PDF - DigiLib | AMPL
PDF - DigiLib | AMPL
PDF - DigiLib | AMPL
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
R EPORTASE<br />
28 Percik<br />
Mei 2005<br />
''HAMPIR SELURUH KOMPLEKS<br />
PENUH LUMPUR, KAMAR MANDI<br />
DAN WC MAMPET, DAN SATU-<br />
SATUNYA RESERVOIR RSJ HAMPIR<br />
KOSONG, LALU SEGERA DIKIRIM<br />
DUA UNIT HIDRAN UMUM (HU)<br />
KAPASITAS 3.000 LITER DAN<br />
BESOKNYA ADA PERBAIKAN SISTIM<br />
PERPIPAANNYA DAN POMPA<br />
SERTA HIDROFORNYA.''<br />
di sana, membuatnya harus menyiapkan<br />
bekal yang cukup di Jakarta.<br />
Memang tak mudah menuju<br />
Aceh. Ia bersama beberapa staf DPU<br />
berangkat menuju Medan terlebih<br />
dahulu. Setelah itu perjalanan dilanjutkan<br />
melalui darat dengan tiga<br />
buah mobil. ''Di Medan kita sempat<br />
mampir di restoran. Kami berpikir<br />
waktu itu, ini mungkin makan enak<br />
terakhir. Ini membuat perasaan<br />
kami nggak enak,'' kata Bambang<br />
mengisahkan.<br />
Di sepanjang perjalanan, mereka<br />
bertemu dengan pos-pos pemeriksaan.<br />
Jumlahnya sekitar 80-an<br />
antara perbatasan Medan hingga<br />
Banda Aceh. Semua anggota rombongan<br />
harus memperlihatkan KTP<br />
atau identitas resmi lainnya kalau<br />
mau lancar. ''Syukur kami bisa melalui<br />
'rintangan' ini.''<br />
Menjelang malam rombongan<br />
sampai di Lhok Seumawe. ''Tidak<br />
banyak yang bisa kami lakukan di<br />
sini. Kami sempat mengunjungi<br />
tenda-tenda pengungsi di lapangan<br />
Hiraq yang cukup bagus kondisinya,<br />
sarana WC pun cukup memadai,<br />
dan mereka tidak kekurangan pangan<br />
maupun sandang, hal ini<br />
mungkin disebabkan hampir seluruh<br />
kawasan pantai timur Aceh.,<br />
Kab. Aceh Tamiang, Aceh Timur,<br />
Aceh Utara, Bireun, dan Kota Lhok<br />
Seumawe tidak terlalu parah kerusakannya.<br />
Semua roda pemerintahan<br />
juga berjalan normal, namun<br />
di Kab. Aceh Besar dan Kota Banda<br />
Aceh yang parah mengalami dampak<br />
bencana gempa dan tsunami,''<br />
tuturnya.<br />
Bambang dan tim sempat beristirahat<br />
beberapa waktu di Banda<br />
Aceh. Menginap di sebuah mess<br />
BUMN. Beralaskan kasur lipat. Di<br />
kota ini ia dan timnya pergi dengan<br />
mengendarai mobil sewaan yang<br />
harganya Rp. 1 juta per hari-jauh lebih<br />
mahal dari Jakarta yang hanya<br />
Rp. 400.000 per hari.<br />
Di Banda Aceh tim mendata instalasi<br />
air dan prasarana pendukung<br />
sanitasi lainnya.<br />
Suatu siang dalam perjalanan<br />
pulang dari lapangan Instalasi Pengolahan<br />
Air Minum Lambaro, Bambang<br />
menerima SMS yang isinya<br />
untuk mengecek air minum di<br />
Rumah Sakit Jiwa. Kabarnya lima<br />
hari tidak ada air. ''Memang kondisinya<br />
parah sekali, hampir seluruh<br />
kompleks penuh lumpur, kamar<br />
mandi dan WC mampet, air menggenang<br />
di mana-mana dan satu-satunya<br />
reservoir RSJ hampir kosong,<br />
lalu dilakukan pengecekan lebih teknis,<br />
dan untuk menanggulanginya<br />
segera dikirim dua unit Hidran<br />
Umum (HU) kapasitas 3.000 liter<br />
dan besoknya ada perbaikan sistim<br />
perpipaannya dan pompa serta hidrofornya.''<br />
Selesai perbaikan awal Bambang<br />
diajak keliling oleh petugas RSJ.<br />
Tiba-tiba, ''Oom I love you, Oom aku<br />
cinta padamu,'' kata beberapa<br />
pasien RSJ. Selain itu, Bambang<br />
menceritakan banyak cerita lucu di<br />
rumah sakit tersebut yang bisa menjadi<br />
hiburan. ''Ada juga yang memanggil<br />
Pak Radinal Muchtar (mantan<br />
Menteri PU) begitu mereka<br />
melihat di topi kami ada tulisan<br />
PU,'' kisahnya.<br />
Bambang mengaku selalu waspada<br />
selama berada di sana. Menurutnya,<br />
rumor penculikan selalu<br />
ditemuinya. ''Hal inilah yang men-