Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007, Volume I, No. 2Minangkabau yang ada di Kota Medankhususnya dan <strong>Sumatera</strong> <strong>Utara</strong> umumnya, agarlebih berkembang dan maju. Selain itu, BankPerkreditan Rakyat (BPR) Syari’ah Gebu Primaini juga meminjamkan modal bagi masyarakatyang ingin memulai suatu usaha.Seperti diketahui, suku bangsaMinangkabau kalangan menengah ke bawah yangtinggal di Kota Medan, pada umumnya menekunipekerjaan di sektor informal dengan membukaberbagai Usaha Kecil dan Menengah (UKM),seperti; usaha konveksi, percetakan dan lainsebagainya. Ini secara tidak langsung adalahupaya untuk mengurangi jumlah penganggurandan juga meningkatkan kualitas perekonomiansuku bangsa Minangkabau.Kendati prioritas utama Bank PerkreditanRakyat (BPR) Syari’ah Gebu Prima ini adalahuntuk suku bangsa Minangkabau, namun dalamperkembangannya, bank ini tidak hanyadimanfaatkan oleh suku bangsa Minangkabausaja. Banyak masyarakat dari suku bangsa lainyang juga memanfaatkan jasa perkreditan yangdisediakan oleh bank ini.Saat ini, Bank Perkreditan Rakyat (BPR)Syari’ah Gebu Prima ini telah berkembangdengan pesat dan telah bisa disejajarkan denganbank-bank lain yang ada di Kota Medan.Nasabahnya sebagian besar adalah suku bangsaMinangkabau yang tersebar di berbagai daerah diKota Medan dan daerah-daerah lain di luar KotaMedan.b. Bidang HukumPada bidang hukum, Badan MusyawarahMasyarakat Minang (BM3) telah membentuksebuah Lembaga Bantuan Hukum (LBH).Lembaga Bantuan Hukum (LBH) ini pertamakali dibentuk oleh Badan MusyawarahMasyarakat Minang (BM3) <strong>Sumatera</strong> <strong>Utara</strong>.Setelah itu, Badan Musyawarah MasyarakatMinang (BM3) Kota Medan juga membentuksebuah Lembaga Bantuan Hukum (LBH). Namunpada perkembangan selanjutnya, agar tidakterjadi over lap dan lembaga ini menjadi lebihsinergis dan efektif, maka Lembaga BantuanHukum (LBH) yang didirikan oleh BadanMusyawarah Masyarakat Minang (BM3) KotaMedan, di non-aktifkan dan para lawyernyabergabung dengan Lembaga Bantuan Hukum(LBH) bentukan Badan Musyawarah MasyarakatMinang (BM3) <strong>Sumatera</strong> <strong>Utara</strong>.Lembaga Bantuan Hukum (LBH) ini,beranggotakan para pengacara yang berasal darisuku bangsa Minangkabau. Sejak didirikan,Lembaga Bantuan Hukum (LBH) ini sudahsering membantu mengatasi permasalahanhukum yang dihadapi oleh suku bangsaMinangkabau. Dalam setiap kasus yang dihadapi,Lembaga Bantuan Hukum (LBH) inimengupayakan untuk tidak memungut bayarandalam bentuk apapun dari kliennya yang tidaklain adalah suku bangsa Minangkabau juga. Inimerupakan salah satu bentuk keterikatankeminangkabauan mereka.Selama ini kasus-kasus yang diserahkankepada Lembaga Bantuan Hukum (LBH) inimasih kasus-kasus yang sifatnya ringan.Lebih lanjut, Lembaga Bantuan Hukum(LBH) ini lebih mengarahkan usahanya dalammembela kepentingan suku bangsa Minangkabau.Kasus-kasus yang mereka tangani antara lain,sengketa tanah, kasus penggusuran bangunan,penggusuran pedagang kaki lima, dan lainsebagainya.Dengan demikian, dapat ditegaskanbahwa pertumbuhan lembaga ekonomi danlembaga hukum yang dilakukan oleh BadanMusyawarah Masyarakat Minang (BM3) iniadalah dilakukan untuk membela kepentingansuku bangsa Minangkabau di perantauan, dalamhal ini di Kota Medan. Ini merupakan buktiketerikatan dan kepedulian mereka sebagaisesama suku bangsa Minangkabau.Pembinaan Kelompok-kelompok KesenianMinangkabau, sebagai Upaya Pelestarian Budayadan Kehadiran Identitas Keminangkabauan diPerantauanTidak dapat dipungkiri bahwa pelaksanaanberbagai acara budaya dapat dianggap sebagai salahsatu cara yang penting untuk mengekspresikanidentitas suatu suku bangsa. Tak terkecuali bagisuku bangsa Minangkabau. Pengekspresian initidak hanya penting bagi kelompok suku bangsayang melakukan acara tersebut, tetapi juga bagisuku bangsa lain untuk menempatkan sukubangsa tersebut pada tempat tertentu dalamkehidupan masyarakat di rantau yang begitumajemuk. Ekspresi ini telah mempertegas batasbataskultural masing-masing suku bangsatersebut.Di samping itu, pelaksanaan acara adatdan budaya ini juga memiliki fungsi yang unik.Pelly dalam buletin Badan Musyawarah104
Dewi dan Ermansyah, Badan Musyawarah Masyarakat...Masyarakat Minang (1988: 22), menyatakanbahwa komunitas suku bangsa yang tidakmelaksanakan acara adat dan budaya di rantaudianggap sebagai komunitas yang tidak punyaprestise. Lebih lanjut dijelaskan, dari sudutkepentingan intern suku bangsa Minangkabausendiri, pelaksanaan berbagai acara adat danbudaya merupakan suatu “reuni” keluarga besarMinangkabau di perantauan. Sedangkan secarafungsional, kesempatan ini telah “menyegarkan”kembali loyalitas primordial mereka padakampung halaman, pada cita-cita perantauan dannilai-nilai tradisional mereka. Mereka dapatmenikmati “kemegahan” budaya leluhur merekasekalipun hidup terpisah secara fisik darikampung halamannya.Kehadiran rumah gadang BadanMusyawarah Masyarakat Minang (BM3) sebagaitempat pertemuan, bermusyawarah dan pusatkegiatan budaya dianggap berperan dalammendorong perkembangan kebudayaan sukubangsa Minangkabau di Kota Medan. Tiaptahunnya, Badan Musyawarah Masyarakat Minang(BM3) mengadakan berbagai kegiatan budaya dirumah gadang ini, misalnya pagelaran danpementasan kesenian tradisional Minangkabau,upacara perkawinan, seminar tentang adat dan lainsebagainya. Tujuan pelaksanaan berbagai acarabudaya ini adalah memenuhi hasrat kerinduan sukubangsa Minangkabau akan kehidupan di kampunghalaman yang begitu kuat memegang nilai-nilaibudaya, sekaligus untuk memperkenalkankebudayaan asli suku bangsa Minangkabau kepadamasyarakat Kota Medan, dan juga untukmelestarikan serta meningkatkan kecintaan sukubangsa Minangkabau terhadap budayanya sendiri.Dengan tujuan untuk pengembangan danpelestarian budaya inilah maka, BadanMusyawarah Masyarakat Minang (BM3) KotaMedan, lewat Departemen Budaya, Seni danPariwisata sekarang membina kurang lebih 20(dua puluh) kelompok kesenian Minangkabau.Kelompok kesenian Minangkabau ini dibagimenjadi dua, yaitu kelompok atau sanggarkesenian yang bersifat tradisional dan kelompokatau sanggar kesenian yang bersifat modern.Kelompok-kelompok kesenian tersebut berkembangdengan pesat, bahkan ada beberapa diantaranya yang kiprahnya sudah terkenal sampaike luar negeri.Beberapa di antara kelompok kesenianini ada yang sudah dibentuk sebelumdidirikannya Badan Musyawarah MasyarakatMinang (BM3). Namun setelah organisasi sosialini dibentuk, maka kelompok-kelompok keseniantersebut kemudian dengan sendirinyamenempatkan dirinya di bawah binaan BadanMusyawarah Masyarakat Minang (BM3). Berikutnama-nama beberapa kelompok kesenianMinangkabau yang masih aktif hingga saat inidan terdaftar di Badan Musyawarah MasyarakatMinang (BM3):1. Riak Minang2. Riak Danau3. Ikatan Kesenian Sri Antokan (IKSA)4. Tuah Sakato5. Taratak Minang6. Kesenian Minang Pulau Brayan Darat(KMPBD)7. Sumarak Anjuang8. Ikatan Kesenian Minang Saiyo (IKMS)9. Ikatan Kesenian Ranah Minang (IKRM)10. Lawang Indah11. Lawang Sakato12. Sinar Minang13. Sarumpun Manau14. Binuang Sati15. Carano Sati16. Balairung Jaya17. Kelompok kesenian Ikatan Keluarga Bayur(IKB)18. Pilago19. SangrilaKelompok-kelompok kesenian Minangkabauini menggeluti berbagai kesenian Minangkabau,seperti: a) tarian tradisional Minangkabau dantarian kreasi baru, b) randai, c) tambur tansa, d)gandang dan pupuik, e) saluang, f) rebab, g)pencak silat, h) Pidato adat, dan lain sebagainya.Mereka biasanya diundang untuk mengisiberbagai acara, antara lain; pesta perkawinan,penyambutan pejabat, pagelaran seni dan budayadan lain sebagainya. Kelompok-kelompokkesenian ini secara umum sudah dikelola denganbaik dan profesional. Hal ini terbukti denganeksistensi mereka di tengah-tengah persaingandengan kelompok-kelompok kesenian dari sukubangsa lainnya. Sumber keuangan darikelompok-kelompok kesenian ini biasanyaberasal dari swadaya mereka sendiri, juga daribayaran yang mereka dapatkan dari penampilanmereka di berbagai acara. Secara keanggotaan,yang terlibat dalam kelompok kesenian inisebagian besar adalah suku bangsa Minangkabaudari berbagai tingkat usia, namun ada juga105
- Page 7 and 8: Khairifa, Komparatif tentang Pendek
- Page 9 and 10: Khairifa, Komparatif tentang Pendek
- Page 11 and 12: Khairifa, Komparatif tentang Pendek
- Page 13 and 14: Khairifa, Komparatif tentang Pendek
- Page 16 and 17: Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007
- Page 18 and 19: Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007
- Page 20 and 21: Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007
- Page 22 and 23: Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007
- Page 24 and 25: Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007
- Page 26 and 27: Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007
- Page 28 and 29: Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007
- Page 30 and 31: Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007
- Page 32 and 33: Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007
- Page 34 and 35: Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007
- Page 36 and 37: Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007
- Page 38 and 39: Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007
- Page 40 and 41: Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007
- Page 42 and 43: Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007
- Page 44 and 45: Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007
- Page 46 and 47: Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007
- Page 48 and 49: Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007
- Page 50 and 51: Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007
- Page 52 and 53: Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007
- Page 54 and 55: Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007
- Page 56 and 57: Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007
- Page 60 and 61: Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007
- Page 62 and 63: Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007
- Page 64 and 65: Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007
- Page 66 and 67: Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007