v - Kementerian Riset dan Teknologi
v - Kementerian Riset dan Teknologi
v - Kementerian Riset dan Teknologi
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
RINGKASAN<br />
Pengelolaan air di lahan sulfat masam dapat meningkatkan produktivitas lahan<br />
<strong>dan</strong> tanaman, tetapi pencucian unsur meraam ke saluran drainase memberikan dampak<br />
negatif terhadap lingkungan. Salah satu pendekatan yang ditempuh untuk<br />
meningkatkan kualitas air adalah dengan menyaring atau menyerap unsur meracun<br />
tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa gulma purun tikus (Eieocharis dulcis))<br />
memberikan harapan yang baik untuk digunakan sebagai biofilter untuk meningkatkan<br />
kualitas air. Selain itu juga pemberian bahan amelioran (kompos <strong>dan</strong> kapur pertanian)<br />
merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam memperbaiki kualitas lahan sulfat<br />
masam potensial. Tujuan penelitian ini adalah (1) Mendapatkan satu paket teknologi<br />
biofilter (purun tikus) untuk menurunkan kadar Fe > 20%, 504 > 20%, <strong>dan</strong><br />
meningkatkan pH > 15% air (irigasi <strong>dan</strong> drainase). (2) Mendapatkan satu paket<br />
teknologi pemanfaatan biofilter yang mengkombinasikan tata letak <strong>dan</strong> dimensi saluran<br />
untuk meningkatkan produktivitas padi pasang surut > 25%. Untuk mencapai tujuan<br />
tersebut dilakukan tiga kegiatan penelitian yang terdiri atas satu kegiatan penelitian<br />
rumah kaca yang dilaksanakan di rumah kaca Balittra banjarbaru <strong>dan</strong> dua kegiatan<br />
penelitian lapang dilaksanakan di lahan sulfat masam potensial tipe luapan B, Kebun<br />
Percobaan Belandean. Rancangan yang digunakan untuk penelitian di rumah kaca<br />
adalah Rancangan Acak Kelompok Faktorial dengan 3 ulangan. se<strong>dan</strong>gkan penelitian<br />
lapangan menggunakan Rancangan Acak Kelompok dengan tiga ulangan.<br />
Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1) Lama kontak purun tikus dengan air<br />
tidak berpengaruh terhadap perubahan pH, Fe <strong>dan</strong> 504.. (2) Kerapatan purun tikus 50<br />
% pada percobaan rumah kaca dapat menurunkan konsentrasi Fe air sebesar 76,5 %.<br />
(3) Curah hujan diatas normal pada musim kemarau menyebabkan biofilter purun tikus<br />
hanya mampu menurunkan konsentrasi Fe air irigasi <strong>dan</strong> drainase sebesar 63,12% <strong>dan</strong><br />
40,30 %. ( 4) Perbaikan kualitas air <strong>dan</strong> tanah dengan kombinasi biofilter purun tikus<br />
(okupasi 10 % dari petakan sawah), 2,5 tjha kompos jerami, 1 tjha kaptan <strong>dan</strong> 100<br />
kg/ha KCL dapat meningkatkan hasil padi varietas Margasari sebesar 25,08 % (3,11<br />
t/ha menjadi 3,89 tjha) dibandingkan dengan hanya diberikan bahan organik.<br />
Dibandingkan dengan hasil yang diperoleh petani dengan varietas yang sama meningkat<br />
58,78% (2,45 t/ha menjadi 3,89 t/ha).<br />
11
PRAKATA<br />
Syukur alhamdulillah atas karunia Allah SWT, sehingga laporan hasil kegiatan<br />
;:>enelitian yang tercantum dalam Program insentif Peningkatan Kemampuan Peneliti<br />
<strong>dan</strong> Perekayasa tahun 2010 dengan judul " Penelitian <strong>Teknologi</strong> Penurunan Kadar Fe<br />
· Irigasi Sawah Pasang Surut (> 20%) Melalui Penggunaan Purun Tlkus Sebagai<br />
·ofilter Untuk perbaikan Pertumbuhan <strong>dan</strong> Produktivitas Tanaman > 25% " dapat<br />
diselesaikan tepat waktunya. Kegiatan ini dilaksanakan di lahan sulfat masam potensial<br />
di KP. Belandean, Kabupaten Barite Kuala, Provinsi Kalimantan Selatan.<br />
Tujuan penelitian ini adalah (1) Mendapatkan satu paket teknologi biofitter (purun<br />
·· us) untuk menurunkan kadar Fe> 20%, 504 > 20% <strong>dan</strong> meningkatkan pH > 15% air<br />
' ·gasi <strong>dan</strong> drainase), (2) Mendapatkan satu paket teknologi pemanfaatan biofilter<br />
ng mengkombinasikan tata letak <strong>dan</strong> dimensi saluran untuk meningkatkan<br />
produktivitas padi pasang surut > 25%.<br />
Semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi pengembangan pertanian,<br />
khususnya di lahan rawa pasang surut.<br />
,<br />
Penanggung Jawab Penelitian,<br />
Ir. Unda Indrayati
RINGKASAN<br />
PRAKATA<br />
DAFTAR lSI<br />
DAFTAR TABEL<br />
DAFTAR GAMBAR<br />
BAB I : PENDAHULUAN<br />
1.1 Latar Belakang<br />
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA<br />
BAB III : TUJUAN DAN MANFAAT<br />
BAB IV : MEfODOLOGI<br />
BABV<br />
BAB VI<br />
DAFTAR PUSTAKA<br />
LAMPI RAN<br />
4.1 Bahan Penelitian<br />
4.2 Metodologi Penelitian<br />
HASIL DAN PEMBAHASAN<br />
: KESIMPULAN DAN SARAN<br />
6.1 KESIMPULAN<br />
DAFTAR lSI<br />
Pengamatan air pasang pada saluran sekunder<br />
Foto Kegiatan Penelitian<br />
lV<br />
Halaman<br />
ii<br />
iii<br />
iv<br />
v<br />
vi<br />
1<br />
1<br />
3<br />
5<br />
5<br />
5<br />
5<br />
9<br />
29<br />
29<br />
29<br />
33<br />
33<br />
34
I.<br />
DAFTAR TABEL<br />
e Uraian Hal<br />
1. Hasil analisis tanah awal <strong>dan</strong> akhir tanah sulfat masam di KP. 10<br />
Belandean, pereebaan rumah kaca, MK 2010<br />
2. Pengaruh populasi purun tikus <strong>dan</strong> lama kentak air terhadap pH air 11<br />
pada pereobaan rumah kaea, MK 2010<br />
3. Pengaruh populasi purun tikus <strong>dan</strong> lama kentak air terhadap Fe 12<br />
(me/L) air pada pereebaan rumah kaca, MK 2010<br />
4. Pengaruh populasi purun tikus <strong>dan</strong> lama kontak air terhadap 504 13<br />
(me/L) air pada pereobaan rumah kaea, MK 2010<br />
5. Pasang air harian tertinggi pada saluran sekunder, KP. Belandean, 14<br />
Kabupaten Barito Kuala, Kalimantan Selatan, MK 2010<br />
6. Hasil analisis tanah awal yang diambil pada kedalaman 0 - 20 em 15<br />
secara komposit di KP. Belandean, Kabupaten Barite Kuala,<br />
Kalimantan Selatan, MK 2010<br />
7. Peningkatan (-) <strong>dan</strong> penurunan ( +) 504 ( me/L) akibat pengaruh 17<br />
purun tikus pada air drainase KP. Belandean, Kabupaten Barito<br />
Kuala, Kalimantan Selatan, MK 2010<br />
8. Hasil analisis tanah akhir yang diambil pada kedalaman 0 - 20 em 18<br />
secara komposit di KP. Belandean, Kabupaten Barite Kuala,<br />
Kalimantan Selatan,, MK 2010<br />
9. Hasil analisis tanah awal yang diambil pada kedalaman 0 - 20 em 21<br />
seeara komposit di KP. Belandean, Kabupaten Barito Kuala,<br />
Kalimantan Selatan, MK 2010<br />
10. Peningkatan (-) <strong>dan</strong> penurunan (+) 504 (me/L) akibat pengaruh 23<br />
purun tikus pada air irigasi KP. Belandean, Kabupaten Barite Kuala,<br />
Kalimantan Selatan, MK 2010<br />
11. Hasil analisis tanah akhir yang diambil pada kedalaman 0- 20 em di 25<br />
KP. Belandean, Kabupaten Barito Kuala, Kalimantan Selatan, MK<br />
2010<br />
12. Hasil analisis tanah akhir yang diambil pada kedalaman 0 - 20 em di 26<br />
KP. Belandean, Kabupaten Barito Kuala, Kalimantan Selatan, MK<br />
2010<br />
v
DAFTAR GAMBAR<br />
o. Uraian Hal<br />
1. Rata-rata besaran perubahan nilai pH akibat populasi purun tikus (a) 11<br />
<strong>dan</strong> lama kontak air dengan purun tikus (b) pad a lima waktu<br />
pengamatan<br />
2. Rata-rata besaran perubahan Fe (me/L) akibat populasi purun tikus (a) 12<br />
<strong>dan</strong> lama kontak air dengan purun tikus (b) pada lima waktu<br />
pengamatan<br />
3. Rata-rata besaran perubahan 504 (me/L) akibat populasi purun tikus 13<br />
(a) <strong>dan</strong> lama kontak air dengan purun tikus (b) pada lima waktu<br />
pengamatan<br />
4. Rata-rata curah hujan di Kecamatan Mandastana, Kabupaten Barito 14<br />
Kuala, Kalimantan Selatan. Tahun 2010<br />
5. Besaran perubahan pH air akibat pengaruh purun tikus pada air 16<br />
drainase, KP. Belandean, Kabupaten Barito Kuala, Kalimantan Selatan,<br />
MK 2010<br />
6. Besaran perubahan Fe akibat pengaruh purun tikus pada air drainase, 17<br />
KP. Belandean, Kabupaten Barito Kuala, Kalimantan Selatan, MK 2010<br />
7. Rata-rata Tinggi tanaman (a) <strong>dan</strong> Jumlah anakan (b), KP. Belandean, 19<br />
Kabupaten Barito Kuala, Kalimantan Selatan, MK 2010<br />
8. Rata-rata Berat bercingkasan kering panen, KP. Belandean, Kabupaten 19<br />
Barito Kuala, Kalimantan Selatan, MK 2010<br />
9. Rata-rata Jumlah malai (a) <strong>dan</strong> Persentase gabah isi (b), KP. 2<br />
Belandean, Kabupaten Barito Kuala, Kalimantan Selatan, MK 2010<br />
10. Hasil Padi Varietas Margasari, KP. Belandean, Kabupaten Barito Kuala, 21<br />
Kalimantan Selatan, MK 2010<br />
11. Besaran perubahan pH air akibat pengaruh purun tikus pada air irigasi 22<br />
KP. Belandean, Kabupaten Barito Kuala, Kalimantan Selatan, MK 2010<br />
12. Besaran perubahan Fe akibat pengaruh purun tikus pada air irigasi KP. 23<br />
Belandean, Kabupaten Barito Kuala, Kalimantan Selatan, MK 2010<br />
13. Dinamika konsentrasi Ca pada air irigasi KP. Belandean, Kabupaten 24<br />
Barito Kuala, Kalimantan Selatan, MK 2010<br />
Vl
14. Dinamika konsentrasi Mg pada air irigasi KP. Belandean, Kabupaten 24<br />
Barito Kuala, Kalimantan Selatan, MK 2010<br />
15. Dinamika konsentrasi K pada air irigasi KP. Belandean, Kabupaten 25<br />
Barito Kuala, Kalimantan Selatan, MK 2010<br />
16. Rata-rata Tlnggi tanaman (a) <strong>dan</strong> Jumlah anakan (b), KP. Belandean, 26<br />
Kabupaten Barito Kuala, Kalimantan Selatan, MK 2010<br />
17. Rata-rata Berat berangkasan kering panen, KP. Belandean, Kabupaten 27<br />
Barito Kuala, Kalimantan Selatan, MK 2010<br />
18. Rata-rata Jumlah malai (a) <strong>dan</strong> Persentase gabah isi (b), KP. 27<br />
Belandean, Kabupaten Barito Kuala, Kalimantan Selatan, MK 2010<br />
19. Hasil Padi Varietas Margasari, KP. Belandean, Kabupaten Barito Kuala, 28<br />
Kalimantan Selatan, MK 2010<br />
,<br />
vii
1.1. latar Belakang<br />
I. Pendahuluan<br />
Lahan sulfat masam potensial mempunyai potensi untuk pengembangan<br />
tanaman pangan, karena selain lahannya yang cukup luas juga mempunyai ketersediaan<br />
air yang dapat digunakan sebagai sumber air irigasi bila dikelola dengan baik. Masalah<br />
yang dihadapi di lahan sulfat masam potensial adalah kemasaman tanah yang tinggi,<br />
ketersediaan unsur hara yang rendah, a<strong>dan</strong>ya unsur meracun seperti Fe, AI <strong>dan</strong> 504<br />
serta rendahnya kualitas air sehingga produktivitas rendah <strong>dan</strong> pemilihan komoditas<br />
terbatas.<br />
Agar tanah sulfat masam dapat dimanfaatkan sebagai lahan pertanian, perlu<br />
dilakukan usaha perbaikan yang dapat menekan atau meniadakan kendala yang<br />
merugikan. Usaha tersebut diantaranya adalah mempertahankan kondisi tanah dalam<br />
keadaan selalu tergenang, netralisasi tanah dengan pemberian amelioran (kapur, bahan<br />
organik) <strong>dan</strong> pemupukan, usaha-usaha drainase, aerasi, pencucian, <strong>dan</strong> pemakaian<br />
varietas toleran terhadap kondisi tanah (Dent, 1986; Hairunsyah, 1987; Widjaja Adhi,<br />
1997; Alihamsyah eta/., 2003).<br />
Hasil-hasil penelitian menunjukkan bahwa pengelolaan air dapat meningkatkan<br />
produktivitas tanah <strong>dan</strong> tanaman (Noor et al., 1994 ; Sarwani., 2002 ; Vadari et al.,<br />
1990). Demikian juga dengan penggunaan bahan amelioran. Menurut Indrayati <strong>dan</strong><br />
Jumberi, (2002), pemberian kompos jerami dapat menurunkan konsentrasi besi (Fe) di<br />
izosfer <strong>dan</strong> meningkatkan ketersediaan unsur hara sehingga hasil padi juga<br />
eningkat.<br />
Secara alami tanah sulfat masam dalam keadaan tergenang namun masih terjadi<br />
'
enyaring atau menyerap unsur meracun yang ada dalam air buangan tersebut. Untuk<br />
emperbaiki Kualitas air buangan dapat dilakukan dengan mengalirkan air melewati<br />
media berupa biofilter berupa gulma purun tikus ( Eleocharis dulcis) yang dapat<br />
menyerap atau menetralisir unsur Fe <strong>dan</strong> 504.<br />
Hasil penelitian yang telah dilaksanakan pada tahun 2003 menunjukkan bahwa<br />
gulma purun tikus (Eieocharis dulcis) <strong>dan</strong> bulu babi (Eieocharis retroflaxa) dapat<br />
·gunakan sebagai biofilter untuk meningkatkan kualitas air buangan pada musim<br />
.emarau, karena purun tikus mampu meningkatkan pH 0.14 - 0.25 unit <strong>dan</strong><br />
enurunkan konsentrasi Fe sebanyak 6-27 ppm <strong>dan</strong> 504 30-75 ppm, se<strong>dan</strong>gkan gulma<br />
oulu babi mampu menurunkan 504 sebanyak 9-78 ppm. Hasil penelitian juga<br />
menunjukkan bahwa ada perbedaan konsentrasi Fe <strong>dan</strong> 504 dalam jaringan purun tikus<br />
a beberapa stadia. Purun tikus anakan dapat menyerap (Fe=1559,5 ppm,<br />
504= 12,63 ppm) lebih banyak menyerap Fe <strong>dan</strong> 504 dibanding purun tikus muda<br />
Fe=347,40 ppm, 504=13,56 ppm) <strong>dan</strong> purun tikus tua (Fe=303,70 ppm, 504=11,91<br />
ppm). Dari penelitian diketahui bahwa terdapat perbedaan kemampuan purun tikus<br />
dalam menyerap Fe <strong>dan</strong> 504 pada tanaman purun tikus sebelum dipotong <strong>dan</strong> sesudah<br />
potong serta sebelum dieuei <strong>dan</strong> sesudah dieuei selama satu musim pertanaman padi.<br />
Balittra, 2005). Selain itu dari penelitian juga diketahui bahwa dengan okupasi areal 6<br />
_ dari petakan dapat menurunkan konsentrasi Fe sebesar 15-40%.<br />
, II. TINJAUAN PUSTAKA<br />
Tanah sulfat masam adalah tanah yang berhubungan erat dengan a<strong>dan</strong>ya bahan<br />
a dalam tanah <strong>dan</strong> bila teroksidasi akan menghasilkan asam sulfat sehingga<br />
ebabkan tanah menjadi masam sampai dengan sangat masam (pH 2-3). Tanah<br />
fat masam adalah tanah liat rawa yang terbentuk dari bahan endapat marin yang<br />
akan bahan organik, besi, <strong>dan</strong> belerang yang berada dalam kondisi tergenang<br />
ingga terbentuk lapisan tanah yang mengandung pirit > 2 %. Pada kondisi alami,<br />
ini umumnya memiliki: a) lapisan bahan organik tipis ( < 20 em) di permukaannya<br />
•-- b) lapisan pirit yang belum teroksidasi (bahan sulfidik) atau sudah teroksidasii<br />
·:::-.anan sulfurik) pada kedalam sekitar 50 em. Tanah sulfat masam yang memiliki bahan<br />
3
Kegiatan Rumah Kaca :<br />
Teknik pengaliran air buangan (Kerapatan, lama dikontakkan dengan<br />
biofilter) melalui biofilter yang mampu menurunkan kadar Fe air buangan ><br />
20°/o.<br />
Penelitian dilaksanakan di rumah kaca Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa,<br />
Banjarbaru, Kalimantan Selatan. Perlakuan disusun dalam Raneangan Aeak Kelompok<br />
Faktorial dengan 3 ulangan. Sebagai Faktor I adalah kerapatan biofilter terdiri dari : 1)<br />
25%, 2) 50%, <strong>dan</strong> 3) 100%, <strong>dan</strong> faktor II adalah lama kontak air dengan bio:<br />
dari : 1). 12 jam, 2) 24 jam, <strong>dan</strong> 3) 36 jam, Tanaman biofilter di ta<br />
tempat tumbuhnya di lapang pada media tanah sulfat masam yang<br />
ketebalan lapisan 0-25 em.<br />
Pot berukuran 30 X 30 X 25 em 3 dimas<br />
tampungan air hasil !indian berdiameter 15 em,<br />
penampung dianalisis pH, konsentrasi Fe-larut, <strong>dan</strong> so/-.<br />
tanaman biofilter berdiameter 30 em. Selanjutnya air !indian ya<br />
tanaman biofilter dianalisis pH, konsentrasi Fe-larut, <strong>dan</strong> sol-.<br />
.eluar dari po<br />
parameter yang diamati meliputi : (1) analisis tanah awal <strong>dan</strong> akhir terdiri dari:<br />
pH H20t Fe-larut, <strong>dan</strong> so/-, (2) analisis pH H20t Fe-larut, <strong>dan</strong> S04 2 -, pada air !indian<br />
masuk kedalam pot pertanaman purun tikus (setiap satu minggu sekali), (3) analisis<br />
pH H20t Fe-larut, <strong>dan</strong> so/- pada air pelindi keluar dari pot pertanaman purun tikus<br />
(setiap satu minggu sekali)<br />
Kegiatan lapang<br />
,<br />
Kegiatan 1 : Umur Efektif Purun Tikus Untuk Meningkatkan Kualitas Air<br />
Penelitian dilaksanakan pada lahan sulfat masam potensial tipe luapan B di Kebun<br />
Percobaan Belandean, Kabupaten Barite Kuala, Kalimantan Selatan pada MK 2010.<br />
Perlakuan disusun dalam Rancangan Aeak Kelompok dengan tiga ulangan. Sebagai<br />
berikut:<br />
1. Tanpa tanaman biofilter (kontrol)<br />
2. Purun tikus dipangkas (DP)<br />
3. Purun tikus umur 7 hari setelah tanam (DT 7)<br />
4. Purun tikus umur 14 hari setelah tanam (DT 14)<br />
6
Petakan biofilter menggunakan hasil penelitian tahun 2009 yaitu Rasio antara<br />
petakan biofilter dengan petak sawah adalah 10%, dengan ukuran petakan sawah 10 m<br />
x 10m.<br />
Sistem irigasi pada petak percobaan ditata dengan sistem aliran air satu arah<br />
dengan menggunakan pintu otomatis. Air dari saluran tersier masuk melalui pintu ke<br />
saluran masuk, kemudian dialirkan ke petakan sawah. Dari petakan sawah air keluar ke<br />
saluran buangan. Mekanisme ini dilakukan secara periodik satu minggu sekali setiap<br />
melaksanakan pengamatan.<br />
Bibit padi varietas Margasari berumur 21 hari setelah semai ditana<br />
masing 3 bibit/rumpun dengan jarak tanam 25 x 25 em. Pertanaman dipup<br />
dosis 100-200-100 kg/ha N-P205-K20 yang bersumber dari urea, SP36,<br />
Pemeliharaan (penyiangan gulma <strong>dan</strong> penyemprotan hama <strong>dan</strong> penya<br />
dilakukan secara intensif sesuai dengan kondisi pertanaman di lapangan.<br />
a,si1v1-<br />
Parameter yang diamati meliputi; (1) Analisis air (pH H2o, Fe-larut, <strong>dan</strong> SO/-)<br />
dilakukan secara periodik setiap satu minggu sekali pada saluran tersier, saluran air<br />
masuk, petakan sawah <strong>dan</strong> air buangan (2) Analisis tanah awal <strong>dan</strong> akhir pH H2o, Fe<br />
larut, <strong>dan</strong> sol- (3) Data curah hujan <strong>dan</strong> tinggi air pada saluran sekunder ( 4)<br />
Pertumbuhan <strong>dan</strong> hasil tanaman padi dianalisa menggunakan Sigma plot<br />
Kegiatan 2 : Perbaikan komponen teknologi terpadu (kompos jerami, kaptan<br />
<strong>dan</strong> pemanfaatan biofilter purun tikus) untuk meningkatkan<br />
produktivitas padi pasang surut > 25o/o<br />
,<br />
Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Belandean, Kabupaten Barito Kuala,<br />
Kalimantan Selatan pada MK 2010. Perlakuan disusun dalam Rancangan Acak<br />
Kelompok dengan tiga ulangan. Perlakuan diberikan pada saluran air masuk (purun<br />
tikus) <strong>dan</strong> petakan sawah (pemupukan) meliputi :<br />
1. Saluran air masuk ditanam purun tikus (PT)<br />
2. Saluran air masuk ditanam purun tikus + 100 kg/ha KCL + 1 tfha dolomit<br />
(PT K Mg)<br />
3. 2,5 tfha kompos jerami (petakan sawah) (BO)<br />
4. 2,5 t/ha kompos jerami + 100 kg/ha KCL + 1 tjha dolomit (BO K Mg)<br />
5. Saluran air masuk ditanam purun tikus + 2,5 t/ha kompos jerami (PT BO)
6. Saluran air masuk ditanam purun tikus + 2,5 t/ha kompos + 100 kg/ha KCL<br />
+ 1 t/ha dolomit {PT BO K Mg)<br />
Petakan biofilter menggunakan hasil penelitian tahun 2009 yaitu Rasio antara<br />
petakan biofilter dengan petak sawah adalah 10%, dengan ukuran petakan sawah 10 m<br />
x 10m.<br />
Sistem irigasi pada petak percobaan ditata dengan sistem aliran air satu ara<br />
dengan menggunakan pintu otomatis. Air dari saluran tersier masuk melal<br />
saluran masuk yang yang telah diberi perlakuan, kemudian dialirkan ke peta<br />
Dari petakan sawah air keluar ke saluran buangan. Mekanisme ini dila<br />
periodik satu minggu sekali setiap melaksanakan pengamata ...<br />
sa<br />
e<br />
secar:a<br />
Budidaya tanaman padi yang dilakukan adalah sebagal berJ_f! : pe":a"""ia<br />
penyiapan lahan dilakukan dengan membersihkan areal pertanaman dari gulma denoa<br />
mempergunakan tajak. Penyiapan lahan dengan tajak (olah tanah minimum), karena<br />
pengolahan tanah sekaligus dapat dilaksanakan <strong>dan</strong> lapisan pirit tidak tersingkap.<br />
Setelah lahan siap, dilakukan penggenangan <strong>dan</strong> pembuangan air dalam petakan sawah<br />
sebanyak 2-3 kali. Kemudian dilanjutkan dengan pemberian perlakuan. Bersamaan<br />
dengan penyiapan lahan dilakukan persemaian dengan cara yang umum dilakukan<br />
Bibit padi varietas Margasari yang berumur 21 hari setelah semai ditanam 3<br />
bibit/rumpun dengan jarak tanam 25 x 25 em. Pertanaman dipupuk dengan dosis 100-<br />
200kg/ha (N-P205) yang bersumber dari urea <strong>dan</strong> SP36, se<strong>dan</strong>gkan KCL diberikan<br />
sesuai perlakuan. Pemeliharaan (penyiangan gulma <strong>dan</strong> pengendalian hama <strong>dan</strong><br />
penyakit tanaman) dilakukan secara intensif sesuai dengan kondisi pertanaman di<br />
lapangan.<br />
Parameter yang diamati meliputi; (1) Analisis air (pH, Fe, 504, Ca, Mg, K)<br />
dilakukan secara periodik setiap satu minggu sekali pada saluran tersier, saluran air<br />
masuk petakan sawah (irigasi) (2) Analisis tanah awal <strong>dan</strong> akhir (pH (H 20 1 : 2,5), Fe<br />
(NH40Ac 1N pH 4,8), 504 (ekstrak HzO) Ca (NH40Ac 1 N pH 7,0), Mg (NH40Ac 1 N pH<br />
7,0), <strong>dan</strong> K (NH40Ac 1 N pH 7,0)) (3) Data curah hujan <strong>dan</strong> tinggi air pada saluran<br />
sekunder, ( 4) Pertumbuhan <strong>dan</strong> hasil tanaman padi dianalisa menggunakan Sigma plot<br />
8
Alihamsyah, T., M. Sarwani, A. Jumberi, I. Ar-Riza, Izzuddin N., <strong>dan</strong> Heru S. 2003.<br />
Lahan Rawa Pasang Surut Pendukung Ketahanan Pangan <strong>dan</strong> Sumber<br />
Pertumbuhan Agribisnis. Balittra - Banjarbaru.<br />
Anwar,K., M. Sarwani <strong>dan</strong> R. Itjin. 1994. Pengembangan pengelolaan air di lahan<br />
pasang surut Pengalaman dari Kalimantan Selatan <strong>dan</strong> Tengah, Dalam M.<br />
sarwani. M. Noor <strong>dan</strong> M.Y. Maamun. Pengelolaan Air <strong>dan</strong> Produktivitas Lahan<br />
Pasang Surut : Pengalaman dari Kalimantan Selatan <strong>dan</strong> Tengah. Balai Penelitian<br />
Tanaman Pangan Banjarbaru.<br />
Balittra. 2004. Laporan Hasil Penelitian TA. 2003/2004. Balai Penelitian Pertania<br />
Lahan Rawa. Banjarbaru<br />
Balittra. 2005. Laporan Hasil Penelitian TA. 2004/2005. Balai Penelitian PertAnia<br />
Lahan Rawa. Banjarbaru<br />
Bloomfield, C. and J. K. Coulter. 1973. Genesis and management of add sulphate soil.<br />
Advences in Agronomy 25: 265-326.<br />
Dent, D. L. 1986. Acid sulphate soils: A baseline for research and development, Pub.<br />
39, Int. Inst. Land Reclamation and Improvement, Wageningen. 204 p. ISBN 90<br />
70260 980.<br />
Dobermann, A. and T. Fairhust. 2000. Rice : Nutrient Disorders and Nutrient<br />
Management. IRRI- Philippines.<br />
airunsyah. 1987. Thesis : Kajian Pengaruh Pengapuran terhadap Ketersediaan Hara<br />
untuk Tanaman Padi Sawah pada Tanah Sulfat Masam Sulfic Tropaquept.<br />
Fakultas Pasca Sarjana - UGM Yogyakata. 65 Halaman.<br />
ndrayati, L. <strong>dan</strong> A. Jumberi. 2002. Pengelolaan jerami padi pada pertanaman padi di<br />
lahan pasang surut sulfa{:, masam. Da/am Pengelolaan Tanaman Pangan La han<br />
Rawa. Balitbangtan, Puslitbangtan, Bogor.<br />
aynes, D. B., A. S. Rogowski, and H. B. Pionke. 1984. Acid mine drainage from<br />
reclaimed coal strip mines, I. Model description. Water Resources Research 20:<br />
233-242.<br />
arch, J. 2007. Advanced organic chemestry, Reaction, mechanisms and structure. 3<br />
ed. p.119.<br />
ulyanto, B., Suwardi, <strong>dan</strong> B. Sumawinata. 1998. Hubungan asosiasi vegetasi dengan<br />
sifat-sifat tanah dalam sekuen suksesi pada Sistem Pengelolaan Lahan Orang<br />
Banjar (SPLOB) di Kalimantan Selatan. Jurnal Ilmiah Pertanian. GAKURYOKU. IV<br />
(2) 24-33
Murtilaksono, K., Sudarmo, A. Sutandi, G. Djajakirana, <strong>dan</strong> U. Sudadi. 2001. Model<br />
sistem drainase dalam hubungannya dengan oksidasi pirit serta pengaruhnya<br />
terhadap sifat kimia tanah <strong>dan</strong> kualitas air pada tanah sulfat masam. Laporan<br />
Hasil Penelitian Hibah Bersaing Perguruan Tinggi T. A. 1998-2001. Fakultas<br />
Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.<br />
Nurhayati Hakim, M.Y., Nyakpa, A.M., lubis, S.G., Nugroho, M.K. Saul. M.A., Diha, G.B.<br />
Hong <strong>dan</strong> H.H. Bailey. 1986. Dasar-dasar Ilmu tanah. Univ. Lampung<br />
Rachim, A., K. Murtilaksono, A. Sastiono, <strong>dan</strong> Sudradjad. 2000. Peningkata<br />
produktivitas tanah sulfat masam untuk budidaya tanaman palawija mela' ·<br />
pencucian <strong>dan</strong> penggunaan amelioran. Laporan Hasil Penelitian Hibah Bersai _<br />
Perguruan Tinggi T. A. 1997-2000. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bog<br />
Bogor.<br />
Sarwani, M. 2002. Penegelolaan air di Lahan Pasang Surut. Dala<br />
<strong>dan</strong> T. Alihamsyah (eds). Monograf pengelolaan Air <strong>dan</strong> Tanah di Lahan Pasang<br />
Surut. Balai Penelitian Tanaman Pangan Lahan Rawa, Banjarbaru.<br />
Smilde, K. W. 1990. Lime and fertilizer application for crop yield improvement. In.<br />
AARD/LAWOO. Paper Workshop on Acid Sulphate Soils In The Humik Tropics.<br />
Bogor. p. 223-237.<br />
Smith, S. G. 2002. Eleocharis Dulcis new to north and central America. Departement of<br />
Biology. University of Wisconsin. Acta Botanica Mexicana 60: 7-11.<br />
Soil Survey Staff. 1996. Artificial wetlands and water quality improvement.<br />
Environment International. 26: 442-447.<br />
Subagyono, K. H. Suwardjo, A. Abas, <strong>dan</strong> I.P.G. Widjaja-Adhi. 1994. Pengaruh<br />
pencucian, kapur <strong>dan</strong> pemupukan K terhadap sifat kimia tanah , kualitas air <strong>dan</strong><br />
hasil padi pada lahan ,sulfat masam di Unit Tatas, Kalimantan Tengah.<br />
Pemberitaan Penelitian Tanah <strong>dan</strong> Pupuk (12): 35-47.<br />
adari, T., K. Subagyono, H. Suwardjo <strong>dan</strong> A. Abbas. 1990. The effect of water<br />
management and soil ameliorant on water quality and soil properties in acid<br />
sulphate soils at Pulau Petak delta. Kalimantan. Papers Workshop on acid<br />
Sulphate Soils in the Humid Tropics. 20 - 22 Nopember 1990. Bogor. AARD -<br />
LA WOO<br />
an Mensvoort, M. E. F. and D. L. Dent. 1998. Acid Sulphate Soil. In. Lal, R., W. H.,<br />
Blum, C.Valentine, and B. A. Steward (ed.). Method for Assessment of Soil<br />
Degradation. Florida. CRC Prees LLC. p. 301-337.<br />
• atanabe, T. and M. Osaki. 2002. Mechanisms of adaptation to high aluminum<br />
condition in native plant species growing in acid soils. Communication Soil<br />
Science Plant Analysis 33:1247-1260.
djaja Adhi, I.P.G.1997. Mencegah Degradasi <strong>dan</strong> Merehabilitasi Lahan Sulfat Masam.<br />
Disampaikan pada Pertemuan Pengelolaan Lahan Pasang Surut Kalimantan<br />
Selatan tanggal 18 Maret 1997 di Banjarmasin. 14 Halaman.<br />
,<br />
3_
NVHYl
0\'.
:nJVSV9liVH SVJ.3:n.IVA IOVd NYnrN35Eii
6£<br />
HVNV.l HY1:1.1.3S n.IVH St liOHn I
I t
liSYH