Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007, Volume I, No. 2menawarkan merk-merk dari luar. Namun,sebagian menyatakan, mereka tetap lebihmemilih pakaian muslim dan muslimah.Perkembangan media dan teknologiinformasi memudahkan masuknya pengaruh gayahidup global ke desa melalui media yang merekalihat, baca dan dengar sehingga mempengaruhigaya hidup remaja desa saat ini. Yang akhirnyamereka tiru dan ikuti sebagai usaha untukmengaktualisasikan identitas dirinya seperti yangada di media tersebut.Mereka yang gemar mengikuti trendberpakaian ala Barat yang mereka ikuti daritokoh idolanya di televisi dan majalah remajabiasanya juga suka mengganti-ganti modelrambutnya sesuai dengan model rambut tokohidolanya tersebut seperti di Shagy, Rebonding,warna.Alasan mengganti-ganti mode rambut,bagi mereka yang senang mengikuti trend,biasanya karena mengikuti model rambut yangsedang trend ala Barat, terpengaruh tokoh idoladi media, atau ikut-ikutan teman. Tidak banyakyang melakukannya atas pilihan atau kemauansendiri. Hal tersebut dilakukan agar di terimadalam pergaulan.Mereka yang mengikuti trend ala Baratbiasanya menyukai aksesoris yang sedang trenddipakai artis-artis luar negeri, aksesoris yangsering dipakai oleh teman-teman dilingkungannya, atau aksesoris yang dilihat darimedia televisi dan majalah yang biasa sukadipakai oleh selebritis.Sebagian remaja Desa Sukaraya juga adayang tetap memilih memakai pakaian muslim danmuslimah yang mereka ikuti karena perintahagama dan dorongan orang tua.Informan di Desa Sukaraya juga terdapatkelompok remaja yang berada di antarakelompok remaja yang campuran mengikutibudaya Barat dan Islami. Misalnya Remaja yangselalu mengikuti trend gaya hidup atau pergaulanremaja saat ini, tetapi kelompok remaja tersebutjuga mengenakan jilbab yang sekarang biasadisebut jilbab trendy. Kelompok remaja tersebutjuga biasanya mengenakan busana yang sedangtrend seperti celana Jeans dan baju ketat.Seluruh informan menyatakan bahwamereka mengetahui barang-barang konsumsigaya hidup dari media massa, teman, atau iklankonsumsi gaya hidup. Tidak ada yang mengakumengetahuinya dari keluarga. Konsumsi gayahidup tersebut tidak terlepas dari perankapitalisme sebagai produsen ideologi yangmenciptakan atau menjual citra dan image remajamasa kini yang ideal dalam kehidupan remaja.Kapitalisme tersebut menciptakan inovasi gayaterbaru setiap harinya untuk mencari keuntungan.Sedangkan remaja dipaksa untuk mengkonsumsibarang-barang gaya hidup tersebut.Media informasi menciptakan citra dirisebagai bagian kehidupan remaja ideal yangumumnya menginformasikan berbagai tata carabergaul maupun perlengkapan hobi yang relevanbagi remaja. Sampai aksesoris yang cocokdigunakan dalam berbagai kesempatan, merupakaninformasi yang dianggap layak berita. Ataucerita para idola remaja yang mendominasi duniahiburan yang gaya hidupnya sering mereka tiru.Semua jenis media, baik itu televisi, film,musik, maupun majalah, berpengaruh besarterhadap gaya hidup remaja masa kini.Kebanyakan media menginformasikan tentanggaya hidup remaja kota, yang meniru gaya hidupmodern ala Barat. Maka, tidaklah mengherankanjika remaja digiring menuju pergeseran gayahidup. Remaja dicitrakan di media dari masa kemasa, kemudian citra itu merambah ke dalamkehidupan sehari-hari.Namun sebenarnya, media tidaklahsedemikian buruk pengaruhnya bagi remaja. Halini menjadi malah menjadi tantangan bagi remajauntuk memilah-milah atau selektif terhadap pesanyang disampaikan oleh media. Karena, tidak bisadipungkiri bahwa keberadaan media mutlakdiperlukan, misalnya untuk memungkinkanmengetahui beragam informasi, berita, penemuan,dan hal-hal baru. Atau bisa disimpulkan bahwasebenarnya hadirnya media berpengaruh positifdan juga negatif.Keberadaan media memang tidakmungkin dilepaskan dari kepentingan pasar.Dengan demikian, kalau remaja tidak mampubersikap selektif terhadap pesan media, makaakan menjadi korban media. Tidak salah memangketika remaja membeli sebuah produk atauaksesoris gaya hidup berdasarkan informasi darimedia. Namun, yang perlu diingat, sebelumnyaharus mempertimbangkan seberapa perlu produkyang dibeli itu. Apakah memang membutuhkanproduk itu ataukah hanya karena terpengaruholeh iming-iming media.Model pakaian yang disukai olehsebagian besar informan biasa umumnya adalahpakaian yang nyaman untuk dipakai, modis, dantrendy sebagai simbol bahwa seseorang lebih76
Hastuti dan Sudarwati, Gaya Hidup Remaja Pedesaan...mengikuti perkembangan zaman dibanding yanglain. Ada juga yang menyatakan bahwa merekamenyukai pakaian yang mengikuti trend dariBarat yang dilihat melalui media dan iklan.Namun, ada juga remaja Desa Sukaraya sebagianmenyatakan, mereka tetap lebih memilih pakaianmuslim dan muslimah. Informan yang menyukaitrend pakaian yang modis dan trendy yangmengikuti trend dari barat maupun yang menyukaipakaian muslim sama-sama terpengaruh oleh mediayang mereka lihat, baca, dan dengar dalamkehidupan sehari-hari. Media tersebut menggambarkansosok remaja ideal yang mengikutiperkembangan zaman melalui yang dipakai olehselebritis idolanya sehingga para remaja tersebutterpengaruh untuk mengikuti tokoh idolanyatersebut.Gaya berpakaian tersebut disukai karenaterpengaruh oleh teman, mengikuti trend yangada di media supaya dibilang anak gaul, sertaalasan kenyamanan dalam berpakaian. Khususuntuk yang memilih untuk memakai busanamuslim atau muslimah, mereka mengaku bahwahal tersebut dilakukan demi mengikuti perintahagama/orang tua. Sedikit sekali informan yangmengaku gaya berpakaian mereka sudah menjadiselera sendiri.Dalam mengkonsumsi pakaian danaksesoris, informan tidak terlalu memperhatikanatau fanatik terhadap menyukai merk-merktertentu yang ada di media iklan. Alasannyakarena kemampuan keuangan mereka masihterbatas. Paling-paling informan hanya mampumembeli barang bermerk terkenal sesekali saja.Itu pun harus menabung cukup lama danbiasanya dilakukan hanya untuk menunjukkanidentitas atau gengsi belaka. Jika orang tuamelarang membeli barang-barang tertentu,informan biasanya tak membantah. Mereka lebihmemilih untuk berusaha mengumpulkan uangagar bisa membeli barang tersebut tanpasepengetahuan orang tua.Sebagian informan mengaku bahwadengan mengkonsumsi pakaian dan aksesorismerk-merk yang mahal seperti Nike, Reebok, RipCurl dan Skaters yang mereka lihat di media akanmeningkatkan gengsi dan image dalam pergaulan.Barang tidak lagi hanya dikonsumsikarena kebutuhan, melainkan sudah bergesermenjadi sekedar mengikuti trend gaya hidup,menunjukkan image tertentu, ataupun hanyauntuk kesenangan pribadi. Uang untuk membelibarang-barang tersebut biasanya diperolehdengan meminta langsung dari orang tua.Namun, jika ini tidak memungkinkan, informanbiasanya menabung uang sakunya atau mencaripekerjaan sambilan.Dalam hal ini, konsumsi dapat dilihatsebagai pembentuk identitas. Barang-barangsimbolis dapat juga dipandang sebagai sumberdengan mana orang mengkonstruksi identitas danhubungan-hubungan dengan orang lain yangmenempati dunia simbolis yang sama.Lebih lanjut lagi, konsumsi terhadapsuatu barang, menurut Weber (1922), merupakangambaran gaya hidup tertentu dari kelompokstatus tertentu. Konsumsi terhadap barangmerupakan landasan bagi penjenjangan darikelompok status. Dengan mengkonsumsi gayaatau simbol-simbol tertentu mereka merasa sudahmenjadi kelompok anak muda metropolitan yangmodern.Memang, saat ini, konsumsi dipandangdalam sosiologi bukan lagi hanya sebagai sekadarpemenuhan yang bersifat fisik dan biologismanusia, tetapi berkait kepada aspek-aspek sosialbudaya. Konsumsi berhubungan dengan masalahselera, identitas, atau gaya hidup. Selera itusendiri adalah sesuatu yang dapat berubah,difokuskan pada kualitas simbolik dari barang,dan tergantung pada persepsi tentang selera dariorang lain.Sebagian informan menyatakan bahwauang saku yang diperoleh dari orang tuadigunakan untuk konsumsi gaya hidup sepertipakaian atau aksesoris yang sedang trend dimedia. Ada juga yang suka hura-hura, jalan-jalanke mal, nonton. Tapi, masih ada juga informanyang mengaku menggunakan uang sakunya untukmembeli keperluan sekolah dan ditabung.Seluruh informan menyatakan bahwamereka mengetahui barang-barang konsumsigaya hidup dari media baik itu media televisi ataumajalah , teman, atau iklan konsumsi gaya hidup.Tidak ada yang mengaku mengetahuinya darikeluarga. Tidak ada salahnya memang untuktampil menarik seperti yang banyak diiklankan dimedia, dengan sebagian produk yang ditawarkanuntuk membantu mewujudkan impian itu. Jugamerupakan sesuatu yang wajar untuk pergi berbelanjamembeli barang-barang kesukaan. Namun, yangperlu diingat, jangan memaksakan diri.Saat ini, tekanan pada remaja untukbersikap konsumtif dan bergaya hidup ala Baratsemakin bertambah berat. Pola hidup konsumtifitu didukung dengan maraknya mal dan pusat77
- Page 7 and 8: Khairifa, Komparatif tentang Pendek
- Page 9 and 10: Khairifa, Komparatif tentang Pendek
- Page 11 and 12: Khairifa, Komparatif tentang Pendek
- Page 13 and 14: Khairifa, Komparatif tentang Pendek
- Page 16 and 17: Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007
- Page 18 and 19: Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007
- Page 20 and 21: Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007
- Page 22 and 23: Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007
- Page 24 and 25: Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007
- Page 26 and 27: Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007
- Page 28 and 29: Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007
- Page 32 and 33: Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007
- Page 34 and 35: Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007
- Page 36 and 37: Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007
- Page 38 and 39: Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007
- Page 40 and 41: Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007
- Page 42 and 43: Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007
- Page 44 and 45: Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007
- Page 46 and 47: Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007
- Page 48 and 49: Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007
- Page 50 and 51: Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007
- Page 52 and 53: Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007
- Page 54 and 55: Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007
- Page 56 and 57: Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007
- Page 58 and 59: Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007
- Page 60 and 61: Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007
- Page 62 and 63: Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007
- Page 64 and 65: Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007
- Page 66 and 67: Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2007