10.07.2015 Views

H A R M O N I SOS I A L - USUpress - Universitas Sumatera Utara

H A R M O N I SOS I A L - USUpress - Universitas Sumatera Utara

H A R M O N I SOS I A L - USUpress - Universitas Sumatera Utara

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007, Volume I, No. 2hutang, konsumerisme, hedonisme, dan sejenisnyayang menjadi agama baru bagi seluruh wargadunia. Upaya ini sukses besar, selain diakibatkaninternalisasi penafsiran privat yang seolah-olahnatural, bebas nilai, dan harmoni, tetapi jugadidukung dengan perkembangan teknologi yangtelah merubah trade in atoms menjadi trade inbits, yang semuanya dapat disebarkan, diakses,dan diinternalisasikan tanpa hambatan. Fenomenaini bisa kita lihat dari indikator volumeperdagangan dunia, arus finansial dunia dantingkat konsumsi dunia, yang dari tahun ke tahunmengalami peningkatan signifikan.Praktik Hegemoni Pasar yang KebablasanNamun proses hegemoni pasar yangsedemikian cepat dan tidak terelakkan tidakdibarengi dengan mekanisme kontrol yangmenegasikan efek-efek negatifnya, pasarcenderung kebablasan dan memunculkanfenomena negatif. Fenomena negatif tersebutadalah:Libidonomics dan Passionate CapitalismDominasi pasar telah menciptakanbudaya konsumerisme yang dicirikan denganmunculnya komunitas masyarakat konsumsitinggi yang mengglobal, ada di setiap sudutdunia. Masyarakat ini di dalam mengkonsumsidan melakukan interaksinya dengan pasar tidaklagi menggunakan logika used value. Pasar didalam memproduksi dan memasarkan barangdagangannya tidak lagi semata-mata mengkaitkanpelabelan harga, exchange value dengan sebagainilai guna suatu barang. Pasar menyentuh hakikatnafsu manusia yakni libido, dengan memproduksilebih banyak lagi konsep, ide, kesenangan,prestise, gairah, tanda, simbol, secara berlipatganda. Saat ini, dalam ekonomi pasar bebas yangmengalir secara bebas dari satu negara ke negaralain, dari satu kebudayaan ke kebudayaan lain,bukan hanya sekedar barang, tetapi juga energienergilibido. Yang mengalir dari satu pasar kepasar lain, dari satu mall ke mall lain, tidak hanyasekedar shampoo, body lotion, video clip,burger, slimming tea, atau mobil tetapi di saatbersamaan juga kesenangan, kegairahan,kecabulan, kemabukan, dan keterpesonaan dibalik produk-produk tersebut. Kapitalismeglobal tidak lagi berkaitan dengan ekspansikapital dan teritorial, namun lebih berkaitandengan ekspansi libido dan perkembangbiakangetaran nafsu. Perputaran ekonomi pasar bebasmelegitimasi perputaran dan pelepasan nafsu secarabebas atau sebaliknya logika libido menjadiparadigma baru dari berlangsungnya ekonomi pasarbebas. Terbentuklah apa yang dinamakan denganpassionate capitalism yang paradoksal di manasenantiasa memproduksi tiada henti rasa kurangdalam skala besar, sementara di mana-mana terdapatkelimpah-ruahan, memproduksi tanpa henti hawanafsu, sementara memperoleh keuntungan,kapitalisme model ini layaknya seperti mucikari,merubah nafsu menjadi kebutuhan. Maka pada saatini, apapun dapat dijadikan komoditi, mulai darikepribadian, kebugaran, penampilan, tubuh,rambut, rias wajah, kaki, tenaga dalam, izin,ramalan, gosip, isu, kesenangan, kesedihan,sampai pada bencana perang bahkan kematian.Apa yang dilakukan pasar adalahmenyambungkan mesin produksi dan mesinhawa nafsu yang selanjutnya disambungkan lagidengan mesin-mesin eksploitasi. Denganmensinergikan ketiga mesin di atas, mewujudkanbudaya konsumerisme tinggi di segenap penjurudunia, bahkan di negara miskin sekalipun. Makatidaklah heran ketika dari tahun ke tahunpenjualan mobil di Indonesia terus meningkat,bahkan tahun ini merupakan yang tertinggisepanjang sejarah ibu rumah tangga. Indonesiahanya demi alasan presitse, rela membeli limahand phone termahal dunia Vertu Nokia yangharga satunya lebih dari US$ 30.000.Itu semua adalah secuil fenomenapassionate capitalism, metamorfosa mutakhirkapitalisme yang kita semua untuk membendungnya.112

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!