Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007, Volume I, No. 2sebagian kecil yang berasal dari suku bangsa laindi luar Minangkabau.Kehadiran kelompok-kelompok kesenianini, selain dianggap sebagai langkah positif untukmelestarikan dan mengembangkan seni dankebudayaan Minangkabau. Selain itu, terlibatnyagenerasi muda Minangkabau di dalam aktivitasini juga menunjukkan bahwa keberadaan kelompokkelompokkesenian ini dapat mempererat keterikatangenerasi muda Minangkabau yang ada diperantauan.PENUTUPKesimpulanDari uraian di atas maka dapat ditarikkesimpulan sebagai berikut:1. Badan Musyawarah Masyarakat Minang(BM3) sebagaimana organisasi migran yanglainnya, dibentuk sebagai salah satu carauntuk mengekspresikan dan menegaskanidentitas suku bangsa Minangkabau ditengah-tengah kemajemukan Kota Medan.Lewat organisasi sosial ini suku bangsaMinangkabau berusaha untuk mempertahankantradisi dan budayanya agar tidak semakinmenghilang sebagai akibat dari prosesmodernisasi dan urbanisasi.2. Keberadaan Badan Musyawarah MasyarakatMinang (BM3) juga dapat dipahami sebagaisimbol kesuksesan para perantauMinangkabau di Kota Medan. Hal ini dilihatdari kenyataan, bahwa yang terlibat dalamkepengurusan sebagian besar adalah sukubangsa Minangkabau kalangan menengah keatas yang mapan secara materi, mempunyaikekuasaan dan berpendidikan. Dengandemikian, dapat dikatakan bahwa sukubangsa Minangkabau kalangan menengah keatas cenderung lebih berkepentingan didalam organisasi sosial ini. Di satu sisi,banyak orang Minangkabau yang merasabukan bagian dari organisasi ini. Namun dilain sisi, hal ini sekaligus menjadi suatukekuatan pada organisasi sosial tersebut,karena dengan demikian mereka akan lebihdihargai di hadapan suku bangsa lainnyayang ada di Kota Medan.3. Badan Musyawarah Masyarakat Minang(BM3) tidak sekedar organisasi sosial biasa,tapi juga sebuah sebuah jaringan sosialkeminangkabauan. Sebagai sebuah jaringansosial, organisasi ini direkatkan oleh nilainilai,norma-norma dan kesamaan yangmereka miliki. Jaringan sosial ini diwujudkandalam aspek ekonomi dan hukum, antara laindengan didirikannya lembaga-lembagaekonomi dan hukum seperti, koperasi, BankPerkreditan Rakyat (BPR) Syariah GebuPrima dan juga Lembaga Bantuan Hukum(LBH) yang memperjuangkan kepentingansuku bangsa Minangkabau di <strong>Sumatera</strong> <strong>Utara</strong>umumnya dan Kota Medan khususnya.4. Lunturnya nilai-nilai kolektivitas sukubangsa Minangkabau dalam organisasi sosialini, tidak hanya disebabkan oleh prosesmodernisasi dan urbanisasi di Kota Medan.Satu hal lagi yang tidak bisa dilepaskan darifenomena ini adalah kenyataan bahwa secarasosiologis suku bangsa Minangkabau tidakbisa dipersatukan pada organisasikesukubangsaan seperti ini. Hal ini dibuktikanlewat hasil penelitian yang menyatakan bahwasuku bangsa Minangkabau jauh lebih terikatpada organisasi yang bersifat kenagariandaripada organisasi dalam skala besar yangbersifat kesukubangsaan seperti BadanMusyawarah Masyarakat Minang (BM3) ini.Jika suku bangsa Batak lebih terikat padaorganisasi marga, maka keterikatan yangsangat kuat pada suku bangsa Minangkabauadalah pada nagarinya. Bisa dikatakanbahwa, organisasi kenagarian ini merupakanminiatur-miniatur kampung halaman yangmereka bentuk di rantau.5. Keberadaan Badan Musyawarah MasyarakatMinang (BM3) di Kota Medan diprioritaskanuntuk menghimpun, menyatukan danmeningkatkan kerjasama antar sesama sukubangsa Minangkabau yang tinggal di KotaMedan. Selain itu, hal lain yang menjadiprioritas Badan Musyawarah MasyarakatMinang (BM3) adalah meningkatkan peranserta suku bangsa Minangkabau dalam prosespembangunan di daerah perantauan dalamhal ini Kota Medan. Jadi, kedatangan sukubangsa Minangkabau ke daerah rantau bukanhanya untuk mengambil manfaat dari daerahtersebut untuk kepentingannya atau menjadibeban bagi daerah yang didatanginya, tapijuga ikut mengambil andil dalammenyukseskan pembangunan di daerahtersebut.6. Secara umum, Badan Musyawarah masyarakatMinang (BM3) mempunyai empat fungsi.Pertama, fungsi integrasi (integration). Hal ini106
Dewi dan Ermansyah, Badan Musyawarah Masyarakat...terlihat dari pelaksanaan berbagai aktivitasyang ditujukan untuk meningkatkan keterikatansuku bangsa Minangkabau di Kota Medan,salah satunya halal bi halal. Lebih lanjut,persyaratan fungsional ini juga berusahadiwujudkan dengan pembentukan institusihukum, seperti Lembaga Bantuan Hukum(LBH) untuk kepentingan suku bangsaMinangkabau di Kota Medan. Kedua, fungsiadaptasi (adaptation). Fungsi adaptasi yangdilaksanakan oleh organisasi sosialkeminangkabauan ini berkaitan dengan bidangekonomi. Dalam rangka meningkatkanperekonomian suku bangsa Minangkabau diKota Medan, organisasi ini berupayamembentuk lembaga-lembaga ekonomi seperti,koperasi-koperasi dan Bank Perkreditan Rakyat(BPR) Syariah Gebu Prima. Selanjutnya yaitufungsi Pemeliharaan Pola (latent patternmaintenance). Pelaksanaan kegiatankeagamaan seperti pengajian dan majelistaklim adalah upaya organisasi ini untukmempertahankan identitas keislamannya. Lebihlanjut, organisasi ini juga berusaha untukmemelihara nilai-nilai budaya dan kekerabatanyang dimilikinya lewat aktivitas acaraperkawinan, festival budaya Minangkabau danlain-lain. Fungsi yang terakhir, yaitupencapaian tujuan (goal attainment). Fungsi inisangat berkaitan dengan bidang politik. Namunfungsi politik yang dimainkan BadanMusyawarah Masyarakat Minang (BM3) inibukan dalam tataran politik praktis. Hal inisekaligus merupakan fungsi laten atau fungsiyang tidak disadari dari keberadaan organisasisosial keminangkabauan ini. Fungsi ini terlihatantara lain dari pengangkatan orang-orangMinangkabau yang sukses dan berkedudukanpenting dalam jabatan strategis organisasi. Haltersebut ditujukan agar organisasi ini lebihdihargai dan dipandang di hadapan masyarakatKota Medan. Hal ini juga mempermudah akseske pemerintahan dan swasta.Saran1. Sebagai sebuah organisasi sosial suku bangsaMinangkabau, idealnya keberadaan BadanMusyawarah Masyarakat Minang (BM3),dapat menjadi tempat berkumpulnya paraperantau Minangkabau, baik sebagai tempatberlindung, maupun sebagai tempat untukmenyelesaikan berbagai permasalahan yangberkembang di kalangan suku bangsaMinangkabau itu sendiri. Namun sampai saatini, banyak pihak beranggapan bahwa BadanMusyawarah Masyarakat Minang (BM3) inibelum menjalankan fungsinya sebagaimanayang diharapkan. Badan MusyawarahMasyarakat Minang (BM3) ini, oleh sebagiankalangan dianggap masih eksklusif dan belummemasyarakat. Terdapat pandangan bahwaBadan Musyawarah Masyarakat Minang(BM3) adalah organisasi khusus untukkalangan suku bangsa Minangkabau kelasmenengah ke atas. Oleh karena itu, sosialisasidan pendekatan sangat perlu dilakukan olehBadan Musyawarah Masyarakat Minang(BM3) hingga mencakup semua kalangandalam suku bangsa Minangkabau. Dengandemikian suku bangsa Minangkabau yangada di Medan ini juga merasa bahwa merekaadalah bagian dari organisasi ini.2. Organisasi ini hendaknya lebih meningkatkankepeduliannya terhadap kondisi sosial sukubangsa Minangkabau. Hal ini bisa dilakukanlewat kegiatan-kegiatan sosial yang ditujukanuntuk membantu suku bangsa Minangkabauyang kurang mampu atau sedang kesusahan.3. Hal lain yang cukup penting sebagaimasukan untuk Badan MusyawarahMasyarakat Minang (BM3) adalah terkaitdengan fungsi organisasi ini sebagai payungpanji bagi seluruh suku bangsa Minangkabaudi Kota Medan. Oleh karena itu orang-orangyang duduk dalam struktur kepengurusan inihendaknya lebih representatif. Sehingga tidakada pandangan yang menyatakan bahwaorganisasi ini milik orang-orang dari daerahtertentu atau suku tertentu.4. Walaupun Badan Musyawarah MasyarakatMinang (BM3) ini adalah sebuah organisasisosial, namun bidang pendidikan juga tidakbisa dilepaskan begitu saja. Hal ini karenabidang pendidikan sangat berkaitan dengankualitas sumber daya manusia suku bangsaMinangkabau pada masa yang akan datang.Oleh karena itu, fungsi organisasi inidibidang pendidikan hendaknya segeradirealisasikan. Misalnya saja dengan pemberianbeasiswa terhadap pelajar dan mahasiswaMinangkabau yang kurang mampu, namunberprestasi.107
- Page 7 and 8:
Khairifa, Komparatif tentang Pendek
- Page 9 and 10: Khairifa, Komparatif tentang Pendek
- Page 11 and 12: Khairifa, Komparatif tentang Pendek
- Page 13 and 14: Khairifa, Komparatif tentang Pendek
- Page 16 and 17: Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007
- Page 18 and 19: Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007
- Page 20 and 21: Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007
- Page 22 and 23: Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007
- Page 24 and 25: Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007
- Page 26 and 27: Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007
- Page 28 and 29: Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007
- Page 30 and 31: Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007
- Page 32 and 33: Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007
- Page 34 and 35: Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007
- Page 36 and 37: Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007
- Page 38 and 39: Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007
- Page 40 and 41: Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007
- Page 42 and 43: Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007
- Page 44 and 45: Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007
- Page 46 and 47: Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007
- Page 48 and 49: Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007
- Page 50 and 51: Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007
- Page 52 and 53: Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007
- Page 54 and 55: Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007
- Page 56 and 57: Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007
- Page 58 and 59: Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007
- Page 62 and 63: Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007
- Page 64 and 65: Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007
- Page 66 and 67: Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007