Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007, Volume I, No. 2Sebaliknya dampak positif dari media elektroniksangatlah banyak sekali tinggal bagaimana kitamengantisipasi pemanfaatan media ini daripejalan kaki sampai bisa terbang tinggi sekali.Berita terkini terdekteksi sejak dini, mulaibangun pagi sampai tidur lagi. Keinginanmaupun obsesi tak masalah lagi semua dapatterpenuhi dengan teknologi yang canggih hari ini.Pengaruh teknologi elektronik terhadapkomunikasi pembangunan memang hebat sekali.3. Komunikasi Menurut Pendekatan IslamPerspektif Islam dalam komunikasiadalah penekanan terhadap nilai sosial, religiusdan budaya dengan penelitian partisipatoris. Asalmula penelitian ini merupakan salah satu aspekdari komunikasi antar personal yang merupakanbagian yang paling terikat kondisi sosio-religiobudayadalam teori komunikasi.Dalam Al quran maupun Hadist telahmenempatkan prinsip-prinsip dasar dan metodekomunikasi sebagaimana yang terdapat padaayat-ayat tersebut:1. “…dan berkatalah kamu kepada manusiadengan cara yang baik…” (QS. 2: 83).2. “Perkataan yang baik dan pemberian maaflebih baik dari sedekah yang diiringi dengansesuatu yang menyakitkan perasaan” (QS. 2:263).3. “Allah tidak menyukai ucapan yang buruk(yang diucapkan) terus terang kecuali olehorang yang dianiaya” (QS. 4: 159).4. “Hai orang-orang yang beriman mengapakamu mengatakan apa yang kamu tidaklakukan? Amat besar murka Allah apabilakamu mengatakan apa-apa yang tidak kamuuacapkan” (QS…).5. “Sesungguhnya Allah tidak suka kepadaorang-orang…yaitu mereka yang menjungkirbalikkan fakta dengan lidahnya seperti sekorsapi yang mengunyah-ngunyah rumputdengan lidahnya” (Al-hadist) (JurnalKomunikasi 1993: 17).Manakala prinsip komunikasi seperti inidapat terwujud maka akan membantu memeliharadan memperkuat perdamaian dan harmoniterhadap bangunan sosial yang merupakan bagiandari peradaban. Pembangunan segala bidang akansterilizer dalam memenuhi tujuan mengekspresikangagasan-gagasan dengan memberikan petunjukdan penyesuaian yang lengkap untuk memenuhikebutuhan situasi dan kondisi masyarakat.Dengan demikian komunikasi berperan dalammenghasilkan pembangunan seperti yangdiharapkan.Komunikasi Pembangunan di IndonesiaPerbedaan dan pasti berbeda komunikasipembangunan di Indonesia dengan komunikasipembangunan di negara-negara lain, karenasubyek dan obyek yang terlibat dalamkomunikasi pembangunan itu memang berbeda.Ini disebabkan oleh kekhasan dalam tujuannegara, sistem pemerintahan, latar belakangkebudayaan, pandangan hidup bangsa dan nilaiyang melekat pada rakyat, yakni rakyat Indonesiayang Bhinneka Tunggal Ika.Sebuah pertanyaan yang mengedepan,komunikasi pembangunan yang bagaimanakahyang harus dilancarkan di Indonesia? Dalammenjawab pertanyaan ini tidak mudah, tetapiharus ditemukan identitas yang membedakannyadengan komunikasi pembangunan di negaranegaralain. Untuk menyatukan persepsi tentangmakna pembangunan ada baiknya jika mengacupada makna yang dirumuskan oleh wakil-wakilrakyat yang tertuang dalam Garis-Garis BesarHaluan Negara (GBHN) yang menegaskanbahwa:“Pembangunan nasional dilaksanakan dalamrangka pembangunan manusia Indonesiaseutuhnya dan pembangunan seluruhmasyarakat Indonesia. Hal ini berarti bahwapembangunan ini tidak hanya mengejarkemajuan lahiriah seperti pangan, sandang,perumahan, kesehatan, dan sebagainya, ataukepuasan batiniah seperti pendidikan, rasaaman, bebas mengeluarkan pendapat yangbertanggung jawab, rasa keadilan dansebagainya, melainkan keselarasan, keserasiandan keseimbangan antara keduanya; bahwapembangunan itu merata di seluruh tanah air;bahwa bukan hanya untuk sesuatu golonganatau sebahagian dari masyarakat, tetapi untukseluruh masyarakat dan harus benar-benardirasakan oleh seluruh rakyat sebagaiperbaikan tingkat hidup yang berkeadilansosial, yang menjadi tujuan dan cita-citakemerdekaan kita” (Onong, 1997: 89).Untuk mempertegas makna istilahkomunikasi pembangunan terkhusus di Indonesiasesuai dengan pengertian yang dirumuskan dalamGBHN maka dapat dinyatakan sebagai berikut:54
Khairifa, Komparatif tentang Pendekatan...Komunikasi pembangunan adalah prosespenyebarab pesan oleh seseorang atausekelompok orang kepada khalayak gunamengubah sikap pendapat dan perilakunya dalamrangka meningkatkan kemajuan lahiriah dankepuasan batiniah yang dalam keselarasannyadirasakan secara merata oleh seluruh rakyat(Onong 1997).Ciri khas pembangunan di Indonesiaadalah penekanannya pada keselarasan antaraaspek kemajuan lahiriah dan aspek kepuasanbatiniah yang tidak terdapat pada pengertianpembangunan di negara-negara lain. Faktorkeselarasan tersebut secara implisit mengandungmakna keserasian dan keseimbangan. Penegasanbahwa keselarasan antara keserasian dankeseimbangan menjadi ciri khas pengertianpembangunan di Indonesia karena aspek-aspeklainnya bersifat universal dan berlaku di manamana.Komunikasi Pembangunan di Kawasan AsiaDewasa ini banyak orang asing banyakmempelajari ilmu dan apa saja yang datangnyadari negara yang satu ini. Salah satu super powernegara di Asia yaitu Jepang. Kita maumengambil satu perbandingan ini dalam ragkamelihat keberhasilan bangsa Jepang yang sejakkalah perang tetap menang pada masa damai,demikian ungkapan yang sering dilekatkan padabangsa Jepang.Pada dasarnya bangsa Jepang memilikikepribadian yang mantap dan padu. Hal ini dapatterbentuk berkat politik isolasi selama 250 tahunKoshogunan, Tokugawa. Selama masa pengasingandiri terebut bangsa Jepang relatif tertutup dariberbagai pengaruh luar sehingga kontak antarabudaya yang terjadi terbatas di antara suku-sukuyang berdiam di kepulauan Jepang. Dalammelakukan hubungan bisnis orang Jepang banyakaspek budaya Jepang yang mesti diperhatikan.Menurut Robert Christoper (1984) dalam TheJapanese Mind, para manajer yang hendakditempatkan atau berbisnis di Jepang harusmemahami aspek budaya Jepang mulai daribahasa, sistem nilai yang melatarbelakangiperilaku mereka, tradisi, dan aspek-aspek budayalainnya. Lebih lanjut Christoper mengatakanbahwa logika dan nilai bagi kebanyakan bangsalain.Ada tujuh kerangka landasan untukmemahami keberhasilan pembangunan dankomunikasi:1. Kompleksitas BahasaBahasa Jepang dikenal begitu rumit sehinggasering dinamakan bahasa Jin. Orang Jepangtidak terbiasa berbicara dengan bahasa yangterang dan langsung, kata yang digunakanseringkali bermakna ganda.2. Homogenitas Ras dan BudayaOrang Jepang tergolong paling homogen didunia. Itulah sebabnya orang Jepang dapatmelakukan westernisasi tanpa mengubahkepribadian yang menjadi jiwa Jepang yangkhas.3. Menjunjung HarmoniOrang mengagungkan konsensus sebagaicara terbaik menyelesaikan berbagaimasalah. Mereka cenderung menghindarikonfrontasi terbuka.4. Sikap EkslusifOrang Jepang memiliki in-group feeling yangsangat kuat sehingga cenderung ekslusif.Satu-satunya cara untuk dapat diterimasecara penuh adalah dilahirkan dalammasyarakat Jepang.5. Kuatnya Ikatan KelompokPeran kelompok dalam masyarakat Jepangbegitu menonjol karena itu kebanggaanketerikatan, loyalitas dan tanggung jawabterhadap kelompok dari keluarga hingganegara begitu besar.6. Komitmen KesejahteraanOrientasi dan komitmen terbesar orangJepang adalah pada kesejahteraan masyarakatketimbang kepada ideologi atau agama.7. Rasa SuperioritasWalaupun bersedia mengimpor gagasan,institusi, pengetahuan dan teknologi asingumumnya orang Jepang (khususnya generasitua) kurang berminat melakukan kontaklangsung dengan orang asing (Deddy 1996:205).Tanpa memperhatikan atau memahamiketujuh karakteristik orang Jepang, maka akansulit bagi orang asing untuk bekerja atauberbisnis dengan orang Jepang, di samping itumasih terdapat sejumlah kekhasan Jepang lainnyayang juga mesti diperhatikan dalam melakukankomunikasi dengan mereka. Pembangunankomunikasi di Jepang merupakan salah satuwujud keberhasilan yang dapat dijadikan sebagaiperbandingan bagi negara-negara Asia dan dunia.55
- Page 7: Khairifa, Komparatif tentang Pendek
- Page 11 and 12: Khairifa, Komparatif tentang Pendek
- Page 13 and 14: Khairifa, Komparatif tentang Pendek
- Page 16 and 17: Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007
- Page 18 and 19: Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007
- Page 20 and 21: Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007
- Page 22 and 23: Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007
- Page 24 and 25: Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007
- Page 26 and 27: Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007
- Page 28 and 29: Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007
- Page 30 and 31: Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007
- Page 32 and 33: Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007
- Page 34 and 35: Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007
- Page 36 and 37: Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007
- Page 38 and 39: Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007
- Page 40 and 41: Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007
- Page 42 and 43: Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007
- Page 44 and 45: Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007
- Page 46 and 47: Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007
- Page 48 and 49: Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007
- Page 50 and 51: Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007
- Page 52 and 53: Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007
- Page 54 and 55: Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007
- Page 56 and 57: Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007
- Page 58 and 59:
Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007
- Page 60 and 61:
Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007
- Page 62 and 63:
Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007
- Page 64 and 65:
Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007
- Page 66 and 67:
Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007