponen-komponen pembelajaran. Dengan<br />

demikian komponen-komponen seperti dosen,<br />

peserta didik, dan materi perlu diperhatikan pada<br />

pembelajaran. Pemilihan model pembelajaran<br />

harus dapat mengungkapakan realitas yang sesuai<br />

dengan situasi dan indikator yang hendak dicapai.<br />

Menulis merupakan salah satu dari empat<br />

aspek keterampilan berbahasa. Aspek berbahasa<br />

yang lain adalah menyimak, berbicara, dan<br />

membaca. Di dalam kegiatan menulis memerlukan<br />

kemampuan yang bersifat kompleks. Kemampuan<br />

yang diperluakan antara lain kemampuan berpikir<br />

secara teratur dan logis, kemampuan yang<br />

mengungkapkan pikiran atau gagasan secara jelas<br />

dengan menggunakan bahasa yang efektif, dan<br />

kemampuan menerapkan kaidah tulis menulis<br />

dengan baik.<br />

Menulis menurut Suriamiharja (Resmini,<br />

2008: 116) adalah kegiatan melahirkan pikiran<br />

dan perasaan dengan tulisan. Dapat juga diartikan<br />

bahwa menulis adalah berkomunikasi mengungkapkan<br />

pikiran, perasaan, dan kehendak kepada<br />

orang lain secara tertulis. Sedangkan Robert<br />

Lado (Resmini, 2008: 116) mengatakan menulis<br />

adalah menempatkan simbol-simbol grafis yang<br />

menggambarkan suatu bahasa yang dimengerti<br />

oleh seseorang kemudian dapat dibaca oleh orang<br />

lain yang memahami bahasa tersebut beserta<br />

simbol-simbol grafisnya. Menulis merupakan<br />

suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan<br />

untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak<br />

secara tatap muka dengan orang lain. Menulis<br />

merupakan suatu kegiatan yang produktif dan<br />

ekspresif. Maka di dalam kegiatan menulis ini,<br />

penulis haruslah terampil memanfaatkan grafologi,<br />

struktur bahasa, dan kosakata.<br />

Menulis sebagai suatu cara berkomunikasi,<br />

komunikasi di dalam arti yang luas<br />

sebagai suatu proses pengiriman dan penerimaan<br />

pesan-pesan, yang pasti terjadi sewaktu-waktu<br />

bila manusia ingin berhubungan satu sama lain.<br />

Proses komunikasi berlangsug melalui tiga media,<br />

yaitu visual (nonverbal), lisan, dan tulisan.<br />

Pengertian Cerita Fantasi<br />

Cerita fantasi ialah karangan yang<br />

memaparkan terjadinya peristiwa, dalam bentuk<br />

cerita yang bukan sebenarnya terjadi melainkan<br />

44


Otang Kurniaman dan Jismulatif<br />

Jurnal Pendidikan<br />

PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN<br />

MENULIS CERITA FANTASI MAHASISWA PGSD FKIP UNIVERSITAS RIAU<br />

peristiwa rekaan pengarang. Peristiwa itu adalah<br />

peristiwa fiktif, tidak benar-benar terjadi. Rusyana<br />

(1991: 64) meskipun demikian karena kepandaian<br />

pengarang dalam menyusun unsur-unsurnya, dan<br />

memberikan latar belakang serta gambaran yang<br />

meyakinkan, maka orang yang membaca cerita<br />

itu merasa bahwa peristiwa itu benar-benar<br />

terjadi. Bahkan sering pembaca merasa terlibat<br />

dan terbawa arus emosi kedalam peristiwa buatan<br />

itu. Cerita fantasi ialah cerita khayalan, bayangan,<br />

rekaan, yang berdasarkan bukan kejadian yang<br />

sesugguhnya. (WJS. Poerwadarminta, kamus<br />

umum bahasa Indonesia, edisi ketiga, 2003:329).<br />

Ada beberapa ciri karangan fantasi yang<br />

membedakan dengan karangan yang lain tergantung<br />

dari sudut pandangan. Adapun ciri<br />

karangan fantasi sebagai berikut.<br />

Segi Isi<br />

Isi karangan fantasi berupa cerita yang<br />

memaparkan suatu peristiwa baik peristiwa<br />

rekaan maupun kenyataan, cerita tersebut<br />

dirangkai oleh pengarang dengan menggunakan<br />

gaya kefantasiannya/khayalannya sehingga cerita<br />

tersebut menarik minat pembaca (Rusyana, 1984:<br />

135)<br />

Segi Dasar Pembentukan<br />

Karangan fantasi merupakan salah satu<br />

bentuk dari karangan narasi dasar pembentukannya<br />

adalah perbuatan atau tindakan yang terjadi<br />

dalam suatu rangkaian waktu sehingga merangsang<br />

daya khayal para pembaca (Keraf, 1981:<br />

138)<br />

Segi Tujuan<br />

Karangan fantasi bertujuan untuk memperluas<br />

pengetahuan orang. Selain itu karangan<br />

fantasi berusaha untuk memberikan maksud<br />

tertentu menyampaikan maksud terselubung<br />

kepada pembaca atau pendengar.<br />

Segi Unsur<br />

Karangan fantasi ditandai dengan adanya<br />

penokohan, jalan cerita, dan konflik.<br />

Segi Penggunaan Bahasa<br />

Bahasa yang digunakan menulis bersifat<br />

subjektif. Kata-kata yang digunakan sangat<br />

dipengaruhi oleh jiwa pengarangnya.<br />

Unsur-unsur Cerita Fantasi<br />

Cerita merupakan suatu organisasi yang didukung<br />

oleh berbagai unsur yang terjalin satu sama<br />

lain sehingga terbentuk sebuah cerita. Menurut<br />

Rusyana (1991: 65) unsur yang membangun cerita<br />

fantasi adalah sebagai berikut :<br />

a) Tema adalah segala hal, baik benda mati<br />

maupun makhluk hidup yang dijadikan topik<br />

karangan cerita. Aminuddin (1995: 91)<br />

berpendapat bahwa tema adalah sesuatu<br />

mendasari atau menggerakkan penulis untuk<br />

mengarang.<br />

b) Alur atau plot agaknya lebih baik dibatasi<br />

sebagai sebuah interrelasi fungsional antara<br />

unsur-unsur fantasi yang sekaligus menandai<br />

urutan bagian dari keseluruhan fantasi. Alur<br />

ditandai dengan puncak atau klimaks dari<br />

pebuatan dramatis dalam rentang laju cerita<br />

itu (Keraf, 1991: 145)<br />

c) Penokohan adalah pelaku mengemban<br />

peristiwa dalam sebuah fiksi sehingga<br />

peristiwa itu mampu menjalin suatu cerita<br />

tersebut dengan tokoh sedangkan cara<br />

pengarang menampilkan tokoh atau pelaku<br />

disebut penokohan (Aminuddin, 1995: 79)<br />

d) Latar ialah peristiwa dalam karya fiksi baik<br />

berupa tempat, waktu, maupun peristiwa serta<br />

memiliki fungsi fisikal dan fungsi psikologis<br />

(Aminuddin, 1995:67)<br />

e) Sudut pandangan adalah cara pengarang<br />

menampilkan para pelaku dalam cerita yang<br />

dipaparkannya (Aminuddin, 1995: 90)<br />

f) Amanat merupakan gagasan dari renungan<br />

pengarang yang secara halus dicoba disajikan<br />

kembali kepada pembaca cerita (Rusyana,<br />

1991: 74).<br />

Fungsi Media Gambar<br />

Fungsi utama media adalah sebagai alat<br />

bantu pengajaran yang mampu mempengaruhi<br />

keadaan iklim kelas dan lingkungan belajar yang<br />

efektif. Menurut Zulkifly (Resmini, 2008 : 208)<br />

bahwa media dapat befungsi sebagai sesuatu yang<br />

digunakan untuk menyalurkan pesan, merangsang<br />

45


Otang Kurniaman dan Jismulatif<br />

Jurnal Pendidikan<br />

PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN<br />

MENULIS CERITA FANTASI MAHASISWA PGSD FKIP UNIVERSITAS RIAU<br />

pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan siswa<br />

sehingga dapat mendorong proses belajar.<br />

Hidayat dan Rahmina (Resmini, 2008 : 208)<br />

mengemukakan fungsi media sebagai berikut (a)<br />

sebagai alat bantu untuk menciptakan situasi<br />

belajar yang efektif, (b) sebagai bagian integral<br />

dari keseluruhan situasi belajar, sehingga dapat<br />

meningkatkan hasil belajar, (c) alat peraga yang<br />

mengacu kepada tujuan pengajaran, (d) sebagai<br />

pelengkap suatu proses belajar mengajar untuk<br />

menarik perhatian siswa, (e) untuk mempercepat<br />

dan memperlancar jalannya pengajaran, sehingga<br />

siswa mudah untuk memahami, (f) untuk<br />

meningkatkan hasil dan mutu belajar.<br />

Prinsip Penggunaan Media Gambar<br />

Menurut Arsyad (Resmini, 2008 : 210)<br />

prinsip-prinsip penggunaan media gambar/foto,<br />

diuraikan sebagai berikut : (a) kesederhanaan<br />

mengacu kepada jumlak elemen yang terkandung<br />

dalam suatu media visual. Jumlah elemen yang<br />

lebih sedikit memudahkan siswa untuk menangkap<br />

dan memahami pesan yang disajikan media visual<br />

tersebut. Teks yang menyertai bahan visual harus<br />

dibatasi. Kalimat-kalimatnya juga harus ringkas,<br />

tetapi padat dan mudah dimengerti. (b) keterpaduan<br />

mengacu kepada hubungan yang terdapat<br />

diantara elemen-elemen media visual yang ketika<br />

diamati akan berfungsi secara bersama-sama.<br />

Elemen-elemen itu harus saling terkait dan<br />

menyatu sebagai suatu keseluruhan, sehingga<br />

media visual itu merupakan suatu bentuk<br />

menyeluruh yang dapat dikenal dan dapat<br />

membantu pemahaman pesan dan informasi yang<br />

dikandungnya. (c) penekanan, konsep yang ingin<br />

disajikan memerlukan penekanan terhadap salah<br />

satu unsur yang menjadi pusat perhatian siswa.<br />

Dengan menggunakan ukuran, hubunganhubungan,<br />

perspektif, warna atau ruang penekanan<br />

dapat diberikan kepada unsur terpenting.<br />

(d) keseimbangan bentuk atau pola yang dipilih,<br />

sebaiknya memberikan persepsi keseimbangan,<br />

meskipun tidak seluruhnya simetris. Pengembangan<br />

media visual memerlukan daya imajinasi<br />

yang lebih tinggi. (e) bentuk yang aneh dan asing<br />

bagi siswa dapat membangkitkan minat dan<br />

perhatian. Oleh karena itu pemilihan bentuk<br />

sebagai unsur visual dalam penyajian pesan,<br />

informasi atau isi pelajaran perlu di perhatikan.<br />

METODE PENELITIAN<br />

Metode penelitian tindakan kelas yang<br />

digunakan adalah penelitian tindakan kelas yang<br />

bersifat kolaboratif dan partisipatoris. Sesuai apa<br />

yang diungkapkan Kasbolah (1999:14) bahwa<br />

sebagai dasar pemikiran Lewin (yang mempopulerkan<br />

penelitian tindakan kelas) menekankan<br />

pentingnya kolaboratif dan partisipatoris.<br />

Perangkat pembelajaran dirancang oleh<br />

mahasiswa. Sedangkan pelaksanaan dilakukan<br />

oleh dosen ketua dan dosen anggota sebagai<br />

pengamat. Tindakan yang dilakukan adalah<br />

Penggunaan Permainan Media Gambar untuk<br />

Meningkatkan Kemampuan Menulis Cerita<br />

Fantasi pada Mata Kuliah Model-model <strong>Pembelajaran</strong><br />

Bahasa Indonesia Mahasiswa PGSD<br />

FKIP Universitas Riau. Desain penelitian yang<br />

dilakukan adalah model siklus yang terdiri dari<br />

merencanakan perbaikan, melaksanakan tindakan,<br />

mengamati dan melakukan refleksi. Adapun<br />

siklus PTK dapat digambarkan sebagai berikut :<br />

Di dalam PTK ini peneliti merencanakan<br />

dua siklus. Siklus pertama diawali dengan refleksi<br />

awal diikuti oleh perencanaan tindakan, pelaksana<br />

tindakan, pengamatan dan refleksi. Dari hasil<br />

refleksi siklus pertama inilah kemudian dilakukan<br />

perbaikan pada siklus berikutnya.<br />

Pada PTK ini siklus pertama dilakukan<br />

tindakan sesuai dengan model yang digunakan<br />

yaitu model pembelajaran langsung, sedangkan<br />

pada siklus kedua tindakan yang dilakukan adalah<br />

hasil refleksi dari siklus pertama dimana di siklus<br />

kedua inilah terdapat perbaikan-perbaikan.<br />

Subjek Penelitian<br />

Untuk memperoleh data dalam penelitian<br />

ini yaitu melalui kegiatan pengamatan, cacatan<br />

lapangan, observasi, angket, dan dokumentasi.<br />

Sedangkan subjek penelitian di fokuskan pada<br />

mahasiswa semester V yang mengambil mata<br />

kuliah model-model pembelajaran bahasa<br />

46


Otang Kurniaman dan Jismulatif<br />

Jurnal Pendidikan<br />

PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN<br />

MENULIS CERITA FANTASI MAHASISWA PGSD FKIP UNIVERSITAS RIAU<br />

Indonesia konsentrasi bahasa Indonesia pada Keterangan : JST = Jumlah siswa yang tuntas<br />

karangan. Hasil mahasiswa yang sudah dianalisis<br />

JST x 100%<br />

dan dikelompokkan menjadi beberapa kriteria<br />

JSS<br />

penilainan, sehingga terlihat hasil menulis karangan<br />

PGSD FKIP Universitas Riau sebanyak 40<br />

mahasiswa.<br />

Teknik Analisis Data<br />

Ketuntasan Individul<br />

Ketuntasan siswa secara individu dapat<br />

dilihat dari hasil karangan mahasiswa yang telah<br />

diperiksa/ dianalisis oleh guru. Ketuntasan belajar<br />

siswa secara individu dikatakan tercapai, apabila<br />

siswa mampu mengembangkan karangan sesuai<br />

dengan kriteria penilaian dengan benar 65 % .<br />

Ketuntasan belajar secara individual dapat<br />

dianalisis dengan menggunakan rumus:<br />

JSS = Jumlah seluruh siswa<br />

(Nasution dan Suryanto 2002 :<br />

122)<br />

Untuk menghitung data tengtang tingkat<br />

kemampuan mahasiswa dalam membuat karangan<br />

fantasi dengan memakai rumus sebagai berikut :<br />

B<br />

Skor = x 100% N<br />

Keterangan :<br />

B = jumlah yang benar<br />

N = Jumlah kriteria penilaian<br />

(Depag, 2002 : 8 )<br />

HK<br />

KI = x 100%<br />

<strong>Peningkatan</strong> Menulis Fantasi<br />

JKP<br />

<strong>Peningkatan</strong> yang terjadi sebelum dan<br />

Keterangan : KI = Ketuntasan Individu<br />

HK = Hasil Karangan<br />

JKP = Jumlah Kriteria<br />

sesudah pembelajaran dihitung dengan rumus<br />

indeks gain (gain ternormalisasi) dari Meltzer<br />

(2002: 1260), sebagai berikut:<br />

Penilaian<br />

skor postes − skor pretes<br />

( Winataputra, dkk 2001: 41)<br />

g =<br />

skor maksimum − skor pretes<br />

Perskoran nilai terhadap hasil karangan mahasiswa<br />

tentang kemampuan menulis fantasi peneliti<br />

tidak menuju Sinaga, dkk (2006:61) sebagai<br />

Kriteria indeks gains (g) berpedoman pada<br />

standar dari Hake (1998: 3) yaitu:<br />

berikut.<br />

g > 0.7 : tinggi<br />

0.3 < g ≤ 0.7 : sedang<br />

Tabel 1<br />

Interval Ketuntasan Individu<br />

g ≤ 0.3 : rendah %<br />

1. Amat baik : 91 – 100 = A Skala Penilaian<br />

2. Baik : 75 – 90 = B<br />

Untuk menganalisis data, maka peneliti<br />

3. Cukup : 60 – 74 = C berpedoman pada kriteria sebagai berikut : (1)<br />

4. Kurang : 40 – 59 = K Menjelaskan keseluruhan tokoh yang ada pada<br />

5. Kurang Sekali : d” 40 = KS gambar seri (2) Penggunaan Bahasa yang koheren<br />

(3) Kesesuaian cerita dengan unsur-unsur fantasi,<br />

Ketuntasan Klasikal<br />

ketuntasan secara klasikal dapat dikatakan<br />

tercapai bila 85% dari seluruh siswa menulis<br />

karangan minimal 65% materi pelajaran menulis<br />

yang telah dipenuhi. Ketuntasan belajar secara<br />

klasik dapat dihitung dengan mengunakan rumus<br />

sebagai berikut:<br />

dan (4) Kejelasan akhir cerita pada setiap seri<br />

gambar.<br />

HASIL PENELITIAN DAN<br />

PEMBAHASAN<br />

Data kemampuan menulis karangan<br />

fantasi dengan menggunakan media gambar<br />

diperoleh melalui aktivitas siswa dalam menulis<br />

47


Otang Kurniaman dan Jismulatif<br />

Jurnal Pendidikan<br />

PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN<br />

MENULIS CERITA FANTASI MAHASISWA PGSD FKIP UNIVERSITAS RIAU<br />

mahasiswa dalam menulis karangan fantasi, dan<br />

untuk melihat peningkatan dari hasil mahasiswa<br />

dalam menulis karangan fantasi dengan menggunakan<br />

media gambar pada siklus pertama,<br />

kedua, dan ketiga. <strong>Peningkatan</strong> mahasiswa dalam<br />

menulis karangan fantasi banyak mengalami<br />

peningkatan untuk melihat sejauh mana peningkatan<br />

hasil karangan mahasiswa maka hasil<br />

analisis, rata-rata hasil belajar mahasiswa yang<br />

paling dominan adalah menjelaskan keseluruhan<br />

tokoh yang ada pada gambar seri (2,35) dengan<br />

kirteria kenaikan cukup, hasil belajar mahasiswa<br />

dalam kesesusaian cerita dengan unsur-unsur<br />

fantasi (2,04) dengan kriteria kenaikan cukup,<br />

penggunaan Bahasa yang koheren (1,84) dengan<br />

kriteria kenaikan cukup, selanjutkan adalah<br />

kejelasan akhir cerita pada setiap seri gambar<br />

(1,74) dengan kriteria kenaikan cukup.<br />

Pengolahan dan Analisis Kemampuan<br />

Menulis Fantasi<br />

Pada tujuan penelitian telah diungkapkan<br />

bahwa penilitian ini bertujuan untuk meningkatkan<br />

kemampuan menulis cerita fantasi mahasiswa<br />

pada mata kuliah model-model pembelajaran<br />

Bahasa Indonesia dalam menulis karangan fantasi.<br />

Berikut ini akan diuraikan hasil penilitian dan<br />

pembahasan. Pengolahan data di lakukan secara<br />

manual dengan menggunakan MS Exel.<br />

Data penilitian ini bersumber dari data<br />

hasil karangan dari siklus I, siklus II, dan siklus<br />

III. Data yang diperoleh terdiri atas: 1) data<br />

tentang menulis karangan fantasi hasil siklus I, siklis<br />

II, dan siklus III, 2) pembahasan terhadap hasil<br />

temuan penilitian.<br />

kemampuan menulis karangan fantasi.<br />

Hasil penelitan dari karangan fantasi<br />

mahasiswa yang telah di lakukan berupa skor hasil<br />

siklus I, II, dan III di tampilkan dalam uraian<br />

berikut ini.<br />

Statistik Deskripsi Skor Kemampuan<br />

Menulis Fantasi Siklus I, II, Dan III<br />

Informasi tentang kemampuan menulis<br />

karangan fantasi mahasiswa PGSD dalam menulis dim<br />

peroleh hasil siklus I, II, dan III pada tabel 2 berikut.<br />

Tabel 2<br />

Statistik Deskriptif Skor Kemampuan Menulis Fantasi<br />

Siklus I, II, dan III<br />

Kelas Skor Ideal Χ<br />

min<br />

Χ<br />

maks Χ S<br />

Siklus I<br />

42 83 60,58 7,84<br />

Siklus II 100<br />

42 92 70,9 12,92<br />

Siklus III 50 92 75,75 12,25<br />

Berdasarkan tabel 2 diketahui bahwa rata-rata skor<br />

Berdasarkan tabel 2 diketahui bahwa<br />

rata-rata skor kemampuan menulis fantasi<br />

mahasiswa PGSD Universitas Riau tidak jauh<br />

berbeda. Untuk mengetahui apakah perbedaan<br />

skor rata-rata kemampuan menulis fantasi cukup<br />

signifikan atau tidak, maka data diuji dengan<br />

menggunakan uji perbedaan dua rata-rata,<br />

sebelum dilakukan analisis uji perbedaan dua<br />

rata-rata, terlebih dahulu dilakukan uji normalitas<br />

atau homogenitas terhadap data siklus.<br />

Uji Perbedaan Kemampuan Menulis Karangan<br />

Fantasi Pada Siklus I, II, dan III<br />

Setelah dilakukan uji normalitas dan<br />

homogenitas, diperoleh informasi bahwa kemampuan<br />

menulis karangan fantasi pada siklus I, II,<br />

dan III berdistribusi normal dan tidak homogen.<br />

Selanjutnya untuk mengetahui apakah perbedaan<br />

kemampuan menulis karangan fantasi pada siklus<br />

I, II, dan III cukup segnifikan atau tidak, maka<br />

data diuji menggunakan uji perbedaan. Maka uji<br />

perbedaan dilakukan dengan menggunakan uji<br />

Chi-kuadrat. Pengujian dilakukan berdasarkan<br />

hipotesis statistik berikut.<br />

Ha : Terdapat perbedaan yang signifikan<br />

48


Otang Kurniaman dan Jismulatif<br />

Jurnal Pendidikan<br />

PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN<br />

MENULIS CERITA FANTASI MAHASISWA PGSD FKIP UNIVERSITAS RIAU<br />

antara siklus I, II, dan III.<br />

Ho : Tidak terdapat perbedaan yang<br />

signifikan antara siklus I, II, dan III.<br />

Untuk taraf segnifikan α = 0,05 (uji chi kuadrat),<br />

Ho diterima jika - ≤ ≤ +.<br />

Hasil perhitungan uji perbedaan kemampuan<br />

mahasiswa dalam menulis karangan fantasi<br />

pada siklus I, II, dan III di tampilkan dalam<br />

tabel 3 berikut ini:<br />

Berdasarkan tabel 3 diketahui bahwa kemampuan<br />

menulis karangan fantasi pada siklus I, II,<br />

dan III pada taraf signifikan α = 0,05 memenuhi<br />

kriteria ≥ , ini berarti bahwa<br />

uji chi-kuadrat siklus I, II, dan III signifikan.<br />

<strong>Peningkatan</strong> Kemampuan Mahasiswa Setelah<br />

Proses Belajar Mengajar<br />

Tabel<br />

(PBM)<br />

3<br />

dalam tabel 4:<br />

Hasil Uji Chi-Kuadrat Kemampuan menulis karangan fantasi pada siklus I,<br />

Tabel 4<br />

II, dan III.<br />

Statistik Deskriptif Skor Kemampuan Menulis Fantasi<br />

Siklus Xi 2<br />

Xi Penerimaan<br />

2<br />

hitung<br />

tabel Gain I dan II<br />

Ho Kesimpulan<br />

(α = 0,05)<br />

(α = 0,05)<br />

Siklus I, II,<br />

Kelas Χ S Signifikan Kriteria<br />

23,544 9,4877 Tolak Ho<br />

dan III<br />

Gain I 0,21 0,28 Rendah<br />

Berdasarkan tabel 3 diketahui bahwa Gain II kemampuan 0,3 menulis 0,38 Sedang<br />

t Xi 2<br />

tabel<br />

hitung tabel hitung<br />

Statistik Deskriptif Gain Ternormalitas<br />

Pemahaman Mahasiswa Pada Kemampuan<br />

Menulis Karangan Fantasi pada siklus I, II,<br />

dan III.<br />

Statistik deskrpsi ternormalisasi meliputi<br />

rata-rata gain dan standar deviasi gain ditampilkan<br />

Berdasarkan<br />

Berdasarkan<br />

tabel 4 diketahui<br />

tabel<br />

bahwa<br />

4 diketahui<br />

rata-rata<br />

gain ternormalisasi kemampuan menulis karangan<br />

fantasi mahasiswa PGSD Universitas Riau untuk<br />

Gain I dengan Gain II memiliki perbedaan dari<br />

rata-rata dan kriteria peningkatan pada Gain I<br />

mempunyai kriteria rendah sedangkan pada Gain<br />

II memiliki kriteria sedang. Untuk mengetahui<br />

apakah perbedaan skor rata-rata Gain ternormalisasi<br />

kemampuan menulis karangan fantasi<br />

mahasiswa PGSD Universitas Riau cukup<br />

signifikan atau tidak maka data diuji dengan<br />

menggunakan uji perbedaan, sebelum itu Gain diuji<br />

normalitas terlebih dahulu.<br />

Uji Perbedaan Kemampuan Menulis Karangan<br />

Fantasi Pada Gain I dan II.<br />

Setelah dilakukan uji normalitas dan<br />

homogenitas, diperoleh informasi bahwa kemampuan<br />

menulis karangan fantasi pada gain I dan II<br />

berdistribusi tidak normal dan homogen.<br />

Selanjutnya untuk mengetahui apakah perbedaan<br />

kemampuan menulis karangan fantasi pada gain<br />

I dan II cukup segnifikan atau tidak, maka data<br />

49


Otang Kurniaman dan Jismulatif<br />

Jurnal Pendidikan<br />

PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN<br />

MENULIS CERITA FANTASI MAHASISWA PGSD FKIP UNIVERSITAS RIAU<br />

diuji menggunakan uji perbedaan Chi-Kuadrat.<br />

Pengujian dilakukan berdasarkan hipotesis<br />

statistik berikut.<br />

Ha : Terdapat perbedaan yang signifikan<br />

antara gain I, dan II.<br />

Ho : Tidak terdapat perbedaan yang signifikan<br />

antara gain I dan II<br />

Untuk taraf segnifikan α = 0,05 (uji chi kuadrat),<br />

Ho diterima jika - ≤ ≤ +. Hasil<br />

perhitungan uji perbedaan kemampuan mahasiswa<br />

dalam menulis karangan fantasi pada gain I<br />

dan II di tampilkan dalam tabel 4.12 berikut ini:<br />

Simpulan<br />

Berdasarkan hasil temuan penelitian dan<br />

pengolahan data yang diperoleh dalam penelitian<br />

dapat disimpulkan bahwa rata-rata hasil kemampuan<br />

menulis karangan fantasi dari kriteria<br />

penilaian (1) Menjelaskan keseluruhan tokoh yang<br />

ada pada gambar seri, rata-rata peningkatan 2,35<br />

dengan kriteria cukup, (2) Penggunaan Bahasa<br />

yang koheren, rata-rata peningkatan 1,84 dengan<br />

kriteria cukup, (3) Kesesuaian cerita dengan<br />

unsur-unsur fantasi, rata-rata peningkatan 2,04<br />

dengan kriteria cukup, dan (4) Kejelasan akhir<br />

cerita pada setiap seri gambar, rata-rata<br />

peningkatan 1,74 dengan kriteria peningkatan<br />

cukup. Terlihat dari pengolahan data hasil<br />

kemampuan menulis karangan menulis fantasi<br />

mahasiswa PGSD Universitas Riau, dari ke<br />

empat kriteria penilaian, skor tertinggi pada<br />

kriteria menjelaskan keseluruhan tokoh yang ada<br />

pada gambar seri, dan skor terrendah pada<br />

kriteria kejelasan akhir cerita pada gambar seri.<br />

DAFTAR PUSTAKA<br />

Akdon, dan Sahlan Hadi. 2008. Aplikasi<br />

Statistika dan Metode Penelitian untuk<br />

Administrasi dan Manajemen. Bandung:<br />

Dewa Ruchi.<br />

Aminuddin. 1995. Pengantar Apresiasi Karya<br />

Sastra. Bandung: Sinar Baru Algesindo.<br />

Djuanda, Dadan. 2006. Apresiasi Sastra<br />

Indonesia. Bandung: UPI PRESS.<br />

Dapertemen Agama, 2004. Kurikulum Mts,<br />

2004. Pedoman Khusus Bahasa Indonesia.<br />

Jakarta : Direktorat Jendral<br />

Kelembagaan Agama Islam.<br />

Finoza, Lamuddin. 2005. Komposisi Bahasa<br />

Indonesia untuk Mahasiswa Nonjurusan<br />

Bahasa. Jakarta: Diksi Insan Mulia.<br />

Hartati, Tatat. 2006. Pendidikan Bahasa dan<br />

Sastra Indonesia di Kelas Rendah.<br />

Bandung: UPI PRESS.<br />

Haryadi. 1996. <strong>Peningkatan</strong> Keterampilan<br />

Berbahasa Indonesia. Yogyakarta:<br />

Depdikbud PPPGSD.<br />

Kasbolah, K. 1999. Penelitian Tindakan Kelas.<br />

Jakarta: Depdikbud.<br />

Keraf, Gorys. 1994. Argumentasi dan Narasi.<br />

Jakarta: Gramedia.<br />

Kurniaman, Otang dan Hamizi. 2009. Bahan<br />

Ajar Teori dan Sejarah Sastra. Pekan-<br />

50


Otang Kurniaman dan Jismulatif<br />

Jurnal Pendidikan<br />

PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN<br />

MENULIS CERITA FANTASI MAHASISWA PGSD FKIP UNIVERSITAS RIAU<br />

baru: Berhati.<br />

Nursito. 2000. Ikhtisar Kesusastraan Indonesia.<br />

Yogyakarta: Adicita Karya Nusa.<br />

Pradopo, Djoko Racmat. 2008. Beberapa Teori<br />

Sastra, Metode Kritik, dan Penerapannya.<br />

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.<br />

Rahman, Elmustian, dan Abdul Jalil. 2004. Sejarah<br />

Sastra. Pekanbaru: UNRI PRESS.<br />

Resmini, Novi. 1997. <strong>Pembelajaran</strong> Menulis<br />

Cerita di Sekolah Dasar Melalui<br />

Pemberian Model Bacaan. Jurnal<br />

Pendidikan Humaniora dan Sains I, 1-<br />

36. Malang.<br />

Resmini, Novi. 2008. Pendidikan Bahasa dan<br />

Sastra Indonesia dii Kelas Tinggi.<br />

Bandung: UPI PRESS.<br />

Resmini, Novi. 2006. Membaca dan Menulis<br />

di SD: Teori dan Pengajarannya.<br />

Bandung: UPI PRESS.<br />

Resmini, Novi. 2006. Kebahasaan (Fonologi,<br />

Morfologi, dan Semantic). Bandung:<br />

UPI PRESS.<br />

Rusyana, yus. 1984. Bahasa dan Sastra<br />

Indonesia dalam Gamitan Pendidikan.<br />

Bandung: diponegoro.<br />

Rusyana, yus. 1991. Keterampilan Menulis.<br />

Modul S.D 6. Bandung: Universitas<br />

Terbuka.<br />

Rofi’uddin, Ahmad. 1999. Pendidikan Bahasa<br />

dan Sastra Indonesia di Kelas Tinggi.<br />

Depdikbud Dirjendikti PPPGSD.<br />

Sinaga, Mangatur, dkk. 2006. Evaluasi pengajaran<br />

bahasa dan Sastra Indonesia.<br />

Pekanbaru : Cendekia Insana.<br />

Tarigan, H.G. 1993. Menulis Sebagai Suatu<br />

Keterampilan Berbahasa. Bandung:<br />

Antariksa.<br />

Tarigan, Djago. 1998. Pendidikan Bahasa<br />

Indonesia I. Proyek Guru SD Setara D<br />

II. Jakarta : Depdikbud.<br />

WJS, Poerwadaminta. 2003. Kamus Umum<br />

Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai<br />

Pustaka.<br />

Zuchdi, Darmiyati. 1997. Pendidikan Bahasa<br />

dan Sastra Indonesia dii Kelas Rendah.<br />

Depdikbud Dirjendikti PPPGSD.<br />

51


PANDUAN UNTUK PENULIS<br />

Tujuan dan Ruang Lingkup<br />

Jurnal Pendidikan adalah suatu jurnal monodisipliner berskala nasional yang mencakup berbagai<br />

pokok persoalan dalam kajian ilmu pendidikan. Secara khusus jurnal pendidikan menaruh perhatian<br />

pada pokok-pokok persoalan tentang perkembangan ilmu pendidikan dan keguruan serta pembangunan<br />

bidang pendidikan dan keguruan. Tujuan dari jurnal pendidikan ini adalah menyebarluaskan pemikiranpemikiran<br />

konseptual maupun hasil-hasil penelitian yang telah dicapai dalam bidang Pendidikan.<br />

Penyerahan Naskah<br />

Penulisan menyerahkan 3 (tiga) ekslemplar naskah disertai dengan file elektronik dalam<br />

disket atau compact dist kepada: Redaksi Jurnal Pendidikan, Lembaga Penelitian Universitas Riau<br />

Kampus Binawidya Simpang Panam Pekanbaru Telp. (0761)567093 Fax (0761) 63279 Email:<br />

ur_jurnal_pendidikan@yahoo.com atau riodirgantoro@yahoo.com, disertai dengan surat pernyataan<br />

bahwa naskah belum pernah diterbitkan dan tidak sedang dalam proses penerbitan pada jurnal lain.<br />

Setelah melewati proses review yang dilakukan oleh 2 penelaah, penulis diharuskan menyerahkan 1<br />

(satu) eksemplar naskah yang telah direvisi oleh penulis (naskah akhir), disertai file elektronik dalam<br />

disket atau campact disc.<br />

Format Naskah<br />

Artikel yang dimuat dalam jurnal ini dapat berupa kajian konseptual dan atau hasil-hasil penelitian<br />

pada disiplin ilmu pendidikan. Secara umum, sistematika artikel terdiri atas pendahuluan /introduksi<br />

yang menguraikan latar belakang dan permasalahan yang dikaji yang ditunjang oleh referensi yang<br />

relevan, metode, hasil, dan pembahasan, dan simpulan/rekomendasi. Pada kajian yang bersifat<br />

konseptual, bagian metodologi dapat ditiadakan bila dianggap tidak perlu.<br />

Naskah ditulis pada kertas berukuran A4 , dengan panjang tulisan maksimal 20 halaman berspasi<br />

ganda, termasuk daftar pustaka, tabel, dan lampiran. Setiap halaman memiliki batas kiri-kanan dan<br />

atas-bawah 3 cm. Naskah ditulis dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Naskah<br />

juga dapat ditulis dalam bahasa Inggris.<br />

Naskah dimulai dengan halaman pertama yang memuat:<br />

- Judul singkat ( running head). Penulis diminta untuk membuat judul singkat.<br />

- Judul lengkap (dalam bahasa Indonesia dan Inggris)<br />

- Nama penulis, afiliasi dan alamat korespondensi (mis.E-mail)<br />

Abstrak<br />

- Abstrak dalam bahasa Indonesia, tidak lebih dari 250 kata. Absrak mencakup permasalahan ,<br />

metode , dan temuan serta kesimpulan<br />

- Abstrak dalam bahasa Iinggris, tidak lebih dari 200 kata.<br />

Kata Kunci<br />

- Tuliskan maksimal 5 kata-kata kunci (key words)<br />

Gambar dan Tabel<br />

- Untuk kepentingan penyuntingan, gambar dan tabel disertakan secara terpisah dari badan<br />

karangan (tidak dimasukan ke dalam teks). Dalam hal ini, penulis menunjukkan di mana gambar<br />

dan atau tabel harus diletakkan pada badan karangan.<br />

52


- Gambar yang akan ditampilkan dalam jurnal adalah gambar hitam-putih. Bila menginginkan,<br />

penulis dapat menyertakan gamabar berwarna, namun penulis akan dikenai biaya percetakan<br />

gambar berwarna tersebut.<br />

- Gambar dalam bentuk file elektronik, diharapkan ditulis di dalam MS Power Point atau<br />

dengan format.JPG<br />

- Gambar dan tabel diberi nomor sebagai berikut : Gambar 1, Gambar 2 dan seterusnya. Tabel<br />

1, Tabel 2, dan seterusnya.<br />

- Gambar dan Tabel yang substansinya sama, ditampilkan salah satu.<br />

- Tabel berbentuk pivot table.<br />

Penulisan sub judul (heading) pada setiap bagian<br />

- Subjudul tingkat pertama semuanya dicetak tebal ditulis dengan huruf kapital, misalnya:<br />

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MELALUI METODE SIMULASI.<br />

- Subjudul tingkat kedua, semuanya dicetak tebal dan ditulis dengan huruf kecil, kecuali huruf<br />

pertama dari setiap kata, misalnya: Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar<br />

- Subjudul tingkat ketiga, semuanya ditulis dengan huruf miring dan huruf kecil kecuali huruf<br />

pertama dari setiap kata, misalnya: Faktor Tingkat Kecerdasan Siswa<br />

Ucapan Terimakasih<br />

- Penulis dapat menuliskan ucapan terimakasih kepada individu, lembaga pemberi dana penelitian<br />

dan sebagainya. Ucapan terimakasih ditulis sebelum Daftar Pustaka.<br />

Daftar Pustaka<br />

Kepustakaan yang dicantumkan dalam daftar pustaka hanya kepustakaan yang dikutip atau<br />

yang dijadikan rujukan dan ditulis dalam teks. Penulisan rujukan dalam badan karangan dilakukan<br />

sebagai berikut:<br />

- Apabila terdiri dari satu orang penulis, ditulis sebagai berikut: McNeely (2010) atau (McNeely,<br />

2010).<br />

- Apabial terdiri dari 2 orang penulis, ditulis sebagai berikut: McNeely & McCurdy (2010) atau<br />

( McNeely & McCurdy, 2010).<br />

- Apabila terdiri dari tiga orang penulis atau lebih, ditulis sebagai berikut: McNeely et all. (2010)<br />

atau (McNeely et all, 2010). Kata/ istilah et al., hanya digunakan untuk referensi berbahasa<br />

asing. Untuk referensi berbahasa Indonesia digunakan istilah dkk., misalnya Suparman, dkk.<br />

(2010).<br />

Penusisan daftar pustaka dilakukan sebagai berikut:<br />

Sumber Buku:<br />

- Strahler, A.N. (1957). Physical geography. New York: Wiley.<br />

- Farrington, J., Turton, C., & James, A.J. (Eds.). (1999). Participatory wareshed development:<br />

Challenges for the twenty–first century. New Delhi: Oxford University Press.<br />

- Shaxson, T. F. (2000). People’s invovement in watershed management: Lessons from working<br />

among resource-poor farmers. In R.Lal (Ed.), Intergated watershed management in the global<br />

ecosystem (pp.345 – 363). Boca Raton, FL :CRC Press.<br />

- Van Noordwijk, M., van Roode, M., McCallie, E.L., & Lusiana, B.(1998). Erosion and<br />

sedimentation as multiscale, fractal processes: Implications for models, eksperiments and the<br />

real world. In F.W.T. Penning de Vries, F. Agus , & J. Kerr (Eds.), Soil erosion at multiple<br />

scales (pp. 223–253). New York: CAB International.<br />

53


Sumber Jurnal:<br />

- Tomich, T.P., Fagi, A. M., de Foresta, H. Michon, G., Michon, G., Murdiyarso, D., Stolle, F.,<br />

& Van Nooordwijk, M. (1988). Indonesia’s fires:smoke as a problem, smoke as a symptom.<br />

Agroforestry Today, 10(1), 4-7.<br />

Sumber Prosiding Seminar:<br />

- Fay, C., de Foresta, H, & Sirait, M. (1998). Progress towards recognizing the rights and<br />

management potensials of local communities in Indonesian state-defined forest area. Peper<br />

presented at the workshop of participatory natural resource management in developing countries,<br />

Mansfield College, Oxford, April 6-7.<br />

Sumber Internet<br />

- Knox McCulloch, A., Meinzen-Dick, R., & Hazell, P. (1998). Property rights, collective action<br />

and technologies for natural resource management: A conceptual framework. CAPRi Working<br />

Paper No. 1. Washington DC, USA: International Food Policy Research Institute. http://www.<br />

Capri.cgiar.org/pdf/capriwp01.pdf.<br />

Sumber Disertasi/Thesis:<br />

- Zandbergen, P. (1998). Urban watershed assesment: Linking watershed healt indicator to<br />

mangement. Ph.D. Thesis. Resource Management and Environmetal Studies, University of<br />

British Columbia, Vancaouver.<br />

Satuan, singkatan, nomenklatur, dan lambing:<br />

- Satuan dan singkatan menggunakan sistem SI ( System International)<br />

- Nomenklatur nama ilmiah tumbuhan dan hewan ditulis lengkap dengan nama author-nya. Nama<br />

ilmiah sesuai dengan aturan nomenklatur harus digunakan nama penulisnya yang pertama kali,<br />

selanjutnya dapat disingkat sesuai dengan aturan yang berlaku dan atau menggunakan nama<br />

daerah.<br />

- Penggunaan lambang ditulis sebagai berikut: contoh, lambang alpha ditulis dengan α bukan<br />

dengan huruf a.<br />

54


PANDUAN UNTUK PENULIS<br />

Tujuan dan Ruang Lingkup<br />

Jurnal Pendidikan adalah suatu jurnal monodisipliner berskala nasional yang<br />

mencakup berbagai pokok persoalan dalam kajian ilmu pendidikan. Secara khusus jurnal<br />

pendidikan menaruh perhatian pada pokok-pokok persoalan tentang perkembangan ilmu<br />

pendidikan dan keguruan serta pembangunan bidang pendidikan dan keguruan. Tujuan<br />

dari jurnal pendidikan ini adalah menyebarluaskan pemikiran-pemikiran konseptual<br />

maupun hasil-hasil penelitian yang telah dicapai dalam bidang Pendidikan.<br />

Penyerahan Naskah<br />

Penulisan menyerahkan 3 (tiga) ekslemplar naskah disertai dengan file elektronik<br />

dalam disket atau compact dist kepada: Redaksi Jurnal Pendidikan, Lembaga Penelitian<br />

Universitas Riau Kampus Binawidya Simpang Panam Pekanbaru Telp. (0761)567093<br />

Fax (0761) 63279 Email: ur_jurnal_pendidikan@yahoo.com atau faizjis@yahoo.co.id<br />

disertai dengan surat pernyataan bahwa naskah belum pernah diterbitkan dan tidak sedang<br />

dalam proses penerbitan pada jurnal lain. Setelah melewati proses review yang dilakukan<br />

oleh 2 penelaah, penulis diharuskan menyerahkan 1 (satu) eksemplar naskah yang telah<br />

direvisi oleh penulis (naskah akhir), disertai file elektronik dalam disket atau campact<br />

disc.<br />

Format Naskah<br />

Artikel yang dimuat dalam jurnal ini dapat berupa kajian konseptual dan atau<br />

hasil-hasil penelitian pada disiplin ilmu pendidikan. Secara umum, sistematika artikel<br />

terdiri atas pendahuluan /introduksi yang menguraikan latar belakang dan permasalahan<br />

yang dikaji yang ditunjang oleh referensi yang relevan, metode, hasil, dan pembahasan,<br />

dan simpulan/rekomendasi. Pada kajian yang bersifat konseptual, bagian metodologi<br />

dapat ditiadakan bila dianggap tidak perlu.<br />

Naskah ditulis pada kertas berukuran A4 , dengan panjang tulisan maksimal 20<br />

halaman berspasi ganda, termasuk daftar pustaka, tabel, dan lampiran. Setiap halaman<br />

memiliki batas kiri-kanan dan atas-bawah 3 cm. Naskah ditulis dengan menggunakan<br />

bahasa Indonesia yang baik dan benar. Naskah juga dapat ditulis dalam bahasa Inggris.<br />

Naskah dimulai dengan halaman pertama yang memuat:<br />

- Judul singkat ( running head). Penulis diminta untuk membuat judul singkat.<br />

- Judul lengkap (dalam bahasa Indonesia dan Inggris)<br />

- Nama penulis, afiliasi dan alamat korespondensi (mis.E-mail)<br />

Abstrak<br />

- Abstrak dalam bahasa Indonesia, tidak lebih dari 250 kata. Absrak mencakup<br />

permasalahan , metode , dan temuan serta kesimpulan<br />

- Abstrak dalam bahasa Iinggris, tidak lebih dari 200 kata.<br />

Kata Kunci<br />

- Tuliskan maksimal 5 kata-kata kunci (key words)<br />

Gambar dan Tabel<br />

- Untuk kepentingan penyuntingan, gambar dan tabel disertakan secara terpisah<br />

dari badan karangan (tidak dimasukan ke dalam teks). Dalam hal ini, penulis<br />

67


menunjukkan di mana gambar dan atau tabel harus diletakkan pada badan<br />

karangan.<br />

- Gambar yang akan ditampilkan dalam jurnal adalah gambar hitam-putih. Bila<br />

menginginkan, penulis dapat menyertakan gamabar berwarna, namun penulis<br />

akan dikenai biaya percetakan gambar berwarna tersebut.<br />

- Gambar dalam bentuk file elektronik, diharapkan ditulis di dalam MS Power<br />

Point atau dengan format.JPG<br />

- Gambar dan tabel diberi nomor sebagai berikut : Gambar 1, Gambar 2 dan<br />

seterusnya. Tabel 1, Tabel 2, dan seterusnya.<br />

- Gambar dan Tabel yang substansinya sama, ditampilkan salah satu.<br />

- Tabel berbentuk pivot table.<br />

Penulisan sub judul (heading) pada setiap bagian<br />

- Subjudul tingkat pertama semuanya dicetak tebal ditulis dengan huruf kapital,<br />

misalnya: PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MELALUI METODE<br />

SIMULASI.<br />

- Subjudul tingkat kedua, semuanya dicetak tebal dan ditulis dengan huruf kecil,<br />

kecuali huruf pertama dari setiap kata, misalnya: Faktor-faktor yang<br />

Mempengaruhi Hasil Belajar<br />

- Subjudul tingkat ketiga, semuanya ditulis dengan huruf miring dan huruf kecil<br />

kecuali huruf pertama dari setiap kata, misalnya: Faktor Tingkat Kecerdasan<br />

Siswa<br />

Ucapan Terimakasih<br />

- Penulis dapat menuliskan ucapan terimakasih kepada individu, lembaga pemberi<br />

dana penelitian dan sebagainya. Ucapan terimakasih ditulis sebelum Daftar<br />

Pustaka.<br />

Daftar Pustaka<br />

Kepustakaan yang dicantumkan dalam daftar pustaka hanya kepustakaan yang<br />

dikutip atau yang dijadikan rujukan dan ditulis dalam teks. Penulisan rujukan dalam<br />

badan karangan dilakukan sebagai berikut:<br />

- Apabila terdiri dari satu orang penulis, ditulis sebagai berikut: McNeely (2010)<br />

atau (McNeely, 2010).<br />

- Apabial terdiri dari 2 orang penulis, ditulis sebagai berikut: McNeely & McCurdy<br />

(2010) atau ( McNeely & McCurdy, 2010).<br />

- Apabila terdiri dari tiga orang penulis atau lebih, ditulis sebagai berikut:<br />

McNeely et all. (2010) atau (McNeely et all, 2010). Kata/ istilah et al., hanya<br />

digunakan untuk referensi berbahasa asing. Untuk referensi berbahasa Indonesia<br />

digunakan istilah dkk., misalnya Suparman, dkk. (2010).<br />

Penusisan daftar pustaka dilakukan sebagai berikut:<br />

Sumber Buku:<br />

- Strahler, A.N. (1957). Physical geography. New York: Wiley.<br />

68


- Farrington, J., Turton, C., & James, A.J. (Eds.). (1999). Participatory wareshed<br />

development: Challenges for the twenty–first century. New Delhi: Oxford<br />

University Press.<br />

- Shaxson, T. F. (2000). People’s invovement in watershed management: Lessons<br />

from working among resource-poor farmers. In R.Lal (Ed.), Intergated watershed<br />

management in the global ecosystem (pp.345 – 363). Boca Raton, FL :CRC<br />

Press.<br />

- Van Noordwijk, M., van Roode, M., McCallie, E.L., & Lusiana, B.(1998).<br />

Erosion and sedimentation as multiscale, fractal processes: Implications for<br />

models, eksperiments and the real world. In F.W.T. Penning de Vries, F. Agus ,<br />

& J. Kerr (Eds.), Soil erosion at multiple scales (pp. 223–253). New York: CAB<br />

International.<br />

Sumber Jurnal:<br />

- Tomich, T.P., Fagi, A. M., de Foresta, H. Michon, G., Michon, G., Murdiyarso,<br />

D., Stolle, F., & Van Nooordwijk, M. (1988). Indonesia’s fires:smoke as a<br />

problem, smoke as a symptom. Agroforestry Today, 10(1), 4-7.<br />

Sumber Prosiding Seminar:<br />

- Fay, C., de Foresta, H, & Sirait, M. (1998). Progress towards recognizing the<br />

rights and management potensials of local communities in Indonesian statedefined<br />

forest area. Peper presented at the workshop of participatory natural<br />

resource management in developing countries, Mansfield College, Oxford, April<br />

6-7.<br />

Sumber Internet<br />

- Knox McCulloch, A., Meinzen-Dick, R., & Hazell, P. (1998). Property rights,<br />

collective action and technologies for natural resource management: A<br />

conceptual framework. CAPRi Working Paper No. 1. Washington DC, USA:<br />

International Food Policy Research Institute. http://www.<br />

Capri.cgiar.org/pdf/capriwp01.pdf.<br />

Sumber Disertasi/Thesis:<br />

- Zandbergen, P. (1998). Urban watershed assesment: Linking watershed healt<br />

indicator to mangement. Ph.D. Thesis. Resource Management and Environmetal<br />

Studies, University of British Columbia, Vancaouver.<br />

Satuan, singkatan, nomenklatur, dan lambing:<br />

- Satuan dan singkatan menggunakan sistem SI ( System International)<br />

- Nomenklatur nama ilmiah tumbuhan dan hewan ditulis lengkap dengan nama<br />

author-nya. Nama ilmiah sesuai dengan aturan nomenklatur harus digunakan<br />

nama penulisnya yang pertama kali, selanjutnya dapat disingkat sesuai dengan<br />

aturan yang berlaku dan atau menggunakan nama daerah.<br />

- Penggunaan lambang ditulis sebagai berikut: contoh, lambang alpha ditulis<br />

dengan α bukan dengan huruf a.<br />

69


ERROR: syntaxerror<br />

OFFENDING COMMAND: --nostringval--<br />

STACK:<br />

/Title<br />

()<br />

/Subject<br />

(D:20120411145806+07’00’)<br />

/ModDate<br />

()<br />

/Keywords<br />

(PDFCreator Version 0.9.5)<br />

/Creator<br />

(D:20120411145806+07’00’)<br />

/CreationDate<br />

(New)<br />

/Author<br />

-mark-

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!