Sisipan Piala DuniaFoto : IstimewaSumohadi Marsis,Wartawan Seniordan pengamat olah Ragasehingga stigma Jepang ingindapat tiket gratis dengan menjadituan rumah gugur. Ini baru bicarasoal prestasi sepakbola tuanrumah, belum yang lain.Menjadi tuan rumah PialaDunia merupakan prestise bagisebuah negara, barangkali lebihbergengsi ketimbang menjadituan rumah multi-event sebesarOlimpiade. Selain itu, selaku tuanrumah sebuah negara akan meraihbeberapa keuntungan. Salahsatunya, otomatis menjadi pesertaPiala Dunia tanpa susah payah ikutpenyisihan Pra Piala Dunia yangmelelahkan.Keuntungan lainnyamenyangkut national branding dilevel internasional. Sejak ditetapkansebagai tuan rumah praktis negaratersebut akan menjadi pusatperhatian pencinta sepakbolasejagat. Paling tidak selama empattahun negara tersebut menjadisorotan dunia. Setelah Piala Dunia2010, nama Brasil selalu disebutsebagai tuan rumah Piala Dunia<strong>2014</strong> dalam berbagai kesempatan.Keuntungan lain yang takkalah pentingnya, tuan rumahbisa mengapitalisasi PialaDunia. Negara tuan rumahpenyelenggara bisamengeruk keuntungandari sponsorship,penjualan tiketpertandingan, danhak siar dengansistem bagi hasilbersama FIFA.Uang yangmengalir ke FIFAdan tuan rumahantara lain dariIndonesia. Kitadi Tanah Air bisamenonton Piala Duniakarena ada stasiun TVyang membeli hak siar.Harganya terus terang jugatidak murah. Menurut Sumohadi,SCTV harus merogoh kocek sekitarRp100 miliar untuk memperolehhak siar Piala Dunia 2010 diJerman. Itu pun kabarnya SCTVmerugi.ANTV dan TV One harusmembayar sekitar Rp750 miliaruntuk mendapatkan hak siarPiala Dunia <strong>2014</strong>. Sumohadimemprediksi kedua TV milik BakrieGrup tersebut bakal kesulitanmenutup biaya yang sudahdikeluarkan, alias bisa merugi.“Alasannya kalau merekamemperbanyak iklan penontonakan marah. Tapi, efeknya darisegi promosi, terutama buat ANTVdan TV One, akan besar,” kata priayang pernah meliput langsung PialaDunia di Meksiko tahun 1986, Italiatahun 1990, dan Perancis tahun1998.Lebih Menarik KetimbangOlimpiadeSumohadi mengatakan,negara penyelenggara Piala Duniaumumnya mendapatkan untungketimbang tuan rumah Olimpiade.London yang menjadi tuan rumahOlimpiade 2012 merugi, padahalmasyarakat Inggris dikenal sebagaipencinta olahraga.“Bahkan setelah OlimpiadeLondon pun masyarakat Inggrisberdebat buat apa menjadi tuanrumah Olimpiade jika akhirnyamerugi, meskipun prestasi olahragaInggris lumayan,” jelasnya.Brasil sebagai negarasepakbola juga sebenarnya tidakimun dari kritik. Bahkan kritikdatang dari masyarakat sendiriyang menganggap pemerintahnyamenghambur-hamburkan uanguntuk merenovasi stadion.“Makin banyak uang yangdikeluarkan sementara rakyatnyamasih banyak yang miskin,angka kemiskinan bertambah.Jadi, mereka berpikir untuk apamenyelenggarakan Piala Dunia,untuk apa juga menjadi juaradunia, kalau rakyat tetap miskin.Inilah kompleksitas Piala Dunia,”jelasnya.Bercermin dari situ, Sumohaditidak mendukung rencanaIndonesia menjadi tuan rumahAsian Games 2019. AsianGames mirip Olimpiade yangmempertandingkan banyakcabang olahraga, termasuk cabangolahraga kurang populer yang tidakmenarik bagi sponsor. Indonesiaberniat menggantikan Vietnamyang mengundurkan diri karenatidak kuat menanggung bebanekonomi. Indonesia sebenarnyapada tahun 2012 kalah tenderuntuk menjadi tuan rumah AsianGames 2019.Sumohadi tidak setujuIndonesia jadi tuan rumahkarena biayanya sangat besar.Sebagai gambaran, Asian GamesGuangzhou di Tiongkok pada tahun2010 menelan dana sekitar Rp22triliun. Empat tahun sebelumnya,tahun 2006, pemerintah Qatarharus mengeluarkan dana sekitarRp32 triliun untuk menggelar AsianGames di Doha.Tony Burhanudin131
Sisipan Piala DuniaPamor MeroketUntung BelumTentuMEMEGANG HAK SIARPIALA DUNIA BISAMENGANGKAT GENGSISTASIUN TV. TIDAK PEDULIBERAPA PUN HARGA YANGHARUS DIBAYAR. HANYABALIK MODAL TIDAKMENGAPA. YANG PENTINGIMAGE TERANGKAT.Reva Deddy Utama,Chief Sports Officer PT Cakrawala Andalas Televisi132Tak satu pun programtelevisi yang begitu banyakmenyedot perhatianmasyarakat selain siaranlangsung Piala Dunia.Siaran pertandingan pesta olahragaOlimpiade, balap mobil F1, dan MotoGP memang banyak peminatnya,tapi tetap saja masih jauh di bawahsiaran pertandingan Piala Dunia.Tak dipungkiri sepakbolamerupakan cabang olahragapaling populer di dunia, termasukdi Indonesia. Penggila sepakboladi Tanah Air beruntung karenasejak tahun 1970-an stasiun TVdi Indonesia selalu menayangkanpertandingan Piala Dunia.Pada Piala Dunia 1970 dan 1974TVRI punya jasa besar menyiarkanPiala Dunia meski tidak semuaditayangkan secara langsung.Selanjutnya, TVRI sebagai stasiunTV pemerintah dan satu-satunyasiaran TV yang mengudara saatitu berturut-turut menyiarkan PialaDunia tahun 1978 di Argentina, tahun1982 di Spanyol, dan tahun 1986 diMeksiko.Era TV swasta menghapusmonopoli TVRI sebagai stasiun yangmenyiarkan siaran Piala Dunia. Disinilah logika bisnis mulai berbicaratiap kali TV swasta menyiarkan PialaDunia. Menurut Reva Deddy Utama,Andalas Televisi (ANTV), ketentuanuntuk mendapatkan hak siar PialaDunia melalui proses tender dimulaisejak Piala Dunia 2002. Sebelumnyapada Piala Dunia 1998, beberapastasiun menyiarkan secara bersamasama(TV Pool). Hak siar Piala Dunia1998 dibeli melalui ABU (AsianBroadcasting Union).Sejak Piala Dunia 2002 tenderPiala Dunia tidak lagi melalui ABU,tapi melalui International Sport<strong>Marketing</strong> (IMS) yang berkedudukandi Kuala Lumpur, Malaysia. TercatatRCTI pernah mendapatkan haksiar Piala Dunia 2002, lalu padatahun 2006 giliran SCTV yangmenggenggam hak siar Piala Dunia.“Piala Dunia 2010 peraturanberubah, siapa pun boleh membelihak siar piala dunia, walaupun bukanperusahaan TV. Makanya PialaDunia 2010 yang beli bukan TV, tapiElectronic City. Piala Dunia sekarangyang beli bukan perusahaan TV, tapiyang beli tetap perusahaan media,”jelasnya. Perusahaan media yangdimaksud Reva adalah PT BakrieCapital Indonesia (BCI).Tidak mengherankan jikakemudian yang memperoleh hak siar