10.07.2015 Views

H A R M O N I SOS I A L - USUpress - Universitas Sumatera Utara

H A R M O N I SOS I A L - USUpress - Universitas Sumatera Utara

H A R M O N I SOS I A L - USUpress - Universitas Sumatera Utara

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Wahyudi dan Sismudjito, Strategi Adaptasi Sosial Ekonomi...pendidikan yang menentukan umpan balikatau hasil kerja (return) terhadap tenaga yangdikeluarkannya.3. Aset Produktif (Productive Asets)Contohnya menggunakan rumah, sawah,ternak, tanaman untuk keperluan hidupnya.4. Aset Relasi Rumah Tangga atau Keluarga(Household Relation Asets)Misalnya memanfaatkan jaringan dandukungan dari sistem keluarga besar, kelompoketnis, migrasi tenaga kerja dan mekanisme“uang kiriman” (remittances).5. Aset Modal Sosial (Social Capital Asets)Misalnya memanfaatkan lembaga-lembagasosial lokal, arisan, dan pemberi kreditinformal dalam proses dan sistemperekonomian keluarga.Sebagian besar penelitian mengenaicoping strategies menggunakan keluarga ataurumah tangga sebagai unit analisis, misalnyapenelitian Ellis (1998), Chambers dan Conway(1992), dan Suharto (2002). Meskipun istilahkeluarga dan rumah tangga sering dipertukarkan,keduanya memiliki sedikit perbedaan. Keluargamenunjuk pada hubungan normatif antara orangorangyang memiliki ikatan biologis. Sedangkanrumah tangga menunjuk pada sekumpulan orangyang hidup satu atap namun tidak selalu memilikihubungan darah. Baik anggota keluarga maupunrumah tangga umumnya memiliki kesepakatanuntuk menggunakan sumber-sumber yangdimilikinya secara bersama-sama.Konsep mata pencaharian (livelihood)sangat penting dalam memahami copingstrategies karena merupakan bagian dari ataubahkan kadang-kadang dianggap sama denganstrategi mata pencaharian (livelihood strategies).Suatu mata pencaharian meliputi pendapatan(baik yang bersifat tunai maupun barang),lembaga-lembaga sosial, relasi gender, hak-hakkepemilikan yang diperlukan guna mendukungdan menjamin kehidupan.Suatu kehidupan ditunjang oleh interaksiantara orang, aset nyata dan aset tidak nyata.Orang menunjuk pada kemampuan mencarinafkah (livelihood capabilities), aset nyatamenunjuk pada simpanan (makanan, emas,tabungan) dan sumber-sumber (tanah, air, sawah,tanaman, binatang ternak), sedangkan aset tidaknyata menunjuk pada klaim dan akses yangmerupakan kesempatan-kesempatan untukmenggunakan sumber, simpanan, pelayanan,informasi, barang-barang, teknologi, pekerjaan,makanan dan pendapatan.Pada mulanya, konsep coping strategiessering dipergunakan untuk menunjukkan strategibertahan hidup (survival strategies) keluarga dipedesaan negara-negara berkembang dalammenghadapi kondisi kritis, seperti bencana alam,kekeringan, gagal panen dan sebagainya.Belakangan ini, beberapa penelitian menunjukkanbahwa konsep ini ternyata dipraktikkan juga olehkeluarga di wilayah perkotaan dan tidakhanya di negara berkembang, melainkan puladi negara-negara maju (Suharto, 2002: 1).Di wilayah perkotaan, keluarga miskincenderung menghadapi masalah yang lebih beratdan kompleks. Di perkotaan, sumber daya alamumumnya tidak dapat digunakan secara bebas,sistem kekerabatan lebih lemah, kondisilingkungan juga lebih berat dan kerap berbahaya(polusi, kejahatan). Dalam garis besar, beberapabentuk coping strategies keluarga miskin dapatdikelompokkan menjadi tiga, yakni:a. Peningkatan AsetMelibatkan lebih banyak anggota keluargauntuk bekerja, memulai usaha kecil-kecilan,memulung barang-barang bekas, menyewakankamar, menggadaikan barang, meminjamuang di bank atau lintah darat.b. Pengontrolan Konsumsi dan PengeluaranMengurangi jenis dan pola makan, membelibarang-barang murah, mengurangi pengeluaranuntuk pendidikan dan kesehatan, mengurangikunjungan ke desa, memperbaiki rumah ataualat-alat rumah tangga sendiri.c. Pengubahan Komposisi KeluargaMigrasi ke desa atau ke kota lain,meningkatkan jumlah anggota rumah tanggauntuk memaksimalkan pendapatan, menitipkananak ke kerabat atau keluarga lain baiksecara temporer maupun permanen.Sedangkan penelitian yang dilakukanoleh Tim Peneliti Departemen Sosial RI di 17Propinsi (DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah,Jawa Timur, <strong>Sumatera</strong> <strong>Utara</strong>, <strong>Sumatera</strong> Barat,<strong>Sumatera</strong> Selatan, Lampung, Banten, KalimantanTengah, Kalimantan Timur, Kalimantan Barat,Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur,Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, danMaluku <strong>Utara</strong>) menunjukkan bahwa kapabilitaskeluarga miskin dalam menanggapi goncangandan tekanan (shock and stress) merupakan aspekpenting dalam menunjukkan keberfungsian87

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!