PDF - Digilib
PDF - Digilib
PDF - Digilib
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
• SEPUTAR AMPL •<br />
KAMPANYE MELAWAN PEMISKINAN<br />
Kemiskinan adalah masalah utama<br />
bagi negara-negara berkembang,<br />
termasuk Indonesia. Setiap hari,<br />
50 ribu orang meninggal akibat dari<br />
pemiskinan dan kesenjangan yang semakin<br />
lebar antara masyarakat kaya dan miskin.<br />
Tepat pada tahun 2000, para pemimpin<br />
dunia dari 189 negara telah<br />
berkomitmen berupa rencana global untuk<br />
mengurangi kemiskinan hingga separuh<br />
pada tahun 2015. Komitmen ini dikenal<br />
sebagai Tujuan Pembangunan Milenium<br />
(MDGs).<br />
Untuk itu perlu adanya kampanye<br />
berupa himbauan partisipasi dalam<br />
melawan pemiskinan dan mendukung<br />
tujuan pembangunan millennium. Tepat<br />
pada Hari Penghapusan Kemiskinan<br />
Sedunia, 17 Oktober 2007 lalu, digelar<br />
kampanye "Bangkit dan Suarakan<br />
Melawan Pemiskinan dan Pemenuhan<br />
Tujuan Pembangunan Milenium".<br />
Semua pihak diajak mengetahui dan<br />
berpartisipasi memberi dukungan sebanyak-banyaknya<br />
dalam waktu 24 jam<br />
saja, yang menjadi pemecahan rekor dunia<br />
atas jumlah dukungan mengakhiri<br />
kemiskinan dan pencapaian MDGs<br />
(Millenium Development Goals). Jumlah<br />
dukungan yang semakin banyak menunjukkan<br />
besarnya dukungan kita bagi pencapaian<br />
tujuan tersebut.<br />
Kampanye ini adalah kesempatan unik<br />
untuk dapat menyalurkan aspirasi dengan<br />
satu suara, satu tujuan, dalam satu hari.<br />
Dan dari semua itu, aksi konkrit<br />
masyarakat dan pemerintah menjadi hal<br />
paling utama.<br />
Bangkit dan Suarakan merupakan<br />
inisiatif bersama berbagai unsur masyarakat,<br />
perguruan tinggi, media massa,<br />
lembaga swadaya masyarakat, organisasi<br />
keagamaan, perusahaan swasta, pemerintah<br />
daerah, dan sebagainya. • BW<br />
Foto: Bowo Leksono.<br />
Workshop "Penguatan Kelembagaan<br />
Pengelolaan Sampah di Jakarta"<br />
P<br />
ersoalan sampah di negeri ini<br />
seperti tak kunjung usai. Oleh<br />
karena itu perlu segera disahkan<br />
RUU Persampahan. Namun, RUU ini<br />
masih banyak yang perlu disempurnakan,<br />
seperti perlunya standar pelayanan minimum<br />
dalam pengelolaan sampah.<br />
Selain itu juga tentang kewajiban dan<br />
hak masyarakat dalam memilah sampah<br />
di sumber, membayar retribusi bagi<br />
masyarakat, dan hak pendidikan bagi<br />
masyarakat dalam pengelolaan sampah.<br />
Setidaknya itulah yang terkuak pada<br />
workshop bertajuk "Penguatan Kelembagaan<br />
Pengelolaan Sampah di Jakarta",<br />
Kamis (25/10) di Kantor BPPT Jakarta.<br />
Workshop ini hasil kerjasama antara JIP-<br />
SYLFF, Dana Mitra Lingkungan, Dinas<br />
Kebersihan DKI Jakarta, dan BPPT.<br />
Selain itu, workshop ini mengungkap<br />
dari sisi kelembagaan yaitu perlu ada<br />
pengaturan agar pihak yang menangani<br />
sampah lebih fokus. Saat ini dinas pengelola<br />
sampah masih tergabung dalam<br />
dinas yang membidangi urusan lainnya.<br />
Kejelasan peran operator dan siapa saja<br />
juga perlu diatur secara jelas.<br />
Mengenai mekanisme kontrol anggaran,<br />
diperlukan adanya transpasaransi<br />
pengelolaan keuangan persampahan.<br />
Selain itu perlu dilibatkan juga peran<br />
masyarakat dalam manajemen anggaran<br />
tadi. Dan tak kalah pentingnya perlu<br />
dipertimbangkan kembali proporsionalisasi<br />
anggaran untuk kebersihan<br />
dibanding keperluan lainnya.<br />
Dalam kontrol anggaran diperlukan<br />
juga adanya sistem pengawasan dengan<br />
adanya lembaga kontrol, spesifikasi<br />
anggaran sampah, sosialisasi anggaran<br />
kepada masyarakat, dan sosialisasi hasil<br />
audit ke masyarakat.<br />
Mengenai public campaign mempertimbangkan<br />
perlunya kerjasama antara<br />
dinas pengelola kebersihan dan<br />
masyarakat. Peningkatan kesadaran<br />
masyarakat melalui pendidikan juga<br />
dianggap penting dalam kampanye pengelolaan<br />
sampah di masyarakat. Sedangkan<br />
langkah lainnya dapat dilakukan<br />
melalui optimalisasi media yang ada<br />
seperti situs atau lainnya dari dinas<br />
pengelola kebersihan sendiri sebagai<br />
pusat informasi bagi masyarakat.<br />
Bahasan lain yaitu kerjasama vertikal<br />
dan horizontal yang mengarisbawahi<br />
masih lemahnya komunikasi antarpihak<br />
terkait sehingga perlu ditingkatkan.<br />
Tidak heran jika akhirnya koordinasi<br />
kegiatan dari berbagai institusi pun masih<br />
tumpang tindih dan berjalan sendirisendiri<br />
sehingga perlu dibenahi untuk<br />
efektivitas pengelolaan sampah. • FN<br />
Percik<br />
Oktober 2007<br />
43