Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007, Volume I, No. 2Hampir di setiap wilayah di pelosok tanah airyang didatangi oleh suku bangsa Minangkabau,berdiri berbagai organisasi sosial, sekalipunmereka menjadi suku bangsa yang minoritas disana. Fenomena seperti ini tidak hanya terjadi didalam negeri saja, bahkan di luar NegaraKesatuan Indonesia (http//www.rantaunet.com).Di masing-masing daerah tersebut, baik di dalammaupun di luar negeri, berdiri organisasi sosialMinangkabau dengan nama yang berbeda-beda.Di Kota Medan sendiri, terdapat banyakorganisasi sosial perantau Minangkabau. Awalpembentukan berbagai organisasi sosialkeminangkabauan di Kota Medan sangat sukardipastikan. Tidak ditemukan catatan resmi yangberkenaan dengan hal ini. Melalui wawancarayang dilakukan pada saat pra survey, diketahuibahwa organisasi yang lebih teratur yangdimaksudkan untuk kepentingan perantauMinangkabau telah dimulai ketika terjadinyapemberontakan PRRI yang menyebabkansulitnya, bahkan terputusnya hubungan rantaudengan Minangkabau.Berbagai organisasi sosial perantauMinangkabau kemudian tumbuh dan berkembangsetelah kemerdekaan. Terlebih-lebih lagi padabeberapa dasawarsa terakhir Orde Baru. Hal inimerupakan akibat dari semakin meningkatnyajumlah suku bangsa Minangkabau yang menetapdi Kota Medan. Di samping itu, kenyataan bahwasecara sosiologis, pluralitas penduduk di KotaMedan, mengharuskan orang-orang mencariperlindungan demi kelangsungan hidupnya.Organisasi-organisasi sosial itu ada yangberdasarkan suku, ada yang berdasarkankedaerahan, dan ada pula yang berbentuk ikatankekeluargaan.Jumlah organisasi yang cukup banyakakhirnya menjadi masalah bagi suku bangsaMinangkabau yang merantau di Kota Medan,karena menyebabkan terjadinya pengkotakan danbenturan di kalangan mereka saat itu. Pada tahun1965, Walikota Medan saat itu, yaitu Drs.Surkani mengundang berbagai organisasi sosialsuku bangsa Minangkabau yang ada saat ituuntuk berdialog. Dari pertemuan itu, keluarlahide untuk menghimpun seluruh suku bangsaMinangkabau yang merantau di <strong>Sumatera</strong> <strong>Utara</strong>.Akhirnya pada tahun 1971, atas kesepakatanbersama suku bangsa Minangkabau yangmerantau di Kota Medan lewat suatu prosesmusyawarah yang difasilitasi oleh PemerintahanKota Medan saat itu, maka didirikanlah BadanMusyawarah Masyarakat Minang (BM3), denganKetua Umum Brigjend Sofyar. Berdirinya BadanMusyawarah Masyarakat Minang (BM3) ini tidakserta merta menghapus berbagai organisasi sosialsuku bangsa Minangkabau yang telah adasebelumnya. Badan Musyawarah MasyarakatMinangkabau (BM3) ini, lebih seperti wadah atau“payung panji” yang menampung berbagaimacam organisasi sosial di dalamnya.Beranjak dari kenyataan tersebut, makaperlu kiranya mengkaji organisasi sosialkesukubangsaan dalam dinamika kehidupanmasyarakat yang berada di perantauan,khususnya terhadap Badan MusyawarahMasyarakat Minang atau yang disingkat BM3terhadap perantau maupun generasi Minangkabauselanjutnya di Kota Medan. Hal ini menjelaskanfungsi organisasi sosial kesukubangsaan sebagaiwadah yang diharapkan dapat mempersatukansuku bangsa Minangkabau yang merantau keKota Medan. Di samping itu juga dapatmewujudkan solidaritas sosial suku bangsaMinangkabau di perantauan dan pelestarian nilainilaibudaya Minangkabau di tengah-tengahpluralitas masyarakat Kota Medan.Berdasarkan uraian di latar belakang,maka masalah penelitian dirumuskan yaknibagaimana peran Badan Musyawarah MasyarakatMinang (BM3) bagi suku bangsa Minangkabauyang bertempat tinggal di Kota Medan?Perumusan masalah ini dijabarkan kedalam 4 (empat) batasan masalah penelitian, yaitu:1. Bagaimanakah sejarah munculnya BadanMusyawarah Masyarakat Minang (BM3)?2. Siapa saja yang dapat terlibat dan terikatdalam keanggotaan di Badan MusyawarahMasyarakat Minang (BM3)?3. Apa saja kegiatan-kegiatan atau aktivitasaktivitasyang dilaksanakan oleh BadanMusyawarah Masyarakat Minang (BM3)?4. Apa yang menjadi prioritas dari keberadaanBadan Musyawarah Masyarakat Minang(BM3) bagi suku bangsa Minangkabau diKota Medan?PEMBAHASANBadan Musyawarah Masyarakat Minang (BM3)Badan (Poerwadarminta, 1984: 72) adalahsekumpulan orang yang merupakan kesatuan untukmengerjakan sesuatu. Lebih lanjut, penelitian inimembahas tentang Badan MusyawarahMasyarakat Minang (BM3). Badan Musyawarah98
Dewi dan Ermansyah, Badan Musyawarah Masyarakat...Masyarakat Minang (BM3) adalah organisasisosial berdasarkan kesukubangsaan yang dibentukdan berdiri pada tahun 1967 di Kota Medan,dengan tujuan untuk menghimpun danmenyatukan seluruh masyarakat Minangkabauyang merantau ke <strong>Sumatera</strong> <strong>Utara</strong>.Solidaritas SosialSolidaritas sosial adalah keeratanhubungan tiap individu dengan individu yanglainnya dalam suatu masyarakat. Hal tersebutdilandasi oleh keterikatan dan keterlibatan situasisosial yang membuat bersatu antara yang satudengan yang lainnya.Solidaritas sosial yang dimaksud dalampenelitian ini adalah keeratan hubungan yang terjalinantar masyarakat Minangkabau yang merantau keKota Medan, yang didasarkan pada perasaan moraldan kepercayaan yang dianut bersama dan diperkuatoleh pengalaman emosional yang sama. Wujudkeeratan hubungan yang terjalin antar masyarakatMinangkabau yang merantau ke Kota Medan ini,terlihat pada saat mereka melakukan berbagaikegiatan bersama-sama.Organisasi SosialOrganisasi sosial merupakan cara-caraperilaku manusia yang terorganisasikan secarasosial (Soekanto, 1993: 349). Organisasi sosialyang dimaksud dalam penelitian adalahorganisasi sosial suku bangsa Minangkabau,dalam hal ini Badan Musyawarah MasyarakatMinang (BM3).Suku Bangsa MinangkabauSuku bangsa Minangkabau adalah salahsatu suku bangsa yang mendiami Indonesia. Sukubangsa Minangkabau ini berasal dari <strong>Sumatera</strong>Barat dan terkenal dengan keunikan yangdimilikinya, salah satunya terlihat dari sistemkekerabatan matrilineal yang mereka anut. Sukubangsa Minangkabau yang dimaksud dalampenelitian ini adalah suku bangsa Minangkabauyang merantau dan menetap di Kota Medan.Adapun jenis penelitian ini adalahpenelitian studi deskriptif dengan menggunakanpendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif dapatdiartikan sebagai pendekatan yang menghasilkandata, tulisan, dan tingkah laku yang didapat dariapa yang diamati (Nawawi, 1994: 203).Penelitian deskriptif ini digunakan untukmenggambarkan atau melukiskan apa yangditeliti dan berusaha memberikan gambaran yangjelas mengenai apa yang menjadi pokokpenelitian. Berkenaan dengan penelitian inisebagai studi deskriptif maka penelitian ini akanmenggambarkan atau mendeskripsikan fungsiBadan Musyawarah Masyarakat Minang (BM3)bagi suku bangsa Minangkabau yang merantauke Kota Medan.Penelitian ini dilakukan terhadap sukubangsa Minangkabau yang bertempat tinggal diKota Medan dan terlibat ataupun menjadianggota dari Badan Musyawarah MsyarakatMinang (BM3). Alasan penelitian terhadapBadan Musyawarah Masyarakat Minang (BM3)ini, karena organisasi sosial tersebut lebihterekspos di hadapan suku-suku bangsa lainnya,dibandingkan dengan organisasi sosial lainnya.Hal ini terlihat dengan adanya rumah gadangsebagai pusat kegiatan mereka. Rumah gadangini memberikan arti dari eksistensi suku bangsaMinangkabau di Kota Medan. Di samping itu,berbagai organisasi sosial lainnya di Medanbiasanya berdasarkan marga atau suku.Sedangkan Badan Musyawarah MasyarakatMinang (BM3) adalah organisasi sosial yangberdasarkan kesukubangsaan.Unit analisis adalah satuan tertentu yangdiperhitungkan sebagai subyek penelitian(Arikunto, 1999: 132). Adapun unit analisisdalam penelitian ini adalah Badan MusyawarahMasyarakat Minang (BM3) Kota Medan.Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui fungsidari organisasi sosial keminangkabauan ini.Fungsi tersebut terlihat dari berbagai aktivitasyang dilaksanakannya. Selain itu, dalampenelitian ini juga perlu diketahui data tentangsejarah pendirian organisasi sosial ini danpandangan suku bangsa Minangkabau itu sendiriterhadap keberadaannya. Data-data tersebutdiperoleh dari orang-orang yang terlibat dalamorganisasi sosial ini, seperti, tokoh-tokoh pendiri,pengurus organisasi dan juga suku bangsaMinangkabau yang aktif di dalamnya. Orangorangyang menjadi sumber informasi dan dataini selanjutnya disebut informan. Lebih lanjut,informan tersebut dibagi menjadi dua kategori:a) Informan kunci yaitu pengurus inti atauorang-orang yang menduduki jabatan strategisdalam Badan Musyawarah MasyarakatMinang (BM3), orang yang dituakan olehsuku bangsa Minangkabau di Medan danterlibat dalam Badan Musyawarah MasyarakatMinang (BM3), yang mengetahui denganbaik sejarah berdirinya Badan Musyawarah99
- Page 7 and 8: Khairifa, Komparatif tentang Pendek
- Page 9 and 10: Khairifa, Komparatif tentang Pendek
- Page 11 and 12: Khairifa, Komparatif tentang Pendek
- Page 13 and 14: Khairifa, Komparatif tentang Pendek
- Page 16 and 17: Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007
- Page 18 and 19: Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007
- Page 20 and 21: Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007
- Page 22 and 23: Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007
- Page 24 and 25: Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007
- Page 26 and 27: Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007
- Page 28 and 29: Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007
- Page 30 and 31: Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007
- Page 32 and 33: Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007
- Page 34 and 35: Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007
- Page 36 and 37: Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007
- Page 38 and 39: Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007
- Page 40 and 41: Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007
- Page 42 and 43: Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007
- Page 44 and 45: Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007
- Page 46 and 47: Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007
- Page 48 and 49: Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007
- Page 50 and 51: Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007
- Page 54 and 55: Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007
- Page 56 and 57: Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007
- Page 58 and 59: Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007
- Page 60 and 61: Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007
- Page 62 and 63: Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007
- Page 64 and 65: Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007
- Page 66 and 67: Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007