10.07.2015 Views

H A R M O N I SOS I A L - USUpress - Universitas Sumatera Utara

H A R M O N I SOS I A L - USUpress - Universitas Sumatera Utara

H A R M O N I SOS I A L - USUpress - Universitas Sumatera Utara

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Dewi dan Ermansyah, Badan Musyawarah Masyarakat...Karatau madang di huluBabuah babungo alunMarantau bujang dahuluDi rumah baguno balun(Karatau madang di huluBerbuah berbunga belumMerantau bujang dahuluDi rumah berguna belum)Bagi suku bangsa Minangkabau,seseorang belum dianggap dewasa dan bergunabagi kampungnya jika ia belum merantau.Merantau dianggap sebagai masa “inisiasi” (masaperalihan) kedewasaannya, sekaligus untukmemperlihatkan bahwa dirinya mampu menunaikanmisi budaya di rantau. Mereka menganggap proseskedewasaan tidak akan sempurna apabila tidakmelalui masa inisiasi di rantau. Gadang dikampuang (besar di kampung) adalah besar yangdibesarkan orang, sedangkan besar di rantauadalah besar seorang diri atau gadang surang.Dengan demikian, ilmu dan pengalaman di rantaudilihat sebagai kelengkapan mutlak untukmengukur kedewasaan seseorang.Salah satu kota yang menjadi tujuanmerantau adalah Kota Medan. PerkembanganKota Medan yang cukup pesat dari waktu kewaktu mendorong terjadinya migrasi besarbesarandari berbagai suku bangsa untukmencoba mengadu nasib di kota ini, takterkecuali suku bangsa Minangkabau. Besarnyamigrasi dari berbagai suku bangsa pendatang inijumlahnya tidak tetap dan sangat dipengaruhioleh situasi dan kondisi saat itu.Lebih lanjut, Naim (1984) menjelaskanbahwa besarnya migrasi suku bangsaMinangkabau ke Kota Medan pada tahun-tahunpermulaan tidak pernah terdata secara pasti.Namun data sensus pada tahun 1930 menunjukkanangka sebanyak 5.048 jiwa suku bangsaMinangkabau yang bertempat tinggal di KotaMedan. Dalam jangka waktu lima puluh tahunkemudian yaitu tahun 1980 terjadi kenaikandengan total jumlah penduduk 141.507 jiwa.Keberadaan suku bangsa Minangkabaudi Kota Medan pada masa dahulu dari tahun ketahun jumlahnya tidak tetap. Hal ini dipengaruhioleh keadaan atau situasi politik pada masa itu,baik di daerah rantau ataupun di daerah asalnya.Misalnya pada masa Perang Dunia II dan perangkemerdekaan Indonesia, kebanyakan perantaukembali ke kampungnya. Sedangkan ketikaterjadi pemberontakan PRRI jumlah perantau keKota Medan meningkat. Namun, data statistikmenunjukkan bahwa angka rata-rata kenaikanperantau Minangkabau sejalan dengan kenaikanrata-rata penduduk Kota Medan secarakeseluruhannya.Beradanya suatu kelompok masyarakattertentu di daerah perantauan bukan berarti hanyamerupakan sekumpulan orang-orang yang tersebar ditanah rantau, tetapi mereka juga makhluk sosial yangmengaktualisasikan budayanya. Oleh karena itu,orang-orang yang tinggal di daerah rantau inibiasanya membentuk suatu kelompok-kelompoksesuku bangsa atau sedaerah guna memenuhikebutuhan psikologis mereka.Kelompok sesuku bangsa yang dibentukoleh perantau ini, biasa disebut paguyuban(Depdikbud, 2000: 2). Paguyuban dapat berbentukatau bersifat kesukubangsaan maupun kedaerahan.Kata paguyuban sendiri berasal dari kata “guyub”dalam bahasa Jawa yang artinya “bersama-sama”atau “kumpul”. Paguyuban yang bersifatkesukubangsaan, anggotanya berasal dari sukubangsa yang sama atau satu suku bangsa, misalnyaBadan Musyawarah Masyarakat Minang (BM3),Putra Jawa Kelahiran <strong>Sumatera</strong> (PUJAKESUMA).Paguyuban yang bersifat kedaerahan, anggotanyaberasal dari daerah yang sama atau satu daerah.Bisa yang berasal dari satu kotamadya, kabupatenmaupun daerah propinsi, seperti Ikatan KeluargaLabuhan Batu (IKLAB). Dengan demikianpaguyuban suku bangsa mengacu pada kesatuansuku bangsa. Sedangkan paguyuban kedaerahanmengacu pada kesatuan daerah asal. Konseppaguyuban dalam penelitian ini juga identik ataudisamakan dengan organisasi sosial. Oleh karenaitu, untuk selanjutnya dipergunakan konseporganisasi sosial.Lebih lanjut, munculnya berbagai organisasisosial di daerah-daerah perantauan ini dapatdipandang sebagai sesuatu yang positif. Dengan haltersebut, maka pengenalan antarbudaya sekaligusinteraksi di antara suku bangsa segera dapatdiwujudkan. Hal ini sangat penting sebab stereotypestereotypepeninggalan penjajah yang dimaksudkanuntuk memecah belah antar suku bangsa segeradapat dikikis. Di samping itu, organisasi sosial yangada di daerah perantauan juga akan menjadisemacam wadah guna menjalin persatuan dankesatuan dalam upaya mempercepat pembangunan.Demikian juga halnya yang terjadidengan suku bangsa Minangkabau yang merantaudi berbagai daerah yang berada di Indonesia.97

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!