10.07.2015 Views

H A R M O N I SOS I A L - USUpress - Universitas Sumatera Utara

H A R M O N I SOS I A L - USUpress - Universitas Sumatera Utara

H A R M O N I SOS I A L - USUpress - Universitas Sumatera Utara

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Khairifa, Komparatif tentang Pendekatan...orientasi pembangunan dan komunikasi diubah.Orientasi pembangunan dan komunikasipengawasan secara vertikal (dari atas ke bawah)hendaknya menjadi pengawasan secarahorizontal (menyamping dan dari bawah ke atas),yang mengandalkan media massa (komunikasisatu arah) menjadi mengandalkan pelayananantarpribadi (komunikasi dua dan banyak arah).Orientasi propaganda menjadi orientasipelayanan, pembangunan berdasarkan sosialisasipalsu diubah menjadi pembangunan berdasarkanpartisipasi, orientasi teknis/ekonomis menjadiorientasi kebutuhan dan hak manusia, tujuanindentitas integritas dan kesatuan nasionalmenjadi tujuan identitas dan solidaritassubnasional (kepentingan etnis dan kelompok).Kemudian pembangunan yang diberi ciri arahancultural dan artistc (kadang-kadang sensor)hendaknya diubah menjadi pembangunan yangdiberi ciri kreativitas kultural dan artistc(kadang-kadang oposisi) pembangunan yangberorientasi jawaban menjadi pembangunan yangberorientasikan permasalahan atau pertanyaan,pembangunan yang berorientasikan produkdiubah menjadi pembangunan yang berorientasikanproses.Saran dari Voight dan Hanneman ituuntuk menjadikan orientasi pembangunan dankomunikasi dapat terealisasi pembangunan dankomunikasi yang tidak tersentralisasi, linierdengan proses yang terisolasi, tetapi merefleksikandifusi partisipasi dan kebergantungan yangmenyeluruh (Onong, 1997: 25-27).1. Situasi DemografiDewasa ini banyak bangsa yangmelakukan pembangunan pertanian tidak hanyadengan memperluas areal pertanian jugameningkatkan produksi, pupuk, benih unggul,obat-obatan. Teknologi pertanian telahdipergunakan secara luas di dunia tahun 1960-antelah didengungkan sebagai revolusi kajiansekurang-kurangnya 27 negara dalam revolusitersebut. Di Indonesia telah dinyatakan sejaktahun 1968-1969. Kemudian muncul pertanyaanapakah kini relevansinya untuk memajukanantara penduduk dan masalah program? Hal inidijawab dengan kenyataan bahwa setiap bangsadewasa ini tidak hanya berkehendak mencegahterjadinya kelaparan massal, dan bahayakelaparan yang dahsyat melainkan juga berjuanguntuk penyediaan pangan yang memadai bagiseluruh rakyat. Masalah itu lebih dirasakan olehnegara-negara yang berencana untuk mencapaitingkat hidup yang lebih tinggi daripada yangdicapai sekarang.Sebagai salah satu contoh masalahkebutuhan pangan yang sangat krusialdiperdebatkan oleh kepentingan-kepentingankelompok tertentu dalam mempersiapkan danmemenuhi kebutuhan pangan di suatu negara.Pada dasarnya penyediaan pangan di setiapnegara dapat berasal dari produksi domestik,namun akibat kurangnya peran aktif untukmemajukan pembangunan di sektor pertanianmenyebabkan pengadaan pangan harus dilakukandengan cara mengimpor dari negara lain. Hal inidisebabkan pertambahan penduduk denganpembangunan produksi pangan tidak seimbang.Sebagai contoh lain yang dapat diambiladalah situasi pangan yang tersedia di negaraIndonesia yang penyebaran penduduknya tidakmerata dan banyak daerahnya yang terpisahpisah,sehingga menimbulkan kekurangan disuatu tempat dan berlebih di tempat lain. Denganupaya komunikasi pembangunan dapatterselenggara pemenuhan kebutuhan pangandengan mengalokasikan sebahagian kelebihan disuatu daerah ke daerah yang lain.2. Pengaruh Teknologi Elektronik terhadapKomunikasi PembangunanPengaruh media massa terhadapkehidupan masyarakat khususnya masyarakatpedesaan sangatlah besar, dan yang palingmenonjol dampaknya terhadapnya pendudukadalah media massa yang sifatnya elektronikyang berkembang sangat pesat. Media elektroniksebagai produk dari revolusi elektronika telahmemanipulasikan keinginan khalayak, tetapitidak menciptakan cara-cara untuk memperolehnya.Informasikan yang disebarkan dilancarkandari atas ke bawah, dari kaum elit kepadakhalayak, dari kota ke desa, dari yang sudahberkembang kepada yang sedang berkembang.Akibatnya menurut para ahli komunikasimenimbulkan “Revolusi meningkatnya frustasi”(Onong, 1997: 92).Daya tarik elektronik sangatlah besar dariradio sampai internet terus berkembang. Perilakukomsutif tidak dapat dihindari, kesenjangansosial terasa sekali dan kejadian amoral terjadi disana sini, pergolakan politik lebih parah lagi,karena media elektronik telah terpatri dalamsetiap diri, akibat negatif yang lain banyak lagiyang tidak terdeteksi dengan hitungan jari.53


Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007, Volume I, No. 2Sebaliknya dampak positif dari media elektroniksangatlah banyak sekali tinggal bagaimana kitamengantisipasi pemanfaatan media ini daripejalan kaki sampai bisa terbang tinggi sekali.Berita terkini terdekteksi sejak dini, mulaibangun pagi sampai tidur lagi. Keinginanmaupun obsesi tak masalah lagi semua dapatterpenuhi dengan teknologi yang canggih hari ini.Pengaruh teknologi elektronik terhadapkomunikasi pembangunan memang hebat sekali.3. Komunikasi Menurut Pendekatan IslamPerspektif Islam dalam komunikasiadalah penekanan terhadap nilai sosial, religiusdan budaya dengan penelitian partisipatoris. Asalmula penelitian ini merupakan salah satu aspekdari komunikasi antar personal yang merupakanbagian yang paling terikat kondisi sosio-religiobudayadalam teori komunikasi.Dalam Al quran maupun Hadist telahmenempatkan prinsip-prinsip dasar dan metodekomunikasi sebagaimana yang terdapat padaayat-ayat tersebut:1. “…dan berkatalah kamu kepada manusiadengan cara yang baik…” (QS. 2: 83).2. “Perkataan yang baik dan pemberian maaflebih baik dari sedekah yang diiringi dengansesuatu yang menyakitkan perasaan” (QS. 2:263).3. “Allah tidak menyukai ucapan yang buruk(yang diucapkan) terus terang kecuali olehorang yang dianiaya” (QS. 4: 159).4. “Hai orang-orang yang beriman mengapakamu mengatakan apa yang kamu tidaklakukan? Amat besar murka Allah apabilakamu mengatakan apa-apa yang tidak kamuuacapkan” (QS…).5. “Sesungguhnya Allah tidak suka kepadaorang-orang…yaitu mereka yang menjungkirbalikkan fakta dengan lidahnya seperti sekorsapi yang mengunyah-ngunyah rumputdengan lidahnya” (Al-hadist) (JurnalKomunikasi 1993: 17).Manakala prinsip komunikasi seperti inidapat terwujud maka akan membantu memeliharadan memperkuat perdamaian dan harmoniterhadap bangunan sosial yang merupakan bagiandari peradaban. Pembangunan segala bidang akansterilizer dalam memenuhi tujuan mengekspresikangagasan-gagasan dengan memberikan petunjukdan penyesuaian yang lengkap untuk memenuhikebutuhan situasi dan kondisi masyarakat.Dengan demikian komunikasi berperan dalammenghasilkan pembangunan seperti yangdiharapkan.Komunikasi Pembangunan di IndonesiaPerbedaan dan pasti berbeda komunikasipembangunan di Indonesia dengan komunikasipembangunan di negara-negara lain, karenasubyek dan obyek yang terlibat dalamkomunikasi pembangunan itu memang berbeda.Ini disebabkan oleh kekhasan dalam tujuannegara, sistem pemerintahan, latar belakangkebudayaan, pandangan hidup bangsa dan nilaiyang melekat pada rakyat, yakni rakyat Indonesiayang Bhinneka Tunggal Ika.Sebuah pertanyaan yang mengedepan,komunikasi pembangunan yang bagaimanakahyang harus dilancarkan di Indonesia? Dalammenjawab pertanyaan ini tidak mudah, tetapiharus ditemukan identitas yang membedakannyadengan komunikasi pembangunan di negaranegaralain. Untuk menyatukan persepsi tentangmakna pembangunan ada baiknya jika mengacupada makna yang dirumuskan oleh wakil-wakilrakyat yang tertuang dalam Garis-Garis BesarHaluan Negara (GBHN) yang menegaskanbahwa:“Pembangunan nasional dilaksanakan dalamrangka pembangunan manusia Indonesiaseutuhnya dan pembangunan seluruhmasyarakat Indonesia. Hal ini berarti bahwapembangunan ini tidak hanya mengejarkemajuan lahiriah seperti pangan, sandang,perumahan, kesehatan, dan sebagainya, ataukepuasan batiniah seperti pendidikan, rasaaman, bebas mengeluarkan pendapat yangbertanggung jawab, rasa keadilan dansebagainya, melainkan keselarasan, keserasiandan keseimbangan antara keduanya; bahwapembangunan itu merata di seluruh tanah air;bahwa bukan hanya untuk sesuatu golonganatau sebahagian dari masyarakat, tetapi untukseluruh masyarakat dan harus benar-benardirasakan oleh seluruh rakyat sebagaiperbaikan tingkat hidup yang berkeadilansosial, yang menjadi tujuan dan cita-citakemerdekaan kita” (Onong, 1997: 89).Untuk mempertegas makna istilahkomunikasi pembangunan terkhusus di Indonesiasesuai dengan pengertian yang dirumuskan dalamGBHN maka dapat dinyatakan sebagai berikut:54


Khairifa, Komparatif tentang Pendekatan...Komunikasi pembangunan adalah prosespenyebarab pesan oleh seseorang atausekelompok orang kepada khalayak gunamengubah sikap pendapat dan perilakunya dalamrangka meningkatkan kemajuan lahiriah dankepuasan batiniah yang dalam keselarasannyadirasakan secara merata oleh seluruh rakyat(Onong 1997).Ciri khas pembangunan di Indonesiaadalah penekanannya pada keselarasan antaraaspek kemajuan lahiriah dan aspek kepuasanbatiniah yang tidak terdapat pada pengertianpembangunan di negara-negara lain. Faktorkeselarasan tersebut secara implisit mengandungmakna keserasian dan keseimbangan. Penegasanbahwa keselarasan antara keserasian dankeseimbangan menjadi ciri khas pengertianpembangunan di Indonesia karena aspek-aspeklainnya bersifat universal dan berlaku di manamana.Komunikasi Pembangunan di Kawasan AsiaDewasa ini banyak orang asing banyakmempelajari ilmu dan apa saja yang datangnyadari negara yang satu ini. Salah satu super powernegara di Asia yaitu Jepang. Kita maumengambil satu perbandingan ini dalam ragkamelihat keberhasilan bangsa Jepang yang sejakkalah perang tetap menang pada masa damai,demikian ungkapan yang sering dilekatkan padabangsa Jepang.Pada dasarnya bangsa Jepang memilikikepribadian yang mantap dan padu. Hal ini dapatterbentuk berkat politik isolasi selama 250 tahunKoshogunan, Tokugawa. Selama masa pengasingandiri terebut bangsa Jepang relatif tertutup dariberbagai pengaruh luar sehingga kontak antarabudaya yang terjadi terbatas di antara suku-sukuyang berdiam di kepulauan Jepang. Dalammelakukan hubungan bisnis orang Jepang banyakaspek budaya Jepang yang mesti diperhatikan.Menurut Robert Christoper (1984) dalam TheJapanese Mind, para manajer yang hendakditempatkan atau berbisnis di Jepang harusmemahami aspek budaya Jepang mulai daribahasa, sistem nilai yang melatarbelakangiperilaku mereka, tradisi, dan aspek-aspek budayalainnya. Lebih lanjut Christoper mengatakanbahwa logika dan nilai bagi kebanyakan bangsalain.Ada tujuh kerangka landasan untukmemahami keberhasilan pembangunan dankomunikasi:1. Kompleksitas BahasaBahasa Jepang dikenal begitu rumit sehinggasering dinamakan bahasa Jin. Orang Jepangtidak terbiasa berbicara dengan bahasa yangterang dan langsung, kata yang digunakanseringkali bermakna ganda.2. Homogenitas Ras dan BudayaOrang Jepang tergolong paling homogen didunia. Itulah sebabnya orang Jepang dapatmelakukan westernisasi tanpa mengubahkepribadian yang menjadi jiwa Jepang yangkhas.3. Menjunjung HarmoniOrang mengagungkan konsensus sebagaicara terbaik menyelesaikan berbagaimasalah. Mereka cenderung menghindarikonfrontasi terbuka.4. Sikap EkslusifOrang Jepang memiliki in-group feeling yangsangat kuat sehingga cenderung ekslusif.Satu-satunya cara untuk dapat diterimasecara penuh adalah dilahirkan dalammasyarakat Jepang.5. Kuatnya Ikatan KelompokPeran kelompok dalam masyarakat Jepangbegitu menonjol karena itu kebanggaanketerikatan, loyalitas dan tanggung jawabterhadap kelompok dari keluarga hingganegara begitu besar.6. Komitmen KesejahteraanOrientasi dan komitmen terbesar orangJepang adalah pada kesejahteraan masyarakatketimbang kepada ideologi atau agama.7. Rasa SuperioritasWalaupun bersedia mengimpor gagasan,institusi, pengetahuan dan teknologi asingumumnya orang Jepang (khususnya generasitua) kurang berminat melakukan kontaklangsung dengan orang asing (Deddy 1996:205).Tanpa memperhatikan atau memahamiketujuh karakteristik orang Jepang, maka akansulit bagi orang asing untuk bekerja atauberbisnis dengan orang Jepang, di samping itumasih terdapat sejumlah kekhasan Jepang lainnyayang juga mesti diperhatikan dalam melakukankomunikasi dengan mereka. Pembangunankomunikasi di Jepang merupakan salah satuwujud keberhasilan yang dapat dijadikan sebagaiperbandingan bagi negara-negara Asia dan dunia.55


Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007, Volume I, No. 2Pembangunan Pertanian di JepangBertambahnya tingkat produktivitassektor pertanian di Jepang terutama disebabkanoleh semakin meluasnya penggunaan teknik yanglebih sempurna oleh sebagian besar petani dinegara tersebut. Orang Jepang telah lamamenyadari bahwa tanah gunung berapi itu tidakmenguntungkan bila ditanami padi, akan tetapihasil padi di negara itu lebih tinggi daripada dinegara manapun yang makanan pokoknya beras.Tanpa pertambahan luas tanah yangberarti yang dapat diolah (bahkan denganpenurunan jumlah tenaga kerja di sektorpertanian) pada tahun 1920 Jepang telah dapatmenghasilkan bahan makanan hampir 2 kali lipatproduksi yang dicapai pada tahun 1980.Pembentukan modal terjadi karena naiknyaproduktivitas pertanian dan tabungan paksa(Komaruddin 1980: 86).Penggunaan pupuk, perbaikan jenis padidan penyempurnaan teknologi seringkali disebutsebagai 3 buah faktor yang menjadi penyebabutama keberhasilan Jepang dalam pertanian.Pupuk buatan dipergunakan sangat minimumsebelum kenaikan produksi terjadi, pupuk barudimanfaatkan secara luas ketika muncul gejalagejalaketandusan tanah lama sesudah terjadikenaikan daya produksi tahap awal. Impor danproduksi pupuk buatan masih belum terjadisebelum Perang Dunia Pertama. Pupuk alamlahyang sangat banyak disebarkan di atas alamtersebut. Dengan demikian hasil produksipertanian naik selama sebelum pertumbuhanekonomi modern yang didorong oleh penemuanpenemuanteknologi dan pertambahan luas tanah,akan tetapi jumlah penduduk pun bertambah,maka kenaikan produksi pertanian itu hendakdihabiskannya, akan tetapi karena masa transisiyang diperlukan negara Jepang itu lebih singkatdari pada masa transisi negara-negara Eropa Barat(yaitu masa transisi dari periode pendapatansubsistem hingga awal pertumbuhan ekonomimodern), maka perekonomian Jepang menunjukkankemajuan (Komaruddin 1985: 125).Komunikasi dan Pembangunan di KawasanAsia TenggaraLompatan besar dalam bidang teknologikomunikasi informasi dan transportasi membuatintensitas dan frekuensi kontak antarnegara baiksecara langsung maupun menggunakan mediamassa semakin tinggi. Ketinggalan dunia ketigayang hari ini yang diibaratkan sebagai negaranegarayang satu perahu dengan negara-negaramaju tidak memikirkan ketinggalan itu akanmenjadikan negara-negara tersebut terisolir. Halini dimungkinkan karena komunikasi hari initelah menjadi salah satu media yang dapatmempersatukan seluruh bangsa dan negara.Untuk memahami interaksi antarbangsakita harus memahami komunikasi manusia yangberarti memahami apa yang terjadi selamakomunikasi berlangsung yang akhirnya apa yangkita perbuat dapat mempengaruhi danmemaksimalkan hasil-hasil kerja yang dimaksud.Rasa saling bergantung di seluruh duniatidak lagi ada manfaatnya karena kita berbicarasatu sama lain dalam satu wadah yaitu duniayang menjadi jembatan esensial bagiterselenggaranya satu pemerintahan negara. Rasaketakutan negara-negara dunia ketika akan dapatdimaklumi karena hiburan murah dan iklan yangberani yang dapat dicurahkan kepada bangsamereka oleh kapitalis besar pemilik satelit akansangat mempengaruhi pola pikir bangsa yangakhirnya akan menimbulkan frustasi bangsa yangberkembang tersebut. Konfrontasi tidak akanmendatangkan manfaat kepada siapapun kecualisecara emosional, tetapi konfrontasi ini telahmembayang-bayang pemikiran dan perencanaankomunikasi interkultural. Untuk itulah negaranegaraberkembang di dalam mengendalikankomunikasi berarti mengendalikan apa yangbakal terjadi pada budaya mereka.Perekonomian di Asia TenggaraSebagaimana diketahui banyak carauntuk melukiskan keadaan ekonomi suatu negaraatau benua tetapi pada pokoknya semua carabertujuan untuk memberi gambaran tentangtingkat kebahagiaan, kesejahteraan pendudukyang berdiam di daerah itu. Penduduk bisamerasa bahagia, sejahtera, jika terhindar daribahaya kematian pada usia muda dan berusiapanjang. Sudah barang tentu umur panjang ituberarti pula dalam keadaan kesehatan dan cukupterdidik berbarengan dengan ini termasukanggapan bahwa penduduk tidak menderitakarena gejala pengangguran yang abnormal danhasil produksi terbagi merata antarpenduduksecara menyeluruh sehingga dapat memenuhisecara memadai segala kebutuhan akan pangan,sandang, perumahan, wisata dan sebagainya.Hal di atas untuk mencerminkan keadaanekonomi itu yang dalam hal ini diulas secarasederhana. Pada umumnya dapat dikatakan56


Khairifa, Komparatif tentang Pendekatan...bahwa dengan tingkat kemakmuran yang lebihtinggi akan lebih mudah terpenuhi walaupun kitasadari bahwa kemakmuran tidak identik dengankebahagiaan dan kesejahteraan, namun perludiingat bahwa pada umumnya seseorang akanmerasa lebih bahagia jika lebih banyakkebutuhan yang dapat dipenuhi. Oleh karena ituorang lebih cenderung untuk menampilkan segikemakmuran penduduk jika membahas keadaanekonomi suatu negara atau daerah. Bidangekonomi mencakup seluruh proses produksi,distribusi dan konsumsi yang dilakukanpenduduk daerah itu, hasil produksi barang danjasa yang dilakukan pada kurun waktu tertentuoleh penduduk suatu negara disebut hasilproduksi nasional dan jika dinyatakan dalamsatuan uang disebut juga pendapatan nasionalnegara yang bersangkutan.Walapun merupakan alat yang tidaksempurna dan kurang memuaskan hinggasekarang masih sering digunakan sebagai ukurantingkat kemakmuran suatu negara pendapatanrata-rata negara itu yang diperoleh sebagai hasilpendapatan nasional dengan jumlah penduduk dinegara itu, itu juga yang kita gunakan sebagaiukuran keadaan ekonomi di negara-negara AsiaTenggara (Said Rusli, dkk. 1981: 18).Pada dewasa ini Asia Tengara sebagaisatuan geopolitik merupakan daerah yang rendahpendapatan rata-ratanya.Tingkat kemakmuran atau pendapatanrata-rata yang rendah di Asia Tenggaradipengaruhi oleh faktor-faktor ekonomi dansosial, sebagaimana kita ketahui tingkatkemakmuran berhubungan erat dengan hasilproduksi barang dan jasa di negara yangbersangkutan. Hasil produksi ini merupakanresultan dari keadaan dan sumber alam, angkatankerja, tingkat teknologi, dan besarnya modalyang tersedia walaupun tidak semua negara AsiaTenggara sama keadaan sumber-sumber alamnyanamun dapat dikatakan bahwa bukan faktor iniyang menekan hasil produksi nasional dikawasan itu. Biasanya kekurangan modaldikemukakan sebagai salah satu faktorpenghalang usaha pembangunan denganpendapatan yang rendah yang kita lihat tadi dinegara-negara Asia Tenggara. Negara-negaraAsia Tenggara mengahadapi kesulitan untukmembentuk modal dalam jumlah yang berartiuntuk meningkatkan investasi demi kenaikanhasil nasional dan tingkat kemakmuran. Sudahmenjadi suatu hukum ekonomi bahwapendapatan rendah hanya memungkinkan hasratuntuk menabung dan jumlah tabungan rendah.Oleh karena sebagian besar dari pendapatandigunakan untuk tujuan konsumtif, dengandemikian harus tabungan yang disalurkan melaluilembaga-lembaga pembelanjaan hanya merupakanarus yang lemah bagi investasi, sedang bagipeningkatan hasil produksi diperlukan sejumlahinvestasi yang berarti. Selain dari pada itu bagipeningkatan hasil produksi yang memberikantambahan produksi yang seoptimal mungkindalam penggunaan suatu jenis teknologi tidakhanya berhubungan dengan unsur modal atauinvestasi melainkan juga dengan tingkatpendidikan pengetahuan dan keterampilanangkatan kerja yang tersedia.Di kebanyakan negara di Asia Tenggarahasrat untuk berkonsumsi diperkirakan 8/10sehingga dari pendapatan yang diterima hanya1/5 ditabung dan tersedia di investasi. Volumeinvestasi yang tersedia sedemikian kecilnyasehingga tambahan hasil yang diperoleh hanyasekedar untuk mengimbangi tambahan pendudukdan penggantian alat produksi yang lusuh. Olehkarena itu negara Asia Tenggara investasi yangberasal dari modal luar negeri merupakanpelengkap yang berguna bagi usaha peningkatankemakmuran.Memang, kewaspadaan dalam pemakaianmodal asing itu harus tetap dipelihara agarsupaya unsur pelengkap itu jangan sampaimenjadi penghambat bagi pemupukan moralnasional. Suatu hal yang berkaitan denganpenggunaan modal asing dari segi angkatan kerjayang tersedia di kebanyakan negara AsiaTenggara, teknologi jenis demikian dapatmengakibatkan segi-segi sosial ekonomi yangnegatif. Oleh karena tidak menciptakankesempatan yang luas dengan daya serap yangbesar bagi penampungan pekerja yang sedangmencari kerja, oleh karena kekurangan pekerjaanatau sedang menganggur atau untuk pertama kaliterjun ke gelanggang produksi.Permasalahannya akan lebih pelik jikadiperhatikan bahwa kebanyakan angkatan kerjadi negara-negara Asia Tenggara ada di sektorpertanian. Lebih dari 60% dari angkatan kerja diAsia Tenggara mencari nafkah pada industriprimer yang meliputi pertanian, perkebunan,kehutanan, perikanan, perburuhan yang sifatnyapadat karya dan sering dianggap tidakmemerlukan pendidikan sekolah tinggi sebagianpenduduknya bekerja secara marginal di bidang57


Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007, Volume I, No. 2ini secara turun temurun, maka tidaklahmengherankan kalau usaha pembangunanpeningkatan kemakmuran dititikberatkan padapenggunaan tenaga kerja dari sumber manusiayang ada di bidang pertanian di daerah pedesaan,dalam hal ini hampir 80% dari penduduk AsiaTenggara hidup di pedesaan (Said Rusli, dkk.: 25).Dengan penjelasan tersebut di atas dapatdipahami bahwa untuk peningkatan produktivitastenaga kerja pendidikan sosial lainnya merupakansuatu bidang yang luas usaha perbaikan dalambidang ini berkaitan dengan keterbatasan dana,tenaga dan uang yang tersedia dan denganbesarnya jumlah pertambahan penduduk yangdihadapi sekarang ini di kawasan Asia Tenggara.PENUTUPKomunitas dan pembangunan kawasanAsia-Asia Tenggara maupun Indonesiamerupakan salah satu wujud terselenggaranyasatu pembangunan yang ditandai dengankeberhasilannya menangani permasalahanperekonomian, sosial dan budaya. Kesemuanyamenunjukkan satu tanda peningkatan dari satukondisi kepada kondisi yang lain yang menurutstandar nilai menunjukkan peningkatan kualitasmaupun kuantitas.Untuk melihat keberhasilan pembangunanyang dialami oleh suatu negara di kawasanini kita dapat melihat dari sarana dan prasaranayang semakin hari semakin menunjukkan tandatandaperubahan kepada yang lebih baik.Selanjutnya perlu adanya pendekatan-pendekatanyang lebih komprehensif di dalam menilai suatukeberhasilan negara-negara tersebut, karenakeberhasilan suatu negara belum tentu samadengan negara yang lainnya.58


Khairifa, Komparatif tentang Pendekatan...DAFTAR PUSTAKAEffendy, Onong Uchjana. 1997. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung, Penerbit PT. RemajaRosdakarya.----------. 1986. Komunikasi dan Modernisasi. Bandung, Penerbit Alumni.Komaruddin. 1985. Pengantar untuk Memahami Pembangunan. Suatu Pengantar. Bandung, PenerbitAngkasa.----------. 1980. Persoalan Pembangunan Ekonomi Indonesia. Bandung, Penerbit Alumni.Lerner, Daniel. 1958. The Passing of Traditional Society. Gieneoe III, The Free Press.Muhaimin, Yahya. 1995. Masalah-masalah Pembangunan dan Politik. Cetakan ke-7. Yogyakarta,Gajah Mada University Press.Mulyana, Deddy dan Jalaludin Rahmat. 1996. Komunikasi Antar Budaya. Bandung, Penerbit PT.Rosdakarya.Quail, Dennis Mc. 1996. Teori Komunikasi Massa Suatu Pengantar. Jakarta, Penerbit Erlangga.Rahmat, Djalaludin. 1996. Psikologi Komunikasi. Bandung, Penerbit PT. Rosdakarya.Rusli, Said dkk. 1981. Ilmu Kependudukan. Jakarta, Penerbit lembaga Study Pembangunan.59


Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007, Volume I, No. 2KELUARGA BERCERAI DAN INTENSITAS INTERAKSI ANAKTERHADAP ORANG TUANYA(Studi Deskriptif di Kecamatan Medan Sunggal)MaryantiRosmianiAbstract: The essence of marriage is the unity of a man and a woman until death duethem part. But, there are many reasons that can lead to the situation where they can nolonger live together as husband and wife. The divorce has many impacts, especially onchildren. One of the impacts is that children can not interact as intense as they used to dowith their parents. This matter is critical to handle because it relates to children’sdevelopment, both socially and psychologically.Keywords: divorce, children, interactionPENDAHULUANPerkawinan pada hakikatnya merupakanbentuk kerjasama kehidupan antara pria danwanita di dalam masyarakat di bawah suatuperaturan khusus atau khas dan hal ini sangatdiperhatikan baik oleh agama, negara maupunadat, artinya bahwa dari peraturan tersebutbertujuan untuk mengumumkan status barukepada orang lain sehingga pasangan ini diterimadan diakui statusnya sebagai pasangan yang sahmenurut hukum, baik agama, negara maupunadat dengan sederetan hak dan kewajiban untukdijalankan oleh keduanya, sehingga pria itubertindak sebagai suami sedangkan wanitabertindak sebagai istri.Dalam perkawinan pasangan suami istrimengikat dirinya pada persetujuan umum yangdiakui, untuk setia mentaati peraturan danketentuan-ketentuan di dalam masyarakat,mereka secara timbal balik, terhadap anakanaknya,sanak keluarganya dan terhadap oranglain dalam masyarakat. Dari perkawinan lakilakidan perempuan inilah terbentuk suatulembaga baru yaitu lembaga keluarga.Keluarga dibedakan menjadi dua tipekeluarga, yaitu keluarga batih (nuclear family)dan keluarga luas (extended family). Adapunkeluarga batih ini ialah suatu satuan keluargaterkecil yang terdiri dari ayah, Ibu, dan anakanaknya.Adapun keluarga luas (extended family)adalah keluarga yang terdiri atas beberapakeluarga batih. Keluarga menurut Horton (1999:268), merupakan suatu kelompok kekerabatanyang menyelenggarakan pemeliharaan anak dankebutuhan manusiawi lainya. Dari lembagakeluarga inilah akan lahir anggota-anggota barusebagai penerus keturunan mereka.Keluarga sebagai unit terkecil,memerlukan organisasi tersendiri dan karena ituperlu adanya peran dan fungsi masing-masinganggota keluarga, terutama peran dan fungsisuami dan istri, dan juga anggota keluarga lainya.Keluarga terdiri dari beberapa orang, secaraotomatis akan terjadi interaksi antara anggotanya.Interaksi dalam keluarga juga akan menentukandan berpengaruh terhadap keharmonisan atausebaliknya tak bahagia (disharmonis). Kondisikeluarga yang bahagia merupakan keluarga idealyang dicita-citakan dan didambakan oleh setiappasangan suami-istri. Gunarsa (1993) menyatakan,keluarga bahagia/ideal adalah keluarga yang seluruhanggotanya merasa bahagia yang ditandai olehberkurangnya ketegangan, kekacauan dan merasapuas terhadap seluruh keadaan dan keberadaandirinya (eksistensi dan aktualisasi diri) yangmeliputi aspek fisik, mental, emosi dan sosial.Bentuk keluarga yang ideal, di dalammasyarakat berbeda-beda dari satu masyarakatkemasyarakat yang lainya, karena latar belakangsosial budayanya berbeda. Di negara-negara baratdan negara-negara industrialis lainnya, keluargaideal dibentuk dari keluarga batih dan memangtampak dominan karena dianggap bentukkeluarga batih lebih adaptif terhadap kebutuhanproses industrialisasi. Sistem keluarga idealmenurut Sanderson (1995: 481), yaitu menyangkuthubungan suami dan istri, orang tua dananak-anaknya, serta keluarga dan semua kerabat,dan hubungan ini telah banyak mengalamiperubahan saat ini, karena pada awalnyahubungan-hubungan tersebut lebih diwarnai olehkepentingan ekonomis belaka (walau tidakMaryanti adalah Alumni Departemen Sosiologi FISIP USURosmiani adalah Dosen Departemen Sosiologi FISIP USU60


Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007, Volume I, No. 22. Anak akan mengalami interaksi yang kurangbaik, dengan pisahnya salah satu orangtuanya, dengan interaksi yang kurang baikdan jarang tersebut akan merubah perhatiandan kasih sayang orang tua terhadap anak.Perceraian suami dan istri tidak merubahstatus anak sebagai anak mereka, namun tidakdapat dihindari akan sangat berpengaruh padafrekuensi bertemu dan intensitas interaksi anakdengan orang tua setelah perpisahan mereka,khususnya pada orang tua yang tidak satu ataplagi dengan si anak, walaupun tidak dapatdipungkiri terjadi juga dengan orang tua yangseatap dengannya. Interaksi anak dengan orangtua yang bercerai akan mengalami kerenggangandan bahkan terasa kaku karena jarangnya prosesperjumpaan dengan salah satu atau kedua orangtuanya, karena anak setelah perceraian harusberpisah dengan orang tuanya atau harus tinggaldi rumah familinya.Interaksi orang tua dengan anak sangatdibutuhkan oleh anak karena idealnya interaksiantara orang tua dan anak berjalan secarakesinambungan dan kontiniu. Pada anak yangsedang berkembang mereka memerlukan arahandan bimbingan yang biasanya didapatkan dariorang-orang dewasa yang dekat dengan merekadan bisa mereka percayai salah satu di antaranyaadalah orang tua. Pentingnya interaksi anakdengan orang tua karena dalam interaksi itudidapatkan kasih sayang, rasa aman dan perhatiandari orang tua yang tidak ternilai harganya.Interaksi yang baik antara orang tua dan anakjuga harus diimbangi dengan pemenuhankebutuhan anak, seperti kebutuhan pangan,sandang, dan pendidikan, karena semua ituadalah tanggung jawab orang tua yang telahmelahirkannya.Apabila dalam suatu keluarga terjadisuatu perceraian, maka sedikit banyak akanmempengaruhi perubahan perhatian dari orangtua terhadap anaknya baik perhatian fisik, sepertisandang, pangan, dan pendidikan maupunperhatian psikis seperti, kasih sayang danintensitas interaksi. Perubahan ini disebabkankarena kebiasaan hidup yang dilakukan bersamadalam satu rumah, harus berubah menjadikehidupan sendiri-sendiri. Dengan kondisi di atasdapat mengakibatkan sang anak kehilangan sosokorang tua yang tidak seatap lagi, karenahubungan mereka terputus karena perceraian.Kehilangan salah satu orang tua berarti takadanya tokoh yang dapat diidentifikasi dalamkeluarga (Sinolungan, 1979: 44). Kehilangan satuorang tua dapat menyebabkan kenakalan padaanak sebagaimana angka kenakalan terbanyaknyaterdapat pada anak laki-laki yang hanya tinggaldengan ibunya, Begitu juga kenakalan yangterjadi pada anak perempuan menunjukkan angkatertinggi terdapat pada mereka yang hidupnyahanya dengan ayah, hal ini disebabkan karenapola interaksi yang tidak seimbang yang diterimaanak, sehingga wajar bila sang anak menjadinakal karena norma-norma dan aturan yangseharusnya disosialisasikan oleh ayah danibunya, tidak pernah mereka dapatkan secaraseimbang dari kedua orang tuanya, hal inimenyebabkan proses interaksi yang baik dalamkeluarga tidak terpenuhi disebabkan olehperceraian.Dalam perumusan masalah ini perludibatasi masalahnya sehingga menjadi suatupermasalahan pokok, yang nantinya dapat lebihmengarahkan penelitian ini, adapun perumusanmasalah dalam penelitian ini adalah:1. Bagaimana status anak pada keluargabercerai, dalam hal status tempat tinggalnya,status kebutuhan ekonominya dan statuspendidikannya.2. Bagaimana intensitas interaksi anak terhadaporang tuanya pada keluarga bercerai.PEMBAHASANPerceraianDalam PP No. 9 Tahun 1975 dikenalistilah perceraian, namun bagi yang menganutagama Islam perceraian ini sering disebut talak,kata talak ini didapati pada Peraturan MenteriAgama No. 3 Tahun 1975. Adapun yangdimaksud dengan perceraian atau talak ialahpemutusan hubungan perkawinan antara suamiistri dengan mempergunakan kata-kata “cerai(talak)” atau yang sama maksudnya dengan itu(Said, 1994: 3). Oleh karena itu perceraian atautalak dapat dilakukan oleh suami baik lisanmaupun secara tulisan dan menggunakan katakatayang menjurus kepada perceraiansebagaimana diungkapkan oleh Nakamuru, 1991:31, bahwa cerai/talak itu ialah suatu bentukpemutusan perkawinan yang dinyatakan secaralisan atau tulisan, dengan bunyi ”Aku talakengkau” atau ”aku ceraikan engkau”, juga dapatdigunakan kata-kata lain yang sama artinya,62


Maryanti dan Rosmiani, Keluarga Bercerai dan Intensitas...suami yang akan menceraikan istrinya itu dengankata-kata yang jelas.Dari definisi di atas dapat dilihat bahwaperceraian merupakan putusnya hubunganperkawinan yang sah, yang selama ini telahterbina. Perceraian terkadang dianggapmalapetaka karena perceraian dapat memutuskansilaturahim antara suami istri dan keluargamasing-masing dan dapat mengguncangkankestabilan jiwa anak dan menggelisahkanmasyarakat.Klasifikasi perceraian dalam Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 menyatakan bahwa:a. Perkawinan antara suami dan istri dapatputus karena:1. Kematian2. Perceraian, dan3. Atas putusan pengadilan.“Mengungkai (melepaskan) ikatanperkawinan dan mengakhiri hubungansuami dan istri (Said, 1994: 2).b. Putusnya perkawinan yang disebabkankarena perceraian dapat terjadi karena talakatau berdasarkan gugatan perceraian.Cerai talak, yaitu bagi mereka yangmelangsungkan perkawinannya menurut agamaIslam. Maksud perceraiannya dapat diajukankepada pengadilan agama di tempat merekabertempat tinggal. Cerai gugat, yaitu bagi merekayang melangsungkan perkawinannya menurutagamanya dan kepercayaanya selain agama Islamdan bagi seorang istri yang melangsungkanperkawinannya menurut agama Islam gugatperceraianya dapat diajukan pada pengadilannegeri/agama di mana mereka tinggal.Adapun menurut Djamil Latif dalamagama Islam klasifikasi putusnya ikatanperkawinan disebabkan;1. Kematian suami atau istri,2. Oleh perceraian karena;a. Tindakan pihak suamib. Tindakan pihak istric. Persetujuan kedua belah pihakd. Keputusan hakimPerceraian dapat terjadi bila seseorangyang akan bercerai mempunyai alasan-alasanyang kuat untuk bercerai, bahkan antara suamidan istri tidak akan dapat hidup rukun lagisebagai suami istri. Adapun alasan-alasanperceraian (Pasal 116) antara lain adalah:1. Salah satu pihak berbuat zina atau menjadipemabuk, pemadat, penjudi, dan lainsebagainya yang sukar disembuhkan.2. Salah satu pihak meninggalkan pihak lainselama 2 (dua) tahun berturut-turut tanpa izinpihak lain dan tanpa alasan yang sah ataukarena hal lain di luar kemampuannya.3. Salah satu pihak mendapat hukuman penjara5 (lima) tahun atau hukuman yang lebih beratsetelah perkawinan berlangsung.4. Salah satu pihak melakukan kekejaman ataupenganiayaan berat yang membahayakanpihak lain.5. Salah satu pihak mendapat cacat badan ataupenyakit dengan akibat tidak dapatmenjalankan kewajiban sebagai suami atauistri.6. Antara suami istri terus menerus terjadiperselisihan dan pertengkaran dan tidak adaharapan akan hidup rukun lagi dalam rumahtangga.Sesuai dengan undang-undang, batalnyaperkawinan serta sahnya perceraian hanya dapatdibuktikan dengan keputusan pengadilan agamauntuk orang-orang Islam dan pengadilan negeriuntuk orang-orang non-Islam. Namun sebagianmasyarakat untuk proses perceraian lebihmemilih menggunakan hukum adat atau memilihmenggunakan proses perceraian dengan carakekeluargaan. Di mana dalam proses perceraianini pihak adat menjadi saksi putusnya perkawinanpasangan ini, begitu juga perceraian dengan carakekeluargaan akan dianggap sah apabila adakesepakatan berpisah dari suami dan istri yangdiketahui oleh keluarga kedua belah pihak,dengan alasan-alasan yang diterima. Walaupunproses ini sebenarnya tidak diakui oleh negara.Perceraian baik secara resmi maupunsecara tidak resmi berdampak negatif bagipasangan yang bercerai, lingkungan, dan yangpaling terasa berat dampaknya terjadi pada anak.Adapun dampak perceraian itu sendiri dapatmenyebabkan:1 Anak mempunyai kemarahan, frustasi dandia mau melampiaskanya, dan pelampiasannyaadalah dengan melakukan hal-hal yangberlawanan dengan peraturan-peraturan,memberontak, dan lain sebagainya.2 Bila anak tinggal dengan ibu, anakkehilangan figur otoritas, figur ayah, waktufigur otoritas itu menghilang, anak seringkalitidak terlalu takut pada ibunya.63


Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007, Volume I, No. 23 Anak kehilangan jati diri sosialnya atauidentitas sosial. Status sebagai anak ceraimemberikan suatu perasaan berbeda darianak-anak lain.Setelah perceraiaan kedua pasangan inijuga dihadapkan pada penyesuaian diri denganpengasuhan anak, kebiasaan dan gaya hidup baru,serta tanggung jawab tambahan sebagai orang tuatunggal bagi orang tua yang diserahi pengasuhananak setelah perceraian. Bagi orang tua tunggalkeadaan ini akan menjadi lebih buruk ketika iaharus menanggung urusan keuangan dan bekerjapada saat bersamaan. Walau sebenarnya keduaorang tuanya tetap bertanggung jawab terhadapkelangsungan hidup sang anak dari kebutuhanekonomi, sampai kebutuhan pendidikan. Hal inisesuai dengan ketentuan hukum yang tercantumdalan UU Perkawinan No.1 Tahun 1974, Pasal41, yang menyatakan bahwa akibat putusanperkawinan adalah:1. Baik istri atau suami tetap berkewajibanmemelihara dan mendidik anak-anaknya,semata-mata berdasarkan kepentingan anak,bilamana ada perselisihan, mengenaipenguasaan anak-anak, pengadilan memberiputusannya.2. Suami yang bertanggung jawab atas semuabiaya pemeliharaan dan pendidikan yangdiperlukan anak itu bilamana suami tidakdapat memberi kewajiban tersebut,pengadilan dapat menentukan bahwa istriikut memikul biaya tersebut.InteraksiManusia telah mempunyai naluri untukmelakukan interaksi dengan sesamanya semenjakdia dilahirkan di dunia. Interaksi sesama manusiamerupakan suatu kebutuhan, oleh karena itudengan pemenuhan kebutuhan tersebut ia akandapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan lainnya.Tanpa interaksi dengan manusia lain tidak akandapat bertahan untuk hidup. Dalam bukusosiologi suatu pengantar, Soerjono Soekanto(1986: 498) mengutip definisi Gillian dan Gilliandari buku mereka Cultural Sociology yakniinteraksi merupakan hubungan-hubungan sosialyang dinamis, yang menyangkut hubungan antaraorang perorangan dengan kelompok manusia.Intekaksi sosial merupakan suatu konsep yangsangat penting dalam sosiologi. Istilah tersebutsecara kontak timbal balik atau interstimulasi danrespons antara individu-individu dan kelompok.Adapun ciri ciri dari interaksi sosial adalah:1. Jumlah pelakunya lebih dari seorang,biasanya dua atau lebih.2. Adanya komunikasi antar para pelaku denganmenggunakan simbol-simbol.3. Adanya suatu dimensi waktu yang meliputimasa lampau, kini, dan akan datang, yangmenentukan sifat dari aksi yang sedangberlangsung.4. Adanya suatu tujuan tertentu.Menurut Kimbal Young dan RaymondW. Mack (dalam Soekanto 1982: 58) menyatakanbahwa interaksi sosial, adalah kunci dari semuakehidupan sosial, oleh karena tanpa interaksi, takakan mungkin ada kehidupan bersama; interaksiyang dilakukan oleh manusia mempunyai syaratsyaratagar interaksi terjadi dengan baik.1. Kontak2. KomunikasiKontak pada dasarnya merupakan aksidari individu atau kelompok agar mempunyaimakna bagi pelakunya, dan kemudian ditangkapoleh individu atau kelompok lain. Penangkapanmakna tersebut yang menjadi pangkal tolak untukmemberikan reaksi.Kontak dapat terjadi secara langsung,yakni melalui gerak dari fisikal organisme(action of physical organism), misalnya melaluipembicaraan, gerak, isyarat dan dapat pula secaratidak langsung, misalnya melalui tulisan ataubentuk-bentuk komunikasi jarak jauh, sepertitelepon, chatting, dan sebagainya. Sebagaimanayang dikatakan oleh Alvin dan Helen Gouldnerdalam Taneko (1990: 110), interaksi itu adalahsuatu aksi dan reaksi di antara orang-orang, jaditidak memperdulikan secara berhadapan mukasecara langsung ataukah melalui simbol-simbolseperti bahasa, tulisan yang disampaikan darijarak ribuan kilometer jauhnya. Semua itutercakup di dalam konsep interaksi selamahubungan itu mengharapkan adanya satu ataulebih bentuk respons. Komunikasi muncul setelahkontak berlangsung. Terjadinya kontak belumberarti telah ada komunikasi, oleh karenakomunikasi itu timbul apabila seseorang individumemberi tafsiran pada perilaku orang lain.Dengan tafsiran tadi, lalu seseorang itumewujudkan dengan perilaku, di mana perilakutersebut merupakan reaksi terhadap perasaanyang ingin di sampaikan oleh orang lain.64


Maryanti dan Rosmiani, Keluarga Bercerai dan Intensitas...Sehubungan dengan komunikasi,schlegel berpendapat bahwa: manusia adalahmakhluk sosial yang dapat bergaul dengandirinya sendiri, mentafsirkan makna-makna,obyek-obyek di dalam kesadarannya, danmemutuskan bagaimana ia bertindak secaraberarti sesuai dengan penafsiran itu (Taneko,1990: 75 ). Gerungan (2002: 57) seorang sarjanapsikologi mengatakan bahwa interaksi sosialdirumuskan sebagai berikut: yaitu suatuhubungan antara dua orang atau lebih individuyang satu mempengaruhi, merubah ataumemperbaiki kelakuan individu lain ataukebalikannya.Oleh karena itu, dalam keluarga itu jugaperlu adanya komunikasi antara ayah, ibu, dananak-anaknya, komunikasi ini tidak hanyaterbatas pada keluarga yang utuh, tetapi berlakujuga pada keluarga yang tidak bersatu lagi(bercerai) walaupun keluarga yang bercerai inisecara otomatis memisahkan anak dengan satuorang tuanya, pisahnya/tidak serumah lagi anakdan satu orang tuanya tidak selalu menandakanputusnya komunikasi baik komunikasi secaralangsung maupun komunikasi secara tidaklangsung, karena komunikasi yang terpentingantara anak dan orang tuanya yang berpisahadalah makna dan kualitasnya dari pertemuan itu,walaupun antara anak dengan orang tuanyabertemu dan berkomunikasi secara langsunghanya 1 minggu sekali bahkan hingga 1 satubulan sekali saja, tetapi bila pertemuan itudisertai dengan suasana akrab, penuh perhatiandan kasih sayang yang tercurahkan selalu, salingbercerita tentang kejadian yang dialami,diskusi/bertukar pikiran, memberikan nasihatnasihatdan lain sebagainya lebih penting danlebih baik dari pada sering bertemu tetapi tanpakomunikasi yang baik dan suasana yang hambar.Komunikasi yang baik ini juga dapat diiringidengan komunikasi secara tidak langsung sepertilewat telpon, SMS, surat menyurat, merupakansuatu hal yang juga dapat menambah keeratanhubungan antara anak dan orang tua, karenadengan komunikasi yang baik ini menunjukkankepedulian orang tua terhadap anak, denganmenanyakan kabar, memberi ungkapan-ungkapankasih sayang dengan menggunakan mediakomunikasi secara tidak langsung tersebut.Keluarga bercerai sedikit banyak akanberdampak dan berpengaruh pada anak, namunhal ini akan berbeda bila orang tua yang berpisahtersebut masih berinteraksi dan berkomunikasisecara baik dengan anak memperkecil dampakyang negatif bagi anak, dari pada membiarkankeluarga yang utuh tetapi selalu terjadi konflik diantara anggota terutama ayah dan ibunya, karenakeluarga penuh konflik tidak akan mampumenjalankan fungsi-fungsi keluarga dengansempurna, baik yang fungsinya berlaku sesamasuami dan istri, maupun fungsi yang yangkaitannya dengan anak. Adapun fungsi-fungsikeluarga tersebut adalah:1. Fungsi pengaturan seksual.2. Fungsi reproduksi.3. Fungsi sosialisasi.4. Fungsi afeksi (kasih sayang).5. Fungsi penentuan status.6. Fungsi perlindungan.7. Fungsi ekonomi, (Horton dan Hunt, 1987:274-279 ).Fungsi-fungsi keluarga di atasmerupakan fungsi keluarga yang ideal, hal iniakan berbeda pada kondisi keluarga yangbercerai, di mana fungsi keluarga antarapasangan suami dan istri tidak mukin berlaku lagiseperti, seperti fungsi pengaturan seksual danfungsi reproduksi, tetapi hal ini berbeda denganyang dialami anak, seharusnya anak tetapmenerima fungsi-fungsi keluarga yang memangberlaku bagi anak, karena pada dasarnya anakmasih berstatus sebagai anak dari kedua orangtuanya tersebut, tidak seperti kedua orang tuanyasetelah perceraian berstatus duda dan janda. Anakmasih berhak mendapat fungsi-fungsi keluargadari kedua orang tuanya tersebut, karena orangtua berhak mendapat motivasi yang kuat untukmendidik karena anak merupakan buah cintakasih hubungan suami dan istri. Anak merupakanperluasan biologis dan sosial orang tuanya,motivasi yang kuat ini melahirkan emosionalantara orang tua dan anak. Penelitian-penelitianmembuktikan bahwa hubungan emosional lebihberarti dan efektif dari pada hubungan intelektualdalam proses sosialisasi, oleh karena itu orangtua memainkan peranan sangat penting terhadapproses sosialisasi anak.Corak hubungan anak dan orang tuasangat menentukan proses sosialisasi anak, corakhubungan anak dan orang tua ini berdasarkanpenelitian yang dilakukan Fels Research Institute(1993: 47), dapat dibedakan menjadi 3 pola yaitu:1. Pola menerima-menolak, pola ini didasarkanatas taraf kemesraan orang tua terhadap anak.65


Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007, Volume I, No. 22. Pola memiliki-melepaskan, pola inididasarkan atas beberapa besar sikapprotektif orang tua terhadap anak. Pola inibergerak dari sikap orang tua yangoverprotektive dan memiliki anak sampaikepada sikap mengabaikan anak sama sekali.3. Pola demokratif-otokrasi, pola ini didasarkanatas taraf partisipasi anak dalam menentukankegiatan-kegiatan dalam keluarga. Polaotokrasi berarti orang tua bertindak sebagaidiktator terhadap anak, sedangkan dalamkeluarga demokrasi sampai batas-batastertentu, anak dapat berpartisipasi dalamkeputusan-keputusan orang tua.Peran orang tua juga dibutuhkan seoranganak dalam hal sosialisasi norma-norma danaturan yang berlaku di masyarakat. Orang tuajuga wajib memberi pegangan hidup baik dannilai-nilai dasar kehidupan kepada anak untukbekal anak dikemudian hari. Sosialisasi adalahproses interaksi sosial di mana calon anggotamasyarakat mengenal cara-cara berfikir,berperan, dan berperilaku, sehingga dapatberperan secara efektif di dalam masyarakat yangdipelajarinya, dalam sosialisasi mengajarkannilai-nilai, norma-norma dan simbol (Ihromi,1990). Hal yang sama juga dijelaskan olehWirotomo (1994: 11) bahwa sosialisasimerupakan suatu proses yang amat penting dalamkehidupan bermasyarakat, bahkan proses palingdasar dari terbentuknya masyarakat. Sosialisasidalam keluarga bisa disebut primarysocialization, yaitu sosialisasi yang palingpertama diterima oleh seorang anak. MenurutParson dalam Wirotomo (1994: 11). Sosialisasiprimer dalam keluarga menghasilkan personalitystructure di mana pola orientasi nilai yangditanamkan pada seseorang akan sulit untukdiubah lagi sepanjang kehidupannya.Penelitian ini adalah penelitian deskriptifdengan menggunakan pendekatan kualitatif. Halini dimaksudkan untuk dapat memahamipermasalahan atau yang diteliti sehingga dapatmemberikan gambaran yang lebih mendalamtentang gejala-gejala dan fenomena yang ditelitidan diharapkan diperoleh data sesuai denganyang diperlukan.Yang menjadi unit analisis dalampenelitian ini adalah anak yang berusia 8-20tahun, yang orang tuanya bercerai di KecamatanMedan Sunggal. Pemilihan informan dilakukandengan cara Purposive sampling, di manainformannya telah ditentukan terlebih dahuludengan menentukan kriteria informan yangdianggap berkompeten untuk dijadikan sebagaisumber data yang sesuai dengan tujuanpenelitian. Adapun kriteria-kriteria informandalam penelitian ini adalah:1. Anak yang berusia 8-20 tahun2. Belum menikahUntuk jumlah informan tidak ditentukan,penentuannya adalah data, artinya apabila datayang diperoleh dari informan sudah dianggapcukup mendukung penelitian, maka pengumpulandata dari informan akan dihentikan.Deskripsi Hasil PenelitianPerceraian di Kecamatan Medan Sunggalkebanyakan dilakukan dengan cara kekeluargaan,cara ini dilakukan dengan alasan keterbatasanekonomi, menginginkan proses yang cepat danmurah, dan juga karena proses birokrasi yangberbelit sehingga terkesan mempersulit. Adapunfaktor-faktor terjadinya perceraian di KecamatanMedan Sunggal ini adalah: faktor ekonomi,faktor perselingkuhan, faktor keterlibatan orangtua (mertua) dalam rumah tangga, faktor tidakada cinta dan yang terakhir adalah faktor bedaprinsip.Perceraian orang tua menyebabkanberubahnya tempat tinggal anak sehingga statustempat tinggal anak bersama ayahnya, ibuataupun dengan familinya, yang terlebih dulutelah dilakukan penentuan dengan siapa sanganak tinggal. Setelah dilakukan penelitian dilapangan penentuan tempat tinggal anakdiputuskan oleh pihak kedua keluarga besarnyadengan sistem musyawarah. Penentuan tempattinggal ini pun tidak mengalami permasalahanyang berarti, di mana setelah diputuskan statustempat tinggal anak tidak terjadi rebutan anakbaik dari pihak ayah maupun pihak ibu. Tempattinggal anak sesuai hasil putusan perceraiandengan tempat tinggal anak sekarang pun masihmengalami ”kesesuaian”.Orang tua yang tidak mendapatkan hakasuh anak terkesan tidak perduli kepada kondisianak tersebut, hal ini terbukti pada pemenuhankebutuhan sang anak pasca-perceraian.Pemenuhan kebutuhan anak baik kebutuhanekonomi maupun kebutuhan pendidikankhususnya pembiayaan untuk sang anak yangdiberikan orang tua (ayah dan ibu) tidakseimbang, karena selama ini kebutuhan yang66


Maryanti dan Rosmiani, Keluarga Bercerai dan Intensitas...diperlukan anak kebanyaan dipenuhi oleh sangibu. Padahal ayahlah yang seharusnyabertanggung jawab penuh terhadap kebutuhananak dan bila ayah kurang mampu dapat dibantuoleh ibu, status ibu hanyalah membantu tidakbertanggung jawab penuh, namun kenyataannyasang ibulah yang lebih peduli terhadap kebutuhananak. Hal ini tidak sesuai dengan UU PerkawinanNo. 1 Tahun 1974, Pasal 41 yang menyatakanbahwa akibat putusnya perkawinan adalah:a. Baik istri atau suami tetap berkewajibanmemelihara dan mendidik anak-anaknya,semata-mata berdasarkan kepentingan anak,bilamana ada perselisihan mengenaipenguasaan anak-anak, pengadilan memberiputusannya.b. Suami yang bertanggung jawab atas semuabiaya pemeliharaan dan pendidikan yangdiperlukan anak itu bilamana suami tidakdapat memberi kewajiban tersebut,pengadilan dapat menentukan bahwa istriikut memikul biaya tersebut.Setelah terjadi perceraian interaksi anakdengan orang tua yang terpisah masih tetapberlangsung, baik interaksi secara langsungbertatap muka maupun interaksi secara tidaklangsung lewat telpon, SMS, dan lain-lain.Kaitannya dengan hal ini adalah interaksi untukmenciptakan kepedulian, kasih sayang, masihditerima anak dari orang tuanya yang berpisah,jarangnya pertemuan tidak menentukan, dan yangterpenting adalah kualitas pertemuan tersebut, dimana dalam setiap pertemuan orang tua yangberpisah masih menjalankan peranannya sebagaiseorang yang mensosialisasikan nilai-nilai dannorma kepada anak-anaknya dengan baik, normadan nilai itu disosialisasikan sesuai denganperkembangan zaman seperti yang sedang marakdi kalangan remaja kaitannya dalam halpergaulan bebas, maupun mengenai narkobayang saat ini sangat digandrungi anak-anak mudabahkan anak-anak kecil yang masih duduk disekolah dasar.Orang tua juga masih mengingatkannorma dan kebiasaan-kebiasaan dahulu yangpernah diajarkan dan diterapkan di dalamkeluarga sebelum perceraian terjadi, kebiasaankebiasaanitu antara lain berupa kebiasaan jamistirahat (tidur siang) ini bagi anak yang belumberusia remaja alias masih sekolah dasar,kebiasaan-kebiasaan selanjutnya adalahmengingatkan supaya rajin sholat, rajin mengaji,serta mengarahkan hobi informan). Maka dari ituterbukti para informan setelah perceraian masihmempunyai perilaku yang positif (baik).PENUTUP1. Kepada orang tua yang bercerai hendaknyatetap memberikan pemenuhan kebutuhanpangan, sandang, papan (ekonomi), secaraseimbang dari kedua orang tuanya.2. Orang tua yang sudah bercerai hendaknyatidak hanya memberikan pendidikan umumsaja, tetapi juga pendidikan agama yang jugatidak kalah pentingnya dengan pendidikanumum. Pendidikan agama ini hendaknyadiajarkan oleh orang tua, melalui perilakuperilakuyang baik sehingga dapat dijadikanpanduan nilai dan moral sebagai peganganhidupnya.3. Kepada anak yang orang tuanya sudahberpisah diharapkan tetap menjalankan nilaidan moral yang baik dalam kehidupan seharihari,walaupun pengawasan dari orang tuatidak seintens dan seakrab dahulu.67


Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007, Volume I, No. 2DAFTAR PUSTAKABetran, L. Alwin. 1980. Sosiologi. Surabaya, PT Bina Ilmu.Cole, Kelly. 2004. Anak Menghadapi Perceraian Orang Tua. Jakarta, Prestasi Pustakaraya.Faisal, Sanapiah. 1989. Format-Format Penelitian Sosial. Jakarta, LP3ES.Gerungan. A.W. 2002. Psikologi Sosial. Jakarta, PT Refika Adhitama.Goode, William . 1991. Sosiologi Keluarga. Jakarta, Bumi Aksara Jakarta.Gunarsa, Yulia Singgih D. 2003. Azas-Azas Psikologi Keluarga Idaman. Jakarta, Gunung Mulia.Horton, Paul B. 1999. Sosiologi Jilid 1 dan 2. Jakarta, Erlangga.Ihroni, T.O. 1990. Para Ibu yang Berperan Tunggal dan yang Berperan Ganda. Jakarta, PenerbitFakultas Ekonomi, <strong>Universitas</strong> Indonesia .Kartasapoetra, G. & JB, Kreimers. 1987. Sosiologi Umum. Jakarta, Bina Aksara.Khairuddin. 1997. Sosiologi Keluarga. Yogyakarta, Liberty Yogyakarta.Latif, Djamil. 1985. Aneka Perceraian di Indonesia. Jakarta, Ghalia Indonesia.Mahfuzh, Jamaluddin. 2001. Psikologi Anak dan Remaja Muslim. Jakarta, Al. Al kautsar.Nakamura, Hisako. 1990. Perceraian Orang Jawa. Yogyakarta, Gajah Mada University Press.Ramulyo, Mohd. Idris. 1996. Hukum Perkawinan Islam. Jakarta, Bumi Aksara.Rasjidi, Lili.1983. Alasan Perceraian menurut UU No.1 Th.1974 tentang Perkawinan. Bandung,Penerbit Alumni.Sabiq, Syaid. 1996. Fiqih Sunnah. Bandung, PT. Al ma’arif.Said, H.A Fuad. 1994. Perceraian menurut Hukum Islam. Jakarta, Pustaka Al-Husna.Sinolungan.A.E.Pengaruh Keluarga di dalam Masalah Kecenderungan Nakal Siswa Remaja padaSMA-SMA Manado. Bandung, Departeman P & K.Soekanto, Soerjono. 1983. Beberapa Pokok Antropologi Sosial. Jakarta, Rajawali pers.Taneko, Soleman B. 1990. Struktur dan Proses Sosial. Jakarta, CV Rajawali.68


Hastuti dan Sudarwati, Gaya Hidup Remaja Pedesaan...GAYA HIDUP REMAJA PEDESAAN(Studi di Desa Sukaraya, Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang,<strong>Sumatera</strong> <strong>Utara</strong>)Sri HastutiLina SudarwatiAbstract: Lifestyle can be identified with certain expressions and symbols to show whowe are and in what group we relate to. Lifestyles nowadays have eliminated local andnational boundaries, because the wave of lifestyles can easily spread through the media,even to village areas. Mass media and peer group has enormous effects to the lifestyle ofteenagers nowadays. Luckily, there are still religious values and family values.Nevertheless, there is no doubt that the lifestyle of village teenagers these days havetransformed. And the transformation is surely interesting to observe. It is interesting tosee how teenager’s today dress and act like one of the celebrities they admire. They evenimitate the celebrities’ lifestyle and way of living. If the celebrities happen to be conform,this shouldn’t be a problem. But how if the opposite?Keywords: lifestyle, village, teenagers, mediaPENDAHULUANGaya hidup dapat diidentikkan dengansuatu ekspresi dan simbol untuk menampakkanidentitas diri atau identitas kelompok. Gaya hidupdipengaruhi oleh nilai-nilai tertentu dari agama,budaya, dan kehidupan sosial, demi menunjukkanidentitas diri melalui ekspresi tertentu yangmencerminkan perasaan.Gaya hidup saat ini telah menghilangkanbatas-batas budaya lokal, daerah, maupunnasional karena arus gelombang gaya hidupglobal dengan mudahnya berpindah-pindahtempat melalui perantara media massa. Gayahidup yang berkembang lebih beragam, tidakhanya dimiliki oleh suatu masyarakat saja. Haltersebut karena gaya hidup dapat ditularkan darisatu masyarakat ke masyarakat lainnya melaluimedia komunikasi (Rasyid, 2005: 1).Perkembangan yang bisa dianggapmenonjol dalam pergeseran gaya hidup yangmelanda kalangan remaja Indonesia adalah gayahidup mereka yang secara umum cenderungdipengaruhi oleh gaya Barat, khususnya dariAmerika Serikat. Namun, selain itu ada jugasekelompok remaja yang gaya hidupnyadipengaruhi oleh nilai-nilai agama tertentu(Islam).Pengaruh gaya hidup Barat tersebut,antara lain, terlihat dari cara berpakaian serbaminim yang dianggap sebagai trend berpakaianmodern, penggunaan berbagai pernak-pernikbuatan luar negeri, kegemaran terhadap musikdan film yang berasal dari Barat, serta mulaiditerapkannya nilai-nilai pergaulan ala Baratdalam keseharian. Meski demikian, ada jugaremaja yang berpegang teguh pada nilai-nilaiagama (khususnya agama Islam) dan masihmenjunjung tinggi budaya Indonesia, misalnyadengan tetap menggunakan busana muslim danmuslimah, menyukai lagu-lagu religius, sertamempertahankan nilai-nilai budaya Indonesiasaat bergaul dengan orang lain.Gaya hidup remaja pedesaan pada masadahulu selalu diidentikkan dengan gaya hidupyang dipengaruhi oleh nilai agama dan budayasetempat, misalnya saja dalam hal berpakaianterkesan sederhana dan tidak mengikuti modekarena belum terlalu berkembangnya mediamassa di pedesaan. Dalam pilihan hiburan,mereka umumnya menyukai musik atau lagutradisional dari daerahnya, serta menyukai filmdalam negeri. Pergaulan remaja pria danperempuan pun tidak sebebas sekarang, tidakboleh berpegangan tangan di tempat umum,remaja pria tidak bebas berkunjung ke rumahremaja perempuan, pergaulan remaja pria danperempuan masih sangat tabu. Peranan keluargadan orang tua sangat penting dalam pembentukankepribadian.Namun, seiring perkembangan arusurbanisasi dan penetrasi media, keunikan gayahidup tadi semakin memudar. Bahkan kini sulituntuk membedakan identitas remaja desa dankota bila hanya sekedar melihat gaya hidupnyasaja. Setiap enam bulan sekali, industri modeSri Hastuti adalah Alumni Departemen Sosiologi FISIP USULina Sudarwati adalah Dosen Departemen Sosiologi FISIP USU Medan69


Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007, Volume I, No. 2mengeluarkan tawaran mereka mengenai apayang akan paling terbaru saat enam bulanmendatang. Dan inilah yang berusaha untukdiikuti oleh kalangan remaja agar mereka tidakdianggap ketinggalan zaman. Julukan modis,trendy, kosmopolitan dianggap sebagai simbolbahwa seseorang lebih mengikuti perkembanganzaman. Dalam hal ini bagi remaja disimbolkandengan gaya hidupnya yang sesuai dengan trendgaya hidup masa kini baik cara berpakaian, caraberbicara, selera terhadap musik atau hiburan.Jika dulu remaja perempuan maupunlaki-laki di desa cara berpakaian, berbicara, tatakrama serta bergaul dengan lawan jenis merujuksesuai norma-norma setempat misalnya remajaputri selalu memakai kain atau rok, saat inimungkin lebih sering memakai celana jeanskarena dianggap lebih praktis mendukungaktivitas di luar rumah, mereka bersikap sopansantun dan tabu bergaul dengan lawan jenis.Sedangkan pada remaja pria desa dahulumenggunakan celana panjang, sarung, berkopiah,juga bersopan santun dan menjaga pergaulandengan lawan jenis. Namun sekarang karenapengaruh media dan kota cenderung terjadiperubahan gaya hidup di kalangan remaja desadan itu terlihat dari gaya berpakaian, pergaulanyang sedang trend di kalangan remaja pedesaan.Perubahan gaya hidup Timur ke gayahidup Barat yang mempengaruhi kalangan remajamelalui media, di mana sekarang remaja dapatmengetahui semua yang terjadi di bagian dunialain dengan mudah. Dengan cara mengaksesinformasi dari media televisi dan menyaksikangaya hidup yang dipertontonkan oleh kalanganselebriti atau idola-idola remaja masa kini yangkerap kali menjadi simbol identitas atauidentifikasi jati diri remaja masa kini.Perubahan gaya hidup pada remajasebenarnya dapat dimengerti bila melihat usiaremaja sebagai usia peralihan dalam mencariidentitas diri. Remaja ingin diakui eksistensinyaoleh lingkungan dengan berusaha menjadi bagiandari lingkungan itu. Kebutuhan untuk diterimadan menjadi sama dengan orang lain yang sebayaitu menyebabkan remaja berusaha untukmengikuti berbagai atribut gaya hidup yangsedang in. Remaja dalam perkembangannya danemosinya masih memandang bahwa atribut yangsuperfisial itu sama penting (bahkan lebihpenting) dengan substansi. Apa yang dikenakanoleh seorang artis yang menjadi idola para remajamenjadi lebih penting (untuk ditiru)dibandingkan dengan kerja keras dan usaha yangdilakukan artis idolanya itu untuk sampai padakepopulerannya.Remaja desa, dengan berbagai perubahandalam gaya hidupnya jelas merupakan sesuatuyang sangat menarik untuk dikaji. Bagaimanakahgambaran perubahan gaya hidup itu sendiri danapakah yang mempengaruhinya. Inilah yanghendak diteliti lebih lanjut.Berdasarkan uraian di atas, makaperumusan masalah dalam penelitian ini adalah“Bagaimanakah gaya hidup di kalangan remajaDesa Sukaraya saat ini dan mengapa gaya hidupseperti itu berkembang?”PEMBAHASANGaya HidupIstilah gaya hidup (lifestyle) sekarang inikabur. Sementara istilah ini memiliki artisosiologis yang lebih terbatas dengan merujukpada gaya hidup khas dari berbagai kelompokstatus tertentu, dalam budaya konsumenkontemporer istilah ini mengkonotasikanindividualitas, ekspresi diri, serta kesadaran diriyang semu. Tubuh, busana, bicara, hiburan saatwaktu luang, pilihan makanan dan minuman,rumah, kendaraan dan pilihan hiburan, danseterusnya dipandang sebagai indikator dariindividualitas selera serta rasa gaya dari pemilikatau konsumen (Fatherstone, 2005: 201).Weber mengemukakan bahwa persamaanstatus dinyatakan melalui persamaan gaya hidup.Di bidang pergaulan gaya hidup ini dapatberwujud pembatasan terhadap pergaulan eratdengan orang yang statusnya lebih rendah. Selainadanya pembatasan dalam pergaulan, menurutWeber kelompok status ditandai pula oleh adanyaberbagai hak istimewa dan monopoli atas barangdan kesempatan ideal maupun material.Kelompok status dibeda-bedakan atas dasar gayahidup yang tercermin dalam gaya konsumsi.Weber mengemukakan bahwa kelompok statusmerupakan pendukung adat, yang menciptakandan melestarikan semua adat-istiadat yangberlaku dalam masyarakat (Sunarto, 2000: 93).Perbedaan gaya hidup ini tidak hanyadijumpai pada hierarki prestise, tetapi juga padahierarki kekuasaan dan privilise. Kita melihatbahwa setiap kelas sosial pun menampilkan gayahidup yang khas. Ogburn dan Nimkoff (1958)menyajikan suatu sketsa dari majalah Life yangmenggambarkan bahwa lapisan bawah (low-70


Hastuti dan Sudarwati, Gaya Hidup Remaja Pedesaan...brow), menengah bawah (lower middle-brow),menengah atas (upper middle-brow) dan atas(high-brow). Masing-masing mempunyai selerayang khas dalam pakaian, hiburan, perlengkapanrumah tangga, makanan, minuman, bacaan, seleraseni dan musik.Gaya hidup adalah suatu titik tempatpertemuan antara kebutuhan ekspresi diri danharapan kelompok terhadap seseorang dalambertindak, yang tertuang dalam norma-normakepantasan. Terdapat norma-norma kepantasanyang diinternalisasikan dalam diri individu,sebagai standar dalam mengekspresikan dirinya.Estetikasi realitas melatarbelakangi artipenting gaya yang juga didorong oleh dinamikapasar modern dengan pencarian yang konstanakan adanya model baru, gaya baru, sensasi danpengalaman baru.Berdasarkan penelitian Lucky Lutviamengenai gaya hidup remaja di Kota Bandung,disimpulkan bahwa remaja saat ini dipengaruhioleh hal-hal berikut:1. Transformasi BudayaBudaya massa atau budaya populer yangberkembang melalui media massa elektronikdan cetak sangat berpengaruh terhadappilihan gaya hidup seseorang, misalnya gayaberbusana, gaya berbicara atau bahasa, selerahiburan seperti musik dan film. Trend tersebutbegitu bebas mengalir mempengaruhi setiappemirsa maupun pembacanya, ditambah lagidengan acara musik dari luar negeri yangdiolah dalam video klip televisi, yang secaravisual bisa kita lihat penampilan penyanyidan pemain musiknya. Cara merekaberdandan dan berbusana sudah pasti sesuaidengan budaya mereka (Lutvia, 2001: 34).2. Mengadopsi Gaya dari BaratIni banyak dipengaruhi oleh selebritis dalamnegeri melalui iklan-iklan, film, dan sinetronyang dilihat dan akhirnya ditiru oleh remaja.Seperti istilah gaya funky, punk rock, metal,skaters, hip hop, sporty, streetwear, dan skabeserta penggunaan aksesorisnya yangmereka tiru sebagai usaha untukmengaktualisasikan dirinya serta seolah-olahingin mensejajarkan diri dengan bintangidolanya. Walaupun begitu remaja juga adayang dipengaruhi oleh nilai-nilai agama,budaya dan kehidupan sosialnya.Sedangkan menurut Purnomo Mangku(2004) Gaya hidup masyarakat desa dipengaruhijuga oleh mobilitas geografis seperti urbanisasi,imigrasi. Mobilitas geografis yang dimaksudadalah suatu keadaan di mana seseorang pernahmenetap di luar tempat tinggalnya. Mobilitasgeografis seseorang ke kota, misalnya, dapatmempengaruhi gaya hidup karena kota dianggapmerupakan suatu tempat yang memungkinkanseseorang yang bersinggungan dengannyamendapatkan perluasan atau penambahanberbagai macam pengalaman dan pengetahuanbaru. Ini terkait dengan realitas bahwa kotamemiliki keanekaragaman budaya yang dapatditiru oleh orang desa (Purnomo, 2004: 10).Berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnyamengenai suatu gaya hidup, yang membedakanpenelitian ini adalah gaya hidup remaja pedesaan.Penelitian ini mengkaji perubahan yang terjadidalam gaya hidup remaja Desa Sukaraya yaituperubahan penampilan, perilaku kehidupansehari-hari, tata krama dan selera hiburan remajadesa, yang dipengaruhi oleh media dan interaksimereka dengan remaja kota serta untukmenunjang pergaulan mereka dalam kelompokremaja agar mereka tidak disebut kampungan.Gaya Hidup Remaja Masa KiniDalam ilmu-ilmu sosial, studi atas remajapertama kali dilakukan oleh sosiolog TalcottParsons pada awal 1940-an. Berbeda dengananggapan umum bahwa remaja adalah kategoriyang bersifat alamiah dan dibatasi secara biologisoleh usia, menurut Parsons remaja adalah sebuahsebuah konstruksi sosial yang terus-menerusberubah sesuai dengan waktu dan tempat (Barker,2000 dalam Antariksa, 2005: 2).Remaja adalah suatu fase dalamkehidupan manusia di mana ia tengah mencarijatidirinya dan biasanya dalam upaya pencarianjatidiri tersebut ia mudah untuk terikut danterimbas hal-hal yang tengah terjadi disekitarnya, sehingga turut membentuk sikap danpribadi mereka.Grossberg (1992) menganggap bahwayang menjadi persoalan adalah bagaimanakategori remaja diartikulasikan dalam wacanawacanalain, misalnya musik, gaya hidup,kekuasaan, harapan, masa depan dan sebagainya.Jika orang-orang dewasa melihat masa remajasebagai masa transisi, menurut Grossberg remajajustru menganggap posisi ini sebagai sebuahkeistimewaan di mana mereka mengalami sebuahperasaan yang berbeda, termasuk di dalamnya71


Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007, Volume I, No. 2hak untuk menolak melakukan rutinitaskeseharian yang dianggap membosankan.Hampir sama dengan pendapat itu, DickHebdige dalam Hiding in the Light (1988)menyatakan bahwa remaja telah dikonstruksikandalam wacana “masalah” dan “kesenangan”(remaja sebagai pembuat masalah dan remajayang hanya gemar bersenang-senang). Misalnya,dalam kelompok pendukung sepakbola dan genggeng,remaja selalu diasosiasikan dengankejahatan dan kerusuhan. Di pihak lain, remajajuga direpresentasikan sebagai masa penuhkesenangan, di mana orang bisa bergaya danmenikmati banyak aktivitas waktu luang.Remaja dalam kebudayaan populer dapatkita temukan dalam berbagai cerita yangmenjadikan remaja sebagai pahlawannya ataulagu-lagu yang bertema masalah yang dihadapiremaja, informasi yang mengungkap mode dangaya hidup lainnya untuk remaja. Tetapi yangutama bukan unsur yang mengandungkeremajaan itu, melainkan golongan remajasebagai pembeli. Menjadikan mereka sebagaipelaku, atau masalah mereka sebagai fokus,dengan sendirinya akan menggampangkanpemasaran suatu produk kebudayaan populer.Berbagai media informasi menciptakancitra diri sebagai bagian kehidupan remaja kelasatas ini yang umumnya menginformasikanberbagai tata cara bergaul maupun perlengkapanhobi yang relevan bagi remaja. Sampai aksesorisyang cocok digunakan dalam berbagaikesempatan, merupakan informasi yang dianggaplayak berita. Atau cerita para idola remaja yangmendominasi dunia hiburan yang gaya hidupnyasering mereka tiru.Dunia musik populer sebagaimanahalnya juga film, tak bisa terlepas dari pelakunyayaitu penyanyi dan pemain. Pelaku ini jugamenjadi bagian dari gaya hidup yang ditawarkankepada para remaja. Penyanyi dan bintang remajayang tampil, untuk memenuhi impian masaremaja, mestilah cantik dan tampan. Di luarliriknya, musik populer juga dapat mengacukepada gaya hidup tertentu. Dan yang berfungsidi sini adalah ritme yang dapat digunakan untuktarian tertentu. Ritme disco, misalnya, mengacukepada gaya hidup kota sementara dangdut untukkelompok pinggiran.Lirik lagu populer umumnya dalambahasa Indonesia yang tidak mengacu kepadasalah satu gaya tertentu. Baru setelah melaluipemancar-pemancar radio swasta, lagu-lagu inidiantarkan dengan dialek Jakarta. Bahkan bagipenyiar di radio swasta di kota kabupatenpedalaman Jawa Tengah pun dialek Jakarta inisudah menjadi semacam keharusan dalammengantarkan lagu-lagu populer, terutama untukacara-acara pilihan pendengar.Dialek ini tidak mengacu kepada subbudayaBetawi, tetapi kepada dialek Jakarta yangbiasa digunakan remaja gedungan. Denganbegitu radio-radio swasta ini, sampai kepedalaman, telah menopang lagu-lagu populerIndonesia dengan gaya hidup khas Kota Jakarta,dalam hal ini remaja kelas atasnya (Ibrahim,1997: 232-236).Norma Masyarakat dan Gaya HidupMenurut Weber, konsumsi jugamerupakan gambaran gaya hidup tertentu darikelompok status tertentu. Konsumsi terhadapbarang merupakan landasan bagi penjenjangandari kelompok status, konsumsi juga dapatdijadikan penggunaan barang-barang simbolikkelompok tertentu. Dengan demikian iadibedakan dari kelas yang landasanpenjenjangannya adalah hubungan terhadapproduksi dan perolehan barang-barang. Dalamhal ini konsumsi seseorang menentukan gayahidup seseorang. Karena penggunaan barangbarangsimbolik itu tadi seperti pemilihankonsumsi gaya berpakaian, selera dalam hiburan,selera konsumsi terhadap makanan dan minumanmenentukan dari kelas mana ia berada.Konsumsi atau perbedaan selera terhadap suatubarang juga dapat menggeser norma yang ada didalam suatu masyarakat. Norma budaya danagama tidak lagi dijadikan pedoman dalamberperilaku, suatu masyarakat yang tadinyamerasa segan untuk menunjukkan kekayaanmiliknya sekarang tidak segan denganmengkonsumsi barang-barang tertentu ia inginmenunjukkan identitas dirinya misalnya sajamasyarakat abangan yang memiliki seleramengkonsumsi barang-barang dari produk Barat.Masyarakat abangan dengan pengaruhmedia informasi banyak mengikuti gayaberpakaian yang mengikuti dunia barat karenapada masyarakat abangan dalam hubunganmanusia dengan agama bukan merupakankeharusan agama tidak harus menjadi tuntutanperilaku, ia digantikan oleh etika sosial yangdikonstruksi masyarakat atas kenyataan.Misalnya wanita abangan menggunakan tank top,rok mini, celana jeans, gaya rambut rebonding,72


Hastuti dan Sudarwati, Gaya Hidup Remaja Pedesaan...selera musik rock, atau pop. Pria abanganmenggunakan celana hipster, baju berlapis-lapisatau disebut anak skaters, rambut modelMohawk.Masyarakat santri adalah kebalikannya,hubungan antara manusia dan agama merupakankemutlakan. Agama haruslah menjadi tuntunanperilaku. Ia menjadi rujukan apakah suatu perilakuitu baik atau tidak. Perkembangan masyarakat santritelah pula menyebabkan menjamurnya rumahrumahmode yang khusus memperdagangkanbusana muslim dan muslimah.Berkembangnya toko-toko yang khususmenjual produk-produk yang berhubungandengan simbol-simbol keagamaan seperti bukubuku,pakaian yang dinilai islami, gantungan,kunci, stiker. Perkembangan teknologi informasibukan hanya menawarkan gaya pakaian muslimdan muslimah tetapi juga semakin maraknyafilm-film Islami di televisi, dan lagu-lagu Islami.Bahkan acara reality show pencarian da’i.Gaya Hidup Masyarakat Desa dan Interaksinyadengan Masyarakat KotaSepanjang masa, sebagian besarkomunitas desa di Indonesia, dari daerah Acehhingga Irian Jaya, telah di dominasi kekuasaanpusat tertentu sejak zaman kejayaan kerajaankerajaantradisional atau zaman penjajahanBelanda atau Inggris, dan banyak pula yangmengalaminya sejak beberapa waktu tahunterakhir ini. Dengan demikian, juga karena makinberkembangnya kesempatan dan prasarana untuksuatu gaya hidup dengan mobilitas geografikalyang tinggi, pada waktu sekarang ini hampirtidak ada lagi komunitas desa bersahaja, yangterisolasi dari negara kita ini, yaitu desa yangpenduduknya tidak sadar akan dunia luar di desaitu. Misalnya banyak orang pedesaan, bagian dariperadaban-peradaban kuno, yang menggaraptanah mereka sebagai mata pencaharian hidup,dan mempunyai cara hidup yang tradisional.Mereka itu berorientasi terhadap pengaruh olehsuatu golongan priayi di kota yang mempunyaicara hidup yang sama seperti mereka walaupundalam bentuk yang lebih beradab.Perbedaan konsep masyarakat desa dankota menurut Durkheim adalah solidaritasmekanis untuk masyarakat desa, dan solidaritasorganis untuk masyarakat kota. Sedangkanmenurut Tonnies membedakan masyarakat desadan kota dengan gesselschaft dan gemeinschaft.Konsep tentang desa dan masyarakatnya saat initelah mengalami perubahan yang cukup besarakibat berkembangnya teknologi dan informasi.Sentuhan kebudayaan kota menjadikan desa tidaklagi terbatas oleh teritorial namun meluas, danbeda antara desa dengan kota kecil. Bahkan ciridesa telah mampu melampaui perkembanganpenyiaran TV, dan berbagai media lainnya. Olehkarena itu menganggap desa sebagai masyarakatstatis jauh dari perubahan dan selalu tentramtentu keliru (Purnomo, 2004: 9).Satu abad yang lalu masyarakat desa dankota perbedaannya masih amat menonjol, karenapada waktu itu masyarakat desa masih tinggalstatis. Sedangkan saat ini banyak masyarakatdesa melakukan urbanisasi membawa ciri-ciridan terutama karakteristik pedesaan ke kota.Maka dari itu, pada masa sekarang menjadi amatsukar untuk membedakan antara masyarakat desadan masyarakat kota, kecuali hanya dalam hal-halseperti jumlah pendudukan, heterogenitaspenduduk, dan tingkat teknologi modern.Adapun jenis penelitian ini adalahpenelitian studi deskriptif dengan menggunakanpendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif dapatdiartikan sebagai pendekatan yang menghasilkandata, tulisan, dan tingkah laku yang didapat dariapa yang diamati. Penelitian deskriptif inidigunakan untuk menggambarkan ataumelukiskan apa yang diteliti dan berusahamemberikan gambaran yang jelas mengenai apayang menjadi pokok penelitian. Berkenaandengan penelitian ini sebagai studi deskriptifmaka penelitian ini akan menggambarkan ataumendeskripsikan gaya hidup remaja desaSukaraya saat ini dan yang menyebabkan gayahidup seperti itu berkembang.Yang menjadi unit analisis dalam subyekpenelitian ini adalah seluruh warga DesaSukaraya. Sedangkan sebagai informan daripenelitian ini adalah kaum remaja dan orang tuayang memiliki anak remaja di Desa Sukarayatersebut. Informan dipilih atas pertimbangan dankriteria tertentu yang telah ditetapkan olehpeneliti.Adapun kriteria informan dalampenelitian ini adalah:1. Informan kunci yaitu mereka yangmengetahui dan memiliki berbagai informasipokok yang diperlukan dalam penelitian.Perangkat desa dan tokoh masyarakat DesaSukaraya, atau warga masyarakat biasa yangmempunyai anak remaja. Informan dipilihyang dianggap mengetahui mengenai73


Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007, Volume I, No. 2berbagai aspek gaya hidup remaja di DesaSukaraya.2. Informan utama yaitu mereka yang terlibatlangsung dalam interaksi sosial yang diteliti.a. Remaja laki-laki atau perempuan.b. Remaja yang berusia 13–21 tahun,sebagai patokan umum di Indonesiaseorang anak memasuki masa remajapada usia 13 tahun dan berakhir pada saatia dianggap dapat berdiri sendiri yaitusecara hukum pada usia 21 tahun.c. Remaja yang masih menjadi tanggunganorang tua atau belum menikah.d. Dalam kesehariannya mencerminkangaya hidup ala Barat atau Islami.DESKRIPSI HASIL PENELITIANSebagian besar informan kunci yangterdiri atas perangkat desa dan warga masyarakatyang memiliki anak berusia remaja, menganggapbahwa model pakaian dan gaya remaja-remajasaat ini masih bisa diterima dan wajar. Sebagianlagi berpendapat model pakaian remaja sekarangterlalu mengikuti trend dari negara Barat. Adayang mereka sukai, tapi ada juga yang tidakdisukai.Seluruh informan sepakat bahwa remajasekarang seharusnya tidak terlalu berkiblat padanegara Barat dalam hal trend gaya berpakaianmaupun gaya hidup. Ini karena banyak diantaranya yang tidak sesuai dengan budayaTimur dan nilai-nilai agama (Islam).Memang, gaya remaja saat ini sudahbanyak berubah dibanding gaya hidup remajadahulu. Perubahan merupakan sesuatu yang harusterjadi, namun menurut para informan, perubahantetap harus diwaspadai agar tidak merusakprinsip dan nilai yang diyakini.Menanggapi berbagai perubahandimaksud, sebagian informan yakin bahwa tidakada yang perlu dikhawatirkan karena remaja pastibisa membedakan antara yang baik dan buruk.Tapi ada juga yang merasa khawatir karenaremaja sangat rentan terhadap pengaruhperubahan.Media massa dan teman sebaya memilikipengaruh besar terhadap gaya hidup remaja saatini. Untungnya, masih ada nilai-nilai agama sertalingkungan keluarga yang diharapkan menjadibekal bagi remaja untuk memilih yang terbaikbagi mereka. Nilai-nilai agama (Islam) ternyatajuga masih menjiwai keseharian masyarakat desaSukaraya. Terbukti, masih banyak remaja yangmemilih menggunakan busana muslim/muslimahdalam penampilannya sehari-hari. Penampilantersebut dipilih karena sesuai dengan nilai yangdianut.Pilihan menggunakan busana muslim/muslimah, selain dilatari keinginan atau niatpribadi yang bersesuaian dengan ajaran Islam,juga disebabkan oleh lingkungan pergaulan yangmenjadi panutan berperilaku. Faktor keluargatampaknya turut pula memberikan pengaruh.Semua informan sepakat bahwapergaulan remaja berlawanan jenis saat ini akrab,bahkan mungkin terlalu akrab. Mereka bergauldengan bebas, berkumpul bersama, dan bersendagurau. Untungnya, sepengetahuan informan,belum ada kabar tentang pergaulan remaja yangkelewat batas hingga melakukan hal-hal yangtidak pantas (seks bebas).Mengenai norma pergaulan remaja desasaat ini orang tua mengaku membolehkan anakmereka bergaul akrab dengan lawan jenis,mereka boleh mengadakan acara kumpulbersama, dan bersenda gurau. Tapi ada batasanyang tidak boleh dilanggar. Misalnya dilarangberdua-duaan di tempat sepi dan ada jam malamatau batas keluar malam dengan lawan jenis.Mengenai perayaan ulang tahun,informan mengaku tidak berkeberatan. Tapitentang Valentine, informan menganggapnyasebagai bagian dari budaya Barat yangbertentangan dengan budaya kita.Berbicara mengenai cara menghabiskanwaktu luang, menurut informan, remaja DesaSukaraya suka menonton film di bioskop,berkumpul dengan teman sebaya, jalan-jalan kepusat perbelanjaan, membaca buku atau belajarberkelompok.Tata krama dalam pergaulan masih tetapbisa dipertahankan oleh remaja Desa Sukaraya.Hal tersebut tampak dari sikap dan caraberkomunikasi yang cukup santun.Terhadap orang tua pun sikap dan gayabicara remaja cukup sopan. Hanya saja, merekasekarang sudah berani mendebat orang tua bilamerasa ada hal-hal yang tidak sesuai denganaspirasi mereka. Remaja juga lebih beranimempertahankan pendapat.Terjadinya perubahan gaya hidup remajadi desa Sukaraya dalam hal ini gayaberpenampilan, pergaulan sehari-hari, hiburandan tata krama. Gaya berpakaian remaja putriyang menyukai jeans dan berpakaian modis yang74


Hastuti dan Sudarwati, Gaya Hidup Remaja Pedesaan...dianggap mengikuti perkembangan zaman, sertaremaja pria yang menyukai pakaian-pakaian yangsedang trend seperti Skaters dan celana pendekatau Hiphop. Kebebasan mereka bergaul akrabdengan lawan jenis. Cara mereka menghabiskanwaktu luang dan tata krama kepada orang tuayang sudah lebih berani. Hal ini dikarenakanmemudarnya norma-norma masyarakat DesaSukaraya sehingga memudahkan masuknyapengaruh budaya luar ke Desa Sukaraya.Memudarnya norma-norma padamasyarakat Desa Sukaraya terjadi karenaberkurangnya peran tokoh masyarakat dan tokohagama terhadap kontrol gaya hidup remaja diDesa Sukaraya. Saat ini peran tokoh masyarakat,tokoh agama hanya berperan dalam mengambilkeputusan untuk pembangunan desa yangtersruktur dalam BPD, tidak lagi menjadi kontrolmoral atau kontrol gaya hidup masyarakatnyakhususnya remajanya. Hal ini juga dikarenakanmasyarakat Desa Sukaraya yang saat ini sudahheterogen. Anak-anak dan remaja hanya menjadiperhatian orang tua dan keluarganya, dan saat iniorang tua bisa menerima perubahan gaya hiduptersebut.Perubahan gaya hidup remaja DesaSukaraya saat ini dalam hal berpakaian,berbicara, pergaulan menurut para orang tua saatini masih dianggap wajar dan bisa diterima.Karena perkembangan zaman yang terjadi tidakbisa dipungkiri, remaja saat ini tidak bisadikekang lagi seperti remaja desa dahulu merekamerasa memiliki kebebasan untuk berekspresidan mempertahankan pendapat mereka. Orangtua dalam menanggapi hal ini bersikap bijaksana,selama mereka tidak melanggar norma-normaagama dan kesopanan perubahan tersebut tidakmenjadi masalah yang perlu dikhawatirkan.Remaja memang bukan lagi anak-anak.Tapi, mereka juga belum cukup untuk menjadiseorang dewasa. Remaja hadir dengan segalapermasalahan mereka dan kadang bisa jauh lebihpelik jika dilihat dari kaca mata mereka sendiri.Sayangnya, tak banyak orang tua yang bisamemahaminya dan justru menganggapnyasebagai masalah sepele yang bisa lenyap dengansendirinya.Padahal, yang paling penting adalahkomunikasi. Berkomunikasi dengan remajamerupakan suatu cara yang paling efektif untukmenghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Tentusaja komunikasi di sini harus bersifat dua arah,artinya kedua belah pihak harus mau salingmendengarkan pandangan satu dengan yang lain.Dengan melakukan komunikasi orang tuadapat mengetahui pandangan-pandangan dankerangka berpikir anaknya, dan sebaliknya anakanakjuga dapat mengetahui apa yang diinginkanoleh orang tuanya. Kebingungan seperti yangdisebutkan di atas mungkin tidak perlu terjadijika ada komunikasi antara remaja dengan orangtuanya. Komunikasi di sini tidak berarti harusdilakukan secara formal, tetapi bisa sajadilakukan sambil makan bersama atau selagiberlibur sekeluarga.Keluarga yang memberikan kehangatanserta ikatan emosi dalam kadar yang tidakberlebihan dan senantiasa memberikan dukunganpositif, cenderung membantu remaja mengembangkanikatan lain di luar keluarga secara lebih baik. Iamampu menentukan kapan ia harus mengikutiteman sebaya dan kapan harus menolak ajakandari teman-temannya. Selain itu, ia juga tidakmerasa perlu untuk sangat ‘tergantung’ padateman sebayanya agar keberadaan dirinya diakui.Remaja seperti ini biasanya cenderung akanterbebas dari pengaruh negatif.Gaya hidup yang ditawarkan oleh mediamodern (cetak, elektronik, internet) sebenarnyaadalah ajakan bagi khalayaknya untuk memasukiapa yang disebut budaya konsumer. Oleh Lury(1998), budaya konsumer diartikan sebagai‘bentuk budaya materi’, yakni budaya pemanfaatanbenda-benda, terutama pendukung penampilan.Budaya konsumer dicirikan denganpeningkatan gaya hidup (lifestyle). Justru,menurut Lury, proses pembentukan gaya hidupmerupakan hal terbaik yang mendefinisikanbudaya konsumer. Dalam budaya konsumerkontemporer, istilah itu bermakna individualitas,pernyataan diri dan kesadaran diri. Dalam hal ini,tubuh, pakaian, aksesoris, pemanfaatan waktusenggang, pilihan makanan dan minuman, rumah,mobil, pilihan hiburan/liburan, dan lain-lainmenjadi indikator cita rasa individualitas dangaya hidup seseorang.Demikian pula yang ditemukan di DesaSukaraya, model pakaian yang disukai olehsebagian besar informan biasa umumnya adalahpakaian yang nyaman untuk dipakai, modis, dantrendy. Ada juga yang menyatakan bahwamereka menyukai pakaian yang mengikuti trenddari Barat yang dilihat melalui media remajaseperti Kawanku, Gadis, Aneka yess, Hai danCosmo girl dan iklan gaya hidup yang75


Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007, Volume I, No. 2menawarkan merk-merk dari luar. Namun,sebagian menyatakan, mereka tetap lebihmemilih pakaian muslim dan muslimah.Perkembangan media dan teknologiinformasi memudahkan masuknya pengaruh gayahidup global ke desa melalui media yang merekalihat, baca dan dengar sehingga mempengaruhigaya hidup remaja desa saat ini. Yang akhirnyamereka tiru dan ikuti sebagai usaha untukmengaktualisasikan identitas dirinya seperti yangada di media tersebut.Mereka yang gemar mengikuti trendberpakaian ala Barat yang mereka ikuti daritokoh idolanya di televisi dan majalah remajabiasanya juga suka mengganti-ganti modelrambutnya sesuai dengan model rambut tokohidolanya tersebut seperti di Shagy, Rebonding,warna.Alasan mengganti-ganti mode rambut,bagi mereka yang senang mengikuti trend,biasanya karena mengikuti model rambut yangsedang trend ala Barat, terpengaruh tokoh idoladi media, atau ikut-ikutan teman. Tidak banyakyang melakukannya atas pilihan atau kemauansendiri. Hal tersebut dilakukan agar di terimadalam pergaulan.Mereka yang mengikuti trend ala Baratbiasanya menyukai aksesoris yang sedang trenddipakai artis-artis luar negeri, aksesoris yangsering dipakai oleh teman-teman dilingkungannya, atau aksesoris yang dilihat darimedia televisi dan majalah yang biasa sukadipakai oleh selebritis.Sebagian remaja Desa Sukaraya juga adayang tetap memilih memakai pakaian muslim danmuslimah yang mereka ikuti karena perintahagama dan dorongan orang tua.Informan di Desa Sukaraya juga terdapatkelompok remaja yang berada di antarakelompok remaja yang campuran mengikutibudaya Barat dan Islami. Misalnya Remaja yangselalu mengikuti trend gaya hidup atau pergaulanremaja saat ini, tetapi kelompok remaja tersebutjuga mengenakan jilbab yang sekarang biasadisebut jilbab trendy. Kelompok remaja tersebutjuga biasanya mengenakan busana yang sedangtrend seperti celana Jeans dan baju ketat.Seluruh informan menyatakan bahwamereka mengetahui barang-barang konsumsigaya hidup dari media massa, teman, atau iklankonsumsi gaya hidup. Tidak ada yang mengakumengetahuinya dari keluarga. Konsumsi gayahidup tersebut tidak terlepas dari perankapitalisme sebagai produsen ideologi yangmenciptakan atau menjual citra dan image remajamasa kini yang ideal dalam kehidupan remaja.Kapitalisme tersebut menciptakan inovasi gayaterbaru setiap harinya untuk mencari keuntungan.Sedangkan remaja dipaksa untuk mengkonsumsibarang-barang gaya hidup tersebut.Media informasi menciptakan citra dirisebagai bagian kehidupan remaja ideal yangumumnya menginformasikan berbagai tata carabergaul maupun perlengkapan hobi yang relevanbagi remaja. Sampai aksesoris yang cocokdigunakan dalam berbagai kesempatan, merupakaninformasi yang dianggap layak berita. Ataucerita para idola remaja yang mendominasi duniahiburan yang gaya hidupnya sering mereka tiru.Semua jenis media, baik itu televisi, film,musik, maupun majalah, berpengaruh besarterhadap gaya hidup remaja masa kini.Kebanyakan media menginformasikan tentanggaya hidup remaja kota, yang meniru gaya hidupmodern ala Barat. Maka, tidaklah mengherankanjika remaja digiring menuju pergeseran gayahidup. Remaja dicitrakan di media dari masa kemasa, kemudian citra itu merambah ke dalamkehidupan sehari-hari.Namun sebenarnya, media tidaklahsedemikian buruk pengaruhnya bagi remaja. Halini menjadi malah menjadi tantangan bagi remajauntuk memilah-milah atau selektif terhadap pesanyang disampaikan oleh media. Karena, tidak bisadipungkiri bahwa keberadaan media mutlakdiperlukan, misalnya untuk memungkinkanmengetahui beragam informasi, berita, penemuan,dan hal-hal baru. Atau bisa disimpulkan bahwasebenarnya hadirnya media berpengaruh positifdan juga negatif.Keberadaan media memang tidakmungkin dilepaskan dari kepentingan pasar.Dengan demikian, kalau remaja tidak mampubersikap selektif terhadap pesan media, makaakan menjadi korban media. Tidak salah memangketika remaja membeli sebuah produk atauaksesoris gaya hidup berdasarkan informasi darimedia. Namun, yang perlu diingat, sebelumnyaharus mempertimbangkan seberapa perlu produkyang dibeli itu. Apakah memang membutuhkanproduk itu ataukah hanya karena terpengaruholeh iming-iming media.Model pakaian yang disukai olehsebagian besar informan biasa umumnya adalahpakaian yang nyaman untuk dipakai, modis, dantrendy sebagai simbol bahwa seseorang lebih76


Hastuti dan Sudarwati, Gaya Hidup Remaja Pedesaan...mengikuti perkembangan zaman dibanding yanglain. Ada juga yang menyatakan bahwa merekamenyukai pakaian yang mengikuti trend dariBarat yang dilihat melalui media dan iklan.Namun, ada juga remaja Desa Sukaraya sebagianmenyatakan, mereka tetap lebih memilih pakaianmuslim dan muslimah. Informan yang menyukaitrend pakaian yang modis dan trendy yangmengikuti trend dari barat maupun yang menyukaipakaian muslim sama-sama terpengaruh oleh mediayang mereka lihat, baca, dan dengar dalamkehidupan sehari-hari. Media tersebut menggambarkansosok remaja ideal yang mengikutiperkembangan zaman melalui yang dipakai olehselebritis idolanya sehingga para remaja tersebutterpengaruh untuk mengikuti tokoh idolanyatersebut.Gaya berpakaian tersebut disukai karenaterpengaruh oleh teman, mengikuti trend yangada di media supaya dibilang anak gaul, sertaalasan kenyamanan dalam berpakaian. Khususuntuk yang memilih untuk memakai busanamuslim atau muslimah, mereka mengaku bahwahal tersebut dilakukan demi mengikuti perintahagama/orang tua. Sedikit sekali informan yangmengaku gaya berpakaian mereka sudah menjadiselera sendiri.Dalam mengkonsumsi pakaian danaksesoris, informan tidak terlalu memperhatikanatau fanatik terhadap menyukai merk-merktertentu yang ada di media iklan. Alasannyakarena kemampuan keuangan mereka masihterbatas. Paling-paling informan hanya mampumembeli barang bermerk terkenal sesekali saja.Itu pun harus menabung cukup lama danbiasanya dilakukan hanya untuk menunjukkanidentitas atau gengsi belaka. Jika orang tuamelarang membeli barang-barang tertentu,informan biasanya tak membantah. Mereka lebihmemilih untuk berusaha mengumpulkan uangagar bisa membeli barang tersebut tanpasepengetahuan orang tua.Sebagian informan mengaku bahwadengan mengkonsumsi pakaian dan aksesorismerk-merk yang mahal seperti Nike, Reebok, RipCurl dan Skaters yang mereka lihat di media akanmeningkatkan gengsi dan image dalam pergaulan.Barang tidak lagi hanya dikonsumsikarena kebutuhan, melainkan sudah bergesermenjadi sekedar mengikuti trend gaya hidup,menunjukkan image tertentu, ataupun hanyauntuk kesenangan pribadi. Uang untuk membelibarang-barang tersebut biasanya diperolehdengan meminta langsung dari orang tua.Namun, jika ini tidak memungkinkan, informanbiasanya menabung uang sakunya atau mencaripekerjaan sambilan.Dalam hal ini, konsumsi dapat dilihatsebagai pembentuk identitas. Barang-barangsimbolis dapat juga dipandang sebagai sumberdengan mana orang mengkonstruksi identitas danhubungan-hubungan dengan orang lain yangmenempati dunia simbolis yang sama.Lebih lanjut lagi, konsumsi terhadapsuatu barang, menurut Weber (1922), merupakangambaran gaya hidup tertentu dari kelompokstatus tertentu. Konsumsi terhadap barangmerupakan landasan bagi penjenjangan darikelompok status. Dengan mengkonsumsi gayaatau simbol-simbol tertentu mereka merasa sudahmenjadi kelompok anak muda metropolitan yangmodern.Memang, saat ini, konsumsi dipandangdalam sosiologi bukan lagi hanya sebagai sekadarpemenuhan yang bersifat fisik dan biologismanusia, tetapi berkait kepada aspek-aspek sosialbudaya. Konsumsi berhubungan dengan masalahselera, identitas, atau gaya hidup. Selera itusendiri adalah sesuatu yang dapat berubah,difokuskan pada kualitas simbolik dari barang,dan tergantung pada persepsi tentang selera dariorang lain.Sebagian informan menyatakan bahwauang saku yang diperoleh dari orang tuadigunakan untuk konsumsi gaya hidup sepertipakaian atau aksesoris yang sedang trend dimedia. Ada juga yang suka hura-hura, jalan-jalanke mal, nonton. Tapi, masih ada juga informanyang mengaku menggunakan uang sakunya untukmembeli keperluan sekolah dan ditabung.Seluruh informan menyatakan bahwamereka mengetahui barang-barang konsumsigaya hidup dari media baik itu media televisi ataumajalah , teman, atau iklan konsumsi gaya hidup.Tidak ada yang mengaku mengetahuinya darikeluarga. Tidak ada salahnya memang untuktampil menarik seperti yang banyak diiklankan dimedia, dengan sebagian produk yang ditawarkanuntuk membantu mewujudkan impian itu. Jugamerupakan sesuatu yang wajar untuk pergi berbelanjamembeli barang-barang kesukaan. Namun, yangperlu diingat, jangan memaksakan diri.Saat ini, tekanan pada remaja untukbersikap konsumtif dan bergaya hidup ala Baratsemakin bertambah berat. Pola hidup konsumtifitu didukung dengan maraknya mal dan pusat77


Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007, Volume I, No. 2perbelanjaan di berbagai penjuru kota.Sedangkan dari sisi budaya, media massa setiaphari masuk ke rumah-rumah dengan tayanganyang penuh budaya asing.Gaya hidup berikut simbol-simbolnyasaat ini tengah mengguncang struktur kesadaranmanusia. Masyarakat cenderung terserap dalamkeperkasaan kebudayaan pop yang kianhegemonik dengan segala atributnya. Gaya hiduptelah menjadi komoditas dan dalam menapakikehidupannya kebanyakan orang tampak lebihmementingkan ‘kulit’ ketimbang ‘isi’.Bagi informan yang mengenakan pakaianmuslim atau muslimah, mengaku melakukannyadengan kesadaran sendiri menuruti perintahagama. Selain itu juga karena nasihat orang tua,lingkungan pergaulan, trend pakaian muslim danmuslimah yang Anda lihat pada televisi, maupunterinspirasi dari film-film religi saat ini.Panutan selera dalam berpenampilanadalah teman sebaya, trend di media, dan selerasendiri. Selain itu, nilai-nilai agama danlingkungan tempat tinggal juga berpengaruh.Selera berpakaian yang mengikuti budaya Baratmisalnya remaja pria menyukai pakaian Skaters,Hiphop, dan aksesoris blink-blink yang sedangtrend seperti gelang, kalung, dan tindik diwajahnya. Serta merk-merk barang dari luarseperti Nike, Reebok, Adidas untuk pakaianolahraga.Penyanyi dan pemain film yang merekalihat di televisi dan majalah juga banyakdijadikan panutan selera dalam berpakaian.Begitu juga halnya dengan tokoh-tokoh agamaatau pemain film yang menggunakan busanamuslim/muslimah. Di samping itu, selera pribadimasih turut berperan, walau kebanyakan memangmengikuti trend.Musik pop adalah jenis musik yangpaling banyak disukai oleh informan. Meskipundemikian, ada juga yang mengaku menyukaimusik rock, dangdut, atau rohani. Tetapi sebagianbesar informan menyukai jenis musik dan lagulagupop dan ada juga yang menganggap musikdangdut sebagai musik pinggiran ataukampungan.Sebagian besar informan lebih menyukaimusik dalam negeri. Alasannya, liriknya mudahdimengerti dan dekat dengan keseharian mereka.Tapi ada juga informan yang suka musik luarnegeri. Seperti boy band dari luar atau jugapenyanyi solo dari luar maupun band-band luarnegeri. Mereka menyukai lagu-lagu dari Baratkarena liriknya yang mengena di hati mereka.Informan mengaku masih mengenal lagudan kesenian daerah. Namun, kebanyakanmereka tidak menyukainya karena tidak mengertidan dianggap membosankan. Informan saat inilebih menyukai lagu-lagu yang sedang populeryang dibawakan oleh penyanyi favoritnya saatini.Informan kunci umumnya berpendapatbahwa selera musik remaja saat ini bagus danmasih bisa ditolerir. Alasannya karena musikmusikyang sedang popular saat ini liriknyacukup santun dan penampilan artisnya dalamvideo klip pun tidak terlalu seronok.Remaja di Desa Sukaraya juga sukamengikuti gaya penyanyi favoritnya dalambergaya. Seperti gaya artis favorit mereka yangmengenakan pakaian seperti tanktop, rok mini,celana hiphop yang besar di bawah pinggang.Sedangkan lagu atau kesenian daerahtetap diminati oleh sebagian remaja DesaSukaraya. Setidaknya demikian menurutpengakuan informan kunci. Namun, ada jugayang berpendapat bahwa lagu dan keseniandaerah sudah tidak diminati lagi oleh remaja.Seperti halnya penyanyi favorit, remajaDesa Sukaraya juga sering mengikuti gayapemain film atau sinetron favoritnya.Menanggapi hal ini, ada informan yang melarangdengan tegas anaknya untuk turut serta. Ada jugayang membiarkan saja sepanjang tidak terlaluberlebihan. Penyebab remaja mengikuti gayatersebut bisa jadi sekedar ikut teman, inginterlihat seperti artis, mengikuti trend atau pilihansendiri.Informan mengetahui tentang lagu-lagudan film yang disukai dari media (seperti televisi,majalah remaja masa kini, radio), teman-teman dilingkungannya. Ketika ditanyakan penyanyi atauband dalam negeri yang menjadi favoritnya,jawaban informan, antara lain, Peterpan, Dewa,Radja, Ungu, Samsons, Padi, Nidji, Slank, Ratu,Ari Lasso, Agnes Monica, Rossa, Krisdayanti,Audy, dan sebagainya. Sedangkan untuk penyanyiatau band luar negeri, yang banyak disukai,adalah Maroon 5, RHCP, Craig David, BritneySpears, Shahrukh Khan, Siti Nurhaliza dan lainlain.Informan mengaku suka mengikuti gaya daripenyanyi atau band favorit mereka tersebut.Beralih pada film, para informanumumnya lebih menyukai film remaja yangbertemakan percintaan muda-mudi. Ada juga78


Hastuti dan Sudarwati, Gaya Hidup Remaja Pedesaan...yang menyukai film bernuansa religi. Film horortampaknya tidak disukai oleh informan.Untuk pemain film dalam negeri,informan menyukai Dian Sastrowardoyo, NirinaZubir, Luna Maya, Marcella Zalianty, SamuelRizal, Irwansyah, dan lainnya. Sedangkanpemain film luar negeri yang disukai, antara lain,Tom Cruise, Matt Damon, Ben Affleck, DanielRadcliffe, Orlando Bloom, Nicole Kidman, HalleBerry, Penelope Cruz, dan lainnya.Tapi umumnya informan lebih menyukaifilm dalam negeri karena dialognya dapatdimengerti dan gaya para pemainnya pun tak jauhbeda dengan remaja kebanyakan. Informanmengaku suka mengikuti gaya dari pemain filmfavorit mereka tersebut.Secara psikososial, kehidupan remajaadalah kehidupan mencari idola. Merekamendambakan sosok orang yang dapat dijadikanpanutan. Namun justru karena identifikasi diridan kegemaran mengikuti gaya artis idola inilahjika remaja bertanya pada diri mereka sendiri:"Who am I?" maka pertanyaan itu tidak pernahakan terjawab dengan pasti. Yang ada dalampikiran hanyalah "I wanna be like him" atau "Idon't know who I am". Lantaran itu remajamencari model yang diidolakan mereka. Semakinmereka mengadaptasikan diri mereka pada idolamereka, mereka akan semakin kehilangan identitasdiri dan menjadi tidak asli lagi. Sehingga ketikamereka berkata "It's my life", padahal hati merekatetap berdilema "Is it my life?".Interaksi remaja Desa Sukaraya denganmasyarakat kota khususnya Kota Medan. Sekedarpergi ke kota untuk sekolah, berekreasi maupunbelanja saat ini sudah tidak jadi hambatan, karenatransportasi yang sudah lancar. Angkutan umummaupun kendaraan beroda dua yang biasa disebutRBT atau ojek sudah semakin banyak, serta jalanuntuk pergi ke Medan pun sudah bagus. Hal inimemudahkan remaja Desa Sukaraya untukberinteraksi dengan kota.Interaksi remaja desa saat ini dengankota membawa perubahan terhadap gaya hidupmereka yakni, gaya penampilan, pergaulansehari-hari, pergaulan dengan lawan jenis dancara mereka mengisi waktu luang denganberkumpul bareng bersama teman-temannya,jalan-jalan ke mal, atau pergi nonton, sertamengadakan pesta ulang tahun dan Valentine.Interaksi mereka dengan kota tidak hanyamembawa perubahan dengan cara berpikirmereka yang semakin modern, tetapi jugaterhadap perubahan gaya hidup mereka yangtadinya dipengaruhi oleh nilai agama dan budayasetempat. Sekarang mengikuti gaya hidup remajakota. Menyebabkan semakin memudarnyaidentitas remaja desa tersebut. Dalam hal inimembawa perubahan gaya hidup, pergaulansehari-hari dengan teman dan pergaulan denganlawan jenis yang mereka lihat hasil interaksimereka dengan kota.Sebagian besar informan merasa adalahhal wajar bagi sepasang remaja berlawanan jenisberjalan sambil berpegangan tangan, apalagi bilamereka telah resmi berpacaran. Tapi ada jugainforman yang menganggap hal tersebut tidakpantas dilakukan.Orang tua tidak terlalu membatasipergaulan informan dengan teman berlawananjenis. Paling-paling mereka hanya mengingatkanagar informan bisa mengendalikan diri danmenjaga kehormatan.Pada masa remaja, ketertarikan terhadaplawan jenis mulai muncul dan berkembang. Rasaketertarikan tersebut kemudian dinyatakanmelalui berbagai bentuk, misalnya, berpacaran diantara mereka. Berpacaran merupakan upayauntuk mencari seorang teman dekat dan didalamnya terdapat hubungan mengkomunikasikandiri kepada pasangan, membangun kedekatanemosional, serta proses pendewasaan kepribadian.Sebagian besar informan remaja DesaSukaraya mengaku bahwa cara mereka bergauldengan teman berlawanan jenis biasa saja, akrabtapi tetap menjaga jarak. Alasannya karenamereka takut orang akan berpandangan negatif.Sedangkan bagi mereka yang sudah mempunyaipacar, khawatir pacarnya merasa cemburu bilabergaul terlalu dekat dengan lawan jenis.Bagi informan yang mengenakan busanamuslim/muslimah dalam keseharian mereka,mengaku lebih membatasi diri dalam pergaulandengan lawan jenis. Mereka takut bila terlaludekat, bisa menimbulkan fitnah.Berpacaran dengan berbagai perilakudari yang ringan seperti sentuhan, berpegangantangan, hingga ciuman, pada dasarnya, adalahperwujudan keinginan untuk menikmati sertamemuaskan dorongan seksual. Hubungan antaralawan jenis melalui bentuk pergaulan biasa, ialahsesuatu yang wajar dilakukan, selama tidakmenjurus pada bentuk pergaulan bebas. Itulahsebabnya, dibutuhkan kedewasaan dalamberpacaran.79


Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007, Volume I, No. 2Kedewasaan dalam berpacaran bisadilihat dari kesiapan untuk bertanggung jawab.Ini dapat terwujud lewat kemampuan untukmenyesuaikan diri terhadap berbagai tuntutanperan, membagi waktu, perhatian, dan tanggungjawab. Menghadapi permasalahan sekaligusmenjalin keintiman, namun tetap mampumengendalikan diri sehingga senantiasa memenuhinilai-nilai yang dianut saat berhubungan denganlawan jenis.Tanpa adanya pengendalian diri, makaakan sangat mudah terhanyut untuk melakukanhal-hal yang bertentangan dengan nilai dannorma. Contohnya saja, pergaulan bebas danhubungan seks pranikah. Apalagi bila orang tuatidak terlalu membatasi pergaulan informandengan teman berlawanan jenis. Yang terpentingmemang adalah bahwa remaja harus mampumengendalikan diri dan menjaga kehormatan.Informan remaja Desa Sukaraya bersamakawan-kawan sebayanya mengaku seringmemperingati acara ulang tahun. Biasanya inidilakukan dengan makan bersama ataumelakukan kegiatan lain bersama. Tapi di luarperingatan ulang tahun, seluruh informanmengaku tak pernah mengadakan pesta.Mengenai tradisi hari Valentine atau harikasih sayang, sebagian informan mengaku seringmerayakannya bersama pacar, hanya sekedaruntuk senang-senang saja. Sedangkan, informanlain mengaku tak pernah merayakannya karenaValentine dianggap sebagai tradisi asing yangbertentangan dengan nilai-nilai agama (Islam).Informan mengaku mengisi waktu luangdengan sebisa mungkin melakukan hal-halbermanfaat, seperti membaca buku, belajarkelompok, atau mengikuti pengajian. Tapibersenang-senang melakukan hal bersifatmenyenangkan sesekali juga dianggap perludilakukan, misalnya nonton film di bioskop,jalan-jalan ke mal, dan berkumpul bersamateman. Bila berkumpul dengan sesama teman,yang paling sering menjadi topik pembicaraanadalah mengenai gaya pakaian terbaru ataukoleksi aksesoris terkini.Berkumpul bersama teman sebayamemang tidak lepas dari kehidupan remaja saatini. Secara psikologis, remaja mempunyaikebutuhan untuk bersama-sama dengan temansebaya. Di samping itu, remaja perlumengekspresikan diri dalam rangka mencariidentitas diri.Kumpul dengan teman sebaya tidakcukup hanya pada saat belajar di sekolah, tetapiperlu suasana khusus yang lebih bebas. Suasanayang bebas, santai dan tanpa tekanan ini dapatremaja temukan pada waktu berkumpul bersamateman. Remaja melakukan kegiatan itu tentu adaalasan atau motivasinya.Alasan mereka biasanya adalah untukmenghilangkan kebosanan atau kejenuhan setelahbelajar di sekolah, ingin dianggap remaja gauldan tidak mau disebut remaja kuper (kurangpergaulan). Dengan berkumpul bersama temanbisa menjalin silaturahmi, mempereratpersahabatan, dan memperluas pergaulan diantara remaja, baik dengan satu kelas (sekolah)maupun dengan yang berlainan sekolah.Demikianlah yang terungkap dari informanremaja Desa Sukaraya.Penerimaan teman sebaya atau teman segengmemang sangat penting bagi remaja. Pastitidak nyaman rasanya bila remaja tidak satuselera dengan teman sebayanya. Apalagi jikasampai beda gaya atau cara bicara. Oleh sebabitu, remaja cenderung berupaya agar diterimaoleh teman-teman sebayanya, salah satu carayang bisa dilakukan adalah dengan mengikutigaya hidup mereka. Maka perubahan gaya hidupbisa dikategorikan sebagai society’s choice yangdilakukan atas dasar keinginan untuk diterimakelompoknya.Interaksi remaja Desa Sukaraya dengankota membawa perubahan pada gaya hidupmereka sehari-hari, karena kota adalah tempatyang memungkinkan seseorang mendapatkanperluasan atau penambahan berbagai macampengalaman dan pengetahuan baru. Ini terkaitdengan realitas bahwa kota memiliki keanekaragamanbudaya yang dapat ditiru oleh orangdesa.Pengalaman dan pengetahuan barumengenai budaya kota yang mereka lihat ketikamereka berinteraksi dengan masyarakat kota itusendiri, membawa perubahan pada gaya hidupmereka, seperti gaya berpakaian orang kota yangterlihat modis dan trendy, mereka ikuti agarmereka tidak dianggap kampungan atauketinggalan zaman, begitu juga dengan caraberbicara dan selera hiburan yang menyukaimusik-musik populer agar mereka juga dianggapsebagai orang modern. Hal inilah yangmenyebabkan remaja desa yang dahuluberpakaian sederhana, apa adanya, kekeluargaan,menjunjung nilai ketimuran dan menyukai80


Hastuti dan Sudarwati, Gaya Hidup Remaja Pedesaan...kesenian daerah sendiri pun lambat laun berubah,begitu juga dengan pergaulan remaja pria danremaja perempuan yang semakin bebas.PENUTUP1. Perubahan norma atau gaya hidup tidak bisadihindari namun diharapkan peran serta tokohmasyarakat dan keluarga, mengarahkan remajaagar dapat memilih dan menyaringperubahan sehingga yang diserap adalah halhalyang positif.2. Diharapkan remaja dapat memilah pengaruhyang berasal dari media massa. Sehinggatidak menjadi korban gaya hidup yangditampilkan oleh media yang belum sesuaidengan kondisi sosial ekonomi remajapedesaan. Serta norma yang selama ini ada dipedesaan.3. Dalam berinteraksi dengan teman danmasyarakat luar seperti masyarakat kota. Diharapkan remaja tidak hanya mengambil halhalyang lahiriah saja atau untuk hura-hura,tetapi hal-hal positif yang untuk kemajuan.Dan dalam pergaulan dengan teman-temanatau geng di harapkan tidak hanya suatukelompok yang melakukan kegiatan untukbersenang-senang atau bergaya hidupkonsumtif, tetapi serap juga hal-hal yangbermanfaat dan menjadikan geng sebagaiwadah untuk kegiatan yang positif.81


Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007, Volume I, No. 2DAFTAR PUSTAKAAntariksa. 2005. Remaja, Gaya, Selera. (Online), (http://www.kunci.or.id/diakses 26 Juni 2006).Budiman, Bayu. 2003. Remaja dan Permasalahannya. (Online), (http://www.dunia.web.id/remaja/0803.htm diakses 1 Juni 2006).Damsar. 2002. Sosiologi Ekonomi. Jakarta, PT Raja Grafindo Persada.Elizabeth, Hurlock (penerjemah Imam Bernadip). 1982. Filsafat Pendidikan: Tujuan Beberapa Aspekdan Proses Pendidikan. Yogyakarta, Studying.Fatherstone, Mike (penerjemah Misbah Zulfa Elizabeth). 2005. Postmodernisme dan BudayaKonsumen. Yogyakarta, Pustaka Pelajar.Ibrahim, Idi Subandy. 1997. Ecstasy Gaya Hidup, Kebudayaan Pop dalam Masyarakat KomoditasIndonesia. Bandung, Mizan.Juliantara, Dadang. 2003. Pembaruan Desa: Bertumpu pada yang Terbawah. Yogyakarta, LapperaPustaka Utama.Lutvia, Lucky. 2001. Jurnal Seni Rupa dan Desain. Bandung, P3M.Marshall, Gordon. 1998. Dictionary of Sociology. New York, Oxford University Press.Nawawi, Hadari. 1995. Instrumen Penelitian Sosial. Yogyakarta, Gadjah Mada University Press.Ndraha, Taliziduhu. 1986. Jurnal Pusat Pengabdian kepada Masyarakat <strong>Universitas</strong> Kristen Petra.Jakarta, Penerbit UK Petra.Purnomo, Mangku. 2004. Pembaruan Desa. Yogyakarta, Lapera Pustaka Utama.Rasyid, Amin. 2005. Resistensi dalam Gaya Hidup. (Online), (http://www.kompas.com/diakses 3Maret 2006).Rini, Jacinta. 2004. Mencemaskan Penampilan. (Online), (http://www.e-psikologi.com/REMAJA/110604.htm diakses 25 Maret 2006).Tambunan, Raymond. 2005. Konsumerisme dan Gaya Hidup Remaja, (Online), (http://www.epsikologi.com/remaja,diakses 4 Maret 2006).Tambunan, Raymond. 2005. Remaja dan Perilaku Konsumtif. (Online), (http://www.e-psikologi.com/remaja, diakses 4 Maret 2006).82


Wahyudi dan Sismudjito, Strategi Adaptasi Sosial Ekonomi...STRATEGI ADAPTASI <strong>SOS</strong>IAL EKONOMI KELUARGA MISKINPASCA KENAIKAN HARGA BAHAN BAKAR MINYAK (BBM)(Studi Kasus terhadap Keluarga Miskin di Kelurahan Pulo Brayan Kota,Kecamatan Medan Barat, Medan)Hendra WahyudiSismudjitoAbstract: Facing difficulties each and every day, including after the rise of oil price,unfortunate (poor) community already have their own strategy. The strategy stress on’what they do have” rather than ’what they don’t have”. The community also has highfighting spirit, because, by nature, they have to struggle and use everything they have tosurvive. The adaptation strategy manifest in different behavior, some of them try to findpart time or extra job, reduce unnecessary expenses, apply subsistence strategy, and buildsocial network with people around them.Keywords: poverty, coping strategies, oil price risingPENDAHULUANKemiskinan merupakan masalah sosiallaten yang senantiasa hadir di tengah-tengahmasyarakat, khususnya di negara-negara berkembang.Dalam konteks masyarakat Indonesia, masalahkemiskinan juga merupakan masalah sosial yangsenantiasa relevan untuk dikaji secara terusmenerus. Bukan saja karena masalah kemiskinantelah ada sejak lama, melainkan pula karenahingga kini belum bisa dientaskan dan bahkankini gejalanya semakin meningkat sejalan dengankrisis multidimensional yang masih dihadapi olehbangsa Indonesia (Alfian, 2000: 13).Dengan kekayaan alam yang melimpahdan potensi pemanfaatan nyaris tanpa batas, tidakberlebihan kiranya jika mengharapkan penghidupanyang layak. Sandang, pangan, maupun papantersedia dalam jumlah cukup dan hargaterjangkau. Penghasilan pun mencukupi untukmemenuhi kebutuhan lainnya.Namun, Indonesia memang sebuahnegara yang penuh paradoks. Negara ini suburdan kekayaan alamnya melimpah, namunsebagian cukup besar rakyat tergolong miskin.Pada puncak krisis ekonomi tahun 1998-1999,penduduk miskin Indonesia mencapai sekitar24% dari jumlah penduduk atau hampir 40 jutaorang. Tahun 2002 angka tersebut sudah turunmenjadi 18%, dan diharapkan menjadi 14% padatahun 2004. Tetapi siapa yang dapat menjaminbahwa grafik jumlah penduduk miskin akan terusturun? Situasi terbaik terjadi antara tahun 1987-1996 ketika angka rata-rata kemiskinan berada dibawah 20%, dan yang paling baik adalah padatahun 1996 ketika angka kemiskinan hanyamencapai 11,3% (Dikutip dari http://www.ekonomirakyat.org/edisi_14/artikel_2.htm).Hasil pendataan BPS yang baru-baru inidilakukan menunjukkan, penduduk miskin pada2004 sebanyak 36,1 juta jiwa atau setara dengan9 juta rumah tangga miskin. BPS memperkirakanrumah tangga miskin secara nasional tahun 2005mencapai 15,5 juta jiwa atau sama dengan 62 jutajiwa penduduk miskin (Dikutip dari http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/2006/012006/02/teropong/0401.htm).Akar kemiskinan di Indonesia tidakhanya harus dicari dalam budaya malas bekerjakeras. Keseluruhan situasi yang menyebabkanseseorang tidak dapat melaksanakan kegiatanproduktifnya secara penuh harus diperhitungkan.Faktor-faktor kemiskinan adalah gabungan antarafaktor internal dan faktor eksternal. Kebijakanpembangunan yang keliru termasuk dalam faktoreksternal. Korupsi yang menyebabkan berkurangnyaalokasi anggaran untuk suatu kegiatanpembangunan bagi kesejahteraan masyarakatmiskin juga termasuk faktor eksternal.Hendra Wahyudi adalah Alumni Departemen Sosiologi FISIP USUSismudjito adalah Dosen Departemen Sosiologi FISIP USU Medan83


Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007, Volume I, No. 2Gambar 1.Grafik Perkembangan Jumlah Penduduk Miskin 1976 – 2004Grafik Perkembangan Jmlah Penduduk Miskin diIndonesia 1976-2004Jumlah PendudukKotaDesaIndonesia605040302010019761980198419901996199920012003TahunSumber: BPS, 2005Sementara itu, keterbatasan wawasan,kurangnya keterampilan, kesehatan yang buruk,serta rendahnya etos kerja, semuanya merupakanfaktor internal. Faktor-faktor internal dapatdipicu munculnya oleh faktor-faktor eksternaljuga. Kesehatan masyarakat yang buruk adalahpertanda rendahnya gizi masyarakat. Rendahnyagizi masyarakat adalah akibat dari rendahnyapendapatan dan terbatasnya sumber daya alam.Selanjutnya, rendahnya penguasaan ilmupengetahuan dan teknologi adalah akibat darikurangnya pendidikan. Hal yang terakhir ini jugapada gilirannya merupakan akibat dari kurangnyapendapatan. Kurangnya pendapatan merupakanakibat langsung dari keterbatasan lapangan kerja,dan seterusnya begitu, berputar-putar dalamproses saling terkait.Meskipun masyarakat miskin telahmendapatkan bantuan program pengentasankemiskinan, tapi hasilnya tidak seperti yangdiharapkan. Masyarakat miskin yang telahtersentuh program pengentasan kemiskinan, tetapsaja tidak beranjak dari kondisi kemiskinannya.Karena itu, pasti ada yang salah dalampelaksanaan program pengentasan kemiskinantersebut.Kehidupan rakyat miskin nampaknyamemang belum akan menjadi lebih mudah.Harga-harga kebutuhan pokok semakinmembubung tinggi, nyaris tak terjangkau, seiringkenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM)secara berkala, sementara upaya penanggulangankemiskinan yang dilakukan pemerintah takkunjung mampu mengentaskan kemiskinansecara menyeluruh.Pemerintah bukannya tak menyadaribahwa kenaikan harga Bahan Bakar Minyak(BBM) akan berdampak pada makin sulitnyarakyat miskin bertahan hidup, namun tetap sajakebijakan ini harus dilakukan. Alasan utamanya,harga minyak dunia yang membumbung tinggisekitar 64,5 dolar AS per barel menyebabkansubsidi BBM meningkat drastis. Jika harga BBMdomestik tidak naik, beban anggaran yang harusditanggung negara untuk subsidi BBMdiperkirakan mencapai Rp 130-140 triliun.Selain itu, argumentasi tentangkeniscayaan kenaikan harga BBM yang diajukankepada publik pun bertambah dengan besarnyatekanan terhadap nilai tukar rupiah. Tekananterhadap rupiah itu juga akibat besarnyapermintaan valuta asing oleh Pertamina yangjumlahnya mencapai sekitar US$1,6 milyar perbulan, untuk mengimpor BBM yang harganyadisubsidi.Argumentasi-argumentasi tersebut melengkapiargumentasi yang pernah dikemukakan padakenaikan-kenaikan harga BBM sebelumnya,yang berkisar pada beberapa alasan utama.1) Di balik angka subsidi BBM yangsedemikian besar, ternyata hanya sebagiankecil yang tepat sasaran. Selama ini, subsidiBBM diduga lebih banyak dinikmatigolongan menengah ke atas.2) Perbedaan signifikan harga BBM domestikdibanding harga BBM di luar negerimemotivasi pihak-pihak tertentu untukmelakukan penyelundupan minyak mentah keluar negeri. Bahkan tidak tanggung-tanggungsejumlah oknum Pertamina tertangkap tanganterlibat ''bisnis ekspor BBM ilegal''.84


Wahyudi dan Sismudjito, Strategi Adaptasi Sosial Ekonomi...3) Kenaikan harga BBM tersebut akan memacumasyarakat bukan saja berhemat di dalampemakaian BBM, tetapi juga akan memacudiversifikasi dan ekstensifikasi pemakaianenergi dalam negeri. Hal itu akan mendorongditemukannya penggunaan sumber energialternatif non-BBM.4) Untuk memenuhi asas keadilan, pemberiansubsidi haruslah tepat sasaran, yakni terbatashanya pada kalangan yang miskin. Untuk itu,jenis BBM yang umumnya dikonsumsikalangan menengah ke atas dan kalanganindustri, seperti premium dan minyak solar,tidak seharusnya disubsidi lagi. Hanya jenisBBM yang umum digunakan rakyat kecil,seperti minyak tanah, yang masih layakdisubsidi.Tetapi, sebagaimana pada kebijakanserupa sebelumnya, kenaikan BBM sebesar ratarata30 persen pada 1 Oktober 2005 lalu ternyatalebih banyak menimbulkan dampak negatifketimbang mendatangkan manfaat sebagaimanayang dikemukakan pemerintah. Pemerintahterbukti tak mampu mengisolasi dampakkenaikan harga BBM agar tidak berimbas padakelompok miskin. Perlu digaris bawahi bahwadampak kenaikan BBM tampaknya sangat“menyakitkan'' bagi kelompok miskin. Sebabkenaikan harga BBM akan menyebabkan inflasipada semua harga output di segenap sektorekonomi.Di samping itu, kenaikan harga tersebutjuga berdampak terhadap penurunan lapangankerja karena terjadinya penurunan output padasebagian besar sektor ekonomi. Dampakkenaikan harga BBM berimplikasi memperparahtingkat pengangguran yang sudah tinggi saat ini.Ini semakin diperburuk lagi dengan kenyataanbahwa Indonesia tidak memiliki fasilitastunjangan kemiskinan dan pengangguran sepertiyang dimiliki negara-negara maju.Pemerintah mengatakan bahwa alokasisubsidi untuk BBM yang dicabut dari kelompokmenengah ke atas akan dialokasikan untuksubsidi bagi kesehatan dan pendidikan kelompokmiskin. Tapi, keraguan publik tentang retorikapemerintah tentang subsidi langsung untuk orangmiskin mendapatkan pembenaran. Pascakenaikan BBM, publik begitu gencar dijejaliberita kasus busung lapar, orang-orang miskinyang kesulitan menyekolahkan anaknya, dansulitnya mendapatkan akses pengobatan.Program kompensasi yang dilaksanakanpemerintah, termasuk penyaluran BantuanLangsung Tunai (BLT) bagi keluarga miskinnyata-nyata tak mampu menanggulangi semuadampak negatif akibat kenaikan BBM.Pemberian bantuan subsidi langsung ini tidakakan memecahkan masalah kemiskinan. Subsidilebih banyak bersifat membantu sesaat karenadaya beli masyarakat miskin yang sangat lemah.Bantuan Langsung Tunai atau danakompensasi BBM yang diberikan pemerintahkepada masyarakat miskin adalah biaspenanggulangan kemiskinan, karena dinilaihanya akan menciptakan sindrom ketergantunganbagi masyarakat miskin. Sesungguhnya, BLThanya cocok diberikan bagi kelompokmasyarakat yang tidak berdaya (disable group),misalnya orang cacat dan jompo terlantar.Menghadapi kesulitan yang bertubi-tubi,termasuk pasca kenaikan harga BBM,sesungguhnya masyarakat miskin sudah memilikistrategi tersendiri. Strategi yang menekankanpada “apa yang dimiliki” ketimbang “apa yangtidak dimiliki”. Miskin konotasinya biasanya “takpunya apa-apa”. Miskin juga berarti tidak mampumengimbangi tingkat kebutuhan hidup standar.Akan tetapi, dalam kemiskinan, biasanya masihada semangat untuk hidup.Semangat juang umumnya cukup tinggi,karena secara alami, harus mempertahankan diriuntuk hidup. Potensi tersebut bisa berbentuk asetpersonal dan sosial, serta berbagai strategi adaptasidan penanganan masalah (coping strategies) yangtelah dijalankan secara lokal. Inilah yang hendakditeliti lebih lanjut di Kelurahan Pulo BrayanKota, Kecamatan Medan Barat, Medan. Lokasidipilih karena di sana terdapat cukup banyakkeluarga miskin yang tetap dapat bertahan pascakenaikan harga BBM karena mampu mengembangkanstrategi adaptasi sosial ekonomi tertentu.Rumusan masalah yang hendak ditelitiadalah:“Bagaimanakah strategi adaptasi sosial ekonomikeluarga miskin dalam memenuhi kebutuhanhidup pasca kenaikan harga BBM?”PEMBAHASANSoerjono Soekanto (Soekanto, 2000: 10-11) memberikan beberapa batasan pengertian dariadaptasi sosial, yakni:1) Proses mengatasi halangan-halangan darilingkungan.85


Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007, Volume I, No. 22) Penyesuaian terhadap norma-norma untukmenyalurkan ketegangan.3) Proses perubahan untuk menyesuaikandengan situasi yang berubah.4) Mengubah agar sesuai dengan kondisi yangdiciptakan.5) Memanfaatkan sumber-sumber yang terbatasuntuk kepentingan lingkungan dan sistem.6) Penyesuaian budaya dan aspek lainnyasebagai hasil seleksi alamiah.Dari batasan-batasan tersebut, dapatdisimpulkan bahwa adaptasi merupakan prosespenyesuaian. Penyesuaian dari individu,kelompok, maupun unit sosial terhadap normanorma,proses perubahan, ataupun suatu kondisiyang diciptakan.Lebih lanjut tentang proses penyesuaiantersebut, Aminuddin menyebutkan bahwapenyesuaian dilakukan dengan tujuan-tujuantertentu (Aminuddin, 2000: 38), di antaranya:a. Mengatasi halangan-halangan dari lingkungan.b. Menyalurkan ketegangan sosial.c. Mempertahankan kelanggengan kelompokatau unit sosial.d. Bertahan hidup.Proses perubahan dan penciptaan kondisipada umumnya sering terjadi di masyarakatperkotaan. Akses terhadap teknologi (informasi,telekomunikasi, dan transportasi) memungkinkanmasyarakat perkotaan untuk lebih cepatmengetahui serta menerima perubahandibandingkan kelompok masyarakat lain. Tidakmengherankan, jika masyarakat perkotaancenderung bersifat dinamis, terutama dalam halpenyesuaian karakteristik kehidupan sosial, yangmeliputi:a. Perubahan jumlah dan ukuran rumah tangga.b. Transisi atau peralihan lapangan pekerjaan.c. Penyesuaian dalam cara-cara pemenuhankebutuhan.d. Perubahan peran serta individu dalamangkatan kerja.e. Peningkatan mobilitas penduduk.Akan tetapi, tidak semua lapisanmasyarakat perkotaan dapat sedemikian mudahmenyesuaikan diri terhadap perubahan, baik ituperubahan yang bersumber dari faktor internalmaupun eksternal, disengaja ataupun tidakdisengaja. Masyarakat miskin, misalnya,memiliki keterbatasan dalam mencari danmenerapkan alternatif-alternatif untuk adaptasisosial. Akibatnya, masyarakat miskin mungkinhanya memiliki sedikit sekali prospek kemajuan.Meski menyadari perlunya diadakanperubahan atas keadaannya sekarang, masyarakatmiskin kerap mengalami kesulitan untukmenjajaki kemungkinan-kemungkinan yangtersedia. Potensi perubahan dengan menggunakansumber daya internal sangat minimal, karenatidak ada surplus yang dapat disisihkan ataudigunakan demi keperluan lain (Baross, 1999: 1).Dalam menghadapi berbagai kesulitan,masyarakat miskin tampaknya memiliki danmengembangkan strategi tertentu untuk dapatmempertahankan kelangsungan hidupnya. Apayang dalam pandangan pihak luar merupakantindak irasional, dalam kenyataannya, mungkinmerupakan satu-satunya pemecahan darihimpitan kesulitan sosial ekonomi.Strategi adaptasi dimaksud, oleh EdiSuharto, seorang pengamat masalah kemiskinandari Institut Pertanian Bogor (Suharto, 2002: 1),disebut juga dengan istilah coping strategies.Secara umum, coping strategies dapatdidefinisikan sebagai kemampuan seseorangdalam menerapkan seperangkat cara untukmengatasi berbagai permasalahan yangmelingkupi kehidupannya. Dalam kontekskeluarga miskin, strategi penanganan masalah inipada dasarnya merupakan kemampuan segenapanggota keluarga dalam mengelola ataumengelola berbagai aset yang dimilikinya. Bisajuga dipersamakan dengan kapabilitas keluargamiskin dalam menanggapi goncangan dantekanan (shock and stress). Beberapa pengamatmasalah sosial mengistilahkannya dengan nama“aset portfolio management”.Berdasarkan konsepsi ini, Moser (dalamSuharto, 2002) membuat kerangka analisis yangdisebut “The Aset Vulnerability Framework”.Kerangka ini meliputi berbagai pengelolaan asetyang dapat digunakan untuk melakukanpenyesuaian atau pengembangan strategi tertentudalam mempertahankan kelangsungan hidupseperti:1. Aset Tenaga Kerja (Labour Asets)Misalnya meningkatkan keterlibatan wanitadan anak-anak dalam keluarga untuk bekerjamembantu ekonomi rumah tangga.2. Aset Modal Manusia (Human Capital Asets)Misalnya memanfaatkan status kesehatanyang dapat menentukan kapasitas oranguntuk bekerja atau keterampilan dan86


Wahyudi dan Sismudjito, Strategi Adaptasi Sosial Ekonomi...pendidikan yang menentukan umpan balikatau hasil kerja (return) terhadap tenaga yangdikeluarkannya.3. Aset Produktif (Productive Asets)Contohnya menggunakan rumah, sawah,ternak, tanaman untuk keperluan hidupnya.4. Aset Relasi Rumah Tangga atau Keluarga(Household Relation Asets)Misalnya memanfaatkan jaringan dandukungan dari sistem keluarga besar, kelompoketnis, migrasi tenaga kerja dan mekanisme“uang kiriman” (remittances).5. Aset Modal Sosial (Social Capital Asets)Misalnya memanfaatkan lembaga-lembagasosial lokal, arisan, dan pemberi kreditinformal dalam proses dan sistemperekonomian keluarga.Sebagian besar penelitian mengenaicoping strategies menggunakan keluarga ataurumah tangga sebagai unit analisis, misalnyapenelitian Ellis (1998), Chambers dan Conway(1992), dan Suharto (2002). Meskipun istilahkeluarga dan rumah tangga sering dipertukarkan,keduanya memiliki sedikit perbedaan. Keluargamenunjuk pada hubungan normatif antara orangorangyang memiliki ikatan biologis. Sedangkanrumah tangga menunjuk pada sekumpulan orangyang hidup satu atap namun tidak selalu memilikihubungan darah. Baik anggota keluarga maupunrumah tangga umumnya memiliki kesepakatanuntuk menggunakan sumber-sumber yangdimilikinya secara bersama-sama.Konsep mata pencaharian (livelihood)sangat penting dalam memahami copingstrategies karena merupakan bagian dari ataubahkan kadang-kadang dianggap sama denganstrategi mata pencaharian (livelihood strategies).Suatu mata pencaharian meliputi pendapatan(baik yang bersifat tunai maupun barang),lembaga-lembaga sosial, relasi gender, hak-hakkepemilikan yang diperlukan guna mendukungdan menjamin kehidupan.Suatu kehidupan ditunjang oleh interaksiantara orang, aset nyata dan aset tidak nyata.Orang menunjuk pada kemampuan mencarinafkah (livelihood capabilities), aset nyatamenunjuk pada simpanan (makanan, emas,tabungan) dan sumber-sumber (tanah, air, sawah,tanaman, binatang ternak), sedangkan aset tidaknyata menunjuk pada klaim dan akses yangmerupakan kesempatan-kesempatan untukmenggunakan sumber, simpanan, pelayanan,informasi, barang-barang, teknologi, pekerjaan,makanan dan pendapatan.Pada mulanya, konsep coping strategiessering dipergunakan untuk menunjukkan strategibertahan hidup (survival strategies) keluarga dipedesaan negara-negara berkembang dalammenghadapi kondisi kritis, seperti bencana alam,kekeringan, gagal panen dan sebagainya.Belakangan ini, beberapa penelitian menunjukkanbahwa konsep ini ternyata dipraktikkan juga olehkeluarga di wilayah perkotaan dan tidakhanya di negara berkembang, melainkan puladi negara-negara maju (Suharto, 2002: 1).Di wilayah perkotaan, keluarga miskincenderung menghadapi masalah yang lebih beratdan kompleks. Di perkotaan, sumber daya alamumumnya tidak dapat digunakan secara bebas,sistem kekerabatan lebih lemah, kondisilingkungan juga lebih berat dan kerap berbahaya(polusi, kejahatan). Dalam garis besar, beberapabentuk coping strategies keluarga miskin dapatdikelompokkan menjadi tiga, yakni:a. Peningkatan AsetMelibatkan lebih banyak anggota keluargauntuk bekerja, memulai usaha kecil-kecilan,memulung barang-barang bekas, menyewakankamar, menggadaikan barang, meminjamuang di bank atau lintah darat.b. Pengontrolan Konsumsi dan PengeluaranMengurangi jenis dan pola makan, membelibarang-barang murah, mengurangi pengeluaranuntuk pendidikan dan kesehatan, mengurangikunjungan ke desa, memperbaiki rumah ataualat-alat rumah tangga sendiri.c. Pengubahan Komposisi KeluargaMigrasi ke desa atau ke kota lain,meningkatkan jumlah anggota rumah tanggauntuk memaksimalkan pendapatan, menitipkananak ke kerabat atau keluarga lain baiksecara temporer maupun permanen.Sedangkan penelitian yang dilakukanoleh Tim Peneliti Departemen Sosial RI di 17Propinsi (DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah,Jawa Timur, <strong>Sumatera</strong> <strong>Utara</strong>, <strong>Sumatera</strong> Barat,<strong>Sumatera</strong> Selatan, Lampung, Banten, KalimantanTengah, Kalimantan Timur, Kalimantan Barat,Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur,Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, danMaluku <strong>Utara</strong>) menunjukkan bahwa kapabilitaskeluarga miskin dalam menanggapi goncangandan tekanan (shock and stress) merupakan aspekpenting dalam menunjukkan keberfungsian87


Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007, Volume I, No. 2sosial. Secara konseptual aspek ini juga didasariteori coping strategies. Dalam penelitian ini,strategi dimaksud dapat dipilah menjadi duayakni strategi yang berkaitan dengan ekonomidan non-ekonomi (Tim Peneliti, 2003: 6).Coping strategies dalam mengatasigoncangan dan tekanan ekonomi terdapatberbagai cara yang ditempuh oleh keluarga yangditeliti. Cara-cara tersebut dapat dikelompokkanmenjadi tiga kategori, yaitu:a. Strategi AktifYaitu strategi yang mengoptimalkan segalapotensi keluarga untuk (misalnya melakukanaktivitas sendiri, memperpanjang jam kerja,memanfaatkan sumber atau tanaman liar dilingkungan sekitar dan sebagainya.b. Strategi PasifYaitu mengurangi pengeluaran keluarga(misalnya pengeluaran biaya untuk sandang,pangan, pendidikan, dan sebagainya).c. Strategi JaringanMisalnya menjalin relasi, baik secara informalmaupun formal dengan lingkungan sosialnyadan lingkungan kelembagaan (misalnya:meminjam uang tetangga, mengutang kewarung, memanfaatkan program antikemiskinan, meminjam uang ke rentenir ataubank, dan sebagainya).Adapun coping strategies dalam mengatasigoncangan dan tekanan non-ekonomi terdapatpula cara yang ditempuh oleh kepala keluarga.Strategi dimaksud dapat dikelompokkan menjaditiga kategori yakni:a. Strategi AktifYakni melakukan berbagai kegiatan untukmemperoleh dukungan emosional (misalnya:lebih giat dalam beribadah, mencari nasihatorang lain).b. Strategi PasifYaitu berusaha menghindari risiko yangdiakibatkan oleh goncangan non-ekonomi(misalnya mengurangi biaya sosial,kesehatan, pendidikan, dan pasrah kepadakeadaan).c. Strategi JaringanMisalnya menjalin relasi untuk memperolehbantuan baik secara informal maupun formaldari pihak lain (misalnya: teman, tetangga,sanak keluarga).METODE PENELITIANJenis penelitian yang akan dilakukanadalah pendekatan kualitatif dengan metode studikasus (case study) tipe deskriptif. Studi kasusmerupakan suatu pendekatan dalam penelitianstudi kasus yang penelaahannya terhadap satukasus dilakukan secara intensif, mendalam,mendetail, dan komprehensif. Studi kasus bisadilaksanakan atas individu atau kelompok(Sanapiah, 2003: 22).Adapun studi kasus tipe deskriptif dapatmelacak urutan peristiwa hubungan antarpribadi,menggambarkan subbudaya, dan menemukanfenomena kunci (Yin, 2003: 5). Hubungan antarpribadi dan subbudaya adalah hal-hal yanghampir pasti ditemukan dalam suatu strategiadaptasi sosial ekonomi. Itulah sebabnya, penelitimemilih mengaplikasikan jenis penelitian ini.Lokasi penelitian adalah di KelurahanPulo Brayan Kota, Kecamatan Medan Barat,Medan. Lokasi dipilih karena di sana terdapatcukup banyak keluarga miskin (sekitar 30% daritotal 1.154 KK, yakni sejumlah 346 KK) yangtetap dapat bertahan pascakenaikan harga BBMkarena mampu mengembangkan strategi adaptasisosial ekonomi tertentu.Unit analisis adalah keluarga miskin diKelurahan Pulo Brayan Kota, Kecamatan MedanBarat, Medan, yang berjumlah sekitar 346Rumah Tangga.Sedangkan kriteria informan keluargamiskin tersebut adalah:1. Tergolong miskin, dengan kriteria utamaberpendapatan sebesar Rp.143.595,/bulan/kapita. Apabila rata-rata anggota rumahtangga berjumlah 4,36 jiwa, maka rumahtangga/keluarga yang berpenghasilan Rp.626.000,-/bulan adalah dalam ambangkemiskinan atau dapat dikategorikan miskin.2. Merupakan suatu keluarga, yang terdiri atassuami, istri, anak, dan kerabat lain yangditanggung.3. Dapat mempertahankan kelangsungan hiduppasca kenaikan harga BBM denganmengembangkan cara atau strategi tertentu.DESKRIPSI HASIL PENELITIANKemiskinan tampaknya sudah menjadipersoalan klasik yang terus-menerus dihadapibangsa ini. Semenjak bangsa ini mengukuhkankemerdekaannya hingga berkali-kali terjadinya88


Wahyudi dan Sismudjito, Strategi Adaptasi Sosial Ekonomi...pergantian kepala negara, persoalan kemiskinantetap menjadi masalah yang tidak jugaterselesaikan.Berbagai pihak telah sepakat bahwakemiskinan mempunyai banyak dimensi. Agardapat memahami watak kemiskinan secara utuh,tidak cukup sekedar mendefinisikan kemiskinansebagai miskin diukur dari tingkat pendapatanatau konsumsi. Kemiskinan tidak semata-matadibatasi pada masalah pendapatan dan konsumsi,tetapi juga berkaitan dengan kesehatan,pendidikan, kerentanan terhadap goncangan,partisipasi dalam kegiatan sosial dan politik, danbanyak aspek kehidupan lainnya.Di Kelurahan Pulo Brayan Kota,Kecamatan Medan Barat, misalnya, sebagianbesar informan mengaku memiliki penghasilantetap setiap bulannya (dalam hal sumberperolehan maupun nominal). Namun, ada jugainforman yang tidak mempunyai penghasilantetap. Mereka biasanya hanya mengandalkanpekerjaan tidak tetap atau sesewaktu untukmemperoleh penghasilan.Untungnya, sebagian informan menyatakanbahwa ada pihak-pihak yang memberikanbantuan finansial secara rutin kepada mereka.Pihak tersebut bisa saja keluarga terdekat, sepertianak atau menantu yang telah mapan. Namun adajuga yang memperoleh bantuan finansial daripemerintah, dalam bentuk BLT (BantuanLangsung Tunai) atau program pengentasankemiskinan lainnya.Informan lainnya menerima bantuanfinansial, tapi sifatnya tidak rutin, hanyasewaktu-waktu saja. Ada juga informan yang takpernah memperoleh bantuan finansial dari pihakmanapun.Dalam rangka mengurangi subsidi bahanbakar minyak (BBM), pada 1 Oktober 2005,pemerintah Indonesia menetapkan kenaikanharga BBM. Tingkat kenaikan kali ini tergolongtinggi dibanding kenaikan-kenaikan harga BBMsebelumnya, yaitu bensin sebesar 87,5%, solar104,8%, dan minyak tanah 185,7%. Keputusanini dilatarbelakangi oleh:1. Peningkatan harga BBM di pasar dunia yangmelonjak tajam sehingga berakibat padamakin besarnya penyediaan dana subsidiyang dengan sendirinya makin membebanianggaran belanja negara.2. Pemberian subsidi selama ini cenderunglebih banyak dinikmati kelompok masyarakatmenengah ke atas.3. Perbedaan harga yang besar antara dalam danluar negeri memicu terjadinya penyelundupanBBM ke luar Indonesia.Sejak awal, sebenarnya pola subsidi yangdilekatkan pada sumber daya (resource-basedsubsidy) seperti berlaku pada BBM tersebutdikritik para pakar. Pola subsidi tersebut hanyaakan menguntungkan mereka yang berdaya belitinggi. Sementara masyarakat yang berdaya belirendah hanya sedikit sekali menikmatinya. Olehkarena itu, sebagai gantinya diusulkan agarsubsidi tersebut langsung diberikan kepadamereka yang tepat melalui mekanisme userbasedsubsidy. Pola ini pula yang diterapkandalam penyaluran dana Rp 800 milyar yangdiperoleh dari kenaikan harga BBM rata-rata12% tersebut, seperti dalam bentuk pembangunanprasarana dan bantuan kredit, penyaluran danabentuk tunai (cash transfer).Penghapusan subsidi BBM tersebut jugamerupakan konsekuensi langsung dari kesepakatanIndonesia dengan IMF (International MonetaryFund) yang tertuang dalam LOI (Letter of Intent),yang salah satu klausulnya menghendakipenyesuaian dan reformasi struktur ekonomi,termasuk penghapusan segala bentuk subsidiyang tidak efisien. Program penyesuaianstruktural yang dimaksud secara ringkas dapatdigambarkan sebagai upaya yang dilakukan suatunegara agar merampingkan ekonominya menujuekonomi pasar (market-driven economy).Namun, tak urung, pasca kenaikan hargaBBM per 1 Oktober 2005 lalu, seluruh informanmerasakan makin sulitnya memenuhi kebutuhanhidup. Bagaimana tidak, menyusul kenaikanharga BBM, harga barang-barang kebutuhanpokok pun turut meningkat. Padahal, penghasilaninforman tidak bertambah. Akibatnya, setiap hariinforman harus berjuang untuk sekedar bisamencukupi kebutuhan hidup.Kenaikan harga BBM menambah bebanhidup masyarakat. Mereka tidak hanyamenghadapi kenaikan harga BBM, tetapi jugakenaikan berantai berbagai harga barang dan jasakebutuhan sehari-hari yang mengikutinya.Kenaikan harga tersebut berpengaruh langsungpada penurunan daya beli sebagian besarmasyarakat, terutama rumah tangga miskin.Untuk mengurangi beban tersebut, pemerintahmengeluarkan Instruksi Presiden (Inpres) No. 12Tahun 2005 tentang Pelaksanaan Subsidi LangsungTunai (SLT) kepada Rumah Tangga Miskin.89


Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007, Volume I, No. 2Subsidi Langsung Tunai (SLT) diberikankepada rumah tangga miskin yang diidentifikasioleh BPS dengan menggunakan metode ujipendekatan kemampuan (proxy-means testing).Setiap rumah tangga menerima Rp 100.000 perbulan yang diberikan tiga bulan sekali. Padapencairan tahap pertama yang direalisasikansejak 1 Oktober 2005, pemerintah menyediakandana sebesar Rp 4,6 triliun bagi sekitar 15,5 jutarumah tangga. Penyaluran dana dilaksanakanoleh PT Pos Indonesia melalui kantor cabangnya.Strategi Adaptasi (Coping Strategy) KeluargaMiskinStrategi adaptasi (coping strategy)menunjuk pada berbagai upaya, baik mental maupunperilaku, untuk menguasai, mentoleransi,mengurangi, atau minimalisasikan suatu situasiatau kejadian yang penuh tekanan. Denganperkataan lain strategi coping merupakan suatuproses di mana individu berusaha untukmenanggani dan menguasai situasi stres yangmenekan akibat dari masalah yang sedangdihadapinya (dalam hal ini dampak negatifkenaikan harga BBM yang diikuti meningkatnyaharga barang-barang kebutuhan pokok lainnya)dengan cara melakukan perubahan kognitifmaupun perilaku guna memperoleh rasa amandalam dirinya.Untuk menyiasati kenaikan harga BBMyang diikuti kenaikan harga barang-barangkebutuhan pokok lainnya, semua informanmengaku memiliki cara dan strategi tertentu.Informan sepakat bahwa cara serta strategitersebut mutlak diperlukan agar tetap dapatbertahan menghadapi beratnya hidup.Dalam menghadapi berbagai kesulitan,masyarakat miskin tampaknya memiliki danmengembangkan strategi tertentu untuk dapatmempertahankan kelangsungan hidupnya. Apayang dalam pandangan pihak luar merupakantindak irasional, dalam kenyataannya, mungkinmerupakan satu-satunya pemecahan darihimpitan kesulitan sosial ekonomi.Sebagian informan berupaya mencaripekerjaan sampingan untuk memperolehpenghasilan tambahan. Bagi ibu-ibu, misalnya,bisa menerima pesanan makanan, membukakedai makan sederhana atau warung kecil,menjajakan pakaian atau perabot rumah tanggadari rumah ke rumah secara tunai/kredit,mengambil jahitan atau bordir pakaian, menjualsulaman, menawarkan jasa pijat, atau berkelilingmenawarkan jasa mengerjakan pekerjaan rumahtangga seperti mencuci, menyetrika, danmembersihkan rumah.Sedangkan para bapak memilih untukmencari pekerjaan sampingan dengan menjadimakelar atau perantara dalam jual beli tanah,rumah, atau barang-barang elektronik. Ada jugayang membuka kedai kopi, warung rokok,maupun tempat cuci kendaraan (doorsmeer).Selain itu, masih ada yang menggunakan waktusenggangnya di akhir pekan untuk bertukang(membuat perlengkapan rumah tangga dari bahankayu untuk dijual) atau menawarkan jasamengecat pagar dan rumah bila dibutuhkan.Informan yang bekerja sebagai karyawanatau buruh pabrik biasanya mencari penghasilantambahan dengan bekerja lembur. Hal hampirserupa dilakukan oleh informan yang berprofesisebagai penarik becak atau supir angkot, denganmenambah jam kerja.Sebagian informan juga mendayagunakansegenap potensi yang telah dimiliki demimembantu memenuhi kebutuhan hidup. Adainforman yang menggunakan sepeda motormiliknya untuk menawarkan jasa ojek. Ada yangmenyewakan kamar rumah pada anak kost. Adajuga yang merelakan sebagian lahan pekarangandepan rumahnya dijadikan tempat berjualan olehorang lain, dengan memungut sewa harian.Singkat kata, semua potensi dimanfaatkansemaksimal mungkin.Informan yang memiliki pekarangancukup luas menggunakannya pula untuk membantumemenuhi kebutuhan hidup. Menanam sayuran,misalnya, adalah salah satu hal yang dilakukaninforman. Selain menghemat, karena tidak perlulagi membeli sayuran, bila hasilnya berlebih jugabisa dijual kepada tetangga yang membutuhkanatau dititipkan di warung terdekat. Tomat, cabe,sawi, selada, dan tanaman berumur singkat lainbiasa dijadikan pilihan karena tak terlalu rumitperawatannya serta cepat menghasilkan.Informan lainnya juga memelihara ayamdan bebek. Selain bisa diambil telurnya, bila adakeperluan, seperti misalnya menyambut kedatangankerabat atau menjelang perayaan hari besarkeagamaan, ternak tersebut juga bisa disembelihuntuk dikonsumsi dagingnya. Informan mengakumembeli ayam dan bebek itu saat masih barumenetas dan memeliharanya hingga bisadimanfaatkan. Untuk pakan, informan biasanyamempergunakan sisa makanan atau bagiansayuran yang tidak terpakai lagi, sehingga tak90


Wahyudi dan Sismudjito, Strategi Adaptasi Sosial Ekonomi...perlu ada pengeluaran tambahan guna membelipakan ternak.Mengurangi kualitas dan kuantitas bahanmakanan yang dibeli juga dilakukan olehsebagian informan pasca kenaikan harga BBM.Sebagai contoh, jika dahulu bisa membeli berasberkualitas sedang (medium), sekarang hanyamampu memperoleh beras berkualitas rendahdengan harga yang sama. Lauk pauk pundemikian halnya. Bila dulu informan dapatmengkonsumsi daging (ayam atau sapi)seminggu sekali, kini tidak lagi. Tempe, tahu, dantelur banyak dijadikan alternatif.Kualitas maupun kuantitas bahanmakanan yang dibeli sehari-hari boleh sajadikurangi, namun tentunya tetap harusmencukupi kebutuhan seluruh anggota keluarga.Untuk itu, informan mesti bisa menyiasatikeadaan. Cara yang dilakukan informan, antaralain, dengan mengurangi atau memperkecilukuran potongan bahan makanan. Denganpotongan kecil, seluruh anggota keluarga pastimendapat bagian. Sedangkan beras, kadangkaladitanak hingga menjadi bubur agar cukupdikonsumsi seluruh anggota keluarga.Informan berusaha pula menghemat ataumengurangi pengeluaran. Pengeluaran yangdikurangi biasanya yang dianggap tidak terlalupenting. Uang saku anak, misalnya, bisa dikurangi,bahkan dihapuskan. Sebagai gantinya, informanmembuatkan sarapan untuk anak sebelumberangkat sekolah. Informan juga mengusahakanselalu membeli barang kebutuhannya di pasar,karena harga-harga yang ditawarkan lebih murahketimbang warung. Membeli makanan jadi jugadihindari sebab harganya lebih mahal daripadajika memasak sendiri.Semua informan menyatakan dirinyacukup aktif menjalin hubungan dan bergauldengan masyarakat sekitar. Hal ini dimaksudkanagar dapat diterima menjadi bagian dari masyarakatdan bisa mengandalkan hubungan yang telahterjalin jika sewaktu-waktu mengalami kesulitan.Kegiatan yang dilakukan informanbersama sesama warga, antara lain, arisan STMdan pengajian. Kegiatan tersebut dilaksanakansecara rutin, diikuti oleh warga sekitar untukmenjalin silaturahmi serta membicarakanberbagai masalah. Dalam kegiatan ini, jugasering ada warga yang berbagi kisah tentangkesulitan yang dialami, biasanya akan banyakwarga lain yang berusaha membantumenawarkan solusi.Sebagian besar informan mengakubahwa mereka pernah meminjam uang darisesama warga yang telah memiliki jalinanhubungan. Terkadang mereka juga berhutang diwarung milik tetangganya. Ini dilakukan bila adakebutuhan mendesak sementara informan sedangtidak memiliki uang. Adanya pinjaman danpemberian hutang ini dirasakan informan sangatmembantu.Para ahli menggolongkan dua strategicoping yang biasanya digunakan oleh individu,yaitu:‣ Problem-Solving Focused CopingDi mana individu secara aktif mencaripenyelesaian dari masalah untukmenghilangkan kondisi atau situasi yangmenimbulkan stres.‣ Emotion-Focused CopingDi mana individu melibatkan usaha-usahauntuk mengatur emosinya dalam rangkamenyesuaikan diri dengan dampak yang akanditimbulkan oleh suatu kondisi atau situasiyang penuh tekanan.Dalam hal ini, yang dilakukan olehinforman untuk menyiasati kesulitan hidup pascakenaikanharga BBM adalah problem-solvingfocused coping, di mana mereka secara aktifmencari penyelesaian dari masalah untukmenghilangkan kondisi atau situasi yangmenimbulkan stres.Cara individu menangani situasi yangmengandung tekanan ditentukan oleh sumberdaya individu yang meliputi kesehatanfisik/energi, keterampilan memecahkan masalah,keterampilan sosial dan dukungan sosial danmateri.1. Kesehatan FisikKesehatan merupakan hal yang penting,karena selama dalam usaha mengatasi stres,individu dituntut untuk mengerahkan tenagayang cukup besar.2. Keyakinan atau Pandangan PositifKeyakinan menjadi sumber daya psikologisyang sangat penting, seperti keyakinan akannasib (eksternal locus of control) yangmengerahkan individu pada penilaianketidakberdayaan (helplessness) yang akanmenurunkan kemampuan strategi coping tipeproblem-solving focused coping.3. Keterampilan Memecahkan MasalahKeterampilan ini meliputi kemampuan untukmencari informasi, menganalisis situasi,91


Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007, Volume I, No. 2mengidentifikasi masalah dengan tujuanuntuk menghasilkan alternatif tindakan,kemudian mempertimbangkan alternatiftersebut sehubungan dengan hasil yang ingindicapai, dan pada akhirnya melaksanakanrencana dengan melakukan suatu tindakanyang tepat.4. Keterampilan SosialKeterampilan ini meliputi kemampuan untukberkomunikasi dan bertingkah laku dengancara-cara yang sesuai dengan nilai-nilaisosial yang berlaku di masyarakat.5. Dukungan SosialDukungan ini meliputi dukungan pemenuhankebutuhan informasi dan emosional pada diriindividu yang diberikan oleh orang tua,anggota keluarga lain, saudara, teman, danlingkungan masyarakat sekitarnya.6. MateriDukungan ini meliputi sumber daya berupauang, barang barang atau layanan yangbiasanya dapat dibeli.Kesadaran akan pentingnya penanganankemiskinan lokal yang berkelanjutan yangmenekankan pada penguatan solusi-solusi yangditemukan oleh orang yang bersangkutansemakin mengemuka. Pendekatan ini lebihmemfokuskan pada pengidentifikasian “apa yangdimiliki oleh orang miskin” ketimbang “apa yangtidak dimiliki orang miskin” yang menjadisasaran pengkajian.Menuju Program Pengentasan Kemiskinanyang Berpihak pada Masyarakat MiskinBantuan dari pemerintah pernah diterimaoleh sebagian informan. Jika dahulu ada programJPS (Jaring Pengaman Sosial) untuk meredamdampak krisis moneter dan menahan lajupeningkatan jumlah penduduk miskin, kini adaBLT (Bantuan Langsung Tunai) dan Raskin(Beras untuk rakyat Miskin). BLT, yangdimaksudkan sebagai pengganti subsidi BBMdisalurkan setiap 3 bulan sebesarRp 300.000,/KK. Sedangkan Raskin dapat dibeliseharga Rp 1.000,-/kg, dengan jatah 10–15kg/KK/bulan. Semuanya merupakan bantuanpemerintah bagi keluarga miskin. Tapi ada jugainforman yang tidak mendapatkannya walau telahdidata dan tercatat sebagai keluarga miskin.Ada juga informan yang sebenarnyatergolong mampu secara finansial malahmemperoleh BLT. Informan mengaku hal inidilakukannya dengan memalsukan data, bekerjasama dengan oknum kepala lingkungan setempat.Saat diminta mengemukakan tanggapannyamengenai program pengentasan kemiskinan dankompensasi subsidi BBM yang dilaksanakan olehpemerintah, semua informan mengaku sangatsetuju bila program maupun bantuan tersebutterus dilaksanakan. Hanya saja, menurutinforman, memang masih banyak hal yang perludibenahi, terutama berkaitan distribusi sertamekanisme penyalurannya. Juga perludiperhatikan dan diawasi agar tepat sasaranditerima oleh orang yang benar-benar berhakserta membutuhkannya.Di masa mendatang, informan berharapbahwa pemerintah dapat lebih menunjukkankeberpihakan kepada rakyat miskin dalamkebijakan-kebijakan yang diterapkan. Kenaikanharga BBM, misalnya, sebisa mungkindiharapkan dihindari karena dampaknya sangatberat dirasakan oleh keluarga miskin. Programpengentasan kemiskinan dan kompensasi subsidiBBM juga dianggap perlu dilanjutkan denganmelakukan pembenahan dalam berbagai aspekpelaksanaannya.Kemiskinan dalam pengertian konvensionalpada umumnya (income) komunitas yang beradadi bawah satu garis kemiskinan tertentu. Olehkarena itu sering sekali upaya pengentasankemiskinan hanya bertumpu pada upayapeningkatan pendapatan komunitas tersebut.Pengalaman di lapangan menunjukkan bahwapendekatan permasalahan kemiskinan dari segipendapatan saja tidak mampu memecahkanpermasalahan komunitas. Karena permasalahankemiskinan komunitas bukan hanya masalahekonomi namun meliputi berbagai masalahlainnya. Kemiskinan dalam berbagai bidang inidisebut dengan kemiskinan plural. Menurut parapakar, sekurang-kurangnya ada 6 macamkemiskinan yang ditanggung komunitas, yaitu:1. Kemiskinan sub-sistensi, penghasilan rendah,jam kerja panjang, perumahan buruk, fasilitasair bersih mahal.2. Kemiskinan perlindungan, lingkungan buruk(sanitasi, sarana pembuangan sampah,polusi), kondisi kerja buruk, tidak adajaminan atas hak pemilikan tanah.3. Kemiskinan pemahaman, kualitas pendidikanformal buruk, terbatasnya akses atasinformasi yang menyebabkan terbatasnyakesadaran atas hak, kemampuan dan potensiuntuk mengupayakan perubahan.92


Wahyudi dan Sismudjito, Strategi Adaptasi Sosial Ekonomi...4. Kemiskinan partisipasi, tidak ada akses dankontrol atas proses pengambilan keputusanyang menyangkut nasib diri dan komunitas.5. Kemiskinan identitas, terbatasnya perbauranantarkelompok sosial, terfragmentasi.6. Kemiskinan kebebasan, stres, rasa tidakberdaya, tidak aman baik di tingkat pribadimaupun komunitas.Bila ditinjau dari konsep kebutuhan,maka 6 macam kemiskinan ini bisa diatasidengan pemenuhan dua macam kebutuhan diatas. Kemiskinan ekonomi diatasi denganmemenuhi kebutuhan praktis sedang kemiskinanyang lain diatasi dengan pemenuhan kebutuhanstrategis.Penanggulangan kemiskinan yang selamaini terjadi memperlihatkan beberapa kekeliruanparadigmatik, antara lain pertama, masihberorientasi pada aspek ekonomi daripada aspekmultidimensional. Penanggulangan kemiskinandengan fokus perhatian pada aspek ekonomiterbukti mengalami kegagalan, karenapengentasan kemiskinan yang direduksi dalamsoal-soal ekonomi tidak akan mewakili persoalankemiskinan yang sebenarnya. Dalam konteksbudaya, orang miskin diindikasikan denganterlembaganya nilai-nilai seperti apatis, apolitis,fatalistik, ketidakberdayaan, dan sebagainya.Sementara dalam konteks dimensi struktural ataupolitik, orang yang mengalami kemiskinanekonomi pada hakikatnya karena mengalamikemiskinan struktural dan politis.Kedua, lebih bernuansa karitatif(kemurahan hati) ketimbang produktivitas.Penanggulangan kemiskinan yang hanyadidasarkan atas karitatif, tidak akan munculdorongan dari masyarakat miskin sendiri untukberupaya bagaimana mengatasi kemiskinannya.Mereka akan selalu menggantungkan diri padabantuan yang diberikan pihak lain. Padahalprogram penanggulangan kemiskinan seharusnyadiarahkan supaya mereka menjadi produktif.Ketiga, memposisikan masyarakatmiskin sebagai obyek daripada subyek.Seharusnya, mereka dijadikan sebagai subyek,yaitu sebagai pelaku perubahan yang aktif terlibatdalam aktivitas program penanggulangankemiskinan.Keempat, pemerintah masih sebagaipenguasa daripada fasilitator. Dalam penanganankemiskinan, pemerintah masih bertindak sebagaipenguasa yang kerapkali turut campur tanganterlalu luas dalam kehidupan orang-orang miskin.Sebaliknya, pemerintah semestinya bertindaksebagai fasilitator, yang tugasnya mengembangkanpotensi-potensi yang mereka miliki. Dalam halini, Suharto (2003) mengatakan bahwaparadigma baru menekankan “apa yang dimilikiorang miskin” ketimbang “apa yang tidakdimiliki orang miskin”. Potensi orang miskintersebut bisa berbentuk aset personal dan sosial,serta berbagai strategi penanganan masalah(coping strategies) yang telah dijalankannyasecara lokal.Mencermati beberapa kekeliruanparadigmatis penanggulangan kemiskinan tadi,ada strategi yang harus dilakukan untukmengatasi kemiskinan.1. Karena kemiskinan bersifat multidimensional,maka program pengentasan kemiskinanseyogyanya juga tidak hanya memprioritaskanaspek ekonomi tapi memperhatikan dimensilain. Dengan kata lain, pemenuhan kebutuhanpokok memang perlu mendapat prioritas,namun juga harus mengejar target mengatasikemiskinan nonekonomis. Strategi pengentasankemiskinan hendaknya diarahkan untukmengikis nilai-nilai budaya negatif sepertiapatis, apolitis, fatalistik, ketidakberdayaan,dan sebagainya. Apabila budaya ini tidakdihilangkan, kemiskinan ekonomi akan sulituntuk ditanggulangi. Selain itu, langkahpengentasan kemiskinan yang efektif haruspula mengatasi hambatan-hambatan yangsifatnya struktural dan politis.2. Untuk meningkatkan kemampuan danmendorong produktivitas, strategi yangdipilih adalah peningkatan kemampuandasar masyarakat miskin untuk meningkatkanpendapatan melalui langkah perbaikankesehatan dan pendidikan, peningkatanketerampilan usaha, teknologi, perluasanjaringan kerja (networking), serta informasipasar.3. Melibatkan masyarakat miskin dalamkeseluruhan proses penanggulangan kemiskinan,mulai dari perencanaan, pelaksanaan,pengawasan, dan evaluasi, bahkan padaproses pengambilan keputusan.4. Strategi pemberdayaan. Masyarakat miskinadalah kelompok yang mampu membangundirinya sendiri jika pemerintah mau memberikebebasan bagi kelompok itu untuk mengaturdirinya.93


Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007, Volume I, No. 2Dalam kaitan ini, upaya memberdayakanmasyarakat setidak-tidaknya harus dilakukanmelalui tiga cara, yaitu : (1) menciptakan suasanaatau iklim yang memungkinkan potensimasyarakat berkembang dengan titik tolak bahwasetiap manusia dan masyarakat memiliki potensi(daya) yang dapat dikembangkan, (2) memperkuatpotensi atau daya yang dimiliki masyarakat, dan (3)memberdayakan pula mengandung arti melindungi.Untuk proyeksi ke masa depan sangat dibutuhkanupaya yang lebih efektif dalam mengatasikemiskinan.Kemiskinan sebagai masalah nasional,tidak dapat hanya diselesaikan oleh pemerintahmelalui berbagai kebijaksanaan pembangunan,tetapi juga harus menjadi tanggung jawabbersama bagi semua pelaku pembangunantermasuk masyarakat itu sendiri. Kuncipemecahan masalah kemiskinan adalah memberikesempatan kepada penduduk miskin untuk ikutserta dalam proses produksi dan kepemilikan asetproduksi.PENUTUP1. Kenaikan harga BBM (Bahan Bakar Minyak)dipastikan akan semakin memberatkanmasyarakat, terutama kalangan miskin. Olehsebab itu, pemerintah diharapkan bisa lebihberpihak pada kepentingan rakyat, denganmempertimbangkan secara seksama bilahendak menaikkan harga BBM di masamendatang. Sedapat mungkin, bila masih adaalternatif kebijakan lain yang bisa ditempuh,disarankan agar menghindari menaikkanharga BBM.2. Hendaknya diperhatikan dengan seksamaagar penyaluran dana kompensasi subsidiBBM benar-benar diterima oleh yang berhakdan membutuhkannya.3. Strategi adaptasi sosial ekonomi masyarakatmiskin perlu dihargai sebagai suatu bentukinisiatif menghadapi sulitnya keadaan,namun perlu diawasi agar jangan sampaimalah semakin menjerat mereka dalamperangkap kemiskinan.4. Dalam perumusan kebijakan pengentasankemiskinan, pemerintah perlu lebihmemperhatikan aspirasi dan kebutuhanmasyarakat miskin.94


Wahyudi dan Sismudjito, Strategi Adaptasi Sosial Ekonomi...DAFTAR PUSTAKAAlfian, et al. (ed.). 2000. Kemiskinan Struktural: Suatu Bunga Rampai. Jakarta, Pulsar.Alfian. 2001. Kemiskinan dan Kebijakan Pengentasannya. Jakarta, Pustaka Kalam.Ali, Muhammad. 1999. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Bandung, Alumni.Amaluddin, Moh. 1987. Kemiskinan dan Polarisasi Sosial. Jakarta, UI Press.Aminuddin. 2000. Sosiologi: Suatu Pengenalan Awal. Jakarta, RajaGrafindo Persada.Baross, Zsu Zsa. 1999. Prospek Perubahan bagi Golongan Miskin Kota (artikel online dihttp://www.jurnal_prisma.co.id)Black, James A. (penerjemah E. Koeswara, dkk.). 1992. Metode dan Masalah Penelitian Sosial.Bandung, Eresco.BPS (Badan Pusat Statistik). 1999. Penduduk Miskin (Poor Population). Berita Resmi StatistikPenduduk Miskin. No.04/Thn.II/9, Juli. Jakarta: CBS.BPS – Depsos. 2002. Penduduk Fakir Miskin Indonesia 2002. BPS Jakarta Indonesia.Faisal, Sanapiah. 1999. Format-Format penelitian sosial. Jakarta, Raja Grafindo Persada.Singarimbun, Masri. 1980. Penduduk dan Kemiskinan. Jakarta, Bhrata Karya Akasara.Soekanto, Soerjono. 1999. Kamus Sosiologi. Jakarta, Rajawali Pers.Suharto, Edi. 1997. Pembangunan, Kebijakan Sosial dan Pekerjaan Sosial, Spektrum Pemikiran.Bandung: Lembaga Studi Pembangunan STKS (LSP-STKS).Tjiptoherijanto, Prijono. 1997. Prospek Perekonomian Indonesia dalam Rangka Globalisasi. Jakarta,Rineka Cipta.Unaradjan, Dolet. 2000. Pengantar Metode Penelitian Ilmu Sosial. Jakarta, Grasindo.Usman, Husaini. 2000. Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta, Bumi Aksara.Situs Internet/Website:• http://www.bps.go.id• http://www.ekonomirakyat.org/edisi_14/artikel_2.htm (Jurnal Ekonomi Rakyat)• http://perpustakaan.bappenas.go.id/pls/kliping/data_access.show_file_clp?v_filename=F8437/Menyoal%20Argumentasi%20Kenaikan%20Harga%20BBM.htm• http://www.pemkomedan.go.id/medan_barat_miskin.htm• http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/2006/012006/02/teropong/0401.htm95


Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007, Volume I, No. 2BADAN MUSYAWARAH MASYARAKAT MINANG (BM3)(Studi Deskriptif tentang Fungsi Organisasi Sosial Suku Bangsa Minangkabaudi Kota Medan)Innike Rahma DewiErmansyahAbstract: Badan Musyawarah Masyarakat Minang (BM3) is an ethnic organization whichestablished by the Minangkabau people. The organization has four different functions,consist of, the function for integration, adaptation, latent pattern maintenance, and goalattainment. These functions and all other aspects of the organization are the main issueson the research.Keywords: Badan Musyawarah Masyarakat Minang (BM3)PENDAHULUANSalah satu kekayaan yang dimiliki olehbangsa Indonesia adalah keragaman budaya yangdicerminkan oleh banyaknya suku bangsa yangmendiami tanah Nusantara ini. Lebih lanjut,menurut Melalatoa jumlah suku bangsa diIndonesia ini mencapai kurang lebih 500 etnis(Depdikbud, 2000: 1). Di antara ratusan sukubangsa tersebut, suku bangsa Minangkabauadalah salah satu suku bangsa yang terkenaldengan keunikannya. Keunikan itu terlihat darisistem kekerabatan matrilineal yang mereka anut.Menurut Geertz, Minangkabau sebagaisalah satu suku bangsa di Indonesia, mempunyaibudaya yang menyerupai budaya masyarakatpesisir (http//www.rantau.net.com). Lebih dijelaskanbahwa pada kenyataannya mereka adalah kelompokkomunitas pedalaman yang menempati daerahseputar Bukit Barisan. Salah satu ciri masyarakatpedalaman adalah kecenderungannya pada pertaniansebagai sumber kehidupannya. Namun ciri tersebuttidak sepenuhnya melekat pada suku bangsaMinangkabau. Dalam perspektif sejarah perdagangan,komunitas Minangkabau telah berperan pentingdalam perdagangan merica yang seharusnyadilakukan oleh masyarakat pesisir. Di sampingitu, keunikan lain yang dimiliki suku bangsaMinangkabau adalah cepatnya komunitas inibersinggungan dengan ajaran Islam yangbiasanya hanya dialami oleh masyarakat pesisir.Terlepas dari semua keunikan di atas,suku bangsa Minangkabau terkenal dengantradisi merantau. Merantau dalam pengertian disini adalah meninggalkan kampung halamanmereka dan menetap di tempat lain yangdianggap dapat memberikan kehidupan yanglayak (Amir B, 1982: 219).Kegiatan merantau memang tidak dapatdipisahkan dari suku bangsa Minangkabau. Padaawalnya merantau didorong oleh kebutuhanperluasan wilayah karena tempat asal di daerahpedalaman <strong>Sumatera</strong> Barat atau luhak nan tigotidak lagi memadai luasnya untuk menunjangkehidupan. Mereka memerlukan tanah garapan baruuntuk pertanian, sehingga suku bangsa Minangkabaumemperluas daerah mereka dengan memasukkanpantai Barat ke dalam lingkungan wilayahmereka seperti Pariaman, Padang, BandarSepuluh sejak abad ke-6 (Naim, 1984: 61-66).Proses merantau menurut Naim (1984:228) disebabkan oleh tiga faktor, yaitu: faktorekologi dan geografis 1 , faktor ekonomi 2 danfaktor pendidikan 3 . Selain faktor-faktor itu,proses merantau pada suku bangsa Minangkabaujuga didorong oleh nilai budayanya (Pelly, 1988:19). Hal itu tertuang dalam pepatah berikut:1Minangkabau adalah daerah yang terpencil di luar pusatperdagangan dan politik sehingga orang luar tidak mungkinmendatangi Minangkabau. Sebagai akibatnya, suku bangsaMinangkabaulah yang harus keluar. Selain itu, Minangkabau adalahdaerah yang subur yang sangat cocok untuk daerah pertanian, tetapikarena tingkat pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi, tanahtersebut tidak cukup untuk memenuhi semua kebutuhan hiduppenduduknya. Oleh karena itu, merantau menjadi salah satu jalankeluarnya.2Di mana keadaan ekonomi di kampung tidak lagi sanggupmenahan mereka, sedangkan dari luar faktor penarik yangdisebabkan oleh pembangunan juga bertambah kuat.3Faktor pendidikan telah terbukti menjadi faktor pendorong yangmampu merangsang yang lainnya untuk ikut merantau, karenasetiap pelajar yang pergi merantau membukakan jalan bagi pelajarberikutnya untuk melakukan hal yang sama. Cerita-cerita tentangkemajuan dan keberhasilan yang terdengar dalam pencapaianpendidikan oleh para pelajar ini di rantau mendorong yang mudamudauntuk mengikuti jejak langkahnya. Para lulusan yang mudamudaini biasanya tidak kembali ke kampung, tetapi sebaliknyamenetap di rantau. Bahkan banyak di antaranya yang kemudianmenjadi orang orang-orang penting. Hal ini sudah cukup untukmembangkitkan keinginan anak-anak muda Minangkabau yangmasih di kampung untuk mengikuti jejak langkahnya.Innike Rahma Dewi adalah Alumni Departemen Sosiologi FISIP USUErmansyah adalah Dosen Departemen Sosiologi FISIP USU Medan96


Dewi dan Ermansyah, Badan Musyawarah Masyarakat...Karatau madang di huluBabuah babungo alunMarantau bujang dahuluDi rumah baguno balun(Karatau madang di huluBerbuah berbunga belumMerantau bujang dahuluDi rumah berguna belum)Bagi suku bangsa Minangkabau,seseorang belum dianggap dewasa dan bergunabagi kampungnya jika ia belum merantau.Merantau dianggap sebagai masa “inisiasi” (masaperalihan) kedewasaannya, sekaligus untukmemperlihatkan bahwa dirinya mampu menunaikanmisi budaya di rantau. Mereka menganggap proseskedewasaan tidak akan sempurna apabila tidakmelalui masa inisiasi di rantau. Gadang dikampuang (besar di kampung) adalah besar yangdibesarkan orang, sedangkan besar di rantauadalah besar seorang diri atau gadang surang.Dengan demikian, ilmu dan pengalaman di rantaudilihat sebagai kelengkapan mutlak untukmengukur kedewasaan seseorang.Salah satu kota yang menjadi tujuanmerantau adalah Kota Medan. PerkembanganKota Medan yang cukup pesat dari waktu kewaktu mendorong terjadinya migrasi besarbesarandari berbagai suku bangsa untukmencoba mengadu nasib di kota ini, takterkecuali suku bangsa Minangkabau. Besarnyamigrasi dari berbagai suku bangsa pendatang inijumlahnya tidak tetap dan sangat dipengaruhioleh situasi dan kondisi saat itu.Lebih lanjut, Naim (1984) menjelaskanbahwa besarnya migrasi suku bangsaMinangkabau ke Kota Medan pada tahun-tahunpermulaan tidak pernah terdata secara pasti.Namun data sensus pada tahun 1930 menunjukkanangka sebanyak 5.048 jiwa suku bangsaMinangkabau yang bertempat tinggal di KotaMedan. Dalam jangka waktu lima puluh tahunkemudian yaitu tahun 1980 terjadi kenaikandengan total jumlah penduduk 141.507 jiwa.Keberadaan suku bangsa Minangkabaudi Kota Medan pada masa dahulu dari tahun ketahun jumlahnya tidak tetap. Hal ini dipengaruhioleh keadaan atau situasi politik pada masa itu,baik di daerah rantau ataupun di daerah asalnya.Misalnya pada masa Perang Dunia II dan perangkemerdekaan Indonesia, kebanyakan perantaukembali ke kampungnya. Sedangkan ketikaterjadi pemberontakan PRRI jumlah perantau keKota Medan meningkat. Namun, data statistikmenunjukkan bahwa angka rata-rata kenaikanperantau Minangkabau sejalan dengan kenaikanrata-rata penduduk Kota Medan secarakeseluruhannya.Beradanya suatu kelompok masyarakattertentu di daerah perantauan bukan berarti hanyamerupakan sekumpulan orang-orang yang tersebar ditanah rantau, tetapi mereka juga makhluk sosial yangmengaktualisasikan budayanya. Oleh karena itu,orang-orang yang tinggal di daerah rantau inibiasanya membentuk suatu kelompok-kelompoksesuku bangsa atau sedaerah guna memenuhikebutuhan psikologis mereka.Kelompok sesuku bangsa yang dibentukoleh perantau ini, biasa disebut paguyuban(Depdikbud, 2000: 2). Paguyuban dapat berbentukatau bersifat kesukubangsaan maupun kedaerahan.Kata paguyuban sendiri berasal dari kata “guyub”dalam bahasa Jawa yang artinya “bersama-sama”atau “kumpul”. Paguyuban yang bersifatkesukubangsaan, anggotanya berasal dari sukubangsa yang sama atau satu suku bangsa, misalnyaBadan Musyawarah Masyarakat Minang (BM3),Putra Jawa Kelahiran <strong>Sumatera</strong> (PUJAKESUMA).Paguyuban yang bersifat kedaerahan, anggotanyaberasal dari daerah yang sama atau satu daerah.Bisa yang berasal dari satu kotamadya, kabupatenmaupun daerah propinsi, seperti Ikatan KeluargaLabuhan Batu (IKLAB). Dengan demikianpaguyuban suku bangsa mengacu pada kesatuansuku bangsa. Sedangkan paguyuban kedaerahanmengacu pada kesatuan daerah asal. Konseppaguyuban dalam penelitian ini juga identik ataudisamakan dengan organisasi sosial. Oleh karenaitu, untuk selanjutnya dipergunakan konseporganisasi sosial.Lebih lanjut, munculnya berbagai organisasisosial di daerah-daerah perantauan ini dapatdipandang sebagai sesuatu yang positif. Dengan haltersebut, maka pengenalan antarbudaya sekaligusinteraksi di antara suku bangsa segera dapatdiwujudkan. Hal ini sangat penting sebab stereotypestereotypepeninggalan penjajah yang dimaksudkanuntuk memecah belah antar suku bangsa segeradapat dikikis. Di samping itu, organisasi sosial yangada di daerah perantauan juga akan menjadisemacam wadah guna menjalin persatuan dankesatuan dalam upaya mempercepat pembangunan.Demikian juga halnya yang terjadidengan suku bangsa Minangkabau yang merantaudi berbagai daerah yang berada di Indonesia.97


Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007, Volume I, No. 2Hampir di setiap wilayah di pelosok tanah airyang didatangi oleh suku bangsa Minangkabau,berdiri berbagai organisasi sosial, sekalipunmereka menjadi suku bangsa yang minoritas disana. Fenomena seperti ini tidak hanya terjadi didalam negeri saja, bahkan di luar NegaraKesatuan Indonesia (http//www.rantaunet.com).Di masing-masing daerah tersebut, baik di dalammaupun di luar negeri, berdiri organisasi sosialMinangkabau dengan nama yang berbeda-beda.Di Kota Medan sendiri, terdapat banyakorganisasi sosial perantau Minangkabau. Awalpembentukan berbagai organisasi sosialkeminangkabauan di Kota Medan sangat sukardipastikan. Tidak ditemukan catatan resmi yangberkenaan dengan hal ini. Melalui wawancarayang dilakukan pada saat pra survey, diketahuibahwa organisasi yang lebih teratur yangdimaksudkan untuk kepentingan perantauMinangkabau telah dimulai ketika terjadinyapemberontakan PRRI yang menyebabkansulitnya, bahkan terputusnya hubungan rantaudengan Minangkabau.Berbagai organisasi sosial perantauMinangkabau kemudian tumbuh dan berkembangsetelah kemerdekaan. Terlebih-lebih lagi padabeberapa dasawarsa terakhir Orde Baru. Hal inimerupakan akibat dari semakin meningkatnyajumlah suku bangsa Minangkabau yang menetapdi Kota Medan. Di samping itu, kenyataan bahwasecara sosiologis, pluralitas penduduk di KotaMedan, mengharuskan orang-orang mencariperlindungan demi kelangsungan hidupnya.Organisasi-organisasi sosial itu ada yangberdasarkan suku, ada yang berdasarkankedaerahan, dan ada pula yang berbentuk ikatankekeluargaan.Jumlah organisasi yang cukup banyakakhirnya menjadi masalah bagi suku bangsaMinangkabau yang merantau di Kota Medan,karena menyebabkan terjadinya pengkotakan danbenturan di kalangan mereka saat itu. Pada tahun1965, Walikota Medan saat itu, yaitu Drs.Surkani mengundang berbagai organisasi sosialsuku bangsa Minangkabau yang ada saat ituuntuk berdialog. Dari pertemuan itu, keluarlahide untuk menghimpun seluruh suku bangsaMinangkabau yang merantau di <strong>Sumatera</strong> <strong>Utara</strong>.Akhirnya pada tahun 1971, atas kesepakatanbersama suku bangsa Minangkabau yangmerantau di Kota Medan lewat suatu prosesmusyawarah yang difasilitasi oleh PemerintahanKota Medan saat itu, maka didirikanlah BadanMusyawarah Masyarakat Minang (BM3), denganKetua Umum Brigjend Sofyar. Berdirinya BadanMusyawarah Masyarakat Minang (BM3) ini tidakserta merta menghapus berbagai organisasi sosialsuku bangsa Minangkabau yang telah adasebelumnya. Badan Musyawarah MasyarakatMinangkabau (BM3) ini, lebih seperti wadah atau“payung panji” yang menampung berbagaimacam organisasi sosial di dalamnya.Beranjak dari kenyataan tersebut, makaperlu kiranya mengkaji organisasi sosialkesukubangsaan dalam dinamika kehidupanmasyarakat yang berada di perantauan,khususnya terhadap Badan MusyawarahMasyarakat Minang atau yang disingkat BM3terhadap perantau maupun generasi Minangkabauselanjutnya di Kota Medan. Hal ini menjelaskanfungsi organisasi sosial kesukubangsaan sebagaiwadah yang diharapkan dapat mempersatukansuku bangsa Minangkabau yang merantau keKota Medan. Di samping itu juga dapatmewujudkan solidaritas sosial suku bangsaMinangkabau di perantauan dan pelestarian nilainilaibudaya Minangkabau di tengah-tengahpluralitas masyarakat Kota Medan.Berdasarkan uraian di latar belakang,maka masalah penelitian dirumuskan yaknibagaimana peran Badan Musyawarah MasyarakatMinang (BM3) bagi suku bangsa Minangkabauyang bertempat tinggal di Kota Medan?Perumusan masalah ini dijabarkan kedalam 4 (empat) batasan masalah penelitian, yaitu:1. Bagaimanakah sejarah munculnya BadanMusyawarah Masyarakat Minang (BM3)?2. Siapa saja yang dapat terlibat dan terikatdalam keanggotaan di Badan MusyawarahMasyarakat Minang (BM3)?3. Apa saja kegiatan-kegiatan atau aktivitasaktivitasyang dilaksanakan oleh BadanMusyawarah Masyarakat Minang (BM3)?4. Apa yang menjadi prioritas dari keberadaanBadan Musyawarah Masyarakat Minang(BM3) bagi suku bangsa Minangkabau diKota Medan?PEMBAHASANBadan Musyawarah Masyarakat Minang (BM3)Badan (Poerwadarminta, 1984: 72) adalahsekumpulan orang yang merupakan kesatuan untukmengerjakan sesuatu. Lebih lanjut, penelitian inimembahas tentang Badan MusyawarahMasyarakat Minang (BM3). Badan Musyawarah98


Dewi dan Ermansyah, Badan Musyawarah Masyarakat...Masyarakat Minang (BM3) adalah organisasisosial berdasarkan kesukubangsaan yang dibentukdan berdiri pada tahun 1967 di Kota Medan,dengan tujuan untuk menghimpun danmenyatukan seluruh masyarakat Minangkabauyang merantau ke <strong>Sumatera</strong> <strong>Utara</strong>.Solidaritas SosialSolidaritas sosial adalah keeratanhubungan tiap individu dengan individu yanglainnya dalam suatu masyarakat. Hal tersebutdilandasi oleh keterikatan dan keterlibatan situasisosial yang membuat bersatu antara yang satudengan yang lainnya.Solidaritas sosial yang dimaksud dalampenelitian ini adalah keeratan hubungan yang terjalinantar masyarakat Minangkabau yang merantau keKota Medan, yang didasarkan pada perasaan moraldan kepercayaan yang dianut bersama dan diperkuatoleh pengalaman emosional yang sama. Wujudkeeratan hubungan yang terjalin antar masyarakatMinangkabau yang merantau ke Kota Medan ini,terlihat pada saat mereka melakukan berbagaikegiatan bersama-sama.Organisasi SosialOrganisasi sosial merupakan cara-caraperilaku manusia yang terorganisasikan secarasosial (Soekanto, 1993: 349). Organisasi sosialyang dimaksud dalam penelitian adalahorganisasi sosial suku bangsa Minangkabau,dalam hal ini Badan Musyawarah MasyarakatMinang (BM3).Suku Bangsa MinangkabauSuku bangsa Minangkabau adalah salahsatu suku bangsa yang mendiami Indonesia. Sukubangsa Minangkabau ini berasal dari <strong>Sumatera</strong>Barat dan terkenal dengan keunikan yangdimilikinya, salah satunya terlihat dari sistemkekerabatan matrilineal yang mereka anut. Sukubangsa Minangkabau yang dimaksud dalampenelitian ini adalah suku bangsa Minangkabauyang merantau dan menetap di Kota Medan.Adapun jenis penelitian ini adalahpenelitian studi deskriptif dengan menggunakanpendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif dapatdiartikan sebagai pendekatan yang menghasilkandata, tulisan, dan tingkah laku yang didapat dariapa yang diamati (Nawawi, 1994: 203).Penelitian deskriptif ini digunakan untukmenggambarkan atau melukiskan apa yangditeliti dan berusaha memberikan gambaran yangjelas mengenai apa yang menjadi pokokpenelitian. Berkenaan dengan penelitian inisebagai studi deskriptif maka penelitian ini akanmenggambarkan atau mendeskripsikan fungsiBadan Musyawarah Masyarakat Minang (BM3)bagi suku bangsa Minangkabau yang merantauke Kota Medan.Penelitian ini dilakukan terhadap sukubangsa Minangkabau yang bertempat tinggal diKota Medan dan terlibat ataupun menjadianggota dari Badan Musyawarah MsyarakatMinang (BM3). Alasan penelitian terhadapBadan Musyawarah Masyarakat Minang (BM3)ini, karena organisasi sosial tersebut lebihterekspos di hadapan suku-suku bangsa lainnya,dibandingkan dengan organisasi sosial lainnya.Hal ini terlihat dengan adanya rumah gadangsebagai pusat kegiatan mereka. Rumah gadangini memberikan arti dari eksistensi suku bangsaMinangkabau di Kota Medan. Di samping itu,berbagai organisasi sosial lainnya di Medanbiasanya berdasarkan marga atau suku.Sedangkan Badan Musyawarah MasyarakatMinang (BM3) adalah organisasi sosial yangberdasarkan kesukubangsaan.Unit analisis adalah satuan tertentu yangdiperhitungkan sebagai subyek penelitian(Arikunto, 1999: 132). Adapun unit analisisdalam penelitian ini adalah Badan MusyawarahMasyarakat Minang (BM3) Kota Medan.Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui fungsidari organisasi sosial keminangkabauan ini.Fungsi tersebut terlihat dari berbagai aktivitasyang dilaksanakannya. Selain itu, dalampenelitian ini juga perlu diketahui data tentangsejarah pendirian organisasi sosial ini danpandangan suku bangsa Minangkabau itu sendiriterhadap keberadaannya. Data-data tersebutdiperoleh dari orang-orang yang terlibat dalamorganisasi sosial ini, seperti, tokoh-tokoh pendiri,pengurus organisasi dan juga suku bangsaMinangkabau yang aktif di dalamnya. Orangorangyang menjadi sumber informasi dan dataini selanjutnya disebut informan. Lebih lanjut,informan tersebut dibagi menjadi dua kategori:a) Informan kunci yaitu pengurus inti atauorang-orang yang menduduki jabatan strategisdalam Badan Musyawarah MasyarakatMinang (BM3), orang yang dituakan olehsuku bangsa Minangkabau di Medan danterlibat dalam Badan Musyawarah MasyarakatMinang (BM3), yang mengetahui denganbaik sejarah berdirinya Badan Musyawarah99


Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007, Volume I, No. 2Masyarakat Minang (BM3) danperkembangannya hingga saat ini. Hal iniditujukan untuk mendapatkan data-data yangakurat dan mendetail tentang BadanMusyawarah Masyarakat Minang (BM3) danfungsinya bagi suku bangsa Minangkabau diKota Medan.b) Informan biasa yaitu suku bangsaMinangkabau yang tinggal di Kota Medan,dengan kriteria sebagai berikut:1. Terlibat atau terdaftar sebagai anggota diBadan Musyawarah Masyarakat Minang(BM3).2. Aktif dalam kegiatan-kegiatan yangdilaksanakan oleh Badan MusyawarahMasyarakat Minang (BM3).3. Laki-laki dan perempuan yang berusia 17tahun ke atas, sebagai batasan usia yangdianggap sudah dewasa atau sebagaibatasan dari produktifitas seseorang.Berbagai informan tersebut, baik informankunci maupun informan biasa, dianggap mengetahuitentang masalah yang dikaji dalam penelitian ini dandapat memberikan sumber data yang dibutuhkanpeneliti. Informan kunci dalam penelitian ini adalahsebanyak 5 (lima) orang, sedangkan informan biasaberjumlah 10 (sepuluh) orang.DESKRIPSI HASIL PENELITIANKedatangan suku bangsa Minangkabaudi Kota Medan tidak terlepas dari tradisimerantau yang melekat pada budaya mereka. Jikadilihat dari awal kedatangannya, suku bangsaMinangkabau bermigrasi ke Kota Medan sekitarakhir abad ke-19, di saat Kota Medan mulaimengalami perkembangan dan kemajuan diberbagai bidang. Diawali dengan dibukanyaberbagai perkebunan-perkebunan besar, industripertanian dan lancarnya sektor transportasi.Keadaan ini menarik tumbuhnya lembagalembagaperdagangan dan berbagai kegiatan dibidang jasa.Naim (1982: 931) menjelaskan, bahwahal lain yang melatarbelakangi migrasi besarbesaransuku bangsa Minangkabau adalahterjadinya depresi ekonomi yang hebat pada akhirtahun 1929, sehingga memukul perekonomianbanyak kawasan di dunia termasuk HindiaBelanda. Lebih lanjut dijelaskan, depresi yangterus berlanjut hingga pada pertengahan tahun1930-an menyebabkan suku bangsa Minangkabaumeninggalkan wilayahnya merantau ke kota-kotabesar terutama ke Batavia, dan Sumatra,khususnya ke Jambi, Pekanbaru, Palembang, danMedan.Berbeda dengan Naim, Pelly (1994)menyatakan bahwa kedatangan suku bangsaMinangkabau ke berbagai daerah termasuk KotaMedan sangat terkait dengan nilai-nilai budayayang mereka miliki. Budaya suku bangsaMinangkabau menganggap seseorang itu belumberguna bagi kampung halamannya jika ia belummerantau. Proses merantau selain sebagai sebuahproses pendewasaan, juga dianggap sebagailangkah dalam memenuhi misi kebudayaan. Sukubangsa Minangkabau menganggap daerah rantausebagai tempat menggali ilmu, mencari harta dankekayaan yang kemudian dibawa pulang untukkepentingan kampung halamannya. Dalam halini, pendapat yang dikemukakan oleh Pelly lebihsesuai dengan penelitian ini dibandingkan denganpendapat yang dikemukakan oleh Naim.Suku bangsa Minangkabau ini berasaldari berbagai desa atau nagari yang ada di<strong>Sumatera</strong> Barat. Walaupun tadinya merekabekerja sebagai petani dan penjual hasil bumi dikampung halamannya, tetapi di perantauanmereka berkonsentrasi pada sektor perdagangan(Naim, 1984: 99). Mereka menjual barangdagangannya dari satu perkebunan ke perkebunanyang lain dan ada juga yang menetap di kotauntuk berdagang.Lebih lanjut, Naim menjelaskan bahwapada tahun-tahun awal kedatangan suku bangsaMinangkabau ke Kota Medan, besarnya migrasiyang dilakukan tidak pernah terdata secara resmi.Namun, data sensus pada tahun 1930menunjukkan angka sekitar 5.408 jiwa sukubangsa Minangkabau yang berdomisili di KotaMedan. Angka ini mengalami peningkatan daritahun ke tahun, walaupun jumlahnya tidak tetap.Hal ini juga dipengaruhi oleh situasi dan kondisisosial politik pada saat itu, baik di daerah asal,dalam hal ini di <strong>Sumatera</strong> Barat, maupun didaerah rantau yaitu di Medan. Kegiatan merantausecara praktis berhenti ketika terjadi perangrevolusi kemerdekaan di tahun 1940-an danmeningkat lagi setelah adanya pengakuankedaulatan oleh Belanda pada tahun 1950. Sejakpecahnya pemberontakan PRRI pada tahun 1956,keadaan di pedalaman <strong>Sumatera</strong> Barat menjaditidak aman, sehingga mendorong suku bangsaMinangkabau untuk merantau. Selain ke KotaPadang, mereka juga menuju ke kota-kota di100


Dewi dan Ermansyah, Badan Musyawarah Masyarakat...<strong>Sumatera</strong> Timur dan <strong>Utara</strong>. Pada saat itu KotaMedan menjadi kota tujuan bagi perantau.Kendati demikian, dari data statistik yang ada,dapat disimpulkan bahwa kenaikan jumlahperantau Minangkabau ke Kota Medan, sejalandengan kenaikan rata-rata jumlah penduduknya.Setelah kemerdekaan, okupasi perantauMinangkabau di Kota Medan masih di bidangperdagangan, namun mengalami perkembangandan semakin beragam, tidak hanya berdagangantar perkebunan lagi. Ada yang berdagang diemper-emper toko sebagai pedagang kaki lima,ada yang sudah memiliki toko sendiri dan adajuga yang sudah berhasil menjadi pengecer.Dalam penelitiannya, Naim (1984: 99)memperoleh data bahwa sekitar 80% atau lebihdari keseluruhan pedagang pengecer di pusatpasar adalah suku bangsa Minangkabau danbeberapa di antaranya telah berhasil mencapaitingkat perdagangan ekspor impor. Namunkemudian, mereka kalah bersaing dengan orangCina. Hanya usaha penjahitan yang kemudianberhasil mereka ambil alih dari orang Cina.Dalam usaha penjahitan ini, 80% di antaranyadikuasai oleh suku bangsa Minangkabau.Kemudian, usaha lain yang mereka tekuni adalahberjualan makanan. Ini terlihat dengan berdirinya“warung-warung Padang” mulai dari restoransampai pedagang nasi pinggir jalan. Okupasi lainseperti usaha percetakan dan penerbitan termasuktoko-toko alat tulis dan toko buku.Pelly (1994), menjelaskan bahwagenerasi kedua suku bangsa Minangkabau yangmemiliki pendidikan lebih memilih karier sebagaidosen, notaris publik, dokter dan wartawan.Profesi-profesi ini dipilih sesuai denganpertimbangan nilai budaya. Seperti diketahui, sukubangsa Minangkabau lebih cenderung memilihpekerjaan yang memberikan kemerdekaan pribadibagi mereka. Mereka tidak menyukai pekerjaanyang cenderung menempatkan mereka di bawahorang lain. Hal ini seperti tertuang dalam pepatah“tahimpik ndak di ateh, takuruang ndak di lua(terhimpit hendak di atas, terkurung hendak diluar)”. Kendati demikian, banyak juga yangbekerja sebagai pegawai bank dan instansipemerintahan. Pada akhirnya, pekerjaan sebagaipedagang merupakan lapangan kerja bagi yangmemiliki tingkat pendidikan yang rendah.Lebih lanjut, Pelly menjelaskan bahwapada suku bangsa Minangkabau yang merantaujuga dijumpai kecenderungan pengelompokkandi kawasan pemukiman tertentu. Lingkunganpemukiman yang mereka sukai adalah yang dekatdengan kawasan perdagangan seperti pasar-pasaratau di pusat kota. Proses penyesuaian perantauMinangkabau yang baru datang lebih mudahdibandingkan dengan migran suku bangsa yanglainnya. Biasanya mereka “menumpang” danbekerja dengan membantu usaha saudara ataukawan sekampung yang lebih dahulu merantau.Biasanya setiap pulang kampung suku bangsaMinangkabau yang merantau terlebih dahulu,akan membawa sanak familinya yang sama-samabertujuan mencari pekerjaan atau dengan tujuanlainnya. Hal ini menyebabkan suku bangsaMinangkabau hidup mengelompok, walaupunada juga suku bangsa Minangkabau yangbertempat tinggal terpisah atau jauh daripemukiman perantau Minangkabau. Kawasanperantau Minangkabau mayoritas dapat dijumpaidi sekitar jalan Halat, Pasar Merah, KotaMatsum, Sukaramai, sekitar jalan Denai, JalanBromo, Tegal Sari. Atau yang sekarang tercakupdalam kecamatan Medan Area.Ermansyah (1998) menjelaskankemunculan berbagai organisasi sosial di KotaMedan terkait dengan peristiwa runtuhnyakekuasaan Sultan Deli. Runtuhnya kekuasaanSultan Deli, menjadikan Kota Medan sebagaikota tanpa kebudayaan dominan. Hal ini menjadifaktor mendorong munculnya berbagai organisasisosial, baik yang didasarkan pada ikatan marga,daerah asal maupun kesukubangsaan. Munculnyaorganisasi-organisasi ini terlihat semakin menonjolterlebih setelah kemerdekaan. Keberadaan berbagaiorganisasi sosial tersebut dipandang sebagaiwahana untuk mengekspresikan identitasnya ditengah-tengah kemajemukan Kota Medan.Lebih lanjut, masing-masing suku bangsamengekspresikan identitasnya secara aktif dansadar lewat berbagai media dan simbol-simbolbudayanya seperti; melaksanakan berbagaiupacara yang berkaitan dengan adat,menggunakan bahasa daerah dengan sesamanyadan lain sebagainya. Mereka memiliki organisasitersendiri seperti: Ikatan Aceh Sepakat, IkatanKeluarga besar Melayu, Himpunan KeluargaBesar Mandailing atau HIKMA dan OrganisasiMasyarakat Nias atau ORANI. Bagi orang Batakperkumpulannya cenderung berdasarkan ikatanmarga seperti: Persadaan marga Harahap,Perpulungen Marga Berutu, Punguan MargaPanjaitan, dan lain-lain.Keberadaan organisasi sosial sukubangsa Minangkabau merupakan akibat dari101


Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007, Volume I, No. 2semakin meningkatnya jumlah perantau yangmenetap di Kota Medan. Hal ini sangat terkaitdengan perubahan pola merantau, dari merantausirkuler menjadi merantau cina. Hal inimemungkinkan mereka untuk secara efektifmengumpulkan modal untuk mengembangkanusaha maupun memantapkan posisinya di sektorperdagangan. Namun, jika mereka sering pulangkampung, modal yang telah terkumpul akan habisuntuk perjalanan dan kebutuhan di kampunghalaman. Bagi suku bangsa Minangkabau yangtelah terikat dengan pekerjaannya, di luar sektorperdagangan, pola merantau sirkuler tidakmungkin lagi untuk dilakukan.Ermansyah (1998) menyatakan bahwalebih dari 27 organisasi sosial yang didasarkanatas ikatan ‘desa’ telah didirikan di Kota Medan.Tidak hanya itu, organisasi-organisasi sosial sukubangsa Minangkabau tersebut juga ada yangdidasarkan atas kesatuan teritorial yang lebihluas, seperti kecamatan dan kabupaten. Disamping itu, juga didasarkan ikatan daerah asal dimana warganya memiliki keterikatan atas asalusul,hubungan kekerabatan, adat-istiadat dankesatuan wilayah.Kehidupan yang majemuk dan heterogendi daerah perantauan membuat orang menjadilebih tegas dalam membentuk persepsi tentangdiri dan kebudayaannya tatkala berhadapandengan orang lain dengan nilai budaya lain yangberbeda. Hal ini dialami semua suku bangsa yangberada di perantauan, tak terkecuali suku bangsaMinangkabau. Suatu hal yang khas dari polamerantau suku bangsa Minangkabau adalahadanya sistem pemeliharaan hubungan lahir danbathin antara alam Minangkabau dengan alamrantau. Walaupun telah terpisah secara fisik dengankampung halamannya atau lokalitas budayanya,namun identitas keminangkabauannya tetapdipertahankan. Maka keberadaan organisasi sosialini dianggap berperan dalam mempertahankanidentitasnya dan melestarikan budayanya di daerahperantauan. Tidak hanya itu, keberadaanorganisasi sosial keminangkabauan ini jugadianggap langkah positif dalam mempersatukandan meningkatkan keterikatan suku bangsaMinangkabau. Lebih lanjut, organisasi ini jugajadi media untuk melestarikan kebudayaan yangmereka miliki di tengah-tengah kehidupan yangmajemuk di Kota Medan.Badan Musyawarah Masyarakat Minang (BM3)sebagai Jaringan Sosial KeminangkabauanBagi suku bangsa Minangkabau di KotaMedan, keberadaan Badan Musyawarah MasyarakatMinang (BM3) dianggap mempunyai fungsi yangpenting dalam menyatukan seluruh masyarakatnya.Hal ini salah satunya terlihat dari fungsi organisasiini yang dianggap sebagai “payung panji” bagikeberadaan berbagai organisasi sosialkeminangkabauan lainnya, baik yang didasarkankekerabatan maupun kedaerahan 4 .Terkait dengan keberadaannya sebagai“payung panji”, organisasi keminangkabauan inibukan sekedar organisasi sosial biasa.Keberadaannya di hadapan suku bangsaMinangkabau di Kota Medan, juga dipandangsebagai sebuah jaringan sosial yangmempersatukan mereka. Layaknya sebuahjaringan sosial, mereka terikat oleh nilai-nilai,norma-norma dan kesamaan yang ada di antaramereka. Hal tersebutlah yang menjadi perekatyang mempersatukan suku bangsa Minangkabaudi Kota Medan.Badan Musyawarah Masyarakat Minang(BM3) juga menjadi wadah yang mengorganisirberbagai aktivitas yang dianggap bermanfaatdalam meningkatkan kebersamaan danmempererat hubungan silaturahmi antar sesamasuku bangsa Minangkabau. Kegiatan itumencakup hubungan ke dalam dan ke luarorganisasi ini. Namun dalam penelitian ini, yanglebih dikaji adalah aktivitas yang dilaksanakanBadan Musyawarah Masyarakat Minang (BM3)dalam kaitannya dengan kehidupan suku bangsaMinangkabau itu sendiri.Pada dasarnya aktivitas-aktivitas yangdilaksanakan Badan Musyawarah MasyarakatMinang (BM3) merupakan implementasi dariprogram kerja yang telah ditetapkan sebelumnya.Pelaksanaan berbagai aktivitas ini mencakupberbagai aspek kehidupan. Dalam bidang agama,organisasi keminangkabauan ini rutin mengadakanaktivitas-aktivitas, seperti; pengajian, perayaan haribesar Islam, halal bi halal, dan majelis taklim.Pelaksanaan aktivitas-aktivitas keagamaanini, sangat terkait dengan upaya suku bangsaMinangkabau untuk mempertahankan identitas4Diumpamakan sebuah payung, maka keberadaan BadanMusyawarah Masyarakat Minang (BM3) ini dianggap sebagainaungan bagi berbagai organisasi sosial keminangkabauan yanglain. Organisasi ini menjadi wadah yang menyatukan semua elemenmasyarakat Minangkabau di <strong>Sumatera</strong> <strong>Utara</strong> umumnya dan KotaMedan khususnya.102


Dewi dan Ermansyah, Badan Musyawarah Masyarakat...keislamannya di tengah-tengah kemajemukan KotaMedan. Sebagaimana diketahui, suku bangsaMinangkabau sangat terikat dengan agama Islam.Adat dan Islam adalah dua identitas yang tidakdapat dipisahkan dari kehidupan suku bangsa ini(Pelly, 1994). Selain itu, aktivitas-aktivitas inimerupakan salah satu kesempatan bagi sukubangsa Minangkabau untuk saling bertemu dansaling mengenal. Dengan demikian hubungansilaturahmi di antara mereka akan semakin dekat.Sebagai sebuah organisasi sosial,aktivitas-aktivitas yang dilaksanakan BadanMusyawarah Masyarakat Minang (BM3), jugamencakup aspek sosial dalam kehidupan sukubangsa Minangkabau di perantauan. Berbagaipermasalahan yang dihadapi suku bangsaMinangkabau di perantauan diakomodir dankemudian dicari jalan keluarnya secara bersamasamalewat sebuah musyawarah. Selain itu,organisasi ini juga melaksanakan aktivitasaktivitassosial itu antara lain, mengkoordinirpengumpulan sumbangan bagi anggotanya yangsedang kesusahan, pengumpulan zakat fitrahpada bulan puasa, dan memberikannya kepadamasyarakat Minangkabau yang membutuhkandan memang pantas untuk menerimanya.Sekalipun sudah lama merantau danmenetap di Kota Medan, tetapi para perantauyang tergabung dalam organisasi sosialkeminangkabauan ini tetap merasakan hubunganbatin yang kuat dengan kampung halamannya. Halini mereka ekspresikan dengan mengkoordinirpengumpulan dana dan mengirimkannya kedaerah yang membutuhkan. Lebih lanjut, biasanyadana ini digunakan untuk membantu daerah yangterkena bencana alam, seperti banjir, tanahlongsor, galodo (banjir bandang), dan lain-lain.Pengorganisasian berbagai aktivitas olehorganisasi sosial keminangkabauan ini, padadasarnya adalah sebagai media keterikatan antarsuku bangsa Minangkabau. Lewat aktivitasaktivitasyang dilaksanakan organisasi ini, sukubangsa Minangkabau yang ada di Kota Medanbisa saling bertemu, saling mengenal, bahkantidak jarang di antara mereka yang kemudianmenemukan kerabatnya lewat berbagai aktivitasini. Pada akhirnya tujuan yang diharapkan daripelaksanaan berbagai aktivitas ini adalah untukmenyatukan dan merekatkan hubungan silaturahmiantar sesama suku bangsa Minangkabau diperantauan.Terkait dengan hal ini, keterikatan sukubangsa Minangkabau dalam Badan MusyawarahMasyarakat Minang (BM3) pada akhirnyamembentuk sebuah jaringan sosial keminangkabauan.Jaringan tersebut diwujudkan dalam dua bidang,yaitu ekonomi dan hukum.a. Bidang EkonomiMeski tinggal di perantauan, suku bangsaMinangkabau tetap menunjukkan sifat komunalnya.Hal ini diekspresikan dengan tolong-menolongyang terjadi di antara mereka. Tolong-menolong inibukan hanya di kehidupan sosial tetapi juga diaspek kehidupan lainnya, salah satunya di bidangekonomi.Dalam bidang ekonomi, salah satumasalah yang cukup menonjol adalah masalahpengangguran. Untuk mengatasi masalahpengangguran, salah satu cara yang ditempuh olehBadan Musyawarah Masyarakat Minang (BM3)adalah mengupayakan untuk mencari peluangmenembus berbagai instansi pemerintahan danperusahaan swasta untuk mencari informasiberkaitan dengan kesempatan kerja. Dalam hal ini,organisasi keminangkabauan ini juga bekerjasamadengan para pengusaha, pejabat pemerintah danpedagang Minangkabau di Kota Medan. Organisasiini kemudian menginformasikan peluang ini kepadaanggotanya yang belum bekerja atau masihmenganggur. Dengan demikian, sedikit banyakhal ini akan membantu dalam mengurangi jumlahsuku bangsa Minangkabau yang pengangguran.Langkah selanjutnya yang dilakukanorganisasi ini di bidang ekonomi adalah denganmendirikan berbagai koperasi. Koperasi inidiharapkan akan membantu dalam mengembangkandan meningkatkan perekonomian suku bangsaMinangkabau di Kota Medan. Berkaitan dengantujuan ini juga kemudian Organisasi keminangkabauanini mengupayakan untuk mendirikan BankPerkreditan Rakyat (BPR) yang diprioritaskanuntuk suku bangsa Minangkabau.Hal ini menjadi kenyataan denganberdirinya Bank Perkreditan Rakyat (BPR)Syari’ah Gebu Prima 5 . Tujuan awal didirikannyaBank Perkreditan Rakyat (BPR) Syari’ah GebuPrima ini adalah untuk membantu Usaha Kecildan Menengah (UKM) milik suku bangsa5 Melalui suatu proses yang cukup panjang, Bank PerkreditanRakyat (BPR) Syari’ah Gebu Prima ini berhasil didirikan padatahun 1997. Pemilik saham Bank Perkreditan Rakyat (BPR)Syari’ah Gebu Prima ini seluruhnya adalah pengusaha-pengusahaMinangkabau, salah satunya adalah Ibu Djanius Djamin, yang jugamenjabat sebagai Ketua Umum Badan Musyawarah masyarakatMinang (BM3) <strong>Sumatera</strong> <strong>Utara</strong>.103


Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007, Volume I, No. 2Minangkabau yang ada di Kota Medankhususnya dan <strong>Sumatera</strong> <strong>Utara</strong> umumnya, agarlebih berkembang dan maju. Selain itu, BankPerkreditan Rakyat (BPR) Syari’ah Gebu Primaini juga meminjamkan modal bagi masyarakatyang ingin memulai suatu usaha.Seperti diketahui, suku bangsaMinangkabau kalangan menengah ke bawah yangtinggal di Kota Medan, pada umumnya menekunipekerjaan di sektor informal dengan membukaberbagai Usaha Kecil dan Menengah (UKM),seperti; usaha konveksi, percetakan dan lainsebagainya. Ini secara tidak langsung adalahupaya untuk mengurangi jumlah penganggurandan juga meningkatkan kualitas perekonomiansuku bangsa Minangkabau.Kendati prioritas utama Bank PerkreditanRakyat (BPR) Syari’ah Gebu Prima ini adalahuntuk suku bangsa Minangkabau, namun dalamperkembangannya, bank ini tidak hanyadimanfaatkan oleh suku bangsa Minangkabausaja. Banyak masyarakat dari suku bangsa lainyang juga memanfaatkan jasa perkreditan yangdisediakan oleh bank ini.Saat ini, Bank Perkreditan Rakyat (BPR)Syari’ah Gebu Prima ini telah berkembangdengan pesat dan telah bisa disejajarkan denganbank-bank lain yang ada di Kota Medan.Nasabahnya sebagian besar adalah suku bangsaMinangkabau yang tersebar di berbagai daerah diKota Medan dan daerah-daerah lain di luar KotaMedan.b. Bidang HukumPada bidang hukum, Badan MusyawarahMasyarakat Minang (BM3) telah membentuksebuah Lembaga Bantuan Hukum (LBH).Lembaga Bantuan Hukum (LBH) ini pertamakali dibentuk oleh Badan MusyawarahMasyarakat Minang (BM3) <strong>Sumatera</strong> <strong>Utara</strong>.Setelah itu, Badan Musyawarah MasyarakatMinang (BM3) Kota Medan juga membentuksebuah Lembaga Bantuan Hukum (LBH). Namunpada perkembangan selanjutnya, agar tidakterjadi over lap dan lembaga ini menjadi lebihsinergis dan efektif, maka Lembaga BantuanHukum (LBH) yang didirikan oleh BadanMusyawarah Masyarakat Minang (BM3) KotaMedan, di non-aktifkan dan para lawyernyabergabung dengan Lembaga Bantuan Hukum(LBH) bentukan Badan Musyawarah MasyarakatMinang (BM3) <strong>Sumatera</strong> <strong>Utara</strong>.Lembaga Bantuan Hukum (LBH) ini,beranggotakan para pengacara yang berasal darisuku bangsa Minangkabau. Sejak didirikan,Lembaga Bantuan Hukum (LBH) ini sudahsering membantu mengatasi permasalahanhukum yang dihadapi oleh suku bangsaMinangkabau. Dalam setiap kasus yang dihadapi,Lembaga Bantuan Hukum (LBH) inimengupayakan untuk tidak memungut bayarandalam bentuk apapun dari kliennya yang tidaklain adalah suku bangsa Minangkabau juga. Inimerupakan salah satu bentuk keterikatankeminangkabauan mereka.Selama ini kasus-kasus yang diserahkankepada Lembaga Bantuan Hukum (LBH) inimasih kasus-kasus yang sifatnya ringan.Lebih lanjut, Lembaga Bantuan Hukum(LBH) ini lebih mengarahkan usahanya dalammembela kepentingan suku bangsa Minangkabau.Kasus-kasus yang mereka tangani antara lain,sengketa tanah, kasus penggusuran bangunan,penggusuran pedagang kaki lima, dan lainsebagainya.Dengan demikian, dapat ditegaskanbahwa pertumbuhan lembaga ekonomi danlembaga hukum yang dilakukan oleh BadanMusyawarah Masyarakat Minang (BM3) iniadalah dilakukan untuk membela kepentingansuku bangsa Minangkabau di perantauan, dalamhal ini di Kota Medan. Ini merupakan buktiketerikatan dan kepedulian mereka sebagaisesama suku bangsa Minangkabau.Pembinaan Kelompok-kelompok KesenianMinangkabau, sebagai Upaya Pelestarian Budayadan Kehadiran Identitas Keminangkabauan diPerantauanTidak dapat dipungkiri bahwa pelaksanaanberbagai acara budaya dapat dianggap sebagai salahsatu cara yang penting untuk mengekspresikanidentitas suatu suku bangsa. Tak terkecuali bagisuku bangsa Minangkabau. Pengekspresian initidak hanya penting bagi kelompok suku bangsayang melakukan acara tersebut, tetapi juga bagisuku bangsa lain untuk menempatkan sukubangsa tersebut pada tempat tertentu dalamkehidupan masyarakat di rantau yang begitumajemuk. Ekspresi ini telah mempertegas batasbataskultural masing-masing suku bangsatersebut.Di samping itu, pelaksanaan acara adatdan budaya ini juga memiliki fungsi yang unik.Pelly dalam buletin Badan Musyawarah104


Dewi dan Ermansyah, Badan Musyawarah Masyarakat...Masyarakat Minang (1988: 22), menyatakanbahwa komunitas suku bangsa yang tidakmelaksanakan acara adat dan budaya di rantaudianggap sebagai komunitas yang tidak punyaprestise. Lebih lanjut dijelaskan, dari sudutkepentingan intern suku bangsa Minangkabausendiri, pelaksanaan berbagai acara adat danbudaya merupakan suatu “reuni” keluarga besarMinangkabau di perantauan. Sedangkan secarafungsional, kesempatan ini telah “menyegarkan”kembali loyalitas primordial mereka padakampung halaman, pada cita-cita perantauan dannilai-nilai tradisional mereka. Mereka dapatmenikmati “kemegahan” budaya leluhur merekasekalipun hidup terpisah secara fisik darikampung halamannya.Kehadiran rumah gadang BadanMusyawarah Masyarakat Minang (BM3) sebagaitempat pertemuan, bermusyawarah dan pusatkegiatan budaya dianggap berperan dalammendorong perkembangan kebudayaan sukubangsa Minangkabau di Kota Medan. Tiaptahunnya, Badan Musyawarah Masyarakat Minang(BM3) mengadakan berbagai kegiatan budaya dirumah gadang ini, misalnya pagelaran danpementasan kesenian tradisional Minangkabau,upacara perkawinan, seminar tentang adat dan lainsebagainya. Tujuan pelaksanaan berbagai acarabudaya ini adalah memenuhi hasrat kerinduan sukubangsa Minangkabau akan kehidupan di kampunghalaman yang begitu kuat memegang nilai-nilaibudaya, sekaligus untuk memperkenalkankebudayaan asli suku bangsa Minangkabau kepadamasyarakat Kota Medan, dan juga untukmelestarikan serta meningkatkan kecintaan sukubangsa Minangkabau terhadap budayanya sendiri.Dengan tujuan untuk pengembangan danpelestarian budaya inilah maka, BadanMusyawarah Masyarakat Minang (BM3) KotaMedan, lewat Departemen Budaya, Seni danPariwisata sekarang membina kurang lebih 20(dua puluh) kelompok kesenian Minangkabau.Kelompok kesenian Minangkabau ini dibagimenjadi dua, yaitu kelompok atau sanggarkesenian yang bersifat tradisional dan kelompokatau sanggar kesenian yang bersifat modern.Kelompok-kelompok kesenian tersebut berkembangdengan pesat, bahkan ada beberapa diantaranya yang kiprahnya sudah terkenal sampaike luar negeri.Beberapa di antara kelompok kesenianini ada yang sudah dibentuk sebelumdidirikannya Badan Musyawarah MasyarakatMinang (BM3). Namun setelah organisasi sosialini dibentuk, maka kelompok-kelompok keseniantersebut kemudian dengan sendirinyamenempatkan dirinya di bawah binaan BadanMusyawarah Masyarakat Minang (BM3). Berikutnama-nama beberapa kelompok kesenianMinangkabau yang masih aktif hingga saat inidan terdaftar di Badan Musyawarah MasyarakatMinang (BM3):1. Riak Minang2. Riak Danau3. Ikatan Kesenian Sri Antokan (IKSA)4. Tuah Sakato5. Taratak Minang6. Kesenian Minang Pulau Brayan Darat(KMPBD)7. Sumarak Anjuang8. Ikatan Kesenian Minang Saiyo (IKMS)9. Ikatan Kesenian Ranah Minang (IKRM)10. Lawang Indah11. Lawang Sakato12. Sinar Minang13. Sarumpun Manau14. Binuang Sati15. Carano Sati16. Balairung Jaya17. Kelompok kesenian Ikatan Keluarga Bayur(IKB)18. Pilago19. SangrilaKelompok-kelompok kesenian Minangkabauini menggeluti berbagai kesenian Minangkabau,seperti: a) tarian tradisional Minangkabau dantarian kreasi baru, b) randai, c) tambur tansa, d)gandang dan pupuik, e) saluang, f) rebab, g)pencak silat, h) Pidato adat, dan lain sebagainya.Mereka biasanya diundang untuk mengisiberbagai acara, antara lain; pesta perkawinan,penyambutan pejabat, pagelaran seni dan budayadan lain sebagainya. Kelompok-kelompokkesenian ini secara umum sudah dikelola denganbaik dan profesional. Hal ini terbukti denganeksistensi mereka di tengah-tengah persaingandengan kelompok-kelompok kesenian dari sukubangsa lainnya. Sumber keuangan darikelompok-kelompok kesenian ini biasanyaberasal dari swadaya mereka sendiri, juga daribayaran yang mereka dapatkan dari penampilanmereka di berbagai acara. Secara keanggotaan,yang terlibat dalam kelompok kesenian inisebagian besar adalah suku bangsa Minangkabaudari berbagai tingkat usia, namun ada juga105


Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007, Volume I, No. 2sebagian kecil yang berasal dari suku bangsa laindi luar Minangkabau.Kehadiran kelompok-kelompok kesenianini, selain dianggap sebagai langkah positif untukmelestarikan dan mengembangkan seni dankebudayaan Minangkabau. Selain itu, terlibatnyagenerasi muda Minangkabau di dalam aktivitasini juga menunjukkan bahwa keberadaan kelompokkelompokkesenian ini dapat mempererat keterikatangenerasi muda Minangkabau yang ada diperantauan.PENUTUPKesimpulanDari uraian di atas maka dapat ditarikkesimpulan sebagai berikut:1. Badan Musyawarah Masyarakat Minang(BM3) sebagaimana organisasi migran yanglainnya, dibentuk sebagai salah satu carauntuk mengekspresikan dan menegaskanidentitas suku bangsa Minangkabau ditengah-tengah kemajemukan Kota Medan.Lewat organisasi sosial ini suku bangsaMinangkabau berusaha untuk mempertahankantradisi dan budayanya agar tidak semakinmenghilang sebagai akibat dari prosesmodernisasi dan urbanisasi.2. Keberadaan Badan Musyawarah MasyarakatMinang (BM3) juga dapat dipahami sebagaisimbol kesuksesan para perantauMinangkabau di Kota Medan. Hal ini dilihatdari kenyataan, bahwa yang terlibat dalamkepengurusan sebagian besar adalah sukubangsa Minangkabau kalangan menengah keatas yang mapan secara materi, mempunyaikekuasaan dan berpendidikan. Dengandemikian, dapat dikatakan bahwa sukubangsa Minangkabau kalangan menengah keatas cenderung lebih berkepentingan didalam organisasi sosial ini. Di satu sisi,banyak orang Minangkabau yang merasabukan bagian dari organisasi ini. Namun dilain sisi, hal ini sekaligus menjadi suatukekuatan pada organisasi sosial tersebut,karena dengan demikian mereka akan lebihdihargai di hadapan suku bangsa lainnyayang ada di Kota Medan.3. Badan Musyawarah Masyarakat Minang(BM3) tidak sekedar organisasi sosial biasa,tapi juga sebuah sebuah jaringan sosialkeminangkabauan. Sebagai sebuah jaringansosial, organisasi ini direkatkan oleh nilainilai,norma-norma dan kesamaan yangmereka miliki. Jaringan sosial ini diwujudkandalam aspek ekonomi dan hukum, antara laindengan didirikannya lembaga-lembagaekonomi dan hukum seperti, koperasi, BankPerkreditan Rakyat (BPR) Syariah GebuPrima dan juga Lembaga Bantuan Hukum(LBH) yang memperjuangkan kepentingansuku bangsa Minangkabau di <strong>Sumatera</strong> <strong>Utara</strong>umumnya dan Kota Medan khususnya.4. Lunturnya nilai-nilai kolektivitas sukubangsa Minangkabau dalam organisasi sosialini, tidak hanya disebabkan oleh prosesmodernisasi dan urbanisasi di Kota Medan.Satu hal lagi yang tidak bisa dilepaskan darifenomena ini adalah kenyataan bahwa secarasosiologis suku bangsa Minangkabau tidakbisa dipersatukan pada organisasikesukubangsaan seperti ini. Hal ini dibuktikanlewat hasil penelitian yang menyatakan bahwasuku bangsa Minangkabau jauh lebih terikatpada organisasi yang bersifat kenagariandaripada organisasi dalam skala besar yangbersifat kesukubangsaan seperti BadanMusyawarah Masyarakat Minang (BM3) ini.Jika suku bangsa Batak lebih terikat padaorganisasi marga, maka keterikatan yangsangat kuat pada suku bangsa Minangkabauadalah pada nagarinya. Bisa dikatakanbahwa, organisasi kenagarian ini merupakanminiatur-miniatur kampung halaman yangmereka bentuk di rantau.5. Keberadaan Badan Musyawarah MasyarakatMinang (BM3) di Kota Medan diprioritaskanuntuk menghimpun, menyatukan danmeningkatkan kerjasama antar sesama sukubangsa Minangkabau yang tinggal di KotaMedan. Selain itu, hal lain yang menjadiprioritas Badan Musyawarah MasyarakatMinang (BM3) adalah meningkatkan peranserta suku bangsa Minangkabau dalam prosespembangunan di daerah perantauan dalamhal ini Kota Medan. Jadi, kedatangan sukubangsa Minangkabau ke daerah rantau bukanhanya untuk mengambil manfaat dari daerahtersebut untuk kepentingannya atau menjadibeban bagi daerah yang didatanginya, tapijuga ikut mengambil andil dalammenyukseskan pembangunan di daerahtersebut.6. Secara umum, Badan Musyawarah masyarakatMinang (BM3) mempunyai empat fungsi.Pertama, fungsi integrasi (integration). Hal ini106


Dewi dan Ermansyah, Badan Musyawarah Masyarakat...terlihat dari pelaksanaan berbagai aktivitasyang ditujukan untuk meningkatkan keterikatansuku bangsa Minangkabau di Kota Medan,salah satunya halal bi halal. Lebih lanjut,persyaratan fungsional ini juga berusahadiwujudkan dengan pembentukan institusihukum, seperti Lembaga Bantuan Hukum(LBH) untuk kepentingan suku bangsaMinangkabau di Kota Medan. Kedua, fungsiadaptasi (adaptation). Fungsi adaptasi yangdilaksanakan oleh organisasi sosialkeminangkabauan ini berkaitan dengan bidangekonomi. Dalam rangka meningkatkanperekonomian suku bangsa Minangkabau diKota Medan, organisasi ini berupayamembentuk lembaga-lembaga ekonomi seperti,koperasi-koperasi dan Bank Perkreditan Rakyat(BPR) Syariah Gebu Prima. Selanjutnya yaitufungsi Pemeliharaan Pola (latent patternmaintenance). Pelaksanaan kegiatankeagamaan seperti pengajian dan majelistaklim adalah upaya organisasi ini untukmempertahankan identitas keislamannya. Lebihlanjut, organisasi ini juga berusaha untukmemelihara nilai-nilai budaya dan kekerabatanyang dimilikinya lewat aktivitas acaraperkawinan, festival budaya Minangkabau danlain-lain. Fungsi yang terakhir, yaitupencapaian tujuan (goal attainment). Fungsi inisangat berkaitan dengan bidang politik. Namunfungsi politik yang dimainkan BadanMusyawarah Masyarakat Minang (BM3) inibukan dalam tataran politik praktis. Hal inisekaligus merupakan fungsi laten atau fungsiyang tidak disadari dari keberadaan organisasisosial keminangkabauan ini. Fungsi ini terlihatantara lain dari pengangkatan orang-orangMinangkabau yang sukses dan berkedudukanpenting dalam jabatan strategis organisasi. Haltersebut ditujukan agar organisasi ini lebihdihargai dan dipandang di hadapan masyarakatKota Medan. Hal ini juga mempermudah akseske pemerintahan dan swasta.Saran1. Sebagai sebuah organisasi sosial suku bangsaMinangkabau, idealnya keberadaan BadanMusyawarah Masyarakat Minang (BM3),dapat menjadi tempat berkumpulnya paraperantau Minangkabau, baik sebagai tempatberlindung, maupun sebagai tempat untukmenyelesaikan berbagai permasalahan yangberkembang di kalangan suku bangsaMinangkabau itu sendiri. Namun sampai saatini, banyak pihak beranggapan bahwa BadanMusyawarah Masyarakat Minang (BM3) inibelum menjalankan fungsinya sebagaimanayang diharapkan. Badan MusyawarahMasyarakat Minang (BM3) ini, oleh sebagiankalangan dianggap masih eksklusif dan belummemasyarakat. Terdapat pandangan bahwaBadan Musyawarah Masyarakat Minang(BM3) adalah organisasi khusus untukkalangan suku bangsa Minangkabau kelasmenengah ke atas. Oleh karena itu, sosialisasidan pendekatan sangat perlu dilakukan olehBadan Musyawarah Masyarakat Minang(BM3) hingga mencakup semua kalangandalam suku bangsa Minangkabau. Dengandemikian suku bangsa Minangkabau yangada di Medan ini juga merasa bahwa merekaadalah bagian dari organisasi ini.2. Organisasi ini hendaknya lebih meningkatkankepeduliannya terhadap kondisi sosial sukubangsa Minangkabau. Hal ini bisa dilakukanlewat kegiatan-kegiatan sosial yang ditujukanuntuk membantu suku bangsa Minangkabauyang kurang mampu atau sedang kesusahan.3. Hal lain yang cukup penting sebagaimasukan untuk Badan MusyawarahMasyarakat Minang (BM3) adalah terkaitdengan fungsi organisasi ini sebagai payungpanji bagi seluruh suku bangsa Minangkabaudi Kota Medan. Oleh karena itu orang-orangyang duduk dalam struktur kepengurusan inihendaknya lebih representatif. Sehingga tidakada pandangan yang menyatakan bahwaorganisasi ini milik orang-orang dari daerahtertentu atau suku tertentu.4. Walaupun Badan Musyawarah MasyarakatMinang (BM3) ini adalah sebuah organisasisosial, namun bidang pendidikan juga tidakbisa dilepaskan begitu saja. Hal ini karenabidang pendidikan sangat berkaitan dengankualitas sumber daya manusia suku bangsaMinangkabau pada masa yang akan datang.Oleh karena itu, fungsi organisasi inidibidang pendidikan hendaknya segeradirealisasikan. Misalnya saja dengan pemberianbeasiswa terhadap pelajar dan mahasiswaMinangkabau yang kurang mampu, namunberprestasi.107


Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007, Volume I, No. 2DAFTAR PUSTAKAAmir, B. 1982. Minangkabau, Manusia, dan Kebudayaannya. Padang, Fakultas Keguruan IlmuPengetahuan Sosial IKIP Padang.Arikunto, Suharsimi. 1999. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta, Rineka Cipta.Depdikbud. 2000. Keberadaan Paguyuban-Paguyuban Etnis di Daerah Perantauan dalamMenunjang Pembinaan Persatuan dan Kesatuan (Kasus Ikatan Keluarga Minang Saiyo diDenpasar, Bali). Jakarta, Depdikbud.Ermansyah. 1998. Organisasi Sosial Orang Banuhampu di Medan. Yogyakarta, Program Pascasarjana<strong>Universitas</strong> Gadjah Mada.M.S. Amir. 1999. Adat Minangkabau: Pola dan Tujuan Hidup Orang Minang. Jakarta, PT. MutiaraSumber Widya.Naim, Mochtar. 1984. Merantau. Yogyakarta, UGM.Nawawi, Hadari. 1994. Metode Penelitian Sosial. Yogyakarta, UGM.M.S. Amir. 1999. Adat Minangkabau: Pola dan Tujuan Hidup Orang Minang. Jakarta, PT. MutiaraSumber Widya.Pelly, Usman. 1994. Urbanisasi dan Adaptasi. Jakarta, LP3ES.Poerwadarminta, WJS. 1984. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta, Balai Pustaka.Soekanto, Soerjono. 2002. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta, PT. Raja Grafindo.Situs Internet/Website• http//www.Rantau.net.108


Nasution, Otoritas Pasar...OTORITAS PASAR YANG KEBABLASANIndra Kesuma NasutionAbstract: Imagine that this world is a piece of paper. Like an expert in origami, fold thepaper in two, four, eight, sixteen pieces, and so on, until we reach to a point where thepaper can no longer be folded in any way. The paper can not be folded anymore becausethere are limitations on the capabilities of the structure which hold the changes within.Folding the paper beyond its limitations will ruin the existence and essence of the paperitself (Piliang, 2004).Keywords: market authorities, passionate capitalism, libidonomics capitalismPENDAHULUANKutipan dari salah satu paragraf bukudunia yang dilipat di atas, merupakan gambaransederhana bahwa fakta globalisasi saat inimerupakan fenomena perkembangan dunia yangbergerak melebihi batas-batas alamiahkemampuan dirinya pun juga jawaban analogisdan simplistis atas pertanyaan dalam tranformasiglobal. Apakah otoritas privat dibaca pasar benarbenardominan dan menggeser otoritas publik(dibaca negara) pada saat ini. Jika ya, apaimplikasinya pada dunia. Dua pertanyaan besar diatas menjadi raison de’tre mengapa tulisan inimenjadi ada.Sekilas, atmosfir jawaban analogis yangdiberikan, terkesan simplistic, value oriented dannegative thinking atas globalisasi ekonomi.Namun demikian, simplifikasi atas kapitalismedan anak pinaknya terkesan lebih cantik, elegan,dan bertanggungjawab jika argumen atasnyadibangun berdasar asumsi dan logika berfikiryang runut. Untuk itu, demi upaya itulah elaborasiakan coba penulis lakukan semampunya.PEMBAHASANDominasi Otoritas Privat atas Publik: EfekAwal Kebablasan DuniaBerbicara tentang globalisasi ekonomidan efek-efek yang diakibatkan olehnya, tidakdapat dilepaskan dari analisis tentangkemunculan pasar sebagai sumber otoritas barudalam hubungan internasional. Kemunculannyamerupakan hasil dari diskursus dialektis yangselalu terjadi antar dua otoritas yaitu public vsprivate, sekaligus pertanda kemenangan dominasiotoritas yang terakhir atas yang pertama.Otoritas dimaknai sebagai penyerahankewenangan pribadi/individu/privat terhadapsuatu institusi tertentu sebagai bentuk kepatuhanatasnya. Otoritas selalu berada di antaramekanisme paksaan dan persuasi, tarik-menarikdi antara keduanya merupakan sumber diskursusantara dua otoritas tersebut. Otoritas publikberada pada ranah yang penuh aturan, tekananbahkan paksaan. Sementara otoritas privatmerupakan wujud dari kebebasan setiap orang(Cutler, 1999). Sesuatu yang berjalan secaraalamiah, netral dan jika ada sebuah aturan itu pundicapai melalui upaya persuasi yang apolitissifatnya. Dalam konteks yang lebih luaskeberadaannya diwakili oleh civil society, namundalam konteks yang kita bicarakan saat inikeberadaannya direpresentasikan oleh institusiekonomi yang disebut pasar.Sepanjang sejarah, hubungan antarakeduanya bersifat dialektif dan selalu terjadidinamika dominasi. Pada abat pertengahan antaraotoritas privat dan publik bekerja dalam alamsendiri-sendiri dan berjalan menurut logikamasing-masing. Sementara di era negara modern,dominasi negara sebagai agen otoritas publikcenderung besar. Terjadi kooptasi otoritas publikatas privat, hampir semua persoalan dipublikkan,negara mengatur banyak persoalan individu,termasuk juga pasar yang ditandai denganmaraknya praktik ekonomi merkantilisme dimana hampir semua aktivitas ekonomiinternasional dijalankan dengan logika politik.Sementara itu semenjak berakhirnya perangdingin situasi berubah drastis di mana otoritasprivat mulai menyaingi dominasi otoritas publik.Pasar mulai muncul sebagai sumber otoritas baruyang dapat mendikte negara dalam banyakpersoalan. Hal itu terjadi tidak hanya disebabkanoleh kemenangan ideologis kapitalisme danneoliberalisme atas komunisme semata, namunjuga dipicu oleh perkembangan teknologiinformasi dan produksi yang memunculkan duaIndra Kesuma Nasution adalah Dosen Departemen Ilmu Politik FISIP USU Medan109


Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007, Volume I, No. 2fenomena besar, yaitu pertama, matinya geografi,kedua, berkembangnya strategi aliansi di antaraMNE dunia.1. Matinya GeografiDalam era Westphalian state system,perdagangan internasional seperti juga fenomenainternasional lainnya, dijalankan atas dasar logikageografi (ruang). Dikotomi antara ekonomidomestik dengan ekonomi internasional, merujukpada kondisi tempat tertentu. Domesitk merujukpada satu wilayah negara tertentu, sementarainternasional, mencakup wilayah yang lebih besar,terdiri dari dua atau lebih negara. Unit utamaekonomi internasional adalah negara yaitu sebuahentitas yang paling mudah didefinisikan denganruang. Perdagangan internasional konvensionalmaupun FDI dilakukan tentu saja dengan caramelintasi yurisdiksi wilayah negara. Begitu jugaregulasi dan tax juga dioperasikan melalui hukumteritorial. Dengan demikian, ekonomi internasionalitu selalu bersifat meruang dan fisik sertadioperasikan melalui kontrol atas ruang.Namun lewat penemuan teknologimutakhir, khususnya teknologi transportasi,telekomunikasi, dan informasi semuanya berubah.Perkembangan tersebut telah menciptakan apayang disebut pengkerutan jarak atau apa yang olehHarvey dalam The Condition of Posmodernitydisebut penghancuran ruang lewat waktu yaitupemandekan waktu yang dibutuhkan untukberpindah di antara lokasi yang berbeda di dalamruang. Atau dengan kata lain, memadatkan,mengkerdilkan, melipat dan menaklukkan ruangdengan teknologi kecepatan sehingga ruang,teritorial, dan broader menjadi kehilanganmaknanya.Ditemukan internet, trend teknologi seratoptic dan cyber space telah membawa perubahanbesar pada dunia. Sekalipun, negara dalampemegang otoritas publik tidak berubah karenakonsep soverignty yang melekat atasnya, namunkontrolnya atas lapangan privat termasukekonomi cenderung melemah. Maraknya modelmodelcyberspace trade via internet, konseptentang teritorial dan dikotomi antaraperdagangan domestik dengan internasionalmenjadi problematik dan tidak lagi relevan.Kondisi tersebut dijelaskan Nicholas Negropontedalam in Being Digital yang membedakanperdagangan menjadi dua, trade in atoms dantrade in bits. Yang pertama menunjuk padatangible material yang mensyaratkan terjadinyaperdagangan melintasi batas negara yang secaraotomatis negara dapat mengontrolnya. Sementara,trade in bits dilakukan melalui media elektronik,ditransmisikan melalui satelit dan medianyaadalah ruang maya yang tidak tunduk padahukum ruang.Pusat-pusat pasar keuangan dunia dalambekerjanya sama sekali tidak mempersoalkanelemen gegrafis. Sistem kerjanya dihubungkanmelalui satu jaringan tunggal yang terintegrasi.Melalui sistem informasi elektronik ini, ratusanbahkan ribuan monitor yang ada dalam setiapruang bursa finansial dunia, terhubung satu samalain melalui satelit. Maka tidak jadi masalah dipasar bursa finansial manapun anda berada, akanmendapati gambar dan informasi yang sama.The Indian Software Industry yangberkedudukan di India melakukan transaksijutaan dolar dengan beberapa perusahaan NewYork Amerika untuk menginstal program barudan meng-up grade sistem komputer perusahaantersebut. Perdagangan tersebut tidak dapatdikontrol pemerintah India dengan mengenakanpajak perdagangan karena tidak jelas transaksinyadilakukan dalam wilayah yurisdiksi mana.Realitas di atas merupakan setitik tanda darisekian banyak tanda yang mengindikasikanterjadinya perubahan dinamika dominasidikotomi otoritas di mana negara melemah danpasar mulai menemukan momentumnya. Pasarmulai bergerak dengan logikanya sendiri di manateknologi informasi membuatnya bebas bergerakmelintasi ruang dan waktu yang tidak lagi dapatdikontrol secara ketat oleh institusi politik.Negara sebagai pemegang otoritas publik yangdominan aspek koersinya mulai tersaing olehpasar, sebuah representasi otoritas privat yang digiven-kanlebih baik dengan karakter persuasif,alamiah, natural, dan value free.2. Berkembangnya Strategi Aliansi diAntara MNE’s DuniaInovasi teknologi menjadi kata kunci kesuksesandalam era pasar bebas saat ini. Peran R & Dmenjadi sangat penting bagi MNE’s dunia,meneliti dan terus meneliti adalah aktivitas harusyang terus dan terus dilakukan. Sementara biayayang dikeluarkan untuk aktivitas riset sangatmahal. Tidak ada satu MNE’s pun yang mampumelakukannya dengan baik dan rutin tanpamenyebabkan guncangan pada sistemkeuangannya. Untuk itu, strategi yang palingtepat dan efektif adalah melakukan strategi110


Nasution, Otoritas Pasar...aliansi yaitu melakukan riset teknologi secarabersama-sama. Data yang dilaporkan oleh BoozAllen dan Hamilton menunjukkan aliansiteknologi di antara MNE’s dunia yang tercatatdalam Fortune 1000 dari tahun ke tahun terusmengalami peningkatan. Di tahun 1980 aliansiyang terjadi hanya berkisar 2% saja di tahun1996 meningkat menjadi 19% dan di tahun 2002diproyeksikan meningkat tajam hingga kisaran35%. Di separoh akhir tahun 1990, IBMmelakukan 800 aliansi dengan perusahaan lain,AT&T 400 buah, dan HP 300 buah. Dan salahsatu yang paling fenomenal, tiga perusahaanelektronik besar yaitu IBM, Siemen, dan Toshibamengembangkan bersama 256 megabyte chipdengan total anggaran mencapai US$ 1 Milyar(Kobrin, 1999).Trend ini telah merubah mode oforganization MNE’s dari model hirarkhisenterprises ke networking alliance capitalism,dari international economy ke global worldeconomy, dari vertical integration ke globalintegration. Pada kenyataannya, kondisi inimempersulit negara untuk melakukan kontrolterhadap MNE’s-nya yang melakukan praktikaliansi dengan MNE’s dari negara lain.Hakikat Dikotomi Otoritas: Fakta atauKonstruksi?Globalisasi sebagai agen otoritas privatbergerak dan menyebar lebih cepat dari yangpernah diperkirakan. Di dalamnya membawa sertaisu-isu teknologi baru dalam setiap lapangankehidupan, demokratisasi dalam politik, HAM danfeminisme dalam kehidupan sosial, dan pasar bebasdalam perdagangan internasional. Kebebasan sejatimenjadi kata kunci dari setiap isu yangdihembuskannya.Nampaknya bukan hanya perubahanpolitik internasional maupun perkembanganteknologi semata yang menyebabkan percepatandemi percepatan dominasi otoritas privat ituterjadi. Namun lebih disebabkan pada konsepsidikotomi otoritas yang telah dengan suksesdikonstruksikan. Neoliberal mengkonstruksikanotoritas privat sebagai sesuatu yang jauh darikoersi, natural, bebas nilai, dan apolitik. Olehkarena itu, apapun yang datang darinya termasukjuga pasar dianggap baik sehingga ide-ide pasardapat berkembang pesat dan diterima semuaorang, semua negara tanpa tantangan danpenolakan yang berarti.Namun dikotomi itu, sesungguhnyamengkaburkan motif politik dan makna dominasiyang sesungguhnya ada dalam setiap praktikotoritas termasuk pasar. Pentakdiran pasardengan sifatnya yang selalu baik, secara otomatismenyembunyikan ketidakadilan dan eksploitasiterhadap pemain yang paling lemah. Dikotomiotoritas privat vs publik bukanlah sesuatu yanggiven tetapi lebih sebuah kontruksi dari aktoryang mendominasi. Seperti apa yang dikatakanGramsci sebagai berikut:Thus it is asserted (under liberalism) thateconomy activity belongs to civil society, andthe State must not intervene to regulate it.But since in actual reality civil society andthe State are one and the same, it is must beclear that laissez-faire too is a form of State“regulation” and maintain by legislative andcoercive means. It is deliberate policy,conscious of its own ends and (Gramsci,1971: 160).Akan tetapi, sekalipun sebuah konstruksieksploitasi, pasar melakukannya dengan lebihcanggih, halus, dan kadang tak nampak. Bukandengan dominasi dan koersi fisik, namunhegemoni dan budaya bujuk rayu.Hegemoni ala Gramsci mengandung artibahwa kontrol sosial politik tidak cukup dibangundengan kekuatan fisik belaka, tetapi lebih dengankooptasi ide. Di mata Gramsci, agar yang dikuasaimematuhi penguasa, yang dikuasai tidak harusmerasa mempunyai dan menginternalisasi nilainilaiserta norma penguasa, lebih dari itu merekajuga harus memberi persetujuan atas subordinasimereka. Artinya, sebuah hubungan hegemonikditegakkan ketika kelompok berkuasa berhasilmendapatkan persetujuan kelompok subordinatatas subordinasi mereka. Dengan kata lain,berbagai kelompok yang disubordinasi menerimaide-ide dan kepentingan kelompok yang berkuasaseperti layaknya punya mereka sendiri. Dengandemikian legitimasi kekuasaan kelompok berkuasatidak ditentang karena ideologi, kultur, nilai,norma, dan politiknya sudah diinternalisasikansebagai kepunyaan mereka sendiri oleh kelompokyang disubordinasi (Sugiono, 1999).Itulah yang dilakukan oleh pasar, iamelalui agen intelektual organiknya memformatsedemikian rupa gagasan, ide, dan norma menjadiideologi dan budaya yang dapat diterima semuaorang. Maka muncullah ideologi universal danbudaya pop, berwujud pasar bebas, budaya111


Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007, Volume I, No. 2hutang, konsumerisme, hedonisme, dan sejenisnyayang menjadi agama baru bagi seluruh wargadunia. Upaya ini sukses besar, selain diakibatkaninternalisasi penafsiran privat yang seolah-olahnatural, bebas nilai, dan harmoni, tetapi jugadidukung dengan perkembangan teknologi yangtelah merubah trade in atoms menjadi trade inbits, yang semuanya dapat disebarkan, diakses,dan diinternalisasikan tanpa hambatan. Fenomenaini bisa kita lihat dari indikator volumeperdagangan dunia, arus finansial dunia dantingkat konsumsi dunia, yang dari tahun ke tahunmengalami peningkatan signifikan.Praktik Hegemoni Pasar yang KebablasanNamun proses hegemoni pasar yangsedemikian cepat dan tidak terelakkan tidakdibarengi dengan mekanisme kontrol yangmenegasikan efek-efek negatifnya, pasarcenderung kebablasan dan memunculkanfenomena negatif. Fenomena negatif tersebutadalah:Libidonomics dan Passionate CapitalismDominasi pasar telah menciptakanbudaya konsumerisme yang dicirikan denganmunculnya komunitas masyarakat konsumsitinggi yang mengglobal, ada di setiap sudutdunia. Masyarakat ini di dalam mengkonsumsidan melakukan interaksinya dengan pasar tidaklagi menggunakan logika used value. Pasar didalam memproduksi dan memasarkan barangdagangannya tidak lagi semata-mata mengkaitkanpelabelan harga, exchange value dengan sebagainilai guna suatu barang. Pasar menyentuh hakikatnafsu manusia yakni libido, dengan memproduksilebih banyak lagi konsep, ide, kesenangan,prestise, gairah, tanda, simbol, secara berlipatganda. Saat ini, dalam ekonomi pasar bebas yangmengalir secara bebas dari satu negara ke negaralain, dari satu kebudayaan ke kebudayaan lain,bukan hanya sekedar barang, tetapi juga energienergilibido. Yang mengalir dari satu pasar kepasar lain, dari satu mall ke mall lain, tidak hanyasekedar shampoo, body lotion, video clip,burger, slimming tea, atau mobil tetapi di saatbersamaan juga kesenangan, kegairahan,kecabulan, kemabukan, dan keterpesonaan dibalik produk-produk tersebut. Kapitalismeglobal tidak lagi berkaitan dengan ekspansikapital dan teritorial, namun lebih berkaitandengan ekspansi libido dan perkembangbiakangetaran nafsu. Perputaran ekonomi pasar bebasmelegitimasi perputaran dan pelepasan nafsu secarabebas atau sebaliknya logika libido menjadiparadigma baru dari berlangsungnya ekonomi pasarbebas. Terbentuklah apa yang dinamakan denganpassionate capitalism yang paradoksal di manasenantiasa memproduksi tiada henti rasa kurangdalam skala besar, sementara di mana-mana terdapatkelimpah-ruahan, memproduksi tanpa henti hawanafsu, sementara memperoleh keuntungan,kapitalisme model ini layaknya seperti mucikari,merubah nafsu menjadi kebutuhan. Maka pada saatini, apapun dapat dijadikan komoditi, mulai darikepribadian, kebugaran, penampilan, tubuh,rambut, rias wajah, kaki, tenaga dalam, izin,ramalan, gosip, isu, kesenangan, kesedihan,sampai pada bencana perang bahkan kematian.Apa yang dilakukan pasar adalahmenyambungkan mesin produksi dan mesinhawa nafsu yang selanjutnya disambungkan lagidengan mesin-mesin eksploitasi. Denganmensinergikan ketiga mesin di atas, mewujudkanbudaya konsumerisme tinggi di segenap penjurudunia, bahkan di negara miskin sekalipun. Makatidaklah heran ketika dari tahun ke tahunpenjualan mobil di Indonesia terus meningkat,bahkan tahun ini merupakan yang tertinggisepanjang sejarah ibu rumah tangga. Indonesiahanya demi alasan presitse, rela membeli limahand phone termahal dunia Vertu Nokia yangharga satunya lebih dari US$ 30.000.Itu semua adalah secuil fenomenapassionate capitalism, metamorfosa mutakhirkapitalisme yang kita semua untuk membendungnya.112


Nasution, Otoritas Pasar...DAFTAR PUSTAKACutler, A, Claire. 1999. Locating, “Authority in the Global Political Economy”. International StudiesQuarterly, 43/1, March.Kobrin, Stephen J. 1999. Economic Governance in an Electronically Networked Global Economy.Piliang, Yasraf Amir. 2004. Dunia yang Dilipat: Tamasya Melampaui Batas-Batas Kebudayaan.Yogyakarta, Jalasutra.Sugiono, Muhadi. 1999. Kritik Antonio Gramsci terhadap Pembangunan Dunia Ketiga. Yogyakarta,Pustaka Pelajar.113

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!