29.01.2015 Views

PROGRAM INSENTIF RISET TERAPAN - KM Ristek

PROGRAM INSENTIF RISET TERAPAN - KM Ristek

PROGRAM INSENTIF RISET TERAPAN - KM Ristek

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

KEMENTERIAN KEHUTANAN<br />

BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KEHUTANAN<br />

BALAI PENELITIAN TEKNOLOGI PERBENIHAN BOGOR<br />

JL. Pakuan ciheuleut Po. Box 105 Bogor 16001 Tlp. (0251) 8327768<br />

E-mail:bptpbogor@dephut.go.id Website:www.bptpbogor.litbang.dephut.go.id<br />

LAPORAN HASIL PEN ELITIAN<br />

TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH DAN BIBIT TANAMAN<br />

KRANJI/MABAI (Pongamia pinnata Merril) SEBAGAI SUMBER<br />

ENERGITERBARUKAN<br />

<strong>PROGRAM</strong> <strong>INSENTIF</strong> <strong>RISET</strong> <strong>TERAPAN</strong><br />

Fokus Bidang Prioritas<br />

Kode Produk Target<br />

Kode Kegiatan<br />

Peneliti Utama .<br />

: Sumber Energi Baru dan Terbarukan<br />

: 3.01<br />

: 3.0.02<br />

: Ir. Danu,MSi<br />

BOGOR, NOPEMBER 2010


BALAI PENELITIAN TEKNOLOGI PERBENIHAN BOGOR<br />

BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KEHUTANAN<br />

KEMENTERIAN KEHUTANAN<br />

LEMBAR PENGESAHAN<br />

TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH DAN BIBIT TANAMAN<br />

KRANJI/ MABAI (Pongamia pinnata Merril) SEBAGAI SUMBER<br />

ENERGITERBARUKAN<br />

FOKUS BIDANG PRIORITAS: SUMBER ENERGI BARU DAN<br />

TERBARUKAN<br />

KODE PRODUK TARGET :3.01<br />

KODE KEGIATAN:3.0.02<br />

LOKASI PENELITIAN:JAWA, NTB, BANGKA BELITUNG<br />

PENELITIAN TAHUN KEDUA<br />

Koordinator/<br />

Peneliti Utama<br />

~<br />

lr. Danu, M.Si.<br />

NIP.196309131991111001<br />

ii


RINGKASAN<br />

Krisis energi yang · berasal dari minyak bumi telah mendorong<br />

pengembangan sumber energi alternatif yang dapat diperbarui dengan<br />

pengembangan jenis tanaman sebagai sumber minyak nabati. Salah satu<br />

jenis yang mempunyai potensi sebagai sumber minyak nabati adalah<br />

kranji/mabai. Dalam upaya pengembangan tanaman ini diperlukan bibit<br />

bermutu yang tersedia dalam jumlah yang cukup, tepat waktu dan<br />

mempunyai kemampuan beradaptasi dengan kondisi lingkungan tempat<br />

tumbuhnya. Tujuan penelitian untuk memperoleh teknologi produksi benih<br />

dan bibit tanaman kranji/mabai (Pongamia pinnata Merril). Penelitian ini<br />

merupakan lanjutan dari kegiatan penelitian tahun 2009. Kegiatan tahun 2010<br />

meliputi: (1) Sebaran dan potensi produksi benih, (2) Periode pembungaan<br />

dan pembuahan, (3) teknik pembibitan dan aklimatisasi, dan (4) teknik<br />

pengemasan dan angkutan bibit.<br />

Penelitian sebaran dan potensi produksi benih dimulai dengan<br />

menentukan sebaran populasi tanaman berdasarkan kondisi ekologi,<br />

karakteristik tegakan dan potensi produksi benih. Pengamatan periode<br />

pembungaan dan pembuahan dilakukan di desa Sukarame, carita, (Propinsi<br />

Banten). Penelitian periode pembungaan dan pembuahan dilakukan dengan<br />

penandaan cabang-cabang pohon yang diamati. Pengamatan dilakukan setiap<br />

minggu pada saat periode pembungaan dan setiap bulan setelah periode<br />

pembuahan. Kegiatan penelitian teknik pembibitan dan aklimatisasi bibit<br />

dimulai dengan pengunduhan buah, perkecambahan, penyapihan kemudian<br />

dilanjutkan dengan pemberian perlakuan di persemaian. Penelitian ini<br />

dilakukan dengan perlakuan media semai (tanah, campuran tanah dan<br />

kompos (1:3 v/V), dan campuran tanah dengan cocopeat (1:3 v/v)) dan<br />

intensitas naungan (tanpa naungan, naungan 25%, dan naungan 50%).<br />

Pengukuran pertumbuhan bibit dilakukan setiap bulan. Rancangan penelitian<br />

menggunakan rancangan acak lengkap dengan pola perhitungan faktorial<br />

3x3x4 ulangan. Masing-masing ulangan terdiri dari 25 bibit.<br />

Penelitian teknik pengemasan dan transportasi bibit dimulai dengan<br />

penyapihan bibit hasil persemaian sebanyak 972 bibit. Media yang digunakan<br />

adalah campuran pasir dan tanah (1:1, vjv) yang dimasukkan ke dalam<br />

polybag berukuran 15 x 20 em. Bibit dikemas dengan cara : 1) akar bibit<br />

dicampur dengan serbuk sabut kelapa lembab kemudian dimasukkan ke<br />

dalam kotak kayu; 2) akar bibit dicampur dengan serbuk gergaji lembab<br />

kemudian dimasukkan ke dalam kotak plastik ; 3) akar bibit dibungkus<br />

dengan kertas koran lembab kemudian dimasukkan ke dalam ice box ; 4) akar<br />

bibit dicampur dengan aquasorb kemudian dimasukkan ke dalam kotak kayu.<br />

Setiap kemasan terdiri dari 25 bibit dengan 3 ulangan. Alat transportasi yang<br />

gunakan adalah kapal laut, pesawat terbang dan disimpan di rumah kaca.<br />

Setelah sampai di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung kemudian bibit disapih<br />

kembali ke dalam polybag berukuran 20 x 25 em dan disimpan di persemaian.<br />

Parameter yang diukur adalah persen hidup semai, tinggi semai, diameter<br />

batang semai, biomas dan Indeks Mutu Bibit (IMB). Pengamatan dilakukan<br />

setiap bulan selama 5 (lima) bulan.<br />

iii


Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) sebaran populasi kranji di<br />

Pulau Jawa menyebar di sepanjang pantai Taman Nasional Alas Purwo,<br />

Banyuwangi; Batukaras, Ciamis; dan Carita, Banten dengan karakter pohon<br />

masing-masing tinggi 12,54 ±2,29 m, 9,23 ± 0,47 m, dan 9,96 ± 3,97 m;<br />

diameter 26,38 ± 7,00 em, 17,96 ± 1,11 em, dan 40,32 ± 17,21 em;<br />

diameter tajuk 6,40 ± 1 1 67 m, 8,31± 2,03 m dan 4,47 ± 0,74; jarak antar<br />

pohon terdekat 6,43±1,32m, 2,49±0,80 m, 23,17 ± 42,96 m dan potensi<br />

produksl1.855 polong/pohon setara dengan 2.297 butir benih/pohon atau<br />

2,45 kg benih/pohon. 2) Di Carita Banten, periode pembungaan dan<br />

pembuahan tanaman kranji dimulai dengan muneulnya tunas bunga yang<br />

mulai tumbuh pada bulan Mei, bunga mekar pada bulan Juni, buah muda tipis<br />

pada bulan Juli, pemasakan buah sampai dengan bulan Ok.tober dan buah<br />

tua (eoklat) pada bulan Nopember. 3) Pertambahan tinggi dan diameter<br />

terbesar adalah persemaian yang menggunakan media campuran tanah dan<br />

kompos (1:3 v/v) dengan naungan 25%, dengan tinggi rata-rata 47,53 em<br />

dan diameter batang 7,49 mm. 4) Kegiatan penelitian teknik aklimatisasi bibit<br />

kranji satu bulan setelah perlakuan memberikan hasil terbaik pada perlakuan<br />

jarak bibit kesamping 5 em dan kebelakang rapat (J1) dengan nilai<br />

pertambahan pertumbuhan diameter sebesar 1.271 mm dan parameter<br />

pertumbuhan bibit pada jumlah daun 2.660 ( = 3) helai dengan persen hid up<br />

rata-rata 99,2 o/o (persen hidup rata-rata untuk perlakuan J1). 5) Kegiatan<br />

penelitian transportasi dan pengemasan menghasilkan pertambahan tinggi<br />

dan diameter yang terbesar adalah akar bibit dicampur dengan serbuk sabut<br />

kelapa lembab kemudian dimasukkan ke dalam kotak kayu campuran serb.uk<br />

sabut kelapa lembab dalam kotak kayu yang dibawa dengan kapal laut.<br />

Pertambahan tinggi dan diameter terendah ditunjukkan oleh perlakuan akar<br />

bibit dicampur dengan serbuk gergaji lembab kemudian dimasukkan ke dalam<br />

kotak plastik yang disimpan di rumah kaca (tidak dibawa). Nilai rata-rata Top<br />

root ratio sebesar 1,62 dan IMB rata-rata 1,69.<br />

Kata kunci: Kranji/Mabai (Pongamia pinnata Merril.), pembibitan,<br />

pembungaan, pengemasan, sebaran.<br />

iv


PRAKATA<br />

Tanaman kranji/mabai (Pongamia pinnata Merril) merupakan tanaman<br />

serba guna yang potensial untuk dikembangkan sebagai tanaman penghasil<br />

bahan bakar minyak nabati. Upaya penanaman jenis ini perlu didukung<br />

dengan ketersediaan benih yang berkualitas dalam jumlah yang cukup dan<br />

teknik pembibitannya yang tepat. Sehubungan dengan hal tersebut Balai<br />

Penelitian Teknologi Perbenihan Bogor melakukan penelitian Teknologi<br />

Produksi Benih dan Bibit Tanaman Kranji/Mabai (Pongamia pinnata Merril)<br />

Sebagai Sumber Energi Terbarukan. Penelitian ini merupakan lanjutan dari<br />

kegiatan penelitian tahun 2009. Kegiatan tahun 2010 meliputi: (1) Sebaran<br />

dan potensi produksi benih, (2) Periode pembungaan dan pembuahan, (3)<br />

Teknik pembibitan dan aklimatisasi, dan (4) Teknik pengemasan dan<br />

tranportasi bibit.<br />

Semoga dapat bermanfaat.<br />

Koordinator/<br />

Peneliti Utama<br />

Ir. Danu, M.Si.<br />

NIP.196309131991111001<br />

v


DAFTARISI<br />

Halaman<br />

LEMBAR PENGESAHAN ................... ........................................... ........<br />

ii<br />

RINGKASAN ..................................................................... ..................<br />

iii<br />

PRAKATA ..........................................................................................• v<br />

DAFTAR lSI....................................................................................... vi<br />

DAFTAR TABEL .................................................................................. vii<br />

DAFTAR GAM BAR ..............................................................................<br />

viii<br />

DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................... ix<br />

BAB I. PENDAHULUAN ........................ ... ........................................... 1<br />

1.1. latar Belakang ..................................................................... 1<br />

1.2. Rumusan Masalah ................................................................ 3<br />

BAB. II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................ 4<br />

BAB III TUJUAN DAN MANFAAT ............................................ 8<br />

BAB. N METODOLOGI ........................................................ 8<br />

4.1. Peta sebaran dan potensi produksi sumber benih kranji ... . 8<br />

4.2. Fenologi pembungaan dan pembuahan.............. ..... .. .. .. .. .. 10<br />

4.3. Teknik pembibitan .......................................................... 12<br />

4.4. Teknik aklimatisasi ..................... ... .............. ........ ... ......... 13<br />

4.5. Teknik pengema~n dan transportasi bib it ........................ 15<br />

BAB. V. HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................<br />

17<br />

5.1. Sebaran populasi kranji di Pulau Jawa .............................. 17<br />

5.2. Fenologi pembungaan dan pembuahan ............................ 22<br />

5.3. Teknik pembibitan ................................................................ 29<br />

5.4. Teknik aklimatisasi ................................................. .. ... .. . 32<br />

5.5. Teknik pengemasan dan transportasi bibit ........................ 37<br />

BAB. VI. KESIMPUL.AN DAN SARAN .. ...... ........................ ............... ... 44<br />

6. 2. Kesimpulan ... ... .. .. ... ... ............. .. ... ....... ...... .. .......... .. .. .. .. .. .. ... 44<br />

6.3. Saran .. ................................................................................ 45<br />

DAFT AR PUST AKA .. .. ... .. .. .. .. ..... ..... ...... .. .. .. ..... .. ..... ... .. .. .. .. ..... ...... .. .. .. 45<br />

vi


DAFTAR TABEL<br />

No<br />

1.<br />

2.<br />

3.<br />

4.<br />

5.<br />

6.<br />

7.<br />

Uraian<br />

Penentuan jumlah pohon sam pel ...................................... .<br />

Kondisi tegakan kranji di Pulau Jaw a .................................. .<br />

Sebaran dan potensi produksi be nih kranji dl Batukaras .... ..<br />

Karakteristik benih keranji di Batukaras .............................. .<br />

Pendugaan potensi produksi benih kranji ......................... ..<br />

Data habitus tanaman kranji di kampung Sembolo dan<br />

kampung Mataram Desa Sukarame (Carita-Banten) ............. .<br />

Fase Reproduksi Tanaman Mabai/Kranji (Pongamia pinnata<br />

Merril.) di Carita, Banten ................................................... .<br />

8. Rata-rata jumlah bunga dan buah per malai, ovul per bunga<br />

dan biji per buah kranji di Carita .......................................<br />

9. Rata-rata tinggi bibit kranji umur 5 bulan .............................<br />

10. Rata-rata diameter bibit kranji umur 5 bulan ........................<br />

11. Hasil pengukuran awal rata-rata tinggi, jumlah daun dan<br />

diameter bibit kranji umur 3 bulan dipersemaian ................ .<br />

12. Rekapitulasi Analisis Keragaman Pengaruh Frekuensi<br />

Penyiraman Dan Jarak Antar Bibit Terhadap Pertambahan<br />

Parameter Pertumbuhan Tinggi, Diameter, Jumlah Daun,<br />

Persen Hid up Bibit Kranji 1 Bulan Setelah di Aklimatisasi .....<br />

13. Rekapitulasi Hasil Uji Beda Nyata Duncan Pengaruh<br />

Kombinasi Frekuensi Penyiraman dan Jarak Terhadap<br />

Pertambahan Parameter: Pertumbuhan Diameter, Tinggi,<br />

Jumlah Daun, Persen Hidup Bibit Kranji 1 Bulan Setelah di<br />

Aklimatisasi ......................................................................<br />

14. Rata-rata suhu perlf!kuan transportasi ................................<br />

15. Analisis sidik ragam pengaruh perlakuan terhadap<br />

pertumbuhan tinggi dan diameter bibit kranji ......................<br />

16. Uji beda nyata pertambahan diameter bibit kranji pada<br />

berbagai jenis media .........................................................<br />

17. Uji beda nyata pertambahan diameter bibit kranji pada<br />

berbagai jenis transportasi .................................................<br />

18. Uji beda nyata pertambahan tinggi bibit kranji sebagai<br />

pengaruh interaksi antara berbagai jenis transportasi dan<br />

media ..............................................................................<br />

19. Hasil pengukuran Top root ratio dan Indeks mutu bibit ........<br />

Halaman<br />

9<br />

18<br />

19<br />

20<br />

20<br />

24<br />

27<br />

28<br />

30<br />

30<br />

34<br />

35<br />

36<br />

37<br />

40<br />

40<br />

41<br />

41<br />

42<br />

vii


DAFTAR GAMBAR<br />

No Uraian Halaman<br />

1. Sebaran populasi kranji di Pulau Jawa ................................ 18<br />

2. Dugaan potensi jumlah benih kranji berdasarkan tinggi,<br />

diameter batang dan diameter tajuk ................................... 21<br />

3. Dugaan potensi berat benih kranji berdasarkan tinggi,<br />

diameter batang dan diameter tajuk ................... .. .. .. .. ........ 22<br />

4. Tegakan kranji di carita-Banten ........................................... 23<br />

5. Kelompok (Inflorenscence) bunga mabai/kranji ................•. 24<br />

6. Siklus pembungaan dan pembuahan kranji di carita, Banten 26<br />

7. Polinator bunga kranji ............................................................ 29<br />

8. Buah dan benih kranji .. ..... .. ..... ......... ......... ............................ 29<br />

9. Pertumbuhan tinggi bibit kranji umur 5 bulan ...................... 31<br />

10. Pertumbuhan diameter bibit kraji umur 5 bulan ................... 31<br />

11. Perkecambahan kranji. Semai dengan buah yang berwarna<br />

coklat yang diambil di bawah tegakan (kiri). Semai dengan<br />

buah berwarna hijau yang diambil dari pohon (kanan) ......... 32<br />

12. Bibit kranji di persemaian yang tidak ternaungi.... ................. 33<br />

13. Proses pemisahan bibit dan akar bibit kranji ....................... 33<br />

14. Susunan bibit yang telah diberikan perlakuan aklimatisasi ... 34<br />

15. Tahapan kegiatan teknik pengemasan dan transportasi bibit<br />

kranji ................................................................................. 38<br />

16. Grafik pertumbuhan tinggi bib it kranji .................................. 38<br />

17. Grafik pertumbuhan diameter bibit kranji .. ........... .. .............. 39<br />

viii


DAFTAR LAMPIRAN<br />

No Uraian Halaman<br />

1. Data habitus tanaman kranji di k.ampung Sembolo dan 48<br />

kampung Mataram Desa Suk.arame (carita-Banten) ..............<br />

2. Data jumlah bunga pada 10 ranting ...................................... 49<br />

3. Rata-rata tinggl dan diameter bibit masing-masing perlakuan<br />

hasil pengukuran ke 1 sampai ke 6 ..................................... 51<br />

ix


BAB I. PENDAHULUAN<br />

1.1. Latar Belakang<br />

Energi merupakan mesin dari pertumbuhan ekonomi setiap negara,<br />

Saat ini persediaan energi fosil (minyak, gas dan batubara) sudah semakin<br />

menipis. Oleh karena itu, biofuel sebagai alternatif bahan bakar<br />

transportasi ramah lingkungan sudah menjadi perhatian dunia, untuk<br />

memperbaiki lingkungan serta pencegah perubahan iklim akibat gas<br />

rumah kaca (Maizar, 2006).<br />

Rencana pemanfaatan biodiesel dan minyak nabati murni untuk<br />

tahun 2009 sebesar 0,25%. Rencana kebutuhan BBM untuk jenis Solar<br />

pada tahun 2010 sebesar 1%, tahun 2015 sebesar 10%, tahun 2020<br />

sebesar 15% dan untuk tahun 2025 sebesar 20%<br />

(htto://www.energiterbarukan.net).<br />

Salah satu jenis tanaman yang dapat menjadi sumber biofuel dan<br />

cukup potensial di Indonesia adalah kranji atau mabai atau malapari<br />

(Pongamia pinnata Merril.). Jenis ini banyak ditemukan di sepanjang<br />

pantai dan hidup bergerombol. Pohon ini termasuk jenis cepat tumbuh,<br />

dalam 4-5 tahun dapat mencapai tinggi 20 - 25 m dan mulai berbunga<br />

dan berbuah (Heyne, 1987, Owen, 1991). Pada sebaran alaminya, pohon<br />

kranji dapat tumbuh pada ketinggian antara 0-200 m, kisaran suhu yang<br />

luas, dengan curah hujan tahunan 50Q-2500 mm dan musim kering 2-6<br />

bulan. Tumbuh alami di hutan dataran rendah pada tanah berkapur dan<br />

batu karang di pantai, sepanjang tepi hutan bakau, sepanjang aliran dan<br />

sungai pasang surut. Tanaman kranji tumbuh baik pada tanah liat<br />

berpasir, tanah berpasir dan tanah liat yang bergumpal-gumpal pada<br />

kondisi masin dan alkalin. Tanaman dewasa mampu tumbuh pada suhu di<br />

atas 50°C. Pada tingkat anakan toleran terhadap naungan. Tanaman<br />

kranji dapat mengikat nitrogen bebas (nitrogen-fixing abilitYJ.<br />

Tumbuhan ini berperan dalam menyediakan dua sumber energi<br />

yaitu kayunya sebagai bahan bakar yang memiliki kalor bakar kayu<br />

1


sebesar 19,2 MJ/kg, dan bijinya mengandung minyak nabati dengan<br />

kandungan minyak sebesar 27-39 % dari berat kering benihnya<br />

(Soerawidjaja, 2007a; Soerawidjaja, 2007b). Minyak yang dihasilkannya<br />

dapat digunakan sebagai pelumas seperti yang telah dimanfaatkan dalam<br />

industri penyamakan kulit tradisional di India, serta dalam pembuatan<br />

sabun, pernis dan cat. Dalam satu pohon kranji dihasilkan 9 - 90 kg<br />

biji/tahun, sehingga jika kerapatan tanamnya 100 pohon per hektar, maka<br />

potensi hasil panennya adalah 900 - 9000 kg biji/ha/th. Apabila<br />

rendemen 25 % maka dihasilkan 225 - 2250 kg/ha/th minyak-lemak.<br />

Dengan cara pembudidayaan yang baik dan rotasi tanam 5 - 7 tahun,<br />

maka produkstivitas hutan tanaman kranji dapat mencapai 2 ton minyaklemak<br />

dan 5 ton kayu-bakar per hektar per tahun.<br />

Hasil penelitian pada tahun 2009 menunjukkan bahwa ukuran benih<br />

terbesar berasal dari Kabupaten Ciamis dan ukuran benih terkecil berasal<br />

dari Kabupaten Lombok Timur. Jumlah benih setiap buah berkisar antara<br />

1 butir - 3 butir. Benih yang berasal dari Desa Batukaras Kabupaten<br />

Ciamis dengan kadar air 45,22% setelah disimpan selama 4 minggu pada<br />

suhu kamar (28-29°C) masih menghasilkan daya kecambah sebesar 85,33<br />

%. Uji pendahuluan terbaik untuk benih keranji adalah direndam air<br />

dingin selama 24 jam. Benih kranji selama penurunan kadar air dan<br />

penyimpanan menunjukkan adanya peningkatan protein dan daya hantar<br />

listrik (DHL) serta penurunan kandungan lemak dan kandungan pati.<br />

Pada periode simpan 4 minggu pada suhu kamar benih kranji mempunyai<br />

kandungan minyak terbesar, yaitu sebesar 15,99%. Berdasarkan reaksi<br />

biokimia yang terjadi, benih kranji memiliki kecenderungan bersifat<br />

rekalsitran (Aminah, 2009).<br />

Masa akhir generatif, inisiasi dan pertumbuhan tunas-tunas<br />

generatif/tangkai bunga mulai bulan Agustus masa bunga mekar dan<br />

polinisasi dan pertumbuhan calon buah, buah-buah muda mulai bulan<br />

Desember, masa buah tua mulai bulan Juni. Siklus reproduksi dari<br />

pembentukan tunas generatif sampai buah dapat diunduh memerlukan<br />

2


waktu hampir 11 bulan yaitu sejak bulan Agustus sampai bulan Juni.<br />

Siklus reproduksi bunga belum dapat diamati secara individu (Dharrnawati,<br />

2009).<br />

Perbanyakan tanaman kranji dapat dilakukan dengan teknik<br />

perbanyakan vegetatif stek. Stek yang berasal dari bagian tengah cabang<br />

dengan kerapatan naungan 25 % memberikan persen tumbuh tunas<br />

sebesar 68,4 % (Siregar, 2009).<br />

Walaupun manfaat kranji cukup potensial, namun masih banyak<br />

masyarakat yang belum mengetahuinya, sehingga perlu dilakukan<br />

penelitian untuk lebih mengoptimalkan peranan dan potensi tanaman<br />

kranji sebagai sumber energi terbarukan yang dapat dimanfaatkan oleh<br />

masyarakat, khususnya daerah-daerah yang banyak ditumbuhi tanaman<br />

tersebut. Penggunaan benih dari sumber benih yang sesuai dengan tapak<br />

penanaman akan mengoptimalkan kemampuan pertumbuhan tanaman.<br />

Nienstadt dan Snyder (1974) menyatakan sebagian besar usaha perbaikan<br />

tanaman secara mudah dan sederhana dapat didasarkan pada<br />

pengetahuan dan penggunaan sumber benih yang tepat.<br />

1.2. Rumusan Masalah<br />

Salah satu faktor yang menentukan keberhasilan pengembangan<br />

tanaman mabai adalah ketersediaan benih dan bibit yang berkualitas,<br />

tersedia dalam jumlah yang cukup dan tepat waktu. Inforrnasi tentang<br />

produksi benih dan bibit yang bermutu jenis masih terbatas, terutama<br />

sebaran populasi sebagai sumber benih, potensi produksi buah, fenologi<br />

pembungaan dan pembuahan, teknik pembibitan dan aklimatisasi, teknik<br />

pengemasan dan transportasi bibit.<br />

3


BAB II. TINJAUAN PUSTAKA<br />

2.1. Deskripsi/Pengenalan Jenis<br />

Nama spesies Pongamia pinnata Merr., dalam bahasa Inggris<br />

dikenal dengan nama pongam, indian beech, fijian Iongan. Di Indonesia<br />

dikenal dengan nama malapari, Iongan, sedangkan nama lokal dikenal<br />

dengan nama bangkongan (Jawa), kipahang laut (Sunda), kranji<br />

(Madura).<br />

Deskripsi tanaman sebagai semak atau pohon bercabang melebar.<br />

Pepagan halus atau merekah tegak lurus samar-samar, abu-abu. Daun<br />

menyirip gasal, merah muda saat muda, hijau tua mengkilap di atas dan<br />

hijau pudar dengan urat menonjol di bawah saat tua; anak daun bulat<br />

telur, menjorong atau melonjong. Perbungaan tandan, berpasangpasangan<br />

dengan bunga yang sangat harum; mahkota bunga putih<br />

sampai pink, ungu di dalam, berurat kecoklatan di luar; membundar telur<br />

sungsang. Buahnya berbentuk polong bertangkai pendek, menyerongmelonjong<br />

sampai menjorong, tidak merekah bila masak, berbiji 1-2. Biji<br />

berbentuk bulat telur.<br />

2.2. Distribusi/Penyebaran :<br />

Pongamia pinnata kemungkinan besar berasal · dari India dan<br />

dijumpai secara alami dan naturalisasi di Pakistan, India, Sri Lanka, dan<br />

seluruh Asia Tenggara termasuk Indonesia sampai timur laut Australia, Fiji<br />

dan Jepang. Diintroduksi di Mesir dan Amerika Serikat (Florida, Hawaii).<br />

2.3. Habitat :<br />

Pada sebaran alaminya, Pongamia pinnata toleran terhadap kisaran<br />

suhu yang luas. Pohon tua toleran terhadap suhu di atas 50°C. Kisaran<br />

tempat tumbuhnya pada ketinggian antara Q-200 m. Cukup toleran<br />

terhadap naungan, setidaknya ketika muda. Curah hujan tahunan yang<br />

4


dibutuhkan adalah 50o-2500 mm, dengan musim kering 2--6 bulan.<br />

Tumbuh alami di hutan dataran rendah pada tanah berkapur dan batu<br />

karang di pantai, sepanjang tepi hutan bakau dan sepanjang aliran dan<br />

sungai pasang surut. Pertumbuhan yang paling bagus dijumpai pada<br />

tanah liat berpasir, tetapi akan tumbuh juga pada tanah berpaslr dan<br />

tanah liat yang bergumpal-gumpal. Tanaman ini tumbuh pada kondisi<br />

salinitas (1-2) %o, hal ini merupakan penanda bahwa kadar garam masih<br />

rendah untuk ke 4 (Desa Sambelia, Alas Purwo, Desa Batu Karas dan<br />

Kulur Laut) (Dharmawati, 2009).<br />

2.4. Teknik Penanganan Benih<br />

Buah dan benih yang baru saja dikumpulkan, sangat rentan<br />

terhadap kerusakan, karena biasanya mempunyai kadar air sangat tinggi.<br />

Oleh sebab itu penanganan pasca panen harus dilakukan secara benar<br />

untuk menghindari penurunan mutu (Schmidt, 2000). Kandungan kadar<br />

air 10-20% pada waktu pengumpulan adalah normal pada kebanyakan<br />

jenis ortodoks. Benih ortodoks yang belum masak dan benih rekalsitran<br />

yang masak, kandungan kadar airnya sangat tinggi, dapat mencapai 30-<br />

45%. Kadar air pada serat daging buah, buah kering yang belum masak,<br />

buah yang dikumpul~an ketika cuaca lembab, atau benih yang secara<br />

alami berkadar air tinggi pada saat masak (benih rekalsitran) sangat<br />

beresiko untuk mengalami kerusakan. Kadar air tinggi merupakan<br />

lingkungan ideal bagi pertumbuhan jamur dan bakteri (Schmidt, 2000).<br />

Jamur yang mulai tumbuh pada buah kering dapat menghambat<br />

kelanjutan proses ekstraksi (Seeber and Agpaoa, 1976), sehingga selama<br />

penyimpanan yang lama di lapangan, harus dibuat ventilasi yang<br />

mencukupi dan kadar air dikurangi sebanyak mungkin agar penyimpanan<br />

aman dan kelembaban dapat dipertahankan selama penyimpanan<br />

(Tompsett, 1987).<br />

Umumnya benih dapat dipertahankan tetap baik dalam jangka<br />

waktu yang cukup lama, bila suhu dan kelembaban udara dapat dijaga<br />

5


maka mutu benih dapat terjaga. Untuk itu perlu ruang khusus untuk<br />

penyimpanan benih. Untuk benih ortodoks, benih dapat disimpan lama<br />

pada kadar air 6-10% atau dibawahnya. Penyimpanan dapat dilakukan<br />

dengan menggunakan wadah seperti : karung kain, toples kaca/ plastik,<br />

plastik, laleng, dll. Setelah itu benih dapat di simpan pada suhu kamar<br />

atau pada suhu rendah "cold storage" umumnya pada suhu 2-SO C.<br />

Kemunduran benih dapat ditunjukkan secara biokimia dan fisiologi.<br />

Indikasi biokimia kemunduran benih dicirikan antara lain penurunan<br />

aktivitas enzim, penurunan cadangan makanan, meningkatnya nilai<br />

konduktivitas. Indikasi fisiologi kemunduran benih antara lain penurunan<br />

daya berkecambah dan vigor. (http:l/asgarsel.blogspot.com/2009/10/<br />

tanaman.html, Jumat 13-11-2009).<br />

Kadar air benih sangat dipengaruhi oleh kondisi RH ruang tempat<br />

penyimpanan benih, karena sifat benih yang hygroskopis dan selalu ingin<br />

mencapai keseimbangan dengan kondisi lingkungan, pada hal kadar air<br />

benih sangat mempengaruhi laju deteriorasi benih, Pengaruh yang paling<br />

besar terhadap mundurnya kualitas biji selama disimpan adalah kadar air<br />

biji, temperatur dan lembab nisbi udara (Soeseno dan Suginingsih, 1984).<br />

Kelembaban lingkungan selama penyimpanan juga sangat mempengaruhi<br />

viabilitas benih. Kandungan air yang tinggi dalam benih dengan<br />

kelembaban udara yang rendah dapat menyebabkan penguapan air dari<br />

dalam benih dan mempertinggi kelembaban udara disekitar benih.<br />

Sebaliknya bila kandungan air dalam benih rendah sedangkan kelembaban<br />

udara disekitar benih tinggi akan mengakibatkan terjadinya penyerapan<br />

air oleh benih. Benih akan mengalami kecepatan kemundurannya<br />

tergantung dari tingginya faktor-faktor kelembaban relatif udara dan suhu.<br />

Perlakuan yang terbaik pada benih ialah menanam benih atau disemaikan<br />

segera setelah benih-benih itu dikumpulkan atau dipanen, jadi mengikuti<br />

cara-cara alamiah, namun hal ini tidak selalu mungkin karena musim<br />

berbuah tidak selalu sama, untuk itu penyimpanan benih perlu dilakukan<br />

untuk menjamin ketersediaan benih saat musim tanam tiba.<br />

6


2.5. Teknik Pembibitan dan Aklimatlsasi<br />

Bibit berkualitas dapat dihasilkan dengan mengoptimalkan proses<br />

fisiologis tanaman seperti fotosintesa dan metabolisme yang dipengaruhi<br />

oleh faktor luar seperti sinar matahari, tersedianya air, hara mineral dan<br />

kondisi tempat tumbuh (Kurniaty , 2007).<br />

Aklimatisasi merupakan proses penyesuaian bibit dari lingkungan<br />

yang terkontrol (persemaian) ke lingkungan mandiri (lapangan). Proses<br />

aklimatisasi sangat penting karena akan menentukan apakah bibit akan<br />

beradaptasi dengan lingkungan yang baru atau tidak. Proses aklimatisasi<br />

yang tidak baik akan menyebabkan kematian bibit. Beberapa cara<br />

aklimatisasi diantaranya dengan menjarangkan jarak antar bibit dan<br />

mengurangi penyiraman di persemaian.<br />

Pemberian jarak pada bibit bertujuan untuk memberikan cahaya<br />

yang cukup pada bibit sehingga mendapatkan bibit yang kokoh yang<br />

dicirikan dengan persen berkayu bibit tersebut. Marjenah (2001)<br />

mengemukakan bahwa pada intensitas cahaya yang cukup tanaman<br />

cenderung memacu pertumbuhan diameternya sehingga tanaman yang<br />

tumbuh pada tempat terbuka mempunyai tendensi untuk menjadi pendek<br />

dan kekar.<br />

Pengurangan peyiraman dilakukan agar pada saat bibit dipindah ke<br />

lapangan tidak lagi mengalami cekaman air. Cekaman kekeringan pada<br />

tanaman disebabkan oleh kekurangan suplai air di daerah perakaran dan<br />

permintaan air yang berlebihan oleh daun dalam kondisi laju<br />

evapotranspirasi melebihi laju absorbsi air oleh akar tanaman. Serapan air<br />

oleh akar tanaman dipengaruhi oleh laju transpirasi, sistem perakaran,<br />

dan ketersediaan air tanah (Lakitan, 1996). Bibit merespon kekurangan air<br />

dengan mengurangi laju transpirasi untuk penghematan air.<br />

7


BABin.<br />

UJUAn DAN MANFAAT<br />

3.1. Tujuan dan Sasaran Penefrtian<br />

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui teknik<br />

produksi benih dan bibit tanaman mabai/kranji atau malapari<br />

(Pongamia pinnata Merril).<br />

3.2. Manfaat Penelitian<br />

Manfaat dari penelitian ini adalah diperolehnya informasi tentang :<br />

1) Peta sebaran populasi dan potensi produksi benih mabai<br />

2) Periode pembungaan dan pembuahan mabai<br />

3) Teknik pembibitan dan aklimatisasi<br />

4) Teknik pengemasan dan transportasi bibit<br />

BAB IV. METODOLOGI<br />

4.1. Peta sebaran dan potensi produksi sumber benih kranji.<br />

1) Tahapan kegiatan<br />

Tahapan kerja kegiatan penelitian aspek ini meliputi<br />

pengumpulan:<br />

a. Data sekunder: curah hujan, jenis tanah, suhu dan kelembaban,<br />

vegetasi, bioftsik tapak berupa : peta dasar (peta iklim, peta<br />

tanah, peta kontur, peta vegetasi) dan survey lapangan (jenis<br />

tanah, data tegakan (tinggi, diameter, umur), letak geografi.<br />

b. Data sekunder, data yang dikumpulkan berupa : posisi tegakan,<br />

kerapatan tegakan, dominan tegakan (tinggi, diameter, tinggi<br />

bebas cabang, rasio tajuk), produksi dan karakteristik benih per<br />

luas diameter.<br />

2) Metode penelitian<br />

Data hasil survey lapangan selanjutnya diplotting pada peta<br />

dasar tanah, iklim, kontur untuk dibuat peta sebaran populasi, peta<br />

potensi lahan, dan peta zonasi sumber benih berdasarkan iklim dan<br />

8


jenis tanah. Pada lokasi yang berpotensi sebagai sumber benih<br />

dilakukan penghitungan dan pendugaan produksi benih mabai per<br />

pohon dan per hektar.<br />

Penaksiran potensi produksi benih per pohon induvidu pohon<br />

dengan cara menghitung buah pada sebagian tajuk pohon (10-25%).<br />

tentukan 30 pohon yang menyebar merata dengan umur dan<br />

ukuran yang beragam. Penentuan jumlah sampel berdasarkan<br />

kelas umur atau diameter tercantum pada Tabel 1.<br />

ukur tinggi, diameter, Iebar tajuk, tinggi tajuk, bentuk tajuk,<br />

dominansi, Iebar celah sinar matahari, dll.<br />

Hitung potensi produksi buah dan benih per hertar, potensi<br />

produksi per pohon berdasarkan kelas umur atau diameter.<br />

Tabel 1. Penentuan jumlah pohon sampel<br />

Kelas umur Populasi (N) Sampel (n)<br />

1 Nl Nl<br />

nl=-x30<br />

N<br />

2 N2 N2<br />

n2=-x30<br />

N<br />

3 N3 N3<br />

n3=-x30<br />

N<br />

Jumlah pohon: N n<br />

3) Analisis data<br />

Pendugaan potensi produksi per pohon dapat dilakukan<br />

dengan rumus penduga titik bagi rata-rata produksi benih per pohon<br />

(Sumama dan Sudiono, 1973) sebagai berikut:<br />

n<br />

X= L(Yil pi)<br />

1-l<br />

dimana : x = penduga rata-rata produksi benih per pohon<br />

(kg/pohon)<br />

9


yi = produksi benil pada 1Diot contoh ke-i (kg)<br />

pi = banyaknya pohon pada plot contoh ke-i<br />

n-= banyaknya pk>t contoh yang diamati<br />

selang kepercayaan 95 % bagi rata-rata produksi benih per pohon.<br />

r = x±tc&)<br />

dimana : Y = rata-rata populasi bagi produksi benih per pohon<br />

(kg/ pohon)<br />

x = penduga rata-rata produksi benih per pohon<br />

t<br />

(kg/ pohon)<br />

= nilai peubah acak sebaran t-student dengan derajat<br />

bebas (n-1)<br />

sx = ragam penduga rata-rata produksi benih per pohon<br />

= (s 2 1n)(1-niN)<br />

sx 2<br />

= f((yil pi)-xJ l(n-1)<br />

i=l<br />

n<br />

n<br />

= [n L (yi I pi) 2 - (L yi I pi) 2 l(n(n -1))<br />

1=1 i=l<br />

4.2. Fenologi pembungaan dan pembuahan<br />

1) Tahapan kegiatan<br />

Kegiatan penelitian ini dimulai dengan mengamati<br />

perkembangan bunga dan buah di lapangan, tujuannya untuk<br />

mengetahui waktu yang berlangsung dari mulai berbunga sampai<br />

berbuah. Selain itu, dilakukan juga pengumpulan data pendukung<br />

seperti: habitus, kerapatan tanaman, karaktristik tajuk, morfologi<br />

bunga, fase reproduksi, dan polinator<br />

'1 0


2) Metode Penelitian<br />

(a)Pengamatan bakal tllnas bunga (lnisiasi bunga)<br />

Untuk mengetahui waktu inisiasi bunga maka perlu dllakukan<br />

pengamatan terhadap bakal tunas bunga (untuk melihat tunas<br />

generatif atau vegetatif) secara mikroskopis yaitu dengan cara<br />

mengambil contoh tunas pucuk tanaman secara teratur setiap<br />

minggu, kemudian difiksasi dalam botol berisi larutan FAA sebanyak<br />

100 mi. Selanjutnya diperiksa dibawah mikroskop. Contoh tunas<br />

pucuk diambil sebanyak 3 pucuk dari setiap pohon setiap minggu<br />

selama 1 bulan atau sampai pucuk berubah menjadi bunga.<br />

(b) Pengamatan terhadap tahap-tahap perkembangan<br />

bunga<br />

Pengamatan dilaksanakan terhadap 3 calon bunga pada<br />

10 pohon. Tahapan pengamatan dimulai dari saat terlihatnya<br />

tanda bakal bunga, terjadinya tunas bunga, bunga mekar<br />

(anthesis) hingga bunga layu.<br />

perbedaan bunga betina dan jantan.<br />

pengamatan dibuat tabel pengamatan bunga.<br />

Selain itu perlu diamati pula<br />

Untuk memudahkan<br />

Selain waktu<br />

juga dicatat perubahan ukuran, warna, bentuk bunga, jumlah<br />

.<br />

bunga serta jenis serangga penyerbuk. Pengamatan dilakukan<br />

setiap bulan.<br />

(c) Pengamatan terhadap tahap-tahap perkembangan buah<br />

Pengamatan perkembangan buah merupakan kelanjutan dari<br />

pengamatan perkembangan bunga. Tahap-tahap yang diamati<br />

mulai dari waktu terlihatnya tanda bakal buah (polong),<br />

terjadinya buah, buah/polong muda, buah masak dan biji jatuh<br />

(keluar). Selain waktu juga dicatat perubahan ukuran, warna<br />

dan bentuk buah/polong serta jumlah buah/biji kranji.<br />

11


3) Analisis data<br />

Nilai Keberhasilan Reprodul


2) Metode penelitian<br />

Rancangan ya ng cfigunakan adalah Rancangan Petak Terbagi<br />

(Split Plot Design). Petak utama adalah kerapatan naungan (3 tarat)<br />

dan anak petak adalah media (S taraf), diulang sebanyak 10 kali (3x3<br />

=9 kombinasi perlakuan) dan masing-masing kombinasi perlakuan<br />

terdiri dari 60 bibit sehingga diperlukan S400 bibit<br />

Perlakuan media terdiri dari :<br />

- Media tanah<br />

- Media tanah dengan kompos (1 : 1,v/V)<br />

- Media tanah dengan cocopeat (1 : 1, v/v)<br />

Perlakuan kerapatan naungan terdiri dari;<br />

- Tanpa naungan (0 %)<br />

- Kerapatan naungan 2S% (Cahaya masuk sebesar 7S %)<br />

- Kerapatan naungan SO% (Cahaya masuk sebesar SO%)<br />

3) Analisis data<br />

Data hasil pengamatan dianalisis dengan analisis keragaman<br />

(Analysis of variance) untuk mengetahui perbedaan diantara<br />

perlakuan media dan kerapatan naungan. Apabila terdapat perbedaan<br />

nyata antar perlakuan, maka dilanjutkan dengan Uji Tukey (Honestly<br />

Significant Different) untuk membedakan rata-rata antar perlakuan.<br />

4.4. Teknik aklimatisasi bibit<br />

1) Tahapan kegiatan<br />

Bibit siap tanam dilakukan pengaturan jarak antar bibit dan<br />

pengaturan penyiraman sesuai perlakuan<br />

Pemeliharaan dan pengamatan dilakukan sampai bibit berumur<br />

6 bulan<br />

Untuk mengetahui pertumbuhan, bibit kranji kemudian ditanam<br />

di lapangan<br />

13


2) Metode penelitian<br />

Pengaturan jara<br />

dengan cara menjarangkan<br />

posisi bibit dan meng<br />

Jarak antar bibit (J)<br />

JO : Jarak bibit rapat (Kontrol)<br />

J1 : Jarak antar bibit 5 an ke samping, ke belakang rapat<br />

J2 : Jarak antar bibit 10 an ke samping, ke belakang rapat<br />

J3 : Jarak antar bibit 5 an ke samping dan 5 em belakang<br />

J4 : Jarak antar 10 an ke samping dan 10 em belakang<br />

Frekueinsi penyiraman (F) meliputi :<br />

FO : 1 hari/1 kali (Kontrol)<br />

F1 : 2 hari/1 kali<br />

F2 : 3 hari/1 kali<br />

F3 : 4 hari/ 1 kali<br />

F4 : 5 hari/1 kali<br />

Pengamatan dilakukan pada bibit umur 4, 5 dan 6 bulan<br />

dengan parameter yang diamati pertumbuhan tinggi, diameter dan<br />

persen hidup bibit.<br />

3) Analisis data ·<br />

Raneangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah<br />

Raneangan aeak lengkap dengan pola perhitungan factorial 5x5x10<br />

ulangan. Masing-masing ulangan terdiri dari 10 bibit, sehingga jumlah<br />

bibit yang diamati sebanyak 2500 bibit. Rumus umumnya sebagai<br />

berikut:<br />

vljld = JJ + a, + PJ + (ap) ij + {ay)ik + jk + EiJkl<br />

dimana:<br />

Yijk<br />

= Pengamatan pada jarak antar bibit ke-i, frekuensi<br />

penyiraman ke-j dan ulangan ke k<br />

~ = Nilai tengah umum<br />

14


ai<br />

~<br />

yk<br />

(ap)ij<br />

(ay)ik<br />

(py) Jk<br />

EiJkl<br />

=Penga<br />

= Penga<br />

= Pengal<br />

= Intera .<br />

penyiraman l


2) Metode penelitian<br />

Penelitian dilakuka<br />

cara pertakuan bahan kemasan<br />

dan perlakuan transportasi.<br />

(a) Bahan kemasan:<br />

al : Akar bibit dicampur dengan serbuk sabut kelapa<br />

lembab kemudian dimasukkan ke dalam kotak kayu<br />

a2 : Akar bibit dicampur dengan serbuk gergaji lembab<br />

kemudian dimasukkan ke dalam kotak plastik<br />

a3 : Bibit dibungkus dengan kertas koran lembab<br />

kemudian dimasukkan ke dalam ice box<br />

a4 : Akar bibit dicampur dengan aquasorb kemudian<br />

dimasukkan ke dalam kotak kayu<br />

(b) Perlakuan transportasi<br />

bl : Rumah kaca (tidak dibawa)<br />

b2 : Pesawat udara<br />

b3 : Kapal laut<br />

Untuk pengemasan bibit masing-masing perlakuan ada 3<br />

ulangan, dimana masing-masing ulangan terdiri dari 25 bibit. Respon<br />

pengamatan yang diukur pada penelitian ini adalah persen hidup<br />

semai, tinggi sel)lai, diameter batang semai, top root ratio dan<br />

Indeks Mutu Bibit (IMB). Rancangan percobaan yang digunakan<br />

dalam penelitian ini didekati dengan rancangan acak lengkap dengan<br />

perlakuan kemasan dan alat transportasi.<br />

3) Analisis data<br />

Data-data hasil penelitian diolah secara statistik dengan<br />

menggunakan rancangan sesuai dengan rancangan penelitian untuk<br />

mendapatkan analisa sidik ragam (Anova). Kemudian apabila terdapat<br />

perbedaan nyata antar perlakuan, maka pengujian dilanjutkan dengan Uji<br />

jarak Berganda Duncan (Duncan's Multiple Range Test- DMRT).<br />

16


BAB V. HASIL ID.<br />

BAHASAN<br />

5.1. Sebaran populasi tanaman kranji di Pulau Jawa<br />

Populasi tanaman kranji d. Jawa terdapat di Pantai Batukaras<br />

dan Pangandaran (Oamis), pantai Carita (Banten), dan Alas Purwo<br />

(Banyuwangi) (Gambar 1).<br />

Lokasi kranji di Batukaras merupakan lahan milik Desa Batukaras<br />

Keeamatan Cijulang dengan luas ± 50 hektar. Lokasi tersebut terletak di<br />

07°43'55" LS dan 108°30'00" BT dengan ketinggian 56 feet (1,87 m) dpl.<br />

Pohon kranji menyebar di sepanjang pantai berpasir. Tanaman berbentuk<br />

perdu dengan diameter antara 8 em s/d 107 em, tinggi antara 5 m s/d 11 m,<br />

pereabangan rendah dan banyak eabang dengan tinggi bebas cabang 0 - 1<br />

m. Iebar tajuk antara 1.5 m s/d 16 m. Rata-rata jarak tanam 0.4 m - 6 m.<br />

Rata-rata per 20m x 20m = 12 pohon atau ± 310 pohon per hektar. Potensi<br />

produksi buah setiap pohon bervariasi.<br />

Sebaran pohon kranji di Banyuwangi terdapat di Taman Nasional Alas<br />

Purwo. Lokasi tersebut terletak di 08°39'25" LS dan 114°21'40" BT dengan<br />

ketinggian 43 mi dpl. Pohon kranji menyebar di sepanjang pantai berpasir ±<br />

100 m dari garis pantai. Tanaman berbentuk pohon dan perdu dengan<br />

.<br />

diameter rata-rata 26,38 em, tinggi bebas eabang 4,04 m, tinggi total 12,54<br />

m, ratio tajuk 52,82%, jarak terdekat rata-rata 6,43 m. Jumlah per hektar<br />

200- 300 pohon. Pohon lurus dan eondong. Pohon kranji berasosiasi dengan<br />

nyamplung ( Calophy/um inophylum), pandan (Pandanus sp.), ketapang<br />

( Terminalia catapa), waru, Baringtonia aciatica, legaran (Alstonia<br />

anguistiloba), pulai. Jarak antar pohon eukup Iebar (6 m x 6 m) sehingga<br />

pertumbuhan pohon relatif sehat dan lurus.<br />

Sebaran populasi kranji terdapat juga di sepanjang pantai Desa<br />

Sukarame, Carita, Banten, walaupun tidak merata. Lokasi terletak pada<br />

azimut 05.48° BT- 106.11° BT dan 6.21° LS- 7.10° LS dengan ketingian ± 50<br />

m dpl. Pada lokasi ini umumnya tumbuh seeara alami dan sebagian keeil<br />

merupakan hasil penanaman. Pohon kranji tumbuh menyebar di sepanjang<br />

pantai berpas;,.. = 100 m dari garis pantai. Pada satu areal hanya ditemukan 1<br />

17


sampai 5 pohon dengan jarak an~ desa ~ desa ( ± 3 km).Tanaman<br />

berbentuk pohon dan perdu dengan eameter rata-rata 40,32 ± 17,21 em,<br />

tinggi 9,96 ± 3,97 m, ratio tajuk 61,20% 1<br />

dengan jarak tanam rata-rata .<br />

Tanaman tersebut tumbuh beroerombcl deooan jarak pohon terdekat ratarata<br />

23,17 ± 42,96 m. Jumlah per hektar 87 pohon (Tabel 2).<br />

...., ..<br />

- -<br />

IIIW<br />

lll."Sf'<br />

~ t ~A<br />

1<br />

~<br />

SEliAJWoj POP\J LAS11CRANJI ( Pollj!llmla piDDala ~rril)<br />

Dl PULAU JAWA<br />

···~ ·<br />

r~----~--~~--~-----4----~----~--~<br />

l t!4"l~' ......<br />

ffl9"311 Ill 'tO tll"lt' . .... , .<br />

Gambar 1. Sebaran populasi pohon kranji di Pulau Jawa<br />

.<br />

Tabel 2. Kondisi tegakan kranji di Pulau Jawa<br />

Lokasi Tinggi Diameter Diameter Ratio Jarak terdekat I<br />

pohon tajuk tajuk (m)<br />

(m) (em) (em) (%)<br />

Alas Purwo,<br />

Banyuwangi<br />

12,54 ±2,29 26,38 ± 7,00 6,40 ± 1,67 52,82 6,43±1,32<br />

Batukaras,<br />

Ciamis<br />

9,23 ± 0,47 17,96 ± 1,11 8,31± 2,03 60,00 2,49±0,80<br />

Carita,<br />

Ban ten<br />

9,96 ± 3,97 40,32 ± 17,21 4,47 ± 0,74 61,20 23,17 ± 42,96<br />

18


5.1.1. Potensi Produksi Benih<br />

Produksi benih kranji dite<br />

banyaknya ranting yang berbuah.<br />

Potensi buah berdasarl 3<br />

malai, setiap malai terdapat 5 - 20 butir buah. Dalam satu pohon terdapat<br />

buah isi, buah kosong dan buah muda. Buah kosong dan buah muda akan<br />

mudah jatuh bila terkena angin. Terjadinya buah kosong kemungkinan<br />

disebabkan serangan hama (ulat) atau kekurangan hara. Setiap pohon. dapat<br />

menghasilkan polong rata-rata 78,13% berisi dan 21,87% buah kosong dan<br />

muda.<br />

Tanaman kranji di Batukaras dapat dibagi menjadi 5 kelas diameter<br />

(Tabel 3). Tegakan tersebut memiliki potensi produksi aktual (Juli 2010) ratarata<br />

sebanyak 1.855±1.514 polong per pohon atau 2.297±2.116 butir biji per<br />

pohon. Berdasarkan rata-rata jarak terdekat antar pohon 2,49±0,80 m (Tabel<br />

2) maka rata-rata jumlah pohon kranji di lokasi tersebut sebanyak antara 924<br />

- 3501 pohon per hektar (Tabel 4).<br />

Tabel 3. Sebaran dan potensi produksi benih keranji di Batukaras<br />

Kelas diameter . Jumlah Jumlah benih Berat benih<br />

polong per pohon per pohon perpohon<br />

(em) (%) (butir) (%) (butir)<br />

(kg)<br />

10-16 23.30 654 70.40 668 0.71<br />

17-23 41.75 1923 79.69 2573 2.75<br />

24-30 25.24 1616 78.58 1920 2.05<br />

31-37 7.77 2027 88.88 2378 2.54<br />

> 37 1.94 3056 88.43 3946 4.21<br />

Rataan 1.855±1.514 81.20 2.297±2.116 2,45±2,26<br />

Dugaan produksi benih berdasarkan tinggi, diameter, diameter tajuk<br />

pohon belum memenuhi syarat ketelitian (Tabel 5). Walaupun demikian<br />

persamaan yang agak mendekati adalah persamaan nom or 6 (Bb= -1,122 +<br />

0,515 DT kg).<br />

19


Tabel 4. Karateristik benih kra ··<br />

Kelas Kadar air I Berat Berat benih Day a<br />

diameter 1000 butir per pohon Berkecambah<br />

(%) I (gram) (kg) (%)<br />

(em)<br />

10-16 12,50 740,50 1 0.71 80<br />

17-23 1~,76 724,94 I 2.75 72<br />

24-30 14,83 I 984,81 I 2.05 69<br />

31-37 11,22 I 469,1 9 2.54 61<br />

> 37 14,20 I 971 ,63 4.21 80<br />

Rata-rata 13,10 I n8,21 2.45 72,4<br />

Tabel 5. Pendugaan potensi produksi benih kranji<br />

No. Persamaan regresi Se R2<br />

1 Jb = 286,281+237,663T 169.605 0,066<br />

2<br />

3<br />

4<br />

5<br />

6<br />

Jb = - 348,906 + 121,518 D<br />

48.179<br />

0,185<br />

Jb = -1050,423 + 482,124 DT 164.176 0,235<br />

Bb = 0,304 + 0,254 T 0,181 0,066<br />

Bb =-0,374 + 0,130 D 0,051 0,185<br />

Bb = -1,122 + 0,515 DT 0,175 0,236<br />

Keterangan: Jb = jumlah benih, Bb= berat benih (kg), T= tinggi (m), D=<br />

diameter pohon (em), DT= diameter tajuk (m).<br />

20


Jben<br />

Jb=286,281+237,663T<br />

R 2 = 0066 • 0<br />

0<br />

0<br />

0<br />

0<br />

.. ....<br />

.... .... LIMI<br />

0<br />

~<br />

0 I<br />

0 a~ 0<br />

T<br />

...<br />

0<br />

...<br />

......<br />

- .., • -348..906 + 121,518 0<br />

I ~o.1 85<br />

l -<br />

0<br />

0 0 o 0<br />

00<br />

... ..... 2ll.DO 31).00<br />

0<br />

0<br />

0<br />

0<br />

~·<br />

0<br />

0<br />

0<br />

0<br />

.......<br />

0 ........<br />

-u-<br />

Jb= -1050,-423 + -482,12-4 DT<br />

R2.: 0,235<br />

0<br />

0<br />

0<br />

0 ObHrwd<br />

-u.-<br />

'&'b<br />

oo<br />

0<br />

2.50 5.00 7.50 10.00<br />

Tajuk<br />

0<br />

12.50<br />

Gambar 2. Dugaan potensi jumlah benih kranji berdasarkan tinggi, diameter<br />

batang dan diameter tajuk. Jb = jumlah benih, Bb= berat benih<br />

(kg), T= tinggi '(m), D= diameter pohon (em), DT= diameter<br />

tajuk (m).<br />

21


Berat&enll<br />

a...taenll<br />

Bb= 0,304 + 0,254 T<br />

Ff= 0,066<br />

0<br />

Bb=-0,374 + 0,130 0<br />

Ff= 0,185<br />

0<br />

0 ...........<br />

_,__<br />

0<br />

0<br />

0<br />

0<br />

0<br />

0<br />

0<br />

0<br />

o<br />

I<br />

o.ool ' o~•o' o , •' a..oo l .C I lil-a 001 I I I<br />

2JJO .... a.oo a.oo .....,<br />

12JJO om 10.00<br />

211.00 .....<br />

Tln11111<br />

o .......<br />

.....<br />

BeratBenih<br />

10.<br />

Bb=-1,122 + 0,515 DT<br />

Ff= 0,236<br />

0 Observed<br />

-u-<br />

8.<br />

0<br />

0<br />

0<br />

6.<br />

0<br />

4.'<br />

0<br />

0<br />

ooo<br />

000<br />

0.<br />

2.50 5.00 7.50<br />

10.00<br />

0<br />

12.50<br />

Tajuk<br />

Gambar 3.<br />

Dugaan potensi berat benih kranji berdasarkan tinggi, diameter<br />

batang dan diameter tajuk. Jb = jumlah benih, Bb= berat benih<br />

(kg), T= tinggi (m), D= diameter pohon (em), DT= diameter<br />

tajuk (m).<br />

5.2. Fenologi pembungaan dan pembuahan<br />

Penelitian dilaksanakan di Kampung Sembolo dan Mataram, Desa<br />

Sukarame, Carita-Banten dengan metoda observasi. Informasi yang<br />

dikumpulkan yaitu habitus, morfologi bunga, pengamatan bakal tunas bunga<br />

22


(inisiasi bunga), fase reprod<br />

~~~"' produksi buah dan informasi<br />

pollinator.<br />

5.2.1. Habitus<br />

Tanaman kranji di Carita (Banten) tumbuh tersebar di tepi pantai<br />

bercampur dengan tanaman tisuk pantai, ketapang, kelapa dan nyamplung.<br />

Daerah pantai ini kondisinya terjal sehingga tempat tumbuh tanaman ini tidak<br />

menyatu dengan pasir melainkan dibatasi dengan batu-batu karang.<br />

Tanaman di Carita relatif masih kecil sehingga bentuk batang<br />

berlekuk yang disebabkan oleh hempasan angin pantai, sehingga tunas-tunas<br />

tumbuh berbelok ke arah darat (Gambar 4). Dalam kegiatan ini ada 18<br />

tanaman yang menjadi objek pengamatan dengan ciri-ciri seperti tertera pada<br />

Tabel 6 dan Lampiran 1.<br />

Gambar 4. Tegakan kranji di Carita-Banten,<br />

23


Tabel 6. Data habitus tana<br />

Mataram Desa Sukara<br />

Sembolo dan kampung<br />

Lokasi<br />

Sembolo<br />

No<br />

Pohon<br />

1<br />

Keterangan<br />

Belum berbuah<br />

Mataram I 2-18 I 10,63 I 41,67 I Berbuah muda<br />

Keterangan: data diolah dan Lampiran 2.<br />

5.2.2. Morfologi Bunga<br />

Seperti umumnya bunga dan family papilionaceae, bunga kranji<br />

memiliki 2 sepal dimana satu besar menutupi yang lebih kecil, duduk<br />

berhadapan, berwarna putih kehijauan di bagian pangkal dan semakin ke tepi<br />

warnanya semakin ungu (Gambar Sa), memiliki 10 stamen dan anter yang<br />

berisi ± 2785 polen, bisexual, zygomorphic. Rangkaian bunga mabai/kranji<br />

termasuk ke dalam tipe bunga catkin (Gambar Sb) dimana tangkai bunga<br />

keluar dari ketiak daun (axillar/) pad a satu ranting terdapat beberapa tangkai<br />

bunga dan susunan bunga masuk pada tipe spike (Gambar Sc) karena bunga<br />

tersusun seperti melingkar memenuhi tangkai bunga dan jumlah bunga lebih<br />

dari 60 buah, kelopak bunga bagian luar berwarna putih sampai merah muda<br />

dan bagian dalam berwarna ungu.<br />

Gambar 5. Kelompok (inflorenscence) bunga mabai/kranji<br />

Jumlah bunga dalam setiap tangkai bervariasi. Dari 10 ranting yang<br />

'<br />

diamati, jumlah bunga paling sedikit adalah 32 dan yang terbanyak adalah<br />

67 calon bunga (Lampiran 2.) dan jumlah benih setiap polong berkisar 1 atau<br />

2 benih.<br />

24


5.2.3. Pengamatan bakal<br />

Dari hasil observasi ya<br />

kranji sudah memasuki masa ~tif<br />

bunga dan fase inisiasi suda<br />

waktu dan interval pengamata<br />

(2006), di India masa gugur da<br />

isiasi bung a)<br />

mei 2010, kondisi tanaman<br />

pada fase pembentukan tunas<br />

. Pengamatan fese ini diperlukan<br />

at rapat karena menurut Raju, dkk<br />

ir pada bulan Maret dan berbunga<br />

mulai bulan April sampai Mei.<br />

Hal ini menunjukkan bahwa masa inisiasi<br />

sangat pen~ek, memerlukan waktu beberapa minggu saja.<br />

5.2.4. Fase Reproduksi (Bunga dan Buah)<br />

Tanaman mempunyai fase reproduksi berbeda-beda, umumnya untuk<br />

tanaman berkayu daerah tropis mulai berbunga sejak umur 1 sampai 40<br />

tahun Uuvenile stage) dan setelah itu akan berbunga terus menerus.<br />

Frekwensi atau interval musim berbunga dapat sepanjang tahun sampai ada<br />

yang 7 tahun sekali ( Dipterocarpaceae ).<br />

Menurut Owens (1991) ada 4 macam fasejperiode pembungaan, dan<br />

hasil observasi terhadap perkembangan pembungaan dan· pembuahan<br />

tanaman mabai/kranji dapat digolongkan atau mempunyai karakter masa<br />

reproduksi tidak tergantung kepada kondisi pergantian musim dan<br />

kemampuan individu tanaman itu sendiri. Tanaman pada awal pengamatan<br />

mempunyai kondisi berbeda seperti terlihat pada Tabel 7 .<br />

.<br />

Setiap perubahan dari setiap tahapan terutama pada proses<br />

pembungaan (Gambar 6) mempunyai selang waktu rata-rata 2 sampai 3<br />

minggu, kecuali pada antara k sampai a memerlukan waktu sampai 4 minggu.<br />

Hal ini menunjukkan bahwa dalam setiap tahap proses perkembangan<br />

pembungaan memerlukan energy atau bahan nutrisi yang jumlanya berbeda.<br />

Pada tahap k sampai a memerlukan energi maupun nutrisi yang maksimal<br />

untuk memperpanjang tangkai bunga dan membesarkan bunga.<br />

Pada proses pembentukan buah, mulai dari calon buah (c sampai e)<br />

terjadi penguguran secara alami bagi calon-calon buah sehingga yang<br />

berhasil menjadi buah muda sampai buah tua mempunyai kisaran antara (0<br />

sampai 0,1) % atau tidak membentuk buah atau hanya ada 2 sampai 9 buah<br />

masak.<br />

25


3-4ml~<br />

2 - 3 ming~<br />

(k)<br />

(a)<br />

(b)<br />

1 (2 - 3 mlnggu)<br />

4-5 minggu<br />

•<br />

(e)<br />

!(3 bulan)<br />

(c)<br />

(3-4) minggu<br />

(f)<br />

(g)<br />

Gambar 6. Siklus pembungaan dan pembuahan kranji di Carita,<br />

Banten.k = tunas bunga, a=bungan siap mekar,<br />

b=bunga mekar, c=bunga layu, d=calon buah, e=buah<br />

muda, f=buah tua (hijau), g=buah tua (coklat)<br />

Dari Gambar 6. Di atas dapat dibuatkan tabel fase reproduksi (Tabel<br />

6.) sesuai dengan waktu dan kondisi lingkungan yang mempengaruhi proses<br />

pembungaan dan pembuahan.<br />

Rata-rata masa pembentukan tunas bunga<br />

terjadi pada bulan April sampai Mei, pemanjangan tangkai bunga terjadi mulai<br />

bulan April sampai Mei, untuk waktu bunga mulai mekar sampai seluruhnya<br />

mekar dibutuhkan 1 minggu (7 hari). Proses pembentukan calon buah sampai<br />

menjadi buah muda diperlukan waktu 8 minggu dari bulan Juni sampai bulan<br />

Juli (d sampai e) dan pertumbuhan buah muda sampai buah tumbuh menebal<br />

26


dan menjadi tua (warna coklat) ~ ,<br />

4 bulan (f sampai h).<br />

Tabel 7. Fase Reproduksi dan Produksi Buah Tanaman Mabai/Kranji (<br />

Pongamia pinnata Merril.) di Carita, Banten.<br />

No. Bulan Jumlah Polong<br />

Pohon April Mei Juni Juli Agustus Sept Okt Nop (Kg/pohon}<br />

(Nopember 201 0)<br />

3. a b,c e I f I f f ,Q Q,h 3,5 (h)<br />

7. b c,d e I f I f f ,Q Q 3,5 (h)<br />

9. a b e I f I f f,Q Q 3,1 (h)<br />

10 c c,d e f f f,Q Q Q<br />

11. b c,d e I f f f,Q g 3,7 (h)<br />

12. ' c c,d e f f f,Q g Q<br />

14. b c,d a,e f f f,g g g<br />

15. b c,d e f f f,Q Q 3,3 (h)<br />

16. a b,c e f f f,Q Q 4,1 (h)<br />

17. b c,d a,e f f f,g g,h habis<br />

18. b c,d e f f f,Q g 3,2 (h)<br />

Total polong yang dihasilkan 34,3<br />

Ket· --·-··.::~-···<br />

No. Kriteria No. Kriteria<br />

-a. Bungs siap mekar g, Buah tua (hijau}<br />

b. Bungs mulai mekar h. Buah tua (coklat)<br />

c. Bungalayu i. Masa akhir pembuahan (gugur daun}<br />

d. Calon buah j. Pertumbuhan tunas-tunas ( generative<br />

& vegetative)<br />

e. Buah muda (tipis} k. Pertumbuhan tunas-tunas bunga<br />

f. Proses pemasakan buah<br />

I<br />

I<br />

Masa akhir gen~ratif (i) perumbuhan tunas-tunas vegetatif dan<br />

generatif (masa inisiasi), (j), pertumbuhan tunas-tunas generative/tangkai<br />

bunga (k) tidak ditemukan. Masa bunga siap mekar dan polinisasi (a)<br />

ditemukan pada bulan Mei, pertumbuhan cal on buah (b) dimulai pada bulan<br />

Mei-Juni, bunga mulai Jayu dan keluar caJon buah (c), caJon buah dan buahbuah<br />

muda (d) mulai bulan Juni-Juli dan masa buah muda ( masih tipis )<br />

pada bulan Juli-Agustus (e), dapat dilihat dari Gambar 6. Sejak ukuran<br />

panjang buah ± 5 em, maka buah akan terus tumbuh menjadi berisi<br />

(gemuk) sampai menjadi tua. Sedangkan buah tua mempunyai 2 kriteria<br />

yaitu buah tua dengan kulit berwama hijau (g) dan berwarna coklat (h)<br />

masih dalam pengamatan. Sehingga waktu yang diperlukan untuk<br />

mendapatkan buah tua (hijau) untuk pembibitan diperlukan 5 bulan dan 6<br />

27


ulan untuk bahan baku bio-fuel (buah coklat) sejak terbentuk tunas-tunas<br />

calon bunga (k).<br />

Hasil pengamatan terhadap jumlah buah per malai, ovul per bunga<br />

dan biji per buah kranji di plot penelitian Carita disajikan dalam Tabel 8.<br />

Tabel 8. Rata-rata jumlah bunga dan buah per malai, ovul per bunga dan biji<br />

per buah kranji di Carita<br />

No. I bunga per malai I buah per I ovule per I biji per<br />

Pohon (F1) malai bunga buah<br />

(Fr) (0) (S)<br />

1 31.43 3.82 128 1.16<br />

2 29.70 3.28 129 0.96<br />

3 35.00 4-.33 1,08 1.08<br />

Rerata 32,05 3,81 1,22 1,07<br />

Nilai keberhasilan reproduksi (RS) = [(Fr:Fl) x (5:0)] x 100%<br />

= [(3,81:32,05) X (1,07: 1,22)] X 100%<br />

= 0,12 X 0,88<br />

= 10,41%<br />

Berdasarkan pengamatan di Carita (Tabel 8), nilai ratio bunga menjadi<br />

buah sebesar 12%, bila ratio jumlah ovul menjadi biji diperhitungkan, maka<br />

keberhasilan reproduksi pohon kranji di Carita sebesar 10,41%, sedangkan<br />

mindi 16,3% (Djam'an et al, 2008). Untuk jenis-jenis penyerbukan terbuka<br />

umumnya tingkat keberhasilan reproduksi di bawah 30% (Owen et al,1991).<br />

Keberhasilan Reproduksi (KR) sebelum perkecambahan (pre-emergent<br />

reproductive success) merupakan proporsi ovul yang berhasil dibuahi dan<br />

berkembang menjadi benih yang viabel. Pada saat bunga mekar, terlihat<br />

serangga yang diperkirakan adalah polinator dan diperlukan pada saat bunga<br />

dalam proses polinisasi yaitu saat bunga mengalami proses pembuahan<br />

untuk menghasilkan benih yang fertile (mengandung sifat dominan jantan<br />

dan betina). Pada tanaman ini, polinisasi terjadi pada pagi hari sekitar jam<br />

8.00 sampai 10.00 pagi dan lebah sebagai pollinatomya.<br />

28


5.3. Teknik Pembibitan<br />

Pengunduhan dilakukan di Pantai Sembelia, Kabupaten Lombok Timur,<br />

Propinsi Nusa Tenggara Barat. Pengunduhan buah dilakukan dengan cara<br />

memanjat pohon kemudian cabang digoyang sehingga buah yang sudah<br />

masak secara fisiologis akan jatuh. Buah yang sudah masak secara fisiologis<br />

dengan kriteria polong berwarna coldat sampai coklat tua (Gambar 8). Buah<br />

dikumpulkan kemudian dimasukkan dalam kardus dan dibawa ke<br />

Laboratorium Balai Penelitian Teknologi Perbenihan Bogar. Buah diekstraksi<br />

dan diseleksi dan selanjutnya ditabur (dikecambahkan).<br />

Media yang digunakan untuk perkecambahan adalah campuran tanah<br />

dengan pasir (1:1, v/v) yang ditempatkan dalam bak kecambah.<br />

Gambar 8. Buah dan benih kranji<br />

Media pembibitan yang digunakan adalah: tanah (M1), tanah dengan<br />

kompos (1:3 vfv) (M2) dan tanah dengan (cocopeat) ( 1:3 vfv) (M3). Media<br />

tersebut dimasukkan ke dalam popybag ukuran !Scm x 20cm. Polibag<br />

tersebut ditempatkan pada rak pembibitan dengan ukuran panjang x Iebar x<br />

tinggi (2 m x 1 m x 0,75 m). Rak pembibitan diberi naungan dari sarlon<br />

Gambar . Perlakuan naungan terdiri atas tanpa naungan (N1), naungan 25<br />

% (cahaya masuk 75 %) (N2), naungan 50% (cahaya masuk 50%) (N3).<br />

29


Dipilih semai yang relatif seragam (minimal memiliki sepasang daun) di<br />

sapih dan ditanam dalam polibag kemudian disiram. Pengamatan<br />

pertumbuhan bibit dilakukan 1 bulan setelah penyapihan dan selanjutnya<br />

pengamatan dilakukan setiap bulan.<br />

Hasil Analisis Keragaman menunjukkan bahwa perlakuan naungan dan<br />

media memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan bibit kranji.<br />

Uji Duncan tinggi dan diameter bibit disajikan pada Tabel 8 dan 9.<br />

Pertumbuhan bibit kranji (umur 5 bulan disajikan pada Gambar 9 dan 10).<br />

Tabel 9. Rata-rata tinggi bibit kranji umur 5 bulan<br />

Perlakuan<br />

Rata-rata tinggi (em)<br />

Naungan Tanah Tanah/kompos Tanah/eocopeat<br />

Tanpa Naungan 30,27 a 38,63 a 33,26<br />

Naungan 25% 32,63 ab 47,53 b 34,11<br />

Naungan 50% 33,59 b 37,94 a 34,67<br />

Keterangan: Angka-angka yang diikuti pada kolom yang menunjuk.ka<br />

perbedaan yang tidak nyata pada taraf 5 %<br />

a<br />

a<br />

a<br />

I<br />

Tabel 10. Rata-rata diameter bibit kranji umur 5 bulan<br />

Perlakuan<br />

Rata-rata diameter (mm)<br />

Naungan 'Tanah Tanah/kompos Tanah/cocopeat<br />

Tanpa Naungan 5,68 ab 7,58 a 7,33 a<br />

Naungan 25% 6,38 be 7,68 a 7,38 a<br />

Naungan 50% 6,50 e 6,69 b 6,40 b<br />

Keterangan: Angka-angka yang diikuti pada kolom yang menunjukkan<br />

perbedaan yang tidak nyata pada taraf 5%<br />

30


.N1M1<br />

.N1M1<br />

ON1M1<br />

ON2M1<br />

.N2M2<br />

.N2M3<br />

.N3M1<br />

ON3M2<br />

.N3M3<br />

1 2 3 4 5<br />

Pengamatan<br />

Gambar 9.Pertumbuhan tinggi bibit kraji umur 5 bulan<br />

£JIN1M1<br />

•N1M2<br />

DN1M3<br />

DN2M1<br />

.N2M2<br />

IBIN2M3<br />

•N3M1<br />

DN3M2<br />

•N3M3<br />

1 2 3 4 5<br />

Pengamatan<br />

Gambar 10. Pertumbuhan diameter bibit kraji umur 5 bulan<br />

Berdasarkan Tabel 8 dan 9 di atas menunjukkan bahwa perlakuan<br />

naungan 25 % dan media tanah dan kompos memberikan tinggi dan<br />

diameter bibit yang lebih dibandingkan dengan perlakuan lain d. Berdasarkan<br />

Gambar 7 dan 8 di atas menunjukkan bahwa perlakuan naungan 25 %v mulai<br />

menunjukkan respon terhadap pertumbuhan bibit pada pengamatan ke 3 (3<br />

bulan bulan setelah tanam). Hal ini diduga bahwa Naungan 25 %<br />

memberikan intensitas cahaya, suhu dan kelembaban yang lebih sesuai untuk<br />

pertumbuhan kranji.<br />

Hal ini sesuai dengan pendapat Hanum dan Maesen<br />

(1997), bahwa tanaman kranji pada tingkat anakan sangat toleran terhadap<br />

naungan.<br />

31


5.4. Teknik Aklimatisasi Bibit<br />

Pengunduhan benih dilakukan di di Desa Sembelia Kecamatan<br />

Sembelia Kabupaten Lombok Timur Nusa Tenggara Barat pada bulan Mei<br />

2010. Dari hasil pengumpulan buah didapat buah sebanyak 13 kg setelah<br />

hasil seleksi yang terdiri dari 8 kg buah yang masih diatas pohon berwarna<br />

hijau tua dan 5 kg buah yang telah jatuh ke tanah yang berwarna kecoklatan.<br />

Buah yang didapat merupakan buah sisa masa panennya. Benih berwarna<br />

coklat yang diambil dari bawah tegakan lebih awal berkecambah<br />

dibandingkan dengan be ra ··au, tetapi persen berkecambahannya<br />

lebih kecil dari yang berwarna hijau karena beberapa benih terserang jamur<br />

dan mati.<br />

Perkecambahan dilakukan di stasiun penelitian nagrak, Balai Penelitian<br />

Teknologi Perbenihan Boger, sebanyak 2312 benih untuk persiapan<br />

pembuatan bibit pada penelitian ini. Penyapihan bibit dilakukan pada awal<br />

bulan Juli 2010.<br />

Gambar 11. Perkecambahan kranji. Semai dengan buah yang berwarna<br />

coklat yang diambil di bawah tegakan (A). Semai dengan<br />

buah berwarna hijau yang diambil di atas pohon (B)<br />

Teknik aklimatisasi dilakukan setelah bibit berumur tiga bulan setelah<br />

disapih. Penyapihan bibit telah dilakukan pada bulan juni. Pada saat<br />

penyapihan, bibit tidak langsung dibawa ke persemaian terbuka. Selama 3<br />

bulan bibit diletakkan dipersemaian dengan naungan. Kegiatan tersebut<br />

bertujuan agar semai yang baru disapih terhindar dari sinar matahari<br />

32


langsung, sehingga resiko kematian menurun. Bibit kranji l


:•~;~;,~;'' .. -- ~\- ""<br />

-~/ __ ~· _. ~.;'~;:,~~~....<br />

~-. ~. •• ~. ,·!_<br />

v • .,<br />

~-4.._.'-~:;J.~-- :.::...:f..'-~;_~--~- - _..--<br />

14a. Susunan per bedeog pengamat:an 1 14b. Susunan perlakuan aklimatisasi I<br />

D" ~<br />

_.~<br />

. ;:._·~<br />

-...<br />

~"~ "<br />

om ·· ·· yang telah diberikan perlakuan aklimatisasi<br />

···~··<br />

...<br />

".<br />

Tabel 11.<br />

ran awal rata-rata tinggi, jumlah daun dan<br />

kranji umur 3 bulan dipersemaian<br />

Per1akuan<br />

JOFO<br />

J1FO<br />

J2FO<br />

J3FO<br />

J4FO<br />

JOF1<br />

J1F1<br />

J2F1<br />

J3F1<br />

J4F1<br />

JOF2<br />

J1F2<br />

J2F2<br />

J3F2<br />

J4F2<br />

JOF3<br />

J1F3<br />

J2F3<br />

J3F3<br />

J4F3<br />

JOF4<br />

J1F4<br />

J2F4<br />

J3F4<br />

J4F4<br />

Jumlah<br />

Tinggi Diameter<br />

Daun ·<br />

(em) (mm)<br />

(helai)<br />

22.01 3.55 8.06<br />

18.34 3.48 6.88<br />

23.38 3.89 7.92<br />

21.54 3.72 7.7<br />

22.64 3.86 7.14<br />

27.18 3.94 8.1<br />

23.28 3.80 7.74<br />

27.32 4.07 8.88<br />

29.72 4.08 8.86<br />

30.07 4.29 9.4<br />

27.42 4.21 7.82<br />

33.88 4.15 9.22<br />

24.42 3.99 7.48<br />

29.02 4.06 8.58<br />

33.42 4.33 8.94<br />

26.9 3.94 7.98<br />

28.5 4.19 8.38<br />

32.88 4.10 8.36<br />

24.36 3.78 7.14<br />

25.02 3.83 7.85<br />

28.06 4.19 7.92<br />

31 .34 4.29 9.18<br />

22.76 3.7 7.74<br />

22.58 3.9 7.32<br />

29.5 4.13 8.06<br />

Keterangan : JO:Jarak bibit rapat (Kontrol), J1 :Jarak antar bibit 5 em ke samping, ke<br />

belakang rapat, J2:Jarak antar bibit 10 em ke . sam ping, ke belakang<br />

rapat, J3:Jarak antar bibit 5 em ke samping dan 5 em belakang,<br />

J4:Jarak antar 10 em ke samping dan 10 em belakang. Frekuensi<br />

penyiraman 1 hari/1 kali (Kontrol) (FO), 2 hari/1 kali (F1), 3 hari/1 kali<br />

(F2), 4 hari/1 kali (F3), 5 hari/1 kali (F4).<br />

34


Dari hasil peng<br />

pertumbuhan tinggi<br />

4.33 mm dan jumlah da<br />

.bulan di persemaia<br />

tinggi, diameter, jumlah da<br />

terlihat pada Tabel 12 dibawah ini.<br />

buhan kranji terlihat bahwa kisaran<br />

8.34 - 33.88 em, diameter antara 3.48 -<br />

:.rrt-:al"':: 7 ( 6.88) - 9 (9.22) helai daun. Setelah satu<br />

·• .. diamati pertumbuhannya (pertambahan<br />

dan persen hidupnya). Hasil pengukuran blbit<br />

Tabel 12. Rekapitulasi AnariSis Keragaman Pengaruh Frekuensi Penyiraman<br />

Dan Jarak Antar Bibit Terhadap Pertambahan Parameter<br />

Pertumbuhan Tinggi, Diameter, Jumlah Daun, Persen Hidup Bibit<br />

Kranji 1 Bulan Setelah di AJdimatisasi.<br />

Sumber Keragaman<br />

Diameter<br />

Parameter<br />

Tinggi<br />

F<br />

(Frekuensi penyiraman)<br />

0.282tn 19.662*<br />

J<br />

(Jarak)<br />

0.972* 5.851tn<br />

FJ<br />

0.421* 8.569*<br />

(Frekuensi oenviraman + Jarak)<br />

....J __ --<br />

Keterangan :**= Berbeda nyata pada taraf 1%<br />

* Berbeda nyata pada taraf 5 %·<br />

tn = Tidak Nyata-pad a taraf 5 %<br />

Jumlah<br />

Daun<br />

7.422*<br />

4.137*<br />

3.984*<br />

------ - I<br />

Persen<br />

Hidup<br />

84*<br />

148.19*<br />

67.00*<br />

Dari Tabel 12 di atas dapat dilihat bahwa kombinasi perlakuan<br />

frekuensi dan jarak (!ntar bibit memberikan pengaruh yang nyata pada<br />

parameter tinggi, jumlah daun, persen hidup bibit kranji satu bulan setelah<br />

diaklimatisasi.<br />

Masing-masing sumber keragaman yang berpengaruh nyata terhadap<br />

parameter yang diamati kemudian dilakukan uji lanjut Duncan (Duncan<br />

multiple range tesf). Hasil uji beda nyata duncan disajikan pada Tabel 13.<br />

Dari hasil diatas terlihat adanya pengaruh perlakuan kombinasi antara<br />

frekuensi penyiraman bibit dan pengaturan jarak antar bibit jika kita lihat<br />

kembali pengaruh ferkuensi penyiraman bibit sudah tidak sesuai lagi dengan<br />

perlakuan yang direncanakan (Penyiraman 1 hari 1 kali, penyiraman 2 hari 1<br />

kali, 3 hari 1 kali, 4 hari 1 kali dan 5 hari 1 kali). Hal tersebut dikarenakan<br />

selama bulan Oktober terjadi hujan hampir setiap hari, adakalanya hujan<br />

teriadi dua 1k:ali dalam satu hari. Jika kita melihat pengaturan jarak bibit<br />

35


dengan mengabaika<br />

terlihat bahwa jarak<br />

hasil terbaik pada pa<br />

parameter pertumb<br />

rata-rata 99,2% (perser1 · ·<br />

·raman pada tabel diatas<br />

ebelakang rapat (J1) memiliki<br />

diameter sebesar 1.271 a dan<br />

aun 2.660 a dengan persen hidup<br />

~ ....... ta untuk per1akuan J1).<br />

Tabel 13. Rekapitulasi<br />

Frekuensi da<br />

Pertumbuhan Dia<br />

Kranji 1 Bulan Set,<br />

Periakuan<br />

FOJO<br />

FOJ1<br />

FOJ2<br />

FOJ3<br />

FOJ4<br />

F1JO<br />

F1J1<br />

F1J2<br />

F1J3<br />

F1J4<br />

F2JO<br />

F2J1<br />

F2J2<br />

F2J3<br />

F2J4<br />

F3JO<br />

F3J1<br />

F3J2<br />

F3J3<br />

F3J4<br />

F4JO<br />

F4J1<br />

F4J2<br />

F4J3<br />

F4J4<br />

Keterangan :<br />

I<br />

I Diametef<br />

Bibrt ~mm )<br />

I 0.74 cdef<br />

1.27 a<br />

0.94 abcde<br />

1.03 abed<br />

0.79 abcdef<br />

0.54 ef<br />

0.99 abcde<br />

1.07 abc<br />

0.78 bcdef<br />

0.88 abede<br />

0.80 abedef<br />

0.94 abcde<br />

0.73 Cdef<br />

1.06 abc<br />

0.83 abcdef<br />

0.56 def<br />

0.51 ef<br />

0.93 abcde<br />

1.04 abed<br />

0.76 cdef<br />

0.74 cdef<br />

0.60 cdef<br />

1.25 ab<br />

0.99 abcde<br />

0.39 f<br />

Beda Nyata Duncan Pengaruh Kombinasi<br />

rak Terhadap Pertambahan Parameter<br />

er, Tinggi, Jumlah Daun, Persen Hidup Bibit<br />

di Aklimatisasi<br />

Parameter pertumbuhan<br />

I nnggi<br />

Persen Hidup<br />

Jumlah daun<br />

Bibit (em) (%}<br />

2.69 bede 2.10 abc 100 a<br />

1.48 e 1.74 abede 98 a<br />

2.33 ede 1.38 abede 96 ab<br />

3.47 bede 1.76 abed 100 a<br />

2.88bcde 2.44 ab 100 a<br />

3.29 bede 2.12 abc 98 a<br />

2.82 bede 1.73 abede 100 a<br />

1.58 e 1.62 abcde 100 a<br />

1.63 e 1.01 bede 98 a<br />

1.48 e 1.57 abcde 98 a<br />

3.75 abed 0.96 bcde 100 a<br />

3.31 bcde 1.34 abcde 100 a<br />

2.58 bcde 1.46 abcde 98 a<br />

1.90 de 1.37 abcde 100 a<br />

4.38 ab 1.74 abcde 98 a<br />

2.80 bcde 0.47 de 100 a<br />

2.49 bcde 1.15 abcde 98 a<br />

3.03 bcde 2.00 abc 98 a<br />

3.27 bcde 0.33 de 96 ab<br />

5.45a 0.22 e 90 b<br />

4.11 abc 2.45 ab 100 a<br />

3.13 bcde 2.66 a 100 a<br />

3.87 bcde 0.780 cde 100 a<br />

4.38 ab 0.390 de 94 ab<br />

2.76 bcde 1.000 bcde 90 b<br />

Angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata<br />

pada taraf uji 5%<br />

36


5.5. Teknik Pengemasan Transportasi Bibit<br />

Bibit kranji dikemas da<br />

Masing-masing bibit diberi<br />

· box, kotak plastik dan kotak peti kayu.<br />

kayu, serbuk sabut kelapa, kertas<br />

koran dan aquasorb sesua · rancangan percobaan. Kemudian bibit<br />

tersebut dibawa ke<br />

~epulauan Bangka Belitung dengan<br />

menggunakan pesawat terbang dan kapal laut. Sementara yang tidak dibawa<br />

disimpan di rumah kaca Balai Penelitian Teknologi Perbenihan Bogor.<br />

Sesampainya di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung bibit tersebut disapih ke<br />

dalam polybag ukuran 20 x 25 an dengan menggunakan media pasir tanah<br />

(1 : 1). Setelah itu bibit diukur diameter dan tingginya dan sebagian lagi<br />

dibawa kembali untuk pengukuran biomasa awal dan Indek Mutu Bibit (IMB).<br />

Hasil pengukuran suhu pada masing-masing perlakuan tertera pada Tabel14.<br />

Tabel 14. Rata-rata suhu pertakuan transportasi<br />

No Jenis Perlakuan Temperatur ( 0 C)<br />

1. Rumah kaca 36-50<br />

2. Pesawat terbang 20-24<br />

3. Kapallaut 28-35<br />

I<br />

I<br />

Beberapa gambar kegiatan pengemasan dan transportasi bibit tersaji<br />

sebagai berikut :<br />

Gam bar 15a. Bibit siap dikemas<br />

Gambar 15b. Bibit dalam ice box<br />

37


Gam bar 15d. Bibit dalam kotak plastik<br />

Gambar 15e. Penyapihan bibit<br />

Gambar 15f. Bibit di persemaian<br />

Gambar 15.<br />

Tahapan kegiatan teknik pengemasan dan transportasi bibit<br />

kranji<br />

Untuk mengetahui pertambahan tinggi dan diameter bibit kranji selama<br />

pengamatan dapat dilihat dalam Gambar 16, 17 dan Lampiran 3.<br />

12o.oo I<br />

e<br />

.!!<br />

:a<br />

iii<br />

"Qj,<br />

Ill!<br />

c<br />

i=<br />

I<br />

100.00 t<br />

so.oo I<br />

60.00 .l.<br />

40.00<br />

20.00 t<br />

~ ·<br />

o.oo L<br />

1<br />

2<br />

---.-- ---··--··-------r- -----,<br />

3 4<br />

5 6<br />

Pengukuran Ke<br />

-+-AlBl<br />

--A2B2<br />

- A3B3<br />

....... A1B2<br />

_._A2B3<br />

-+-A4Bl<br />

......... A1B3<br />

_._A3Bl<br />

....... A4B2<br />

""*-A2Bl<br />

-A3B2<br />

......-A4B3<br />

Gambar 16. Grafik pertumbuhan tinggi bibit kranji<br />

38


Pada gambar 16<br />

bahwa bibit yang dikemas dengan<br />

campuran serbuk sabut KeJaoa dalam kotak kayu yang dibawa melalui<br />

pesawat terbang (perla<br />

Dil


nyata pada perlakuan je ·<br />

sedangkan interaksi ked<br />

diameter bibit kranji ~a:::a<br />

sangat nyata. H<br />

·~ il-~<br />

yang digunakan,<br />

ta. Sedangkan untuk<br />

..,...~~o.re ir~ya<br />

berpengaruh<br />

perlakuan terhadap<br />

dalam Tabel 15.<br />

terhadap pertumbuhan<br />

Parameter<br />

Diameter<br />

nnggi<br />

Keterangan : h = Nyata pada taraf 1%<br />

* = Nyata pada taraf 5%<br />

tn = tidak berpengaruh nyata<br />

1,80tn<br />

16,91 **<br />

32,86**<br />

4,18**<br />

Pr>F<br />

0,0010<br />

0,0002<br />

0,1425<br />

0,0001<br />

0,0001<br />

0,0052<br />

Selanjutnya untuk melihat hasil pengujian dari parameter pertumbuhan<br />

diameter dan tinggi yang berpengaruh, maka dilakukan dengan Uji Jarak<br />

Berganda Duncan dan hasilnya disajikan dalam Tabel 16, 17 dan 18.<br />

Tabel 16. Uji beda nyata J)ertambahan diameter bibit kranji pada berbagai<br />

jenis media<br />

Perlakuan<br />

Nilai Rata-rata<br />

Akar bibit dicampur dengan serbuk sabut kelapa 2,6822a<br />

lembab kemudian dimasukkan ke dalam kotak<br />

kavu (Al)<br />

Akar bibit dicampur dengan aquasorb kemudian 2,5711a<br />

dimasukkan ke dalam kotak kayu (A4)<br />

Bibit dibungkus dengan kertas koran lembab 2,0122b<br />

kemudian dimasukkan ke dalam ice box (A3)<br />

Akar bibit dicampur dengan serbuk gergaji 1,5778b<br />

lembab kemudian dimasukkan ke dalam kotak<br />

plastik (A2)<br />

-------- ----<br />

Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak<br />

ada perbedaan yang nyata pada taraf 1% menu rut uji Duncan<br />

40


Pada Tabel 16 dapat dilihat bahwa pertambahan diameter bibit kranji<br />

terbesar pada saat akar bibit dicampur dengan serbuk sabut kelapa lembab<br />

kemudian dimasukkan ke dalam kotak kayu. Sedangkan yang terkecil adalah<br />

pada akar bibit dicampur dengan serbuk gergaji lembab kemudian<br />

dimasukkan ke dalam kotak plastik. Hal ini dikarenakan kapasitas<br />

memegang air sabut kelapa sangat tinggi (Sutater, dkk, 1998). Kapasitas<br />

memegang air yang tinggi sangat penting bagi retensi terhadap kelembaban<br />

tanah menghindari kekeringan (Singarum, 1994) sehingga sabut kelapa<br />

sangat bagus digunakan untuk media pengiriman bibit.<br />

Tabel 17. Uji beda nyata pertambahan diameter bibit kranji pada berbagai<br />

jenis transportasi<br />

Perlakuan<br />

Nilai Rata-rata<br />

Kapal laut (B3) 2,6417a<br />

Pesawat udara (B2) 2,4142a<br />

Rumah kaca (tidak dibawa) (B1) 1,5767b<br />

--- ~<br />

Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak<br />

ada perbedaan yang nyata pada taraf 1% menu rut uji Duncan<br />

I<br />

I<br />

Tabel 18.<br />

Uji beda nyata pertambahan tinggi bibit kranji sebagai pengaruh<br />

interaksi antara berbagai jenis transportasi dan media<br />

Perlakuan<br />

.<br />

Nilai Rata-rata<br />

A1XB3 54,547a<br />

A1XB2<br />

A4XB2<br />

A2XB2<br />

A4XB3<br />

A2XB3<br />

A3XB2<br />

A1XB1<br />

43,400ab<br />

36,233bc<br />

35,140bc<br />

30,393cd<br />

27,280cde<br />

20,480def<br />

17,277ef<br />

A3XB3 13,373f<br />

A3XB1 13,160f<br />

A4XB1 13,020f<br />

A2XB1 8,613f<br />

~--<br />

Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak<br />

ada perbedaan yang nyata pada taraf 1% menu rut uji Duncan<br />

41


Pada Tabel 17 dapat dilihat bahwa pertambahan diameter bibit kranji<br />

terbesar pada saat bibit dibawa dengan kapal laut Hal ini terjadi karena<br />

kondisi suhu pada saat pengangkutan dengan kapal laut (280c - 3s0C) sesuai<br />

dengan kondisi suhu pada habitat tanaman kranji di pantai.<br />

dewasa mampu tumbuh pada suhu di atas 50°C.<br />

Tanaman<br />

Untuk pertambahan tinggi diameter kranji baik perlakuan media, jenis<br />

transportasi maupun interaksi antara keduanya berpengaruh sangat nyata.<br />

Maka hasil Uji beda nyata pertambahan tinggi bibit kranji sebagai pengaruh<br />

interaksi antara berbagai jenis transportasi dan media ditampilkan dalam<br />

Tabel18.<br />

Interaksi antara akar bibit dicampur dengan serbuk sabut kelapa<br />

lembab kemudian dimasukkan ke dalam kotak kayu dengan alat angkutan<br />

kapallaut mempunyai nilai tertinggi sebesar 54,547. Sedangkan nilai terkecil<br />

diperoleh dari interaksi antara akar bibit dicampur dengan serbuk gergaji<br />

lembab kemudian dimasukkan ke dalam kotak plastik yang disimpan di rumah<br />

kaca (tidak dibawa) dengan nilai sebesar 8,613. Dari hasil ini terlihat bahwa<br />

bibit kranji baik untuk dibawa dengan kapal laut dengan menggunakan kotak<br />

kayu yang akarnya diberi serbuk sabut kelapa lembab. Pada saat<br />

pengangkutan bibit diletakkan di truk dan disimpan di dek bagian tepi<br />

sehingga angin laut masih bisa menerpa kemasan dari kotak kayu yang tidak<br />

terlalu rapat.<br />

•<br />

Tabel 19. Hasil pengukuran Top root ratio dan Indeks mutu bibit<br />

No Perlakuan Top Root Ratio lndeks Mutu Bibit<br />

1 A1B1 1.51 2.41<br />

2 A1B2 1.77 2.39<br />

3 A1B3 1.93 1.26<br />

4 A2B1 1.20 1.15<br />

5 A2B2 1.40 1.71<br />

6 A2B3 2.39 0.60<br />

7 A3B1 1.21 1.88<br />

8 A3B2 1.27 2.10<br />

9 A3B3 0.95 0.80<br />

10 A4B1 1.98 2.42<br />

11 A482 2.52 2.38<br />

12 A4B3 1.34 1.13<br />

Rataan 1.62 1.69<br />

42


Pada akhir pengukuran yaitu bulan kelima setelah perlakuan dilakukan<br />

pengukuran Toop Root Ratio (TR ratio) dan lndeks Mutu Bibit (1MB). Hasil<br />

pengukuran top root ratio dan indeks mutu bibit pada akhir pengamatan<br />

tersaji dalam Tabel 19.<br />

Nisbah pucuk akar (TR ratio) merupakan faktor terpenting dalam<br />

pertumbuhan bibit karena mencerminkan perbandingan antara proses<br />

transpirasi dan luasan fotosintesis dari bibit dengan kemampuan penyerapan<br />

air dan mineral (Setyaningsih L dkk, 2000 ). Pertumbuhan dan kemampuan<br />

hidup bibit terbaik umumnya terjadi pada TR ratio antara 1 dan 3 (Duryea &<br />

Brown, 1984). Dalam penelitian ini hamper semua perlakuan pada jenis<br />

kranji memberikan nilai antara 1-3, kecuali perlakuan bibit yang dibawa<br />

dengan ice box dan akar bibit dibungkus dengan kertas koran lembab yang<br />

diangkut dengan kapal taut (A3B3 = 0,95). TR ratio rata-rata sebesar 1,62.<br />

Nilai ini menunjukkan bahwa perlakuan pengemasan dan alat trasportasi yang<br />

digunakan menghasilkan nilai TR ratio yang seimbang sehingga tidak<br />

menyebabkan bibit tumbuh abnormal. Seperti yang dikemukakan oleh<br />

Setyaningsih L dkk, (2000 ), bahwa nilai TR ratio yang seimbang dibutuhkan<br />

bibit agar penyerapan air dan hara oleh akar ditranslokasikan ke pucuk<br />

seimbang dengan luasan fotosintesis yang cukup untuk melakukan transpirasi<br />

dan menghasilkan karbohidrat yang dibutuhkan untuk pertumbuhan akar.<br />

lndeks Mutu Bibit (1MB) merupakan salah satu indikator siap tidak nya<br />

bibit dipindah ke lapangan. Hendromono dan Durahim (2004) mengemukakan<br />

bibit yang memiliki nilai 1MB minimal 0,09 akan memiliki daya tahan yang<br />

tinggi apabila dipindah ke lapangan. Dalam penelitian ini semua perlakuan<br />

pada bibit kranji yang diuji memiliki nilai 1MB diatas 0,09, yaitu rata-rata<br />

sebesar 1,69. Hasil ini menunjukkan bahwa bibit kranji sudah siap dipindah ke<br />

lapangan pada umur 5 bulan setelah perlakuan transporatsi dan pengemasan<br />

bibit.<br />

43


BABYL<br />

6.1. Kesimpulan<br />

1. Sebaran populasi<br />

sepanjang pantai<br />

Ciamis; dan Carita<br />

- · terdapat di<br />

ngi; Batukaras,<br />

~..:. c:i:::u;a:: ia3C.e!. po0on masing-masing tinggi<br />

12,54 ±2,29<br />

5'.95 ± 3,97 m; diameter 26,38 ±<br />

7,00 em, 17,96 ± !.!


dan diameter terendah ditunjukkan oleh perlakuan akar bibit dicampur<br />

dengan serbuk gergaji lembab kemudian dimasukkan ke dalam kotak<br />

plastik yang dislmpan di rumah kaca (tidak dibawa). Nilai rata-rata Top<br />

root ratio sebesar 1,62 dan 1MB rata-rata 1,69.<br />

6.2. Saran<br />

1. Untuk mendapatkan tegakan, buah dan benih kranji sebaiknya dilakukan<br />

di sepanjang pantai Taman Nasional Alas Purwo, Banyuwangi; Batukaras,<br />

Ciamis; dan Carita, Banten.<br />

2. Pengunduhan buah kranji di carita Banten dapat dilakukan pada Bulan<br />

Nopembet.<br />

3. Pembibitan kranji yang baik dapat menggunakan media campuran tanah<br />

dan kompos (1:3 vfv) dengan naungan 25%.<br />

4. Pengangkutan bibit kranji sebaiknya menggunakan kapal laut dengan<br />

kemasan kotak kayu dan akar bibit dicampur serbuk sabut kelapa lembab.<br />

DAFTAR PUSTAKA<br />

Adimargono, S. 1997. Recalcitrant seeds, identification and storage. Thesis.<br />

Larenstein International Agriculture College, Deventer.<br />

Aminah, A. 2009. Teknplogi penanganan benih kranji (Pongamia pinnata<br />

Merril) sebagai sumber benih energi terbarukan. Laporan Hasil<br />

Penelitian. Balai Penelitian Teknologi Perbenihan. Bogor.<br />

Berjak, P; J.Farrant; D. J Mycock and N.W Pammenter. 1990. Recalcitrant<br />

(homiohydrous) seeds: the enigma of their desiccation sensivity. Seed<br />

Sci. & Tech. 18:297;.310<br />

Dharrnawati, F.D., N. Siregar dan A. Aminah. 2008. Phenology, Tingkat<br />

Kemasakan, Persepatan Pembungaan dan Pembuahan Jenis Tanaman<br />

Hutan. Laporan Hasil Penelitian. Balai Penelitian Teknologi Perbenihan.<br />

Bogor.<br />

__ . 2009. Phenology tanaman kranji (Pongamia pinnata Merril) sebagai<br />

sumber benih energi terbarukan. Laporan Hasil Penelitian. Balai<br />

Penelitian Teknologi Perbenihan. Bogor.<br />

Duryea, M. L & G. N. Brown.1984. Seedling Physiology and Reforestation<br />

Success. Prociding of The Physiology Working Group Technical<br />

Session. DR. W. Juck Publisher> Boston.<br />

45


Hendromono dan Durahim. 2004. Pemanfaatan Umbah Sabut Kelapa Sawit<br />

dan Sekam Padi Sebagai Medium Pertumbuhan Bibit Mahoni Afrika<br />

(Khaya anthoteca.C.DC). Buletin Penelitian Hutan no 644. Badan<br />

utbang Kehutanan. Puslitbang Hutan dan Konservasl Alam.Bogor.<br />

Heyne, K., 1987 : Tumbuhan Berguna Indonesia Jilid II. Badan Penelitian dan<br />

Pengembangan Kehutanan, Departemen Kehutanan. Jakarta.<br />

Kumiaty, R. Budi Budiman, Made Suartana dan Ratna -Uli D. 2007. Teknik<br />

Pembibitan Tanaman Hutan Secara Generatif. Laporan Hasil Penelitian<br />

(LHP). Balai Penelitian Teknologi Perbenihan Bogar.<br />

Lakitan, Benyamin. 1996. Dasar-dasar Rsiologi Tumbuhan. Jakarta: PT. Raja<br />

Grafindo Persada.<br />

Maizar R., 2006 : The Prospect of Biofuels in National and Global Energy<br />

Scene. Prossiding Seminar Nasional Bioteknologi 2006. Pusat<br />

Penelitian Bioteknologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia,<br />

Cibinong.<br />

Marjenah, 2001. Pengaruh Perbedaan Naungan Di Persemaian Terhadap<br />

Pertumbuhan Dan Respon Morfologi Dua Jenis Semai Meranti. Jurnal<br />

Ilmiah Kehutanan "Rimba Kalimantan" Vol.6 No.2.Unmul samarinda.<br />

Nautiyal, A.R and A.N Purohit. 1985. Seed viability in Sal III. Membrane<br />

disruption in ageing seeds of Shorea robusta. Seed Sci.& Tech.<br />

13(1):77-82<br />

Nienstadt, H. and Snyder, E.B. 1974. Principles of Genetic Improvement of<br />

Seed in Schopmeyer, C.S. 1974. Seeds Woody Plants in The United<br />

States. Agriculture Handbook No. 450. USDA. Washington, D.C.<br />

Nurmawati, S. 2009. Teknologi pembibitan benih kranji (Pongamia pinnata<br />

Merril) sebagai sumber benih energy terbarukan. Laporan Hasil<br />

Penelitian. Balai Penelitian Teknologi Perbenihan. Bogar.<br />

Owens, J.N and M.D Blake. 1985. Forest Tree Seed Production. Information<br />

Report P1-x-53. Petawawa National for Institute. Can. Forestry<br />

Service. Agriculture. Canada.<br />

Owens, J.N; P.Sornsathaporhkul and S. T. mitchareon. 1991. Studying<br />

Flowering and Seed Ontogeny in Tropical Forest Trees. Asean-Canada<br />

Forest Tree Seed Centre and Royal Forest Depart. Thailand.<br />

Owens, J.N., 1991 : Flowering and Seed Ontogeny, Technical Publication No.<br />

5, ASEAN-Canada Forest Tree Seed Centre Project, Muak-Lek<br />

Saraburi, Thailand.<br />

Schmidt,L. 2000.Pedoman Penanganan Benih Tanaman Hutan Tropis dan Sub<br />

Tropis. Direktorat Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial.<br />

Departemen Kehutanan<br />

Setyaningsih, L., Y. Munawar dan M. Turjaman. 2000. Efektivitas Cendawan<br />

Mikoriza Arbusula dan pupuk NPK terhadap pertumbuahan Bitti.<br />

Prosiding Seminar Nasional Mikoriza I. Bogar<br />

46


Singarum, P. 1994. Effect of coir pith as an amandement for tannery<br />

polhited soils. Madras-Agric. J.81 (10):548-549.<br />

Sutarter, T., Suciantini, R. Tejasarwana. 1998. Serbuk Sabut Kelapa sebagai<br />

Media Tanam Krisan. Prosiding Konperensi Nasional Kelapa IV.<br />

Bandar lampung, 21-23 April 1998.<br />

Toruan, N. 1986. Pengaruh kondisi penyimpanan terhadap kandungan<br />

metabolit dan viabilitas benih coklat (Theobroma cacao L.). menara<br />

Perkebunan 53(6):68-75<br />

Wiriadinata, H. 2003. Plasma Nutfah Gaharu. Training Course in Conservation<br />

of Forest Genetic Resources, Juni 2003. Jambi.<br />

http://v.ww.enerqiterbarukan.net), Selasa 3-3-2009, Mandatory BBN: Status<br />

Januari 2009.<br />

Soerawidjaja, T.H. 2007a. Pusat Penelitian Energi Berkelanjutan (Center for<br />

Research on Sustainable EnergY) Institut Teknologi Bandung.<br />

Soerawidjaja, T. H. 2007b. An Overview on Biofuels : The 3rd MRPTNI -<br />

CUPT Conference, Chiang Mai, Thailand, 15 December 2007<br />

http :1/www .sith.itb.ac.id/herbarium/index.phpc=herbs&view=detail&spid =22<br />

1937, Rabu 11-3-2009. Klasifikasi Tumbuhan » Pongamia pinnata L.<br />

http://www.kehati.or.id/florakita/printer.phpphotoid=883, Jum'at 24-4-2009.<br />

http: II asgarsel. bloqspot.com/2009/10/tanaman .html, Jum'at 13-11-2009).<br />

http://id.wikipedia.org/wiki/Kelembaban.<br />

http://www.irwantoshut.com/pongamia.html, Jum'at 24-4-2009.<br />

47


Lampiran 1. Data habitus tanaman kranji di kampung Sembolo dan kampung<br />

Mataram Desa Sukarame (carita-Banten).<br />

I<br />

Lokasi<br />

Kondisi Tanaman<br />

No<br />

Pohon Tinggl Diameter<br />

(m) (em)<br />

1 12 35 tidak ada buah<br />

KampungS<br />

em bolo 20<br />

15,6<br />

Keterangan<br />

2 10 26 tidak ada buah<br />

21,6<br />

'<br />

21,6<br />

Kampung 3 12 41,3 berbuah muda<br />

Mataram<br />

4 12 42,3 tidak ada buah<br />

.. .<br />

5 41,3<br />

6 12 36,6 tidak ada buah<br />

7 14 55 berbuah muda<br />

8 8 26,6 Tidak ada buah<br />

9 15<br />

.<br />

45,6 berbuah muda dan tua<br />

10 11 34 berbuah muda<br />

11 7 34,6 berbuah<br />

12 10 41,3 berbuah<br />

13 7 33,3 tidak ada buah<br />

14 12 41,3 Buah muda dan calon buah<br />

15 12 70 berbuah muda<br />

16 15 36 berbuah muda<br />

17 15 68,6 berbuah muda dan calon buah<br />

18 17 60,6 berbuah muda<br />

48


Lampiran 2. Data jumlah bunga pada 10 ranting<br />

Ranting<br />

Tangkai<br />

bung a<br />

Jumlah Jumlah Keberhasilan<br />

Bung a Buah (polong) pembuahan<br />

kuncup /tangkai (%)<br />

1 1 65 2 0.03<br />

2 56 2 0.04<br />

3 49 1 0.02<br />

2 1 35 0 0<br />

2 - 2 0<br />

3 40 2 0.05<br />

3 1 60 3 0.05<br />

2 54 1 0.01<br />

3 62 3 0.04<br />

4 43 1 0.02<br />

5 47 1 0.02<br />

4 1 67 2 0.02<br />

2 43 3 0.07<br />

3 50 4 0.08<br />

5 1 54 3 0.05<br />

2 43 2 0.04 I<br />

3 46 2 0.04<br />

i<br />

4 32 1 0.03<br />

5 38 2 0.05<br />

6 1 59 2 0.03<br />

2 63 2 0.03<br />

3 40 1 0.02<br />

7 1 48 2 0.04<br />

2 40 2 0.04<br />

3<br />

.<br />

43 4 0.05<br />

4 35 2 0.09<br />

8 1 54 9 0.05<br />

9 1 46 5 0.16<br />

2 56 4 0.10<br />

3 66 2 0.07<br />

4 57 1 0.03<br />

5 55 3 0.01<br />

6 65 4 0.05<br />

7 62 3 0.06<br />

8 50 4 0.04<br />

9 50 1 0.08<br />

49


Lampiran 2. lanjutan<br />

Ranting<br />

Tangkai<br />

bung a<br />

Jumlah Jumlah Keberhasilan<br />

Bunga Buah (polong) pembuahan<br />

kuncuo /tanakai (%)<br />

10 1 62 3 0.02<br />

2 64 6 0.04<br />

3 49 1 0.09<br />

4 55 5 0.02<br />

5 56 2 0.09<br />

6 42 9 0.05<br />

50


Lampiran 3. Rata-rata tinggi dan diameter bibit masing-masing perlakuan hasil pengukuran ke 1 sampai ke 6<br />

Pengukuran Ke<br />

Perla 1 2 3 4 5 6<br />

kuan T D T D T D T D T D D<br />

(em) (mm) (em) (mm) (em) (mm) (em) (mm) (em) (mm) T(em) (mm)<br />

A1B1 43.88 5.24 47.56 5.39 50.43 5.82 55.73 6.19 59.33 6.59 61.15 7.02<br />

A1B2 63.80 6.94 64.88 6.74 70.47 7.18 84.65 7.45 95.92 7.90 107.20 9.90<br />

A1B3 45.52 5.55 45.53 5.66 57.33 5.42 61.80 6.40 80.64 7.84 100.07 8.85<br />

A2B1 39.24 5.24 41.11 5.28 43.22 5.55 45.75 5.82 47.13 6.01 47.85 6.22<br />

A2B2 31.01 4.39 33.04 4.42 37.72 4.02 42.97 5.17 56.01 6.31 66.15 6.14<br />

A2B3 25.89 4.34 27.23 4.65 33.00 5.41 35.61 5.17 48.69 6.08 53.17 6.35<br />

A3B1 23.79 3.98 26.67 4.16 27.58 4.48 31.61 5.05 34.42 5.45 36.95 5.85<br />

A3B2 23.64 4.30 22.97 4.41 24.76 3.42 28.56 4.92 35.61 5.74 44.12 6.74<br />

A3B3 28.71 3.77 22.08 4.20 21.65 4.40 24.81 4.44 34.35 5.26 42.08 5.49<br />

A4B1 38.75 5.40 41.77 5.54 43.69 5.96 46.56 6.40 49.85 6.80 51.77 7.08<br />

A4B2 53.50 6.07 54.01 6.22 60.65 5.08 71.08 7.53 85.64 7.75 89.73 9.48<br />

A4B3 35.07 4.79 33.80 4.66 38.64 4.82 41.72 5.28 54.19 6.50 65.47 7.41<br />

51


LAPORAN HASIL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN<br />

(Laporan Ringkas Hasil Litbang sesuai PP 20 Thn. 2005)<br />

RJ:XGK.-\SAN KEKA Y AAN INTELEKTUAL<br />

. Perlindungan kekayaan intelektual<br />

Paten<br />

- · Hak cipta<br />

W aktu pendaftaran<br />

W aktu pendaftaran<br />

: • ferek<br />

W aktu pendaftaran<br />

- Desain industry<br />

W aktu pendaftaran<br />

: Desain tata letak circuit terpadu<br />

arietas tanaman<br />

W aktu pendaftaran<br />

W aktu pendaftaran<br />

3 . N:liTla penemuan baru<br />

!<br />

C. Nama penemuan baru non komersial<br />

II<br />

II<br />

D. Cara alih teknologi<br />

l. Publikasi<br />

- · Pelayananjasa lptek<br />

3. Kerj asama<br />

Ringkasan Hasil Penelitian Judul Teknologi Produksi Benih dan Bibit Tanaman<br />

Kranjil Mabai (Pongamia pinnata Merril) Sebagai Sumber<br />

Energi Terbarukan<br />

Ringkasan<br />

Krisis energ1 yang berasal dari minyak bumi telah<br />

mendorong pengembangan sumber energi alternatif yang dapat<br />

diperbarui dengan pengembangan jenis tanaman sebagai sumber<br />

minyak nabati. Salah satu jenis yang mempunyai potensi sebagai<br />

sumber minyak nabati adalah kranji/mabai. Dalam upaya<br />

pengembangan tanaman 1m diperlukan bibit bermutu yang<br />

tersedia dalam jumlah yang cukup, tepat waktu dan mempunyai<br />

kemampuan beradaptasi dengan kondisi lingkungan tempat<br />

tumbuhnya. Tujuan penelitian untuk memperoleh teknologi<br />

produksi benih dan bibit tanaman kranji/mabai (Pongamia<br />

p innata Merril). Penelitian ini merupakan lanjutan dari kegiatan


I<br />

penelitian tahun 2009. Kegiatan tahun 2010 meliputi: (1) Sebaran<br />

dan potensi produksi benih, (2) Periode pembungaan dan<br />

pembuahan, (3) teknik pembibitan dan aklimatisasi, dan (4)<br />

teknik pengemasan dan angkutan bibit.<br />

Penelitian sebaran dan potensi produksi benih dimulai<br />

dengan menentukan sebaran populasi tanaman berdasarkan<br />

kondisi ekologi, karakteristik tegakan dan potensi produksi benih.<br />

Pengamatan periode pembungaan dan pembuahan dilakukan di<br />

desa Sukarame, Carita, (Propinsi Banten). Penelitian periode<br />

pembungaan dan pembuahan dilakukan dengan penandaan<br />

· cabang-cabang pohon yang diamati. Pengamatan dilakukan setiap<br />

minggu pada saat periode pembungaan dan setiap bulan setelah<br />

periode pembuahan. Kegiatan penelitian teknik pembibitan dan<br />

aklimatisasi bibit dimulai dengan pengunduhan buah,<br />

perkecambahan, penyapihan kemudian dilanjutkan dengan<br />

pemberian perlakuan di persemaian. Penelitian ini dilakukan<br />

dengan perlakuan media semai (tanah, c({mpuran tanah dan<br />

kompos (1 :3 v/v), dan campuran tanah dengan cocopeat (1 :3 v/v))<br />

dan intensitas naungan (tanpa naungan, naungan 25%, dan<br />

naungan 50%). Pengukuran pertumbuhan bibit dilakukan setiap<br />

bulan. Rancangan penelitian menggunakan rancangan acak<br />

lengkap dengan pola perhitungan faktorial 3x3x4 ulangan.<br />

Masing-masing ulangan terdiri dari 25 bibit.<br />

Penelitian teknik pengemasan dan transportasi bibit<br />

dimulai dengan penyapihan bibit hasil persemaian sebanyak 972<br />

bibit. Media yang digunakan adalah campuran pasir dan tanah<br />

(1: 1, v/v) yang dimasukkan ke dalam polybag berukuran 15 x 20<br />

em. Bibit dikemas dengan cara : 1) akar bibit dicampur dengan<br />

serbuk sabut kelapa lembab kemudian dimasukkan ke dalam<br />

kotak kayu; 2) akar bibit dicampur dengan serbuk gergaji lembab<br />

kemudian dimasukkan ke dalam kotak plastik; 3) akar bibit<br />

dibungkus dengan kertas koran lembab kemudian dimasukkan ke<br />

dalam ice box ; 4) akar bibit dicampur dengan aquasorb<br />

kemudian dimasukkan ke dalam kotak kayu. Setiap kemasan<br />

terdiri dari 25 bibit dengan 3 ulangan. Alat transportasi yang<br />

digunakan adalah kapal laut, pesawat terbang dan disimpan di<br />

rumah kaca. Setelah sampai di Provinsi Kepulauan Bangka<br />

Belitung kemudian bibit disapih kembali ke dalam polybag<br />

berukuran 20 x 25 em dan disimpan di persemaian. Parameter<br />

yang diukur adalah persen hidup semai, tinggi semai, diameter<br />

batang semai, biomas dan Indeks Mutu Bibit (IMB). Pengamatan<br />

dilakukan setiap bulan selama 5 (lima) bulan.<br />

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) sebaran populasi<br />

kranji di Pulau Jawa menyebar di sepanjang pantai Taman<br />

Nasional Alas Purwo, Banyuwangi; Batukaras, Ciamis; dan<br />

Carita, Banten dengan karakter pohon masing-masing tinggi


12,54 ±2,29 m, 9,23 ± 0,47 m, dan 9,96 ± 3,97 m; diameter 26,38<br />

± 7,00 em, 17,96 ± 1,11 em, dan 40,32 ± 17,21 em; diameter tajuk<br />

6,40 ± 1,67 m, 8,31± 2,03 m dan 4,47 ± 0,74; jarak antar pohon<br />

terdekat 6,43±1,32m, 2,49±0,80 m, 23,17 ± 42,96 m dan potensi<br />

produksil.855 polong/pohon setara dengan 2.297 butir<br />

benih/pohon atau 2,45 kg benih/pohon. 2) Di Carita Banten,<br />

periode pembungaan dan pembuahan tanaman kranji dimulai<br />

dengan muneulnya tunas bunga yang mulai tumbuh pada bulan<br />

Mei, bunga mekar pada bulan Juni, buah muda tipis pada bulan<br />

Juli, pemasakan buah sampai dengan bulan Oktober dan buah tua<br />

(eoklat) pada bulan Nopember. 3) Pertambahan tinggi dan<br />

diameter terbesar adalah persemaian yang menggunakan media<br />

eampuran tanah dan kompos (I :3 v/v) dengan naungan 25%,<br />

dengan tinggi rata-rata 47,53 em dan diameter batang 7,49 mm. 4)<br />

Kegiatan penelitian teknik aklimatisasi bibit kranji satu bulan<br />

setelah perlakuan memberikan hasil terbaik pada perlakuan jarak<br />

bibit kesamping 5 em dan kebelakang rapat (Jl) dengan nilai<br />

pertambahan pertumbuhan diameter sebesar 1.271 mm dan<br />

parameter pertumbuhan bibit pada jumlah daun 2.660 (= 3) helai<br />

dengan persen hidup rata-rata 99,2 % (persen hidup rata-rata<br />

untuk perlakuan J1 ). 5) Kegiatan penelitian transportasi dan<br />

pengemasan menghasilkan pertambahan tinggi dan diameter yang<br />

terbesar adalah akar bibit dicampur dengan serbuk sabut kelapa<br />

lembab kemudian dimasukkan ke dalam kotak kayu campuran<br />

serbuk sabut kelapa lembab dalam kotak kayu yang dibawa<br />

dengan kapal laut. Pertambahan tinggi dan diameter terendah<br />

ditunjukkan oleh perlakuan akar bibit dicampur dengan serbuk<br />

gergaji lembab kemudian dimasukkan ke dalam kotak plastik<br />

yang disimpan di rumah kaca (tidak dibawa). Nilai rata-rata Top<br />

root ratio sebesar 1,62 dan IMB rata-rata 1,69.<br />

Produk spesifikasi dan<br />

pemanfaatann ya<br />

Peta sebaran populasi tanaman berdasarkan kondisi ekologi<br />

karakteristik tegakan dan potensi produksi benih<br />

Bibit bermutu untuk keberhasilan penanaman


Gambar, photo produk hasil<br />

penelitian<br />

Gambar 1. Sebaran populasi pohon kranii di Pulau Jawa<br />

Gambar 2. Pengemasan bibit dalam kotak kayu


LAPORAN HASIL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN<br />

(Laporan Ringkas Hasil Litbang sesuai PP 20 Thn. 2005)<br />

IDENTITAS PERGURUAN TINGGI I LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN<br />

Nama Lembaga Penelitian dan Balai Penelitian Teknologi Perbenihan Bogor (BPTPB)<br />

Pengembangan<br />

Pimpinan<br />

Alamat ,<br />

Ir. Triwilaida, M.Sc<br />

Jl. Pakuan - Ciheuleut Bogor<br />

IDENTITAS KEGIATAN<br />

Judul<br />

Teknologi Produksi Benih dan Bibit Tanaman Kranji/ Mabai<br />

(Pongamia pinnata Merril) Sebagai Surnber Energi<br />

Terbarukan<br />

Abstraksi<br />

Kranji/mabai (Pongamia pinata Merril) merupakan<br />

salah satu tanaman potensial penghasil energi minyak nabati<br />

yang terbarukan. Dalam upaya pengembangan jenis ini<br />

diperlukan bibit bermutu dalam jumlah cukup dan mampu<br />

beradaptasi dengan tern pat tumbuhnya. Kegiatan tahun 2010<br />

bertujuan memperoleh teknologi produksi benih dan bibit<br />

tanaman kranji yang meliputi (1) sebaran dan potensi produksi<br />

benih di Pulau Jawa, (2) periode pembungaan dan<br />

pembuahan, (3) teknik pembibitan dan aklimatisasi, dan (4)<br />

teknik pengemasan dan transportasi bibit. Penelitian sebaran<br />

dan potensi produksi benih dilakukan di Pulau Jawa dan<br />

ditentukan secara proposif. Identifikasi tegakan meliputi<br />

kondisi ekologi, karakteristik tegakan dan potensi produksi<br />

benih. Pengamatan periode pembungaan dan pembuahan<br />

dilakukan di Carita (Banten). Penelitian teknik pembibitan<br />

dan aklimatisasi bibit menggunakan benih yang diunduh dari<br />

Lombok Timur. Media semai menggunakan tanah, campuran<br />

tanah dan kompos (1 :3,v/v), dan campuran tanah dan<br />

cocopeat (1 :3,v/v) dengan berbagai intensitas naungan (tanpa<br />

naungan, 25%, dan 50%). Aklimatisasi dilakukan terhadap<br />

bibit berumur 3 bulan dengan pengaturan jarak antar bibit dan<br />

penyiraman. Penelitian teknik pengemasan dan transportasi<br />

dilakukan menggunakan bibit berumur 3 bulan yang dikemas<br />

dengan cara : 1) akar bibit dicampur serbuk sabut kelapa<br />

lembab dan dikemas kotak kayu; 2) akar bibit dicampur<br />

serbuk gergaji lembab dan dikemas kotak plastik; 3) akar<br />

bibit dibungkus kertas koran lembab dan dikemas ice box ; 4)<br />

akar bibit dicampur aquasorb dan dikemas kotak kayu. Bibit<br />

diangkut ke Bangka Belitung dengan kapal laut, dan pesawat<br />

terbang kemudian bibit disapih kembali ke dalam polybag.


Hasil penelitian: 1) sebaran populasi kranji di Pulau<br />

Jawa menyebar di sepanjang pantai selatan. Karakter pohon di<br />

Alas Purwo (Banyuwangi); Batukaras (Ciamis); dan Carita<br />

(Banten) masing-masing tinggi 12,54±2,29 m, 9,23±0,47 m,<br />

dan 9,96±3,97 m; diameter 26,38±7,00 em, 17,96±1,11 em,<br />

dan 40,32 ± 17,21 em; diameter tajuk 6,40 ± 1,67 m,<br />

8,31±2,03 m dan 4,47±0,74; jarak antar pohon terdekat<br />

6,43±1,32m, 2,49±0,80 m, 23,17±42,96 m dan potensi<br />

produksi di Batukaras adalah 2.297 butir benih/pohon setara<br />

2,45 kg benih/pohon. 2) ·Periode pembungaan dan pembuahan<br />

kranji di Carita (Banten) dimulai dengan muneulnya tunas<br />

bunga (Mei), bunga mekar (Juni), buah muda tipis (Juli),<br />

pemasakan buah (Agustus-Oktober) dan buah tua<br />

(Nopember). 3) Bibit ditanam dalam media eampuran tanah<br />

dan kompos (1 :3 v/v) dengan naungan 25% menghasilkan<br />

tinggi 47,53 em dan diameter batang 7,49 mm. 4) Teknik<br />

aklimatisasi bibit kranji terbaik pada perlakuan jarak antar<br />

bibit ke samping 5 em dan ke belakang rapat (pertambahan<br />

diameter 1.27 mm, jumlah daun 3 helai, dan persen hidup<br />

99,2%). 5) Teknik Pengemasan bibit dengan eara akar bibit<br />

dieampur serbuk sabut kelapa lembab yang dikemas kotak<br />

kayu dengan alat transportasi kapal laut dapat menghasilkan<br />

pertambahan tinggi dan diamater bibit tertinggi. Nilai ratarata<br />

Top root ratio sebesar 1,62 dan IMB rata-rata 1,69.<br />

Kata kunei: Kranji/Mabai (Pongamia pinnata Merril.) ,<br />

pembibitan, pembungaan, pengemasan,<br />

sebaran.<br />

1<br />

Tim Peneliti<br />

Koordinator /Peneliti Utama<br />

(PU)<br />

Alamat Koordinator<br />

~ama Anggota<br />

Waktu Pelaksanaan<br />

Publikasi<br />

Ir. Danu, M.Si<br />

Jl. Pakuan- Ciheuleut Bogor Telp./fax (0251) 8327768<br />

1. Dra. Dharmawati F. D.<br />

2. Ir. Nurmawati S., M.Si<br />

3. Aam Aminah, S.Hut<br />

4. Ratna Uli D. Sianturi, S.Hut<br />

Mulai : Pebruari 2010<br />

Akhir: Nopember 2010<br />

Direneanakan diterbitkan di Jurnal Balai Penelitian<br />

Teknologi Perbenihan Bogor (Info Benih) tahun 2011 di<br />

Bogor<br />

Leaflet


LAPORAN HASIL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN<br />

(Laporan Ringkas Hasil Litbang sesuai PP 20 Thn. 2005)<br />

PENGELOLAAN<br />

Judul Kegiatan<br />

: Teknologi Produksi Benih dan Bibit Tanaman Kranji/<br />

Mabai (Pongamia pinnata Merril) Sebagai Sumber<br />

Energi Terbarukan<br />

Peneliti Utama<br />

: Ir. Danu, M.Si<br />

A. Sumber Pembiayaan Penelitian dan Mitra Kerja<br />

13. APBN : Rp.<br />

14. APBD : Rp.<br />

15. Mitra Kerja : Rp.<br />

i. Mitra dalam Negeri : Rp.<br />

j. Mitra Luar Negeri : Rp.<br />

B. Pemanfaatan sarana dan prasarana penelitian<br />

1. Sarana : Peralatan laboratorium<br />

2. Prasarana : Rumah kaca dan persemaian<br />

C. Pendokumentasian :CD<br />

Bogar, Nopember 2010<br />

Kepala Balai


REKAPITULASI HASIL EVALUASI KEGJATJ\N Pl ~ Nl ~ J,J'JI J\N SI IMI\I' R I>ANA I HBAIT KNRT 2010<br />

No.<br />

Judul Penelitian<br />

Pelaksana<br />

I Jumlah J\nggaran<br />

Luaran I Status<br />

I.<br />

Teknologi Produksi Benih<br />

dan Bibit Tanaman Kranji/<br />

Mabai (Pongamia pin nata<br />

Merril) Sebagai Sumber<br />

Energi Terbarukan<br />

l. Ir. Danu, M.S.i I 148.000.000<br />

2. Dra. Dharmawati F. D.<br />

3. Ir. Nurmawati S., M.Si<br />

4. Aam Aminah, S.Hut<br />

5. Ratna Uli D. Sianturi,<br />

S.Hut<br />

Laporan llasil Penelitian<br />

I . Sebaran populasi kranji di Pulau Jawa dalam<br />

penclitian ini terdapat di sepanjang pantai<br />

Taman Nasional Alas Purwo, Banyuwangi;<br />

Batukaras, Ciamis; dan Carita, Banten,<br />

dengan karakter pohon masing-masing tinggi<br />

12,54 ±2,29 m, 9,23 ± 0,47 m, dan 9,96 ±<br />

3,97 m; diameter 26,38 ± 7,0~ em, 17,96 ±<br />

1,11 em, dan 40,32 ± 17,21 em; diameter<br />

tajuk 6,40 ± 1,67 m, 8,31± 2,03 m dan 4,47 ±<br />

0,74; jarak antar pohon terdekat 6,43±1,32m,<br />

2,49±0,80 m, 23,17 ± 42,96 m dan potensi<br />

produksi1.855±1.514 polong/pohon setara<br />

dengan 2.297±2.116 butir benih/pohon atau<br />

2,45±2,26 kg benih/pohon.<br />

2. Di Carita Banten, periode pembungaan dan<br />

pembuahan tanaman kranji dirnulai dengan<br />

muneulnya tunas bunga yang mulai tumbuh<br />

pada bulan Mei, bunga mekar pada bulan<br />

Juni, buah muda tipis pada bulan Juli,<br />

pemasakan buah sampai dengan bulan<br />

Oktober dan buah tua (eoklat) pada bulan<br />

Nopember.<br />

3. Pertambahan tinggi dan diameter terbesar<br />

adalah persemaian yang menggunakan media<br />

eampuran tanah dan kompos (1:3 v/v) dengan<br />

naungan 25%, dengan tinggi rata-rata 47,53<br />

em dan diameter batang 7,49 mm.<br />

4. Kegiatan penelitian teknik' aklirnatisasi bibit<br />

kranji satu bulan setelah perlakuan<br />

memberikan basil terbaik pada perlakuan<br />

jarak bibit kesam_l)ing 5 em dan kebelakang<br />

I Drafnaskah publikasi

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!