Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007, Volume I, No. 2mengeluarkan tawaran mereka mengenai apayang akan paling terbaru saat enam bulanmendatang. Dan inilah yang berusaha untukdiikuti oleh kalangan remaja agar mereka tidakdianggap ketinggalan zaman. Julukan modis,trendy, kosmopolitan dianggap sebagai simbolbahwa seseorang lebih mengikuti perkembanganzaman. Dalam hal ini bagi remaja disimbolkandengan gaya hidupnya yang sesuai dengan trendgaya hidup masa kini baik cara berpakaian, caraberbicara, selera terhadap musik atau hiburan.Jika dulu remaja perempuan maupunlaki-laki di desa cara berpakaian, berbicara, tatakrama serta bergaul dengan lawan jenis merujuksesuai norma-norma setempat misalnya remajaputri selalu memakai kain atau rok, saat inimungkin lebih sering memakai celana jeanskarena dianggap lebih praktis mendukungaktivitas di luar rumah, mereka bersikap sopansantun dan tabu bergaul dengan lawan jenis.Sedangkan pada remaja pria desa dahulumenggunakan celana panjang, sarung, berkopiah,juga bersopan santun dan menjaga pergaulandengan lawan jenis. Namun sekarang karenapengaruh media dan kota cenderung terjadiperubahan gaya hidup di kalangan remaja desadan itu terlihat dari gaya berpakaian, pergaulanyang sedang trend di kalangan remaja pedesaan.Perubahan gaya hidup Timur ke gayahidup Barat yang mempengaruhi kalangan remajamelalui media, di mana sekarang remaja dapatmengetahui semua yang terjadi di bagian dunialain dengan mudah. Dengan cara mengaksesinformasi dari media televisi dan menyaksikangaya hidup yang dipertontonkan oleh kalanganselebriti atau idola-idola remaja masa kini yangkerap kali menjadi simbol identitas atauidentifikasi jati diri remaja masa kini.Perubahan gaya hidup pada remajasebenarnya dapat dimengerti bila melihat usiaremaja sebagai usia peralihan dalam mencariidentitas diri. Remaja ingin diakui eksistensinyaoleh lingkungan dengan berusaha menjadi bagiandari lingkungan itu. Kebutuhan untuk diterimadan menjadi sama dengan orang lain yang sebayaitu menyebabkan remaja berusaha untukmengikuti berbagai atribut gaya hidup yangsedang in. Remaja dalam perkembangannya danemosinya masih memandang bahwa atribut yangsuperfisial itu sama penting (bahkan lebihpenting) dengan substansi. Apa yang dikenakanoleh seorang artis yang menjadi idola para remajamenjadi lebih penting (untuk ditiru)dibandingkan dengan kerja keras dan usaha yangdilakukan artis idolanya itu untuk sampai padakepopulerannya.Remaja desa, dengan berbagai perubahandalam gaya hidupnya jelas merupakan sesuatuyang sangat menarik untuk dikaji. Bagaimanakahgambaran perubahan gaya hidup itu sendiri danapakah yang mempengaruhinya. Inilah yanghendak diteliti lebih lanjut.Berdasarkan uraian di atas, makaperumusan masalah dalam penelitian ini adalah“Bagaimanakah gaya hidup di kalangan remajaDesa Sukaraya saat ini dan mengapa gaya hidupseperti itu berkembang?”PEMBAHASANGaya HidupIstilah gaya hidup (lifestyle) sekarang inikabur. Sementara istilah ini memiliki artisosiologis yang lebih terbatas dengan merujukpada gaya hidup khas dari berbagai kelompokstatus tertentu, dalam budaya konsumenkontemporer istilah ini mengkonotasikanindividualitas, ekspresi diri, serta kesadaran diriyang semu. Tubuh, busana, bicara, hiburan saatwaktu luang, pilihan makanan dan minuman,rumah, kendaraan dan pilihan hiburan, danseterusnya dipandang sebagai indikator dariindividualitas selera serta rasa gaya dari pemilikatau konsumen (Fatherstone, 2005: 201).Weber mengemukakan bahwa persamaanstatus dinyatakan melalui persamaan gaya hidup.Di bidang pergaulan gaya hidup ini dapatberwujud pembatasan terhadap pergaulan eratdengan orang yang statusnya lebih rendah. Selainadanya pembatasan dalam pergaulan, menurutWeber kelompok status ditandai pula oleh adanyaberbagai hak istimewa dan monopoli atas barangdan kesempatan ideal maupun material.Kelompok status dibeda-bedakan atas dasar gayahidup yang tercermin dalam gaya konsumsi.Weber mengemukakan bahwa kelompok statusmerupakan pendukung adat, yang menciptakandan melestarikan semua adat-istiadat yangberlaku dalam masyarakat (Sunarto, 2000: 93).Perbedaan gaya hidup ini tidak hanyadijumpai pada hierarki prestise, tetapi juga padahierarki kekuasaan dan privilise. Kita melihatbahwa setiap kelas sosial pun menampilkan gayahidup yang khas. Ogburn dan Nimkoff (1958)menyajikan suatu sketsa dari majalah Life yangmenggambarkan bahwa lapisan bawah (low-70
Hastuti dan Sudarwati, Gaya Hidup Remaja Pedesaan...brow), menengah bawah (lower middle-brow),menengah atas (upper middle-brow) dan atas(high-brow). Masing-masing mempunyai selerayang khas dalam pakaian, hiburan, perlengkapanrumah tangga, makanan, minuman, bacaan, seleraseni dan musik.Gaya hidup adalah suatu titik tempatpertemuan antara kebutuhan ekspresi diri danharapan kelompok terhadap seseorang dalambertindak, yang tertuang dalam norma-normakepantasan. Terdapat norma-norma kepantasanyang diinternalisasikan dalam diri individu,sebagai standar dalam mengekspresikan dirinya.Estetikasi realitas melatarbelakangi artipenting gaya yang juga didorong oleh dinamikapasar modern dengan pencarian yang konstanakan adanya model baru, gaya baru, sensasi danpengalaman baru.Berdasarkan penelitian Lucky Lutviamengenai gaya hidup remaja di Kota Bandung,disimpulkan bahwa remaja saat ini dipengaruhioleh hal-hal berikut:1. Transformasi BudayaBudaya massa atau budaya populer yangberkembang melalui media massa elektronikdan cetak sangat berpengaruh terhadappilihan gaya hidup seseorang, misalnya gayaberbusana, gaya berbicara atau bahasa, selerahiburan seperti musik dan film. Trend tersebutbegitu bebas mengalir mempengaruhi setiappemirsa maupun pembacanya, ditambah lagidengan acara musik dari luar negeri yangdiolah dalam video klip televisi, yang secaravisual bisa kita lihat penampilan penyanyidan pemain musiknya. Cara merekaberdandan dan berbusana sudah pasti sesuaidengan budaya mereka (Lutvia, 2001: 34).2. Mengadopsi Gaya dari BaratIni banyak dipengaruhi oleh selebritis dalamnegeri melalui iklan-iklan, film, dan sinetronyang dilihat dan akhirnya ditiru oleh remaja.Seperti istilah gaya funky, punk rock, metal,skaters, hip hop, sporty, streetwear, dan skabeserta penggunaan aksesorisnya yangmereka tiru sebagai usaha untukmengaktualisasikan dirinya serta seolah-olahingin mensejajarkan diri dengan bintangidolanya. Walaupun begitu remaja juga adayang dipengaruhi oleh nilai-nilai agama,budaya dan kehidupan sosialnya.Sedangkan menurut Purnomo Mangku(2004) Gaya hidup masyarakat desa dipengaruhijuga oleh mobilitas geografis seperti urbanisasi,imigrasi. Mobilitas geografis yang dimaksudadalah suatu keadaan di mana seseorang pernahmenetap di luar tempat tinggalnya. Mobilitasgeografis seseorang ke kota, misalnya, dapatmempengaruhi gaya hidup karena kota dianggapmerupakan suatu tempat yang memungkinkanseseorang yang bersinggungan dengannyamendapatkan perluasan atau penambahanberbagai macam pengalaman dan pengetahuanbaru. Ini terkait dengan realitas bahwa kotamemiliki keanekaragaman budaya yang dapatditiru oleh orang desa (Purnomo, 2004: 10).Berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnyamengenai suatu gaya hidup, yang membedakanpenelitian ini adalah gaya hidup remaja pedesaan.Penelitian ini mengkaji perubahan yang terjadidalam gaya hidup remaja Desa Sukaraya yaituperubahan penampilan, perilaku kehidupansehari-hari, tata krama dan selera hiburan remajadesa, yang dipengaruhi oleh media dan interaksimereka dengan remaja kota serta untukmenunjang pergaulan mereka dalam kelompokremaja agar mereka tidak disebut kampungan.Gaya Hidup Remaja Masa KiniDalam ilmu-ilmu sosial, studi atas remajapertama kali dilakukan oleh sosiolog TalcottParsons pada awal 1940-an. Berbeda dengananggapan umum bahwa remaja adalah kategoriyang bersifat alamiah dan dibatasi secara biologisoleh usia, menurut Parsons remaja adalah sebuahsebuah konstruksi sosial yang terus-menerusberubah sesuai dengan waktu dan tempat (Barker,2000 dalam Antariksa, 2005: 2).Remaja adalah suatu fase dalamkehidupan manusia di mana ia tengah mencarijatidirinya dan biasanya dalam upaya pencarianjatidiri tersebut ia mudah untuk terikut danterimbas hal-hal yang tengah terjadi disekitarnya, sehingga turut membentuk sikap danpribadi mereka.Grossberg (1992) menganggap bahwayang menjadi persoalan adalah bagaimanakategori remaja diartikulasikan dalam wacanawacanalain, misalnya musik, gaya hidup,kekuasaan, harapan, masa depan dan sebagainya.Jika orang-orang dewasa melihat masa remajasebagai masa transisi, menurut Grossberg remajajustru menganggap posisi ini sebagai sebuahkeistimewaan di mana mereka mengalami sebuahperasaan yang berbeda, termasuk di dalamnya71
- Page 7 and 8: Khairifa, Komparatif tentang Pendek
- Page 9 and 10: Khairifa, Komparatif tentang Pendek
- Page 11 and 12: Khairifa, Komparatif tentang Pendek
- Page 13 and 14: Khairifa, Komparatif tentang Pendek
- Page 16 and 17: Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007
- Page 18 and 19: Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007
- Page 20 and 21: Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007
- Page 22 and 23: Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007
- Page 26 and 27: Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007
- Page 28 and 29: Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007
- Page 30 and 31: Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007
- Page 32 and 33: Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007
- Page 34 and 35: Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007
- Page 36 and 37: Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007
- Page 38 and 39: Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007
- Page 40 and 41: Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007
- Page 42 and 43: Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007
- Page 44 and 45: Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007
- Page 46 and 47: Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007
- Page 48 and 49: Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007
- Page 50 and 51: Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007
- Page 52 and 53: Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007
- Page 54 and 55: Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007
- Page 56 and 57: Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007
- Page 58 and 59: Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007
- Page 60 and 61: Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007
- Page 62 and 63: Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007
- Page 64 and 65: Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007
- Page 66 and 67: Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007