26.04.2015 Views

PDF - DigiLib | AMPL

PDF - DigiLib | AMPL

PDF - DigiLib | AMPL

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

L APORAN UTAMA<br />

Khusus pengadaan barang, perlu ada<br />

kebijakan khusus terkait dengan pengadaan,<br />

penyaluran, konstruksi, dan pemanfaatan<br />

sebagian besar material dan<br />

peralatan (alat berat, geo-textile, insinerator,<br />

dan sebagainya) yang harus didatangkan<br />

dari luar negeri.<br />

Berdasarkan data di lapangan, penanganan<br />

sampah akan memakan biaya<br />

yang bertambah di banding sebelum bencana.<br />

Misalnya di Kota Banda Aceh, dinas<br />

kebersihan setempat telah bersiap-siap<br />

membebaskan lahan di TPA Kampong<br />

Jawa mengingat volume sampah yang<br />

diterima terlalu besar. Pada tahap awal,<br />

biaya-biaya ini tentu akan dibebankan<br />

kepada subsidi dari pemerintah. Sedangkan<br />

pada tahap berikutnya, masyarakat<br />

diharapkan bisa ambil bagian dengan<br />

ikut serta menanggung beban melalui<br />

tarif sampah yang layak dan wajar.<br />

Air Limbah<br />

Penanganan air limbah untuk daerahdaerah<br />

permukiman kembali (dengan<br />

atau tanpa relokasi) dilakukan dengan<br />

pendekatan best practice, seperti sistem<br />

perpipaan air limbah baik skala kota maupun<br />

komunal. Menurut Nugroho, kini<br />

adalah waktu yang baik untuk membangun<br />

sistem sanitasi dengan sistem of<br />

side.<br />

Sama dengan air minum, pendekatan<br />

pembangunannya sebisa mungkin didasarkan<br />

pada kebutuhan masyarakat (community<br />

driven), kecuali pada lokasi-lokasi<br />

baru permukiman kembali dimana<br />

pembangunan infrastruktur dapat dilakukan<br />

mendahului pembangunan perumahan.<br />

Pendekatan tanggap kebutuhan<br />

masyarakat ini bisa diterapkan di desa.<br />

Sedangkan untuk perkotaan, pembangunannya<br />

sistem kontrak. Pembiayaan<br />

dengan subsidi pada tahap awal dan tarif<br />

pada tahap berikutnya bagi masyarakat<br />

yang ikut menikmati layanan tersebut.<br />

Drainase Kota<br />

Strategi yang akan ditempuh dalam<br />

Diperkirakan biaya yang<br />

diperlukan untuk rehabilitasi<br />

prasarana dan sarana air<br />

minum dan sanitasi<br />

mencapai Rp. 1,53 triliun<br />

yang meliputi pemenuhan<br />

air minum, sanitasi,<br />

persampahan dan drainase<br />

mikro. Sasaran kegiatan ini<br />

adalah 366.323 kepala<br />

keluarga (KK) di perdesaan<br />

dan perkotaan.<br />

rangka reahabilitasi dan rekonstruksi antara<br />

lain memfungsikan saluran primer<br />

maupun saluran sekunder melalui kegiatan<br />

perbaikan saluran yang mengalami<br />

kerusakan ringan serta pembangunan<br />

kembali jaringan drainase yang hilang.<br />

Juga, menjaga keterpaduan antara pembangunan<br />

prasarana drainase kota dengan<br />

prasarana pengendali banjr lainnya<br />

Pendanaan<br />

Diperkirakan biaya yang diperlukan<br />

untuk rehabilitasi prasarana dan sarana<br />

air minum dan sanitasi mencapai Rp.<br />

1,53 triliun yang meliputi pemenuhan air<br />

minum, sanitasi, persampahan dan<br />

drainase mikro. Sasaran kegiatan ini<br />

adalah 366.323 kepala keluarga (KK) di<br />

perdesaan dan perkotaan. Sumber dana<br />

direncanakan berasal dari APBN, APBD<br />

Propinsi, APBD Kabupaten/Kota, hibah<br />

dan pinjaman lunak dari lembaga keuangan<br />

internasional maupun negara sahabat,<br />

BUMN, BUMD, swasta dan masyarakat.<br />

Secara umum, kebijakan alokasi pendanaan<br />

diprioritaskan pada kegiatan<br />

rehabilitasi. Hal tersebut didasarkan pada<br />

pertimbangan bahwa kemanfaatannya<br />

sudah diketahui secara baik dan secara<br />

teknis tidak memerlukan langkah persiapan<br />

yang rumit. Asumsinya bahwa kegiatan<br />

rehabilitasi tidak menghadapi permasalahan<br />

tanah dan lingkungan, mengingat<br />

lokasi kegiatan dan pekerjaan berada<br />

di lokasi yang sama dengan lokasi sebelumnya.<br />

Dari segi sasaran, program rehabilitasi<br />

dan rekonstruksi air minum dan sanitasi<br />

dibagi dua kegiatan. Pertama, kegiatan-kegiatan<br />

yang ditujukan untuk<br />

mengembalikan kapasitas pelayanan infrastruktur<br />

ke tingkat pelayanan awal<br />

(kapasitas pelayanan sebelum kejadian<br />

bencana Tsunami). Kedua, kegiatan-kegiatan<br />

yang ditujukan untuk meningkatkan<br />

atau menambah kapasitas pelayanan<br />

infrastruktur melalui upgrading/perluasan<br />

fasilitas yang sudah dibangun atau<br />

membangun fasilitas baru.<br />

Kendala<br />

Master plan yang ada ini disusun<br />

dalam waktu yang sangat singkat. Kurang<br />

dari tiga bulan. Diakui atau tidak, data<br />

dan informasi yang digunakan sebagai<br />

bahan untuk penyusunan masih belum<br />

memadai sebagai syarat untuk menghasilkan<br />

produk perencanaan yang secara<br />

utuh dapat dipertanggungjawabkan baik<br />

dari sisi akademis maupun pertanggungjawaban<br />

publik. Kaidah perencaanan bidang<br />

infrastruktur mensyaratkan perlunya<br />

dilakukan terlebih dahulu suatu<br />

survei lapangan yang akurat sebagai<br />

dasar untuk pengambilan keputusan, belum<br />

dipenuhi.<br />

Maka tak aneh, para perencana master<br />

plan ini pun perlu menyebutnya sebagai<br />

''Rencana Indikatif'' (Indicative<br />

Planning). Karena itu, pengambilan<br />

keputusan harus tetap didasarkan pada<br />

data dan informasi lapangan yang lebih<br />

rinci dengan cakupan yang memadai dan<br />

dengan mempertimbangkan dinamika<br />

kebutuhan dan ketersediaan sumber<br />

daya. Jangan sampai mentang-mentang<br />

namanya ''Master'' Plan harus diikuti<br />

dengan mutlak, membabi buta tanpa<br />

mengikuti logika. Rakyat Aceh tak butuh<br />

fatamorgana! • (mujiyanto)<br />

Percik<br />

Mei 2005<br />

11

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!