PDF - DigiLib | AMPL
PDF - DigiLib | AMPL
PDF - DigiLib | AMPL
You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
W<br />
AWANCARA<br />
Wakil Ketua Pokja Infrastruktur, Ir. Basah Hernowo, MA.<br />
'' Memenuhi Layanan Minimum''<br />
Bisa digambarkan bagaimana<br />
tahap rehabilitasi dan rekonstruksi<br />
<strong>AMPL</strong> (air minum dan penyehatan<br />
lingkungan) di NAD?<br />
Sebenarnya yang ingin kita capai dalam<br />
jangka pendek sekarang adalah<br />
kembalinya pelayanan minimum bagi<br />
masyarakat khususnya air minum, air<br />
limbah, dan sampah. Kalau drainase itu<br />
terkait dengan masalah yang besar seperti<br />
penanggulangan banjir dan drainase<br />
makro. Pada tahap berikutnya, kira-kira<br />
setahun dua tahun ini, kita mencoba<br />
meningkatkan capaian. Kalau mungkin<br />
jangkauan masyarakat 100 persen terlayani.<br />
Tapi keuangannya tidak memungkinkan<br />
maka harus lebih baik daripada<br />
sebelum bencana. Itu target kita untuk<br />
semua kota yang terkena bencana.<br />
Bagaimana dengan kota yang<br />
tidak terkena bencana?<br />
Kita juga memperhatikan mereka. Ini<br />
merupakan komitmen pemerintah untuk<br />
meningkatkan pembangunan di NAD.<br />
Bisakah digambarkan bagaimana<br />
porsi pembangunan air minum?<br />
Sampai sekarang sebetulnya angka<br />
pastinya belum ada. Berapa sih yang<br />
rusak di Banda Aceh? Memang yang kelihatan<br />
nyata adalah jaringan. Tapi masyarakat<br />
yang akan dilayani kan berkurang<br />
dengan adanya korban tewas. Nah apakah<br />
kita akan memperbaiki semua sistem<br />
yang ada atau membuat desain baru. Kita<br />
belum sampai pada satu pemecahan atau<br />
solusi engineering yang terbaik. Tapi kita<br />
akan berkoordinasi dengan teman-teman<br />
di Banda Aceh, Meulaboh dan sebagainya.<br />
Karena di Meulaboh ini ada<br />
intake-intake yang rusak. Desainnya seperti<br />
apa. Syukur kalau nanti ada desain<br />
yang baru yang lebih optimal.<br />
20 Percik<br />
Mei 2005<br />
FOTO: ISTIMEWA<br />
Ir. Basah Hernowo, MA<br />
Bagaimana dengan air limbah?<br />
Untuk air limbah, AusAID ada keinginan<br />
untuk membangun sewerage<br />
system di Banda Aceh. Kita sangat berterima<br />
kasih sekali kalau itu dalam bentuk<br />
grant. Paling tidak ini bisa menjadi pilot<br />
bagi kota-kota yang lain. Walaupun<br />
mungkin ini relatif lebih high technology.<br />
Tapi mau tidak mau Indonesia akan<br />
menuju ke sana. Untuk Meulaboh kita<br />
belum menentukan siapa yang akan<br />
masuk ke sana. Karena ini tidak murah.<br />
Bagaimana dengan daerah yang tidak<br />
memungkinkan, kita masih bisa menggunakan<br />
interim misalnya dengan sistem<br />
komunal.<br />
Bagaimana pendekatan pembangunan<br />
<strong>AMPL</strong> di sana?<br />
Pembangunan air minum tidak bisa<br />
seperti perumahan yang bersifat pribadi<br />
dan bisa dikerjakan sendiri oleh masyarakat<br />
melalui pemberdayaan masyarakat.<br />
Air minum jairngan pipa kan tidak<br />
mungkin seperti itu. Makanya kita kerja<br />
sama dengan PDAM yang akan bertindak<br />
sebagai operatornya. Kalau PDAM kekurangan<br />
biaya, kita akan membantu mencoba<br />
mencarikan alternatif pembiayaan<br />
tersebut. Misalnya dari Unicef yang selama<br />
ini sudah membantu banyak, atau<br />
bilateral seperti Swiss, Jerman, Spanyol,<br />
dan Jepang. Dana itu akan kita alokasikan<br />
supaya tidak tumpang tindih. Jelas<br />
ini tidak bisa dengan pendekatan berbasis<br />
komunitas kecuali di daerah perdesaan.<br />
Di perdesaan tetap community<br />
based dan menyatu dengan perumahan.<br />
Sampah bagaimana pembangunannya?<br />
Menangani persoalan sampah ini<br />
harus hati-hati. Kalau memungkinkan<br />
kita bisa membuat sistem baru misalnya<br />
dengan menerapkan 3 R(reduce, reuse,<br />
dan recycle) sehingga sampah yang sampai<br />
di TPA relatif bersih. Dengan<br />
demikian kita bisa menerapkan sistem<br />
sanitary landfill. Masalahnya desain kita<br />
selalu sanitary landfill tapi kenyataan di<br />
lapangan selalu open dumping. Ini<br />
semua kan butuh dana besar. Kira-kira<br />
masyarakat punya kemampuan nggak<br />
untuk membiayai ini. Kalau disubsidi,<br />
siapa yang menyubsidi. Masalahnya<br />
sekarang ini kan daerah tersebut kena<br />
musibah. Kemampuan pemerintah daerah<br />
turun juga. Kalau misalnya subsidi,<br />
sampai berapa lama. Kalau saya, selama<br />
ada subsidi, daerah itu dipersiapkan untuk<br />
membentuk PT atau PD Kebersihan.<br />
Sehingga nantinya kalau subsidi dilepas,<br />
dia bisa bergerak secara korporasi.<br />
Soal pendanaan seperti apa?<br />
Tidak mungkin itu dibiayai APBN<br />
semuanya. Anggarannya kecil sekali. Kita<br />
mencoba mengusulkan kepada beberapa<br />
negara donor untuk membantu. Alhamdulillah<br />
mereka sudah berjanji untuk<br />
membantu. Tapi baru janji. Belum sampai<br />
formal agreement.<br />
Bentuk dana asing itu grant atau<br />
utang?<br />
Sebagian besar dana untuk rehabilitasi<br />
dan rekonstruksi ini adalah grant.<br />
Kami di Bappenas juga menginginkan<br />
supaya grant saja. Utang jangan dulu<br />
sebab daya serap utang itu juga berat.<br />
Memang ada juga yang menawarkan pinjaman<br />
lunak. Itu prioritas kedua.<br />
Apakah kebutuhan minimum<br />
masyarakat untuk air minum telah<br />
terpenuhi?<br />
Belum. Contoh kita belum bisa memberikan<br />
jaminan bahwa air di sana layak dikonsumsi<br />
karena terkena limbah yang terbawa<br />
tsunami dari dasar laut. Kita perlu<br />
ada penelitian terlebih dahulu. • (MJ)