31.01.2015 Views

penelitian bahan thermoelektrik bagi aplikasi konversi energi di

penelitian bahan thermoelektrik bagi aplikasi konversi energi di

penelitian bahan thermoelektrik bagi aplikasi konversi energi di

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Jurnal Material dan Energi Indonesia<br />

Vol. 01, No. 01 (2011) 58 – 70<br />

© Jurusan Fisika FMIPA Universitas Padjadjaran<br />

PENELITIAN BAHAN THERMOELEKTRIK<br />

BAGI APLIKASI KONVERSI ENERGI DI MASA MENDATANG<br />

(REVIEW ARTICLE)<br />

INGE M. SUTJAHJA †<br />

Grup Riset Fisika Magnetik dan Fotonik<br />

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam<br />

Institut Teknologi Bandung<br />

Jl. Ganesha No. 10, Bandung 40132<br />

Indonesia<br />

<strong>di</strong>terima 22 Oktober 2010<br />

revisi 10 Februari 2011<br />

<strong>di</strong>publikasikan 28 Februari 2011<br />

Abstrak. Bahan <strong>thermoelektrik</strong> adalah <strong>bahan</strong> unik yang dapat meng<strong>konversi</strong> <strong>energi</strong> panas menja<strong>di</strong> <strong>energi</strong><br />

listrik, atau sebaliknya yang ramah lingkungan. Kinerja dari <strong>bahan</strong> <strong>thermoelektrik</strong> <strong>di</strong>tentukan oleh nilai figure<br />

of merit (FOM) yang <strong>di</strong>definisikan sebagai T=(S 2 σ/κ)/T, dengan S adalah koefisien Seebeck, σ adalah<br />

konduktivitas listrik, κ adalah konduktivitas thermal, dan T adalah temperatur yang <strong>di</strong>nyatakan dalam Kelvin.<br />

Devais <strong>thermoelektrik</strong> konvensional umumnya menggunakan <strong>bahan</strong> aloy bulk binary semikonduktor.<br />

Walaupun demikian, penggunaan devais <strong>thermoelektrik</strong> konvensional ini <strong>di</strong>batasi oleh nilai efisiensinya yang<br />

relatif masih rendah. Dalam makalah ini <strong>di</strong>review hasil <strong>penelitian</strong> <strong>bahan</strong> <strong>thermoelektrik</strong> baru dalam usaha<br />

untuk meningkatkan kinerjanya untuk <strong>aplikasi</strong>. Teknik yang <strong>di</strong>gunakan berupa manipulasi sifat fisis <strong>bahan</strong><br />

dengan ‘induksi’ elemen tertentu (“rattler”), manipulasi struktur kristal dengan struktur nano, dan<br />

investigasi <strong>bahan</strong> oksida bulk baru berbasis logam oksida kobalt.<br />

Kata kunci: Bahan <strong>thermoelektrik</strong>, figure of merit (FOM), thermopower (koefisien Seebeck), resistivitas<br />

(konduktivitas) listrik, konduktivitas thermal.<br />

Abstact. The thermoelectric material is a unique material that can convert the heat energy <strong>di</strong>rectly into electrical<br />

energy, or vise versa, with environmental friendly properties. In general the performance of the thermoelectric<br />

material is determined by its figure of merit (FOM) defined by ZT=(S 2 σ/κ)/T, where S is the Seebeck<br />

coefficient, σ is the electrical conductivity, κ is the thermal conductivity, and T is the operating temperature<br />

measured in Kelvin. The conventional thermoelectric device commonly used alloy bulk binary semiconductor<br />

materials. However its application is limited by its relatively low efficiency compared to other<br />

energy converter methods. In this article we review several investigations on the ‘new thermoelectric materials’<br />

to increase its performance for application. The techniques consist of doping the semiconductor materials<br />

with “rattler”, crystal structure manipulation by using nanostructure, and investigation of new bulk oxide<br />

materials mainly based on cobalt oxide system.<br />

Keywords: thermoelectric material, figure of merit (FOM), thermopower, electrical resistivity (conductivity),<br />

thermal conductivity.<br />

Bahan <strong>thermoelektrik</strong> adalah <strong>bahan</strong> unik yang dapat meng<strong>konversi</strong> <strong>energi</strong> panas menja<strong>di</strong> <strong>energi</strong><br />

listrik, atau sebaliknya, tanpa menghasilkan gas beracun karbon<strong>di</strong>oksida maupun polutan lain<br />

seperti elemen logam berat (ramah lingkungan). Di dalam kehidupan manusia <strong>di</strong> muka bumi ini<br />

<strong>energi</strong> panas terutama <strong>di</strong>hasilkan dari cahaya matahari; <strong>energi</strong> panas yang tidak berguna banyak<br />

† email : inge@fi.itb.ac.id<br />

58


Penelitian Bahan Thermoelektrik Bagi Konversi Energi <strong>di</strong> Masa Mendatang 59<br />

pula <strong>di</strong>hasilkan dari limbah industri (pabrik) maupun dari kegiatan antropogenik manusia seperti<br />

kendaraan bermotor (automotive) dan pemakaian AC (air con<strong>di</strong>tioning). Dengan demikian, dengan<br />

menggunakan <strong>bahan</strong> <strong>thermoelektrik</strong> ini, <strong>energi</strong> panas yang jumlahnya berlebih atau tidak berguna<br />

dapat <strong>di</strong><strong>konversi</strong> menja<strong>di</strong> <strong>energi</strong> listrik yang berguna <strong>bagi</strong> kehidupan manusia, terutama <strong>bagi</strong> daerah-daerah<br />

terpencil atau terisolir <strong>di</strong>mana <strong>di</strong>stribusi <strong>energi</strong> listrik masih memerlukan transmisitransmisi<br />

<strong>energi</strong>. Dalam skala <strong>aplikasi</strong> yang lebih besar, material <strong>thermoelektrik</strong> ini <strong>di</strong>harapkan<br />

dapat <strong>di</strong>gunakan sebagai sumber <strong>energi</strong> alternatif untuk menggantikan <strong>energi</strong> dari <strong>bahan</strong> bakar<br />

fosil yang bersifat tak terbarukan, sejajar dengan sumber-sumber <strong>energi</strong> alternatif yang lain seperti<br />

tenaga air, geotermal, <strong>energi</strong> surya, <strong>energi</strong> angin, <strong>energi</strong> ber<strong>bahan</strong> bakar biogas, dan <strong>energi</strong> nuklir.<br />

S<br />

S 2 σ<br />

σ<br />

κ e<br />

κ<br />

κ l<br />

Gambar 1. Kebergantungan dari parameter-parameter <strong>thermoelektrik</strong>: konduktivitas listrik (σ ), thermopower (S), dan<br />

konduktivitas thermal (κ) pada konsentrasi pembawa muatan bebas (n). Untuk nilai optimum tertentu, n ≈10 25 /m 3 =10 19 /cm 3<br />

,faktor daya S 2 σ mencapai nilai maksimum [1].<br />

Kinerja dari <strong>bahan</strong> <strong>thermoelektrik</strong> <strong>di</strong>tentukan oleh nilai figure of merit (FOM) <strong>bahan</strong> yang bersangkutan,<br />

yang <strong>di</strong>definisikan sebagai [1,2]<br />

ZT<br />

=<br />

2<br />

2<br />

( S σ ) T ( S σ )<br />

κ<br />

T<br />

=<br />

κ + κ<br />

e<br />

l<br />

(1)<br />

<strong>di</strong>mana T adalah temperatur mutlak, S adalah thermopower atau koefisien Seebeck, σ (=1/ρ) adalah<br />

konduktivitas (resistivitas) listrik, dan κ adalah konduktivitas thermal total yang merupakan<br />

jumlahan dari kontribusi elektronik (κ e ) dan kontribusi kisi (κ l ). Nilai konduktivitas thermal<br />

elektronik berhubungan dengan konduktivitas listrik menurut hukum Wiedemann-Franz [1,2],<br />

κ<br />

e 0<br />

≅ L σT<br />

(2)


60 Inge M. Sutjahja<br />

<strong>di</strong>mana L 0 = 2,44 x 10 -8 V 2 /K 2 adalah nilai Sommerfeld dari bilangan Lorenz. Seperti <strong>di</strong>perlihatkan<br />

dalam Gambar 1, secara umum nilai-nilai parameter S, σ, dan κ e bergantung pada konsentrasi<br />

pembawa muatan (melalui doping) dalam <strong>bahan</strong>, yaitu untuk <strong>bahan</strong> umum logam, semikonduktor,<br />

dan superkonduktor [1]. Secara khusus, faktor daya, S 2 σ, memiliki sebuah nilai maksimum tertentu<br />

untuk nilai konsentrasi pembawa muatan yang optimum sekitar n ≈10 19 /cm 3 [1]. Dalam hal ini<br />

<strong>di</strong>perlukan nilai yang besar dari mobilitas pembawa muatan untuk mencapai nilai konduktivitas<br />

listrik maksimum untuk suatu konsentrasi pembawa muatan tertentu. Dengan demikian dapat <strong>di</strong>simpulkan<br />

bahwa kinerja dari <strong>bahan</strong> <strong>thermoelektrik</strong> terutama <strong>di</strong>tentukan oleh pembawa muatan<br />

listrik n (elektron atau lubang) dengan minor kontribusi dari kisi (lattice).<br />

Dapat <strong>di</strong>lihat pula dari Gambar 1 kebergantungan yang berlawanan dari nilai S dan σ pada n. Secara<br />

umum nilai thermopower dari suatu <strong>bahan</strong> bergantung pada temperatur <strong>bahan</strong> dan struktur<br />

kristalnya. Dapat <strong>di</strong>sebutkan bahwa umumnya logam memiliki nilai S yang relatif kecil berkaitan<br />

dengan pita valensi yang terisi setengah penuh. Dalam hal ini, baik elektron (muatan negatif) dan<br />

lubang (muatan positif) berkontribusi secara bersamaan pada nilai S dengan tanda yang saling berlawanan,<br />

sehingga menghasilkan nilai S total yang relatif kecil. Sebaliknya, <strong>bahan</strong> semikonduktor<br />

dapat <strong>di</strong>doping oleh elektron atau lubang (melalui doping elemen lain) sehingga dapat menghasilkan<br />

nilai S yang lebih besar, <strong>di</strong>mana tanda dari nilai S yang <strong>di</strong>hasilkan sesuai dengan mayoritas<br />

jenis pembawa muatan. Di sisi lain, <strong>bahan</strong> superkonduktor memiliki nilai thermopower sama dengan<br />

nol berhubungan dengan nilai entropi nol dari pembawa muatan yang <strong>di</strong>kenal dengan nama<br />

pasangan Cooper.<br />

Prinsip kerja <strong>bahan</strong> <strong>thermoelektrik</strong> adalah berdasarkan efek Peltier (produksi dari gra<strong>di</strong>en<br />

temperatur oleh arus listrik), efek Seebeck (<strong>konversi</strong> langsung gra<strong>di</strong>en temperatur menja<strong>di</strong> arus<br />

listrik atau daya listrik), dan efek Thomson (pen<strong>di</strong>nginan atau pemanasan dari sebuah konduktor<br />

pembawa arus oleh sebuah gra<strong>di</strong>en temperatur) [2,3]. Hal ini memberikan banyak keuntungan dari<br />

pemakaian <strong>bahan</strong> <strong>thermoelektrik</strong> <strong>bagi</strong> <strong>aplikasi</strong> devais semikonduktor dan elektronik lain karena<br />

merupakan refrigerator <strong>bahan</strong>-padat (solid-state refrigerator) yaitu tanpa adanya <strong>bagi</strong>an-<strong>bagi</strong>an<br />

yang bergerak atau bervibrasi, performa yang baik berhubungan dengan kemampuannya untuk<br />

melokalisasi “spot” pen<strong>di</strong>nginan, bersifat ramah lingkungan, dan dapat dengan mudah <strong>di</strong>gunakan<br />

dalam teknologi untuk menangkap panas atau untuk <strong>konversi</strong> <strong>energi</strong> [3].<br />

(a)<br />

(b)<br />

Gambar 2. Prinsip kerja devais <strong>thermoelektrik</strong> sebagai: (a) generator daya, dan (b) pompa panas. I adalah arus listrik [2].


Penelitian Bahan Thermoelektrik Bagi Konversi Energi <strong>di</strong> Masa Mendatang 61<br />

Devais <strong>thermoelektrik</strong> secara umum ter<strong>di</strong>ri dari dua material <strong>thermoelektrik</strong> yang berbeda jenis<br />

(tipe-n dan tipe-p) yang saling terhubung satu sama lain membentuk sebuah junction [2]. Jelasnya,<br />

elemen-elemen tersebut <strong>di</strong>hubungkan seri secara elektrik dan paralel secara thermal, yang dapat<br />

<strong>di</strong>pakai sebagai devais generator daya dan pompa panas, seperti <strong>di</strong>perlihatkan dalam Gambar 2.<br />

Dapat <strong>di</strong>sebutkan secara singkat bahwa prinsip kerja generator daya adalah dengan memberikan<br />

sebuah gra<strong>di</strong>en thermal sehingga arus listrik akan mengalir dari satu <strong>bahan</strong> ke <strong>bahan</strong> yang lain,<br />

sedangkan prinsip kerja dari pompa panas adalah melewatkan sebuah arus listrik melalui junction<br />

sehingga akan <strong>di</strong>hasilkan pen<strong>di</strong>nginan pada <strong>bahan</strong> [2].<br />

Gambar 3. Nilai FOM ZT untuk beberapa <strong>bahan</strong> <strong>thermoelektrik</strong> konvensional [3].<br />

Devais <strong>thermoelektrik</strong> konvensional umumnya menggunakan <strong>bahan</strong> aloy bulk binary<br />

semikonduktor yang tersusun dari pasangan elemen material <strong>thermoelektrik</strong> berbeda (tipe-n dan<br />

tipe-p). Selama lebih dari 30 dekade, <strong>bahan</strong> aloy semikonduktor dengan sistem Bi 2 Te 3 , (Bi 1-<br />

xSb x ) 2 (Te 1-x Se x ) 3 , PbTe, dan Si 1-x Ge x telah <strong>di</strong>kaji secara intensif untuk menghasilkan nilai ZT yang<br />

optimum [1,4]. Variasi nilai ZT terhadap temperatur dari beberapa <strong>bahan</strong> <strong>thermoelektrik</strong><br />

konvensional tipe-p dan tipe-n <strong>di</strong>perlihatkan dalam Gambar 3 [3,5]. Walaupun demikian,<br />

penggunaan devais <strong>thermoelektrik</strong> konvensional ini <strong>di</strong>batasi oleh nilai efisiensinya yang relatif<br />

masih rendah. Hal ini berkaitan dengan sulitnya memanipulasi ketiga parameter S, σ and κ, untuk<br />

mencapai nilai ZT yang besar pada <strong>bahan</strong>-<strong>bahan</strong> padatan konvensional. Fakta menunjukkan bahwa<br />

mo<strong>di</strong>fikasi pada satu parameter tersebut akan mempengaruhi nilai parameter yang lain, sehingga<br />

nilai ZT tidak berubah secara signifikan. Dengan demikian, pada daerah temperatur ruang nilai ZT<br />

dari <strong>bahan</strong> <strong>thermoelektrik</strong> konvensional hanya berkisar pada angka satu, yang jauh berbeda dengan<br />

nilai ZT sekitar 4 yang <strong>di</strong>perlukan dalam skala <strong>aplikasi</strong>. Gambar 4 menunjukkan perban<strong>di</strong>ngan<br />

nilai performansi atau efisiensi dari <strong>bahan</strong> <strong>thermoelektrik</strong> <strong>di</strong>ban<strong>di</strong>ngkan dengan metoda <strong>konversi</strong><br />

<strong>energi</strong> yang lain [6]. Dari gambar tersebut terlihat bahwa nilai performansi (efisiensi) dari


62 Inge M. Sutjahja<br />

teknologi berbasis <strong>bahan</strong> <strong>thermoelektrik</strong> (ZT = 0,5) masih jauh <strong>di</strong> bawah nilai dari teknologi yang<br />

lain yang memiliki nilai ZT yang lebih besar<br />

Gambar 4. Perban<strong>di</strong>ngan dari teknologi <strong>bahan</strong> <strong>thermoelektrik</strong> dengan metoda <strong>konversi</strong> <strong>energi</strong> yang lain untuk: (a)<br />

pen<strong>di</strong>nginan dan (b) generator daya [6]. Performansi (efisiensi) dari teknologi berbasis <strong>bahan</strong> <strong>thermoelektrik</strong> <strong>di</strong>tandai oleh<br />

nilai ZT = 0,5.<br />

Berbagai upaya telah <strong>di</strong>lakukan oleh para peneliti mancanegara untuk melahirkan <strong>bahan</strong>-<strong>bahan</strong><br />

<strong>thermoelektrik</strong> baru yang dapat menghasilkan nilai ZT yang lebih tinggi <strong>bagi</strong> keperluan <strong>aplikasi</strong>.<br />

Secara prinsip nilai efisiensi <strong>thermoelektrik</strong> yang tinggi memerlukan material dengan nilai<br />

konduktivitas listrik yang besar (untuk mereduksi efek pemanasan <strong>di</strong>ri atau self-heating<br />

berhubungan dengan arus listrik yang melewati devais), koefisien Seebeck yang tinggi (untuk<br />

menghasilkan tegangan yang besar <strong>di</strong> dalam generator daya dan koefisien Peltier yang besar <strong>di</strong><br />

dalam proses pen<strong>di</strong>nginan), dan konduktivitas thermal yang rendah (untuk menghasilkan beda<br />

temperatur yang besar dan dengan demikian nilai tegangan yang besar <strong>di</strong> dalam generator daya).<br />

Dari sisi eksperimen, upaya tersebut berupa manipulasi sifat fisis <strong>bahan</strong> dengan ‘induksi’ elemen<br />

tertentu (“rattler”) [2,3,7,8] dan investigasi <strong>bahan</strong> oksida bulk baru (berbasis logam transisi)<br />

dengan kadar doping yang dapat <strong>di</strong>variasi [9,10]. Di sisi lain, manipulasi struktur kristal <strong>bahan</strong><br />

dengan film tipis atau struktur <strong>di</strong>mensi rendah (struktur nano) menunjukkan peningkatan nilai ZT<br />

<strong>thermoelektrik</strong> yang cukup signifikan [2,3,6,11,12].<br />

Semikonduktor dengan “rattler”<br />

Bergantung pada bagaimana baiknya sifat konduktivitas listrik dan buruknya sifat konduktivitas<br />

thermal dari suatu <strong>bahan</strong> tertentu, Glen Slack (Rensselaer Polytechnic Institute) mengkarakterisasi<br />

material sebagai semikonduktor "holey" atau "unholey". Pengelompokkan ini berdasarkan prinsip<br />

bahwa <strong>bahan</strong> <strong>thermoelektrik</strong> yang baik harus bersifat seperti sebuah material “phonon-glass,<br />

electron-crystal” (PGEC), atau dengan kata lain <strong>bahan</strong> <strong>thermoelektrik</strong> tersebut harus memiliki sifat<br />

thermal seperti sebuah glass dan sifat elektronik seperti sebuah kristal [2,3,7].<br />

Konsep Slack dari semikonduktor holey untuk <strong>bahan</strong> <strong>thermoelektrik</strong> yang baru berpusat pada<br />

minimisasi nilai konduktivitas thermal kisi dengan memasukkan atom-atom lain yang tidak terikat<br />

("rattlers") ke dalam lubang-lubang <strong>di</strong> dalam struktur <strong>bahan</strong>. Berkaitan dengan hilangnya<br />

keteraturan berjangkauan panjang (long-range order), atom-atom rattlers ini akan bergerak bebas


Penelitian Bahan Thermoelektrik Bagi Konversi Energi <strong>di</strong> Masa Mendatang 63<br />

<strong>di</strong> dalam lubang dan dengan demikian menghamburkan fonon (kuantisasi vibrasi kisi), yang pada<br />

gilirannya akan mereduksi secara efektif dan meminimalkan nilai konduktivitas thermal kisi. Dari<br />

investigasi ini <strong>di</strong>kenal beberapa material baru yang <strong>di</strong>sebut sebagai skutteru<strong>di</strong>tes [2,3,7,13,14] dan<br />

clathrates [2,3,7].<br />

Transition Metal Atom<br />

(Co, Rh, Ir)<br />

Metalloids atau Pnicogen<br />

Atom (P, As, Sb)<br />

Void Space/Filler Ion<br />

Gambar 5. Struktur kristal dari binary skutteru<strong>di</strong>tes [14].<br />

Secara umum material skutteru<strong>di</strong>tes dengan rumus pokok ReTm 4 M 12 adalah suatu senyawa<br />

kompleks yang ter<strong>di</strong>ri dari elemen tanah jarang (Re), logam tansisi (Tm) dan Pnicogen atau<br />

metalloids (M). Nama skutteru<strong>di</strong>tes berasal dari nama mineral alami skutteru<strong>di</strong>te atau CoAs 3 yang<br />

<strong>di</strong>temukan <strong>di</strong> daerah skutterud, Norwaygia. Dalam hal ini elemen tanah jarang merupakan<br />

“rattler” yang <strong>di</strong>masukkan dalam material binary skutteru<strong>di</strong>tes yang memiliki rumus kimia TmM 3 ,<br />

yang awalnya memiliki nilai konduktivitas termal dan nilai koefisien Seebeck yang relatif besar.<br />

Struktur kristal dari binary skutteru<strong>di</strong>tes <strong>di</strong>perlihatkan dalam Gambar 5. Dari gambar tersebut<br />

terlihat bahwa binary skutteru<strong>di</strong>tes memiliki dua ruang kosong yang besar dalam tiap unit sel<br />

satuan. Pengisian tempat kosong tersebut dengan ion-ion tanah jarang bervalensi +3 dengan<br />

ukuran <strong>di</strong>ameter yang relatif kecil dan massa yang relatif besar akan berakibat pada reduksi<br />

konduktivitas thermal, yang pada gilirannya akan meningkatkan nilai ZT.<br />

(a)<br />

Lattice Thermal Conductivity<br />

(mW/cmK)<br />

Temperature (K)<br />

(b)<br />

Gambar 6. Penurunan nilai konduktivitas thermal kisi dari material skutteru<strong>di</strong>tes: (a) IrSb 3 dan Ir 0.5Rh 0.5Sb 3, serta (b)<br />

ReIr 4(Ge 3Sb 9) untuk Re = La, Sm, dan Nd [14].


64 Inge M. Sutjahja<br />

Gambar 6 menunjukkan secara nyata penurunan nilai konduktivitas thermal kisi dari material<br />

skutteru<strong>di</strong>tes Ir 0.5 Rh 0.5 Sb 3 (<strong>di</strong>ban<strong>di</strong>ngkan dengan IrSb 3 ), dan ReIr 4 (Ge 3 Sb 9 ) untuk Re = La, Sm, dan<br />

Nd [14]. Selanjutnya, peningkatan nilai ZT dari beberapa material bulk skutteru<strong>di</strong>tes <strong>di</strong>ban<strong>di</strong>ngkan<br />

dengan <strong>bahan</strong> <strong>thermoelektrik</strong> konvensional dan kebergantungannya terhadap temperatur<br />

<strong>di</strong>tunjukkan dalam Gambar 7 [15].<br />

Kelas lain dari <strong>bahan</strong> <strong>thermoelektrik</strong> baru dengan konsep semikonduktor holey yang menjanjikan<br />

peningkatan nilai ZT yang cukup signifikan adalah clathrates. Material ini, seperti halnya<br />

skutteru<strong>di</strong>tes, juga menunjukkan struktur seperti perangkap dan mekanisme “rattling” untuk<br />

menurunkan nilai konduktivitas thermal. Terdapat dua tipe material clathrate, yaitu clathrates tipe I<br />

dengan rumus umum X 2 Y 6 E 46 (X dan Y masing-masing adalah logam alkali, alkali tanah atau<br />

logam tanah jarang yang berlaku sebagai atom “rattler”, dan E adalah elemen grup IV) dan<br />

clathrates tipe II dengan rumus umum X 8 Y 16 E 136 [8].<br />

Gambar 7. Nilai ZT dari beberapa material bulk skutteru<strong>di</strong>tes dan <strong>bahan</strong> <strong>thermoelektrik</strong> konvensional serta<br />

kebergantunganya sebagai fungsi dari temperatur [15].<br />

Material clathrates tipe I menunjukkan sifat-sifat fisis menarik yang jarang <strong>di</strong>temui dalam <strong>bahan</strong><br />

padat lain, antara lain nilai konduktivitas thermal yang cukup kecil dan variasinya yang menarik<br />

sebagai fungsi dari temperatur. Sebagai contoh, nilai konduktivitas thermal pada temperatur ruang<br />

dari semikonduktor Sr 8 Ga 16 Ge 30 lebih rendah dari <strong>bahan</strong> vitreous silica dan sangat dekat dengan<br />

amorphous Germanium [16–18]. Di sisi lain, data konduktivitas termal pada temperatur rendah (T<br />

< 1 K) menunjukkan kebergantungan temperatur T 2 , sedangkan pada temperatur yang lebih tinggi<br />

konduktivitas termal menunjukkan sebuah nilai minimum atau <strong>di</strong>p yang mengin<strong>di</strong>kasikan suatu<br />

proses hamburan resonansi. Stu<strong>di</strong> intensif hasil-hasil eksperimen dan kajian teori menunjukkan<br />

korelasi antara sifat-sifat thermal, ultrasound, dan optik dengan struktur kristal <strong>bahan</strong>, yang<br />

merupakan in<strong>di</strong>kasi kuat dari keha<strong>di</strong>ran hamburan resonansi dari fonon akustik dengan modus<br />

“rattle” optik frekuensi rendah, yang pada gilirannya menentukan sifat transport thermal <strong>di</strong> dalam<br />

<strong>bahan</strong> clathrate. Hasil refinement struktur kristal pada suhu ruang dari data pengukuran hamburan<br />

neutron dan <strong>di</strong>fraksi sinar X menunjukkan parameter perpindahan atomik yang besar untuk atomatom<br />

<strong>di</strong> dalam struktur dari clathrate tipe I. Hal ini mengin<strong>di</strong>kasikan <strong>di</strong>sorder terlokalisasi <strong>di</strong> dalam


Penelitian Bahan Thermoelektrik Bagi Konversi Energi <strong>di</strong> Masa Mendatang 65<br />

polihedra <strong>di</strong> sekitar vibrasi termal umum. Material tertentu dari clathrates tipe I seperti<br />

Sr 8 Ga 16 Ge 30 dan Eu 8 Ga 16 Ge 30 menunjukkan konduktivitas thermal sperti glass dan mobilitas<br />

pembawa muatan yang besar, sehingga dapat <strong>di</strong>pandang sebagai “phonon glass–electron crystal”<br />

(PGEC). Dengan demikian dapat <strong>di</strong>simpulkan bahwa keadaan penerobosan (tunneling states) dan<br />

keadaan “rattling” pada material clathrate <strong>di</strong>perlukan untuk menghasilkan nilai konduktivitas<br />

thermal yang kecil, yang pada gilirannya dapat meningkatkan nilai ZT. Lebih jauh, bentuk kristal<br />

dari material ini menunjukkan sifat-sifat fisis yang lebih kaya, termasuk <strong>di</strong> dalamnya adalah<br />

kelakukan semikonduktif dan superkonduktif, dengan sifat-sifat thermal seperti <strong>bahan</strong> amorphous.<br />

Kebanyakan <strong>bahan</strong> <strong>thermoelektrik</strong> konvensional yang telah banyak <strong>di</strong>kaji sebelumnya merupakan<br />

sistem binary intermetalik semikonduktor. Dengan demikian investigasi <strong>bahan</strong> baru berfokus pada<br />

sistem ternary dan quaternary chalcogenides yang mengandung atom berat dengan struktur<br />

kompleks isotropik atau ber<strong>di</strong>mensi rendah [6]. Sistem ini merupakan <strong>bahan</strong> semikonduktor<br />

unholey dengan massa efektif pembawa muatan yang besar dan konduktivitas thermal kisi yang<br />

kecil. Termasuk contoh dari material chalcogenide ini adalah CsBi 4 Te 6 (Bi 2 Te 3 yang <strong>di</strong>isi oleh<br />

elemen Cs) [19] dan pentatelluride (HfTe 5 and ZfTe 5 ) [20]. Hasil eksperimen menunjukkan bahwa<br />

nilai ZT dari CsBi 4 Te 6 adalah 40% lebih tinggi dari <strong>bahan</strong> aloy konvensional [(Bi 1-x Sb x ) 2 (Te 1-<br />

xSe x ) 3 ] pada suhu 225 K, sedangkan nilai faktor daya dari <strong>bahan</strong> pentatellurides yang <strong>di</strong>doping<br />

dengan Selenium melebihi nilai yang <strong>di</strong>capai oleh material Bi 2 Te 3 pada suhu rendah. Dengan<br />

demikian dapat <strong>di</strong>simpulkan bahwa material semikonduktor unholey ini memiliki potensi sifat<br />

elektronik yang baik pada temperatur rendah, yang dapat berperan sebagai <strong>bahan</strong> <strong>thermoelektrik</strong><br />

temperatur rendah (T < 220 K).<br />

Struktur nano<br />

Material struktur nano menjanjikan <strong>konversi</strong> <strong>energi</strong> <strong>thermoelektrik</strong> yang lebih efisien<br />

<strong>di</strong>ban<strong>di</strong>ngkan dengan material bulk. Hal ini terutama berkaitan dengan fakta bahwa <strong>di</strong> dalam<br />

struktur nano, berbagai fenomena, sifat, dan fungsi baru yang tidak biasa (unusual) dapat muncul.<br />

Hicks dan Dresselhauss [12] menunjukkan bahwa pada bentuk struktur nano dari material tertentu,<br />

efek pembatasan gerak dari pembawa muatan listrik pada skala mikroskopik atau yang <strong>di</strong>kenal<br />

sebagai efek pembatasan kuantum (quantum confinement) dapat meningkatkan nilai koefisien<br />

Seebeck dan konduktivitas listrik. Efek pembatasan kuantum dapat <strong>di</strong>capai, contohnya, melalui<br />

reduksi dari <strong>di</strong>mensi sistem (struktur film tipis atau nanowire). Gambar 8 menunjukkan pre<strong>di</strong>ksi<br />

nilai ZT dari <strong>bahan</strong> semikonduktor BiTe, yaitu berbentuk 3D (bulk), 2D (film tipis), dan 1D<br />

(nanowire) [6]. Dari gambar tersebut dapat <strong>di</strong>simpulkan bahwa peningkatan nilai ZT berkaitan erat<br />

dengan peningkatan efek pembatasan kuantum dengan reduksi <strong>di</strong>mensionalitas efektif sistem.


66 Inge M. Sutjahja<br />

Gambar 8. Pre<strong>di</strong>ksi peningkatan nilai ZT dari <strong>bahan</strong> bismuth telluride dengan struktur nano [6].<br />

Kontribusi utama lain dari peningkatan nilai ZT <strong>di</strong> dalam <strong>bahan</strong> struktur nano bersumber dari<br />

peru<strong>bahan</strong> sifat-sifat transport thermal pada skala nano. Sebagai contoh, investigasi eksperimental<br />

dari sifat transport panas <strong>di</strong> dalam superlattice menunjukkan bahwa walaupun lapisan-lapisan<br />

dalam struktur tersebut merupakan kristal tunggal dengan kualitas baik, nilai konduktivitas thermal<br />

efektif yang <strong>di</strong>hasilkan jauh lebih rendah dari <strong>bahan</strong> bulk, dan juga lebih kecil dari nilai<br />

konduktivitas thermal dari <strong>bahan</strong> aloy dengan komposisi ekivalen. Hal ini terkait erat dengan<br />

peran sangat penting dari hamburan pembawa muatan pada permukaan dan interface [6].<br />

Gambar 9. Nilai ZT dari beberapa <strong>bahan</strong> <strong>thermoelektrik</strong>, dengan struktur nano dan bulk [6].


Penelitian Bahan Thermoelektrik Bagi Konversi Energi <strong>di</strong> Masa Mendatang 67<br />

(a) (b) (c)<br />

Gambar 10. Pendekatan baru dari penggunaan struktur nano untuk menghasilkan nilai ZT <strong>thermoelektrik</strong> yang besar: (a)<br />

sistem superlattices Bi 2Te 3/Sb 2Te 3, (b) sistem superlattices quantum dot PbTe/PbTeSe, dan (c) sistem nanowire Bi, BiSb,<br />

dan BiTe [6].<br />

Bukti nyata hasil eksperimen dari peningkatan nilai ZT dari sistem struktur nano dan<br />

perban<strong>di</strong>ngannya dengan <strong>bahan</strong> <strong>thermoelektrik</strong> bulk <strong>di</strong>perlihatkan dalam Gambar 9 [21]. Dari<br />

gambar tersebut, peningkatan nilai performansi <strong>thermoelektrik</strong> hingga mencapai nilai ZT ≈ 2,4<br />

pada T ≈ 330 K <strong>di</strong>peroleh pada superlattices Bi 2 Te 3 /Sb 2 Te 3 dan ZT ≈ 1,3 – 1,6 pada struktur<br />

superlattices quantum dot PbTe/PbTeSe. Struktur dari kedua material tersebut <strong>di</strong>tunjukkan secara<br />

kualitatif dalam Gambar 10. Ekperimen menunjukkan bahwa kontribusi utama pada peningkatan<br />

nilai ZT dari material superlattices bersumber dari reduksi konduktivitas thermal kisi daripada<br />

peningkatan dari faktor daya. Sebaliknya, peningkatan nilai koefisien Seebeck yang cukup<br />

signifikan <strong>di</strong>amati pada material struktur nanowire (Gambar 10 (c)), antara lain sistem nanowire<br />

Bi, BiSb, dan BiTe [6].<br />

Bahan Bulk Baru<br />

Diban<strong>di</strong>ngkan dengan <strong>bahan</strong> <strong>thermoelektrik</strong> yang lain, <strong>bahan</strong> oksida bulk menarik dari sisi sifat<br />

kimiawinya yang stabil pada temperatur tinggi dan sifatnya yang tidak beracun. Loncatan besar<br />

pada investigasi material bulk <strong>thermoelektrik</strong> <strong>di</strong>mulai dengan penemuan sistem oksida kobalt<br />

berlapis Na x CoO 2 dengan nilai S mencapai 100 µV/K pada temperatur ruang [9,10]. Selain bersifat<br />

<strong>thermoelektrik</strong>, bentuk hidrat dari material ini juga bersifat superkonduktif pada suhu rendah [22].<br />

Penemuan ini kemu<strong>di</strong>an berlanjut pada sistem serupa seperti La 1-x Sr x CoO 3 [23], Ca 3 Co 4 O 9 [24]<br />

dan Bi 2 Sr 2 Co 2 O y [25,26].<br />

Seperti <strong>di</strong>perlihatkan dalam Gambar 11, selain kesamaan keha<strong>di</strong>ran lapisan konduktif CoO 2 ,<br />

perbedaan mendasar dari struktur kristal sistem Na x CoO 2 dengan sistem oksida kobalt berlapis<br />

yang lainnya adalah pada lapisan blok. Pada sistem Na x CoO 2 , lapisan blok hanya ter<strong>di</strong>ri dari<br />

lapisan Na tunggal <strong>di</strong>mana Na terorder secara struktur, sedangkan lapisan blok pada sistem lain<br />

ter<strong>di</strong>ri dari lapisan rock-salt yang tebal dengan tipe NaCl, yang berlaku sebagai lapisan reservoar<br />

muatan untuk menjamin stabilisasi struktur secara elektrostatik. Dalam hal ini, variasi doping<br />

dapat <strong>di</strong>lakukan dengan mengubah kation atau komposisi oksigen. Di sisi lain, sistem oksida<br />

kobalt selain Na x CoO 2 menunjukkan struktur misfit dari kedua lapisan blok (modulasi dalam<br />

bidang basal oktahedral), yang merupakan parameter penting dalam peningkatan nilai daya<br />

thermopower sistem yang bersangkutan [28].


68 Inge M. Sutjahja<br />

Gambar 11. Struktur kristal material termoelektrik sistem oksida kobalt berlapis: Na xCoO 2, Ca 2Co 2O 5, dan Bi 2Sr 2CoO 8<br />

[27].<br />

Di sisi lain, stu<strong>di</strong> intensif menunjukkan bahwa sistem elektron 3d dari ion Co merupakan sistem<br />

elektron yang terkorelasi kuat (strongly correlated electron system) yang memegang peranan<br />

sangat penting <strong>bagi</strong> peningkatan nilai daya thermopower (S) [29]. Hal ini berkaitan dengan<br />

degenerasi karakteristik yang <strong>di</strong>asosiasikan dengan derajat kebebasan spin dan orbital dalam<br />

keadaan lokal dari ion-ion Co 3+ dan Co 4+ . Keadaan lokal tersebut <strong>di</strong>karakterisasi oleh konfigurasi<br />

elektron 3d dengan derajat degenerasi lipat 5 dalam orbital-orbital 3 t 2g dan 2 e g , yang <strong>di</strong>tentukan<br />

oleh nilai kopling Hund K, nilai splitting medan kristal ∆ (= 10 D q ) antara tingkat <strong>energi</strong> e g dan t 2g ,<br />

serta nilai temperatur T. Setiap keadaan yang <strong>di</strong>karakterisasi dengan konfigurasi spin dan nilai spin<br />

total yang berbeda dapat <strong>di</strong>klasifikasikan menja<strong>di</strong>; 1) konfigurasi spin rendah (low spin, LS), 2)<br />

spin menengah (interme<strong>di</strong>ated-spin, IS), dan 3) spin tinggi (high spin, HS), <strong>di</strong> mana masingmasing<br />

keadaan tersebut memiliki derajat degenerasi (g) yang berbeda sesuai dengan perkalian<br />

antara derajat degenerasi orbital g L dan derajat degenerasi spin g S (= 2S + 1).<br />

Secara teoritis, Koshibae telah menurunkan nilai ekspektasi thermopower pada daerah temperatur<br />

yang cukup tinggi melalui mo<strong>di</strong>fikasi rumusan Heikes [29],<br />

k<br />

B<br />

⎛ g<br />

3 x ⎞<br />

S = − ln<br />

⎜<br />

⎟<br />

(3)<br />

e ⎝ g<br />

4<br />

1−<br />

x ⎠<br />

<strong>di</strong>mana g 3 (g 4 ) adalah derajat degenerasi ion Co dalam keadaan valensi Co 3+ (Co 4+ ), serta x adalah<br />

jumlah atau konsentrasi doping. Rumusan ini telah berhasil mempre<strong>di</strong>ksi nilai thermopower dari<br />

material Na x CoO 2 sesuai dengan hasil eksperimen, yaitu pre<strong>di</strong>ksi keadaan spin rendah (LS) dari<br />

ion-ion Co 3+ dan Co 4+ dalam <strong>bahan</strong>. Selain itu, rumusan ini juga dapat <strong>di</strong>pakai untuk mempre<strong>di</strong>ksi<br />

tanda dan nilai thermopower dari material oksida lain berbasis logam transisi (jika valensi ionik<br />

dari logam tersebut dapat memiliki keadaan <strong>di</strong>valensi seperti ion Co), dan dengan mengatur derajat<br />

degenerasi yang bersesuaian. Beberapa contoh <strong>di</strong>perlihatkan dalam Tabel 1 berikut, dengan tingkat<br />

kesesuaian yang tinggi dengan hasil eksperimen [27].


Penelitian Bahan Thermoelektrik Bagi Konversi Energi <strong>di</strong> Masa Mendatang 69<br />

Tabel 1: Nilai ekspektasi thermopower dari material oksida lain berbasis logam transisi [27].<br />

Ion logam transisi<br />

g − ( e) ln( g g )<br />

3<br />

g 4<br />

Ti 3+ (3d 1 ), Ti 4+ (3d 0 ) 6 / 1 - 154<br />

V 3+ (3d 2 ), V 4+ (3d 1 ) 9 / 6 - 35<br />

Cr 3+ (3d 3 ), Cr 4+ (3d 2 ) 4 / 9 70<br />

Mn 3+ (3d 4 ), Mn 4+ (3d 3 ) 10 / 4 - 79<br />

Rh 3+ (4d 6 ), Rh 4+ (4d 5 ) 1 / 6 154<br />

k B<br />

3<br />

4<br />

, µV/K<br />

Ucapan Terimakasih<br />

Se<strong>bagi</strong>an hasil <strong>penelitian</strong> yang <strong>di</strong>sajikan dalam artikel ini <strong>di</strong>dukung oleh Riset Ikatan Alumni ITB<br />

tahun anggaran 2010-2011.<br />

Daftar Pustaka<br />

1. D.M. Rowe, ed., CRC Handbook of Thermoelectrics (CRC Press, Boca Raton, FL, 1995).<br />

2. Terry M.Tritt and M.A. Subramanian, Guest E<strong>di</strong>tors, Thermoelectric Materials, Phenomena,<br />

and Applications: A Bird’s Eye View, MRS BULLETIN VOLUME 31, p. 188-198 MARCH<br />

2006<br />

3. Jyrki Tervo, Antti Manninen, Risto Ilola & Hannu Hänninen, State-of-the-art of thermoelectric<br />

materials processing (Properties and applications), V JULKAISIJA – UTGIVARE –<br />

PUBLISHER, ISBN 978-951-38-7184-0 (URL: http://www.vtt.fi/publications/index.jsp),<br />

ISSN 1459-7683, Copyright © VTT 2009.<br />

4. H.J. Goldsmid, Electronic Refrigeration (Pion Limited, London, 1986).<br />

5. Terasaki, I. Introduction to Thermoelectricity (Ch 13). Materials for Energy Conversion Devices,<br />

eds. Sorrell, C., Sugihara, S. & Nowotny, J. Woodhead Publishing in Materials, Cambridge,<br />

2005, pp. 339–357.<br />

6. Chen, G. and Shakouri, A. 2002 Heat transfer in nanostructures for solid state energy<br />

conversion, J. Heat Transfer, Vol. 124 pp. 242-252.<br />

7. G.A. Slack, in CRC Handbook of Thermoelectrics, ed. by D.M. Rowe (CRC Press, Boca Raton,<br />

FL, 1995) pp. 407.<br />

8. Terry M. Tritt, Overview of Various Strategies and Promising New Bulk Materials for Potential<br />

Thermoelectric Applications, Mat. Res. Soc. Symp. Proc. Vol. 691 © 2002 Materials Research<br />

Society.<br />

9. I. Terasaki and N. Murayama, eds., Oxide Thermoelectrics (Research Signpost, Trivandrum,<br />

In<strong>di</strong>a, 2002).<br />

10. I. Terasaki, Y. Sasago, and K. Uchinokura, Phys. Rev. B 56, 12685 (1997).<br />

11. Handbook of thermoelectrics (From Macro to Nano), e<strong>di</strong>ted by D.M. Rowe, Ph.D, D.Sc.,<br />

CRC Taylor and Francis, 2006.<br />

12. L.D. Hicks and M.S. Dresselhaus, Phys. Rev.B 47 (1993) pp. 12727.<br />

13. J.-P. Fleurial, T. Caillat and A. Borshchevsky , Skutteru<strong>di</strong>tes: An Update , Procee<strong>di</strong>ngs of the<br />

XVI International Conference on Thermoelectrics, Dresden, Germany, August 26-29, 1997<br />

14. Gary A. Lamberton, Jr., Terry M. Tritt, R. W. Ertenberg, M. Beekman, George S. Nolas,<br />

Overview of the Thermoelectric Properties of Yb-filled CoSb 3 Skutteru<strong>di</strong>tes, Power Point<br />

Presentation, The University of Mississippi.<br />

15. Terry M. Tritt & Mas Subramanian, MRS Bulletin TE Theme, March 2006<br />

16. J.L. Cohn, G.S. Nolas, V. Fessati<strong>di</strong>s, T.H. Metcalf and G.A. Slack, Phys. Rev. Lett. 82, 779<br />

(1999).<br />

17. G.S. Nolas, T.J.R. Weakley and J. L. Cohn, Chem. Mater. 11, 2470 (1999).


70 Inge M. Sutjahja<br />

18. B.C. Sales, B.C. Chakoumakos, R. Jin, J.R. Thompson and D. Mandrus, Phys. Rev. B 63,<br />

245113 (2001).<br />

19. Duck Young Chung, et. al., Science, 287, 1024 (2000).<br />

20. W. M. Yim and F. D. Rosi, Solid-State Electronics, 15, 1121-40, (1972).<br />

21. Chen, G., Dresselhaus, M. S., Dresselhaus, G., Fleurial, J.-P., and Caillat, T., 2003, “Recent<br />

Developments in Thermoelectric Materials, “ International Materials Reviews, Vol. 48.<br />

22. K. Takada, H. Sakurai, E. Takayama-Muromachi, F. Izumi, R.A. Dilanian, T. Sasaki, Nature<br />

422, 53 (2003).<br />

23. K. Berggold, M. Kriener, C. Zobel, A. Reichi, M. Reuther, R. Müller, A. Freimuth, and T.<br />

Lorenz, Phys. Rev. B 72, 155116 (2005).<br />

24. A. Maignan, S. Hébert, M. Hervieu, C. Michel, D. Pelloquin, and D. Khomskii, J. phys. :<br />

Condens. Matter 15, 2711 (2003).<br />

25. D. Pelloquin, A. Maignan, S. He´bert, C. Martin, M. Hervieu, C. Michel, L. B. Wang, and B.<br />

Raveau, Chem. Mater. 14, 3100 (2002).<br />

26. R. Funahashi and M. Shikano, Appl. Phys. Lett. 81, 1459 (2002).<br />

27. S. Maekawa, IMR, Tohoku University, Spin, Charge and Orbital and their Excitations in<br />

Transition Metal Oxides, Hong Kong, Dec. 18, 2006.<br />

28. H. Leligny, D. Grebille, O. Perez, A.C. Masset, M. Hervieu, and B. Raveau, Acta Crystallographica<br />

Section B, B56, 173-182 (1999).<br />

29. W. Koshibae, T. Tsutsui and S. Maekawa, Phys. Rev. B 62, 6869 (2000).

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!