Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007, Volume I, No. 23 Anak kehilangan jati diri sosialnya atauidentitas sosial. Status sebagai anak ceraimemberikan suatu perasaan berbeda darianak-anak lain.Setelah perceraiaan kedua pasangan inijuga dihadapkan pada penyesuaian diri denganpengasuhan anak, kebiasaan dan gaya hidup baru,serta tanggung jawab tambahan sebagai orang tuatunggal bagi orang tua yang diserahi pengasuhananak setelah perceraian. Bagi orang tua tunggalkeadaan ini akan menjadi lebih buruk ketika iaharus menanggung urusan keuangan dan bekerjapada saat bersamaan. Walau sebenarnya keduaorang tuanya tetap bertanggung jawab terhadapkelangsungan hidup sang anak dari kebutuhanekonomi, sampai kebutuhan pendidikan. Hal inisesuai dengan ketentuan hukum yang tercantumdalan UU Perkawinan No.1 Tahun 1974, Pasal41, yang menyatakan bahwa akibat putusanperkawinan adalah:1. Baik istri atau suami tetap berkewajibanmemelihara dan mendidik anak-anaknya,semata-mata berdasarkan kepentingan anak,bilamana ada perselisihan, mengenaipenguasaan anak-anak, pengadilan memberiputusannya.2. Suami yang bertanggung jawab atas semuabiaya pemeliharaan dan pendidikan yangdiperlukan anak itu bilamana suami tidakdapat memberi kewajiban tersebut,pengadilan dapat menentukan bahwa istriikut memikul biaya tersebut.InteraksiManusia telah mempunyai naluri untukmelakukan interaksi dengan sesamanya semenjakdia dilahirkan di dunia. Interaksi sesama manusiamerupakan suatu kebutuhan, oleh karena itudengan pemenuhan kebutuhan tersebut ia akandapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan lainnya.Tanpa interaksi dengan manusia lain tidak akandapat bertahan untuk hidup. Dalam bukusosiologi suatu pengantar, Soerjono Soekanto(1986: 498) mengutip definisi Gillian dan Gilliandari buku mereka Cultural Sociology yakniinteraksi merupakan hubungan-hubungan sosialyang dinamis, yang menyangkut hubungan antaraorang perorangan dengan kelompok manusia.Intekaksi sosial merupakan suatu konsep yangsangat penting dalam sosiologi. Istilah tersebutsecara kontak timbal balik atau interstimulasi danrespons antara individu-individu dan kelompok.Adapun ciri ciri dari interaksi sosial adalah:1. Jumlah pelakunya lebih dari seorang,biasanya dua atau lebih.2. Adanya komunikasi antar para pelaku denganmenggunakan simbol-simbol.3. Adanya suatu dimensi waktu yang meliputimasa lampau, kini, dan akan datang, yangmenentukan sifat dari aksi yang sedangberlangsung.4. Adanya suatu tujuan tertentu.Menurut Kimbal Young dan RaymondW. Mack (dalam Soekanto 1982: 58) menyatakanbahwa interaksi sosial, adalah kunci dari semuakehidupan sosial, oleh karena tanpa interaksi, takakan mungkin ada kehidupan bersama; interaksiyang dilakukan oleh manusia mempunyai syaratsyaratagar interaksi terjadi dengan baik.1. Kontak2. KomunikasiKontak pada dasarnya merupakan aksidari individu atau kelompok agar mempunyaimakna bagi pelakunya, dan kemudian ditangkapoleh individu atau kelompok lain. Penangkapanmakna tersebut yang menjadi pangkal tolak untukmemberikan reaksi.Kontak dapat terjadi secara langsung,yakni melalui gerak dari fisikal organisme(action of physical organism), misalnya melaluipembicaraan, gerak, isyarat dan dapat pula secaratidak langsung, misalnya melalui tulisan ataubentuk-bentuk komunikasi jarak jauh, sepertitelepon, chatting, dan sebagainya. Sebagaimanayang dikatakan oleh Alvin dan Helen Gouldnerdalam Taneko (1990: 110), interaksi itu adalahsuatu aksi dan reaksi di antara orang-orang, jaditidak memperdulikan secara berhadapan mukasecara langsung ataukah melalui simbol-simbolseperti bahasa, tulisan yang disampaikan darijarak ribuan kilometer jauhnya. Semua itutercakup di dalam konsep interaksi selamahubungan itu mengharapkan adanya satu ataulebih bentuk respons. Komunikasi muncul setelahkontak berlangsung. Terjadinya kontak belumberarti telah ada komunikasi, oleh karenakomunikasi itu timbul apabila seseorang individumemberi tafsiran pada perilaku orang lain.Dengan tafsiran tadi, lalu seseorang itumewujudkan dengan perilaku, di mana perilakutersebut merupakan reaksi terhadap perasaanyang ingin di sampaikan oleh orang lain.64
Maryanti dan Rosmiani, Keluarga Bercerai dan Intensitas...Sehubungan dengan komunikasi,schlegel berpendapat bahwa: manusia adalahmakhluk sosial yang dapat bergaul dengandirinya sendiri, mentafsirkan makna-makna,obyek-obyek di dalam kesadarannya, danmemutuskan bagaimana ia bertindak secaraberarti sesuai dengan penafsiran itu (Taneko,1990: 75 ). Gerungan (2002: 57) seorang sarjanapsikologi mengatakan bahwa interaksi sosialdirumuskan sebagai berikut: yaitu suatuhubungan antara dua orang atau lebih individuyang satu mempengaruhi, merubah ataumemperbaiki kelakuan individu lain ataukebalikannya.Oleh karena itu, dalam keluarga itu jugaperlu adanya komunikasi antara ayah, ibu, dananak-anaknya, komunikasi ini tidak hanyaterbatas pada keluarga yang utuh, tetapi berlakujuga pada keluarga yang tidak bersatu lagi(bercerai) walaupun keluarga yang bercerai inisecara otomatis memisahkan anak dengan satuorang tuanya, pisahnya/tidak serumah lagi anakdan satu orang tuanya tidak selalu menandakanputusnya komunikasi baik komunikasi secaralangsung maupun komunikasi secara tidaklangsung, karena komunikasi yang terpentingantara anak dan orang tuanya yang berpisahadalah makna dan kualitasnya dari pertemuan itu,walaupun antara anak dengan orang tuanyabertemu dan berkomunikasi secara langsunghanya 1 minggu sekali bahkan hingga 1 satubulan sekali saja, tetapi bila pertemuan itudisertai dengan suasana akrab, penuh perhatiandan kasih sayang yang tercurahkan selalu, salingbercerita tentang kejadian yang dialami,diskusi/bertukar pikiran, memberikan nasihatnasihatdan lain sebagainya lebih penting danlebih baik dari pada sering bertemu tetapi tanpakomunikasi yang baik dan suasana yang hambar.Komunikasi yang baik ini juga dapat diiringidengan komunikasi secara tidak langsung sepertilewat telpon, SMS, surat menyurat, merupakansuatu hal yang juga dapat menambah keeratanhubungan antara anak dan orang tua, karenadengan komunikasi yang baik ini menunjukkankepedulian orang tua terhadap anak, denganmenanyakan kabar, memberi ungkapan-ungkapankasih sayang dengan menggunakan mediakomunikasi secara tidak langsung tersebut.Keluarga bercerai sedikit banyak akanberdampak dan berpengaruh pada anak, namunhal ini akan berbeda bila orang tua yang berpisahtersebut masih berinteraksi dan berkomunikasisecara baik dengan anak memperkecil dampakyang negatif bagi anak, dari pada membiarkankeluarga yang utuh tetapi selalu terjadi konflik diantara anggota terutama ayah dan ibunya, karenakeluarga penuh konflik tidak akan mampumenjalankan fungsi-fungsi keluarga dengansempurna, baik yang fungsinya berlaku sesamasuami dan istri, maupun fungsi yang yangkaitannya dengan anak. Adapun fungsi-fungsikeluarga tersebut adalah:1. Fungsi pengaturan seksual.2. Fungsi reproduksi.3. Fungsi sosialisasi.4. Fungsi afeksi (kasih sayang).5. Fungsi penentuan status.6. Fungsi perlindungan.7. Fungsi ekonomi, (Horton dan Hunt, 1987:274-279 ).Fungsi-fungsi keluarga di atasmerupakan fungsi keluarga yang ideal, hal iniakan berbeda pada kondisi keluarga yangbercerai, di mana fungsi keluarga antarapasangan suami dan istri tidak mukin berlaku lagiseperti, seperti fungsi pengaturan seksual danfungsi reproduksi, tetapi hal ini berbeda denganyang dialami anak, seharusnya anak tetapmenerima fungsi-fungsi keluarga yang memangberlaku bagi anak, karena pada dasarnya anakmasih berstatus sebagai anak dari kedua orangtuanya tersebut, tidak seperti kedua orang tuanyasetelah perceraian berstatus duda dan janda. Anakmasih berhak mendapat fungsi-fungsi keluargadari kedua orang tuanya tersebut, karena orangtua berhak mendapat motivasi yang kuat untukmendidik karena anak merupakan buah cintakasih hubungan suami dan istri. Anak merupakanperluasan biologis dan sosial orang tuanya,motivasi yang kuat ini melahirkan emosionalantara orang tua dan anak. Penelitian-penelitianmembuktikan bahwa hubungan emosional lebihberarti dan efektif dari pada hubungan intelektualdalam proses sosialisasi, oleh karena itu orangtua memainkan peranan sangat penting terhadapproses sosialisasi anak.Corak hubungan anak dan orang tuasangat menentukan proses sosialisasi anak, corakhubungan anak dan orang tua ini berdasarkanpenelitian yang dilakukan Fels Research Institute(1993: 47), dapat dibedakan menjadi 3 pola yaitu:1. Pola menerima-menolak, pola ini didasarkanatas taraf kemesraan orang tua terhadap anak.65
- Page 7 and 8: Khairifa, Komparatif tentang Pendek
- Page 9 and 10: Khairifa, Komparatif tentang Pendek
- Page 11 and 12: Khairifa, Komparatif tentang Pendek
- Page 13 and 14: Khairifa, Komparatif tentang Pendek
- Page 16 and 17: Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007
- Page 20 and 21: Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007
- Page 22 and 23: Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007
- Page 24 and 25: Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007
- Page 26 and 27: Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007
- Page 28 and 29: Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007
- Page 30 and 31: Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007
- Page 32 and 33: Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007
- Page 34 and 35: Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007
- Page 36 and 37: Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007
- Page 38 and 39: Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007
- Page 40 and 41: Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007
- Page 42 and 43: Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007
- Page 44 and 45: Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007
- Page 46 and 47: Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007
- Page 48 and 49: Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007
- Page 50 and 51: Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007
- Page 52 and 53: Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007
- Page 54 and 55: Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007
- Page 56 and 57: Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007
- Page 58 and 59: Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007
- Page 60 and 61: Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007
- Page 62 and 63: Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007
- Page 64 and 65: Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007
- Page 66 and 67: Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007