10.07.2015 Views

H A R M O N I SOS I A L - USUpress - Universitas Sumatera Utara

H A R M O N I SOS I A L - USUpress - Universitas Sumatera Utara

H A R M O N I SOS I A L - USUpress - Universitas Sumatera Utara

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Khairifa, Komparatif tentang Pendekatan...bahwa dengan tingkat kemakmuran yang lebihtinggi akan lebih mudah terpenuhi walaupun kitasadari bahwa kemakmuran tidak identik dengankebahagiaan dan kesejahteraan, namun perludiingat bahwa pada umumnya seseorang akanmerasa lebih bahagia jika lebih banyakkebutuhan yang dapat dipenuhi. Oleh karena ituorang lebih cenderung untuk menampilkan segikemakmuran penduduk jika membahas keadaanekonomi suatu negara atau daerah. Bidangekonomi mencakup seluruh proses produksi,distribusi dan konsumsi yang dilakukanpenduduk daerah itu, hasil produksi barang danjasa yang dilakukan pada kurun waktu tertentuoleh penduduk suatu negara disebut hasilproduksi nasional dan jika dinyatakan dalamsatuan uang disebut juga pendapatan nasionalnegara yang bersangkutan.Walapun merupakan alat yang tidaksempurna dan kurang memuaskan hinggasekarang masih sering digunakan sebagai ukurantingkat kemakmuran suatu negara pendapatanrata-rata negara itu yang diperoleh sebagai hasilpendapatan nasional dengan jumlah penduduk dinegara itu, itu juga yang kita gunakan sebagaiukuran keadaan ekonomi di negara-negara AsiaTenggara (Said Rusli, dkk. 1981: 18).Pada dewasa ini Asia Tengara sebagaisatuan geopolitik merupakan daerah yang rendahpendapatan rata-ratanya.Tingkat kemakmuran atau pendapatanrata-rata yang rendah di Asia Tenggaradipengaruhi oleh faktor-faktor ekonomi dansosial, sebagaimana kita ketahui tingkatkemakmuran berhubungan erat dengan hasilproduksi barang dan jasa di negara yangbersangkutan. Hasil produksi ini merupakanresultan dari keadaan dan sumber alam, angkatankerja, tingkat teknologi, dan besarnya modalyang tersedia walaupun tidak semua negara AsiaTenggara sama keadaan sumber-sumber alamnyanamun dapat dikatakan bahwa bukan faktor iniyang menekan hasil produksi nasional dikawasan itu. Biasanya kekurangan modaldikemukakan sebagai salah satu faktorpenghalang usaha pembangunan denganpendapatan yang rendah yang kita lihat tadi dinegara-negara Asia Tenggara. Negara-negaraAsia Tenggara mengahadapi kesulitan untukmembentuk modal dalam jumlah yang berartiuntuk meningkatkan investasi demi kenaikanhasil nasional dan tingkat kemakmuran. Sudahmenjadi suatu hukum ekonomi bahwapendapatan rendah hanya memungkinkan hasratuntuk menabung dan jumlah tabungan rendah.Oleh karena sebagian besar dari pendapatandigunakan untuk tujuan konsumtif, dengandemikian harus tabungan yang disalurkan melaluilembaga-lembaga pembelanjaan hanya merupakanarus yang lemah bagi investasi, sedang bagipeningkatan hasil produksi diperlukan sejumlahinvestasi yang berarti. Selain dari pada itu bagipeningkatan hasil produksi yang memberikantambahan produksi yang seoptimal mungkindalam penggunaan suatu jenis teknologi tidakhanya berhubungan dengan unsur modal atauinvestasi melainkan juga dengan tingkatpendidikan pengetahuan dan keterampilanangkatan kerja yang tersedia.Di kebanyakan negara di Asia Tenggarahasrat untuk berkonsumsi diperkirakan 8/10sehingga dari pendapatan yang diterima hanya1/5 ditabung dan tersedia di investasi. Volumeinvestasi yang tersedia sedemikian kecilnyasehingga tambahan hasil yang diperoleh hanyasekedar untuk mengimbangi tambahan pendudukdan penggantian alat produksi yang lusuh. Olehkarena itu negara Asia Tenggara investasi yangberasal dari modal luar negeri merupakanpelengkap yang berguna bagi usaha peningkatankemakmuran.Memang, kewaspadaan dalam pemakaianmodal asing itu harus tetap dipelihara agarsupaya unsur pelengkap itu jangan sampaimenjadi penghambat bagi pemupukan moralnasional. Suatu hal yang berkaitan denganpenggunaan modal asing dari segi angkatan kerjayang tersedia di kebanyakan negara AsiaTenggara, teknologi jenis demikian dapatmengakibatkan segi-segi sosial ekonomi yangnegatif. Oleh karena tidak menciptakankesempatan yang luas dengan daya serap yangbesar bagi penampungan pekerja yang sedangmencari kerja, oleh karena kekurangan pekerjaanatau sedang menganggur atau untuk pertama kaliterjun ke gelanggang produksi.Permasalahannya akan lebih pelik jikadiperhatikan bahwa kebanyakan angkatan kerjadi negara-negara Asia Tenggara ada di sektorpertanian. Lebih dari 60% dari angkatan kerja diAsia Tenggara mencari nafkah pada industriprimer yang meliputi pertanian, perkebunan,kehutanan, perikanan, perburuhan yang sifatnyapadat karya dan sering dianggap tidakmemerlukan pendidikan sekolah tinggi sebagianpenduduknya bekerja secara marginal di bidang57

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!