Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007, Volume I, No. 22. Anak akan mengalami interaksi yang kurangbaik, dengan pisahnya salah satu orangtuanya, dengan interaksi yang kurang baikdan jarang tersebut akan merubah perhatiandan kasih sayang orang tua terhadap anak.Perceraian suami dan istri tidak merubahstatus anak sebagai anak mereka, namun tidakdapat dihindari akan sangat berpengaruh padafrekuensi bertemu dan intensitas interaksi anakdengan orang tua setelah perpisahan mereka,khususnya pada orang tua yang tidak satu ataplagi dengan si anak, walaupun tidak dapatdipungkiri terjadi juga dengan orang tua yangseatap dengannya. Interaksi anak dengan orangtua yang bercerai akan mengalami kerenggangandan bahkan terasa kaku karena jarangnya prosesperjumpaan dengan salah satu atau kedua orangtuanya, karena anak setelah perceraian harusberpisah dengan orang tuanya atau harus tinggaldi rumah familinya.Interaksi orang tua dengan anak sangatdibutuhkan oleh anak karena idealnya interaksiantara orang tua dan anak berjalan secarakesinambungan dan kontiniu. Pada anak yangsedang berkembang mereka memerlukan arahandan bimbingan yang biasanya didapatkan dariorang-orang dewasa yang dekat dengan merekadan bisa mereka percayai salah satu di antaranyaadalah orang tua. Pentingnya interaksi anakdengan orang tua karena dalam interaksi itudidapatkan kasih sayang, rasa aman dan perhatiandari orang tua yang tidak ternilai harganya.Interaksi yang baik antara orang tua dan anakjuga harus diimbangi dengan pemenuhankebutuhan anak, seperti kebutuhan pangan,sandang, dan pendidikan, karena semua ituadalah tanggung jawab orang tua yang telahmelahirkannya.Apabila dalam suatu keluarga terjadisuatu perceraian, maka sedikit banyak akanmempengaruhi perubahan perhatian dari orangtua terhadap anaknya baik perhatian fisik, sepertisandang, pangan, dan pendidikan maupunperhatian psikis seperti, kasih sayang danintensitas interaksi. Perubahan ini disebabkankarena kebiasaan hidup yang dilakukan bersamadalam satu rumah, harus berubah menjadikehidupan sendiri-sendiri. Dengan kondisi di atasdapat mengakibatkan sang anak kehilangan sosokorang tua yang tidak seatap lagi, karenahubungan mereka terputus karena perceraian.Kehilangan salah satu orang tua berarti takadanya tokoh yang dapat diidentifikasi dalamkeluarga (Sinolungan, 1979: 44). Kehilangan satuorang tua dapat menyebabkan kenakalan padaanak sebagaimana angka kenakalan terbanyaknyaterdapat pada anak laki-laki yang hanya tinggaldengan ibunya, Begitu juga kenakalan yangterjadi pada anak perempuan menunjukkan angkatertinggi terdapat pada mereka yang hidupnyahanya dengan ayah, hal ini disebabkan karenapola interaksi yang tidak seimbang yang diterimaanak, sehingga wajar bila sang anak menjadinakal karena norma-norma dan aturan yangseharusnya disosialisasikan oleh ayah danibunya, tidak pernah mereka dapatkan secaraseimbang dari kedua orang tuanya, hal inimenyebabkan proses interaksi yang baik dalamkeluarga tidak terpenuhi disebabkan olehperceraian.Dalam perumusan masalah ini perludibatasi masalahnya sehingga menjadi suatupermasalahan pokok, yang nantinya dapat lebihmengarahkan penelitian ini, adapun perumusanmasalah dalam penelitian ini adalah:1. Bagaimana status anak pada keluargabercerai, dalam hal status tempat tinggalnya,status kebutuhan ekonominya dan statuspendidikannya.2. Bagaimana intensitas interaksi anak terhadaporang tuanya pada keluarga bercerai.PEMBAHASANPerceraianDalam PP No. 9 Tahun 1975 dikenalistilah perceraian, namun bagi yang menganutagama Islam perceraian ini sering disebut talak,kata talak ini didapati pada Peraturan MenteriAgama No. 3 Tahun 1975. Adapun yangdimaksud dengan perceraian atau talak ialahpemutusan hubungan perkawinan antara suamiistri dengan mempergunakan kata-kata “cerai(talak)” atau yang sama maksudnya dengan itu(Said, 1994: 3). Oleh karena itu perceraian atautalak dapat dilakukan oleh suami baik lisanmaupun secara tulisan dan menggunakan katakatayang menjurus kepada perceraiansebagaimana diungkapkan oleh Nakamuru, 1991:31, bahwa cerai/talak itu ialah suatu bentukpemutusan perkawinan yang dinyatakan secaralisan atau tulisan, dengan bunyi ”Aku talakengkau” atau ”aku ceraikan engkau”, juga dapatdigunakan kata-kata lain yang sama artinya,62
Maryanti dan Rosmiani, Keluarga Bercerai dan Intensitas...suami yang akan menceraikan istrinya itu dengankata-kata yang jelas.Dari definisi di atas dapat dilihat bahwaperceraian merupakan putusnya hubunganperkawinan yang sah, yang selama ini telahterbina. Perceraian terkadang dianggapmalapetaka karena perceraian dapat memutuskansilaturahim antara suami istri dan keluargamasing-masing dan dapat mengguncangkankestabilan jiwa anak dan menggelisahkanmasyarakat.Klasifikasi perceraian dalam Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 menyatakan bahwa:a. Perkawinan antara suami dan istri dapatputus karena:1. Kematian2. Perceraian, dan3. Atas putusan pengadilan.“Mengungkai (melepaskan) ikatanperkawinan dan mengakhiri hubungansuami dan istri (Said, 1994: 2).b. Putusnya perkawinan yang disebabkankarena perceraian dapat terjadi karena talakatau berdasarkan gugatan perceraian.Cerai talak, yaitu bagi mereka yangmelangsungkan perkawinannya menurut agamaIslam. Maksud perceraiannya dapat diajukankepada pengadilan agama di tempat merekabertempat tinggal. Cerai gugat, yaitu bagi merekayang melangsungkan perkawinannya menurutagamanya dan kepercayaanya selain agama Islamdan bagi seorang istri yang melangsungkanperkawinannya menurut agama Islam gugatperceraianya dapat diajukan pada pengadilannegeri/agama di mana mereka tinggal.Adapun menurut Djamil Latif dalamagama Islam klasifikasi putusnya ikatanperkawinan disebabkan;1. Kematian suami atau istri,2. Oleh perceraian karena;a. Tindakan pihak suamib. Tindakan pihak istric. Persetujuan kedua belah pihakd. Keputusan hakimPerceraian dapat terjadi bila seseorangyang akan bercerai mempunyai alasan-alasanyang kuat untuk bercerai, bahkan antara suamidan istri tidak akan dapat hidup rukun lagisebagai suami istri. Adapun alasan-alasanperceraian (Pasal 116) antara lain adalah:1. Salah satu pihak berbuat zina atau menjadipemabuk, pemadat, penjudi, dan lainsebagainya yang sukar disembuhkan.2. Salah satu pihak meninggalkan pihak lainselama 2 (dua) tahun berturut-turut tanpa izinpihak lain dan tanpa alasan yang sah ataukarena hal lain di luar kemampuannya.3. Salah satu pihak mendapat hukuman penjara5 (lima) tahun atau hukuman yang lebih beratsetelah perkawinan berlangsung.4. Salah satu pihak melakukan kekejaman ataupenganiayaan berat yang membahayakanpihak lain.5. Salah satu pihak mendapat cacat badan ataupenyakit dengan akibat tidak dapatmenjalankan kewajiban sebagai suami atauistri.6. Antara suami istri terus menerus terjadiperselisihan dan pertengkaran dan tidak adaharapan akan hidup rukun lagi dalam rumahtangga.Sesuai dengan undang-undang, batalnyaperkawinan serta sahnya perceraian hanya dapatdibuktikan dengan keputusan pengadilan agamauntuk orang-orang Islam dan pengadilan negeriuntuk orang-orang non-Islam. Namun sebagianmasyarakat untuk proses perceraian lebihmemilih menggunakan hukum adat atau memilihmenggunakan proses perceraian dengan carakekeluargaan. Di mana dalam proses perceraianini pihak adat menjadi saksi putusnya perkawinanpasangan ini, begitu juga perceraian dengan carakekeluargaan akan dianggap sah apabila adakesepakatan berpisah dari suami dan istri yangdiketahui oleh keluarga kedua belah pihak,dengan alasan-alasan yang diterima. Walaupunproses ini sebenarnya tidak diakui oleh negara.Perceraian baik secara resmi maupunsecara tidak resmi berdampak negatif bagipasangan yang bercerai, lingkungan, dan yangpaling terasa berat dampaknya terjadi pada anak.Adapun dampak perceraian itu sendiri dapatmenyebabkan:1 Anak mempunyai kemarahan, frustasi dandia mau melampiaskanya, dan pelampiasannyaadalah dengan melakukan hal-hal yangberlawanan dengan peraturan-peraturan,memberontak, dan lain sebagainya.2 Bila anak tinggal dengan ibu, anakkehilangan figur otoritas, figur ayah, waktufigur otoritas itu menghilang, anak seringkalitidak terlalu takut pada ibunya.63
- Page 7 and 8: Khairifa, Komparatif tentang Pendek
- Page 9 and 10: Khairifa, Komparatif tentang Pendek
- Page 11 and 12: Khairifa, Komparatif tentang Pendek
- Page 13 and 14: Khairifa, Komparatif tentang Pendek
- Page 18 and 19: Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007
- Page 20 and 21: Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007
- Page 22 and 23: Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007
- Page 24 and 25: Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007
- Page 26 and 27: Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007
- Page 28 and 29: Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007
- Page 30 and 31: Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007
- Page 32 and 33: Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007
- Page 34 and 35: Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007
- Page 36 and 37: Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007
- Page 38 and 39: Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007
- Page 40 and 41: Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007
- Page 42 and 43: Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007
- Page 44 and 45: Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007
- Page 46 and 47: Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007
- Page 48 and 49: Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007
- Page 50 and 51: Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007
- Page 52 and 53: Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007
- Page 54 and 55: Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007
- Page 56 and 57: Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007
- Page 58 and 59: Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007
- Page 60 and 61: Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007
- Page 62 and 63: Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007
- Page 64 and 65: Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007
- Page 66 and 67:
Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007