Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007, Volume I, No. 2semakin meningkatnya jumlah perantau yangmenetap di Kota Medan. Hal ini sangat terkaitdengan perubahan pola merantau, dari merantausirkuler menjadi merantau cina. Hal inimemungkinkan mereka untuk secara efektifmengumpulkan modal untuk mengembangkanusaha maupun memantapkan posisinya di sektorperdagangan. Namun, jika mereka sering pulangkampung, modal yang telah terkumpul akan habisuntuk perjalanan dan kebutuhan di kampunghalaman. Bagi suku bangsa Minangkabau yangtelah terikat dengan pekerjaannya, di luar sektorperdagangan, pola merantau sirkuler tidakmungkin lagi untuk dilakukan.Ermansyah (1998) menyatakan bahwalebih dari 27 organisasi sosial yang didasarkanatas ikatan ‘desa’ telah didirikan di Kota Medan.Tidak hanya itu, organisasi-organisasi sosial sukubangsa Minangkabau tersebut juga ada yangdidasarkan atas kesatuan teritorial yang lebihluas, seperti kecamatan dan kabupaten. Disamping itu, juga didasarkan ikatan daerah asal dimana warganya memiliki keterikatan atas asalusul,hubungan kekerabatan, adat-istiadat dankesatuan wilayah.Kehidupan yang majemuk dan heterogendi daerah perantauan membuat orang menjadilebih tegas dalam membentuk persepsi tentangdiri dan kebudayaannya tatkala berhadapandengan orang lain dengan nilai budaya lain yangberbeda. Hal ini dialami semua suku bangsa yangberada di perantauan, tak terkecuali suku bangsaMinangkabau. Suatu hal yang khas dari polamerantau suku bangsa Minangkabau adalahadanya sistem pemeliharaan hubungan lahir danbathin antara alam Minangkabau dengan alamrantau. Walaupun telah terpisah secara fisik dengankampung halamannya atau lokalitas budayanya,namun identitas keminangkabauannya tetapdipertahankan. Maka keberadaan organisasi sosialini dianggap berperan dalam mempertahankanidentitasnya dan melestarikan budayanya di daerahperantauan. Tidak hanya itu, keberadaanorganisasi sosial keminangkabauan ini jugadianggap langkah positif dalam mempersatukandan meningkatkan keterikatan suku bangsaMinangkabau. Lebih lanjut, organisasi ini jugajadi media untuk melestarikan kebudayaan yangmereka miliki di tengah-tengah kehidupan yangmajemuk di Kota Medan.Badan Musyawarah Masyarakat Minang (BM3)sebagai Jaringan Sosial KeminangkabauanBagi suku bangsa Minangkabau di KotaMedan, keberadaan Badan Musyawarah MasyarakatMinang (BM3) dianggap mempunyai fungsi yangpenting dalam menyatukan seluruh masyarakatnya.Hal ini salah satunya terlihat dari fungsi organisasiini yang dianggap sebagai “payung panji” bagikeberadaan berbagai organisasi sosialkeminangkabauan lainnya, baik yang didasarkankekerabatan maupun kedaerahan 4 .Terkait dengan keberadaannya sebagai“payung panji”, organisasi keminangkabauan inibukan sekedar organisasi sosial biasa.Keberadaannya di hadapan suku bangsaMinangkabau di Kota Medan, juga dipandangsebagai sebuah jaringan sosial yangmempersatukan mereka. Layaknya sebuahjaringan sosial, mereka terikat oleh nilai-nilai,norma-norma dan kesamaan yang ada di antaramereka. Hal tersebutlah yang menjadi perekatyang mempersatukan suku bangsa Minangkabaudi Kota Medan.Badan Musyawarah Masyarakat Minang(BM3) juga menjadi wadah yang mengorganisirberbagai aktivitas yang dianggap bermanfaatdalam meningkatkan kebersamaan danmempererat hubungan silaturahmi antar sesamasuku bangsa Minangkabau. Kegiatan itumencakup hubungan ke dalam dan ke luarorganisasi ini. Namun dalam penelitian ini, yanglebih dikaji adalah aktivitas yang dilaksanakanBadan Musyawarah Masyarakat Minang (BM3)dalam kaitannya dengan kehidupan suku bangsaMinangkabau itu sendiri.Pada dasarnya aktivitas-aktivitas yangdilaksanakan Badan Musyawarah MasyarakatMinang (BM3) merupakan implementasi dariprogram kerja yang telah ditetapkan sebelumnya.Pelaksanaan berbagai aktivitas ini mencakupberbagai aspek kehidupan. Dalam bidang agama,organisasi keminangkabauan ini rutin mengadakanaktivitas-aktivitas, seperti; pengajian, perayaan haribesar Islam, halal bi halal, dan majelis taklim.Pelaksanaan aktivitas-aktivitas keagamaanini, sangat terkait dengan upaya suku bangsaMinangkabau untuk mempertahankan identitas4Diumpamakan sebuah payung, maka keberadaan BadanMusyawarah Masyarakat Minang (BM3) ini dianggap sebagainaungan bagi berbagai organisasi sosial keminangkabauan yanglain. Organisasi ini menjadi wadah yang menyatukan semua elemenmasyarakat Minangkabau di <strong>Sumatera</strong> <strong>Utara</strong> umumnya dan KotaMedan khususnya.102
Dewi dan Ermansyah, Badan Musyawarah Masyarakat...keislamannya di tengah-tengah kemajemukan KotaMedan. Sebagaimana diketahui, suku bangsaMinangkabau sangat terikat dengan agama Islam.Adat dan Islam adalah dua identitas yang tidakdapat dipisahkan dari kehidupan suku bangsa ini(Pelly, 1994). Selain itu, aktivitas-aktivitas inimerupakan salah satu kesempatan bagi sukubangsa Minangkabau untuk saling bertemu dansaling mengenal. Dengan demikian hubungansilaturahmi di antara mereka akan semakin dekat.Sebagai sebuah organisasi sosial,aktivitas-aktivitas yang dilaksanakan BadanMusyawarah Masyarakat Minang (BM3), jugamencakup aspek sosial dalam kehidupan sukubangsa Minangkabau di perantauan. Berbagaipermasalahan yang dihadapi suku bangsaMinangkabau di perantauan diakomodir dankemudian dicari jalan keluarnya secara bersamasamalewat sebuah musyawarah. Selain itu,organisasi ini juga melaksanakan aktivitasaktivitassosial itu antara lain, mengkoordinirpengumpulan sumbangan bagi anggotanya yangsedang kesusahan, pengumpulan zakat fitrahpada bulan puasa, dan memberikannya kepadamasyarakat Minangkabau yang membutuhkandan memang pantas untuk menerimanya.Sekalipun sudah lama merantau danmenetap di Kota Medan, tetapi para perantauyang tergabung dalam organisasi sosialkeminangkabauan ini tetap merasakan hubunganbatin yang kuat dengan kampung halamannya. Halini mereka ekspresikan dengan mengkoordinirpengumpulan dana dan mengirimkannya kedaerah yang membutuhkan. Lebih lanjut, biasanyadana ini digunakan untuk membantu daerah yangterkena bencana alam, seperti banjir, tanahlongsor, galodo (banjir bandang), dan lain-lain.Pengorganisasian berbagai aktivitas olehorganisasi sosial keminangkabauan ini, padadasarnya adalah sebagai media keterikatan antarsuku bangsa Minangkabau. Lewat aktivitasaktivitasyang dilaksanakan organisasi ini, sukubangsa Minangkabau yang ada di Kota Medanbisa saling bertemu, saling mengenal, bahkantidak jarang di antara mereka yang kemudianmenemukan kerabatnya lewat berbagai aktivitasini. Pada akhirnya tujuan yang diharapkan daripelaksanaan berbagai aktivitas ini adalah untukmenyatukan dan merekatkan hubungan silaturahmiantar sesama suku bangsa Minangkabau diperantauan.Terkait dengan hal ini, keterikatan sukubangsa Minangkabau dalam Badan MusyawarahMasyarakat Minang (BM3) pada akhirnyamembentuk sebuah jaringan sosial keminangkabauan.Jaringan tersebut diwujudkan dalam dua bidang,yaitu ekonomi dan hukum.a. Bidang EkonomiMeski tinggal di perantauan, suku bangsaMinangkabau tetap menunjukkan sifat komunalnya.Hal ini diekspresikan dengan tolong-menolongyang terjadi di antara mereka. Tolong-menolong inibukan hanya di kehidupan sosial tetapi juga diaspek kehidupan lainnya, salah satunya di bidangekonomi.Dalam bidang ekonomi, salah satumasalah yang cukup menonjol adalah masalahpengangguran. Untuk mengatasi masalahpengangguran, salah satu cara yang ditempuh olehBadan Musyawarah Masyarakat Minang (BM3)adalah mengupayakan untuk mencari peluangmenembus berbagai instansi pemerintahan danperusahaan swasta untuk mencari informasiberkaitan dengan kesempatan kerja. Dalam hal ini,organisasi keminangkabauan ini juga bekerjasamadengan para pengusaha, pejabat pemerintah danpedagang Minangkabau di Kota Medan. Organisasiini kemudian menginformasikan peluang ini kepadaanggotanya yang belum bekerja atau masihmenganggur. Dengan demikian, sedikit banyakhal ini akan membantu dalam mengurangi jumlahsuku bangsa Minangkabau yang pengangguran.Langkah selanjutnya yang dilakukanorganisasi ini di bidang ekonomi adalah denganmendirikan berbagai koperasi. Koperasi inidiharapkan akan membantu dalam mengembangkandan meningkatkan perekonomian suku bangsaMinangkabau di Kota Medan. Berkaitan dengantujuan ini juga kemudian Organisasi keminangkabauanini mengupayakan untuk mendirikan BankPerkreditan Rakyat (BPR) yang diprioritaskanuntuk suku bangsa Minangkabau.Hal ini menjadi kenyataan denganberdirinya Bank Perkreditan Rakyat (BPR)Syari’ah Gebu Prima 5 . Tujuan awal didirikannyaBank Perkreditan Rakyat (BPR) Syari’ah GebuPrima ini adalah untuk membantu Usaha Kecildan Menengah (UKM) milik suku bangsa5 Melalui suatu proses yang cukup panjang, Bank PerkreditanRakyat (BPR) Syari’ah Gebu Prima ini berhasil didirikan padatahun 1997. Pemilik saham Bank Perkreditan Rakyat (BPR)Syari’ah Gebu Prima ini seluruhnya adalah pengusaha-pengusahaMinangkabau, salah satunya adalah Ibu Djanius Djamin, yang jugamenjabat sebagai Ketua Umum Badan Musyawarah masyarakatMinang (BM3) <strong>Sumatera</strong> <strong>Utara</strong>.103
- Page 7 and 8: Khairifa, Komparatif tentang Pendek
- Page 9 and 10: Khairifa, Komparatif tentang Pendek
- Page 11 and 12: Khairifa, Komparatif tentang Pendek
- Page 13 and 14: Khairifa, Komparatif tentang Pendek
- Page 16 and 17: Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007
- Page 18 and 19: Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007
- Page 20 and 21: Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007
- Page 22 and 23: Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007
- Page 24 and 25: Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007
- Page 26 and 27: Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007
- Page 28 and 29: Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007
- Page 30 and 31: Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007
- Page 32 and 33: Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007
- Page 34 and 35: Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007
- Page 36 and 37: Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007
- Page 38 and 39: Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007
- Page 40 and 41: Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007
- Page 42 and 43: Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007
- Page 44 and 45: Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007
- Page 46 and 47: Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007
- Page 48 and 49: Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007
- Page 50 and 51: Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007
- Page 52 and 53: Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007
- Page 54 and 55: Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007
- Page 58 and 59: Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007
- Page 60 and 61: Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007
- Page 62 and 63: Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007
- Page 64 and 65: Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007
- Page 66 and 67: Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007